Uploaded by ibnukhasan477

jurnal kep elektif

advertisement
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
REAKSI NYERI AKIBAT TINDAKAN INVASIF
PADA ANAK YANG DIRAWAT
Metha Kemala Rahayu1, Fajar Tri Waluyanti2, Happy Hayati3
1
2,3
Dosen Akper Hermina Manggala Husada, Jakarta
Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia
Abstrak
Tindakan invasif yang didapat anak selama dirawat menimbulkan reaksi nyeri. Perawat perlu
mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan reaksi nyeri. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan reaksi nyeri akibat tindakan invasif.
Desain penelitian adalah penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional dengan
teknik pengambilan sampel dilakukan secara non probability sampling melalui consecutive
sampling dengan jumlah responden sebanyak 90 orang. Analisa data multivariat menggunakan uji
statistik regresi multinomial. Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara
ketakutan dengan reaksi nyeri (p value = 0,018). Anak yang takut memiliki peluang 5 kali untuk
terjadinya reaksi nyeri kategori menghindar dibandingkan anak yang tidak takut. Perawat perlu
melakukan intervensi keperawatan yang dapat mengurangi ketakutan pada anak sehingga reaksi
nyeri kategori menghindar dapat diminimalkan.
Kata kunci: reaksi nyeri, tindakan invasif, ketakutan, anak
Abstract
Invasive treatments to the children during the period of hospitalization cause pain reactions. The
nurses need to know the factors related to pain reactions. The study aims to identify the factors
related with pain reactions related to invasive treatments. The design of this study is observational
research with cross sectional approach by using non probability sampling method through
consecutive sampling with the amount of 90 children respondents. Multivariate data analysis use
multinomial regression statistic test. The result of the analysis indicated that there was a
significant relationship between fear and pain reaction (p value = 0,018). The emergence of pain
reaction “avoidance” from the children who are in fear is as much 5 times greater than children
who are not in fear. Nurses need to conduct nursing interventions that can reduce fear in the
children behavior in order to minimize pain reaction in form of avoidance.
Keywords: pain reaction, invasive treatments, fear, children
Jurnal Ilmiah Keperawatan Altruistik – Volume 2 / Nomor 2 / Oktober 2019
13
Pendahuluan
Tindakan invasif yang didapat anak selama
Tindakan
dirawat di rumah sakit akan menyebabkan
dilakukan pada anak di RSUD Kota Bekasi
trauma akibat nyeri yang dirasakan. Seorang
adalah pengambilan darah melalui vena dan
perawat
bertanggung
sedapat
pemasangan kateter intravena. Di RSUD Kota
mungkin
untuk
atau
Bekasi, perawat tidak melakukan pengkajian
mengurangi rasa nyeri pada klien anak
nyeri pada setiap anak yang dirawat.
(American Academy of Pediatrics/American
Tindakan
Pain Society, 2002; Morton, 2008; Czarnecki
menyebabkan timbulnya reaksi nyeri.
et al., 2011). Untuk mengurangi rasa nyeri
Metode
pada
melakukan
Desain yang digunakan dalam penelitian ini
mengetahui
adalah cross sectional. Kriteria inklusi sampel
faktor-faktor yang berhubungan dengan
penelitian ini adalah klien anak usia 3-7 tahun
reaksi nyeri.
dan akan dilakukan tindakan invasif serta
Faktor-faktor yang berhubungan dengan
telah dirawat di rumah sakit minimal 2 hari.
reaksi nyeri yaitu faktor internal meliputi
Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 90
jenis kelamin, usia, temperamen, ketakutan,
orang anak. Tempat penelitian adalah di
dan pengalaman nyeri sebelumnya serta
RSUD
faktor eksternal meliputi tindakan invasif,
dilaksananakan pada bulan Februari 2015-
paparan nyeri sebelumnya, budaya, dan
Juni 2015.
kehadiran keluarga selain orang tua (Le Mone
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini
& Burke, 2008; Czarnecki et al. 2011).
adalah kuesioner terdiri dari kuesioner
Reaksi nyeri anak usia prasekolah seperti
demografi berisi data usia, jenis kelamin,
menangis, berteriak, ekspresi verbal seperti
pengalaman nyeri sebelumnya, paparan nyeri
“aduh”, “aoww”, “sakit”, memukul-mukulkan
sebelumnya, suku bangsa, dan kehadiran
lengan dan kaki, tidak kooperatif, meminta
keluarga selain orang tua serta kuesioner
dukungan
pelukan
temperamen. Lembar observasi terdiri dari
(Hockenberry & Wilson, 2009). Reaksi nyeri
lembar observasi respon ketakutan anak dan
anak usia sekolah seperti menggigit bibir atau
lembar
memegang sesuatu dengan erat (Supartini,
prasekolah dan sekolah. Lembar observasi
2004).
