LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN MELAKSANAKAN PROSES PEMBIAYAAN MODAL USAHA DENGAN AKAD MURABAHAH DI KSU BINA USAHA SEJAHTERA Laporan ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti Ujian Nasional ( UN ) Tahun Pelajaran 2019/2020 Oleh : ANGGITA PUTRI ADELLIA NISN : 0021052812 PROGRAM KEAHLIAN : PERBANKAN SYARIAH PEMERINTAH KOTA DEPOK DINAS PENDIDIKAN SMK NEGERI 3 DEPOK Jl. Merdeka Raya No.78 Depok II Timur Kec.Sukmajaya Kota Depok Tahun 2018 LEMBAR PENGESAHAN INSTANSI Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini telah diteliti, dipelajari, dan disetujui oleh pembimbing KSU BINA USAHA SEJAHTERA Pada tanggal : Bulan : Desember Atas Nama Pimpinan Instansi Manager Yoga Wulandari NIP. i Tahun : 2018 LEMBAR PENGESAHAN SEKOLAH Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini telah diteliti, dipelajari, dan disetujui oleh pembimbing dari SMK Negeri 3 Depok sebagai syarat untuk mengikuti Ujian Nasional (UN) Tahun Pelajaran 2019/2020 Pembimbing Materi, Pembimbing Teknis, ENDANG NUGRAHA P, S. E. I SAFITRI, S.Pd Mengetahui/Menyetujui, Kepala SMK Negeri 3 Depok, Kepala Program Keahlian, LUSI TRIANA, S. Pd, M.M. ENDANG NUGRAHA P, S. E. I ii LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini telah diujikan pada tanggal : 10 Desember Nama Penguji 2018 Tanda Tangan 1. 1. 2. 2. 3. 3. 4. 4. SMK Negeri 3 Depok iii LEMBAR MOTTO “jangan pernah menyerah. karena bisa jadi orang gagal itu karena dia menyerah pada detik detik kesuksesannya.“ ─ Unknownymous iv KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) serta dapat menyelesaikan laporannya tepat waktu dan tanpa adanya halangan yang berarti. Laporan PKL ini penulis susun berdasarkan pengalaman dan data-data yang diperoleh selama melaksanakan PKL di KSU Bina Usaha Sejahtera. Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, oleh sebab itu penulis ingin mengungkapkan rasa terima kasih kepada : 1. Allah SWT atas segala rahmat-Nya. 2. Orang tua penulis yang telah memberikan dukungan. 3. Ibu Lusi Triana, S.Pd, MM. sebagai Kepala Sekolah SMK Negeri 3 Depok. 4. Pak Endang Nugraha Putra selaku Pembimbing Materi. 5. Ibu Safitri selaku Pembimbing Teknis. 6. Ibu Yoga Wulandari selaku Manager KSU Bina Usaha Sejahtera. 7. Ibu Rika Pratiwi Rahayu selaku Pembimbing PKL. 8. Karyawan dan Staff KSU BUSRA yang telah banyak membantu. Akhir kata semoga laporan PKL ini dapat memberikan banyak manfaat bagi kita semua, Aamiin. Depok, Desember 2018 Penyusun v DAFTAR ISI Lembar Pengesahan dari Perusahaan/Instansi ........................................................ i Lembar Pengesahan dari Sekolah .......................................................................... ii Lembar Pengesahan Penguji ................................................................................. iii Lembar Motto ........................................................................................................ iv Kata Pengantar ........................................................................................................v Daftar Isi ................................................................................................................ vi Daftar Bagan ........................................................................................................ viii Daftar Gambar ........................................................................................................ ix BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .....................................................................................1 B. Ruang Lingkup ......................................................................................2 C. Tujuan Penulisan ...................................................................................2 D. Waktu dan Tempat ................................................................................3 E. Sistematika Penyusunan .......................................................................3 BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Berdirinya Perusahaan/Instansi ................................................5 B. Organisasi/Struktur Perusahaan/Instansi ...............................................7 C. Tata Tertib Kerja Perusahaan/Instansi ................................................10 D. Disiplin & Keselamatan Kerja Perusahaan/Instansi ...........................11 E. Landasan Teoritis ( Teori Buku ) ........................................................11 vi BAB III PEMBIAYAAN MODAL USAHA DENGAN AKAD MURABAHAH DI KSU BUSRA A. Persiapan .............................................................................................28 B. Langkah Kerja .....................................................................................29 C. Hasil ....................................................................................................34 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan..........................................................................................35 B. Saran ....................................................................................................35 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 37 LAMPIRAN ..........................................................................................................38 vii DAFTAR BAGAN Bagan 