Sunan Ampel adalah salah seorang wali di antara Walisongo yang menyebarkan ajaran Islam di Pulau Jawa. Ia lahir 1401 di Champa. Ada dua pendapat mengenai lokasi Champa ini. Encyclopedia Van Nederlandesh Indie mengatakan bahwa Champa adalah satu negeri kecil yang terletak di Vietnam. Pendapat lain, Raffles menyatakan bahwa Champa terletak di Aceh yang kini bernama Jeumpa. Menurut sebagian riwayat, orang tua Raden Rahmat, nama lain Sunan Ampel, adalah Maulana Malik Ibrahim (menantu Sultan Champa dan ipar Dwarawati). Riwayat lain yang lebih kuat menisbahkan beliau, Sunan Ampel, sebagai putra Ibrahim Asmarakandi yang dimakamkan di Tuban. Ibrahhim Asmarakandi merupakan putrah Syekh Jumadil Kubro. Dalam catatan Kronik Tiongkok dari Klenteng Sam Po Kong, Sunan Ampel dikenal sebagai Bong Swi Hoo, cucu dari Haji Bong Tak Keng - seorang Tionghoa (suku Hui beragama Islam mazhab Hanafi) yang ditugaskan sebagai Pimpinan Komunitas Tionghoa di Champa oleh Sam Po Bo. Sedangkan Yang Mulia Ma Hong Fu - menantu Haji Bong Tak Keng ditempatkan sebagai duta besar Tiongkok di pusat kerajaan Majapahit, sedangkan Haji Gan En Cu juga telah ditugaskan sebagai kapten Tionghoa di Tuban. Haji Gan En Cu kemudian menempatkan menantunya Bong Swi Hoo sebagai kapten Tionghoa di Jiaotung (Bangil).[1][2] Namun, catatan Kronik Tiongkok dari Klenteng Sam Po Kong ini diragukan kebenarannya karena merupakan propaganda Belanda untuk mengaburkan sejarah indonesia.[3]. Sementara itu seorang putri dari Kyai Bantong (versi Babad Tanah Jawi) alias Syaikh Bantong (alias Tan Go Hwat menurut Purwaka Caruban Nagari) menikah dengan Prabu Brawijaya V (alias Bhre Kertabhumi) kemudian melahirkan Raden Fatah. Namun tidak diketahui apakah ada hubungan antara Ma Hong Fu dengan Kyai Bantong. Dalam Serat Darmo Gandhul, Sunan Ampel disebut Sayyid Rahmad merupakan keponakan dari Putri Champa permaisuri Prabu Brawijaya yang merupakan seorang muslimah. Raden Rahmat dan Raden Santri adalah anak Makhdum Ibrahim (putra Haji Bong Tak Keng), keturunan suku Hui dari Yunnan yang merupakan percampuran bangsa Han/Tionghoa dengan bangsa Arab dan Asia Tengah (Samarkand/Asmarakandi). Raden Rahmat, Raden Santri dan Raden Burereh/Abu Hurairah (cucu raja Champa) pergi ke Majapahit mengunjungi bibi mereka bernama Dwarawati puteri raja Champa yang menjadi permaisuri raja Brawijaya. Raja Champa saat itu merupakan seorang muallaf. Raden Rahmat, Raden Santri dan Raden Burereh akhirnya tidak kembali ke negerinya karena Kerajaan Champa dihancurkan oleh Kerajaan Veit Nam. Menurut Hikayat Banjar dan Kotawaringin (= Hikayat Banjar resensi I), nama asli Sunan Ampel adalah Raja Bungsu, anak Sultan Pasai. Dia datang ke Majapahit menyusul/menengok kakaknya yang diambil istri oleh Raja Mapajahit. Raja Majapahit saat itu bernama Dipati Hangrok dengan mangkubuminya Patih Maudara (kelak Brawijaya VII) . Dipati Hangrok (alias Girindrawardhana alias Brawijaya VI) telah memerintahkan menterinya Gagak Baning melamar Putri Pasai dengan membawa sepuluh buah perahu ke Pasai. Sebagai kerajaan Islam, mulanya Sultan Pasai keberatan jika Putrinya dijadikan istri Raja Majapahit, tetapi karena takut binasa kerajaannya akhirnya Putri tersebut diberikan juga. Putri Pasai