yang dibuat sendiri oleh peneliti adalah
anak,
pengkajian
menghilangkan
perawat
nyeri
jawab
harus
termasuk
emosional
seperti
invasif
yang
invasif
Kota
yang
Bekasi.
observasi
paling
banyak
dilakukan
Penelitian
reaksi
nyeri
telah
anak
lembar observasi reaksi nyeri yang telah
Jurnal Ilmiah Keperawatan Altruistik – Volume 2 / Nomor 2 / Oktober 2019
14
melalui uji reliabilitas dengan hasil uji Kappa
kuesioner
temperamen
bermakna (r = 0,600).
meminta perawat primer untuk mengisi jenis
Prosedur pada penelitian ini dimulai dengan
tindakan invasif yang dilakukan dan mengisi
peneliti melakukan sosialisasi singkat kepada
lembar observasi ketakutan 5 menit sebelum
perawat primer dan perawat pelaksana
tindakan
tentang maksud dan tujuan penelitian,
pelaksana membantu peneliti melakukan
peneliti melakukan uji interrater reliability
observasi melalui perekaman video reaksi
untuk menguji reliabilitas instrumen lembar
nyeri;
observasi reaksi nyeri melalui uji Kappa untuk
observasi reaksi nyeri sesuai usia anak.
menentukan perawat yang terpilih menjadi
Analisis data meliputi analisis univariat,
asisten peneliti.
analisis bivariat, dan analisis multivariat
invasif
asisten
menggunakan
anak;
dilakukan;
terpilih
uji
peneliti
perawat
mengisi
regresi
lembar
multinomial.
Peneliti menjelaskan instrumen yang harus
diisi orang tua yaitu kuesioner demografi dan
Hasil
Sebagian besar usia responden
adalah
menghindar memiliki persentase yang sama
prasekolah (53,3%), berjenis kelamin laki-laki
(28%).
(53,3%),
Jenis
pernah
mengalami
nyeri
kelamin
laki-laki
sebagian
besar
sebelumnya (82,2%), dan memiliki tipe
memiliki reaksi nyeri menghindar (33,33%),
temperamen
sedangkan
lambat
memanas
(76,7%).
jenis
kelamin
perempuan
Jumlah responden yang takut (45%) sama
sebagian besar memiliki reaksi nyeri tenang
banyak dengan jumlah responden yang tidak
(30,95%). Tidak terdapat hubungan yang
takut (45%).
signifikan antara jenis kelamin dengan reaksi
Sebagian besar responden belum pernah
nyeri (p value = 0,157; α = 0,05). Anak usia
terpapar nyeri sebelumnya (68,9%). Tindakan
prasekolah memiliki reaksi nyeri paling
invasif yang paling banyak dilakukan adalah
banyak
pemberian obat injeksi (52,2%). Mayoritas
sedangkan anak usia sekolah, reaksi nyeri
suku bangsa yang dimiliki responden adalah
tenang dan emosi memiliki persentase yang
suku
besar
sama (28,57%). Tidak terdapat hubungan
responden didampingi keluarga selain orang
yang signifikan antara usia dengan reaksi
tua (55,6%). Reaksi nyeri kategori emosi dan
nyeri (p value = 0,368; α = 0,05).
Jawa
(41,1%).
Sebagian
yaitu
menghindar
Jurnal Ilmiah Keperawatan Altruistik – Volume 2 / Nomor 2 / Oktober 2019
(31,25%),
15
Sebagian besar anak yang takut memiliki
hubungan yang signifikan antara paparan
reaksi
nyeri sebelumnya dengan reaksi nyeri (p
nyeri
menghindar
(37,77%)
dan
mayoritas anak yang tidak takut memiliki
value = 0,994; α = 0,05).
reaksi nyeri tenang (33,33%). Terdapat
Tindakan pemasangan kateter intravena
hubungan yang signifikan antara ketakutan
mayoritas anak memiliki reaksi nyeri berupa
dengan reaksi nyeri (p value = 0,018; α =
melindungi (50%), tindakan pemberian obat
0,05).
