FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN REAKSI NYERI AKIBAT TINDAKAN INVASIF PADA ANAK YANG DIRAWAT Metha Kemala Rahayu1, Fajar Tri Waluyanti2, Happy Hayati3 1 2,3 Dosen Akper Hermina Manggala Husada, Jakarta Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia Abstrak Tindakan invasif yang didapat anak selama dirawat menimbulkan reaksi nyeri. Perawat perlu mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan reaksi nyeri. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan reaksi nyeri akibat tindakan invasif. Desain penelitian adalah penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional dengan teknik pengambilan sampel dilakukan secara non probability sampling melalui consecutive sampling dengan jumlah responden sebanyak 90 orang. Analisa data multivariat menggunakan uji statistik regresi multinomial. Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara ketakutan dengan reaksi nyeri (p value = 0,018). Anak yang takut memiliki peluang 5 kali untuk terjadinya reaksi nyeri kategori menghindar dibandingkan anak yang tidak takut. Perawat perlu melakukan intervensi keperawatan yang dapat mengurangi ketakutan pada anak sehingga reaksi nyeri kategori menghindar dapat diminimalkan. Kata kunci: reaksi nyeri, tindakan invasif, ketakutan, anak Abstract Invasive treatments to the children during the period of hospitalization cause pain reactions. The nurses need to know the factors related to pain reactions. The study aims to identify the factors related with pain reactions related to invasive treatments. The design of this study is observational research with cross sectional approach by using non probability sampling method through consecutive sampling with the amount of 90 children respondents. Multivariate data analysis use multinomial regression statistic test. The result of the analysis indicated that there was a significant relationship between fear and pain reaction (p value = 0,018). The emergence of pain reaction “avoidance” from the children who are in fear is as much 5 times greater than children who are not in fear. Nurses need to conduct nursing interventions that can reduce fear in the children behavior in order to minimize pain reaction in form of avoidance. Keywords: pain reaction, invasive treatments, fear, children Jurnal Ilmiah Keperawatan Altruistik – Volume 2 / Nomor 2 / Oktober 2019 13 Pendahuluan Tindakan invasif yang didapat anak selama Tindakan dirawat di rumah sakit akan menyebabkan dilakukan pada anak di RSUD Kota Bekasi trauma akibat nyeri yang dirasakan. Seorang adalah pengambilan darah melalui vena dan perawat bertanggung sedapat pemasangan kateter intravena. Di RSUD Kota mungkin untuk atau Bekasi, perawat tidak melakukan pengkajian mengurangi rasa nyeri pada klien anak nyeri pada setiap anak yang dirawat. (American Academy of Pediatrics/American Tindakan Pain Society, 2002; Morton, 2008; Czarnecki menyebabkan timbulnya reaksi nyeri. et al., 2011). Untuk mengurangi rasa nyeri Metode pada melakukan Desain yang digunakan dalam penelitian ini mengetahui adalah cross sectional. Kriteria inklusi sampel faktor-faktor yang berhubungan dengan penelitian ini adalah klien anak usia 3-7 tahun reaksi nyeri. dan akan dilakukan tindakan invasif serta Faktor-faktor yang berhubungan dengan telah dirawat di rumah sakit minimal 2 hari. reaksi nyeri yaitu faktor internal meliputi Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 90 jenis kelamin, usia, temperamen, ketakutan, orang anak. Tempat penelitian adalah di dan pengalaman nyeri sebelumnya serta RSUD