dengan Raja Majapahit memperoleh anak laki-laki. Karena rasa sayangnya Putri Pasai melarang Raja Bungsu pulang ke Pasai. Sebagai ipar Raja Majapahit, Raja Bungsu kemudian meminta tanah untuk menetap di wilayah pesisir yang dinamakan Ampelgading. Anak laki-laki dari Putri Pasai dengan raja Majapahit tersebut kemudian dinikahkan dengan puteri raja Bali. Putra dari Putri Pasai tersebut wafat ketika istrinya Putri dari raja Bali mengandung tiga bulan. Karena dianggap akan membawa celaka bagi negeri tersebut, maka ketika lahir bayi ini (cucu Putri Pasai dan Brawijaya VI) dihanyutkan ke laut, tetapi kemudian dapat dipungut dan dipelihara oleh Nyai Suta-Pinatih, kelak disebut Pangeran Giri. Kelak ketika terjadi huru-hara di ibu kota Majapahit, Putri Pasai pergi ke tempat adiknya Raja Bungsu di Ampelgading. Penduduk desa-desa sekitar memohon untuk dapat masuk Islam kepada Raja Bungsu, tetapi Raja Bungsu sendiri merasa perlu meminta izin terlebih dahulu kepada Raja Majapahit tentang proses islamisasi tersebut. Akhirnya Raja Majapahit berkenan memperbolehkan penduduk untuk beralih kepada agama Islam. Petinggi daerah Jipang menurut aturan dari Raja Majapahit secara rutin menyerahkan hasil bumi kepada Raja Bungsu. Petinggi Jipang dan keluarga masuk Islam. Raja Bungsu beristrikan puteri dari petinggi daerah Jipang tersebut, kemudian memperoleh dua orang anak, yang tertua seorang perempuan diambil sebagai istri oleh Sunan Kudus (tepatnya Sunan Kudus senior/Undung/Ngudung), sedang yang laki-laki digelari sebagai Pangeran Bonang. Raja Bungsu sendiri disebut sebagai Pangeran Makhdum. Keturunan Isteri Pertama, yaitu: Dewi Condrowati alias Nyai Ageng Manila binti Aryo Tejo Al-Abbasyi, berputera: 1. 2. 3. 4. 5. Maulana Mahdum Ibrahim/Raden Mahdum Ibrahim/ Sunan Bonang/Bong Ang Syarifuddin/Raden Qasim/ Sunan Drajat Siti Syari’ah/ Nyai Ageng Maloka/ Nyai Ageng Manyuran Siti Muthmainnah Siti Hafsah Isteri Kedua adalah Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning, berputera: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Dewi Murtasiyah/ Istri Sunan Giri Dewi Murtasimah/ Asyiqah/ Istri Raden Fatah Raden Husamuddin (Sunan Lamongan) Raden Zainal Abidin (Sunan Demak) Pangeran Tumapel Raden Faqih (Sunan Ampel 2) Syekh Jumadil Qubro (alias Haji Bong Tak Keng), dan kedua anaknya, Maulana Malik Ibrahim dan Maulana Ishak bersama sama datang ke pulau Jawa. Setelah itu mereka berpisah, Syekh Jumadil Qubro tetap di pulau Jawa, Maulana Malik Ibrahim ke Champa, Vietnam Selatan, dan adiknya Maulana Ishak mengislamkan Samudra Pasai. Di Kerajaan Champa, Maulana Malik Ibrahim berhasil mengislamkan Raja Champa, yang akhirnya mengubah Kerajaan Champa menjadi Kerajaan Islam. Akhirnya dia dijodohkan dengan putri raja Champa (adik Dwarawati), dan lahirlah Raden Rahmat. Di kemudian hari Maulana Malik Ibrahim hijrah ke Pulau Jawa tanpa diikuti keluarganya. Sunan Ampel (Raden Rahmat) datang ke pulau Jawa pada tahun 1443, untuk menemui bibinya, Dwarawati. Dwarawati adalah seorang putri Champa yang menikah dengan raja Majapahit yang bernama Prabu Kertawijaya. Sunan Ampel menikah dengan Nyai Ageng Manila, putri seorang adipati di Tuban yang bernama Arya Teja. Mereka dikaruniai 4 orang anak, yaitu: 1. 