NAMA NIM MATA KULIAH : MOCHAMAD FAISAL AJI SANTOSO : 18520002 : STUDI AL QURAN DAN HADIS AYAT- AYAT TEMATIK TENTANG EKONOMI AKUNTANSI 1. QS. AL BAQARAH (2) : 282 - Kategori ayat Madaniyyah Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 1 282. Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau Dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, Maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). jika tak ada dua oang lelaki, Maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa Maka yang seorang mengingatkannya. janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, Maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. jika kamu lakukan (yang demikian), Maka Sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu. Mufrodat Dan hendaklah membacakan Dan persaksikanla h Dan janganlah mengurangi Apabila kalian berutang piutang Sampai waktu yang ditentuka n Maka hendakla h kaian catat Asbabun Nuzul : Pada saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam datang ke Madinah untuk yang petama kali, orang-orang penduduk asli biasa menyewakan kebunnya dalam waktu satu, dua atau tiga tahun. Maka dari itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:”Barangsiapa menyewakan (mengutangkan) sesuatu hendaklah dengan timbangan atau ukuran yang tertentu dan dalam jangka waktu yang tertentu pula”. (HR. Bukhari dari Sofyan bin Uyainah dari Ibnu Abi Najih dari Abdillah bin Katsir dari Abi Minhal dari Ibnu Abbas). Sehubungan dengan itu Allah Subhanahu wata’ala menurunkan ayat ke-282 sebagai bentuk perintah apabila mereka utang-piutang ataupun muamalah dalam jangka waktu tertentu hendaklah ditulis perjanjian dan mendatangkan saksi. Hal ini untuk menjaga supaya tidak terjadi sengketa di masa yang akan datang. Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 2 TAFSIR : Ibnu Katsir س ًّمى فَا ْكتُبُو ُه َ يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا إِذا تَدايَ ْنت ُ ْم بِ َدي ٍْن إِلى أ َ َج ٍل ُم Hal ini merupakan petunjuk dari Allah Swt. buat hamba-hamba-Nya yang mukmin apabila mereka mengadakan muamalah secara tidak tunai, yaitu hendaklah mereka mencatatkannya; karena catatan itu lebih memelihara jumlah barang dan masa pembayarannya serta lebih tegas bagi orang yang menyaksikannya فَا ْكتُبُو ُه Melalui ayat ini Allah memerintahkan adanya catatan untuk memperkuat dan memelihara. ب ِبا ْلعَ ْد ِل ٌ َِو ْليَ ْكت ُْب بَ ْينَ ُك ْم كات Yakni secara adil dan benar. Dengan kata lain, tidak berat sebelah dalam tulisannya; tidak pula menuliskan, melainkan hanya apa yang telah disepakati oleh kedua belah pihak, tanpa menambah atau menguranginya. َّللاُ فَ ْليَ ْكت ُْب َ ب أ َ ْن يَ ْكت َُب كَما َّ ُعلَّ َمه ٌ ِب كات َ ْ َوال يَأ Janganlah seorang yang pandai menulis menolak bila diminta untuk mencatatnya buat orang lain; tiada suatu hambatan pun baginya untuk melakukan hal ini. Sebagaimana Allah telah mengajarkan kepadanya apa yang belum ia ketahui sebelumnya, maka hendaklah ia bersedekah kepada orang lain yang tidak pandai menulis, melalui tulisannya. َُّللاَ َربَّه َ َو ْليُ ْم ِل ِل الَّذِي َّ ق ِ َّعلَ ْي ِه ا ْلحَقُّ َو ْليَت Dengan kata lain, hendaklah orang yang berutang mengimlakan kepada si penulis tanggungan utang yang ada padanya, dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah dalam hal ini. شيْئا َ ُس ِم ْنه ْ َوال يَ ْب َخ Artinya, jangan sekali-kali ia menyembunyikan sesuatu dari utangnya. س ِفيها َ فَ ِإ ْن كانَ الَّذِي ُّ علَ ْي ِه ا ْل َح َ ق Yang dimaksud dengan istilah safih ialah orang yang dilarang ber-tasarruf karena dikhawatirkan akan berbuat sia-sia atau lain sebagainya. َ أ َ ْو ض ِعيفا Yakni karena masih kecil atau berpenyakit gila. ستَ ِطي ُع أ َ ْن يُ ِم َّل ه َُو ْ َأ َ ْو َال ي Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 3 Umpamanya karena bicaranya sulit atau ia tidak mengetahui mana yang seharusnya ia lakukan dan mana yang seharusnya tidak ia lakukan (tidak mengetahui mana yang benar dan mana yang salah). Dalam keadaan seperti ini disebutkan oleh firman-Nya: ستَش ِْهدُوا ش َِهي َدي ِْن ِم ْن ِرجا ِل ُك ْم ْ }وا َ {فَ ْليُ ْم ِل ْل َو ِليُّهُ بِا ْلعَ ْد ِل Ayat ini memerintahkan mengadakan persaksian di samping tulisan untuk lebih memperkuat kepercayaan. تان ْ فَ ِإ ْن لَ ْم يَكُونا َر ُج َلي ِْن فَ َر ُج ٌل َو ِ َ ام َرأ Hal ini berlaku hanya dalam masalah harta dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya. Sesungguhnya persaksian wanita diharuskan dua orang untuk menduduki tempat seorang lelaki, hanyalah karena akal wanita itu kurang. َداء ُّ ِم َّم ْن ت َ ْرض َْونَ ِمنَ ال ِ شه Di dalarn ayat ini terkandung makna yang menunjukkan adanya persyaratan adil bagi saksi. Makna ayat ini bersifat muqayyad (mengikat) yang dijadikan pegangan hukum oleh Imam Syafii dalam menangani semua kemutlakan di dalam Al-Qur'an yang menyangkut perintah mengadakan persaksian tanpa syarat. Ayat ini dijadikan dalil oleh orang yang menolak kesaksian seseorang yang tidak dikenal. Untuk itu ia mempersyaratkan, hendaknya seorang saksi itu haras adil lagi disetujui. أ َ ْن ت َ ِض َّل ِإحْ داهُما Yakni jika salah seorang dari kedua wanita itu lupa terhadap kesaksiannya, فَتُذَ ِك َر ِإحْ دا ُه َما ْاْل ُ ْخرى Maksudnya, orang yang lupa akan diingatkan oleh temannya terhadap kesaksian yang telah dikemukakannya. Berdasarkan pengertian inilah sejumlah ulama ada yang membacanya fatuzakkira dengan memakai tasydid. Sedangkan orang yang berpendapat bahwa kesaksian seorang wanita yang dibarengi dengan seorang wanita lainnya, membuat kesaksiannya sama dengan kesaksian seorang laki-laki; sesungguhnya pendapat ini jauh dari kebenaran. Pendapat yang benar adalah yang pertama. شهَدا ُء إِذا َما ُدعُوا ُّ ب ال َ ْ َوال يَأ Makna ayat ini menurut suatu pendapat yaitu 'apabila para saksi itu dipanggil untuk mengemukakan kesaksiannya, maka mereka harus mengemukakannya'. Pendapat ini dikatakan oleh Qatadah dan Ar-Rabi' ibnu Anas. Hal ini sama dengan makna firman-Nya: َّللاُ فَ ْليَ ْكت ُْب َ ب أ َ ْن يَ ْكت َُب كَما َّ ُعلَّ َمه ٌ ِب كات َ ْ َوال يَأ Berdasarkan pengertian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa mengemukakan kesaksian itu hukumnya fardu kifayah. Menurut pendapat yang lain, makna ini merupakan pendapat Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 4 jumhur ulama; dan yang dimaksud dengan firman-Nya: Dan janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila dipanggil. (Al-Baqarah: 282), menunjukkan pengertian pemberian keterangan secara hakiki. Sedangkan firman-Nya, "Asy-syuhada" yang dimaksud dengannya ialah orang yang menanggung persaksian. Untuk itu apabila ia dipanggil untuk memberikan keterangan, maka ia harus menunaikannya bila telah ditentukan. Tetapi jika ia tidak ditentukan, maka hukumnya adalah fardu kifayah. ص ِغيرا أَ ْو َكبِيرا إِلى أ َ َج ِل ِه َ ُسئ َ ُموا أ َ ْن ت َ ْكتُبُوه ْ َ َوال ت Hal ini merupakan kesempurnaan dari petunjuk, yaitu perintah untuk mencatat hak, baik yang kecil maupun yang besar. Karena disebutkan pada permulaannya. la tas-amu, artinya janganlah kalian merasa enggan mencatat hak dalam jumlah seberapa pun, baik sedikit ataupun banyak, sampai batas waktu pembayarannya. ُ س َّللاِ َوأَ ْق َو ُم ِللشَّها َد ِة َوأَدْنى أ َ َّال ت َ ْرتابُوا َ ذ ِل ُك ْم أ َ ْق َّ ط ِع ْن َد Maksudnya, hal yang Kami perintahkan kepada kalian —yaitu mencatat hak bilamana transaksi dilakukan secara tidak tunai— merupakan hal yang lebih adil di sisi Allah. Juga lebih menguatkan persaksian, yakni lebih kukuh kesaksian si saksi bila ia membubuhkan tanda tangannya; karena manakala ia melihatnya, ia pasti ingat akan persaksiannya. Mengingat bisa saja seandainya ia tidak membubuhkan tanda tangannya, ia lupa pada persaksiannya, seperti yang kebanyakan terjadi. َوأَدْنى أ َ َّال ت َ ْرتابُو Yakni lebih menghapus keraguan; bahkan apabila kalian berselisih pendapat, maka catatan yang telah kalian tulis di antara kalian dapat dijadikan sebagai rujukan, sehingga perselisihan di antara kalian dapat diselesaikan dan hilanglah rasa keraguan. ح أ َ َّال ت َ ْكتُبُوها َ ْس ٌ علَ ْي ُك ْم ُجنا َ ِيرونَها بَ ْينَ ُك ْم فَلَي ِ جارة َ ِِإ َّال أ َ ْن تَكُونَ ت ُ حاض َرة تُد Dengan kata lain, apabila transaksi jual beli dilakukan secara kontan dan serah terima barang dan pembayarannya, tidak mengapa jika tidak dilakukan penulisan, mengingat tidak ada larangan bila tidak memakainya. َوأَش ِْهدُوا إِذا تَبايَ ْعت ُ ْم Yaitu buatlah persaksian atas hak kalian jika memakai tempo waktu, atau tidak memakai tempo waktu. Dengan kata lain, buatlah persaksian atas hak kalian dalam ب َوال ش َِهي ٌد ٌ َِار كات َّ َوال يُض Menurut suatu pendapat, makna ayat ini ialah janganlah penulis dan saksi berbuat menyeleweng, misalnya dia menulis hal yang berbeda dari apa yang diimlakan kepadanya, sedangkan si saksi memberikan keterangan yang berbeda dengan apa yang didengarnya, atau ia menyembunyikan kesaksiannya secara keseluruhan. Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 5 ق ِب ُك ْم ٌ سو ُ َُو ِإ ْن ت َ ْف َعلُوا َف ِإنَّهُ ف Yakni jika kalian menyimpang dari apa yang diperintahkan kepada kalian atau kalian melakukan hal yang dilarang kalian melakukannya, maka hal ini merupakan perbuatan kefasikan yang kalian lakukan. Kalian dicap sebagai orang yang fasik, tidak dapat dielakkan lagi; dan kalian tidak terlepas dari julukan ini. َّ َواتَّقُوا ََّللا Yaitu takutlah kalian kepada-Nya, tanamkanlah rasa raqabah (pengawasan Allah) dalam diri kalian, kerjakanlah apa yang diperintahkan oleh-Nya, dan tinggalkanlah apa yang dilarang oleh-Nya. َّ َويُعَ ِل ُم ُك ُم َُّللا sama pengertiannya dengan firman Allah Swt.: َّللاَ يَجْ عَ ْل لَ ُك ْم فُ ْرقانا َّ يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا إِ ْن تَتَّقُوا Hai orang-orang yang beriman, jika kalian bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepada kalian Furqan. (Al-Anfal: 29) ع ِلي ٌم َ ٍَّللاُ بِك ُِل ش َْيء َّ َو Yakni Dia mengetahui semua hakikat, semua urusan, kemaslahatan-kemaslahatannya, dan akibat-akibatnya; tiada sesuatu pun yang samar bagi Dia, melainkan pengetahuan-Nya meliputi semua makhluk. Al Misbah Hai orang-orang yang beriman, apabila kalian melakukan utang piutang (tidak secara tunai) dengan waktu yang ditentukan, maka waktunya harus jelas, catatlah waktunya untuk melindungi hak masing- masing dan menghindari perselisihan. Yang bertugas mencatat itu hendaknya orang yang adil. Dan janganlah petugas pencatat itu enggan menuliskannya sebagai ungkapan rasa syukur atas ilmu yang diajarkan-Nya. Hendaklah ia mencatat utang tersebut sesuai dengan pengakuan pihak yang berutang, takut kepada Allah dan tidak mengurangi jumlah utangnya. Kalau orang yang berutang itu tidak bisa bertindak dan menilai sesuatu dengan baik, lemah karena masih kecil, sakit atau sudah tua, tidak bisa mendiktekan karena bisu, karena gangguan di lidah atau tidak mengerti bahasa transaksi, hendaknya wali yang ditetapkan agama, pemerintah atau orang yang dipilih olehnya untuk mendiktekan catatan utang, mewakilinya dengan jujur. Persaksikanlah dengan dua orang saksi laki-laki. Kalau tidak ada dua orang laki- laki maka boleh seorang lelaki dan dua orang perempuan untuk menjadi saksi ketika terjadi perselisihan. Sehingga, kalau yang