faktor eksternal meliputi tindakan invasif, dilaksananakan pada bulan Februari 2015- paparan nyeri sebelumnya, budaya, dan Juni 2015. kehadiran keluarga selain orang tua (Le Mone Instrumen yang digunakan pada penelitian ini & Burke, 2008; Czarnecki et al. 2011). adalah kuesioner terdiri dari kuesioner Reaksi nyeri anak usia prasekolah seperti demografi berisi data usia, jenis kelamin, menangis, berteriak, ekspresi verbal seperti pengalaman nyeri sebelumnya, paparan nyeri “aduh”, “aoww”, “sakit”, memukul-mukulkan sebelumnya, suku bangsa, dan kehadiran lengan dan kaki, tidak kooperatif, meminta keluarga selain orang tua serta kuesioner dukungan pelukan temperamen. Lembar observasi terdiri dari (Hockenberry & Wilson, 2009). Reaksi nyeri lembar observasi respon ketakutan anak dan anak usia sekolah seperti menggigit bibir atau lembar memegang sesuatu dengan erat (Supartini, prasekolah dan sekolah. Lembar observasi 2004). yang dibuat sendiri oleh peneliti adalah anak, pengkajian menghilangkan perawat nyeri jawab harus termasuk emosional seperti invasif yang invasif Kota yang Bekasi. observasi paling banyak dilakukan Penelitian reaksi nyeri telah anak lembar observasi reaksi nyeri yang telah Jurnal Ilmiah Keperawatan Altruistik – Volume 2 / Nomor 2 / Oktober 2019 14 melalui uji reliabilitas dengan hasil uji Kappa kuesioner temperamen bermakna (r = 0,600). meminta perawat primer untuk mengisi jenis Prosedur pada penelitian ini dimulai dengan tindakan invasif yang dilakukan dan mengisi peneliti melakukan sosialisasi singkat kepada lembar observasi ketakutan 5 menit sebelum perawat primer dan perawat pelaksana tindakan tentang maksud dan tujuan penelitian, pelaksana membantu peneliti melakukan peneliti melakukan uji interrater reliability observasi melalui perekaman video reaksi untuk menguji reliabilitas instrumen lembar nyeri; observasi reaksi nyeri melalui uji Kappa untuk observasi reaksi nyeri sesuai usia anak. menentukan perawat yang terpilih menjadi Analisis data meliputi analisis univariat, asisten peneliti. analisis bivariat, dan analisis multivariat invasif asisten menggunakan anak; dilakukan; terpilih uji peneliti perawat mengisi regresi lembar multinomial. Peneliti menjelaskan instrumen yang harus diisi orang tua yaitu kuesioner demografi dan Hasil Sebagian besar usia responden adalah menghindar memiliki persentase yang sama prasekolah (53,3%), berjenis kelamin laki-laki (28%). (53,3%), Jenis pernah mengalami nyeri kelamin laki-laki sebagian besar sebelumnya (82,2%), dan memiliki tipe memiliki reaksi nyeri menghindar (33,33%), temperamen sedangkan lambat memanas (76,7%). jenis kelamin perempuan Jumlah responden yang takut (45%) sama sebagian besar memiliki reaksi nyeri tenang banyak dengan jumlah responden yang tidak (30,95%). Tidak terdapat hubungan yang takut (45%). signifikan antara jenis kelamin dengan reaksi Sebagian besar responden belum pernah nyeri (p value = 0,157; α = 0,05). Anak usia terpapar nyeri sebelumnya (68,9%). Tindakan prasekolah memiliki reaksi nyeri paling invasif yang paling banyak dilakukan adalah banyak pemberian obat injeksi (52,2%). Mayoritas sedangkan anak usia sekolah, reaksi nyeri suku bangsa yang dimiliki responden adalah tenang dan emosi memiliki persentase yang suku besar sama (28,57%). Tidak terdapat hubungan responden didampingi keluarga selain orang yang signifikan antara usia dengan reaksi tua (55,6%). Reaksi nyeri kategori emosi dan nyeri (p value = 0,368; α = 0,05). Jawa (41,1%). Sebagian yaitu menghindar Jurnal Ilmiah Keperawatan Altruistik – Volume 2 / Nomor 