Uploaded by anggitadellia

Contoh Laporan Prakerin PKL Jurusan Perbankan Syariah di Koperasi

advertisement
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
MELAKSANAKAN PROSES PEMBIAYAAN MODAL USAHA DENGAN
AKAD MURABAHAH DI KSU BINA USAHA SEJAHTERA
Laporan ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti Ujian Nasional
( UN ) Tahun Pelajaran 2019/2020
Oleh :
ANGGITA PUTRI ADELLIA
NISN : 0021052812
PROGRAM KEAHLIAN :
PERBANKAN SYARIAH
PEMERINTAH KOTA DEPOK
DINAS PENDIDIKAN
SMK NEGERI 3 DEPOK
Jl. Merdeka Raya No.78 Depok II Timur Kec.Sukmajaya Kota Depok
Tahun 2018
LEMBAR PENGESAHAN INSTANSI
Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini telah diteliti, dipelajari, dan disetujui
oleh pembimbing
KSU BINA USAHA SEJAHTERA
Pada tanggal :
Bulan : Desember
Atas Nama Pimpinan Instansi
Manager
Yoga Wulandari
NIP.
i
Tahun : 2018
LEMBAR PENGESAHAN SEKOLAH
Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini telah diteliti, dipelajari, dan disetujui
oleh pembimbing dari SMK Negeri 3 Depok
sebagai syarat untuk mengikuti Ujian Nasional (UN)
Tahun Pelajaran 2019/2020
Pembimbing Materi,
Pembimbing Teknis,
ENDANG NUGRAHA P, S. E. I
SAFITRI, S.Pd
Mengetahui/Menyetujui,
Kepala SMK Negeri 3 Depok,
Kepala Program Keahlian,
LUSI TRIANA, S. Pd, M.M.
ENDANG NUGRAHA P, S. E. I
ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini telah diujikan pada tanggal
:
10
Desember
Nama Penguji
2018
Tanda Tangan
1.
1.
2.
2.
3.
3.
4.
4.
SMK Negeri 3 Depok
iii
LEMBAR MOTTO
“jangan pernah menyerah. karena bisa jadi orang gagal itu karena dia menyerah
pada detik detik kesuksesannya.“
─ Unknownymous
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan Praktik
Kerja Lapangan (PKL) serta dapat menyelesaikan laporannya tepat waktu dan
tanpa adanya halangan yang berarti.
Laporan PKL ini penulis susun berdasarkan pengalaman dan data-data
yang diperoleh selama melaksanakan PKL di KSU Bina Usaha Sejahtera. Dalam
penyusunan laporan ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,
oleh sebab itu penulis ingin mengungkapkan rasa terima kasih kepada :
1. Allah SWT atas segala rahmat-Nya.
2. Orang tua penulis yang telah memberikan dukungan.
3. Ibu Lusi Triana, S.Pd, MM. sebagai Kepala Sekolah SMK Negeri 3 Depok.
4. Pak Endang Nugraha Putra selaku Pembimbing Materi.
5. Ibu Safitri selaku Pembimbing Teknis.
6. Ibu Yoga Wulandari selaku Manager KSU Bina Usaha Sejahtera.
7. Ibu Rika Pratiwi Rahayu selaku Pembimbing PKL.
8. Karyawan dan Staff KSU BUSRA yang telah banyak membantu.
Akhir kata semoga laporan PKL ini dapat memberikan banyak manfaat
bagi kita semua, Aamiin.
Depok, Desember 2018
Penyusun
v
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan dari Perusahaan/Instansi ........................................................ i
Lembar Pengesahan dari Sekolah .......................................................................... ii
Lembar Pengesahan Penguji ................................................................................. iii
Lembar Motto ........................................................................................................ iv
Kata Pengantar ........................................................................................................v
Daftar Isi ................................................................................................................ vi
Daftar Bagan ........................................................................................................ viii
Daftar Gambar ........................................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .....................................................................................1
B. Ruang Lingkup ......................................................................................2
C. Tujuan Penulisan ...................................................................................2
D. Waktu dan Tempat ................................................................................3
E. Sistematika Penyusunan .......................................................................3
BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah Berdirinya Perusahaan/Instansi ................................................5
B. Organisasi/Struktur Perusahaan/Instansi ...............................................7
C. Tata Tertib Kerja Perusahaan/Instansi ................................................10
D. Disiplin & Keselamatan Kerja Perusahaan/Instansi ...........................11
E. Landasan Teoritis ( Teori Buku ) ........................................................11
vi
BAB III PEMBIAYAAN MODAL USAHA DENGAN AKAD
MURABAHAH DI KSU BUSRA
A. Persiapan .............................................................................................28
B. Langkah Kerja .....................................................................................29
C. Hasil ....................................................................................................34
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................35
B. Saran ....................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 37
LAMPIRAN ..........................................................................................................38
vii
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1
Struktur KSU Bina Usaha Sejahtera ........................................................................8
Bagan 3.1
Persiapan Kerja ......................................................................................................28
Bagan 3.2
Langkah Kerja ........................................................................................................29
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Logo Perusahaan ......................................................................................................6
Gambar 2.2
Alur Murabahah dengan Pesanan ..........................................................................24
Gambar 2.3
Alur Murabahah tanpa Pesanan .............................................................................25
Gambar 2.4
Skema Akad Murabahah ........................................................................................25
Gambar 3.1
Formulir Aplikasi Pengajuan Pembiayaan ............................................................ 30
Gambar 3.2
Contoh Analisa pembiayaan ................................................................................. 31
Gambar 3.3
Contoh Penggabungan Data .................................................................................. 31
Gambar 3.4
Contoh Perjanjian Akad Murabahah ..................................................................... 32
Gambar 4.1
Pengambilan dana saat di bank BJB Syariah Margonda ........................................38
Gambar 4.2
Foto bersama ..........................................................................................................38
Gambar 4.3
Penyetoran uang saat di bank Syariah Mandiri Margonda ....................................38
Gambar 4.4
Contoh tabel angsuran pembiayaan .......................................................................38
Gambar 4.5
Syarat mengajukan pembiayaan .............................................................................38
Gambar 4.6
Brosur pembiayaan.................................................................................................38
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Koperasi merupakan salah satu lembaga keuangan yang memiliki
fungsi
untuk
membantu
kesejahteraan
para
anggotanya.