2.1 Struktur KSU Bina Usaha Sejahtera ........................................................................8 Bagan 3.1 Persiapan Kerja ......................................................................................................28 Bagan 3.2 Langkah Kerja ........................................................................................................29 viii DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Logo Perusahaan ......................................................................................................6 Gambar 2.2 Alur Murabahah dengan Pesanan ..........................................................................24 Gambar 2.3 Alur Murabahah tanpa Pesanan .............................................................................25 Gambar 2.4 Skema Akad Murabahah ........................................................................................25 Gambar 3.1 Formulir Aplikasi Pengajuan Pembiayaan ............................................................ 30 Gambar 3.2 Contoh Analisa pembiayaan ................................................................................. 31 Gambar 3.3 Contoh Penggabungan Data .................................................................................. 31 Gambar 3.4 Contoh Perjanjian Akad Murabahah ..................................................................... 32 Gambar 4.1 Pengambilan dana saat di bank BJB Syariah Margonda ........................................38 Gambar 4.2 Foto bersama ..........................................................................................................38 Gambar 4.3 Penyetoran uang saat di bank Syariah Mandiri Margonda ....................................38 Gambar 4.4 Contoh tabel angsuran pembiayaan .......................................................................38 Gambar 4.5 Syarat mengajukan pembiayaan .............................................................................38 Gambar 4.6 Brosur pembiayaan.................................................................................................38 ix BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Koperasi merupakan salah satu lembaga keuangan yang memiliki fungsi untuk membantu kesejahteraan para anggotanya. Untuk menyejahterakan para anggotanya, koperasi dapat menyediakan beberapa layanan sekaligus kepada para anggotanya. Salah satunya adalah kegiatan penyaluran dana kepada anggota atau yang sering disebut dengan pembiayaan, salah satu akad yang digunakan dalam pembiayaan adalah akad Murabahah. Murabahah adalah akad jual-beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Akad ini merupakan salah satu bentuk natural certainty contract, karena dalam Murabahah ditentukan berapa keuntungan yang ingin diperoleh. Salah satu lembaga keuangan mikro syariah, KSU Bina Usaha Sejahtera dalam pembiayaan modal usaha mengunakan akad Murabahah. Akad Murabahah yang seharusnya digunakan untuk transaksi jual-beli yang tujuannya konsumtif bagi anggota akan tetapi akad ini digunakan untuk pembiayaan modal usaha bagi anggotanya. Dalam pelaksanaan akad ini, KSU Bina Usaha Sejahtera memberikan kuasa bagi anggotanya untuk membeli barang yang diperlukan. Selanjutnya, KSU Bina Usaha Sejahtera memberi sejumlah modal uang kepada anggota ditambah sejumlah keuntungan untuk 1 dibayar oleh anggota dalam jangka waktu tertentu, sesuai kesepakatan antara koperasi dan anggota Dengan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melihat secara jelas dengan mencoba melakukan penelitian mengenai pelaksanaan akad Murabahah untuk pembiayaan modal usaha yang dilakukan lembaga tersebut kepada anggotanya. Dalam penelitian ini, penulis mengambil judul “Melaksanakan Proses Pembiayaan Modal Usaha Dengan Akad Murabahah Di KSU Bina Usaha Sejahtera”. B. Ruang Lingkup Ruang lingkup ini meliputi pembahasan Murabahah yakni : 1. Bagaimana pelaksanaan akad Murabahah untuk pembiayaan modal usaha yang dilakukan oleh KSU Bina Usaha Sejahtera kepada anggotanya? 2. Alasan penggunaan akad Murabahah untuk pembiayaan modal usaha. 3. Bagaimana solusi untuk memperbaiki pelaksanaan akad Murabahah supaya sesuai dengan syariah? C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penulisan laporan ini dibuat adalah sebagai berikut : 1. Mendeskripsikan mekanisme pelaksanaan akad Murabahah untuk pembiayaan modal usaha yang dilakukan oleh lembaga tersebut. 2. Memahami lebih dalam sistematika pembiayaan modal usaha di KSU BUSRA. 2 3. Memberikan solusi untuk memperbaiki pelaksanaan akad Murabahah supaya sesuai dengan syariah. 4. Mengajarkan siswa untuk bertanggung jawab terhadap apa yang pernah dikerjakan dan dilakukannya. D. Waktu dan Tempat 1. Waktu Adapun waktu siswa melaksanakan PKL di KSU BUSRA (Koperasi Serba Usaha Bina Usaha Sejahtera) mulai tanggal 16 Juli 2018 sampai dengan 12 Oktober 2018. 