dengan
injeksi, sebagian besar responden memiliki
temperamen mudah memiliki reaksi nyeri
reaksi nyeri emosi (29,78%), sedangkan
yang sama antara reaksi tenang (28,57%) dan
tindakan pengambilan darah vena, sebagian
reaksi menghindar (28,57%), sedangkan anak
besar memiliki reaksi nyeri menghindar
dengan
(34,37%). Tidak terdapat hubungan yang
Sebagian
besar
temperamen
mayoritas
memiliki
anak
lambat
emosi
signifikan antara tindakan invasif dengan
(28,98%). Tidak terdapat hubungan yang
reaksi nyeri (p value = 0,445; α = 0,05).
signifikan antara temperamen dengan reaksi
Sebagian besar anak dengan suku Betawi
nyeri (p value = 0,777; α = 0,05).
memiliki
Sebagian besar responden yang pernah
Mayoritas anak dengan suku Sunda, memiliki
mengalami nyeri sebelumnya memiliki reaksi
reaksi nyeri menghindar (46,66%). Sebagian
nyeri emosi (28,37%), sedangkan anak yang
besar anak dengan suku Jawa memiliki reaksi
belum pernah mengalami nyeri sebelumnya,
nyeri emosi (29,73%). Mayoritas anak dengan
mayoritas memiliki reaksi nyeri menghindar
Suku
(31,25%). Tidak terdapat hubungan yang
melindungi (40%). Tidak terdapat hubungan
signifikan
yang signifikan antara suku bangsa dengan
antara
reaksi
memanas,
nyeri
pengalaman
nyeri
reaksi
minang,
nyeri
tenang
memiliki
(30,3%).
reaksi
nyeri
sebelumnya dengan reaksi nyeri (p value =
reaksi nyeri (p value = 0,703; α = 0,05).
0,929; α = 0,05).
Sebagian
Anak yang pernah terpapar nyeri memiliki
keluarga selain orang tua memiliki reaksi
reaksi nyeri yang sama besar antara reaksi
nyeri emosi. Anak yang tidak didampingi
emosi dan reaksi menghindar (28,57%),
keluarga selain orang tua, sebagian besar
sedangkan anak yang belum pernah terpapar
memiliki reaksi nyeri tenang (32,5%). Tidak
nyeri sebelumnya memiliki reaksi nyeri yang
terdapat hubungan yang signifikan antara
sama besar antara reaksi emosi dan reaksi
kehadiran keluarga selain orang tua dengan
menghindar
reaksi nyeri (p value = 0,060; α = 0,05)
(27,42%).
Tidak
terdapat
besar
anak
Jurnal Ilmiah Keperawatan Altruistik – Volume 2 / Nomor 2 / Oktober 2019
yang
didampingi
16
Tabel 1.1 Pemodelan Multivariat (Uji Wald) Variabel Perilaku Ketakutan, Usia, Temperamen,
dan Kehadiran Keluarga Selain Orang Tua
di RSUD Kota Bekasi, April-Mei 2015
Reaksi nyeri
Wald
p value
3.987
.046
Prasekolah
1.447
.229
Sekolah
.
.
Didampingi keluarga
5.760
.016
.162
.
.
.
Temperamen mudah
.046
.831
1.200
Temperamen lambat
.
.
.
Takut
.318
.573
.602
Tidak takut
.
.
.
.889
.346
Prasekolah
1.930
.165
.325
Sekolah
.
.
.
Didampingi keluarga
.703
.402
.569
.
.
.
Temperamen mudah
.006
.940
.944
Temperamen lambat
.
.
.
Takut
1.723
.189
2.851
Tidak takut
.
.
.
.690
.406
Prasekolah
2.017
.156
.307
Sekolah
.
.
.
Didampingi keluarga
2.530
.112
.346.
Variabel
Intercept
Usia
Kehadiran
Tenang
keluarga
selain orang tua
selain orang
Tidak didampingi
tua
Temperame
n
Ketakutan
Kehadiran
Emosi
selain orang tua
selain orang
Tidak didampingi
Temperame
n
Ketakutan
Kehadiran
keluarga
.062 - .1944
.-.
.036 - .716
.-.
.225 - 6.387
.-.
.104 - 3.501
.-.
.066 - 1.587
.-.
.152 - 2.125
.-.
keluarga selain orang tua
.212 – 4.207
.-.
memanas
Intercept
Usia
Interval for Exp (B)
memanas
keluarga
tua
.347
95% Confident
keluarga selain orang tua
Intercept
Usia
Exp(B)
.596 - 13.633
.-.