Untuk
menyejahterakan para anggotanya, koperasi dapat menyediakan beberapa
layanan sekaligus kepada para anggotanya. Salah satunya adalah kegiatan
penyaluran dana kepada anggota atau yang sering disebut dengan
pembiayaan, salah satu akad yang digunakan dalam pembiayaan adalah akad
Murabahah.
Murabahah adalah akad jual-beli barang dengan menyatakan harga
perolehan dan keuntungan yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Akad ini
merupakan salah satu bentuk natural certainty contract, karena dalam
Murabahah ditentukan berapa keuntungan yang ingin diperoleh. Salah satu
lembaga keuangan mikro syariah, KSU Bina Usaha Sejahtera dalam
pembiayaan modal usaha mengunakan akad Murabahah.
Akad Murabahah yang seharusnya digunakan untuk transaksi jual-beli
yang tujuannya konsumtif bagi anggota akan tetapi akad ini digunakan untuk
pembiayaan modal usaha bagi anggotanya. Dalam pelaksanaan akad ini, KSU
Bina Usaha Sejahtera memberikan kuasa bagi anggotanya untuk membeli
barang yang diperlukan. Selanjutnya, KSU Bina Usaha Sejahtera memberi
sejumlah modal uang kepada anggota ditambah sejumlah keuntungan untuk
1
dibayar oleh anggota dalam jangka waktu tertentu, sesuai kesepakatan antara
koperasi dan anggota
Dengan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melihat secara
jelas dengan mencoba melakukan penelitian mengenai pelaksanaan akad
Murabahah untuk pembiayaan modal usaha yang dilakukan lembaga tersebut
kepada anggotanya. Dalam penelitian ini, penulis mengambil judul
“Melaksanakan Proses Pembiayaan Modal Usaha Dengan Akad Murabahah
Di KSU Bina Usaha Sejahtera”.
B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup ini meliputi pembahasan Murabahah yakni :
1. Bagaimana pelaksanaan akad Murabahah untuk pembiayaan modal usaha
yang dilakukan oleh KSU Bina Usaha Sejahtera kepada anggotanya?
2. Alasan penggunaan akad Murabahah untuk pembiayaan modal usaha.
3. Bagaimana solusi untuk memperbaiki pelaksanaan akad Murabahah
supaya sesuai dengan syariah?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini dibuat adalah sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan mekanisme pelaksanaan akad Murabahah untuk
pembiayaan modal usaha yang dilakukan oleh lembaga tersebut.
2. Memahami lebih dalam sistematika pembiayaan modal usaha di KSU
BUSRA.
2
3. Memberikan solusi untuk memperbaiki pelaksanaan akad Murabahah
supaya sesuai dengan syariah.
4. Mengajarkan siswa untuk bertanggung jawab terhadap apa yang pernah
dikerjakan dan dilakukannya.
D. Waktu dan Tempat
1. Waktu
Adapun waktu siswa melaksanakan PKL di KSU BUSRA (Koperasi Serba
Usaha Bina Usaha Sejahtera) mulai tanggal 16 Juli 2018 sampai dengan 12
Oktober 2018.
2. Tempat
Tempat yang dipergunakan untuk pelaksanaan PKL adalah KSU BUSRA
(Koperasi Serba Usaha Bina Usaha Sejahtera) yang beralamat di Ruko
Siliwangi Kav. 3, Jl. Siliwangi No.15 Pancoran Mas Depok.
E. Sistematika Penyusunan
Berikut ialah sistematika penyusunan laporan :
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini akan membahas tentang Latar Belakang PKL, Ruang
Lingkup, Tujuan Penulisan Laporan, Waktu dan Tempat PKL serta
Sistematika Penyusunan Laporan.
BAB II : TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
Bab ini membahas tentang Sejarah Berdirinya Perusahaan/Instansi,
Visi
Misi
Perusahaan,
3
Struktur
Perusahaan,
Tata
Tertib
Perusahaan, Disiplin & Keselamatan Kerja Perusahaan serta
Landasan Teoritis (Teori Buku).
BAB III : PENERAPAN AKAD MURABAHAH DI KSU BUSRA
Bab ini membahas tentang Persiapan, Langkah Kerja serta Hasil
dari Pembiayaan Modal Usaha Dengan Akad Murabahah di KSU
BUSRA.
BAB IV : PENUTUP
Bab
yang
membahas
4
tentang
Kesimpulan
serta
Saran.
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
A.
Sejarah Berdirinya Perusahaan/Instansii
Sejarah berdirinya Koperasi Serba Usaha Bina Usaha Sejahtera (KSU
BUSRA) berawal dari kumpulan beberapa kelompok pemberdayaan ekonomi
yang tersebar di wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi sejak tahun
2001. Karena mengalami perkembangan terus akhirnya dimusyawarahkan dan
diputuskan pada tahun 2006 dibentuklah koperasi supaya mempunyai legal
formal/berbadan hukum dengan modal awal Rp.65.000.000,00. Untuk
perkembangan saat ini KSU BUSRA beranggotakan kelompok dan perorangan
di wilayah Depok dan sekitarnya.
Koperasi ini memiliki 6 kantor kas yang tersebar di beberapa kecamatan
di Kota Depok dan Bogor. Pada tanggal 8 Maret 2016 telah dibuka Toko
Elektronik di Perumahan BSI 2 - Pengasinan - Sawangan. Usia KSU BUSRA
yang terbilang masih muda kurang lebih 12 tahun, namun grafik SHU ( Sisa
Hasil Usaha ) dan asset meningkat setiap tahun.
Jumlah anggota yang berkualitas juga mengalami peningkatan. Hal ini
bisa terwujud tak terlepas dari kerja sama yang baik antara pengurus dan
anggota koperasi. Semakin banyaknya anggota simpanan dan deposan yang
bergabung di KSU Bina Usaha Sejahtera, maka semakin banyak yang peduli
dengan perekonomian masyarakat menengah ke bawah.
5
Visi dan Misi Perusahaan
1. VISI KSU Bina Usaha Sejahtera
“ Menjadi Lembaga keuangan yang Mandiri, Mengakar Dan meMasyarakat (LM-3)”
2. MISI KSU Bina Usaha Sejahtera
a. Meningkatkan kesejahteraan anggota dan masyarakat sekitar.
b. Membantu mengembangkan modal dan usaha yang dimiliki anggota.