2. Tempat Tempat yang dipergunakan untuk pelaksanaan PKL adalah KSU BUSRA (Koperasi Serba Usaha Bina Usaha Sejahtera) yang beralamat di Ruko Siliwangi Kav. 3, Jl. Siliwangi No.15 Pancoran Mas Depok. E. Sistematika Penyusunan Berikut ialah sistematika penyusunan laporan : BAB I : PENDAHULUAN Pada bab ini akan membahas tentang Latar Belakang PKL, Ruang Lingkup, Tujuan Penulisan Laporan, Waktu dan Tempat PKL serta Sistematika Penyusunan Laporan. BAB II : TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN Bab ini membahas tentang Sejarah Berdirinya Perusahaan/Instansi, Visi Misi Perusahaan, 3 Struktur Perusahaan, Tata Tertib Perusahaan, Disiplin & Keselamatan Kerja Perusahaan serta Landasan Teoritis (Teori Buku). BAB III : PENERAPAN AKAD MURABAHAH DI KSU BUSRA Bab ini membahas tentang Persiapan, Langkah Kerja serta Hasil dari Pembiayaan Modal Usaha Dengan Akad Murabahah di KSU BUSRA. BAB IV : PENUTUP Bab yang membahas 4 tentang Kesimpulan serta Saran. BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Berdirinya Perusahaan/Instansii Sejarah berdirinya Koperasi Serba Usaha Bina Usaha Sejahtera (KSU BUSRA) berawal dari kumpulan beberapa kelompok pemberdayaan ekonomi yang tersebar di wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi sejak tahun 2001. Karena mengalami perkembangan terus akhirnya dimusyawarahkan dan diputuskan pada tahun 2006 dibentuklah koperasi supaya mempunyai legal formal/berbadan hukum dengan modal awal Rp.65.000.000,00. Untuk perkembangan saat ini KSU BUSRA beranggotakan kelompok dan perorangan di wilayah Depok dan sekitarnya. Koperasi ini memiliki 6 kantor kas yang tersebar di beberapa kecamatan di Kota Depok dan Bogor. Pada tanggal 8 Maret 2016 telah dibuka Toko Elektronik di Perumahan BSI 2 - Pengasinan - Sawangan. Usia KSU BUSRA yang terbilang masih muda kurang lebih 12 tahun, namun grafik SHU ( Sisa Hasil Usaha ) dan asset meningkat setiap tahun. Jumlah anggota yang berkualitas juga mengalami peningkatan. Hal ini bisa terwujud tak terlepas dari kerja sama yang baik antara pengurus dan anggota koperasi. Semakin banyaknya anggota simpanan dan deposan yang bergabung di KSU Bina Usaha Sejahtera, maka semakin banyak yang peduli dengan perekonomian masyarakat menengah ke bawah. 5 Visi dan Misi Perusahaan 1. VISI KSU Bina Usaha Sejahtera “ Menjadi Lembaga keuangan yang Mandiri, Mengakar Dan meMasyarakat (LM-3)” 2. MISI KSU Bina Usaha Sejahtera a. Meningkatkan kesejahteraan anggota dan masyarakat sekitar. b. Membantu mengembangkan modal dan usaha yang dimiliki anggota. Gambar 2.1 Logo Perusahaan Sistem administrasi organisasi dan keuangan KSU BUSRA sudah menggunakan system Manajemen Modern berbasis IT dengan aplikasi software Koperasi Syari’ah yang disesuaikan dengan dinamika Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) anggota KSU BUSRA. Karena dana yang masuk dikelola untuk usaha : 1. Pembiayaan modal kerja, investasi, dll 2. Usaha sektor perumahan Shar’I (Sehat murah tapi berkualitas dan Islami) 3. Usaha toko elektronik, toko listrik dan toko peralatan rumah tangga. 4. Pembukaan kantor kas dan kantor cabang baru. 5. Inovasi usaha yang menguntungkan di sektor pertanian dan peternakan. KANTOR PUSAT : Ruko Siliwangi Kav-3, Jl. Siliwangi No.15 Kel. Depok Pancoran Mas-Kota Depok 6 KANTOR KAS : 1. Kantor Kas Azzahra Jl. Tiga Putra Blok Singkuk RT 02/11 Meruyung – Limo, Depok 2. Kantor Kas Anggrek Biru Perumahan BSI 2 Jl. Cendrawasih IV Blok B-6 No.60 RT 01/10 Pengasinan – Sawangan, Depok 3. Kantor Kas Cagar Alam Jl. Setu Pitara RT 04/06 No.18 Pancoran Mas, Depok 4. Kantor Kas Duren Seribu Perumahan Sawangan Elok Blok C-1 No. 2 RT 04/11 Duren Seribu-Bojongsari-Kota Depok 5. Kantor Kas Pondok Rajeg Perumahan Pondok Rajeg Baru Jl. Swadaya No. 115 Blok E-1 RT 2/01 Pondok Rajeg – Cibinong, Kab.Bogor 6. Kantor Kas Sejahtera Mandiri Jl. Artayasa Blok Tengki 2 RT 03/10 No.17 Meruyung - Limo, Kota Depok B. Struktur Organisasi Struktur organisasi koperasi menunjukkan adanya garis wewenang dan tanggung jawab, garis komando serta cangkupan bidang pekerjaan masingmasing. Struktur ini menjadi sangat penting supaya tidak jadi benturan pekerjaan serta memperjelas fungsi dan peran masing-masing bagian dalam organisasi. Tentu saja masing-masing koperasi dapat memiliki karakteristik 7 tersendiri, sesuai dengan besar kecilnya organisasi. Namun demikian, struktur organisasi dalam setiap koperasi terdiri dari : 1. Musyawarah/Rapat Anggota Tahunan. 2. Dewan Pengurus. 3. Dewan Pengawas Syari’ah. 4. Pengelola yang terdiri minimal terdapat Manager, Marketing, Accounting, dan Teller. STRUKTUR KOPERASI Ketua Muklas, AMKL Sekretaris Bendahara Lusy, SE Uum Mulyani Pengawas Pengawas Aceng Toha Manager Yayat Suhyana Admin Maulina Yoga Wulandari Customer Service Teller Riyan Wibowo Marketing Indah Kurniasih Irawan Bagan 2.1 Struktur Koperasi 8 Syamsuri Tugas Admin : 1. Melayani pengajuan pembiayaan. 2. Melayani permohonan penyimpanan dana (tabungan dan deposito) usaha. 3. Mengarsipkan data akad. 4. Mengelola administrasi data anggota (nasabah) melakukan proses pembiayan mulai dari pembiayaan hingga pelunasan membuat akad-akad dan surat-surat perjanjian lain. 5. Menginput setoran kankas. 6. Membuat SMS reminder. Tugas Teller : 1. Merencanakan dan melaksanakan seluruh transaksi yang sifatnya tunai. 2. Memberikan pelayanan prima kepada anggota (nasabah). 3. Memberikan informasi hak dan kewajiban anggota (nasabah) secukupnya dan informasi lain yang diperlukan dan mengarahkan anggota (nasabah) pada pilihan produk yang sesuai degan kebutuhannya. 4. Menerima setoran angsuran pembiayaan. 5. Menerima setoran dan penarikan tabungan serta simpanan berjangka. Tugas Customer Service : 1. Menerima mitra dan memberikan penjelasan mengenai produk tabungan dan deposito yang ada di KSU Bina Usaha Sejahtera. 