2. 3. 4. Putri Nyai Ageng Maloka, Maulana Makdum Ibrahim (Sunan Bonang), Syarifuddin (Sunan Drajat) Syarifah, yang merupakan istri dari Sunan Kudus. Mohlimo[4] atau Molimo, Moh (tidak mau), limo (lima), adalah falsafah dakwah Sunan Ampel untuk memperbaiki kerusakan akhlak di tengah masyarakat pada zaman itu yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. Moh Mabok: tidak mau minum minuman keras, khamr dan sejenisnya. Moh Main: tidak mau main judi, togel, taruhan dan sejenisnya. Moh Madon: tidak mau berbuat zina, homoseks, lesbian dan sejenisnya. Moh Madat: tidak mau memakai narkoba dan sejenisnya. Moh Maling: tidak mau mencuri, korupsi, merampok dan sejenisnya. Makam Sunan Ampel di Surabaya Pada tahun 1479, Sunan Ampel mendirikan Mesjid Agung Demak. Dan yang menjadi penerus untuk melanjutkan perjuangan dakwah dia di Kota Demak adalah Raden Zainal Abidin yang dikenal dengan Sunan Demak, dia merupakan putra dia dari istri dewi Karimah.Sehingga Putra Raden Zainal Abidin yang terakhir tercatat menjadi Imam Masjid Agung tersebut yang bernama Raden Zakaria (Pangeran Sotopuro). Sunan Ampel diperkirakan wafat pada tahun 1481 di Demak dan dimakamkan di sebelah barat Masjid Ampel, Surabaya. Peranan PERAN DAKWAH SUNAN AMPEL DALAM MENYEBARKAN AGAMA ISLAM DI SURABAYA PADA TAHUN M (PERAN DAKWAH SUNAN AMPEL DALAM MENYEBARKAN AGAMA ISLAM DI SURABAYA PADA TAHUN M) Fatkhur Roji Soni Indrawanto Yudi Prasetyo Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI SIDOARJO Jl. Jenggala Kota Pos 149 Kemiri Sidoarjo ABSTRAK Peranan Sunan Ampel dalam usahanya mengembangkan agama Islam di pulau Jawa khususnya daerah Surabaya tahun M, Sunan Ampel adalah salah satu dari mubaligh penyebar agama Islam di Pulau Jawa yang terkenal dengan sebutan Walisongo yang melakukan penyebaran agama Islam secara intensif di pulau Jawa. Tujuan penelitian ini adalah agar dapat mengetahui proses masuknya agama Islam di Ampeldenta Surabaya, Pembahasan ini bermaksud untuk memahami peran dakwah yang digunakan oleh Sunan Ampel dalam menyebarkan Agama Islam di Surabaya sebagai pusat agama Islam di Jawa Sunan Ampel adalah satu anggota dari walisongo yang merupakan putra Syaikh Maulana Ibrahim as Samarqandy yang berasal dari Samarkand di Asia Tengah. Sunan Ampel datang ke Jawa tahun 1443 M dan meninggal tahun 1481 M dimakamkan dibelakang masjid Ampel Surabaya. Usaha Sunan Ampel dalam perkembangan agama Islam di pulau Jawa antara lain mengirim ulama untuk berdakwah, mengembangkan ajaran tasawuf, mengubah tradisi keagamaan. Kata Kunci : Sunan Ampel, Menyebarkan Agama Islam, Surabaya ABSTRACT The role of Sunan Ampel in its efforts to develop Islam in Java, especially Surabaya area in AD, Sunan Ampel was one of the preachers of Islam spreaders in Java which is known as Walisongo who perform intensive spread of Islam in Java. The purpose of this study is to be aware of the arrival of Islam in Ampeldenta Surabaya, this discussion intends to understand the role of propaganda used by Sunan Ampel in spreading Islam in Surabaya as a center of Islam in Java, Sunan Ampel is a member of the Walisongo who is the son of Sheikh Maulana Ibrahim Samarqandy from Samarkand in Central Asia. Sunan Ampel came to Java in 1443 AD and