BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. ( Bruner and Sudart, 2001 ). Demam typhoid pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan rendah, cenderungmeningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka kejadian tinggi pada daerah tropik dibandingkan daerah berhawa dingin. Sumber penularan penyakit demam tifoid adalah penderita yang aktif, penderita dalam fase konvalesen, dan kronik karier. (http://sehat-jasmanidanrohani.blogspot.com/2011/01/thypoid-fever.html) Demam typhoid yang tersebar di seluruh dunia tidak tergantung pada iklim. Kebersihan perorangan yang buruk merupakan sumber dari penyakit ini meskipun lingkungan hidup umumnya adalah baik. Perbaikan sanitasi dan penyediaan sarana air yang baik dapatmengurangi penyebaran penyakit ini. Penyebaran geografis dan musim:Kasus-kasus demam typhoid terdapat hampir di seluruh bagian dunia. Penyebarannya tidak bergantung pada iklim maupun musim. Penyakit itu sering merebak di daerah yangkebersihan lingkungan dan pribadi kurang diperhatikan. Penyebaran usia dan jenis kelamin: Siapa saja bisa terkena penyakit itu tidak ada perbedaan antara jenis kelamin lelaki atau perempuan. Umumnya penyakit itu lebih sering diderita anak-anak. Orang dewasa seringmengalami dengan gejala yang tidak khas, kemudian menghilang atau sembuh sendiri.Persentase penderita dengan usia di atas 12 tahun seperti bisa dilihat pada tabel di bawahini. Usia persentase: 12 – 29 tahun 70 – 80 %, 30 – 39 tahun 10 – 20 %, > 40 tahun 5 – 10 %. 1 B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum: Tujuan umum dari penulisan laporan ini adalah diharapkan untuk kawan – kawan sejawat agar dapat menyelesaikan tugas laporan praktik lapangan dengan baik dan tepat waktu. 2. Tujuan khusus: a. Meningkatkan pengetahuan tentang konsep dan teori keperawatan klien dengan penyakit Typhoid Fever. b. Memberikan asuhan keperawatan secara tepat melalui dari tahap pengkajian, perumusan dari diagnosa keperawatan, pembuatan rencana tindakan, pelaksanaan tindakan dan evaluasi terhadp tindakan dan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan. c. Menggunakan sebagai bahan dan teori yang didapat dengan khusus yang ada dilapangan. d. Mengidentifikasi faktor penghambat dan penunjang dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan Pada Ny. H Dengan Demam Typhoid diruang Rindu E (Penyakit Dalam Wanita) RSUD Teungku Peukan Aceh Barat Daya. C. Manfaat Penulisan 1. Mendapatkan pengetahuan tentang penyakit demam tifoid 2. Mendapatkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan demam tifoid 2 BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Dasar 1. Definisi Deman Typhoid adalah penyakit akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan segala deman, gangguaan pada saluran pencernaan.(Mansjoer, 2002,; 432) Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. ( Bruner and Sudart, 2001 ). Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. (www.sehat-jasmanidanrohani.blogspot.com) Dari beberapa pengertian diatasis dapat disimpulkan sebagai berikut, Typhoid adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh salmonella type A. B dan C yang dapat menular melalui oral, fecal, makanan dan minuman yang terkontaminasi. 2. Etiologi Etiologi typhoid adalah salmonella typhi. Salmonella para typhi A. B dan C. ada dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun. 3. Patofisiologi Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly(lalat), dan melalui Feses. 3 Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Selsel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu. Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang. 4. Manifestasi Klinis Masa tunas typhoid 10 – 14 hari a. Minggu I Pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari. Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia dan mual, batuk, epitaksis, obstipasi / diare, perasaan tidak enak di perut. b. Minggu II Pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah yang khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi), hepatomegali, meteorismus, penurunan kesadaran 4 5. Kompikasi a. Komplikasi intestinal 1) Perdarahan usus 2) Perporasi usus 3) Ilius paralitik b. Komplikasi extra intestinal 1) Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis), miokarditis, trombosis, tromboplebitis. 2) Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndroma uremia hemolitik. 3) Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis. 4) Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : c. hepatitis, kolesistitis. 1) Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritisdan perinepritis. 2) Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan arthritis. 3) Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus, meningitis, polineuritis perifer, sindroma Guillain bare dan sidroma katatonia 6. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan laboratorium, yang terdiri dari : a. Pemeriksaan leukosit Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batasbatas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid. 5 b. Pemeriksaan SGOT DAN SGPT SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid. c. Biakan darah Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor : 1) Teknik pemeriksaan Laboratorium Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung. 2) Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit. Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali. 3) Vaksinasi di masa lampau Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif. 4) Pengobatan dengan obat anti mikroba. Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negatif. d. Uji Widal Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di 6 laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita typhoid. 7. Penataksanaan a. Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam tulang atau 14 hari untuk mencegah komplikasi perdarahan usus. b. Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada komplikasi perdarahan. c. Diet. d. Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein. e. Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring. f. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim. g. Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari. h. Obat-obatan. i. Klorampenikol j. Tiampenikol k. Kotrimoxazol l. Amoxilin dan ampicillin 7 BAB III TINJAUAN KASUS Pada bab tiga ini penulis akan membahas laporan kasus pada Ny. Hdengan Demam Typhoid Diruang Rindu E (Penyakit Dalam Wanita) Rumah Sakit Umum DaerahTeungku Peukan Aceh Barat Daya. A. Pengkajian 1. Identitas Klien Nama : Ny. H Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 33 tahun Agama : Islam Pendidikan : SLTA Alamat : Ladang Neubok Suku Bangsa : Aceh Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Ruangan Rawat : Rind E (Penyakit Dalam Wanita) Dianosa medis : Demam Typoid Tanggal Masuk : 11Oktober 2020 Tanggal Pengkajian : 13 Oktober 2020 2. Riwayat Kesehatan Klien a. Kesehatan Masa Lalu : Klien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit seperti maag dan malaria apalagi penyakit menular. b. Riwayat Kesehatan Sekarang : Klien mengatakan demam menggigil, nafsu makan berkurang, mual dan muntah, nyeri pada ulu hati saat bergerak. P : Nyeri pada abdomen Q : ditusuk-tusuk R : Nyeri pada epigastrium 8 S : 6 (sedang) T : Berkala tak menentu c. Riwayat Kesehatan Keluarga Klien mengatakan bahwa di dalam keluarganya tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit keturunan. 3. Pemeriksaan Fisik 1. Keadaan umum : Klien lemah 2. Kesadaran : Compos Mentis GCS = 15 E:4 3. Tanda-tanda vital M:5 V:6 : TD : 110/80 mmHg RR : 20 x/menit N : 102 x/menit S : 380C BB : 46 kg 4. Pemeriksaan Persistem : a) Sistem Pernafasan Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada massa dan sputum pergerakan paru kanan dan kiri normal dengan frekuensi 20 kali/ menit . Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, pada sinus prontalit maksilanus nyeri tekan tidak ada Perkusi : Bunyi resonan pada lapang dada. Auskultasi : Normal b) Sistem Kardiovaskuler: Inspeksi : Dada simetris, tidak ada pembesaran dada kanan atau kiri Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, dengan frekuensi nadi 102 x/ menit Perkusi : Tidak terdengar suara pekak Auskultasi : Terdengar suara jantung S1 (lub) dan S2 (dub), Gallop (-), Murmur (-). 