2 / Oktober 2019 (31,25%), 15 Sebagian besar anak yang takut memiliki hubungan yang signifikan antara paparan reaksi nyeri sebelumnya dengan reaksi nyeri (p nyeri menghindar (37,77%) dan mayoritas anak yang tidak takut memiliki value = 0,994; α = 0,05). reaksi nyeri tenang (33,33%). Terdapat Tindakan pemasangan kateter intravena hubungan yang signifikan antara ketakutan mayoritas anak memiliki reaksi nyeri berupa dengan reaksi nyeri (p value = 0,018; α = melindungi (50%), tindakan pemberian obat 0,05). dengan injeksi, sebagian besar responden memiliki temperamen mudah memiliki reaksi nyeri reaksi nyeri emosi (29,78%), sedangkan yang sama antara reaksi tenang (28,57%) dan tindakan pengambilan darah vena, sebagian reaksi menghindar (28,57%), sedangkan anak besar memiliki reaksi nyeri menghindar dengan (34,37%). Tidak terdapat hubungan yang Sebagian besar temperamen mayoritas memiliki anak lambat emosi signifikan antara tindakan invasif dengan (28,98%). Tidak terdapat hubungan yang reaksi nyeri (p value = 0,445; α = 0,05). signifikan antara temperamen dengan reaksi Sebagian besar anak dengan suku Betawi nyeri (p value = 0,777; α = 0,05). memiliki Sebagian besar responden yang pernah Mayoritas anak dengan suku Sunda, memiliki mengalami nyeri sebelumnya memiliki reaksi reaksi nyeri menghindar (46,66%). Sebagian nyeri emosi (28,37%), sedangkan anak yang besar anak dengan suku Jawa memiliki reaksi belum pernah mengalami nyeri sebelumnya, nyeri emosi (29,73%). Mayoritas anak dengan mayoritas memiliki reaksi nyeri menghindar Suku (31,25%). Tidak terdapat hubungan yang melindungi (40%). Tidak terdapat hubungan signifikan yang signifikan antara suku bangsa dengan antara reaksi memanas, nyeri pengalaman nyeri reaksi minang, nyeri tenang memiliki (30,3%). reaksi nyeri sebelumnya dengan reaksi nyeri (p value = reaksi nyeri (p value = 0,703; α = 0,05). 0,929; α = 0,05). Sebagian Anak yang pernah terpapar nyeri memiliki keluarga selain orang tua memiliki reaksi reaksi nyeri yang sama besar antara reaksi nyeri emosi. Anak yang tidak didampingi emosi dan reaksi menghindar (28,57%), keluarga selain orang tua, sebagian besar sedangkan anak yang belum pernah terpapar memiliki reaksi nyeri tenang (32,5%). Tidak nyeri sebelumnya memiliki reaksi nyeri yang terdapat hubungan yang signifikan antara sama besar antara reaksi emosi dan reaksi kehadiran keluarga selain orang tua dengan menghindar reaksi nyeri (p value = 0,060; α = 0,05) (27,42%). Tidak terdapat besar anak Jurnal Ilmiah Keperawatan Altruistik – Volume 2 / Nomor 2 / Oktober 2019 yang didampingi 16 Tabel 1.1 Pemodelan Multivariat (Uji Wald) Variabel Perilaku Ketakutan, Usia, Temperamen, dan Kehadiran Keluarga Selain Orang Tua di RSUD Kota Bekasi, April-Mei 2015 Reaksi nyeri Wald p value 3.987 .046 Prasekolah 1.447 .229 Sekolah . . Didampingi keluarga 5.760 .016 .162 . . . Temperamen mudah .046 .831 1.200 Temperamen lambat . . . Takut .318 .573 .602 Tidak takut . . . .889 .346 Prasekolah 1.930 .165 .325 Sekolah . . . Didampingi keluarga .703 .402 .569 . . . Temperamen mudah .006 .940 .944 Temperamen lambat . . . Takut 1.723 .189 2.851 Tidak takut . . . .690 .406 Prasekolah 2.017 .156 .307 Sekolah . . . Didampingi keluarga 2.530 .112 .346. Variabel Intercept Usia Kehadiran Tenang keluarga selain orang tua selain orang Tidak didampingi tua Temperame n Ketakutan Kehadiran Emosi selain orang tua selain orang Tidak didampingi Temperame n Ketakutan Kehadiran keluarga .062 - .1944 .-. .036 - .716 .-. .225 - 6.387 .-. .104 - 3.501 .-. .066 - 1.587 .-. .152 - 2.125 .