PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK BLOK DIGESTIVE PEMERIKSAAN BILIRUBIN DAN UROBILINOGEN URINE Dosen Pengampu : Dr. Frida Hariyanti, Sp. PK Nama : Intan Nadiyah Rahma NIM : 18910029/B PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2020 PRAKTIKUM PEMERIKSAAN BILIRUBIN DAN UROBILINOGEN URINE A. Dasar Teori Hati Hati adalah organ viseral terbesar dan terletak di bawah kerangka iga. Hati mempunyai beberapa fungsi yaitu: a. Metabolisme karbohidrat Fungsi hati dalam metabolisme karbohidrat adalah menyimpan glikogen dalam jumlah besar, mengkonversi galaktosa dan fruktosa menjadi glukosa, glukoneogenesis, dan membentuk banyak senyawa kimia yang penting dari hasil perantara metabolisme karbohidrat. b. Metabolisme lemak Fungsi hati yang berkaitan dengan metabolisme lemak, antara lain: mengoksidasi asam lemak untuk menyuplai energi bagi fungsi tubuh yang lain, membentuk sebagian besar kolesterol, fosfolipid dan lipoprotein, membentuk lemak dari protein dan karbohidrat. c. Metabolisme protein d. Fungsi hati dalam metabolisme protein adalah deaminasi asam amino, pembentukan ureum untuk mengeluarkan amonia dari cairan tubuh, pembentukan protein plasma, dan interkonversi beragam asam amino dan membentuk senyawa lain dari asam amino. Fungsi hati yang lain adalah hati merupakan tempat penyimpanan vitamin, hati sebagai tempat menyimpan besi dalam bentuk feritin, hati membentuk zat-zat yang digunakan untuk koagulasi darah dalam jumlah banyak dan hati mengeluarkan atau mengekskresikan obatobatan, hormon dan zat lain (Guyton dan Hall, 2011). Urin Urine adalah zat sisa yang disekresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinalisis. Ekskresi urine diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Dalam mempertahankan homeostasis tubuh, peran urine sangat penting karena sebagai pembuang cairan oleh tubuh adalah melalui proses sekresi urine. Komposisi zat didalam urine bervariasi tergantung jenismakanan serta air yang diminumnya. Urine normal terdiri dari air, urea, asam urat, amoniak, kreatinin, asam laktat, asam fosfat, asam sulfat, klorida, garam- garam terutama garam dapur dan zat- zat yang berlebihan dalam darah misalnya vitamin C dan obat-obatan. Semua cairan dan pembentuk urine tersebut berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urine berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misalnya glukosa diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa.pH urine dapat berkisar dari 4,5 sampai 8,0 bergantung pada status asam-basa cairan ekstraselular (Hallander, dkk, 2001). Bilirubin dan Urobilinogen Bilirubin merupakan pigmen utama empedu berasal dari hemoglobin yang dilepas oleh sel darah merah yang sudah habis masa hidupnya kemudian dibawa ke hati dan berikatan serta dikeluarkan melalui empedu. Dalam kondisi normal, masa hidup sel darah merah adalah sekitar 120 hari, membran sel darah merah akan pecah dan hemoglobin yang lepas di fagositosis hati oleh sel-sel fagositik sistem retikuloendotelial. Hemoglobin dipecah menjadi molekul heme dan globin. Heme kemudian dikatabolisme menjadi biliverdin, yang direduksi menjadi bilirubin bebas, yaitu bilirubin tak terkonjugasi (tidak langsung). Bilirubin kemudian dilepaskan ke sirkulasi, yang kemudian akan berikatan dengan albumin dan diangkut ke hati. Di hati, bilirubin tidak langsung terkonjugasi ini berkonjugasi dengan asam glukuronat (dengan bantuan glukuronil transferase), menghasilkan bilirubin terkonjugasi (langsung). Bilirubin yang terkonjugasi kemudian diekskresikan dari selsel hati dan ke dalam kanalikuli intrahepatik, yang akhirnya mengarah ke saluran hepar, saluran empedu, dan usus (Guyton