9 c) Sistem Persyarafan 1) Nervus olfaktorius : Penciuman Normal 2) Nervus optikus : Penglihatan klien normal dan jelas 3) Nervus okulomotorius. : Pergerakan bola mata klien normal dan klien tidak juling 4) Nervus trochlearis : Normal 5) Nervus trigeminus : Normal 6) Nervus abdusen : Sensasi wajah baik dan normal 7) Nervus fasialis : Gerakan otot wajah klien baik 8) Nervus vestibulokoklealis : Normal 9) Nervus glasofaringius : Rasa ; Normal 10) Nervus vagus : Reflek menelan baik 11) Nervus aksesorius : Gerakan otot baik 12) Nervus Hipoglosus : Gerakkan lidah baik d) Sistem Pencernaan Inspeksi : Bentuk mulut simetris, mukosa bibir lembab, tidak ada stomatitis Palpasi : Terdapat nyeri tekan pada abdomen atas atau bagian ulu hati skala 5 Perkusi : Timpani Auskultasi : Bising usus 20 x/m e) Sistem Perkemihan Inspeksi : Klien mengatakan bentuk alat kelaminnya normal. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada vesita urinaria f) Sistem Pengindraan (1) Mata Inspeksi : Bentuk simetris, konjungtiva berwarna merah muda penglihatan baik, tidak ada alat bantu penglihatan. Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan (2) Hidung Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada massa dan sputum Palpasi Tidak terdapat nyeri tekan : 10 (3) Pendengar Inspeksi : Bentuk simetris terdapat serumen, dengan pendengaran baik Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan (4) Pengecap Inspeksi : Mukosa bibir lembab, bibir simetris dan tidak terlihat bercak putih atau kotor. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada leher dan reflek menelan (5) Peraba Inspeksi : Tidak ada kelainan Palpasi Klien bisa membedakan antara panas dan dingin : g) Data Penunjang (Laboratotium, Radiologi) Jenis pemeriksaan WBC Lym MID Gra Lym % Hasil 6,2 k/ul 2,3 k/ul 0,3 k/ul 3,6 k/ul 37,8 % Normal 4,0 – 12,0 k/ul 2,0 – 8,0 k/ul 1,6 – 5,0 k/ul 0,1 – 1,0 k/ul 50,0 – 80,0 k/ul h) Pengobatan RL : 20 tetes/menit Ceftriaxon vial : 1 mg/12 jam Omeprazol vial : 40 mg/24 jam Ondansetron amp : 4 mg/8 jam Paracetamol : 3 x 1 tablet tab 11 B. Analisa Data No Data 1 Ds Etiologi : Klien mengatakan demam Proses sudah 6 hari TTV : Masalah Hipertermi perjalanan penyakit TD : 110/80 mmHg RR : 20 x/menit N : 102 x/menit S : 38 0C Do : Klien terlihat lemah dan gelisah 2 Ds : Klien mengatakan nyeri pada ulu Peningkatan hati Nyeriepigastrium asam lambung P : Nyeri pada abdomen Q : ditusuk-tusuk R : Nyeri pada epigastrium S : 6 (sedang) T : Berkala tak menentu Do: 3 - Klien terlihat meringis - Klien gelisah Ds : Klien mengatakan nafsu makan Anoreksia Perubahan pola berkurang, terasa mual dan nutrisi muntah dari Do : - Klien tampak mengeluh dan kurang kebutuhan tubuh meringis - BB sebelum masuk 48 kg - BB Sesudah masuk 46 kg - Klien hanya menghabiskan 4-6 sendok makan 12 C. Diagnosa Keperawatan Setelah dilakukannya pengkajian dan analisa data, maka tahap selanjutnya perumusan diagnosa keperawatan adapun diagnosa yang muncul pada Ny. H dengan Demam Typhoid Diruang Rindu E (Penyakit Dalam Wanita) Rumah Sakit Umum Daerah Teungku Peukan Aceh Barat Daya adalah: 1. Hipertermi berhubungan dengan proses perjalanan penyakit Do : Klien terlihat lemah dan gelisah Ds : Klien mengatakan demam sudah 6 hari TTV : TD : 110/80 mmHg RR : 20 x/menit N : 102 x/menit S : 38 0C 2. Nyeri epigastrium berhubungan dengan asam lambung yang meningkat Ds : Klien mengatakan nyeri pada ulu hati Do: - Klien terlihat meringis - Klien gelisah 3. Anoreksia berhubungan dengan perubahan pola nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Ds : Klien mengatakan nafsu makan berkurang, terasa mual dan muntah Do :- Klien tampak mengeluh dan meringis - BB sebelum masuk 48 kg - BB Sesudah masuk 46 kg - Klien hanya menghabiskan 4-6 sendok makan 13 D. Intervensi Tujuan dan Intervensi Kriteria Hasil 1 Hipertermi berhubungan dengan Setelah dilakukan perawatan 1. Berikan kompres hangat proses perjalanan penyakit selama 1 x 24 jam basah Do : Klien terlihat lemah dan diharapkan suhu