-. keluarga selain orang tua .212 – 4.207 .-. memanas Intercept Usia Interval for Exp (B) memanas keluarga tua .347 95% Confident keluarga selain orang tua Intercept Usia Exp(B) .596 - 13.633 .-. .060 - 1.566 .-. .094 - 1.279 selain orang tua Jurnal Ilmiah Keperawatan Altruistik – Volume 2 / Nomor 2 / Oktober 2019 17 Menghindar selain orang Tidak didampingi tua . . . .-. Temperamen mudah .038 .845 1.157 Temperamen lambat . . . Takut 3.791 .052 5.006 Tidak takut . . keluarga selain orang tua Temperame n .267 - 5.017 .-. memanas Ketakutan .989 - 25.329 .-. The reference category is melindungi Pada hasil analisis di atas, yang paling besar peluang terjadinya reaksi nyeri kategori nilai exponen B nya adalah perilaku takut menghindar pada anak yang takut sebanyak (5,006), dapat diartikan bahwa perilaku takut 5,006 kali lebih besar dibandingkan anak merupakan yang variabel yang paling besar tidak takut. pengaruhnya terhadap reaksi nyeri dan Pembahasan Penelitian dari Petersen, dan klien anak yang masuk rumah sakit akan Bergstrom (2009); Srouji, Ratnapalan, dan muncul perasaan ketakutan karena rasa tidak Schneeweiss aman dan tidak nyaman akibat nyeri. Hasil (2010) Hagglof, menyatakan bahwa reaksi nyeri anak prasekolah yaitu menangis, penelitian berteriak, ekspresi verbal seperti “aduh”, Meltzer et al. (2008) bahwa anak yang “aaow”, sekolah dirawat akan menjadi lebih cemas dan takut bereaksi terhadap nyeri dengan memegang jika anak berpikir tentang nyeri, kekerasan, sesuatu mengalihkan dan perpisahan dengan orang yang disayangi. perhatian dari sumber nyeri. Hal ini termasuk Menurut Wong (2004) bahwa anak dengan reaksi nyeri kategori emosi dan menghindar. tipe temperamen lambat memanas (slow to Hasil warm up) kurang dapat mengekspresikan sedangkan dengan penelitian anak erat dari dan usia Mathew (2003) serupa daripada juga nyeri antara anak laki-laki dan perempuan tidak sebenarnya. Anak dengan tipe temperamen terlalu berpengaruh terhadap respon nyeri tenang/mudah (tidak karena hanya dipengaruhi oleh sensitivitas, perlawanan bekerja pengalaman ekspresi, dan kondisi situasional menyebutkan skala nyeri yang dirasakan yang mempengaruhi dan bagaimana anak daripada anak dengan tipe temperamen sulit menanggapi nyeri. Hasil penelitian dari Won (menolak dan menyerang). Penelitian dari (2006) dan Cohen (2008) menjelaskan bahwa Schmitz, Vierhaus, dan Lohaus (2012) bahwa Jurnal Ilmiah Keperawatan Altruistik – Volume 2 / Nomor 2 / Oktober 2019 yang oleh menjelaskan bahwa perbedaan jenis kelamin dan nyeri dijelaskan dialami memberikan sama) dapat 18 pengalaman nyeri sebelumnya berpengaruh sikap tabah, dan mencoba mengalihkan rasa pada persepsi seseorang tentang nyeri. sakit Penelitian dari Noel, Chambers, McGrath, keagamaan. Klein, dan Stewart (2012) menjelaskan bahwa merespon nyeri dengan berteriak, menangis pengalaman nyeri sebelumnya pada klien atau marah untuk mendapatkan perhatian anak berhubungan dengan rasa takut dari dari waktu ekspresif. Penelitian lain yang dilakukan oleh ke waktu dan mempengaruhi akibat orang nyeri Klien lain melalui dengan sehingga kegiatan suku Batak menunjukkan pengalaman nyeri yang baru. Baeyer dan Spagrud (2007) juga menjelaskan Menurut Teori Adaptasi Roy, manusia adalah bahwa keyakinan dan nilai-nilai budaya adaptive system yang berupaya untuk selalu mempengaruhi cara klien bereaksi terhadap berinteraksi dan menyesuaikan diri dengan nyeri. Penelitian dari Craig, Lilley, dan Gilbert lingkungannya (Tomey & Alligood, 2006). (2006) bahwa kehadiran keluarga selain Semakin banyak seorang anak