died in 1481 AD was buried behind the mosque Ampel Surabaya. Sunan Ampel efforts in the development of Islam in Java, among others, sent scholars to preach, develop the teaching of Sufism, the religious traditions change. Keywords : Sunan Ampel, Spreading Islam, Surabaya 1. Pendahuluan Islam 1 merupakan agama dengan 1 pemeluk terbesar di Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari usaha para juru dakwah Islam dalam melakukan Islamisasi di Nusantara kehadiran Islam juga mewarnai ragam agama yang berkembang di Majapahit 2. Islamisasi adalah istilah umum yang biasa 1 Akar kata Arab Islam berkorelasi dengan salam yang berarti damai dan aman jadi Islam ddapat diartikan sebagai pencapaian, kedamaian dan keamanan bathiniah melalui kepasrahan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hesham A. Hassabala, Kabir Helminski, Sejarah Islam (Yogyakarta : Diglossia, 2007) hlm I Made Kusumajaya. dkk, Mengenal Kepurbakalaan Majapahit, hlm11. 2 digunakan untuk menggambarkan proses persebaran Islam di Nusantara pada periode awal (abad VII XIII M), terutama menyangkut waktu kedatangan, tempat asal serta para pembawanya. Teori yang lama menyatakan bahwa penyebaran Islam terjadi pada abad XIII, tempat asalnya Gujarat dan pelakunya pedagang India yang telah masuk Islam. Teori baru ini pun terdapat dua perbedaan pendapat tentang asal negaranya, sekalipun mempunyai persamaan waktunya: di satu pihak berpendapat tetap berasal dari Gujarat, dan di lain pihak menyatakan asalanya dari Timur Tengah, yakni Mesir dan Makkah, serta pelakunya pedagang Arab Islam. Diantara para penyebar agama Islam di Jawa adalah Sunan Ampel yang bernama Ahmad Ali Rohmatullah, putra Ibrahim as-samarqandy bin Jamaluddin Jumadil Kubra yang berasal dari kota Sakarkand yang diperkirakan datang ke tanah Jawa tahun 1443 M. Beliau datang bersama dengan ayah dan dua saudaranya yaitu Raden Ali Murtadho dan Raden Berereh (Abu Hurairah). Dari uraian diatas, maka dapat diambil empat tema pokok mengenai masuk dan berkembangnya agama Islam. Kebanyakan sarjana barat berpendapat bahwa para penyebar pertama Islam di Nusantara adalah para pedagang muslim yang menyebarkan Islam sembari melakukan perdagangan di pulau Andalas (Sumatra). Elaborasi atau penjelasan permasalahan lebih lanjut dari teori ini adalah bahwa para pedagang muslim tersebut melakukan pernikahan dengan wanita setempat. Proses pembentukan keluarga muslim ini maka komunitas komunitas muslimpun tercipta, akhirnya para pedagang musim pada gilirannya memainkan andil besar dalam penyebaran Islam. 2. Hasil dan Pembahasan A. Teori Masuknya Islam di Jawa Sejak zaman prasejarah, penduduk kepulauan Nusantara dikenal sebagai pelayar pelayar yang sanggup mengarungi lautan lepas. Pedagang pedagang Muslim Arab, Persia, dan India juga ada yang sampai ke kepulauan Nusantara untuk berdagang sejak abad ke VII M. 3 Menurut J. C. Van Leur, berdasarkan berbagai cerita perjalanan dapat diperkirakan bahwa sejak 674 M ada koloni koloni Arab di barat laut Sumatra, yaitu di Barus, daerah penghasil kapur barus terkenal. 