.060 - 1.566
.-.
.094 - 1.279
selain orang tua
Jurnal Ilmiah Keperawatan Altruistik – Volume 2 / Nomor 2 / Oktober 2019
17
Menghindar
selain orang
Tidak didampingi
tua
.
.
.
.-.
Temperamen mudah
.038
.845
1.157
Temperamen lambat
.
.
.
Takut
3.791
.052
5.006
Tidak takut
.
.
keluarga selain orang tua
Temperame
n
.267 - 5.017
.-.
memanas
Ketakutan
.989 - 25.329
.-.
The reference category is melindungi
Pada hasil analisis di atas, yang paling besar
peluang terjadinya reaksi nyeri kategori
nilai exponen B nya adalah perilaku takut
menghindar pada anak yang takut sebanyak
(5,006), dapat diartikan bahwa perilaku takut
5,006 kali lebih besar dibandingkan anak
merupakan
yang
variabel
yang
paling
besar
tidak
takut.
pengaruhnya terhadap reaksi nyeri dan
Pembahasan
Penelitian
dari
Petersen,
dan
klien anak yang masuk rumah sakit akan
Bergstrom (2009); Srouji, Ratnapalan, dan
muncul perasaan ketakutan karena rasa tidak
Schneeweiss
aman dan tidak nyaman akibat nyeri. Hasil
(2010)
Hagglof,
menyatakan
bahwa
reaksi nyeri anak prasekolah yaitu menangis,
penelitian
berteriak, ekspresi verbal seperti “aduh”,
Meltzer et al. (2008) bahwa anak yang
“aaow”,
sekolah
dirawat akan menjadi lebih cemas dan takut
bereaksi terhadap nyeri dengan memegang
jika anak berpikir tentang nyeri, kekerasan,
sesuatu
mengalihkan
dan perpisahan dengan orang yang disayangi.
perhatian dari sumber nyeri. Hal ini termasuk
Menurut Wong (2004) bahwa anak dengan
reaksi nyeri kategori emosi dan menghindar.
tipe temperamen lambat memanas (slow to
Hasil
warm up) kurang dapat mengekspresikan
sedangkan
dengan
penelitian
anak
erat
dari
dan
usia
Mathew
(2003)
serupa
daripada
juga
nyeri
antara anak laki-laki dan perempuan tidak
sebenarnya. Anak dengan tipe temperamen
terlalu berpengaruh terhadap respon nyeri
tenang/mudah
(tidak
karena hanya dipengaruhi oleh sensitivitas,
perlawanan
bekerja
pengalaman ekspresi, dan kondisi situasional
menyebutkan skala nyeri yang dirasakan
yang mempengaruhi dan bagaimana anak
daripada anak dengan tipe temperamen sulit
menanggapi nyeri. Hasil penelitian dari Won
(menolak dan menyerang). Penelitian dari
(2006) dan Cohen (2008) menjelaskan bahwa
Schmitz, Vierhaus, dan Lohaus (2012) bahwa
Jurnal Ilmiah Keperawatan Altruistik – Volume 2 / Nomor 2 / Oktober 2019
yang
oleh
menjelaskan bahwa perbedaan jenis kelamin
dan
nyeri
dijelaskan
dialami
memberikan
sama)
dapat
18
pengalaman nyeri sebelumnya berpengaruh
sikap tabah, dan mencoba mengalihkan rasa
pada persepsi seseorang tentang nyeri.
sakit
Penelitian dari Noel, Chambers, McGrath,
keagamaan.
Klein, dan Stewart (2012) menjelaskan bahwa
merespon nyeri dengan berteriak, menangis
pengalaman nyeri sebelumnya pada klien
atau marah untuk mendapatkan perhatian
anak berhubungan dengan rasa takut dari
dari
waktu
ekspresif. Penelitian lain yang dilakukan oleh
ke
waktu
dan
mempengaruhi
akibat
orang
nyeri
Klien
lain
melalui
dengan
sehingga
kegiatan
suku
Batak
menunjukkan
pengalaman nyeri yang baru.
Baeyer dan Spagrud (2007) juga menjelaskan
Menurut Teori Adaptasi Roy, manusia adalah
bahwa keyakinan dan nilai-nilai budaya
adaptive system yang berupaya untuk selalu
mempengaruhi cara klien bereaksi terhadap
berinteraksi dan menyesuaikan diri dengan
nyeri. Penelitian dari Craig, Lilley, dan Gilbert
lingkungannya (Tomey & Alligood, 2006).