satu lupa, yang lain mengingatkan. Kalau diminta bersaksi, mereka tidak boleh enggan memberi kesaksian. Janganlah bosan-bosan mencatat segala persoalan dari yang kecil sampai yang besar selama dilakukan secara tidak tunai. Sebab yang demikian itu lebih adil menurut syariat Allah, lebih kuat bukti kebenaran persaksiannya dan lebih dekat kepada Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 6 penghilangan keraguan di antara kalian. Kecuali kalau transaksi itu kalian lakukan dalam perdagangan secara langsung (tunai), kalian tidak perlu mencatatnya, sebab memang tidak diperlukan. Yang diminta dari kalian hanyalah persaksian atas transaksi untuk menyelesaikan perselisihan. Hindarilah tindakan menyakiti penulis dan saksi. Sebab yang demikian itu berarti tidak taat kepada Allah. Takutlah kalian kepada-Nya. Dan rasakanlah keagungan-Nya dalam setiap perintah dan larangan. Dengan begitu hati kalian dapat memandang sesuatu secara proporsional dan selalu condong kepada keadilan. Allah menjelaskan hak dan kewajiban kalian. Dan Dia Maha Mengetahui segala perbuatan kalian dan yang lainnya. Al Azhar Ayat ini memerintahkan supaya perjanjian-perjanjian yang diperbuat dengan persetujuan kedua belah pihak itu dituliskan dengan terang oleh penulis yang pandai dan bertanggungiawab. Yaitu kepada sekalian orang yang beriman kepada Allah, supaya hutang-piutang ditulis, itulah dia yang berbuat sesuatu pekerjaan "karena Allah", karena perintah Allah dilaksanakan. Sebab itu tidaklah layak, karena berbaik hati kedua belah pihak,lalu berkata tidak perlu dituliskan, karena kita sudah percaya mempercayai. Padahal umur kedua belah pihak sama-sama di tangan Allah. Si Anu mati dalam berhutang, tempat berhutang menagih kepada warisnya yang tinggal. Si waris bisa mengingkari hutang itu karena tidak ada SURAT PERJANJIAN. Penulis yang tidak berpihak-pihak, yang mengetahui, menuliskan apa-apa yang minta dicatatkan oleh kedua belah pihak yang berjanji dengan selengkap'nya. Kalau hutang uang kontan, hendaklah sebutkan jumlahnya dengan terang, dan kalau pakai agunan hendaklah tuliskan dengan jelasa berapa barang yang digunakan itu. "Dan janganlah enggan seorang penulis menuliskan sebagai yang telah diajarkan akan dia oleh Allah." kata-kata ini menunjukkan pula bahwa si penulis itu jangan semata-mata pandai menulis saja; selain dari adil hendaklah dia mematuhi peraturan-peraturan Allah yang berkenaan dengan urusan hutang-piutang. "Dan hendaklah merencanakan orang yang berkewajiban atasnya." Yang berkewajiban atasnya ialah terutama si berhutang dan siberpiutang; atau seumpama si pengupah membuat rumah kepada tukang atau pemborong membuat rumah itu. "Dan hendaklah dia takut kepada Allah, Tuhannya, dan janganlah dia mengurangi sedikitpun daripadanya. " Akhirnya seketika menjelaskan bunyi perjanjian kedua belah pihak yang akan ditulis oleh penulis hendaklah dengan hati jujur, dengan ingat kepada Allah, jangan sampai ada yang dikurangi, artinya yang di kemudian hari bisa jadi pangkal selisih, karena misalnya salah penafsiran karena memang disengaja hendak mencari jalan membebaskan diri dengan cara yang tidak jujur. "Maka jika orang yang berkewajiban itu seorangyang salih atau lemah, atau dia tidak sanggup merencanakan, maka hendaklah walinya yang merencarwkan dengan adil" Di dalam kata ini terdapat tiga macam orang yang bersangkutan, tidak bisa turut dalam menyusun surat perjanjian. Pertama orang Sohif, kedua Dha'if, ketiga Tidak Sanggup. Orang safih, ialah orang yang tidak pandai mengatur hartabendanya sendiri, baik karena borosnya atau karena bodohnya. Dalam Hukum lslam, Hakim berhak memegang harta bendanya dan memberinya belanja hidup dari harta itu. Karena kalau diserahkan kepadanya, beberapa waktu saja akan habis. Orang yang dha'if (lemah) ialah anak kecil yang belum Mumayyiz Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 7 atau orang tua yang telah lemah ingatannya, atau anak yatim kecil yang hidup dalam asuhan orang lain. Orang yang tidak sanggup membuat rencana ialah orang yang bisu atau gagap, atau gagu. Pada orang-orang yang seperti ketiga macam itu, hendaklah walinya, yaitu penguasa yang melindungi mereka tampil ke muka menyampaikan rencana-rencana yang mesti ditulis kepada penulis tersebut. Dan si wali itupun wajib bertindak yang adil. Dari hal dua saksi: "Dan hendaklah kamu adakan dua saksi dari laki-laki kamu." Di sini dijelaskan dua orang saksi laki-laki. Meskipun di sini tidak disebutkan bahwa kedua saksi itu mesti adil, dengan sendirinya tentulah dapat difahamkan bahwa keduanya tentu mesti adil, kalau pada penulis dan wali sudah disyaratkan berlaku adil. "Tetapi jika tidak ada dua laki-laki, maka (bolehlah) orang laki-laki dan dua perempuan, di antara saksis-aksi yang kamu sukai " Di ujung kalimat dikatakan "di antara saksi-saksi yarg kamu sukai'." Yaitu yang disukai atau disetujui karena dipercaya kejujuran dan keadilan mereka. Syukur kalau dapat dua laki-laki yang disukai, karena dia mengerti duduk persoalan dan bisa dipercaya. "Dan janganlah enggan saksi-saksi apbila mereka diundang (jadi saksi). " Maka apabila saksi itu diperlukan, terutama dalam permulaan mengikat janji dan membuat surat, janganlah hendaknya mereka enggan, malahan dia termasuk amalan yang baik, yaitu turut memperlancar perjanjian antara dua orang sesama Islam. Penjualan tunai tak perlu ditulis. "Kecuali perdagangan tundi yang kamu adakan di antara kamu, maka tidaklah mengapa tidak kamu tuliskan." Sebab sudah timbang terima berhadapan, maka jika tidak dituliskan pun tidak apa. "Dan hendaklah kamu mengadakan saksi jika kamu berjual beli." Inipun untuk meniaga jangan sampai setelah selesai akad jualbeli, ada di antara kedua belah pihak yang merasa dirugikan. Apatah lagi terhadap barang barang yang besar, tanah, rumah, mobil, kapal dan sebagainya. 'Dan tidak boleh dipersusahkan penulis dan tidak pula saksi." Teranglah bahwa yang dimaksud di sini ialah perbelanjaan atau ganti kerugian bagi si penulis dan saksi di dalam menuliskan perianjianperjanjian itu atau menyaksikannya. Sebab hal ini meminta tenaga mereka dalam hal untung rugi orang. "Dan hendaklah kamu bertakwa kepada Allah, dan Allah akan mengajar kamu." Artinya bagaimana besar, bagaimanapun kecil perjanjian yang tengah kamu ikat itu, namun satu hal jangan diabaikan. Yaitu dengan Tuhan, baik oleh si penulis, ataupun oleh saksisaksi, ataupun oleh wali yang mewakili mereka-mereka yang tidak dapat mengemukakan rencana tadi, apatah lagi bagi pihak yang hutang-piutang keduanya, Insya Allah unrsan ini tidak akan sukar, Insya Allah tidak akan terjadi kesulitan di belakang hari, malahan kalau ada kesulitan, Tuhan akan memberi petunjuk jalan yang sebaik-baiknya. Tetapi kalau takwa sudah mulai hilang dari salah satu pihak, mudah sajalah mengacaukan perjanjian hutangpiutang yang telah ditulis itu. "Dan Allah atas tiap-tiap sesuatu adalah Maha Mengetahui." (ujung ayat 282). Al Jalalain (Hai orang-orang yang beriman! Jika kamu mengadakan utang piutang), maksudnya muamalah seperti jua beli, sewa-menyewa, utang-piutang dan lain-lain (secara tidak tunai), misalnya pinjaman atau pesanan (untuk waktu yang ditentukan) atau diketahui, (maka hendaklah kamu catat) untuk pengukuhan dan menghilangkan pertikaian nantinya. (Dan hendaklah ditulis) surat utang itu (di antara kamu oleh seorang penulis dengan adil) maksudnya benar tanpa menambah atau mengurangi jumlah utang atau jumlah Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 8 temponya. (Dan janganlah merasa enggan) atau berkeberatan (penulis itu) untuk (menuliskannya) jika ia diminta, (sebagaimana telah diajarkan Allah kepadanya), artinya telah diberi-Nya karunia pandai menulis, maka janganlah dia kikir menyumbangkannya. 'Kaf' di sini berkaitan dengan 'ya'ba' (Maka hendaklah dituliskannya) sebagai penguat (dan hendaklah diimlakkan) surat itu(oleh orang yang berutang) karena dialah yang dipersaksikan, maka hendaklah diakuinya agar diketahuinya kewajibannya, (dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah, Tuhannya) dalam mengimlakkan itu (dan janganlah dikurangi darinya), maksudnya dari utangnya itu (sedikit pun juga. Dan sekiranya orang yang berutang itu bodoh)atau boros (atau lemah keadaannya) untuk mengimlakkan disebabkan terlalu muda atau terlalu tua (atau ia sendiri tidak mampu untuk mengimlakkannya) disebabkan bisu atau tidak menguasai bahasa dan sebagainya, (maka hendaklah diimlakkan oleh walinya), misalnya bapak, orang yang diberi amanat, yang mengasuh atau penerjemahnya (dengan jujur. Dan hendaklah persaksikan) utang itu kepada (dua orang saksi di antara laki-lakimu) artinya dua orang Islam yang telah balig lagi merdeka (Jika keduanya mereka itu bukan), yakni kedua saksi itu (dua orang laki-laki, maka seorang laki-laki dan dua orang perempuan) boleh menjadi saksi (di antara saksi-saksi yang kamu sukai) disebabkan agama dan kejujurannya. Saksi-saksi wanita jadi berganda ialah (supaya jika yang seorang lupa) akan kesaksian disebabkan kurangnya akal dan lemahnya ingatan mereka, (maka yang lain (yang ingat) akan mengingatkan kawannya), yakni yang lupa. Ada yang membaca 'tudzkir' dan ada yang dengan tasydid 'tudzakkir'. Jumlah dari idzkar menempati kedudukan sebagai illat, artinya untuk mengingatkannya jika ia lupa atau berada di ambang kelupaan, karena itulah yang menjadi sebabnya. Menurut satu qiraat 'in' syarthiyah dengan baris di bawah, sementara 'tudzakkiru' dengan baris di depan sebagai jawabannya. (Dan janganlah saksi-saksi itu enggan jika) 'ma' sebagai tambahan (mereka dipanggil) untuk memikul dan memberikan kesaksian (dan janganlah kamu jemu) atau bosan (untuk menuliskannya), artinya utang-utang yang kamu saksikan, karena memang banyak orang yang merasa jemu atau bosan (biar kecil atau besar) sedikit atau banyak (sampai waktunya), artinya sampai batas waktu membayarnya, menjadi 'hal' dari dhamir yang terdapat pada 'taktubuh' (Demikian itu)maksudnya surat-surat tersebut (lebih adil di sisi Allah dan lebih mengokohkan persaksian), artinya lebih menolong meluruskannya, karena adanya bukti yang mengingatkannya (dan lebih dekat), artinya lebih kecil kemungkinan (untuk tidak menimbulkan keraguanmu), yakni mengenai besarnya utang atau jatuh temponya.