tubuh klien 2. Monitoring tetesan infuse gelisah normal dengan kriteria hasil 20 tetes per menit Ds : Klien mengatakan demam : 3. Kolaborasi pemberian sudah 6 hari - Suhu tubuh obat Piresik dan 0 TTV : 36 C Antibiotik TD : 110/80 mmHg - Klien terlihat tenang RR : 20 x/menit N : 102 x/menit S : 38 0C 2 Nyeri epigastrium berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji skala nyeri dengan asam lambung yang keperawatan selama 3 x 24 2. Berikan posisi nyaman meningkat jam. Diharapkan nyeri klien 3. Kolaborasi dengan DS : Klien mengatakan nyeri pada hilang dengan criteria hasil : dokter pemberian obat ulu hati Skala nyeri 1 analgesik DO : Klien terlihat santai Klien terlihat meringis Klien gelisah 3 Anoreksi berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji pola nutrisi perubahan pola nutrisi kurang dari keperawatan 2. Kolaborasi No Diagnosa Keperawatan Rasional 1. Untuk menurunkan panas klien 2. Untuk membantu kebutuhan nutrisi tubuh 3. Untuk membantu menurunkan panas klien 1. Untuk mengetahui tingkat skala nyeri 2. Untuk membantu mengurangi nyeri 3. Untuk mengurangi nyeri 1. Agar mengeathui porsi makan klien 14 kebutuhan tubuh DS : Klien mengatakan nafsu makan berkurang, terasa mual dan muntah DO : - Klien tampak mengeluh dan meringis - BB sebelum masuk 48 kg - BB Sesudah masuk 46 kg - Klien hanya menghabiskan 4-6 sendok makan 3 x 24 jam diharapkan klien menganjurkan makan tidak mual dan muntah sedikit tapi sering dengan criteria hasil : 3. Kolaborasi dengan Klien mau makan dokter untuk pemberian Klien terlihat lahap saat obat suplemen makan 2. Agar makan klien kembali normal 3. Agar pemberian gizi sesuai kebutuhan tubuh 15 E. Implementasi No Hari/Tanggal 1 12/10/2020 No Dx I - 12/10/2020 II - 12/10/2020 III 2 12/10/2020 I Implementasi (DAR) D : Klien mengatakan demam sudah 6 hari A :Berikan kompres hangat basah Monitoring tetesan infuse 20 tetes per menit Kolaborasi pemberian obat anti piretik dan Antibiotik R: Kompres hangat basah sudah diberikan Observasi tetesan infuse normal Pemberian obat sesuai dosis sudah diberikan D : Klien mengatakan nyeri pada ulu hati A: Kaji skala nyeri Berikan posisi nyaman Kolaborasi dengan dokter pemberian obat analgesic R: Klien terlihat tenang dan nyaman Klien tidak gelisah D : Klien mengatakan nafsu makan berkurang, terasa mual dan muntah A: Kaji pola nutrisi Kolaborasi menganjurkan makan sedikit tapi sering Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat suplemen BB klien 46 kg R: Klien terlihat santai dan tenang Klien ridak mual lagi Klien bisa makan secukupnya D : Klien mengatakan demam , Suhu tubuh klien 38 0C A :- Melanjutkan tindakan memberikan 16 - 12/10/2020 II A :- 12/10/2020 13/10/2020 kompres hangat dingin Mengkolaborasikan pemberian obat piretik R: Klien tidak demam lagi Klien terlihat santai Suhu tubuh 36 0C D : Klien mengatakan nyeri pada ulu hati Mengkaji skala nyeri Memberi posisi yang nyaman Mengkolaborasi pemberian obat analgesic R: Skala nyeri klien 4-6 (sedang) Posisi semi fowler telah diberikan Klien merasa tenang III D : Klien mengatakan masih belum ada nafsu makan dan tidak mual muntah lagi A: Mengkaji pola nutrisi Mengkolaborasi makan sedikit tapi sering Menganjurkan klien untuk bayak minum air gula R: Klien klien hanya menghabiskan 5-6 sendok saja Klien masih mual muntah BB klien 46 kg ID : Klien mengatakan sudah tidak demam lagi, suhu tubuh klien 36 0C A: Melanjutkan tindakan memberikan kompres hangat dingin Mengkolaborasikan pemberian obat anti piretik R: Klien tidak demam lagi Klien terlihat santai Suhu tubuh 36 0C 17 IID : Klien mengatakan masih nyeri pada ulu hati Mengkaji skala nyeri Memberi posisi yang nyaman Mengkolaborasi pemberian obat analgesic R: - Skala nyeri klien 4-6 (sedang) - Posisi semi fowler telah diberikan - Klien merasa tenang III D : Klien mengatakan sudah mau makan dan tidak mual muntah lagi - Mengkaji pola nutrisi - Mengkolaborasi makan sedikit tapi sering - Menganjurkan klien untuk bayak minum air gula R: Klien terlihat lahap saat makan Klien tidak mual muntah lagi BB klien naik jadi 47 kg F. Evaluasi No Tanggal/jam 1 