Gambar 2.1 Logo Perusahaan
Sistem administrasi organisasi dan keuangan KSU BUSRA sudah
menggunakan system Manajemen Modern berbasis IT dengan aplikasi
software Koperasi Syari’ah yang disesuaikan dengan dinamika Kelompok
Swadaya Masyarakat (KSM) dan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) anggota
KSU BUSRA. Karena dana yang masuk dikelola untuk usaha :
1. Pembiayaan modal kerja, investasi, dll
2. Usaha sektor perumahan Shar’I (Sehat murah tapi berkualitas dan Islami)
3. Usaha toko elektronik, toko listrik dan toko peralatan rumah tangga.
4. Pembukaan kantor kas dan kantor cabang baru.
5. Inovasi usaha yang menguntungkan di sektor pertanian dan peternakan.
KANTOR PUSAT :
Ruko Siliwangi Kav-3, Jl. Siliwangi No.15 Kel. Depok Pancoran Mas-Kota
Depok
6
KANTOR KAS :
1. Kantor Kas Azzahra
Jl. Tiga Putra Blok Singkuk RT 02/11
Meruyung – Limo, Depok
2. Kantor Kas Anggrek Biru
Perumahan BSI 2 Jl. Cendrawasih IV Blok B-6 No.60 RT 01/10
Pengasinan – Sawangan, Depok
3. Kantor Kas Cagar Alam
Jl. Setu Pitara RT 04/06 No.18
Pancoran Mas, Depok
4. Kantor Kas Duren Seribu
Perumahan Sawangan Elok Blok C-1 No. 2 RT 04/11
Duren Seribu-Bojongsari-Kota Depok
5. Kantor Kas Pondok Rajeg
Perumahan Pondok Rajeg Baru Jl. Swadaya No. 115 Blok E-1 RT 2/01
Pondok Rajeg – Cibinong, Kab.Bogor
6. Kantor Kas Sejahtera Mandiri
Jl. Artayasa Blok Tengki 2 RT 03/10 No.17
Meruyung - Limo, Kota Depok
B.
Struktur Organisasi
Struktur organisasi koperasi menunjukkan adanya garis wewenang dan
tanggung jawab, garis komando serta cangkupan bidang pekerjaan masingmasing. Struktur ini menjadi sangat penting supaya tidak jadi benturan
pekerjaan serta memperjelas fungsi dan peran masing-masing bagian dalam
organisasi. Tentu saja masing-masing koperasi dapat memiliki karakteristik
7
tersendiri, sesuai dengan besar kecilnya organisasi. Namun demikian, struktur
organisasi dalam setiap koperasi terdiri dari :
1. Musyawarah/Rapat Anggota Tahunan.
2. Dewan Pengurus.
3. Dewan Pengawas Syari’ah.
4. Pengelola yang terdiri minimal terdapat Manager, Marketing, Accounting,
dan Teller.
STRUKTUR KOPERASI
Ketua
Muklas, AMKL
Sekretaris
Bendahara
Lusy, SE
Uum Mulyani
Pengawas
Pengawas
Aceng Toha
Manager
Yayat Suhyana
Admin
Maulina
Yoga Wulandari
Customer
Service
Teller
Riyan Wibowo
Marketing
Indah Kurniasih
Irawan
Bagan 2.1 Struktur Koperasi
8
Syamsuri
Tugas Admin :
1. Melayani pengajuan pembiayaan.
2. Melayani permohonan penyimpanan dana (tabungan dan deposito) usaha.
3. Mengarsipkan data akad.
4. Mengelola administrasi data anggota (nasabah) melakukan proses
pembiayan mulai dari pembiayaan hingga pelunasan membuat akad-akad
dan surat-surat perjanjian lain.
5. Menginput setoran kankas.
6. Membuat SMS reminder.
Tugas Teller :
1. Merencanakan dan melaksanakan seluruh transaksi yang sifatnya tunai.
2. Memberikan pelayanan prima kepada anggota (nasabah).
3. Memberikan informasi hak dan kewajiban anggota (nasabah) secukupnya
dan informasi lain yang diperlukan dan mengarahkan anggota (nasabah)
pada pilihan produk yang sesuai degan kebutuhannya.
4. Menerima setoran angsuran pembiayaan.
5. Menerima setoran dan penarikan tabungan serta simpanan berjangka.
Tugas Customer Service :
1. Menerima mitra dan memberikan penjelasan mengenai produk tabungan
dan deposito yang ada di KSU Bina Usaha Sejahtera.
2. Memproses aplikasi pembukaan tabungan dan meminta nasabah untuk
menyetorkan uangnya ke kas berdasarkan slip setoran tabungan yang telah
dibuatnya.
9
3. Melakukan pengarsipan untuk permohonan tabungan dan deposito pada
binder khusus sesuai tanggal.
4. Memberikan segala informasi dan kemudahan-kemudahan kepada nasabah.
Disamping itu juga sebagai tempat menampung keluhan, keberatan, atau
konsultasi.
5. Mengecek mutasi rekening bank.
6. Membuat fee marketing.
C.
Tata Tertib Perusahaan/Instansi
1. Melayani customer yang datang dengan sambutan yang baik, sopan, dan
ramah (5S : Senyum, Sapa, Salam, Sopan & Santun).
2. Mengucapkan salam ketika masuk kantor.
3. Mengucapkan salam pada tamu yang lupa/tidak mengucapkan salam.
4. Menanyakan keperluan customer.
5. Tidak SMS dan telepon ketika ada customer maupun ketika sedang sibuk
bekerja.
6. Tidak banyak bicara yang tidak berkaitan dengan pekerjaan di waktu kerja
7. Bertutur kata sopan dengan customer.
8. Saling membantu dengan rekan sejawat dalam urusan pekerjaan.
9. Tidak menggunakan fasilitas kantor untuk keperluan pribadi.
10. Menjaga adab islami dalam bergaul.
10
D.
Disiplin dan Keselamatan Kerja Perusahaan
1.
Jam Kerja
Senin s/d Jum’at : 07.30 WIB s/d selesai.
2.
Sikap
a) Berkata lemah lembut & sopan
b) Berperilaku sopan & santun
3.
Jam Operasional
Senin s/d Jum’at : 08.00 WIB s/d 15.30 WIB
E.
4.
Berpakaian rapih, sopan, dan menutup aurat.
5.
Bekerja berlandaskan Iman & Taqwa.
6.
Menggunakan & memelihara barang kantor dengan sebaik mungkin.
Landasan Teoritis
1.