(Kecuali jika) terjadi muamalah itu (berupa perdagangan tunai) menurut satu qiraat dengan baris di atas hingga menjadi khabar dari 'takuuna' sedangkan isimnya adalah kata ganti at-tijaarah (yang kamu jalankan di antara kamu), artinya yang kamu pegang dan tidak mempunyai waktu berjangka, (maka tidak ada dosa lagi kamu jika kamu tidak menulisnya), artinya barang yang diperdagangkan itu (hanya persaksikanlah jika kamu berjual beli)karena demikian itu lebih dapat menghindarkan percekcokan. Maka soal ini dan yang sebelumnya merupakan soal sunah (dan janganlah penulis dan saksi -maksudnya yang punya utang dan yang berutang- menyulitkan atau mempersulit), misalnya dengan mengubah surat tadi atau tak hendak menjadi saksi atau menuliskannya, begitu pula orang yang punya utang, tidak boleh membebani si penulis dengan hal-hal yang tidak patut untuk ditulis atau dipersaksikan. (Dan jika kamu berbuat) apa yang dilarang itu, (maka sesungguhnya itu suatu kefasikan), artinya keluar dari taat yang sekali-kali tidak layak (bagi kamu dan bertakwalah kamu kepada Allah) dalam Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 9 perintah dan larangan-Nya (Allah mengajarimu) tentang kepentingan urusanmu. Lafal ini menjadi hal dari fi`il yang diperkirakan keberadaannya atau sebagai kalimat baru. (Dan Allah mengetahui segala sesuatu). RIBA 1. QS. AL BAQARAH (2) : 275 - Kategori ayat Madaniyyah 275. orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. Mufrodat Nasihat/pelajaran Mereka tidak dapat berdiri Mereka ia berhenti Kerasukan Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 10 Ia mengulangi setan Apa yang telah lalu Asbabun Nuzul : Ayat ini turun bersamaan dengan ayat 276 dan mempunyai asbabun nuzul yang sama. TAFSIR : Ibnu Katsir ُ الربا َال يَقُو ُمونَ إِ َّال كَما يَقُو ُم الَّذِي يَت َ َخ َّب ش ْيطانُ ِمنَ ا ْل َم ِس َّ طهُ ال ِ َالَّ ِذينَ يَأ ْ ُكلُون Dengan kata lain, tidak sekali-kali mereka bangkit dari kuburnya pada hari kiamat nanti, melainkan seperti orang gila yang terbangun pada saat mendapat tekanan penyakit dan setan merasukinya. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi berdiri mereka pada saat itu sangat buruk. الربَا َّ الربَا َوأ َ َح َّل ِ َّللاُ ا ْلبَ ْي َع َوح ََّر َم ِ ذَ ِلكَ بِأ َنَّ ُه ْم َقالُوا إِنَّ َما ا ْلبَ ْي ُع ِمثْ ُل Dengan kata lain, sesungguhnya mereka menghalalkan hal tersebut tiada lain karena mereka menentang hukum-hukum Allah dalam syariat-Nya, dan hal ini bukanlah analogi mereka yang menyamakan riba dengan jual beli, karena orang-orang musyrik tidak mengakui kaidah jual beli yang disyariatkan oleh Allah di dalam Al-Qur'an. الربا َّ َوأ َ َح َّل ِ َّللاُ ا ْلبَ ْي َع َوح ََّر َم Makna ayat ini dapat ditafsirkan sebagai kelanjutan dari kalam sebelumnya untuk menyanggah protes yang mereka katakan, padahal mereka mengetahui bahwa Allah membedakan antara jual beli dan riba secara hukum. َِّللا َ فَ َم ْن جا َءهُ َم ْو ِع َظةٌ ِم ْن َربِ ِه فَا ْنتَهى فَلَهُ َما َّ ف َوأ َ ْم ُرهُ إِلَى َ َسل Dengan kata lain, barang siapa yang telah sampai kepadanya larangan Allah terhadap riba, lalu ia berhenti dari melakukan riba setelah sampai berita itu kepadanya, maka masih diperbolehkan mengambil apa yang dahulu ia lakukan sebelum ada larangan. َو َم ْن عا َد Yakni kembali melakukan riba sesudah sampai kepadanya larangan Allah, berarti ia pasti terkena hukuman dan hujah mengenainya. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan: } ََاب النَّ ِار ُه ْم فِيهَا َخا ِل ُدون ْ َ{فَأُولَ ِئكَ أ ُ صح maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (AlBaqarah: 275) Al Mishbah Orang-orang yang melakukan praktek riba, usaha, tindakan dan seluruh keadaan mereka akan mengalami kegoncangan, jiwanya tidak tenteram. Perumpamaannya seperti orang yang dirusak akalnya oleh setan sehingga terganggu akibat gila yang dideritanya. Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 11 Mereka melakukan itu, sebab mereka mengira jual beli sama dengan riba: sama-sama mengandung unsur pertukaran dan usaha. Kedua-duanya halal. Allah membantah dugaan mereka itu dengan menjelaskan bahwa masalah halal dan haram bukan urusan mereka. Dan persamaan yang mereka kira tidaklah benar. Allah menghalalkan praktek jual beli dan mengharamkan praktek riba. Barangsiapa telah sampai kepadanya larangan praktek riba lalu meninggalkannya, maka baginya riba yang diambilnya sebelum turun larangan, dengan tidak mengembalikannya. Dan urusannya terserah kepada ampunan Allah. Dan orang yang mengulangi melakukan riba setelah diharamkan, mereka itu adalah penghuni neraka dan akan kekal di dalamnya. Al Azhar Kalimat dalam ayat ini makan riba telah pindah meniadi kata umum sebab meskipun riba bukan semata-mata buat dimakan bahkan untuk membangun kekayaan yang lain, namun asal usaha manusia pada mulanya ialah cari makan. Maka di dalam ayat ini diperlihatkanlah peribadi orang yang hidupnya dari makan riba itu. Hidupnya susah selalu, walaupun bunga uangnya dari riba telah berjuta-juta. "Lantaran itu maka barangsiapa yang telah kedatangan pengajaran dari Tuhannya, lalu dia berhenti," dari makan riba yang sangat jahat dan kejam itu, "maka baginyalah apa yang telah berlalu." Artinya yang sudah-sudah itu, sudahlah! Kalau dia selama ini telah menangguk keuntungan dari riba tidaklah perlu dikembalikannya lagi kepada orang-orang yang telah dianiayanya itu; sama saja dengan dosa menyembah berhala di zaman musyrik, menjadi habis tidak ada tuntutan lagi kalau telah Islam. " Dan perkaranya terserahlah kepada Allah sehingga manusia tidak berhak buat membongkar-bongkar kembali, sebab yang demikian memang salah satu dari rangkaian kehidupan jahiliyah, yang tidak senonoh itu. "Akan tetapi barang siapa yang kembali (lagi), "padahal keterangan yang sejelas ini sudah diterimanya; "maka mereka itu meniadi ahli neraka; mereka akan kekal di dalamnya." (ujung ayat275). Al Jalalain (Orang-orang yang memakan riba), artinya mengambilnya. Riba itu ialah tambahan dalam muamalah dengan uang dan bahan makanan, baik mengenai banyaknya maupun mengenai waktunya, (tidaklah bangkit) dari kubur-kubur mereka (seperti bangkitnya orang yang kemasukan setan disebabkan penyakit gila) yang menyerang mereka; minal massi berkaitan dengan yaquumuuna. (Demikian itu), maksudnya yang menimpa mereka itu (adalah karena), maksudnya disebabkan mereka (mengatakan bahwa jual-beli itu seperti riba) dalam soal diperbolehkannya. Berikut ini kebalikan dari persamaan yang mereka katakan itu secara bertolak belakang, maka firman Allah menolaknya, (padahal Allah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba. Maka barang siapa yang datang kepadanya), maksudnya sampai kepadanya (pelajaran) atau nasihat (dari Tuhannya, lalu ia menghentikannya), artinya tidak memakan riba lagi (maka baginya apa yang telah berlalu), artinya sebelum datangnya larangan dan doa tidak diminta untuk mengembalikannya (dan urusannya) dalam memaafkannya terserah (kepada Allah. Dan orang-orang yang mengulangi) memakannya dan tetap menyamakannya dengan jual beli tentang halalnya, (maka mereka adalah penghuni neraka, kekal mereka di dalamnya). Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 12 2. QS. AL BAQARAH (2) : 276 - Kategori ayat Madaniyyah 276. Allah memusnahkan Riba dan menyuburkan sedekah. dan Allah tidak menyukai Setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa. Mufrodat Tidak menyukai Yang tetap kafir dan berbuat dosa Allah menghapus Dan Dia menyuburkan Asbabun Nuzul : Ayat ini turun setelah terbukanya kota mekkah. Sebab turunnya adalah sehubungan dengan pengaduan Bani Mughirah kepada gubernur kota mekkah Atab Bin Usaid terhadap bani Tsaqif tentang utang utang yang dilakukan dengan riba sebelum turun ayat pengharaman riba. Kemudian gubernur mengirimkan surat kepada Rasulullah SAW melaporkan kejadian tersebut. Surat tersebut dijawab setelah turunnya ayat 278-279 (HR. Abu Ya’la dalam kitab musnadnya dan Ibnu Madah Dari Kalabi Dari Abi Salih Dan Ibnu Abbas). Dalam literatur lainnya menurut Muhammad Ali Ash Shabuni ayat ini turun berkaitan dengan perkongsian dua orang yaitu al-Abbas dan Khalid Bin Walid secara riba kepada suku tsaqif sampai Islam datang, kedua orang ini masih mempunyai sisa Riba dalam jumlah besar. Kemudian turunlah ayat: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut). Kemudian Rasulullah SAW bersabda: ”Ketahuilah!! Sesungguhnyatiap tiap riba dari riba jahiliyah harus sudah dihentikan dan pertma kali riba yang aku henikan ialah riba Al-abbas dan setiap penuntutan darah dari darah jahiliyah harus dihentikan dan pertam petma darah yang kuhentikan ialah darah Rabi’ah bin alharits” TAFSIR : Ibnu Katsir Allah memberitakan bahwa Dia menghapuskan riba dan melenyapkannya. Hal ini terjadi dengan cara adakalanya Allah melenyapkan riba secara keseluruhan dari tangan pelakunya, atau adakalanya Dia mencabut berkah hartanya, sehingga ia tidak dapat memanfaatkannya, melainkan menghilangkannya di dunia dan kelak di hari kiamat Dia akan menyiksanya. َ ي ع َْن َ ِ سعُو ٍد ع َِن النَّبِي ُ {يَ ْم َح: فِي قَ ْو ِل ِه:ير ْ َّللاِ ْب ِن َم َّ صلَّى َّ ع ْب ِد َّ ق ٍ قَا َل ا ْبنُ ج َِر ُ الربَا} َو َهذَا نَ ِظ ِ َُّللا َُّللا َ ير ا ْل َخبَ ِر ا َّلذِي ُر ِو ""الر َبا َوإِ ْن َكث ُ َر فَ ِإلَى قُل َ َ علَ ْي ِه َو ِ :َسلَّ َم أَنَّهُ قَال Ibnu Jarir mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: Allah memusnahkan riba. (AlBaqarah: 276), Makna ayat ini sama dengan sebuah hadits yang diriwayatkan dari Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 13 Abdullah ibnu Mas'ud. Disebutkan bahwa Nabi SAW pernah bersabda, "Riba itu sekalipun (hasilnya) banyak, pada akhirnya berakibat menyusut." ت ِ صدَقا َّ َويُ ْربِي ال Ayat ini dapat dibaca yurbi, berasal dari rabasy syai-a, yarbu, arbahu yurbihi artinya memperbanyak dan mengembangkan serta menumbuhkan. Dapat pula dibaca yurabbi, berasal dari tarbiyah. يم ُّ َّللاُ َال يُ ِح َّ َو ٍ ب ُك َّل َكفَّ ٍار أ َ ِث Artinya, Allah tidak menyukai orang yang hatinya banyak ingkar lagi ucapan dan perbuatannya banyak berdosa. Merupakan suatu keharusan adanya hubungan antara pembahasan ini dengan ayat ini yang diakhiri dengan mengemukakan sifat tersebut. Sebagai penjelasannya dapat dikatakan bahwa orang yang melakukan riba itu pada hakikatnya tidak rela dengan rezeki halal yang dibagikan oleh Allah untuknya. Dia kurang puas dengan apa yang disyariatkan oleh Allah buatnya, yaitu usaha yang diperbolehkan. Al Mishbah Allah memusnahkan (meniadakan berkah) pungutan tambahan dari praktek riba, dan memberikan berkah kepada harta yang disedekahkan serta membalasnya dengan balasan berlipat ganda. Allah tidak menyukai orang-orang yang terus menghalalkan segala yang diharamkan seperti riba. Begitu juga terhadap orang yang terus melakukannya. Al Azhar Allah membasmi riba dan Dia menyuburkan sedekah-sedekah." (pangkal ayat 276). Riba mesti dikikis habis, sebab itu terpangkal dari kejahatan musyrik, kejahatan hidup dan nafsi-nafsi, asal diri beruntung, biar orang lain melarat. Dengan ini ditegaskan bahwa berkat daripada riba itu tidak ada. ltulah kekayaan yang membawa sial, membawa dendam dan kebencian. Kata-kata RIBA amat jahat. Kalau penyakit riba menjalar, maka kalau disebut orang "orang kaya", benci dan dendamlah yang timbul, sama dengan menyebut Kapitalisme dalam ukuran besar. Asal disebut kata kapitalisme rasa benciyang timbul terlebih dahulu dan rasa dendam. Tetapi Allah menyuburkan sedekah sedekah; sebab Dia mempertautkan kasih-sayang di antara hati. si pemberi dengan si penerima, yang bersedekah dengan yang menerima sedekah. Masyarakatnya jadi lain, yaitu masyarakat yang bantu-membantu, sokong-menyokong, doa-mendoakan. Maka jika disebut kalimat "orang kaya", orang teringat akan kedermawanan, kesuburan dan doa, moga-moga ditambahi Tuhan rezekinya. "Allah tidaklah suka kepada orang-orang yang sangat ingkar, lagi pembuat dosa." (ujung ayat276). Al Jalalain Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 14 (Allah menghancurkan riba) dengan menguranginya dan melenyapkan berkahnya (dan menyuburkan sedekah), maksudnya menambah dan mengembangkannya serta melipatgandakan pahalanya. (Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang ingkar) yang menghalalkan riba (lagi banyak dosa), artinya yang durhaka dengan memakan riba itu hingga akan menerima hukuman-Nya.. 3. QS. AL BAQARAH (2) : 278 - Kategori ayat Madaniyyah 278. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa Riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Mufrodat Apa yang tersisa Dan tinggalkanlah Asbabun Nuzul : Ayat 278 diturunkan sehubungan dengan pengaduan bani mughirah kepada gubernur kota mekah Atab bin Usaid setelah terbukanya kota mekah tentang utang-utang yang dilakukan dengan riba sebelum turunnya ayat yang mengharamkan riba. Bani Mughirah mengutangkan harta kekayaan kepada Bani Amr bin Auf dari penduduk Tsaqif. Bani Mughirah berkata kepada Atab bin Usaid: “Kami adalah segolongan yang paling menderita lantaran dihapusnya riba. Kami ditagih riba oleh orang lain, sedangkan kami tidak mau menerima riba lagi. Karena taat kepada peraturan Allah Swt yang menghapus riba”. Bani Amr bin Auf berkata: “Kami minta penyelesaian masalah tagihan riba kami”. Oleh sebab itu gubernur Mekkah Atab bin Usaid mengirim surat kepada Rasulullah Saw yang isinya melaporkan kejadian tersebut. Surat itu dijawab Rasulullah Saw setelah turunnya ayat ke 278. Di dalam ayat ini ditegaskan tentang perintah riba. (HR. Abu Ya’la dalam kitab musnadnya dan Ibnu Mandah dari Kalabi dari Abi Shalih dan Ibnu Abbas) TAFSIR : Ibnu Katsir َّ يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا. Yakni takutlah kalian kepada-Nya dan ingatlah selalu bahwa kalian ََّللا selalu berada di dalam pengawasan-Nya dalam semua perbuatan kalian. الربا ِ َ َوذَ ُروا َما بَ ِق َي ِمن, Maksudnya, tinggalkanlah harta kalian yang ada di tangan orang lain berupa lebihan dari pokoknya sesudah adanya peringatan ini. Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 15 َ ِإ ْن ُك ْنت ُ ْم ُمؤْ ِم ِنين. Yaitu jika kalian beriman kepada apa yang disyariatkan oleh Allah buat kalian, yaitu penghalalan jual beli dan pengharaman riba, serta lain-lainnya. Al Mishbah Hai orang-orang yang beriman, takutlah kepada Allah dan rasakanlah keagunganNya dalam hati kalian. Tinggalkan sisa riba yang belum diambil dan masih dalam tanggungan orang lain, jika kalian benar- benar beriman. Al Azhar Orang yang beriman adalah orang yang diliputi oleh rasa kasih-sayang kepada sesama manusia yang kaya kalau hendak memberi piutang, tidaklah bermaksud hendak memeras keringat dan tenaga sesama manusia. Yang miskin mengelak jauh-jauh dari memberi kesempatan orans kaya memeras dirinya. Dan di dalam ayat ini diperingatkan Tuhan pada orang-orang yang beriman setelah masyarakat Muslim terbentuk di Madinah, kalau masih ada sisa-sisa hidup dengan riba itu mulai sekarang hendaklah hentikan. Al Jalalain (Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan tinggalkanlah), maksudnya jauhilah (sisa yang tinggal dari riba, jika kamu beriman dengan sebenarnya, karena sifat atau ciri-ciri orang beriman adalah mengikuti perintah Allah. Ayat ini diturunkan tatkala sebagian sahabat masih juga menuntut riba di masa lalu, walaupun riba itu sudah dilarang. 4. QS. ALI IMRON (3) : 130 - Kategori ayat Madaniyyah 130. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan Riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan. Mufrodat Berlipat ganda Jangan kalian memakan Asbabun Nuzul : Imâm Jalâludin ash-Suyûthî mengeluarkan dalam Lubâb an-Nuqûli fî Asbâb anNuzûlinya (Juz. 4, 3/ali-‘Imran) dengan menisbahkan kepada al-Faryabî dalam Fawâidhnya:“Dikemukakan oleh al-Faryabî yang bersumber dari Mujâhid. Mujâhid berkata: “Dahulukala orang-orang berjual-beli dengan jalan kredit. Apabila waktu pembayaran tiba tidak mau membayar, maka bertambah lagi bunganya dan ditambah pula jangka waktu pembayarannya. Maka turunlah ayat ini.” Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 16 TAFSIR : Ibnu Katsir Allah Swt. berfirman, melarang hamba-hamba-Nya yang mukmin memberlakukan riba dan memakan riba yang berlipat ganda, seperti yang dahulu biasa mereka lakukan bila telah tiba masa pelunasan utang; maka jalan keluar adakalanya si pengutang melunasi utangnya atau membayar bunga ribanya. Jika ia membayar, maka tidak ada masalah; tetapi jika ia tidak dapat membayar utangnya, dia harus menambah bayarannya sebagai ganti dari penangguhan masa pelunasannya. Demikianlah seterusnya sepanjang tahun, adakalanya utang sedikit menjadi bertambah banyak dan berlipat-lipat dari utang yang sebenarnya. Al Mishbah Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian menarik piutang yang kalian pinjamkan kecuali pokoknya saja. Jangan sampai kalian memungut bunga yang terus bertambah dari tahun ke tahun hingga berlipat ganda, dan takutlah kepada Allah. Juga, jangan mengambil atau memakan harta orang lain dengan jalan yang tidak dibenarkan. Karena kamu sekalian akan bisa berhasil dan beruntung hanya bila menjahui riba, banyak maupun sedikit. Al Azhar Menurut keterangan ahli-ahli tafsir, inilah ayat mengharamkan riba yang mula-mula turun. Adapun ayat yang ada dalam Surat al-Baqarah yang telah terlebih dahulu kita tafsirkan itu adalah termasuk ayat yang terakhir turunnya kepada Nabi. Menurut keterangan Saiyidina Umar bin Khathab sebelum Rasulullah s.a.w. menerangkan riba yang berbahaya itu secara terperinci, beliaupun wafat. Tetapi pokoknya sudah nyata dan jelas dalam ayat yang mula-mula turun tentang riba, yang sedang kita perkatakan ini. Riba adalah suatu pemerasan hebat dari yang berpiutang kepada yang berhutang, yaitu Adh'afan Mudha'afaton. Adh'afatan artinya berlipat-lipat, Mudha'afatan artinya berlipat lagi; berlipat-lipat, berganda-ganda. Inilah yang bernama Riba Nasiy'ah, secara jahiliyah yang berlipat-lipat, berganda-ganda itu. Dengan beginilah kaum Yahudi hidup dan beginilah hartawan-hartawan Makkah memperkaya diri dan menindas orang yang melarat. Di ujung ayat disuruh orang beriman supaya takwa, yaitu memelihara baik-baik dan takut kepada Allah. Kalau itu tidak ada, takut kaum Muslimin akan terjerumus kepada main riba. Al Jalalain Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda) bacaannya ada yang memakai alif dan ada pula yang tidak, maksudnya ialah memberikan tambahan pada harta yang diutang yang ditangguhkan pembayarannya dari tempo yang telah ditetapkan (dan bertakwalah kamu kepada Allah) dengan menghindarinya (supaya kamu beroleh keberuntungan) atau hasil yang gemilang. 5. QS. AN NISA’ (4) : 161 - Kategori ayat Madaniyyah Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 17 161. dan disebabkan mereka memakan riba, Padahal Sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta benda orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih. Mufrodat Dan makan mereka Dan Kami sediakan dan disebabkan mereka memakan riba Dan sunggunh mereka dilarang Asbabun Nuzul : Asbabun Nuzul ayat tersebut mengisahkan bagaimana watak Yahudi yang munafik (apa yang di ucapkan tidak sejalan dengan hatinya). Senang sekali mendengar berita-berita bohong atau berita-berita buruk yang belum tentu kebenarannya. Orang Yahudi terkenal sebagai orang yang tidak menjaga amanah (contohnya mereka mengubah isi al Kitab dan mengelabui umat Islam dengan menyampaikan sesuatu yang berbeda dari isi al Kitab) dan dikenal sebagai pendusta atas nama Tuhan. TAFSIR : Ibnu Katsir }ُع ْنه َ الربَا َوقَ ْد نُ ُهوا َ . Allah Swt. telah melarang mereka melakukan riba, tetapi mereka ِ {وأَ ْخ ِذ ِه ُم menjalankannya dan menjadikannya sebagai pekerjaan mereka, lalu mereka melakukan berbagai macam kilah dan pengelabuan untuk menutupinya, dan mereka memakan harta orang lain dengan cara yang batil. Al Mishbah Karena mereka memberlakukan riba--padahal Allah telah mengharamkan--dan karena memakan harta orang secara tidak benar, agama memberikan hukuman berupa pengharaman makanan yang baik-baik kepada mereka. Sesungguhnya Allah telah menyediakan bagi orang kafir siksa yang menyakitkan. Al Azhar Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 18 "Dan dengan sebab mereka makan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang dari padanya." (pangkal ayat 161). Terkenal di atas dunia, sejak zaman dahulu sampai ke zaman sekarang ini, bahwa di antara Riba dengan Yahudi payah dipisahkan. Umumnya perangai mereka bakhil, sempilit dan suka memberi utang. Berapa saja hendak berhutang, mereka sediakan mempiutangi asal saja diberi bunga (rente). Al Jalalain (Dan karena memakan riba padahal telah dilarang daripadanya) dalam Taurat (dan memakan harta orang dengan jalan batil) dengan memberi suap dalam pengadilan (dan telah Kami sediakan untuk orang-orang kafir itu siksa yang pedih) atau menyakitkan. 6. QS. AR RUUM (30) : 39 - Kategori ayat Makkiyyah 39. dan sesuatu Riba (tambahan) yang kamu berikan agar Dia bertambah pada harta manusia, Maka Riba itu tidak menambah pada sisi Allah. dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, Maka (yang berbuat demikian) Itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya). Mufrodat Wajah/keridha an Allah Orang-orang yang melipat gandakan Dan apa yang kalian berikan Untuk menamba h Asbabun Nuzul : Sejarah menjelaskan bahwa Tha'if, tempat pemukiman suku Tsaqif yang terletak sekitar 75 mil sebelah tenggara Makkah, merupakan daerah subur dan menjadi salah satu pusat perdagangan antar suku, terutama suku Quraisy yang bermukim di Makkah. Di Tha'if bermukim orang-orang Yahudi yang telah mengenal praktek-praktek riba, sehingga keberadaan mereka di sana menumbuhsuburkan praktek tersebut. Suku Quraisy yang ada di Makkah juga terkenal dengan aktivitas perdagangan, bahkan Al-Quran mengabarkan tentang hal tersebut dalam QS 106. Di sana pun mereka telah mengenal prktek-praktek riba. Terbukti bahwa sebagian dari tokoh-tokoh sahabat Nabi, seperti 'Abbas bin 'Abdul Muththalib (paman Nabi saw.), Khalid bin Walid, dan lain-lain, mempraktekkannya sampai dengan turunnya larangan tersebut. Dan terbukti pula dengan keheranan kaum Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 19 musyrik terhadap larangan praktek riba yang mereka anggap sama dengan jual beli (QS 2:275). Dalam arti mereka beranggapan bahwa kelebihan yang diperoleh dari modal yang dipinjamkan tidak lain kecuali sama dengan keuntungan (kelebihan yang diperoleh dari) hasil perdagangan. TAFSIR : Ibnu Katsir }َّللا ِ َّ اس فَال يَ ْربُو ِع ْن َد ِ َّ{و َما آت َ ْيت ُ ْم ِم ْن ِربا ِليَ ْربُ َو فِي أَ ْم َوا ِل الن َ . Artinya, barang siapa yang memberi orang lain dengan tujuan agar orang itu balas memberinya dengan lebih banyak daripada apa yang ia berikan kepadanya, maka perbuatan seperti ini tidak ada pahalanya di sisi Allah bagi orang yang bersangkutan. Demikianlah menurut tafsir yang dikemukakan oleh Ibnu Abbas, Mujahid, Ad-Dahhak, Qatadah, Ikrimah, Muhammad ibnu Ka'b, dan Asy-Sya'bi. ْ َّللاِ َفأُولَ ِئكَ ُه ُم ا ْل ُم } َض ِعفُون َّ {و َما آت َ ْيت ُ ْم ِم ْن َزكَا ٍة ت ُِري ُدونَ َوجْ َه َ . Merekalah orang-orang yang dilipatgandakan pahalanya oleh Allah, sebagaimana yang disebutkan di dalam kitab sahih melalui sabda Nabi Saw.: Tidaklah seseorang menyedekahkan sesuatu yang semisal dengan sebiji kurma dari hasil yang halal, melainkan Tuhan Yang Maha Pemurah menerimanya dengan tangan kanan-Nya, lalu mengembangkannya buat pemiliknya