2. Memproses aplikasi pembukaan tabungan dan meminta nasabah untuk menyetorkan uangnya ke kas berdasarkan slip setoran tabungan yang telah dibuatnya. 9 3. Melakukan pengarsipan untuk permohonan tabungan dan deposito pada binder khusus sesuai tanggal. 4. Memberikan segala informasi dan kemudahan-kemudahan kepada nasabah. Disamping itu juga sebagai tempat menampung keluhan, keberatan, atau konsultasi. 5. Mengecek mutasi rekening bank. 6. Membuat fee marketing. C. Tata Tertib Perusahaan/Instansi 1. Melayani customer yang datang dengan sambutan yang baik, sopan, dan ramah (5S : Senyum, Sapa, Salam, Sopan & Santun). 2. Mengucapkan salam ketika masuk kantor. 3. Mengucapkan salam pada tamu yang lupa/tidak mengucapkan salam. 4. Menanyakan keperluan customer. 5. Tidak SMS dan telepon ketika ada customer maupun ketika sedang sibuk bekerja. 6. Tidak banyak bicara yang tidak berkaitan dengan pekerjaan di waktu kerja 7. Bertutur kata sopan dengan customer. 8. Saling membantu dengan rekan sejawat dalam urusan pekerjaan. 9. Tidak menggunakan fasilitas kantor untuk keperluan pribadi. 10. Menjaga adab islami dalam bergaul. 10 D. Disiplin dan Keselamatan Kerja Perusahaan 1. Jam Kerja Senin s/d Jum’at : 07.30 WIB s/d selesai. 2. Sikap a) Berkata lemah lembut & sopan b) Berperilaku sopan & santun 3. Jam Operasional Senin s/d Jum’at : 08.00 WIB s/d 15.30 WIB E. 4. Berpakaian rapih, sopan, dan menutup aurat. 5. Bekerja berlandaskan Iman & Taqwa. 6. Menggunakan & memelihara barang kantor dengan sebaik mungkin. Landasan Teoritis 1. Pembiayaan a. Pengertian Pembiayaan Pembiayaan secara luas berarti financing atau pembelanjaan, yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan baik dilakukan sendiri maupun djalankan oleh orang lain. Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan 11 imbalan atau bagi hasil. Sedangkan menurut M. Syafi’I Antonio, menjelaskan bahwa pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank yaitu pemberian fasilitas dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit. Menurut Danupranata pengertian pembiayaan adalah sebagai berikut: “Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak pihak yang tergolong sebagai pihak yang mengalami kekurangan dana.” b. Pengertian Pembiayaan Syariah Pembiayaan syariah secara umum kegiatan suatu bank antara lain adalah penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk tabungan, giro, dan deposito, kemudian menyalurkan dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau pembiayaan, serta kegiatan jasa-jasa keuangan lainnya. Pembiayaan merupakan kegiatan bank syariah dan lembaga keuangan lainnya contohnya BMT dalam menyalurkan dananya kepada pihak nasabah yang membutuhkan dana. Pembiayaan sangat bermanfaat lagi bank syariah maupun BMT, nasabah, dan pemerintah. Pembiayaan memberikan hasil yang besar di antara penyaluran dana lainnya yang dilakukan oleh bank syariah. Sebelum menyalurkan dana melalui pembiayaan, bank syariah perlu melakukan analisis pembiayaan yang mendalam sehingga kerugian dapat terhindari. 12 c. Analisis Pembiayaan Analisis pembiayaan atau penilaian dilakukan oleh account officer dari lembaga keuangan yang level jabatannya adalah level seksi atau bagian atau dapat pula berupa committee (tim) yang ditugaskan untuk menganalisis permohonan pembiayaan. Pemberian pembiayaan kepada seorang nasabah terlebih dahulu harus memenuhi persyaratan yang dikenal dengan prinsip 5C. Kelima prinsip klasik tersebut adalah sebagai berikut : 1) Character Character adalah keadaan waktu atau sifat nasabah, baik dalam kehidupan pribadi maupun lingkungan usaha. Kegunaan dari penelitian terhadap karakter ini adalah pengetahuan sampai sejauh mana iktikad/kemampuan nasabah untuk memenuhi kewajibannya (willingness to pay) sesuai dengan perjanjian yang telah ditetapkan. 2) Capital Capital adalah jumlah dana atau modal sendiri yang dimiliki oleh calon nasabah. Semakin besar modal sendiri dalam perusahaan, semakin tinggi kesungguhan calon nasabah menjalankan usahanya dan bank akan merasa lebih yakin memberikan pembiayaan. 13 3) Capacity Capacity adalah kemampuan yang dimiliki calon nasabah dalam menjalankan usahanya guna memperoleh laba yang diharapkan. Kegunaan dari penelitian ini adalah mengetahui atau mengukur sejauh mana calon nasabah mampu mengembalikan atau melunasi utang-utangnya (ability to pay) secara tepat waktu, dari hasil usaha yang diperolehnya. 4) Collateral Collateral adalah barang yang diserahkan nasabah sebagai agunan terhadap pembiayaan yang diterimanya. Collateral harus dinilai untuk mengetahui sejauh mana resiko kewajiban finansial nasabah kepada bank. Penelitian terhadap agunan ini meliputi jenis, lokasi, bukti kepemilikan dan status hukumnya. 5) Condition of Economy Condition of Economy adalah situasi dan kondisi politik, sosial, ekonomi, dan budaya yang mempengaruhi keadaan perekonomian yang kemungkinan suatu saat mempengaruhi kelancaran perusahaan calon nasabah. 2. Pengertian Modal Usaha Pengertian modal usaha menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “Modal usaha adalah uang yang dipakai sebagai pokok (induk) untuk 14 berdagang melepas uang, dan sebagainya; harta benda (uang, barang, dan sebagainya) yang dapat dipergunakan untuk menghasilkan sesuatu yang menambah kekayaan”. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa modal usaha adalah harta yang dimiliki untuk digunakan dalam menjalankan kegiatan usaha dengan tujuan memperoleh laba yang optimal sehingga diharapkan bisa meningkatkan pendapatan pedagang kecil. Modal dalam pengertian ini dapat diinterpretasikan sebagai sejumlah uang yang digunakan dalam menjalankan kegiatan-kegiatan bisnis. Banyak kalangan yang memandang bahwa modal uang bukanlah segala-galanya dalam sebuah bisnis. namun perlu dipahami bahwa uang dalam sebuah usaha sangat diperlukan. 3. Akad Murabahah a. Pengertian Akad Murabahah Secara etimologis, Murabahah berasal berasal dari kata al-ribh atau al-rabh yang memiliki arti kelebihan atau pertambahan dalam perdagangan. Dengan kata lain, al-ribh tersebut dapat diartikan sebagai keuntungan ”keuntungan, laba, faedah”. Sedangkan didalam fatwa Dewan Syari’ah Nasional (DSN) No. 04/DSN-MUI/IV/2000, murabahah yaitu menjual suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai laba. 15 Dalam konteks ini, koperasi tidak meminjamkan uang kepada anggota untuk membeli komoditas tertentu, akan tetapi pihak koperasi membelikan komoditas pesanan anggota dari pihak ketiga, dan baru kemudian dijual kembali kepada anggota dengan harga yang disepakati kedua belah pihak. b. Landasan Hukum Murabahah Murabahah tidak mempunyai rujukan atau referensi langsung dari al-Qur’an dan Hadits, yang ada hanyalah referensi tentang jual beli atau perdagangan. Untuk itu referensi yang dirujuk untuk murabahah adalah nash al- Qur’an & Hadits yang berkaitan dengan jual beli karena pada dasarnya murabahah adalah salah satu bentuk jual beli. Adapun referensinya antara lain sebagai berikut: 1) Al-Qur’an Firman Allah Q.S Al-Baqarah ayat 275: ُ َّٱلر َب ٰو ۟ا ََل َيقُو ُمونَ إِ ََّل َك َما َيقُو ُم ٱلَّذِى يَت َ َخب ُ هُط ِ َٱلَّذِينَ َيأ ْ ُكلُون َ ٰ ش ْي َّ ٱل ٱلربَ ٰو ۟ا ِ هُط ُن ِمنَ ْٱل َم ِس ۚ ٰذَ ِل َك بِأَنَّ ُه ْم قَالُ ٓو ۟ا إِنَّ َما ْٱلبَ ْي ُع ِمثْ ُل َ ٱلربَ ٰو ۟ا ۚ فَ َمن َجا ٓ َء ۥهُ َم ْو ِع َّ َوأ َ َح َّل ظةٌ ِمن َّر ِبِۦ ِ ٱَّللُ ْٱلبَ ْي َع َو َح َّر َم ٓ َّ ف َوأ َ ْم ُر ٓۥهُ ِإلَى ُ ُ ص ٰ ََح ْ َ ٱَّللِ ۖ َو َم ْن َعادَ فَأ ُ ۟و ٰلَئِ َك أ َ فَٱنت َ َه ٰى فَلَ ۥُ َما َ َسل َخ ِلدُون َٰ 16 ار ۖ ُه ْم فِي َها ِ َّٱلن Artinya : “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” ( Q.S Al – Baqarah : 275 ) Dalam ayat ini, Allah swt mempertegas legalitas dan keabsahan jual beli, serta menolak dan melarang konsep ribawi. Berdasarkan ketentuan ini, jual beli murabahah mendapat pengakuan dan legalitas dari syara’, dan sah untuk dioperasionalkan dalam praktik pembiayaan di bank syariah dan Baitul Maal wa Tamwil (BMT) karena ia merupakan salah satu bentuk jual beli dan tidak mengandung unsur ribawi. Kemudian di dalam surat An-Nisa ayat 29, yang berbunyi : ۟ ُٰ ٓيَأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمن ٓ َّ وا ََل تَأ ْ ُكلُ ٓو ۟ا أ َ ْم ٰ َولَ ُكم بَ ْينَ ُكم ِب ْٱل ٰبَ ِهُط ِل ِإ ََل أ َن ت َ ُكون َّ س ُك ْم ۚ إِ َّن ٱَّللَ َكانَ ِب ُك ْم ٍ تِ ٰ َج َرة ً َعن ت َ َر َ ُاض ِمن ُك ْم ۚ َو ََل ت َ ْقتُلُ ٓو ۟ا أَنف َر ِحي ًما Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” ( Q.S An – Nissa : 29 ) 17 Maksud dari ayat ini adalah larangan membunuh diri sendiri mencakup juga larangan membunuh orang lain, sebab membunuh orang lain berarti membunuh diri sendiri, karena umat merupakan suatu kesatuan. Dalam literatur fikih klasik, murabahah mengacu pada suatu penjualan yang pembayarannya ditangguhkan. Pembayaran dilakukan dalam suatu jangka waktu yang disepakati, baik secara tunai maupun secara angsuran. 2) Al – Hadits ٌ َ ثَال: سلَّ َم قَا َل ا َ ْلبَ ْي ُع:ُث فِ ْي ِه َّن ا َ ْل َب َر َكة َ صلَّي هللاُ َعلَ ْي ِ َو َ ي َّ أ َ َّن النَّ ِب ُ َوخ َْل,ُضة َّ ط ْالبُ ِر بِال ت َلَ ِل ْلبَيْعِ ررواه ِ ش ِعي ِْر ِل ْلبَ ْي َ َو ْال ُمقَ َر,ى أ َ َج ٍل َ َإِل )ُ ابن ماج عن صهي Artinya: “Dari Shalih bin Shuhayb dari ayahnya, ia berkata: Rasulullah saw bersabda: Tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkahan yaitu pertama jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah) dan ketiga mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk diperjual-belikan”. (HR. IbnuMajah) 3) Undang – Undang Menurut Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang akad murabahah adalah sebagai berikut : a) Akad adalah kesepakatan tertulis antara bank syariah atau UUS dan pihak lain yang memuat adanya hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak sesuai dengan prinsip syariah. 18 b) Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa: (1) transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah; (2) transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik; (3) transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna’. (4) transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh (5) transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa. Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah dan/atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil. Pembiayaan murabahah telah diatur dalam Fatwa DSN No. 04/DSN-MUI/IV/2000. Dalam fatwa tersebut disebutkan ketentuan umum mengenai murabahah, yaitu sebagai berikut: a) Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba. b) Barang yang diperjual belikan tidak diharamkan oleh syari’at Islam. c) Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya. 19 d) Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba. e) Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan harga jual senilai harga plus keuntungannya. f) Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati. g) Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah. h) Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang kepada pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip menjadi milik bank. Aturan yang dikenakan kepada nasabah dalam murabahah ini dalam fatwa adalah sebagai berikut: a) Nasabah mengajukan permohonan dan perjanjian pembelian suatu barang atau asset kepada bank. b) Jika bank menerima permohonan tersebut ia harus membeli terlebih dahulu asset yang dipesannya secara sah dengan pedagang. c) Bank kemudian menawarkan asset tersebut kepada nasabah dan nasabah harus menerima (membeli)-nya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakatinya, karena secara hukum perjanjian 20 tersebut mengikat kemudian kedua belah pihak harus membuat kontrak jual beli. d) Dalam jual beli ini bank dibolehkan meminta nasabah untuk membayar uang muka saat menandatangani kesepakatan awal pemesanan. e) Jika nasabah kemudian menolak membeli barang tersebut, biaya riil bank harus dibayar dari uang muka tersebut. f) Jika nilai uang muka kurang dari kerugian yang harus ditanggung oleh bank, bank dapat meminta kembali sisa kerugiannya kepada nasabah. g) Jika uang muka memakai kontrak urbun sebagai alternatif dari uang muka, maka : jika nasabah memutuskan untuk membeli barang tersebut, ia tinggal membayar sisa harga; atau jika nasabah batal membeli, uang muka menjadi milik bank maksimal sebesar kerugian yang ditanggung oleh bank akibat pembatalan tersebut; dan jika uang muka tidak mencukupi, nasabah wajib melunasi kekurangannya. c. Syarat dan Rukun Murabahah Al-Kasani menyatakan bahwa akad bai’ murabahah akan dikatakan sah, jika memenuhi beberapa syarat berikut ini: 1) Mengetahui harga pokok (harga beli), disyaratkan bahwa harga beli harus diketahui oleh pembeli kedua, karena hal itu merupakan syarat mutlak bagi keabsahan bai’ murabahah. 21 2) Adanya kejelasan margin (keuntungan) yang diinginkan penjual kedua, keuntungan harus dijelaskan nominalnya kepada pembeli kedua atau dengan menyebutkan persentasi dari harga beli. 3) Modal yang digunakan untuk membeli objek transaksi harus merupakan barang mitsli, dalam arti terdapat padanya di pasaran, dan lebih baik jika menggunakan uang. 4) Objek transaksi dan alat pembayaran yang digunakan tidak boleh berupa barang ribawi. 5) Akad jual beli pertama harus sah adanya. 6) Informasi yang wajib dan tidak diberitahukan dalam bai murabahah. Rukun murabahah antara lain: 1) Penjual (Bai) Penjual merupakan seseorang yang menyediakan alat komoditas atau barang yang akan dijual belikan, kepada konsumen atau nasabah. 2) Pembeli (Musytari) Pembeli merupakan seseorang yang membutuhkan barang untuk digunakan, dan bisa didapat ketika melakukan transaksi dengan penjual. 3) Objek jual beli (Mabi) Adanya barang yang akan diperjual belikan merupakan salah satu unsur terpenting demi suksesnya transaksi. 22 4) Harga (Tsaman) Harga merupakan unsur terpenting dalam jual beli karena merupakan suatu nilai tukar dari barang yang akan atau sudah dijual. 5) Ijab Qabul. Suatu ikatan antara penjual & pembeli. d. Jaminan Murabahah Jenis Barang Jaminan yang dapat diterima sebagai jaminan pembiayaan adalah sebagai berikut : 1) Persediaan Barang Jaminan berupa persediaan barang adalah semua persediaan dari barang-barang yang merupakan objek perusahaan yang ada pada perusahaan, misalnya barang daganngan dan bahan baku. 2) Piutang Dagang Piutang dagang adalah tagihan-tagihan perusahaan yang timbul karena adanya penjualan secara pembiayaan dan secara normal dapat diterima dalam jangka pendek. 3) Deposit Berjangka Deposit berjangka adalah sejenis produk investasi atau tabungan yang ditawarkan oleh Bank atau lembaga keuangan lainnya kepada masyarakat. 23 4) Saham Perusahaan Debitur Saham dapat didefinisikan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. 5) Perhiasaan atau Emas 6) Tanah (hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan) 7) Kendaraan Bermotor 8) Mesin-Mesin Pabrik dan Inventaris Kantor. e. Jenis-jenis Murabahah Berdasarkan kewenangan yang diberikan kepada mudharib (pengelola), murabahah dapat dikatagorikan sebagai berikut : 1) Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan. Dalam murabahah berdasarkan pesanan, BMT melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan dari nasabah. Murabahah berdasarkan pesanan dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat nasabah untuk membeli barang yang dipesannya. Gambar 2.2, Wiroso. Jual beli Murabahah 24 2) Murabahah tanpa pesanan. Murabahah tanpa pesanan adalah jenis jual beli murabahah yang dilakukan dengan tidak melihat adanya nasabah yang memesan (mengajukan pembiayaan) atau tidak, sehingga penyediaan barang dilakukan oleh bank atau BMT sendiri dan dilakukan tidak terkait dengan jual beli murabahah sendiri. Alur transaksi murabahah tanpa pesanan dapat dilihat dalam skema berikut : Gambar 2.3, Wiroso. Jual beli Murabahah f. Skema Murabahah Skema Akad Murabahah Gambar 2.4, Skema Akad Murabahah 25 Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa jual beli Murabahah: 1) Ada tiga pihak terkait yaitu : a) Pemesan (Nasabah) b) Penjual Barang (Dealer) c) Lembaga Keuangan 2) Ada 2 akad transaksi yaitu : a) Akad dari penjual barang kepada lembaga keuangan. b) Akad dari lembaga keuangan kepada pemesan. 