dan Hall, 2011). Bilirubin terkonjugasi muncul dalam urin ketika siklus degradasi normal terganggu oleh penyumbatan saluran empedu (misalnya, batu empedu atau kanker) atau ketika kerusakan hati (misal hepatitis dan sirosis). Bilirubinuria tidak hanya memberikan indikasi awal penyakit hati, tetapi juga dapat digunakan dalam menentukan penyebab ikterus. Penentuan ini bisa lebih signifikan ketika hasil bilirubin dikombinasikan dengan urobilinogen urin (Tabel 1). Ikterus karena peningkatan kerusakan sel darah merah tidak menghasilkan bilirubinuria. Hal ini karena yang terbentuk adalah bilirubin tak terkonjugasi dan ginjal tidak dapat mengeluarkannya. Di usus, bakteri usus merubah bilirubin menjadi urobilinogen. Pada individu normal, sebagian urobilinogen diekskresikan dalam feses, dan sisanya diserap kembali ke dalam darah portal dan dikembalikan ke hati. Sebagian kecil diekskresikan oleh ginjal sebagai urobilinogen. Peningkatan kadar urobilinogen urin ditemukan pada penyakit hemolitik dan adanya kerusakan sel hepar, seperti pada hepatitis. Tidak adanya urobilinogen dari urin dan feses paling sering terlihat dengan obstruksi bilier total atau obstruksi duktus bilier. (Guyton dan Hall, 2011) Reagen Strip Diazo Pemeriksaan rutin untuk bilirubin urin dengan reagen strip menggunakan reaksi diazo. Bilirubin bergabung dengan garam diazonium 2,4-dikloroanilin atau 2,6-diklorobenzenadiazonium-tetra fluoroborat dalam media asam untuk menghasilkan azodye, masing-masing dengan warna mulai dari merah muda hingga ungu. Hasil kualitatif dilaporkan sebagai negatif, 1, 2, atau 3. Reaksi warna strip reagen untuk bilirubin lebih sulit untuk diinterpretasikan daripada reaksi strip reagen lain dan mudah dipengaruhi oleh pigmen lain yang ada di urin. Pemeriksaan dengan strip menggunakan reagen 2,6-diklorobenzena-diazonium-tetra fluoroborat dalam media asam ini akan mendeteksi 0,5 mg/dL urin selama 30-60 detik, sedangkan jika menggunakan strip dengan garam diazonium 2,4-dikloroanilin untuk membentuk garam diazo membutuhkan waktu sekitar 20 detik untuk berubah warna menjadi cream-buff, pemeriksaan ini akan mendeteksi 0,8 mg/dL urin, akan tetapi kesulitan dari pemeriksaan ini adalah perubahan warna yang sulit dibaca (Khan dan Weinstock, 2011). Pada uji bilirubin dengan reaksi Diazo, ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan bilirubin yaitu: a. Reaksi negatif palsu terjadi jika urin mengandung banyak asam askorbat (vitamin C), kadar nitrit dalam urin meningkat, asam urat tinggi, dan bila bilirubin teroksidasi menjadi biliverdin akibat spesimen urin terpajan sinar matahari (ultraviolet) langsung. b. Hasil positif palsu dapat dijumpai pada pemakaian obat yang menyebabkan urin menjadi berwarna merah (Hohenberger dan Klimling, 2004). Interferensi reaksi atau hal-hal yang dapat mengganggu reaksi Reaksi positif palsu disebabkan oleh pigmen urin. Misal pada orang yang menggunakan phenazopyridine (terapi ISK) akan memberikan pigmen urin yang berwarna oranye, sehingga akan memberikan interpretasi yang keliru karena dianggap sebagai bilirubin. Hasil negatif palsu dapat disebabkan oleh karena: 1. Spesimen yang tidak segar. Bilirubin adalah senyawa yang tidak stabil yang cepat teroksidasi menjadi biliverdin saat terpapar cahaya. Biliverdin tidak bereaksi dengan tes diazo. 2. Hidrolisis bilirubin diglucuronide menghasilkan bilirubin bebas yang kurang reaktif dalam tes strip reagen. 3. Konsentrasi asam askorbat yang tinggi (lebih dari 25 mg/dL). 