sebagaimana seseorang di antara kalian memelihara anak kudanya atau anak untanya, hingga sebiji kurma itu menjadi lebih besar daripada Bukit Uhud. Al Mishbah Harta yang kalian berikan kepada orang-orang yang memakan riba dengan tujuan untuk menambah harta mereka, tidak suci di sisi Allah dan tidak akan diberkahi. Sedekah yang kalian berikan dengan tujuan untuk mengharapkan rida Allah, tanpa riya dan mengharapkan upah, maka itulah orang-orang yang memiliki kebaikan yang berlipat ganda. Al Azhar Arti riba sudah sama kita ketahui. yaitu meminjami orang harta dengan janji ketika membayar pinjaman itu diberinya "bunga"nya. atau "rente". Riba yang demikian sudah nyata terlarang. Tetapi ada lagi semacam "riba", tidak begini tidak terlarang, karena tidak dijadikan syarat. Yaitu kita memberikan pertolongan, baik tenaga, atau benda kepada orang lain, tetapi ada harapan tersembunyi, moga-moga kelak dibalasinya pula sebagai balas jasa, dengan balasan yang lebih besar. Maka bertalian dengan ayat 38 yang sebelumnya, diperingatkanlah kepada seseorang yang hendak menolong orang lain moga-moga kelak dia membalas jasa, membalas terimakasih dengan berlipat ganda, tidaklah baik. Maka arti ayat ini ialah jika kamu menolong orang lain dengan harapan moga-moga suatu waktu orang itu tidak lupa akan jasa kamu, moga-moga dia membalas, maka cara yang demikian itu kuranglah baiknya. Tetapi jika kamu berbuat sebaliknya, yaitu kamu keluarkan hartamu berupa zakat, baik zakat wajib atau zakat tathawwu', timbul dari keikhlasan hati, karena zakat itu sendiri Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 20 artinya ialah bersih, timbul dari hati yang bersih, membersihkan jiwa dari mengharapkan manusia, membersihkan harta dari hak yang wajib diterima oleh fakir miskin. Maka kalau harta itu dikeluarkan bersifat zakat bukan mengharapkan balasan manusia, melainkan mengharap wajah Allah dijelaskan di ujung ayat bahwa orang yang berbuat demikian itu telah memperlipat gandakan hartanya itu. Dia telah kaya. Rezeki yang diberikan Allah itu ielah diperbuatnya bemilai tinggi sekali. Karena harta benda yang dipergunakan untuk meratakan jalan Tuhan, adalah harta yang bemilai sangat tinggi. Dan pahala di sisi Tuhan pun akan diterimanya pula berlipat-ganda. Al Jalalain (Dan sesuatu riba atau tambahan yang kalian berikan) umpamanya sesuatu yang diberikan atau dihadiahkan kepada orang lain supaya orang lain memberi kepadanya balasan yang lebih banyak dari apa yang telah ia berikan; pengertian sesuatu dalam ayat ini dinamakan tambahan yang dimaksud dalam masalah muamalah (agar dia menambah pada harta manusia) yakni orang-orang yang memberi itu, lafal yarbuu artinya bertambah banyak (maka riba itu tidak menambah) tidak menambah banyak (di sisi Allah) yakni tidak ada pahalanya bagi orang-orang yang memberikannya. (Dan apa yang kalian berikan berupa zakat) yakni sedekah (untuk mencapai) melalui sedekah itu(keridaan Allah, maka itulah orang-orang yang melipatgandakan) pahalanya sesuai dengan apa yang mereka kehendaki. Di dalam ungkapan ini terkandung makna sindiran bagi orang-orang yang diajak bicara atau mukhathabin. HARTA 1. QS. AL BAQARAH (2) : 188 - Kategori ayat Madaniyyah Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 21 188. dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, Padahal kamu mengetahui. Mufrodat Dengan dosa Sebagian dari harta Da janganlah kalian memakan Dan kalian membawa dengannya Asbabun Nuzul : Ayat ini turun berkenaan dengan Imriil Qais bin ‘Abis dan ‘Abdan bin Asyma’ alHadlrami yang bertengkar dalam sual tanah. Imriil Qais berusaha untuk mendapatkan tanah itu menjadi miliknya dengan bersumpah didepan Hakim. Ayat ini sebagai peringatan kepada orang-orang yang merampas hak orang dengan jalan bathil. TAFSIR : Ibnu Katsir Yakni kalian mengetahui kebatilan dari apa yang kalian dakwakan dan kalian palsukan melalui ucapan kalian. Qatadah mengatakan, "Ketahuilah, hai anak Adam, bahwa keputusan kadi itu tidak menghalalkan yang haram bagimu dan tidak pula membenarkan perkara yang batil. Sesungguhnya dia hanya memutuskan berdasarkan apa yang dia lihat melalui kesaksian para saksi. Kadi adalah seorang manusia, dia terkadang keliru dan terkadang benar. Ketahuilah bahwa barang siapa yang diputuskan suatu perkara untuk kemenangannya dengan cara yang batil, maka perkaranya itu masih tetap ada hingga Allah menghimpunkan di antara kedua belah pihak di hari kiamat, lalu Allah memutuskan perkara buat kemenangan orang yang hak atas orang yang batil itu dengan keputusan yang lebih baik daripada apa yang telah diputuskan buat kemenangan si batil atas pihak yang hak sewaktu di dunia." Al Mishbah Diharamkan atas kalian memakan harta orang lain secara tidak benar. Harta orang lain itu tidaklah halal bagi kalian kecuali jika diperoleh melalui cara-cara yang ditentukan Allah seperti pewarisan, hibah dan transaksi yang sah dan dibolehkan. Terkadang ada orang yang menggugat harta saudaranya secara tidak benar. Ayat ini mengisyaratkan bahwa praktek sogok atau suap merupakan salah satu tindak kriminal yang paling berbahaya bagi suatu bangsa. Pada ayat tersebut dijelaskan pihak-pihak yang melakukan tindakan penyuapan. Yang pertama, pihak penyuap, dan yang kedua, pihak yang menerima Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 22 suap, yaitu penguasa yang menyalahgunakan wewenangnya dengan memberikan kepada pihak penyuap sesuatu yang bukan haknya. Al Azhar "Dan janganlah kamu makan harta benda kamu di antara kamu dengan jalan yang batil." (pangkal ayat 188). Pangkal ayat ini membawa orang yang beriman kepada kesatuan dan kekeluargaan dan persaudaraan. sebab itu dikatakan "harta benda kamu di antara kamu." Ditanamkan di sini bahwa harta benda kawanmu itu adalah harta benda kamu juga. Kalau kamu aniaya hartanya, samalah dengan kamu menganiaya harta bendamu sendiri jua. Memakan harta benda dengan jalan yang salah, ialah tidak menurut jalannya yang patut dan benar. Maka termasuklah di sini segala macam penipuan, pengicuhan, pemalsuan, reklame dan adpertensi yang berlebih-lebihan; asal keuntungan masuk. Al Jalalain (Dan janganlah kamu memakan harta sesama kamu), artinya janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain (dengan jalan yang batil), maksudnya jalan yang haram menurut syariat, misalnya dengan mencuri, mengintimidasi dan lainlain (Dan) janganlah (kamu bawa) atau ajukan (ia) artinya urusan harta ini ke pengadilan dengan menyertakan uang suap (kepada hakim-hakim, agar kamu dapat memakan) dengan jalan tuntutan di pengadilan itu (sebagian) atau sejumlah (harta manusia) yang bercampur (dengan dosa, padahal kamu mengetahui)bahwa kamu berbuat kekeliruan. 2. QS. AN NISA’ (4) : 29 - Kategori ayat Madaniyyah 29. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. Mufrodat Dengan suka sama suka diantara kamu Jangan kalian saling memakan Dengan jalan yang bathil Asbabun Nuzul : Menurut riwayat Ibnu Jarir ayat ini turun dikarenakan masyarakat muslim Arab pada saat itu memakan harta sesamanya dengan cara yang bathil, mencari keuntungan dengan cara Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 23 yang tidak sah dan melakukan bermacam-macam tipu daya yang seakan-akan sesuai dengan hukum syari’at. Misalnya sebagaimana digambarkan oleh Ibnu Abbas. menurut riwayat Ibnu Jarir seorang membeli dari kawannya sehelai baju dengan syarat bila ia tidak menyukainya dapat mengembalikannya dengan tambahan satu dirham di atas harga pembeliannya. Padahal seharusnya jual beli hendaklah dilakukan dengan rela dan suka sama suka tanpa harus menipu sesama muslimnya. TAFSIR : Ibnu Katsir Allah Swt. melarang hamba-hamba-Nya yang beriman memakan harta sebagian dari mereka atas sebagian yang lain dengan cara yang batil, yakni melalui usaha yang tidak diakui oleh syariat, seperti dengan cara riba dan judi serta cara-cara lainnya yang termasuk ke dalam kategori tersebut dengan menggunakan berbagai macam tipuan dan pengelabuan. Sekalipun pada lahiriahnya caracara tersebut memakai cara yang diakui oleh hukum syara', tetapi Allah lebih mengetahui bahwa sesungguhnya para pelakunya hanyalah semata-mata menjalankan riba, tetapi dengan cara hailah (tipu muslihat). Demikianlah yang terjadi pada kebanyakannya. راض ِم ْن ُك ْم ٍ َجارة ع َْن ت َ ِ إِ َّال أ َ ْن تَكُونَ ت. Lafaz tijaratan dapat pula dibaca tijaratun. ungkapan ini merupakan bentuk istisna munqati'. Seakan-akan dikatakan, "Janganlah kalian menjalankan usaha yang menyebabkan perbuatan yang diharamkan, tetapi berniagalah menurut peraturan yang diakui oleh syariat, yaitu perniagaan yang dilakukan suka sama suka di antara pihak pembeli dan pihak penjual; dan carilah keuntungan dengan cara yang diakui oleh syariat. س ُك ْم َ ُ َوال تَ ْقتُلُوا أَ ْنف. Yakni dengan mengerjakan hal-hal yang diharamkan Allah dan melakukan perbuatan-perbuatan maksiat terhadap-Nya serta memakan harta orang lain secara batil. َّللاَ كانَ بِ ُك ْم َر ِحيما َّ َّإِن. Yaitu dalam semua perintah-Nya kepada kalian dan dalam semua larangannya Al Mishbah Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengambil harta orang lain dengan cara tidak benar. Kalian diperbolehkan melakukan perniagaan yang berlaku secara suka sama suka. Jangan menjerumuskan diri kalian dengan melanggar perintah-perintah Tuhan. Jangan pula kalian membunuh orang lain, sebab kalian semua berasal dari satu nafs. Allah selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada kalian. Al Azhar Mula-mula ayat ini ditujukan kepada orang yang beriman. Karena orang yang telah menyatakan percaya kepada Allah, akan dengan taat dan setia menjalankan apa yang ditentukan oleh Allah. Apabila golongan yang setia menjalankan perintah Allah karena imannya, telah memberikan contoh yang baik, niscaya yang lain akan menurut. Kepada orang yang beriman itu dijatuhkan larangan, jangan sampai mereka memakan harta benda, yang di dalam ayat disebut "harta harta kamu" hal inilah yang diperingatkan terlebih dahulu kepada Mu'min. Yaitu bahwasanya hartabenda itu, baik yang di tanganmu sendiri Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 24 atau yang di tangan orang lain, semuanya itu adalah harta kamu. Lalu harta kamu itu, dengan takdir dan kurnia Allah Ta'ala, ada yang diserahkan Tuhan kepada tangan kamu dan ada yang pada tangan kawanmu yang lain. Lantaran itu maka betapapun kayanya seseorang, sekali'kali jangan dia lupa bahwa pada hakikatnya kekayaan itu adalah kepunyaan bersama juga. Di dalam harta yang dipegangnya itu selalu ada hak orang lain, yang wajib dia keluarkan apabila datang waktunya. Dan orang yang miskinpun hendaklah ingat pula bahwa harta yang ada pada tangan si kaya itu ada juga haknya di dalamnya. Maka hendaklah dipeliharanya baik-baik. Datanglah ayat ini me' nerangkan bagaimana hendaknya cara peredaran harta kamu itu. Mentangmentang semua hartabenda adalah harta kamu bersama, tidaklah boleh kamu mengambilnya dengan batil. Arti batil ialah menurut jalan yang salah, tidak menurut jalan yang sewajarnya. "Kecuali bahwa ada dalam perniagaan dengan ridha di antarakamu."Kalimat perniagaan yang berasal dari kata tiaga atau niaga. Kemudian datanglah lanjutan ayat: "Dan janganlah komu bunuh diri-diri kamu. " Di antara harta dengan diri atau dengan jiwa, tidaklah bercerai-tanggal. Orang mencari harta buat melaniutkan hidup. Maka selain kemakmuran harta benda hendaklah pula terdapat kemakmuran atau keamanan jiwa. Sebab itu di samping menjauhi memakan harta kamu dengan batil, janganlah terjadi pembunuhan. Tegasnya janganlah berbunuhan karena sesuap nasi. Jangan kamu bunuh diri-diri kamu. Segala harta benda yang ada, pada hakikatnya ialah harta kamu. Al Jalalain (Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu makan harta sesamamu dengan jalan yang batil) artinya jalan yang haram menurut agama seperti riba dan gasab/merampas (kecuali dengan jalan) atau terjadi (secara perniagaan) menurut suatu qiraat dengan baris di atas sedangkan maksudnya ialah hendaklah harta tersebut harta perniagaan yang berlaku (dengan suka sama suka di antara kamu) berdasar kerelaan hati masing-masing, maka bolehlah kamu memakannya. (Dan janganlah kamu membunuh dirimu) artinya dengan melakukan hal-hal yang menyebabkan kecelakaannya bagaimana pun juga cara dan gejalanya baik di dunia dan di akhirat. (Sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu) sehingga dilarang-Nya kamu berbuat demikian. 