(2006) bahwa kehadiran keluarga selain
Semakin banyak seorang anak terpapar
orang
reaksi nyeri maka akan semakin banyak
seseorang.
proses untuk menyesuaikan diri sehingga
Pada penelitian ini, terjadi kerancuan antara
reaksi nyeri yang muncul pada awal anak
nyeri dan tidak nyaman. Nyeri terjadi karena
dirawat dapat diadaptasi oleh dirinya seiring
tindakan invasif yang melukai jaringan secara
berjalannya waktu. Penelitian dari Gabriel
langsung
(2007) menjelaskan bahwa tindakan invasif
intravena, pengambilan darah melalui vena,
merupakan tindakan yang tidak nyaman bagi
dan tindakan invasif lain seperti pemasangan
klien anak akibat nyeri yang dirasakan saat
selang Naso Gastric Tube (NGT), sedangkan
tindakan
tersebut
Hasil
ketidaknyamanan terjadi karena pemberian
penelitian
serupa
oleh
obat injeksi melalui selang kateter intravena.
dilaksanakan.
juga
dijelaskan
tua
dapat
seperti
kerancuan
mempengaruhi
pemasangan
kateter
Mitchel dan Whitney (2001) bahwa injeksi
Adanya
atau pemberian suntikan merupakan salah
ketidaknyamanan
satu tindakan invasif yang menyebabkan
dalam penelitian ini yang memungkinkan
ketidaknyamanan, nyeri, dan takut pada klien
banyak faktor-faktor yang tidak berhubungan
anak.
secara signifikan namun secara substansi
Penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo
berhubungan dengan timbulnya reaksi nyeri.
(2010) bahwa klien dengan suku Jawa
Keterbatasan lain dalam penelitian ini adalah
mencoba untuk mengabaikan rasa sakit
penggunaan rumus rule of thumb untuk
akibat nyeri dan hanya diam, menunjukkan
besar sampel analisa multivariat, rumus rule
Jurnal Ilmiah Keperawatan Altruistik – Volume 2 / Nomor 2 / Oktober 2019
antara
nyeri
menjadi
nyeri
dan
keterbatasan
19
of thumb ini tidak memakai α dan β sehingga
Lebih dari separuh responden anak belum
kesalahan tipe 1 dan kesalahan tipe 2 tidak
pernah terpapar nyeri sebelumnya, tindakan
diketahui.
dalam
invasif yang paling banyak dilakukan adalah
penelitian ini adalah variabel kehadiran
pemberian obat injeksi, sebagian besar
keluarga selain orang tua sebaiknya diganti
responden anak memiliki suku Jawa, dan
menggunakan variabel kehadiran orang tua
sebagian besar responden anak didampingi
saja.
keluarga
Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu
hubungan yang signifikan antara takut
acuan
dengan reaksi nyeri, terjadinya takut kategori
Keterbatasan
dalam
keperawatan
di
lainnya
membuat
rumah
intervensi
sakit
sehingga
selain
menghindar
orang
memiliki
tua.
peluang
Terdapat
sebanyak
perawat mengetahui intervensi yang dapat
5,006 kali lebih besar dibandingkan anak
dilakukan pada anak terkait menurunkan
yang tidak takut.
reaksi nyeri menghindar. Pelayanan yang
Saran
diberikan pada anak yang sering membuat
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
anak takut sehingga muncul reaksi nyeri yang
data awal melakukan penelitian lebih lanjut
tidak
di lingkup keperawatan anak. Penelitian lain
sesuai
dengan
usia
anak
dapat
diperbaiki.
yang dapat dilakukan berkaitan dengan hasil
Kesimpulan
penelitian ini adalah lebih membedakan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah reaksi
tindakan yang dilakukan pada anak yang
nyeri terbagi empat kategori yaitu reaksi
melukai jaringan secara langsung sehingga
emosi
masing-masing
menimbulkan nyeri atau tindakan yang
sebesar 28%, reaksi melindungi sebanyak
menimbukan ketidaknyamanan saja tanpa
23%, dan reaksi tenang sebanyak 21%;
menimbulkan reaksi nyeri yang berlebihan
karakteristik anak pada penelitian ini antara
sehingga kerancuan yang terjadi dalam
lain usia anak yang rata-rata berada pada
penelitian ini dapat diminimalkan.
usia prasekolah, sebagian besar berjenis
Ucapan Terima Kasih
kelamin
dengan
Saya ucapkan terima kasih kepada Ibu Ns.