terpapar orang reaksi nyeri maka akan semakin banyak seseorang. proses untuk menyesuaikan diri sehingga Pada penelitian ini, terjadi kerancuan antara reaksi nyeri yang muncul pada awal anak nyeri dan tidak nyaman. Nyeri terjadi karena dirawat dapat diadaptasi oleh dirinya seiring tindakan invasif yang melukai jaringan secara berjalannya waktu. Penelitian dari Gabriel langsung (2007) menjelaskan bahwa tindakan invasif intravena, pengambilan darah melalui vena, merupakan tindakan yang tidak nyaman bagi dan tindakan invasif lain seperti pemasangan klien anak akibat nyeri yang dirasakan saat selang Naso Gastric Tube (NGT), sedangkan tindakan tersebut Hasil ketidaknyamanan terjadi karena pemberian penelitian serupa oleh obat injeksi melalui selang kateter intravena. dilaksanakan. juga dijelaskan tua dapat seperti kerancuan mempengaruhi pemasangan kateter Mitchel dan Whitney (2001) bahwa injeksi Adanya atau pemberian suntikan merupakan salah ketidaknyamanan satu tindakan invasif yang menyebabkan dalam penelitian ini yang memungkinkan ketidaknyamanan, nyeri, dan takut pada klien banyak faktor-faktor yang tidak berhubungan anak. secara signifikan namun secara substansi Penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo berhubungan dengan timbulnya reaksi nyeri. (2010) bahwa klien dengan suku Jawa Keterbatasan lain dalam penelitian ini adalah mencoba untuk mengabaikan rasa sakit penggunaan rumus rule of thumb untuk akibat nyeri dan hanya diam, menunjukkan besar sampel analisa multivariat, rumus rule Jurnal Ilmiah Keperawatan Altruistik – Volume 2 / Nomor 2 / Oktober 2019 antara nyeri menjadi nyeri dan keterbatasan 19 of thumb ini tidak memakai α dan β sehingga Lebih dari separuh responden anak belum kesalahan tipe 1 dan kesalahan tipe 2 tidak pernah terpapar nyeri sebelumnya, tindakan diketahui. dalam invasif yang paling banyak dilakukan adalah penelitian ini adalah variabel kehadiran pemberian obat injeksi, sebagian besar keluarga selain orang tua sebaiknya diganti responden anak memiliki suku Jawa, dan menggunakan variabel kehadiran orang tua sebagian besar responden anak didampingi saja. keluarga Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu hubungan yang signifikan antara takut acuan dengan reaksi nyeri, terjadinya takut kategori Keterbatasan dalam keperawatan di lainnya membuat rumah intervensi sakit sehingga selain menghindar orang memiliki tua. peluang Terdapat sebanyak perawat mengetahui intervensi yang dapat 5,006 kali lebih besar dibandingkan anak dilakukan pada anak terkait menurunkan yang tidak takut. reaksi nyeri menghindar. Pelayanan yang Saran diberikan pada anak yang sering membuat Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai anak takut sehingga muncul reaksi nyeri yang data awal melakukan penelitian lebih lanjut tidak di lingkup keperawatan anak. Penelitian lain sesuai dengan usia anak dapat diperbaiki. yang dapat dilakukan berkaitan dengan hasil Kesimpulan penelitian ini adalah lebih membedakan Kesimpulan dari penelitian ini adalah reaksi tindakan yang dilakukan pada anak yang nyeri terbagi empat kategori yaitu reaksi melukai jaringan secara langsung sehingga emosi masing-masing menimbulkan nyeri atau tindakan yang sebesar 28%, reaksi melindungi sebanyak menimbukan ketidaknyamanan saja tanpa 23%, dan reaksi tenang sebanyak 21%; menimbulkan reaksi nyeri yang berlebihan karakteristik anak pada penelitian ini antara sehingga kerancuan yang terjadi dalam lain usia anak yang rata-rata berada pada penelitian ini dapat diminimalkan. usia prasekolah, sebagian besar berjenis