Pembiayaan
a. Pengertian Pembiayaan
Pembiayaan secara luas berarti financing atau pembelanjaan, yaitu
pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan baik dilakukan sendiri maupun djalankan oleh orang
lain. Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 pembiayaan
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak
lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan
uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan
11
imbalan atau bagi hasil. Sedangkan menurut M. Syafi’I Antonio,
menjelaskan bahwa pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok
bank yaitu pemberian fasilitas dana untuk memenuhi kebutuhan
pihak-pihak yang merupakan defisit unit. Menurut Danupranata
pengertian
pembiayaan
adalah
sebagai
berikut:
“Pembiayaan
merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas
penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak pihak yang
tergolong sebagai pihak yang mengalami kekurangan dana.”
b. Pengertian Pembiayaan Syariah
Pembiayaan syariah secara umum kegiatan suatu bank antara
lain adalah penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk
tabungan, giro, dan deposito, kemudian menyalurkan dana tersebut
kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau pembiayaan, serta
kegiatan jasa-jasa keuangan lainnya. Pembiayaan merupakan kegiatan
bank syariah dan lembaga keuangan lainnya contohnya BMT dalam
menyalurkan dananya kepada pihak nasabah yang membutuhkan dana.
Pembiayaan sangat bermanfaat lagi bank syariah maupun BMT,
nasabah, dan pemerintah.
Pembiayaan memberikan hasil yang besar di antara penyaluran
dana lainnya yang dilakukan oleh bank syariah. Sebelum menyalurkan
dana melalui pembiayaan, bank syariah perlu melakukan analisis
pembiayaan yang mendalam sehingga kerugian dapat terhindari.
12
c. Analisis Pembiayaan
Analisis pembiayaan atau penilaian dilakukan oleh account
officer dari lembaga keuangan yang level jabatannya adalah level
seksi atau bagian atau dapat pula berupa committee (tim) yang
ditugaskan untuk menganalisis permohonan pembiayaan. Pemberian
pembiayaan kepada seorang nasabah terlebih dahulu harus memenuhi
persyaratan yang dikenal dengan prinsip 5C. Kelima prinsip klasik
tersebut adalah sebagai berikut :
1) Character
Character adalah keadaan waktu atau sifat nasabah, baik
dalam kehidupan pribadi maupun lingkungan usaha. Kegunaan
dari penelitian terhadap karakter ini adalah pengetahuan sampai
sejauh mana iktikad/kemampuan nasabah untuk memenuhi
kewajibannya (willingness to pay) sesuai dengan perjanjian yang
telah ditetapkan.
2) Capital
Capital adalah jumlah dana atau modal sendiri yang dimiliki
oleh calon nasabah. Semakin besar modal sendiri dalam
perusahaan,
semakin
tinggi
kesungguhan
calon
nasabah
menjalankan usahanya dan bank akan merasa lebih yakin
memberikan pembiayaan.
13
3) Capacity
Capacity adalah kemampuan yang dimiliki calon nasabah
dalam menjalankan usahanya guna memperoleh laba yang
diharapkan. Kegunaan dari penelitian ini adalah mengetahui atau
mengukur sejauh mana calon nasabah mampu mengembalikan
atau melunasi utang-utangnya (ability to pay) secara tepat waktu,
dari hasil usaha yang diperolehnya.
4) Collateral
Collateral adalah barang yang diserahkan nasabah sebagai
agunan terhadap pembiayaan yang diterimanya. Collateral harus
dinilai
untuk
mengetahui
sejauh
mana
resiko
kewajiban finansial nasabah kepada bank. Penelitian terhadap
agunan ini meliputi jenis, lokasi, bukti kepemilikan dan status
hukumnya.
5) Condition of Economy
Condition of Economy adalah situasi dan kondisi politik,
sosial, ekonomi, dan budaya yang mempengaruhi keadaan
perekonomian yang kemungkinan suatu saat mempengaruhi
kelancaran perusahaan calon nasabah.
2.
Pengertian Modal Usaha
Pengertian modal usaha menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
“Modal usaha adalah uang yang dipakai sebagai pokok (induk) untuk
14
berdagang melepas uang, dan sebagainya; harta benda (uang, barang, dan
sebagainya) yang dapat dipergunakan untuk menghasilkan sesuatu yang
menambah kekayaan”. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
modal usaha adalah harta yang dimiliki untuk digunakan dalam
menjalankan kegiatan usaha dengan tujuan memperoleh laba yang
optimal sehingga diharapkan bisa meningkatkan pendapatan pedagang
kecil. Modal dalam pengertian ini dapat diinterpretasikan sebagai
sejumlah uang yang digunakan dalam menjalankan kegiatan-kegiatan
bisnis. Banyak kalangan yang memandang bahwa modal uang bukanlah
segala-galanya dalam sebuah bisnis. namun perlu dipahami bahwa uang
dalam sebuah usaha sangat diperlukan.
3.
Akad Murabahah
a. Pengertian Akad Murabahah
Secara etimologis, Murabahah berasal berasal dari kata al-ribh
atau al-rabh yang memiliki arti kelebihan atau pertambahan dalam
perdagangan. Dengan kata lain, al-ribh tersebut dapat diartikan sebagai
keuntungan ”keuntungan, laba, faedah”. Sedangkan didalam fatwa
Dewan
Syari’ah
Nasional
(DSN)
No.
04/DSN-MUI/IV/2000,
murabahah yaitu menjual suatu barang dengan menegaskan harga
belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang
lebih sebagai laba.
15
Dalam konteks ini, koperasi tidak meminjamkan uang kepada
anggota untuk membeli komoditas tertentu, akan tetapi pihak koperasi
membelikan komoditas pesanan anggota dari pihak ketiga, dan baru
kemudian dijual kembali kepada anggota dengan harga yang
disepakati kedua belah pihak.