3) Ada 3 janji yaitu : a) Janji dari lembaga keuangan untuk membeli barang. b) Janji mengikat dari lembaga keuangan untuk membeli barang untuk nasabah. c) Janji mengikat dari pemesan unuk membeli barang tersebut dari lembaga keuangan. g. Manfaat dan Tujuan Murabahah 1) Manfaat Murabahah Sesuai dengan sifat bisnis, transaksi murabahah memiliki beberapa manfaat kepada bank syariah, diantaranya adalah: a) Adanya keuntungan yang muncul dari selisih harga yang dibeli dari penjual dengan harga jual nasabah. b) Sistem murabahah sangat sederhana sehingga memudahkan penanganan administrasinya di bank syariah. 26 c) Manfaat bagi bank adalah sebagai salah satu bentuk penyaluran dana untuk memperoleh pendapatan dalam bentuk margin. d) Manfaat bagi nasabah adalah penerima fasilitas adalah merupakan salah satu cara untuk memperoleh barang tertentu melalui pembiayaan dari nasabah. 2) Tujuan Murabahah Berikut ini adalah tujuan murabahah kepada pemesanan pembelian: a) Mencari pengalaman. Satu pihak yang berkontrak (pemesan pembelian) meminta pihak lain (pembeli) untuk membeli sebuah asset. Pemesanan berjanji untuk ganti membeli aset tersebut dan memberinya keuntungan. b) Informasi di banding alasan kebutuhan yang mendesak terhadap asset tersebut. c) Mencari pembiayaan. Dalam operasi perbankan syariah, motif pemenuhan pengadaan asset atau modal kerja merupakan alasan utama yang mendorong datang ke bank. Pada gilirannya pembiayaan yang di berikan akan membantu memperlancar arus kas yang bersangkutan. 27 BAB III PROSES PEMBIAYAAN MODAL USAHA DENGAN AKAD MURABAHAH DI KSU BUSRA A. PERSIAPAN Pembersihan ruangan Berpakaian rapi, sopan, dan tertutup Melayani nasabah Mempersiap kan file yang dibutuhkan Nasabah datang Bagan 3.1 Persiapan a. Berpakaian rapih, tertutup dan sopan b. Menyediakan formulir pembiayaan dan akad Murabahah c. Menyediakan brosur mengenai produk BUSRA yaitu simpanan 28 B. LANGKAH KERJA Menerima anggota yang datang Customer Service menanyakan keperluan anggota. Customer Service memberikan penjelasan tentang persyaratan pengajuan pembiayaan. Berkas dianalisa oleh pihak koperasi (pihak yang berwenang menurut besarnya pinjaman pembiayaan). Pihak koperasi mengecek kelengkapan persyaratan berkas yang masuk. jika kekurangan, anggota harus melengkapi persyaratan tersebut . Customer Service memberikan formulir pengajuan pembiayaan untuk diisi anggota & menyerahkan persyaratan kepada Koperasi. Peninjauan lokasi &survei. Setelah koperasi melakukan survei bisa terjadi berkas ditolak/tidak disetujui & berkas diterima/disetujui. Setelah permohonan pembiayaan disetujui & disepakati, maka selanjutnya adalah penandatanganan akad kedua belah pihak. Setelah kedua belah pihak sepakat dan melakukan Ijab Qabul, maka dana pembiayaan dicairkan dan diberikan kepada anggota. Monitoring pembiayaan yang merupakan rangkaian aktivitas untuk mengetahui perkembangan proses perkembangan usaha sejak pembiayaan diberikan sampai lunas. Anggota berkewajiban membayar angsuran setiap bulannya dengan keuntungan sekitar 2% dari jumlah nilai angsuran. Bagan 3.2 Langkah Kerja Penerapan Akad Murabahah 29 1. Menerima anggota yang datang ke kantor BUSRA dengan 5S ( Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun ). 2. Customer Service menanyakan keperluan anggota ke koperasi & menawarkan produk lain yang ada di KSU BUSRA dengan salah satunya membuka tabungan. 3. Customer Service memberikan informasi produk Murabahah dan syarat pengajuan pembiayaan kepada anggota dengan jelas dan melayani dengan sebaik-baiknya. 4. Memberikan formulir pembiayaan kepada anggota dan anggota menyerahkan syarat-syarat berupa fotocopy KTP, Kartu Keluarga, Jaminan serta kelengkapan data lainnya. Gambar 3.1, Formulir aplikasi pengajuan pembiayaan 5. Setelah anggota mengisi formulir pembiayaan, Customer Service menginput datanya ke sistem dan memberikan formulir pembiayaan tersebut kepada Admin. 30 6. Admin lalu memproses dan mengisi formulir analisa pembiayaan berdasarkan formulir yang diberikan oleh Customer Service. Gambar 3.2, Contoh Analisa pembiayaan 7. Formulir analisa yang telah diisi lalu digabungkan dengan data-data yang diserahkan anggota dan dianalisa jumlah nilai pembiayaannya oleh Admin. Gambar 3.3, Data dilengkapi dan digabungkan 8. Setelah dianalisa, data tersebut lalu berikan kepada Manager. 9. Manager menganalisa jumlah pembiayaan serta tujuan dari pembiayaan sebagai modal usaha tersebut. 31 10. Peninjauan lokasi yang dilakukan melalui wawancara anggota/orang disekitar lingkungan nasabah dan investigasi terhadap usaha dan jaminan yang diagunkan. 11. Pemutusan pemberian pembiayaan dilakukan oleh Manager apabila jumlah pembiayaan ≤ Rp 5.000.000,- dan Ketua Koperasi apabila jumlah nilai pembiayaan ≥ Rp 5.000.000,12. Selanjutnya dalam pembiayaan tersebut diputuskan Berkas Ditolak dan Berkas Disetujui. Apabila pengajuan pembiayaan disetujui, pihak koperasi mengonfirmasi kepada anggota untuk melakukan Ijab Qabul dengan menggunakan akad Murabahah. Gambar 3.4, Perjanjian akad Murabahah 13. Setelah kedua belah pihak sepakat dan melakukan Ijab Qabul, maka dana pembiayaan dicairkan dan diberikan kepada anggota. 