Ucapan Terima Kasih kelamin dengan Saya ucapkan terima kasih kepada Ibu Ns. perilaku takut sama dengan jumlah anak Fajar Tri Waluyanti, Sp.Kep, An., IBCLC, Ibu yang tidak takut, sebagian besar berada pada Ns.Happy Hayati, Sp.Kep, An, Ibu Dr. Nani tipe temperamen lambat memanas, dan Nurhaeni, S.Kp., MN, dan Ibu Dessie Wanda, sebagian besar responden pernah mengalami S.Kp., MN selaku dosen Universitas Indonesia nyeri sebelumnya. yang telah sabar memberikan bimbingan, dan menghindar laki-laki, jumlah anak Jurnal Ilmiah Keperawatan Altruistik – Volume 2 / Nomor 2 / Oktober 2019 20 masukan, dan arahan pada penulisan artikel ini. Referensi Baeyer, C.L.V., & Spagrud, L.J. (2007). Systematic review of observational (behavioral) measures of pain for children and adolescents aged 3 to 18 years. Pain, 127, 140-150. Doi: 10.1016/j.pain.2006.09.014. Noel, M., Chambers, C.T., McGrath, P.J., Klein, R.M., & Stewart, S.H. (2012). The influence of children’s pain memories on subsequent pain experience. Pain, 115(16), 1563-1572. Cohen, L.L. (2008). Behavioral approaches to anxiety and pain management for pediatric venous access. Pediatric, 45(7), 122-134. Diunduh dari http://pediatrics.aappublications.org/c ontent/122/Supplement3/S134.full.pdf Craig, K.D., Lilley, C.M., & Gilbert, C.A. (2006). Social barriers to optimal pain management in infants and children. Clin J Pain, 12(4), 232-242. Czarnecki, M.L., Turner, H.N., Collins, P.M., Doellman, D., Darcy, M., Wrona, S., & Reynolds, J. (2011). Procedural pain management: A position statement with clinical practice recommendations. Pain Management Nursing, 21(11), 1-17. Gabriel, J. (2007). Infusion therapy part one: Minimising the risk. Nursing standard, 19(26), 41-48. Hockenberry, M. J., & Wilson, D. (2009). Wong’s essentials of pediatric nursing. (8th ed.). St. Louis: Elsevier Mosby. Le Mone, P., & Burke, K. (2008). Medical surgical nursing: Critical thinking in client care. (3rd ed.). A Pearson Education Company. Mathew, P.J. (2003). Assessment and management of pain in children review. BMJ, 45(5), 256-260. Diunduh dari http://pmj.bmj.com Meltzer, H., Vostanis, P., Dogra, N., Doos, L., Ford, T., & Goodman, R . (2008). Children specific fear. Journal Compilation. Child: Care, health and development, 35(6), 781-789. Blackwell Publishing Ltd. Petersen, S., Hagglof, B.L., & Bergstrom, E.I. (2009). Impaired health related quality of life in children with recurrent pain. Pediatrics, 124(4), 759-767. Prasetyo, S.N. (2010). Konsep dan proses keperawatan nyeri. Yogyakarta: Graha Ilmu. Schmitz, A.K., Vierhaus, M., & Lohaus, A. (2012). Pain tolerance in children and adolescents: Sex differences and psychosocial influences on pain threshhold and endurance. European Journal of Pain, 10(2), 153-157. Srouji, R., Ratnapalan, S., & Schneeweiss, S. (2010). Parental holding and positioning to decrease IV stress in young children: A randomized controlled trial. Journal of Pediatric Nursing, 22(6), 257-263. Supartini, Y. (2004). Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Jakarta: EGC. Tomey, A.M., & Alligood, R.M. (2006). Nursing science and their works. (6th ed.) St.Louis: Mosby Elsevier. Won, D. (2006). Effect of programmed information on coping behaviour and emotions of mother of young children undergoing IV procedures. Journal of Korean Academy of Nursing, 36(8), 1301 – 1307. Wong, D.L. (2004). Pedoman klinis keperawatan pediatrik. (M.Ester, Terjemahan). Jakarta: EGC. (Buku asli terbit tahun 1996). Jurnal Ilmiah Keperawatan Altruistik – Volume 2 / Nomor 2 / Oktober 2019 21