b. Landasan Hukum Murabahah
Murabahah tidak mempunyai rujukan atau referensi langsung
dari al-Qur’an dan Hadits, yang ada hanyalah referensi tentang jual
beli atau perdagangan. Untuk itu referensi yang dirujuk untuk
murabahah adalah nash al- Qur’an & Hadits yang berkaitan dengan
jual beli karena pada dasarnya murabahah adalah salah satu bentuk
jual beli. Adapun referensinya antara lain sebagai berikut:
1) Al-Qur’an
Firman Allah Q.S Al-Baqarah ayat 275:
ُ َّ‫ٱلر َب ٰو ۟ا ََل َيقُو ُمونَ إِ ََّل َك َما َيقُو ُم ٱلَّذِى يَت َ َخب‬
ُ ‫هُط‬
ِ َ‫ٱلَّذِينَ َيأ ْ ُكلُون‬
َ ٰ ‫ش ْي‬
َّ ‫ٱل‬
‫ٱلربَ ٰو ۟ا‬
ِ ‫هُط ُن ِمنَ ْٱل َم ِس ۚ ٰذَ ِل َك بِأَنَّ ُه ْم قَالُ ٓو ۟ا إِنَّ َما ْٱلبَ ْي ُع ِمثْ ُل‬
َ ‫ٱلربَ ٰو ۟ا ۚ فَ َمن َجا ٓ َء ۥهُ َم ْو ِع‬
َّ ‫َوأ َ َح َّل‬
‫ظةٌ ِمن َّر ِبِۦ‬
ِ ‫ٱَّللُ ْٱلبَ ْي َع َو َح َّر َم‬
ٓ
َّ ‫ف َوأ َ ْم ُر ٓۥهُ ِإلَى‬
ُ ُ ‫ص ٰ ََح‬
ْ َ ‫ٱَّللِ ۖ َو َم ْن َعادَ فَأ ُ ۟و ٰلَئِ َك أ‬
َ ‫فَٱنت َ َه ٰى فَلَ ۥُ َما‬
َ َ‫سل‬
َ‫خ ِلدُون‬
َٰ
16
‫ار ۖ ُه ْم فِي َها‬
ِ َّ‫ٱلن‬
Artinya : “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat
berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan
lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu,
adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual
beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli
dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya
larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba),
maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang
larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang
kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni
neraka; mereka kekal di dalamnya.” ( Q.S Al – Baqarah : 275 )
Dalam ayat ini, Allah swt mempertegas legalitas dan keabsahan
jual
beli,
serta
menolak
dan
melarang
konsep
ribawi.
Berdasarkan ketentuan ini, jual beli murabahah mendapat pengakuan
dan legalitas dari syara’, dan sah untuk dioperasionalkan dalam
praktik pembiayaan di bank syariah dan Baitul Maal wa Tamwil
(BMT) karena ia merupakan salah satu bentuk jual beli dan tidak
mengandung unsur ribawi.
Kemudian di dalam surat An-Nisa ayat 29, yang berbunyi :
۟ ُ‫ٰ ٓيَأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمن‬
ٓ َّ ‫وا ََل تَأ ْ ُكلُ ٓو ۟ا أ َ ْم ٰ َولَ ُكم بَ ْينَ ُكم ِب ْٱل ٰبَ ِهُط ِل ِإ‬
َ‫َل أ َن ت َ ُكون‬
َّ ‫س ُك ْم ۚ إِ َّن‬
‫ٱَّللَ َكانَ ِب ُك ْم‬
ٍ ‫تِ ٰ َج َرة ً َعن ت َ َر‬
َ ُ‫اض ِمن ُك ْم ۚ َو ََل ت َ ْقتُلُ ٓو ۟ا أَنف‬
‫َر ِحي ًما‬
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan
jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara
kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah
adalah Maha Penyayang kepadamu.” ( Q.S An – Nissa : 29 )
17
Maksud dari ayat ini adalah larangan membunuh diri sendiri
mencakup juga larangan membunuh orang lain, sebab membunuh
orang lain berarti membunuh diri sendiri, karena umat merupakan
suatu kesatuan. Dalam literatur fikih klasik, murabahah mengacu
pada
suatu
penjualan
yang
pembayarannya
ditangguhkan.
Pembayaran dilakukan dalam suatu jangka waktu yang disepakati,
baik secara tunai maupun secara angsuran.
2) Al – Hadits
ٌ َ‫ ثَال‬: ‫سلَّ َم قَا َل‬
‫ ا َ ْلبَ ْي ُع‬:ُ‫ث فِ ْي ِه َّن ا َ ْل َب َر َكة‬
َ ‫صلَّي هللاُ َعلَ ْي ِ َو‬
َ ‫ي‬
َّ ‫أ َ َّن النَّ ِب‬
ُ ‫ َوخ َْل‬,ُ‫ضة‬
َّ ‫ط ْالبُ ِر بِال‬
‫ت َلَ ِل ْلبَيْعِ ررواه‬
ِ ‫ش ِعي ِْر ِل ْلبَ ْي‬
َ ‫ َو ْال ُمقَ َر‬,‫ى أ َ َج ٍل‬
َ َ‫إِل‬
)ُ ‫ابن ماج عن صهي‬
Artinya: “Dari Shalih bin Shuhayb dari ayahnya, ia berkata:
Rasulullah saw bersabda: Tiga hal yang di dalamnya terdapat
keberkahan yaitu pertama jual beli secara tangguh, muqaradhah
(mudharabah) dan ketiga mencampur gandum dengan tepung untuk
keperluan rumah, bukan untuk diperjual-belikan”. (HR. IbnuMajah)
3) Undang – Undang
Menurut Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 21
Tahun 2008 tentang akad murabahah adalah sebagai berikut :
a) Akad adalah kesepakatan tertulis antara bank syariah atau UUS
dan pihak lain yang memuat adanya hak dan kewajiban bagi
masing-masing pihak sesuai dengan prinsip syariah.
18
b) Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu berupa:
(1) transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan
musyarakah;
(2) transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli
dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik;
(3) transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam,
dan istishna’.
(4) transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh
(5) transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk
transaksi multijasa.
Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah
dan/atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai
dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut
setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan,
atau bagi hasil.
Pembiayaan murabahah telah diatur dalam Fatwa DSN No.
04/DSN-MUI/IV/2000. Dalam fatwa tersebut disebutkan ketentuan
umum mengenai murabahah, yaitu sebagai berikut:
a) Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas
riba.
b) Barang yang diperjual belikan tidak diharamkan oleh syari’at
Islam.
c) Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang
yang telah disepakati kualifikasinya.
19
d) Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank
sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba.
e) Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang.
Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah
(pemesan) dengan harga jual senilai harga plus keuntungannya.
f)
Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut
pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati.
g) Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad
tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan
nasabah.
h) Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli
barang kepada pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus
dilakukan setelah barang, secara prinsip menjadi milik bank.