4. Konsentrasi nitrit yang tinggi, karena nitrit bergabung dengan garam diazonium dan mencegah reaksinya dengan bilirubin. B. Tujuan Praktikum Tujuan praktikum kali ini adalah: Mahasiswa mampu melakukan teknik laboratorium pemeriksaan Bilirubin, dan Urobilinogen. Mahasiswa mampu menganalisis hasil pemeriksaan Bilirubin dan Urobilinogen menegakkan diagnosis klinis. C. Alat dan Bahan Alat dan bahan pada pemeriksaan ini adalah: Pot urin/ Tabung reaksi untuk urin Multistix strip Urin D. Langkah Kerja Langkah kerja pengujian urin dengan reagen Multistix strip: 1) Perhatikan strip plastik dengan tujuh area terpisah untuk pengujian pH, protein, glukosa, keton, bilirubin, darah, dan urobilinogen. 2) Untuk pengujian bilirubin, spesimen urin harus baru dan memeriksanya sesegera mungkin. 3) Masukkan Dipstick dalam urin dicampur dengan baik dan kemudian. Hapus segera pada kertas tissu untuk menghindari melarutkan Reagen lainnya. 4) Ketuk Dipstick terhadap tepi wadah urin untuk menghilangkan kelebihan urin. 5) Pegang strip horizontal dan bandingkan dengan bagan warna pada label botol dalam jangka waktu yang ditentukan. E. Hasil Gambar hasil dipstick yang telah dimasukkan ke urine pasien Sumber: Ben Greenfield Fitness Gambar testing dan reading time dari pemeriksaan urinalisis Sumber: Ben Greenfield Fitness Hasil yang diperoleh setelah dimasukkan ke urine pasien yang ada dalam pot didapatkan selama 30-60 detik atau 120 detik, tampak warna seperti pada gambar. Setelah dibandingkan dengan bagan warna yang ada pada botol, penilaian urine pasien menunjukkan negative urobilinogen dan negative bilirubine. Hal tersebut menunjukkan bahwa pasien sehat dan tidak mengalami gangguan hepar, empedu, ataupun hemolitik. Berikut adalah indikator warna apabila urin positif bilirubin: Berikut adalah indikator warna apabila urin positif urinobilinogen: Warna urin positif bilirubin pada reagen ini akan berwarna cream-buff hingga pinkkecokelatan. Pada urin dengan positif urobilinogen akan bereaksi dengan reagen untuk membentuk warna merah muda hingga merah kecokelatan pada strip. F. Kesimpulan Dari praktikum dapat diketahui bahwa urine meangandung banyak kandung seperti bilirubin, urobilinogen, pH, amnoia, dan lain sebagainya. Kandungan urine pada orang normal berbeda dengan kandungan urine orang yang abnormal. Untuk kadar bilirubin dan urobilin dalam urin dapat diperiksa dengan cara urinalisis. Urinalisis dilakukan dengan menggunakan dipstick yang di celupkan pada pot berisi urin lalu diinterpretasikan pada tabel warna yang telah ada. Pemeriksaan urinalisis menggunakan dipstick ini tidak hanya untuk melihat kadar keduanya, namun juga glukosa, pH, keton, protein, nitrit, dll. Pada bilirubin (+) dalam urine mengindikasi pada gangguan hati atau saluran empedu, seperti pada hepatitis, sirosis, choledocolithiasis. Urin yang mengandung bilirubin tinggi tampak berwarna kuning pekat dan jika digoyang – goyang akan timbul busa. Pada urobilinogen (+) dalam urine dapat mendeteksi dini penyakit pada hepar: hepatitis, sirosis, karsinoma, juga penyakit hemolitik. Pasien dalam hasil diatas dinyatakan (-) bilirubin dan (-) urobilinogen sehingga tidak terdapat penyakit yang berkaitan dengan hepar, empedu. Karena bila terjadi abnormalitas dari salah satu mapun keduanya warna stick akan bergeser ke arah warna yang abnormal. DAFTAR PUSTAKA Guyton AC, Hall JE. 2011. Guyton dan Hall buku ajar fisiologi kedokteran. Ed. 12. Diterjemahkan oleh: Siagian M. Singapura: Elsevier. Hallander, H., Hoffwan, W., Guder. W.G. 2001. European Urinalysis Guidelines. Scan JClin Lab Invest Hariyanti, Frida. 2020. Praktikum Bilirubin, Urobilin Dan Urobilinogen. Malang: FKIK UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Hohenberger, E. F. dan Kimling, H. 2004. Compendium Urinalysis with Test Strips. Canada: Roche Diagnostics GmbH.