12/10/2020 No Dx I - - Perkembangan (SOAPIE) S : Klien mengatakan demam sudah 6 hari O: Klien terlihat lemah dan gelisah, S = 38 0C A : Masalah teratasi P : Intervensi ditentukan I: - Memberikan kompres hangat basah - Memonitoring tetesan infuse 20 tetes per menit - Mengkolaborasi pemberian obat Anti piretik dan Antibiotik E: Klien terlihat tenang pada saat di kompres Tetesan infuse berjalan dengan lancer Klien terlihat nyaman dan santai 18 12/10/2020 II - E: 12/10/2020 III O: I :- 2 13/10/2020 I - 13/10/2020 II - S : Klien mengatakan tidak nyeri ulu hati O: Klien terlihat santai Skala nyeri 6 A : Masalah teratasi P : Intervensi dihentikan I : - Kaji skala nyeri Berkolaborasi dalam pemberian obat analgesik Memberikan posisi yang nyaman Skala nyeri klien 6 - Obat piretik telah diberikan S : klien mengatakan mual muntah lagi dan tidak nafsu makan - Klien terlihat lemah - BB sebelum masuk 48 kg - BB Sesudah masuk 46 kg - Klien hanya menghabiskan 4-6 sendok makan A : Masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan - Mengkaji pola nutrisi Mengkolaborasi menganjurkan makan sedikit tapi sering Mengkolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat suplemen Menganjurkan minum air gula secukupnya E: Klien tampak lemah Klien nampak mual dan muntah Klien enakan saat diberi air gula S : Klien mengatakan masih demam O: Klien terlihat pucat, S = 37 0C A : Masalah teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi S : Klien mengatakan tidak nyeri ulu hati O: Klien terlihat santai Skala nyeri 6 A : Masalah teratasi P : Intervensi dihentikan 19 3 13/10/2020 III 13/10/2020 I - 13/10/2020 III S : klien mengatakan kurang nafsu makan O : - klien masih mual BB sebelum masuk 48 kg - BB Sesudah masuk 46 kg - Klien hanya menghabiskan 4-6 sendok makan A : masalah teratasi sebagian P : Intervensi dilanjutkan S : klien mengatakan sudah tidak demam lagi O: klien terlihat tenang dan terbaring santai, S = 36 A : Masalah teratasi P : Intervensi dihentikan S : Klien mengatakan tidak mual muntah lagi dan nafsu makan sudah ada O:- Klien terlihat lahap pada saat makan - BB Sesudah naik ± 47 kg - Klien hanya menghabiskan makannya A : masalah teratasi P : Intervensi dihentikan 20 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Typhoid adalah suatu penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna dan gangguan kesadaran. Penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhi, salmonella type A.B.C penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. Cara pencegahan penyakit typoid yang dilakukan adalah cuci tangan setelah dari toilet dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan makanan, hindari minum susu mentah (yang belum dipasteurisasi), hindari minum air mentah, rebus air sampai mendidih dan hindari makanan pedas. B. Saran Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan maka dengan adanya makalah ini, diharapkan pembaca dapat memahami tentang penyakit typoid dengan baik. 21 DAFTAR PUSTAKA Brunners & Suddart, (2002), Buku Ajar Keperawatan, Edisi 8, Penerbit EGC, Jakarta. Doengoes, Marilyn E., (2002), Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan pendokumentasian Tujuan Perawatan Pasien, Edisi III, EGC, Jakarta. Evelyn C., Pearce, (2002), Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Nursalam, (2001), Proses Dokumentasi Keperawatan, Edisi I, Salemba Medika, Jakarta. Pengertian Demam Tipoid. Diambil tanggal 13Oktober 2020 http://sehatjasmanidanrohani.blogspot.com/2011/01/thypoid-fever.html Definisi Typoid. Diambil pada tanggal 13Oktober 2020. Asuhan Keperawatan dengan Demam Tipoid. Diambil tanggal 9 Juni 2012. http://denfirman.blogspot.com/2010/06/asuhan-keperawatantypoid.html Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan. Diambil pada tanggal 13Oktober 2020. http://blogs.unpad.ac.id/haqsbageur/2010/03/26/anatomi-danfisiologi-sistem-pencernaan-manusia/ Sudoyo, Aru W., (2006) , Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi IV, Jilid III, FKUI, Jakarta. Tarwono, Wartonah, (2004), Kebutuhan Dasar Manusi dan Proses Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta. 22