Aturan yang dikenakan kepada nasabah dalam murabahah ini
dalam fatwa adalah sebagai berikut:
a) Nasabah
mengajukan permohonan dan perjanjian
pembelian
suatu barang atau asset kepada bank.
b) Jika bank menerima permohonan tersebut ia harus membeli
terlebih dahulu asset yang dipesannya secara sah dengan
pedagang.
c) Bank kemudian menawarkan asset tersebut kepada nasabah dan
nasabah harus menerima (membeli)-nya sesuai dengan perjanjian
yang telah disepakatinya, karena secara hukum perjanjian
20
tersebut mengikat kemudian kedua belah pihak harus membuat
kontrak jual beli.
d) Dalam jual beli ini bank dibolehkan meminta nasabah untuk
membayar uang muka saat menandatangani kesepakatan awal
pemesanan.
e) Jika nasabah kemudian menolak membeli barang tersebut, biaya
riil bank harus dibayar dari uang muka tersebut.
f)
Jika nilai uang muka kurang dari kerugian yang harus ditanggung
oleh bank, bank dapat meminta kembali sisa kerugiannya kepada
nasabah.
g) Jika uang muka memakai kontrak urbun sebagai alternatif dari
uang muka, maka : jika nasabah memutuskan untuk membeli
barang tersebut, ia tinggal membayar sisa harga; atau jika
nasabah batal membeli, uang muka menjadi milik bank maksimal
sebesar kerugian yang ditanggung oleh bank akibat pembatalan
tersebut; dan jika uang muka tidak mencukupi, nasabah wajib
melunasi kekurangannya.
c. Syarat dan Rukun Murabahah
Al-Kasani menyatakan bahwa akad bai’ murabahah akan
dikatakan sah, jika memenuhi beberapa syarat berikut ini:
1) Mengetahui harga pokok (harga beli), disyaratkan bahwa harga
beli harus diketahui oleh pembeli kedua, karena hal itu
merupakan syarat mutlak bagi keabsahan bai’ murabahah.
21
2) Adanya kejelasan margin (keuntungan) yang diinginkan penjual
kedua, keuntungan harus dijelaskan nominalnya kepada pembeli
kedua atau dengan menyebutkan persentasi dari harga beli.
3) Modal yang digunakan untuk membeli objek transaksi harus
merupakan barang mitsli, dalam arti terdapat padanya di pasaran,
dan lebih baik jika menggunakan uang.
4) Objek transaksi dan alat pembayaran yang digunakan tidak boleh
berupa barang ribawi.
5) Akad jual beli pertama harus sah adanya.
6) Informasi yang wajib dan tidak diberitahukan dalam bai
murabahah.
Rukun murabahah antara lain:
1) Penjual (Bai)
Penjual merupakan seseorang yang menyediakan alat komoditas
atau barang yang akan dijual belikan, kepada konsumen atau
nasabah.
2) Pembeli (Musytari)
Pembeli merupakan seseorang yang membutuhkan barang untuk
digunakan, dan bisa didapat ketika melakukan transaksi dengan
penjual.
3) Objek jual beli (Mabi)
Adanya barang yang akan diperjual belikan merupakan salah satu
unsur terpenting demi suksesnya transaksi.
22
4) Harga (Tsaman)
Harga merupakan unsur terpenting dalam jual beli karena
merupakan suatu nilai tukar dari barang yang akan atau sudah
dijual.
5) Ijab Qabul.
Suatu ikatan antara penjual & pembeli.
d. Jaminan Murabahah
Jenis Barang Jaminan yang dapat diterima sebagai jaminan
pembiayaan adalah sebagai berikut :
1) Persediaan Barang
Jaminan berupa persediaan barang adalah semua persediaan
dari barang-barang yang merupakan objek perusahaan yang
ada pada perusahaan, misalnya barang daganngan dan bahan
baku.
2)
Piutang Dagang
Piutang dagang adalah tagihan-tagihan perusahaan yang
timbul karena adanya penjualan secara pembiayaan dan secara
normal dapat diterima dalam jangka pendek.
3)
Deposit Berjangka
Deposit berjangka adalah sejenis produk investasi atau
tabungan yang ditawarkan oleh Bank atau lembaga keuangan
lainnya kepada masyarakat.
23
4)
Saham Perusahaan Debitur
Saham
dapat
didefinisikan
tanda
penyertaan
atau
kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan
atau perseroan terbatas.
5) Perhiasaan atau Emas
6) Tanah (hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan)
7) Kendaraan Bermotor
8) Mesin-Mesin Pabrik dan Inventaris Kantor.
e. Jenis-jenis Murabahah
Berdasarkan kewenangan yang diberikan kepada mudharib
(pengelola), murabahah dapat dikatagorikan sebagai berikut :
1) Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan.
Dalam murabahah berdasarkan pesanan, BMT melakukan
pembelian barang setelah ada pemesanan dari nasabah. Murabahah
berdasarkan pesanan dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat
nasabah untuk membeli barang yang dipesannya.
Gambar 2.2, Wiroso. Jual beli Murabahah
24
2) Murabahah tanpa pesanan.
Murabahah tanpa pesanan adalah jenis jual beli murabahah yang
dilakukan dengan tidak melihat adanya nasabah yang memesan
(mengajukan pembiayaan) atau tidak, sehingga penyediaan barang
dilakukan oleh bank atau BMT sendiri dan dilakukan tidak terkait
dengan jual beli murabahah sendiri. Alur transaksi murabahah tanpa
pesanan dapat dilihat dalam skema berikut :
Gambar 2.3, Wiroso. Jual beli Murabahah
f. Skema Murabahah
Skema Akad Murabahah
Gambar 2.4, Skema Akad Murabahah
25
Dari keterangan diatas
dapat
disimpulkan bahwa jual
beli
Murabahah:
1) Ada tiga pihak terkait yaitu :
a) Pemesan (Nasabah)
b) Penjual Barang (Dealer)
c) Lembaga Keuangan
2) Ada 2 akad transaksi yaitu :
a) Akad dari penjual barang kepada lembaga keuangan.
b) Akad dari lembaga keuangan kepada pemesan.
3) Ada 3 janji yaitu :
a) Janji dari lembaga keuangan untuk membeli barang.
b) Janji mengikat dari lembaga keuangan untuk membeli barang
untuk nasabah.
c) Janji mengikat dari pemesan unuk membeli barang tersebut dari
lembaga keuangan.
g. Manfaat dan Tujuan Murabahah
1) Manfaat Murabahah
Sesuai dengan sifat bisnis, transaksi murabahah memiliki
beberapa manfaat kepada bank syariah, diantaranya adalah:
a) Adanya keuntungan yang muncul dari selisih harga yang
dibeli dari penjual dengan harga jual nasabah.
b) Sistem murabahah sangat sederhana sehingga memudahkan
penanganan administrasinya di bank syariah.