perilaku takut sama dengan jumlah anak
Fajar Tri Waluyanti, Sp.Kep, An., IBCLC, Ibu
yang tidak takut, sebagian besar berada pada
Ns.Happy Hayati, Sp.Kep, An, Ibu Dr. Nani
tipe temperamen lambat memanas, dan
Nurhaeni, S.Kp., MN, dan Ibu Dessie Wanda,
sebagian besar responden pernah mengalami
S.Kp., MN selaku dosen Universitas Indonesia
nyeri sebelumnya.
yang telah sabar memberikan bimbingan,
dan
menghindar
laki-laki,
jumlah
anak
Jurnal Ilmiah Keperawatan Altruistik – Volume 2 / Nomor 2 / Oktober 2019
20
masukan, dan arahan pada penulisan artikel
ini.
Referensi
Baeyer, C.L.V., & Spagrud, L.J. (2007).
Systematic review of observational
(behavioral) measures of pain for
children and adolescents aged 3 to 18
years. Pain, 127, 140-150. Doi:
10.1016/j.pain.2006.09.014.
Noel, M., Chambers, C.T., McGrath, P.J.,
Klein, R.M., & Stewart, S.H. (2012). The
influence of children’s pain memories on
subsequent pain experience. Pain, 115(16),
1563-1572.
Cohen, L.L. (2008). Behavioral approaches to
anxiety and pain management for pediatric
venous access. Pediatric, 45(7), 122-134.
Diunduh dari
http://pediatrics.aappublications.org/c
ontent/122/Supplement3/S134.full.pdf
Craig, K.D., Lilley, C.M., & Gilbert, C.A. (2006).
Social barriers to optimal pain
management in infants and children. Clin J
Pain, 12(4), 232-242.
Czarnecki, M.L., Turner, H.N., Collins, P.M.,
Doellman, D., Darcy, M., Wrona, S., &
Reynolds, J. (2011). Procedural pain
management: A position statement with
clinical practice recommendations. Pain
Management Nursing, 21(11), 1-17.
Gabriel, J. (2007). Infusion therapy part one:
Minimising the risk. Nursing standard,
19(26), 41-48.
Hockenberry, M. J., & Wilson, D. (2009).
Wong’s essentials of pediatric nursing.
(8th ed.). St. Louis: Elsevier Mosby.
Le Mone, P., & Burke, K. (2008). Medical
surgical nursing: Critical thinking in
client care. (3rd ed.). A Pearson
Education Company.
Mathew, P.J. (2003). Assessment and
management of pain in children review.
BMJ, 45(5), 256-260. Diunduh dari
http://pmj.bmj.com
Meltzer, H., Vostanis, P., Dogra, N., Doos, L., Ford,
T., & Goodman, R . (2008). Children specific
fear. Journal Compilation. Child: Care,
health and development, 35(6), 781-789.
Blackwell Publishing Ltd.
Petersen, S., Hagglof, B.L., & Bergstrom, E.I.
(2009). Impaired health related quality
of life in children with recurrent pain.
Pediatrics, 124(4), 759-767.
Prasetyo, S.N. (2010). Konsep dan proses
keperawatan nyeri. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Schmitz, A.K., Vierhaus, M., & Lohaus, A.
(2012). Pain tolerance in children and
adolescents: Sex differences and psychosocial
influences on pain threshhold and
endurance. European Journal of Pain, 10(2),
153-157.
Srouji, R., Ratnapalan, S., & Schneeweiss, S.
(2010). Parental holding and
positioning to decrease IV stress in
young children: A randomized
controlled trial. Journal of Pediatric
Nursing, 22(6), 257-263.
Supartini, Y. (2004). Buku ajar konsep dasar
keperawatan anak. Jakarta: EGC.
Tomey, A.M., & Alligood, R.M. (2006).
Nursing science and their works. (6th ed.)
St.Louis: Mosby Elsevier.
Won, D. (2006). Effect of programmed
information on coping behaviour and
emotions of mother of young children
undergoing IV procedures. Journal of
Korean Academy of Nursing, 36(8),
1301 – 1307.
Wong, D.L. (2004). Pedoman klinis
keperawatan pediatrik. (M.Ester,
Terjemahan). Jakarta: EGC. (Buku asli terbit
tahun 1996).
Jurnal Ilmiah Keperawatan Altruistik – Volume 2 / Nomor 2 / Oktober 2019
21
Download