4 Menurut berita Thionghoa, dalam tahun 1409 M. Orang orang Malaka sudah masuk islam. Adapun rajanya yang mula mula masuk islam bernama Sultan Muhammad Syah, yang naik tahta dalam tahun 1402 dan wafat 1414M. Turunan keempat Sultan Muhammad Syah, ialah Sultan Manyus Syah. Raja Malaka, yang menaklukkan negeri Pahang (di timur 3 Badri Yatim. Sejarah Peradaban Islam. (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2010) hlm Badri Yatim, op.cid., hlm. 192. 3 Semenanjung Malaka), Kampar dan Indragiri (Riau daratan) dengan meng-islamkan penduduknya. 5 B. Proses Islamisasi di Jawa Kedatangan islam dan penyebarannya kepada golongan bangsawan dan rakyat umumnya dilakukan dengan cara damai. Menurut Uka Tjandrasasmita, proses islamisasi yang berkembang ada lima, 6 yaitu. a. Akses Perdagangan b. Proses Pernikahan c. Ajaran Tasawuf d. Program Pendidikan e. Bidang Kesenian Penyebaran agama islam di Jawa bukan hanya dilakukan oleh bangsa Arab, Gujarat, Persia tetapi bangsa Cina juga turut andil dalam pengembangan islam di Jawa. Laksamana Cheng Ho dalam ekspedisi awal pada abad ke XV bukanlah contoh pertama intervensi Cina dalam urusan kerajaan di Jawa 7. C. Latar Belakang Masuknya Agama Islam 1. Keadaan Keagamaan Masyarakat Jawa pada Kedatangan Islam Masyarakat Jawa sebelum datangnya Islam menganut aliran animisme artinya anggapan adanya roh pada setiap benda, baik benda hidup maupun benda mati. Selain itu mereka juga menganut aliran Pathaisme yaitu suatu aliran yang menganggap bahwa semua alam ini adalah Tuhan. Pada umumnya masyarakat tenggelam dalam penyembahan berhala dan dewa dewa. 8 Mereka percaya kepada roh dan juga memuliakannya sebab mereka berkeyakinan bahwa roh itu dapat memberikan manfaat kepada kehidupan manusia. Misalnya menyembah pohon beringin karena mereka percaya bahwa pohon beringin itu ada rohnya dan dapat membantu mereka dalam menyelesaiakan segala urusan, begitu juga penyembahan terhadap benda benda lain seperti batu besar, arga, gunung, pohon, binatang, pohon pohon besar dan lainnya. 2. Kondisi dan Situasi Politik Masa Kedatangan Islam Cikal bakal kekuasaan islam telah dirintis pada periode abad 1 5 H / VII VIII M, tetapi semua tenggelam dengan hegemoni maritim Sriwijaya yang berpusat di Palembang dan Kerajaan Hindu Jawa seperti Singosari dan Majapahit di Jawa Timur. Kerajaan 5 Ibid, 5 6 Badri Yatim, op.cid., hlm H. J. de Graff, dkk, Cina Muslim di Jawa Abad XV dan XVI (Yogya : Tiara Wacana, 2004) hlm Labib MZ, Toleransi dalam Islam, (Jakarta, Bintang Pelajar,1985) hlm. 198. 4 Sriwijaya meluaskan kekuasaannya ke daerah semenanjung Malaka sampai Kedah. Hal itu erat hubungannya dengan penguasaan Selat Malaka yang merupakan kunci bagi pelayaran dan perdagangan internasional. Kemajuan politik dan ekonomi Sriwijaya berlangsung sampai abad ke- XII M, kerajaan ini mulai memasuki masa kemundurannya. Untuk mempertahankan ekonominya kerajaan Sriwijaya membuat peraturan cukai yang berat bagi kapal kapal dagang yang singgah ke pelabuhan tetapi tidak mendatangkan keuntungan malah sebaliknya. D. Era Keruntuhan Majapahit Sejarah kerajaan masa Hindu Budha di daerah Jawa Timur dapat dibagi 3 periode. Periode pertama adalah raja raja dari Kerajaan Kediri yang memerintah pada abad ke - X M, periode kedua yang dilanjutkan oleh Kerajaan Singosari dari tahun 1222M hingga 1293M, periode ketiga masa pemerintahan raja raja