26
c) Manfaat bagi bank adalah sebagai salah satu bentuk
penyaluran dana untuk memperoleh pendapatan dalam
bentuk margin.
d) Manfaat bagi nasabah adalah penerima fasilitas adalah
merupakan salah satu cara untuk memperoleh barang
tertentu melalui pembiayaan dari nasabah.
2) Tujuan Murabahah
Berikut ini adalah tujuan murabahah kepada pemesanan
pembelian:
a) Mencari pengalaman. Satu pihak yang berkontrak (pemesan
pembelian) meminta pihak lain (pembeli) untuk membeli
sebuah asset. Pemesanan berjanji untuk ganti membeli aset
tersebut dan memberinya keuntungan.
b) Informasi di banding alasan kebutuhan yang mendesak
terhadap asset tersebut.
c) Mencari pembiayaan. Dalam operasi perbankan syariah, motif
pemenuhan pengadaan asset atau modal kerja merupakan
alasan utama yang mendorong datang ke bank. Pada gilirannya
pembiayaan yang di berikan akan membantu memperlancar
arus kas yang bersangkutan.
27
BAB III
PROSES PEMBIAYAAN MODAL USAHA DENGAN AKAD MURABAHAH
DI KSU BUSRA
A. PERSIAPAN
Pembersihan
ruangan
Berpakaian
rapi, sopan,
dan tertutup
Melayani
nasabah
Mempersiap
kan file yang
dibutuhkan
Nasabah
datang
Bagan 3.1 Persiapan
a. Berpakaian rapih, tertutup dan sopan
b. Menyediakan formulir pembiayaan dan akad Murabahah
c. Menyediakan brosur mengenai produk BUSRA yaitu simpanan
28
B. LANGKAH KERJA
Menerima anggota yang
datang
Customer Service
menanyakan keperluan
anggota.
Customer Service
memberikan penjelasan
tentang persyaratan
pengajuan pembiayaan.
Berkas dianalisa oleh
pihak koperasi (pihak yang
berwenang menurut
besarnya pinjaman
pembiayaan).
Pihak koperasi mengecek
kelengkapan persyaratan
berkas yang masuk. jika
kekurangan, anggota harus
melengkapi persyaratan
tersebut .
Customer Service
memberikan formulir
pengajuan pembiayaan
untuk diisi anggota &
menyerahkan persyaratan
kepada Koperasi.
Peninjauan lokasi &survei.
Setelah koperasi melakukan
survei bisa terjadi berkas
ditolak/tidak disetujui &
berkas diterima/disetujui.
Setelah permohonan
pembiayaan disetujui &
disepakati, maka selanjutnya
adalah penandatanganan
akad kedua belah pihak.
Setelah kedua belah pihak
sepakat dan melakukan Ijab
Qabul, maka dana
pembiayaan dicairkan dan
diberikan kepada anggota.
Monitoring pembiayaan yang
merupakan rangkaian
aktivitas untuk mengetahui
perkembangan proses
perkembangan usaha sejak
pembiayaan diberikan sampai
lunas.
Anggota berkewajiban
membayar angsuran setiap
bulannya dengan keuntungan
sekitar 2% dari jumlah nilai
angsuran.
Bagan 3.2 Langkah Kerja Penerapan Akad Murabahah
29
1.
Menerima anggota yang datang ke kantor BUSRA dengan 5S ( Senyum,
Salam, Sapa, Sopan, Santun ).
2.
Customer Service menanyakan keperluan anggota ke koperasi &
menawarkan produk lain yang ada di KSU BUSRA dengan salah satunya
membuka tabungan.
3.
Customer Service memberikan informasi produk Murabahah dan syarat
pengajuan pembiayaan kepada anggota dengan jelas dan melayani dengan
sebaik-baiknya.
4.
Memberikan
formulir
pembiayaan
kepada
anggota
dan
anggota
menyerahkan syarat-syarat berupa fotocopy KTP, Kartu Keluarga, Jaminan
serta kelengkapan data lainnya.
Gambar 3.1, Formulir aplikasi pengajuan
pembiayaan
5.
Setelah anggota mengisi formulir pembiayaan, Customer Service menginput
datanya ke sistem dan memberikan formulir pembiayaan tersebut kepada
Admin.
30
6.
Admin lalu memproses dan mengisi formulir analisa pembiayaan
berdasarkan formulir yang diberikan oleh Customer Service.
Gambar 3.2, Contoh Analisa pembiayaan
7.
Formulir analisa yang telah diisi lalu digabungkan dengan data-data yang
diserahkan anggota dan dianalisa jumlah nilai pembiayaannya oleh Admin.
Gambar 3.3, Data dilengkapi dan digabungkan
8.
Setelah dianalisa, data tersebut lalu berikan kepada Manager.
9.
Manager menganalisa jumlah pembiayaan serta tujuan dari pembiayaan
sebagai modal usaha tersebut.
31
10. Peninjauan lokasi yang dilakukan melalui wawancara anggota/orang
disekitar lingkungan nasabah dan investigasi terhadap usaha dan jaminan
yang diagunkan.
11. Pemutusan pemberian pembiayaan dilakukan oleh Manager apabila jumlah
pembiayaan ≤ Rp 5.000.000,- dan Ketua Koperasi apabila jumlah nilai
pembiayaan ≥ Rp 5.000.000,12. Selanjutnya dalam pembiayaan tersebut diputuskan Berkas Ditolak dan
Berkas Disetujui. Apabila pengajuan pembiayaan disetujui, pihak koperasi
mengonfirmasi kepada anggota untuk melakukan Ijab Qabul dengan
menggunakan akad Murabahah.
Gambar 3.4, Perjanjian akad Murabahah
13. Setelah kedua belah pihak sepakat dan melakukan Ijab Qabul, maka dana
pembiayaan dicairkan dan diberikan kepada anggota.
14. Lalu anggota berkewajiban membayar dana angsuran setiap bulannya
dengan keuntungan sekitar 2% dari jumlah nilai angsuran.
32
15. Selama periode pembiayaan, maka jaminan yang anggota berikan dipegang
oleh pihak pertama, yaitu koperasi. Jaminan bisa berupa BPKB Kendaraan,
Deposito, Sertifikat Tanah dan sebagainya.