14. Lalu anggota berkewajiban membayar dana angsuran setiap bulannya dengan keuntungan sekitar 2% dari jumlah nilai angsuran. 32 15. Selama periode pembiayaan, maka jaminan yang anggota berikan dipegang oleh pihak pertama, yaitu koperasi. Jaminan bisa berupa BPKB Kendaraan, Deposito, Sertifikat Tanah dan sebagainya. 16. Monitoring pembiayaan yang merupakan rangkaian aktivitas untuk mengetahui perkembangan proses perkembangan usaha sejak pembiayaan diberikan sampai lunas. Sebagai ilustrasi, apabila bapak Herman melakukan transaksi menggunakan akad murabahah dengan tujuan digunakan sebagai modal usaha sebesar Rp 5.000.000,- dan mengangsur selama 10 bulan dengan jaminan BPKB motor, maka pihak koperasi memberitahu bahwa keuntungan koperasi adalah 20% yakni Rp 1.000.000,- Jadi total dana yang harus dibayarkan oleh bapak Herman sebesar Rp 6.000.000,-dengan nilai angsuran sebagai berikut : Pembiayaan Plafond = Rp 5.000.000,- Jangka waktu = 10 bulan Margin = 2% Angsuran * Jumlah angsuran pembiayaan = Jumlah plafond : jangka waku (bln) * Jumlah angsuran margin = Jumlah plafond x prosentase margin Jumlah angsuran pembiayaan : Rp 5.000.000,- : 10 bln = Rp 500.000,Jumlah angsuran margin : Rp 5.000.000,- x 2% = Rp 100.000,- Jumlah Angsuran Keseluruhan Bapak Herman = Rp 600.000,-/bln. 33 C. HASIL Anggota menerima dana pembiayaan dari koperasi dan mempergunakannya sebagai modal usaha. Lalu anggota berkewajiban mengangsur dana setiap bulannya sesuai dengan yang telah disepakati. Pembayaran dana angsuran bisa dilakukan secara datang langsung ke Kantor Pusat, Marketing, via Transfer, dan Kantor Cabang. Apabila anggota telat membayar angsuran, maka akan dikenakan denda sesuai peraturan yang berlaku. Pembiayaan tersebut dimonitoring sejak dimulainya kesepakatan sampai berkembangnya usaha tersebut dan anggota melunasinya. 34 BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengamatan penulis selama PKL dan memberikan ilustrasi cerita diatas, maka menurut penulis dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Penggunaan akad Murabahah merupakan salah satu akad yang paling banyak digunakan karena mudah dalam penggunaannya. 2. Menjalankan akad murabahah maka harus memenuhi rukun dan syarat-syarat yakni : a. Harus ada penjual dan pembeli (subyek) b. Ada uang dan benda (obyek) harus jelas c. Ada Ijab dan Qabul, perjanjian akan mengikat para pihak jika ada kata sepakat sehingga menimbulkan hak dan kewajiban. Transaksi murabahah selain dapat digunakan sebagai modal usaha, dapat juga digunakan untuk membeli properti : pembangunan rumah, pembelian kendaraan bermotor, pembelian properti dan lain-lain. B. SARAN Saran dari penulis adalah pembiayaan Murabahah sebagai modal usaha sebaiknya tidak hanya berupa uang saja, tapi perusahaan juga menyediakan barang yang dibutuhkan. Selain sama-sama diuntungkan, sistem Murabahah dengan perusahaan menyediakan barang itu memberikan kemudahan bagi kedua belah pihak. Pihak anggota dimudahkan dengan tidak perlu mencari lagi barang 35 yang dibutuhkan karena sudah disediakan oleh koperasi dan pihak koperasi juga dimudahkan dalam mengetahui kondisi barang serta bertambahnya mitra dagang koperasi. Selain itu, dalam akad murabahah memang ada begitu banyak keuntungan yang bisa diperoleh namun ada kelemahannya, seperti belum adanya daya tawar yang seharusnya dimiliki oleh anggota. Sehingga posisi anggota sering kali “agak terpaksa” untuk menerima harga yang ditawarkan oleh pihak koperasi. Oleh sebab itu apabila kurang memahami segala bentuk akad yang ada atau kurang memahami akad murabahah, maka terlebih dahulu mengonfirmasi kepihak koperasi agar tidak dirugikan. 36 DAFTAR PUSTAKA Abdullah Saeed. Menyoal Bank Syariah: Kritik atas Interpretasi Bunga Bank Kaum NeoRevivalis. terj. Arif Maftuhin, 2004. Jakarta: Paramadina, h. 119. Abdullah Saeed. Op Cit, h. 120. Adimarwan A. Karim. 2001, Ekonomi Islam; Suatu Kajian Kontemporer, Jakarta: gema Insani. hlm.86 Antonio, Muhammad Syafi’i. Op cit, h. 103. Antonio. Bank Syariah …,h.103 Dimyauddin Djuwaini. loc. Cit., hlm. 108-109 Henry R.Cheeseman. Contemporay Business Law,cet.Ke‐3,187. Ibid. h. 39. Ibid. hlm. 142 Ismail. Pebankan Syariah Edisi Pertama, h.141 Muhammad. Model-model Akad Pembiayaan di Bank Syari’ah (Panduan Teknis Pembuatan Akad/Perjanjian Pembiayaan Pada Bank Syari’ah), loc. Cit.,hlm. 58 Munawwir, Ahmad Warson. Al-Munawwir, 1997, Kamus Arab-Indonesia, Cet. IV, Surabaya: Pustaka Progressif, h. 463. Munir Fuady. Hukum Jaminan Utang, h.11 Osmad Muthaher. 2012, Akuntansi Perbankan Syari’ah, Yogyakarta: Graha Ilmu, hlm. 57. Sholihin, Ahmad Ifham. 2010, Pedoman Umum Lembaga Keuangan Syari’ah, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, hlm. 141-142 Sjahdeini, Sutan Remy. 1999, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan, Jakarta : Pustaka Utama Grafiti, h. 64. Sjahdeini, Sutan Remy. Perbankan Syariah Produk-Produk dan Aspek Hukumnya, h.205 Wansawijaya. 2012, Pembiayaan Bank Syariah, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, h. 205. Wiroso. Jual Beli Murabahah 37 LAMPIRAN Gambar 4.2, Foto bersama Gambar 4.1, Pengambilan dana saat di bank BJB Syariah Margonda Gambar 4.3, Penyetoran uang saat di bank Syariah Mandiri Margonda Gambar 4.4, Contoh tabel angsuran pembiayaan Gambar 4.5, Syarat mengajukan pembiayaan Gambar 4.6, Brosur pembiayaan 38