Majapahit. Pendiri kerajaan Majapahit adalah Raden Wijaya raja pertama dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana. Roda kekuasaan diambil alih Raja Patni yaitu istri Raden Wijaya salah satu putri Raja Kertanegara dari Singosari, bersama patih Gajah Mada ia berhasil menegakkan kembali wibawa Majapahit dengan menumpas pemberontakan yang banyak terjadi. Kemudian Raja Patni mengundurkan diri dan menjadi pendeta Budha, pemerintahan digantikan anaknya bernama Tribhuana Wijaya Tunggadewi dan Majapahit menjadi negara termashur di kepulauan nusantara dan luar negeri. Ketika Hayam Wuruk meninggal Majapahit mengalami kegoncangan akibat konflik saudara yang saling berebut kekuasaan. Pengganti Hayam Wuruk putrinya Kusumawardhani yang menikah dengan Wikramawardhana, sementara Wirabhumi putra Hayam Wuruk dari selir menuntut tahta kejaraan kemudian majapahit dibagi menjadi dua bagian wilaya timur dikuasi oleh Wirabhumi dan wilayah barat oleh Wikramawardhana, namun ketegangan masih berlanjut hingga perjadi perang saudara yang disebut dengan Paregreg. 9 E. Walisongo Pengertian Walisongo. 10 Wali merupakan suatu sarana yang menghubungkan antara seorang wali dengan Tuhannya, karena seorang wali adalah seorang yang urusannya diemban dan dilindungi Allah. Tanda tanda kewalian adalah karomah sebagaimana nabi punya mukjizat, karomah akan nampak ketika seorng wali mengambil ilmu dari Tuhannya, tandanya adalah ilmu yang dibawa mempunyai kekuatan dan kemenangan Agus Sunyoto, Membaca kembali dinamika perjuangan Dakwah Islam di Jawa Abad XIV XV M (Surabaya ; Diantama 2004) Hlm Tokoh mubaligh islam disebagian kawasan Nusantara. MB. Rahimsyah. AR, Kisah Perjuangan Walisongo (Surabaya ; Dua Media 2004) hlm Muhammad Mahfud Abdul Alim, Jalan Ruhani Para Wali (Jakarta ; Al Mawardi Prima, 2003) hlm 14 5 Beberapa versi menyatakan bahwa Sunan Ampel masuk ke pulau Jawa pada tahun 1443 M bersama Sayid Ali Murtadho, sang adik. Tahun 1440, sebelum ke Jawa, mereka singgah dulu di Palembang. Setelah tiga tahun di Palembang, kemudian ia melabuh ke daerah Gresik. Sunan Ampel menikah dengan putri seorang adipati di Tuban. Dari perkawinannya itu ia dikaruniai beberapa putera dan puteri. Diantaranya yang menjadi penerusnya adalah Sunan Bonang dan Sunan Drajat. Sebenarnya, jauh sebelum kedatangan Raden Rahmat, Surabaya telah memiliki seorang raja bernama Arya Lembu Sura yang beragama Islam. Dalam Sedjarah Dalem, disebutkan bahwa puteri Arya Lembu Sura menikah dengan penguasa Tuban, Arya Teja, dan menurunkan bupati-bupati Tuban. Disebutkan pula, bahwa puteri Arya Lembu Sura yang bernama Retna Panjawi menikah dengan Brawijaya dari Majapahit. 12 F. Perkembangan Agama Islam di Surabaya Sunan Ampel sebagai tokoh sejarah telah berjuang melalui tiga jalur sekaligus, yaitu dakwah, pendidikan dan pembentukan kader. Beliau juga guru para Wali di Jawa. Sunan Ampel temyata tidak hanya figur Wali pertama dan utama, tapi juga menjadi perintis pembangunan kota Surabaya yang dimulai dari menata lingkungan yang teratur, bersih dan indah di Ampeldenta, Ampeldenta dan sekitarnya tumbuh. Kota Surabaya, jumlah penduduk keturunan Arab diperkirakan mencapai ratusan ribu orang. Umumnya mereka adalah pedagang dan sebagian kecil