16. Monitoring pembiayaan yang merupakan rangkaian aktivitas untuk
mengetahui perkembangan proses perkembangan usaha sejak pembiayaan
diberikan sampai lunas.
Sebagai ilustrasi, apabila bapak Herman melakukan transaksi
menggunakan akad murabahah dengan tujuan digunakan sebagai modal
usaha sebesar Rp 5.000.000,- dan mengangsur selama 10 bulan dengan
jaminan BPKB motor, maka pihak koperasi memberitahu bahwa
keuntungan koperasi adalah 20% yakni Rp 1.000.000,- Jadi total dana yang
harus dibayarkan oleh bapak Herman sebesar Rp 6.000.000,-dengan nilai
angsuran sebagai berikut :
Pembiayaan
Plafond
= Rp 5.000.000,-
Jangka waktu = 10 bulan
Margin
= 2%
Angsuran
* Jumlah angsuran pembiayaan = Jumlah plafond : jangka waku (bln)
* Jumlah angsuran margin = Jumlah plafond x prosentase margin
Jumlah angsuran pembiayaan : Rp 5.000.000,- : 10 bln = Rp 500.000,Jumlah angsuran margin
: Rp 5.000.000,- x 2%
= Rp 100.000,-
Jumlah Angsuran Keseluruhan Bapak Herman = Rp 600.000,-/bln.
33
C. HASIL
Anggota menerima dana pembiayaan dari koperasi dan mempergunakannya
sebagai modal usaha. Lalu anggota berkewajiban mengangsur dana setiap
bulannya sesuai dengan yang telah disepakati. Pembayaran dana angsuran bisa
dilakukan secara datang langsung ke Kantor Pusat, Marketing, via Transfer, dan
Kantor Cabang.
Apabila anggota telat membayar angsuran, maka akan dikenakan denda
sesuai peraturan yang berlaku. Pembiayaan tersebut dimonitoring sejak
dimulainya kesepakatan sampai berkembangnya usaha tersebut dan anggota
melunasinya.
34
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan penulis selama PKL dan memberikan ilustrasi
cerita diatas, maka menurut penulis dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Penggunaan akad Murabahah merupakan salah satu akad yang paling banyak
digunakan karena mudah dalam penggunaannya.
2. Menjalankan akad murabahah maka harus memenuhi rukun dan syarat-syarat
yakni :
a.
Harus ada penjual dan pembeli (subyek)
b.
Ada uang dan benda (obyek) harus jelas
c.
Ada Ijab dan Qabul, perjanjian akan mengikat para pihak jika ada kata
sepakat sehingga menimbulkan hak dan kewajiban.
Transaksi murabahah selain dapat digunakan sebagai modal usaha, dapat
juga digunakan untuk membeli properti : pembangunan rumah, pembelian
kendaraan bermotor, pembelian properti dan lain-lain.
B. SARAN
Saran dari penulis adalah pembiayaan Murabahah sebagai modal usaha
sebaiknya tidak hanya berupa uang saja, tapi perusahaan juga menyediakan
barang yang dibutuhkan. Selain sama-sama diuntungkan, sistem Murabahah
dengan perusahaan menyediakan barang itu memberikan kemudahan bagi kedua
belah pihak. Pihak anggota dimudahkan dengan tidak perlu mencari lagi barang
35
yang dibutuhkan karena sudah disediakan oleh koperasi dan pihak koperasi juga
dimudahkan dalam mengetahui kondisi barang serta bertambahnya mitra dagang
koperasi.
Selain itu, dalam akad murabahah memang ada begitu banyak keuntungan
yang bisa diperoleh namun ada kelemahannya, seperti belum adanya daya tawar
yang seharusnya dimiliki oleh anggota. Sehingga posisi anggota sering kali
“agak terpaksa” untuk menerima harga yang ditawarkan oleh pihak koperasi.
Oleh sebab itu apabila kurang memahami segala bentuk akad yang ada atau
kurang memahami akad murabahah, maka terlebih dahulu mengonfirmasi
kepihak koperasi agar tidak dirugikan.
36
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Saeed. Menyoal Bank Syariah: Kritik atas Interpretasi Bunga Bank Kaum NeoRevivalis. terj. Arif Maftuhin, 2004. Jakarta: Paramadina, h. 119.
Abdullah Saeed. Op Cit, h. 120.
Adimarwan A. Karim. 2001, Ekonomi Islam; Suatu Kajian Kontemporer, Jakarta: gema
Insani. hlm.86
Antonio, Muhammad Syafi’i. Op cit, h. 103.
Antonio. Bank Syariah …,h.103
Dimyauddin Djuwaini. loc. Cit., hlm. 108-109
Henry R.Cheeseman. Contemporay Business Law,cet.Ke‐3,187.
Ibid. h. 39.
Ibid. hlm. 142
Ismail. Pebankan Syariah Edisi Pertama, h.141
Muhammad. Model-model Akad Pembiayaan di Bank Syari’ah (Panduan Teknis
Pembuatan Akad/Perjanjian Pembiayaan Pada Bank Syari’ah), loc. Cit.,hlm. 58
Munawwir, Ahmad Warson. Al-Munawwir, 1997, Kamus Arab-Indonesia, Cet. IV,
Surabaya: Pustaka Progressif, h. 463.
Munir Fuady. Hukum Jaminan Utang, h.11
Osmad Muthaher. 2012, Akuntansi Perbankan Syari’ah, Yogyakarta: Graha Ilmu, hlm. 57.
Sholihin, Ahmad Ifham. 2010, Pedoman Umum Lembaga Keuangan Syari’ah, Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, hlm. 141-142
Sjahdeini, Sutan Remy. 1999, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum
Perbankan, Jakarta : Pustaka Utama Grafiti, h. 64.
Sjahdeini, Sutan Remy. Perbankan Syariah Produk-Produk dan Aspek Hukumnya, h.205
Wansawijaya. 2012, Pembiayaan Bank Syariah, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, h.
205.
Wiroso. Jual Beli Murabahah
37
LAMPIRAN
Gambar 4.2, Foto bersama
Gambar 4.1, Pengambilan dana saat
di bank BJB Syariah Margonda
Gambar 4.3, Penyetoran uang saat di bank Syariah
Mandiri Margonda
Gambar 4.4, Contoh tabel angsuran
pembiayaan
Gambar 4.5, Syarat mengajukan pembiayaan
Gambar 4.6, Brosur pembiayaan
38
Download