3. QS. AT TAUBAH (9) : 24 - Kategori ayat Madaniyyah Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 25 24. Katakanlah: "Jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan Nya". dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. Mufrodat Maka tunggula h Tidak member i petunjuk Dan tempat tinggal Kalian usahakann ya Kalian takut kerugianny a Lebih mencintai yang kalian senangi Asbabun Nuzul : Diriwayatkan oleh al-Faryabi yang bersumber dari Ibnu sirin. Dirwayatkan pula oleh ‘Abdurrazzaq yang bersumber dari asy-Syu’bi. Bahwa ‘Ali bin Abi Thalib datang ke Mekah dan berkata kepada al-‘Abbas: “Wahai pamanku, tidakkah engkau ingin hijrah ke Madinah untuk mengikuti Rasulullah saw.?” Ia menjawab: “Bukankah aku ini suka memakmurkan mesjid dan mengurus baitullah?” Ayat ini turun berkenaan dengan peristiwa tersebut, yang menegaskan perbedaan antara orang yang beriman dan berjihad di jalan Allah dengan orang-orang yang hanya berbuat kebaikan. Kemudian ‘Ali berkata kepada yang lainnya dengan menyebutkan namanya satu persatu: “Tidakkah kalian ingin berhijrah mengikuti Rasulullah ke Madinah?” Mereka menjawab: “Kami tinggal di sini beserta saudara-saudara dan teman-teman kami sendiri.” Sehubungan dengan peristiwa ini, turunlah ayat berikutnya (Baraa’ah: 24) yang menegaskan bahwa orang-orang yang lebih mencintai sanak saudara, keluarga, kawan dan kekayaannya daripada mencintai Allah dan Rasul-Nya serta jihad fisabilillah, diancam dengan azab Allah. TAFSIR : Ibnu Katsir )ِيرت ُ ُك ْم َوأ َ ْم َوا ٌل ا ْقتَ َر ْفت ُ ُمو َها َ (قُ ْل إِ ْن كَانَ آ َبا ُؤ ُك ْم َوأ َ ْب َنا ُؤ ُك ْم َوإِ ْخ َوانُ ُك ْم َوأ َ ْز َوا ُج ُك ْم َو. Maksudnya, harta benda َ عش yang merupakan hasil jerih payah kalian. )سا ِكنُ ت َ ْرض َْونَهَا َ سا َد َها َو َم َ َارةٌ ت َ ْخش َْونَ َك َ Yakni rumah-rumah tempat tinggal yang kalian sukai َ (و ِتج karena keindahan dan kenyamanannya. Dengan kata lain, jika semuanya itu: Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 26 )صوا ُ س ِبي ِل ِه فَتَ َر َّب َ سو ِل ِه َو ِجهَا ٍد ِفي ُ َّللاِ َو َر َّ ََب ِإ َل ْي ُك ْم ِمن َّ (أَح. Yakni tunggulah apakah yang akan menimpa kalian dari siksaan dan pembalasan-Nya. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan: ) َس ِقين ِ َّللاُ َال يَ ْهدِي ا ْلقَ ْو َم ا ْل َفا َّ َّللاُ بِأ َ ْم ِر ِه َو َّ ( َحتَّى َيأْتِ َيsampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik. (At-Taubah: 24) Al Mishbah Wahai Rasul, katakan kepada orang-orang Mukmin, "Apabila kalian lebih mencintai bapak, anak, saudara, istri, kerabat serta harta yang telah kalian dapatkan, juga perdagangan yang kalian takuti kerugiannya serta rumah yang kalian pakai untuk beristirahat dan bertempat tinggal daripada Allah, Rasul- Nya dan berjihad di jalan-Nya, sampai-sampai itu semua lebih menyibukkan kalian daripada menolong Rasul, maka tunggulah sampai Allah menjatuhkan keputusan dan hukuman-Nya atas kalian. Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang yang keluar dari batas-batas agama-Nya. Al Azhar Kedepalan nikmat Tuhan yang disebutkan ini adalah tempat hati terpaut. Tempat cinta tertumpah. Tetapi ayat memberi peringatan, bahwa walaupun yang delapan itu sangat dicintai, janganlah lupa bahwa semuanya itu adalah nikmat dari Yang Maha Esa belaka. Semuanya itu adalah nikmat daripokok pangkalsegala cinta, yaitu Allah. Kedelapannya bisa hilang dari kita, ataupun kita hilang dahulu daripadanya. Ayah, anak, saudara dan isteri bisa mati dahulu darikita. Atau sedang kasih berpilin, kita matidahulu daripada mereka. Airmata tidak dapat mengundurkan saat perceraian. Sawah ladang bisa tergadai karena miskin. Perniagaan bisa rugi atau terbenam dalam hutang, karena pasaran sepi atau tidak laku. Rumah kediaman bisa runtuh, terbakar atau terjual, atau kita turun dari dalamnya, karena suatu sebab yang tidak kita kira-kirakan lebih dahulu. Seumpama keluarga yang terpaksa mengungsi ketika kota mesti ditinggalkan. Karena kota itu didudukimusuh. Pendeknya kalau kepada semuanya itu cinta terpaut, kita akan sengsara dan kita akan kehilangan tujuan hidup yang sebenarnya. Janganlah dicintai segala yang akan kita tinggalkan ataupun meninggalkan kita, tetapi cintailah yang selalu ada dekat kita dan kepadaNya kita akan kembali; yaitu Allah! Al Jalalain Katakanlah, "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri dan kaum keluarga kalian) yaitu kaum kerabat kalian, menurut suatu qiraat lafal asyiiratukum dibaca asyiiraatukum (dan harta kekayaan yang kalian usahakan) harta hasil usaha kalian (dan perniagaan yang kalian khawatir kerugiannya) khawatir tidak laku (dan rumah-rumah tempat tinggal yang kalian sukai adalah lebih kalian cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan daripada berjihad di jalan-Nya) sehingga hal-hal tersebut mengakibatkan kalian enggan untuk melakukan hijrah dan berjihad di jalan-Nya (maka tunggulah) nantikanlah (sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya) ayat ini mengandung makna ancaman buat mereka. (Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik"). Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 27 4. - QS. AL FURQON (25) : 67 Kategori ayat Makkiyyah 67. dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian. Mufrodat Dan mereka tidak berlebihlebihan Tatkala mereka membelanjakan Dan mereka tidak kikir Asbabun Nuzul : Pada penelitian ini penulis sama sekali tidak menemukan informasi mengenai asbabun nuzul Q.s Al-Furqon ayat 67 baik dari sumber buku, internet maupun sumber informasi lainnya karena tidak ada penejelasan mengenai sejarah atau sebab turunnya ayat tersebut. TAFSIR : Ibnu Katsir }س ِر ُفوا َو َل ْم َي ْقت ُُروا ْ ُ{والَّ ِذينَ ِإذَا أ َ ْن َف ُقوا َل ْم ي َ . Yakni mereka tidak menghambur-hamburkan hartanya dalam berinfak lebih dari apa yang diperlukan, tidak pula kikir terhadap keluarganya yang berakibat mengurangi hak keluarga dan kebutuhan keluarga tidak tercukupi. Tetapi mereka membelanjakan hartanya dengan pembelanjaan yang seimbang dan selektif serta pertengahan. Sebaik-baik perkara ialah yang dilakukan secara pertengahan, yakni tidak berlebih-lebihan dan tidak pula kikir. }{وكَانَ بَ ْينَ ذَ ِلكَ قَ َواما َ . Seperti pengertian yang terdapat di dalam ayat lain melalui firman-Nya: }س ْطهَا ُ {وال تَجْ عَ ْل َيدَكَ َم ْغلُولَة إِلَى ُ عنُ ِقكَ َوال ت َ ْب َ Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya. (Al-Isra: 29), hingga akhir ayat. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Isham ibnu Khalid, telah menceritakan kepadaku Abu Bakar ibnu Abdullah ibnu Abu Tamim Al-Gassani, dari Damrah, dari Abu Darda, dari Nabi Saw. yang telah mengatakan: Seorang lelaki yang bijak ialah yang berlaku ekonomis dalam penghidupannya. Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 28 Al Mishbah di antara tanda-tanda hamba Tuhan Yang Maha Penyayang adalah bersikap sederhana dalam membelanjakan harta, baik untuk diri mereka maupun keluarga. Mereka tidak berlebih-lebihan dan tidak pula kikir dalam pembelanjaan itu, tetapi di tengah-tengah keduanya. Al Azhar Diterangkan lagi sikap hidup sehari-hari seorang 'lbadur Rahman itu, yaitu apabila dia menafkahkan harta bendanya tidaklah dia ceroboh, royal dan berlebih daripada ukuran yang mesti, tetapi tidak pula sebaliknya, yaitu bakhil (kikir), melainkan dia berlaku sama tengah. Tidak dia ceroboh royal sehingga hartabendanya habis tidak menentu, karena pertimbangan fikiran yang kurang matang, tidak memikirkan hari depan. Dan tidak pula dia bakhil, karena bakhil pun adalah satu penyakit. Dia berusaha mencari hartabenda ialah pemagar maruah, penjaga kehormatan diri. Hartabenda dicari ialah buat dipergunakan sebagaimana mestinya, bukan mencari harta yang harus diperbudak oleh harta itu sendiri. Maka dua sikap itu, royal dan bakhil, terhadap hartabenda adalah alamat jiwa yang tidak "stabil". Keroyalan dan berbelanja lebih daripada keperluan, menjadi alamat bahwa jika orang ini ditimpa bahaya karena kehabisan harta itu kelak, dia akan dapat menjaga keseimbangan dirinya lagi. Dan orang yang bakhil menjadi putus hubungannya dengan masyarakat, karena dia salah pilih di dalam meletakkan cinta. Kalau di waktu yang penting hartabenda ditahan keluarnya, karena bakhil, maka suatu waktu kelak hartabenda itu akan terpaksa dikeluarkan juga mau ataupun tidak mau. Seorang yang bakhil ditimpa sakit keras, doktor menasihatkan supaya dia berobat, supaya dia tetirah (istirahat) ke tempat yang berhawa sejuk berobat meminta belanja banyak. Kalau dia tidak berobat, dia akan mati. Karena takut akan mati, hartabenda itu dikeluarkan pengobat diri, padahal di waktu sedang sihat dia tidak merasai nikmat harta itu. Timbullah hidup yang "Qawaaman", yang sama tengah di antara royal dan bakhil, tidak lain sebabnya ialah karena kecerdasan fikiran yang telah terlatih. Memandang bahwa hartabenda semata-mata pemberian Tuhan yang harus dirasai nikmat pemakaiannya, dan dijaga pula jangan sampai dipergunakan untuk yang tidak berfaedah. Al Jalalain (Dan orang-orang yang apabila membelanjakan) hartanya kepada anak-anak mereka (mereka tidak berlebih-lebihan dan tidak pula kikir) dapat dibaca Yaqturuu dan Yuqtiruu, artinya tidak mempersempit perbelanjaannya(dan adalah) nafkah mereka (di antara yang demikian itu) di antara berlebih-lebihan dan kikir (mengambil jalan pertengahan) yakni tengah-tengah. Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 29 BISNIS 1. QS. HUUD (11) : 6 - Kategori ayat Makkiyyah “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh). Mufrodat Dan tempat penyimpanann ya Kitab nyata/ lauhul mahfudz Binatang melata Tempat berdiamn ya Asbabun Nuzul : Tidak terdapat sebab nuzul TAFSIR : Ibnu Katsir Allah Swt menceritakan bahwa Dialah yang menjamin rezeki makhlukNya, termasuk semua hewan yang melata di bumi, baik yang kecil, yang besarnya, yang ada di daratan, maupun yang ada di lautan. Dia pun mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Dengan kata lain, Allah mengetahui sampai di mana perjalanannya di bumi dan ke manakah tempat kembalinya, yakni sarangnya; inilah yang dimaksud dengan tempat penyimpanannya. Ali ibnu Abu Talhah dan lain-lainnya telah menceritakan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu. (Hud: 6) Yakni tempat berdiamnya binatang itu (sarangnya) dan tempat penyimpanannya. (Hud: 6) bila telah mati. Diriwayatkan dari Mujahid sehubungan dengan makna firman-Nya: dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu. (Hud: 6) Maksudnya, di dalam rahim. dan tempat penyimpanannya. (Hud: 6) di dalam tulang sulbi, seperti yang terdapat pada surat Al-An'am. Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 30 Al Mishbah Dan hendaklah mereka tahu bahwa kekuasaan, nikmat-nikmat dan ilmu Allah itu mencakup segala sesuatu. Tak satu binatang pun yang melata di bumi ini kecuali Allah-dengan karunia-Nya--telah menjamin rezeki yang layak dan sesuai dengan habitat atau miliunya. Allah juga mengetahui di mana binatang itu menetap dan ke mana ia akan ditempatkan setelah kematiannya. Semua itu tercatat di sisi Allah dalam sebuah kitab yang menjelaskan hal ihwal makhluk-makhluk-Nya. Al Azhar Ayat ini menjelaskan bahwa yang melata di atas bumi tidak usah khuatir akan kekurangan rezeki, sebab Tuhan Allah sudah menyediakannya. Kalimat Dabbatin, kita artikan melata. Yaitu segala yang berjalan, merangkak, merayap, menjalar. Sebab itu masuklah di dalamnya sekalian manusia, sekalian binatang berkaki empat, segala binatang yang berkaki banyak, sampai beratus-ratus kaki, demikian juga serangga, katak, burungburung, cacing, ikan-ikan, udang, belalang, lipas, kepuyuk, kepinding, nyamuk dan lainlain. Semuanya itu terkumpul dalam kata dabbatin. Dan semuanya sudah ada ketentuan rezekinya oleh Tuhan, dan sudah tersedia makanan yang akan dimakannya. Atas Allahlah rezekinya, artinya Tuhan Allah telah mewajibkan ke atas diriNya sendiri buat menyediakan rezeki itu. Dan rezeki itu diberikan dengan teratur sekali. Seluruh isi bumi ini adalah persediaan yang cukup bagi makanan seluruh makhluk yang hidup di sini. Pembahagian rezek| tempat lahir dan tempat tinggal, dan kemudiannya kuburan buat berhenti istirahat sementara, sudah ada kitabnya, artinya sudah ada catatannya di sisi Allah Ta'ala. Administrasi Tuhan adalah sangat lengkap, untuk menjadi suri teladan bagi manusia, sebagai Khalifatullah di muka bumi ini, supaya mereka pun meniru dan mendekati peraturan Tuhan di dalam mengatur administrasinya sendiri. Al Jalalain (Dan tidak ada) huruf min di sini zaidah (suatu binatang melata pun di bumi) yaitu hewan yang melata di atas bumi(melainkan Allahlah yang memberi rezekinya) Dialah yang menanggung rezekinya sebagai karunia daripada-Nya(dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu) tempat hidupnya di dunia atau pada tulang sulbi (dan tempat penyimpanannya) sesudah mati atau di dalam rahim. (Semuanya) yang telah disebutkan itu (tertulis dalam kitab yang nyata) kitab yang jelas, yaitu Lohmahfuz. 2. - QS. AL ISRO’ (17) : 35 Kategori ayat Makkiyyah 35. dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. Mufrodat Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 31 Dan timbangla h Dengan neraca yang lurus/bena r Dan kalian penuhila h takaran Apabila menakar Asbabun Nuzul : Tidak terdapat sebab nuzul TAFSIR : Ibnu Katsir }{وأ َ ْوفُوا ا ْل َك ْي َل إِذَا ِك ْلت ُ ْم َ . Yakni kalian tidak boleh melipat (mengurangi)nya. {و ِزنُوا َ َ ْ }اس ْ بِال ِق. Qistas sewazan dengan lafaz qirtas (kertas); dapat dibaca qurtas. artinya ِ سط timbangan. Mujahid mengatakan bahwa yang dimaksud dengan qistas menurut bahasa Romawi artinya neraca timbangan. }يم ْ {ا ْل ُمYaitu neraca yang tidak miring, tidak melenceng, dan tidak kacau (bergetar). َ{ذَ ِلك ِ ستَ ِق } َخي ٌْر. Maksudnya, lebih utama bagi kalian daiam kehidupan dunia dan akhirat. ُسن َ ْ{وأَح َ ْ }تَأ ِويال. Yakni lebih baik akibatnya bagi kehidupan akhirat kalian. Sa'id telah meriwayatkan dari Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya: Itulah yang lebih utama (bagi kalian) dan lebih baik akibatnya. (Al-Isra: 35) Yakni lebih baik pahalanya dan lebih baik akibatnya. Al Mishbah Sempurnakanlah takaran jika kalian menakar untuk pembeli. Timbanglah dengan neraca yang adil. Sesungguhnya menepati takaran dan timbangan lebih baik bagi kalian di dunia. Sebab hal itu dapat membuat orang senang bermuamalah dengan kalian. Sesungguhnya kesudahan yang paling baik adalah di akhirat. Al Azhar Al-kail. Kita artikan saja dengan sukatan. Menurut yang lazim di negeri Melayu satu sukatan adalah empat gantang, dan satu ketiding adalah 10 sukat. Tetapi pemerintah Republik Indonesia melanjutkan pemerintahan Belanda yang lama tidak lagi memakai sukat dan gantang sebagai ukuran resmi, melainikan mernukui liter. "Dan timbonglah dengan timbangan gang lurus." Dalam hal timbangan yang besar, kita di zaman sekarang memakai kilogram. Maka ditegaskan di dalam ayat ini supaya seorang Mu',min hendaklah secara jujur menggunakan sukatan dan timbangan. Jangan ada kecoh dan tipu, sehingga ada gintang atau liter pembelian lain pula gantang atau liter penjual. Anak timbangan demikian pula; jangan sampai merugikan: "ltulah yang baik, dan itulah yang seelok-elok kesudahan." (ujung ayat 35). Dan kejujuran itulah inti kekayaan yang sejati, yang membawa kemakmuran. Ahli-ahli ekonomi modern pun sampai kepada kesimpulan bahwa Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 32 yang sihat itu ialah yang tegak di atas kejujuran. Namun uang hasil dari kecurangan adalah uang panas. Lekas dapat, lekas musnah. Seelokelok kesudahan, adalah kemakmuran yang merata: itulah tujuan masyarakat yang dikehendaki Islam. Al Jalalain (Dan sempurnakanlah takaran) penuhilah dengan tepat (apabila kalian menakar dan timbanglah dengan neraca yang benar) timbangan yang tepat (itulah yang lebih utama dan lebih baik akibatnya.) 3. - QS. AN NUUR (24) : 37 Kategori ayat Madaniyyah 37. laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang. Mufrodat Perniagaan dan tidak pula jual beli Bolakbalik/goncang Tidak melalaikan mereka Mereka takut Asbabun Nuzul : Jabir bin abdillah ra menjelaskan,bahwa ayat ini diturunkan berkenaan abdullah bin umar ra menerangkan,bahwa ketiga ayat ini (36,37,38) diturunkan berkenan dengan kebiasaan kaum muslim yang segera menutup dagangan mereka jika mendengar azan meskipun sedang sibuk berniaga di pasar .mereka pergi ke masjid untuk melaksanakan salat berjama'ah ( HR.IBNU ABI HATIM DAN IBNU JARIR) TAFSIR : Ibnu Katsir َ . Yakni mereka lebih mendahulukan َّ اء }الزكَا ِة ِ ََّللاِ َو ِإ َق ِام الصَّال ِة َو ِإيت َّ َارةٌ َوال بَ ْي ٌع ع َْن ِذك ِْر َ يه ْم تِج ِ {ال ت ُ ْل ِه ketaatan kepada Allah dan perintah Allah serta apa yang disukai oleh-Nya: Hasyim telah meriwayatkan dari Syaiban; ia menceritakan sebuah hadis dari Ibnu Mas'ud, bahwa ia melihat suatu kaum dari kalangan ahli pasar saat dikumandangkan Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 33 seruan untuk menunaikan salat fardu. Maka mereka meninggalkan jual beli mereka, lalu bangkit menuju tempat salat untuk menunaikan salat. Maka Abdullah ibnu Mas'ud berkata bahwa mereka termasuk orang-orang yang disebutkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya: laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah. (An-Nur: 37), hingga akhir ayat. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah ibnu Bukair As-San'ani, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id maula Bani Hasyim, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Bujair, telah menceritakan kepada kami Abu Abdu Rabbihi, bahwa Abu Darda pernah mengatakan bahwa sesungguhnya ia mangkal di tangga ini untuk menjajakan barang dagangan, setiap hari ia beroleh keuntungan tiga ratus dinar, dan setiap hari ia dapat melakukan salat berjamaah di masjid. Kemudian ia menegaskan bahwa sesungguhnya ia tidak mengatakan bahwa perbuatannya itu tidak halal, tetapi ia suka bila termasuk orangorang yang disebutkan oleh Allah Swt. di dalam firman-Nya: laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah. (An-Nur: 37) Al Mishbah Mereka tidak disibukkan oleh urusan dunia, seperti--untuk menyebut di antaranya-jual beli, yang dapat membuat seseorang lupa kepada Allah. Mereka selalu melaksanakan salat dan menunaikan zakat. Mereka pun selalu mewaspadai datangnya hari kiamat sehingga membuat hati mereka menjadi goncang karena gelisah, kesulitan dan menanti nasib. Pada hari itu, pandangan pun menjadi bimbang dan terkejut melihat pemandangan yang aneh dan bencana yang dahsyat. Al Azhar Pada waktu melatih jiwa mendekati Tuhan dengan melakukan Shalat itu, bebaskan jiwa dan lepaskan diri pada pengaruh benda, pangkat kebesaran dan kekayaan, jual-beli dan untung rugi, demikian tersebut dalam ayat 37. Sehingga walaupun berniaga berjualbeli terus juga, dia dilaksanakan hanyalah karena termasuk zikir kepada Allah, karena Tuhan yang memerintahkan. Itulah beberapa laki-laki sejati yang telah menyediakan dirinya untuk Tuhan. Mereka mendirikan sembahyang dan mereka pun mengeluarkan zakat. Dia menyediakan diri dan senantiasa berlatih, supaya hati ini keras lebih keras daripada waja. Tidak merasa gentar ataupun takut menghadapi perkisaran hari dan masa, tidak gentar melihat turun dan naiknya pasang zaman. Dan penglihatannya tidak terpesona oleh warna-warna yang palsu. Dia telah mendapat inti dari cahaya itu, dia tidak terikat lagi oleh kulit. Al Jalalain (Laki-laki) menjadi Fa'il atau subyek daripada Fi'il Yusabbihu, jika dibaca Yusabbahu berkedudukan menjadi Naibul Fa'il. Lafal Rijaalun adalah Fa'il dari Fi'il atau kata kerja yang diperkirakan keberadaannya sebagai jawab dari soal yang diperkirakan pula. Jadi seolah-olah dikatakan, siapakah yang melakukan tasbih kepada-Nya itu, Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 34 jawabnya adalah laki-laki (yang tidak dilalaikan oleh perniagaan) perdagangan (dan tidak pula oleh jual beli dari mengingat Allah dan dari mendirikan salat) huruf Ha lafal Iqaamatish Shalaati dibuang demi untuk meringankan bacaan sehingga jadilah Iqaamish Shalaati (dan dari membayar zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang di hari itu menjadi guncang) yakni panik (hati dan penglihatan) karena merasa khawatir, apakah dirinya selamat atau binasa, dan penglihatan jelalatan ke kanan dan ke kiri karena ngeri melihat pemandangan azab pada saat itu, yaitu hari kiamat. 