ulama dan para pedagang keturunan Arab itu berasal dari Hadramaut 13, sebagai pedagang sekaligus menyebarkan Islam. Kebanyakan sebab utama masyarakat mendirikan toko karena banyaknya peziarah yang datang ke makam Sunan Ampel. G. Dampak Perkembangan Agama Islam di Surabaya Masuknya agama dan budaya Islam di Indonesia sangat berpengaruh terhadap perkembangan seni aksara dan seni sastra di Nusantara. Aksara dan seni sastra Islam pada awal perkembangannya banyak dijumpai di wilayah sekitar selat Malaka dan Pulau Jawa, walaupun jumlah karya sastra dan bentuknya sangat terbatas. Aksara Masa Awal Islam Seni Sastra Awal Masa Islam Berbicara tentang pendidikan Islam di Indonesia, sangatlah erat hubungannya dengan kedatangan Islam itu sendiri ke Nusantara. Oleh karena itu, Mahmud Yunus mengatakan, bahwa sejarah pendidikan Islam sama tuanya dengan masuknya Islam ke Indonesia. 12 Agus Sunyoto, Membaca kembali dinamika perjuangan Dakwah Islam di Jawa Abad XIV XV M (Surabaya ; Diantama 2004) Hlm Hidaramaut adalah seluruh pantai Arab Selatan, sejak Aden hingga Tanjung al-hadd. L.W.C. van den Berg. Orang Arab di Nusantara (Jakarta, Komunitas Bambu, 2010) hlm. 13 6 SIMPULAN Ada beberapa simpulan yang dapat diperoleh dari hasil penelitian tentang Peran Dakwah Sunan Ampel dalam Menyebarkan Agama Islam di Surabaya yaitu: Penyebaran Islam Sejak awal abad masehi sudah ada rute rute pelayaran dan perdagangan, pedagang pedagang Muslim Arab, Persia, dan India juga ada yang sampai ke kepulauan Nusantara untuk berdagang sejak abad ke VII M. Ada beberapa teori tentang msuknya Islam di Nusantara Pertama, Teori Gujarat yang dipelopori oleh Snouck Hurgronje. Kedua, Teori Persia ini dipelopori oleh P.A Husein Hidayat dan Ketiga Teori Mekkah. Agama islam yang diperkenalkan ke Nusantara mempunyai bentuk yang menunjukkan persamaan dengan alam pikiran yang telah dimiliki oleh orang orang yang dulunya menganut agama Hindu Syiwa dan Budha Mahayana. Kedatangan islam dan penyebarannya kepada golongan bangsawan dan rakyat umumnya dilakukan dengan cara damai, Masa era Wali Songo adalah era peralihan antara era Hindu-Budha dan digantikan dengan agama Islam. Bagi warga Surabaya, tak ada yang tak kenal Masjid Rahmat sebuah masjid yang konon merupakan peninggalan Sunan Ampel. Wali merupakan suatu sarana yang menghubungkan antara seorang wali dengan Tuhannya, karena seorang wali adalah seorang yang urusannya diemban dan dilindungi Allah walisongo dapat diartikan juga sebagai guru besar / ulama yang diberi tugas untuk dakwah dalam wilayah tertentu atau seseorang yang mampu mengendalikan babahan howo songo (9 lubang pada diri manusia) Daftar Rujukan Abdul Alim, Muhammad Mahfud, Jalan Ruhani Para Wali Jakarta ; Al Mawardi Prima Hesham A. Hassabala, Kabir Helminski, Sejarah Islam (Yogyakarta : Diglossia H. J. de Graaf dkk, Cina Muslim di Jawa Abad XV dan XVI M. Yogya : Tiara Wacana Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : Raja Grafindo Persada MZ, Labib, Toleransi dalam Islam, Jakarta, Bintang Pelajar Sunyoto, Agus, Sunan Ampel Raja Surabaya : Membaca kembali dinamika perjuangan Dakwah Islam di Jawa abad XIV XV M. Surabaya : Diantama MB. Rahimsyah. AR, Kisah Perjuangan Walisongo Surabaya ; Dua Media