4. - QS. AL QASHASH (28) : 77 Kategori ayat Makkiyyah 77. dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. Mufrodat Dan berbuat baiklah Dan jangan berbuat kerusakan Orang-orang yang berbuat kerusakan Dan carilah Allah telah memberikan kepadamu Jangan melupakan bagianmu Asbabun Nuzul : Tidak terdapat sebab nuzul TAFSIR : Ibnu Katsir }س نَ ِصيبَكَ ِمنَ ال ُّد ْن َيا َّار ِ َّ َ{وا ْبت َ ِغ فِي َما آت َاك َ . Maksudnya, gunakanlah harta yang َ اآلخ َرةَ َوال تَ ْن َ َّللاُ الد berlimpah dan nikmat yang bergelimang sebagai karunia Allah kepadamu ini untuk bekal Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 35 ketaatan kepada Tuhanmu dan mendekatkan diri kepada-Nya dengan mengerjakan berbagai amal pendekatan diri kepada-Nya, yang dengannya kamu akan memperoleh pahala di dunia dan akhirat. }س َن ِصيبَكَ ِمنَ ال ُّد ْنيَا َ . Yakni yang dihalalkan oleh Allah berupa makanan, minuman, َ {وال ت َ ْن pakaian, rumah dan perkawinan. Karena sesungguhnya engkau mempunyai kewajiban terhadap Tuhanmu, dan engkau mempunyai kewajiban terhadap dirimu sendiri, dan engkau mempunyai kewajiban terhadap keluargamu, dan engkau mempunyai kewajiban terhadap orang-orang yang bertamu kepadamu, maka tunaikanlah kewajiban itu kepada haknya masing-masing. } ََّللاُ إِلَ ْيك َ ْ{وأَحْ س ِْن َك َما أَح َّ َسن َ . Artinya, berbuat baiklah kepada sesama makhluk Allah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu. }ض َ َ{وال تَب ِْغ ا ْلف ِ اْلر َ . Yaitu janganlah ْ سا َد فِي cita-cita yang sedang kamu jalani itu untuk membuat kerusakan di muka bumi dan berbuat jahat terhadap makhluk Allah. Al Mishbah Dan jadikanlah sebagian dari kekayaan dan karunia yang Allah berikan kepadamu di jalan Allah dan amalan untuk kehidupan akhirat. Janganlah kamu cegah dirimu untuk menikmati sesuatu yang halal di dunia. Berbuat baiklah kepada hamba-hamba Allah sebagaimana Allah berbuat baik kepadamu dengan mengaruniakan nikmat-Nya. Dan janganlah kamu membuat kerusakan di bumi dengan melampaui batas- batas Allah. Sesungguhnya Allah tidak meridai orang-orang yang merusak dengan perbuatan buruk mereka itu." Al Azhar Harta benda itu adalah anugerah dari Allah. Dengan adanya harta itu janganlah engkau sampai lupa bahwa sesudah hidup ini engkau akan mati. Sesudah dunia ini engkau akan pulang ke akhirat. Hartabenda dunia ini, sedikit ataupun banyak hanya semata-mata akan tinggal di dunia. Kalau kita mati kelak, tidak sebuah jua pun yang akan dibawa ke akhirat. Sebab itu pergurnkanlah harta ini untuk membina hidupmu yang di akhirat itu kelak. Berbuat baiklah, nalkahkanlah rezeki yang dianugerahkan Allah itu kepada jalan kebajikan. Niscaya jika engkau mati kelak bekas amalmu untuk akhirat itu akan engkau dapati berlipat-ganda di sisi Allah. Dan yang untuk dunia janganlah pula dilupakan. Tinggallah dalam rumah yang baik, pakailah kendaraan yang baik dan moga-moga semuanya itu diberi puncak kebahagiaan dengan isteri yang setia. "Dan janganlah engkau mencari-cari kerusakan di muka bumi." segala perbuatan yang akan merugikan orang lain, yang akan memutuskan silaturrahmi, aniaya, mengganggu keamanan, menyakiti hati sesama manusia, membuat onar, menipu dan mengicuh, mencari keuntungan semata untuk diri dengan melupakan kerugian orang lain, semuanya itu adalah merusak. "Sesungguhnya Allah tidaklah suko kepada orang-orang yang berbuat kerusakan-" (ujung ayat77l. Kalau Allah telah menyatakan bahwa dia tidak menyukai orang yang suka merusak di muka bumi, maka balasan Tuhan pasti datang, cepat ataupun lambat kepada orang yang Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 36 demikian. Dan jika hukuman Tuhan datang, seorang pun tidak ada yang mempunyai kekuatan dan daya upaya buat menangkisnya. Al Jalalain (Dan carilah) upayakanlah (pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepada kalian) berupa harta benda(kebahagiaan negeri akhirat) seumpamanya kamu menafkahkannya di jalan ketaatan kepada Allah (dan janganlah kamu melupakan) jangan kamu lupa (bagianmu dari kenikmatan duniawi) yakni hendaknya kamu beramal dengannya untuk mencapai pahala di akhirat (dan berbuat baiklah) kepada orang-orang dengan bersedekah kepada mereka (sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat) mengadakan (kerusakan di muka bumi) dengan mengerjakan perbuatan-perbuatan maksiat. (Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan) maksudnya Allah pasti akan menghukum mereka. 5. - QS. AL JUMU’AH (62) : 10 Kategori ayat Madaniyyah 10. apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. Mufrodat Dan carilah Karunia Allah Telah diselesaikan Maka bertebarlah kalian Asbabun Nuzul : Menurut Tafsir Al-Wasith Hal 652 asababun nuzulnya karena ketika itu nabi Muhammad sedang berkhutbah. Lalu rombongan unta dagang dari syam dengan membawa mirah (jenis maknana untuk perjalnaan dan perbekalan lain). Pemiliki unta-unta tersebut adalah Dhihyah bin Khalifah al-Kalbi. Para rombongan keluar dari masjid dan hanya ada 12 orang yang bertahan mendengar khutbah Nabi Muhammad. Salah satunya adalah jabir bin Abdullah. Menurut artikel lain, Asy Syaikhan telah mengentengahkan sebuah hadist melalui jabir r.a yang telah menceritakan, baha Nabi SAW sedang berkhotbah pada hari jum’at, tiba-tiba datanglah rombongan pembawa dagangan yang langsung menggelarkn dagangannya, maka orang-orang pun menuju kepadanya, sehingga tiada orang yang bersama Nabi SAW, Melainkan 12 orang saja yang bersama, maka menurunkan Firman-NYA: “Dan Apabilan Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 37 melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berkhotbah” (Q.S, 62 Al-Jumu’ah ayat 11). TAFSIR : Ibnu Katsir }ُت الصَّالة ِ َ{فَ ِإذَا قُ ِضي. Maksudnya, apabila salat telah diselesaikan. ْ َض َوا ْبتَغُوا ِم ْن ف }َِّللا َّ ض ِل ِ اْلر ْ { َفا ْنتَش ُِروا ِفي. maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah (Al-Jumu'ah: 10). Setelah mereka dilarang melakukan transaksi sesudah seruan yang memerintahkan mereka untuk berkumpul, kemudian diizinkanlah bagi mereka sesudah itu untuk bertebaran di muka bumi dalam rangka mencari karunia Allah Al Mishbah Apabila kalian telah melakukan salat, maka bertebaranlah untuk berbagai kepentingan. Carilah karunia Allah dan berzikirlah kepada-Nya banyak-banyak, dalam hati maupun dan dengan ucapan. Mudah-mudahan kalian memperoleh keberuntungan dunia dan akhirat. Al Muyassar Apabila kalian sudah mendengarkan khutbah dan menunaikan shalat, bertebaranlah di muka bumi. Carilah rezeki Allah dengan usaha kalian. Ingatlah Allah sebanyak-banyaknya dalam segala keadaan kalian agar kalian beruntung dengan mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat. Al Jalalain (Apabila telah ditunaikan salat, maka bertebaranlah kalian di muka bumi) perintah ini menunjukkan pengertian ibahah atau boleh (dan carilah) carilah rezeki (karunia Allah, dan ingatlah Allah) dengan ingatan (sebanyak-banyaknya supaya kalian beruntung) yakni memperoleh keberuntungan. Pada hari Jumat, Nabi saw. berkhutbah akan tetapi tiba-tiba datanglah rombongan kafilah membawa barang-barang dagangan, lalu dipukullah genderang menyambut kedatangannya sebagaimana biasanya. Maka orang-orang pun berhamburan keluar dari mesjid untuk menemui rombongan itu, kecuali hanya dua belas orang saja yang masih tetap bersama Nabi saw. lalu turunlah ayat ini. 6. QS. AL JUMU’AH (62) : 11 - Kategori ayat Madaniyyah 11. dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah: "Apa Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 38 yang di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perniagaan", dan Allah Sebaik-baik pemberi rezki. Mufrodat Dan mereka Permainan meninggalkanmu Sebaik-baik Mereka menuju pemberi rezeki Asbabun Nuzul : Diriwayatkan oleh asy-Syaikhaan (al-Bukhari & Muslim) yang bersumber dari Jabir bahwa ketika Rasulullah saw. berkhotbah pada hari Jum’at, datanglah kafilah yang membawa dagangan dari Syam. Orang-orang yang mendengarkan khotbah pada keluar untuk menyambut rombongan kafilah itu, sehingga hanya tinggal dua belas orang saja yang duduk mendengarkannya. Ayat ini (al-Jumu’ah: 11) turun berkenaan dengan peristiwa tersebut, yang menegaskan bahwa apa yang ada di sisi Allah jauh lebih baik daripada apa yang ada pada perniagaan. Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Jarir, bahwa apabila gadis-gadis yang menikah, berlangsunglah keramaian dengan seruling dan alat musik lainnya. Sehingga orang-orang pada pergi melihat keramaian itu dan meninggalkan Rasulullah saw. yang sedang berdiri berkhotbah di atas mimbar. Maka turunlah ayat ini (al-Jumu’ah: 11) yang menegaskan bahwa nikmat yang diberikan Allah lebih baik daripada keramaian dan perniagaan. Ayat al-Jumu’ah: 11 ini turun berkenaan dengan kedua peritiwa tersebut di atas. Ibnu Mundzir meriwayatkan sebuah hadits yang bersumber dari Jabir, yang menyebutkan kisah pernikahan dan datangnya kafilah itu secara bersamaan. Hadits ini diriwayatkan melalui satu jalan. Disebutkan bahwa ayat ini (al-Jumu’ah: 11) turun berkenaan dengan kedua peristiwa itu. TAFSIR : Ibnu Katsir }َارة أ َ ْو لَهْوا ا ْنفَضُّوا إِلَ ْيهَا َوت َ َركُوكَ َقائِما َ . Maksudnya, pergi meninggalkanmu yang َ {وإِذَا َرأَ ْوا تِج sedang berkhotbah di atas mimbar. Demikianlah menurut takwil yangdikemukakan oleh paratabi'in yang bukan hanya seorang, yang antara lain ialah Abul Aliyah, Al-Hasan, Zaid ibnu Aslam, dan Qatadah. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Idris, dari Husain, dari Salim ibnu Abul, Ja'd, dari Jabir yang mengatakan bahwa iringan kafilah perniagaan datang ke Madinah di saat Rasulullah Saw. sedang berkhotbah, maka orang-orang pun bubar menuju ke arahnya dan yang tersisa hanyalah dua belas orang lelaki yang tetap di tempatnya. Maka turunlah firman Allah Swt.: Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya. (Al-Jumu'ah: 11) }{وتَ َركُوكَ قَائِما َ . terkandung dalil yang menunjukkan bahwa imam melakukan khotbahnya pada hari Jumat dengan berdiri. Imam Muslim telah meriwayatkannya di dalam kitab sahihnya melalui Jabir ibnu Samurah yang telah menceritakan bahwa Nabi Saw. Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 39 melakukan dua khotbah, dan melakukan duduk di antara keduanya. Di dalam khotbahnya beliau Saw. membaca Al-Qur'an dan memberikan peringatan kepada manusia. {قُ ْل َما ِع ْن َد }َِّللا َّ . Yakni berupa pahala di negeri akhirat nanti. َالر ِازقِين َّ َار ِة َو َّ َّللاُ َخي ُْر َ َخي ٌْر ِمنَ اللَّ ْه ِو َو ِمنَ التِج. bagi orang yang bertawakal kepada-Nya dan mencari rezeki tepat pada waktunya. Demikianlah akhir dari tafsir surat Al-Jumu'ah. Segala puji bagi Allah dan semua karunia dari-Nya, dan hanya kepada-Nya memohon taufik dan pemeliharaan. Al Mishbah Apabila mereka melihat perniagaan dan permainan yang menyenangkan, mereka menuju ke situ dan meninggalkan kamu berdiri menyampaikan khutbah. Katakan kepada mereka, "Karunia dan pahala yang ada pada Allah lebih bermanfaat bagi kalian daripada permainan dan perniagaan. Allah adalah sebaik-baik pemberi rezeki. Maka, mintalah rezeki-Nya dengan senantiasa menaati-Nya." Al Muyassar Wahai Nabi, apabila sebagian kaum muslimin melihat perniagaan atau sesuatu berupa keuntungan dunia dan perhiasannya, mereka berhamburan menuju padanya sehingga meninggalkanmu berdiri sendiri berkhutbah di atas mimbar. Katakanlah kepada mereka, “Apa yang ada di sisi Allah berupa pahala dan kenikmatan lebih bermanfaat bagi kalian dibandingkan kelalaian dan keuntungan perniagaan. Hanya Allah sebaik-baiknya pemberi rezeki dan karunia, mintalah dari-Nya. Mohonlah pertolongan dengan ketaatan kepada-Nya untuk mendapatkan yang ada di sisi-Nya, yaitu kebaikan di dunia dan di akhirat.” Al Jalalain (Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya) yakni kepada barang dagangan, karena barang dagangan itu merupakan kebutuhan yang mereka perlukan, berbeda dengan permainan (dan mereka tinggalkan kamu) dalam khotbahmu (dalam keadaan berdiri. Katakanlah, "Apa yang di sisi Allah) berupa pahala (lebih baik) bagi orang-orang yang beriman (dari permainan dan perniagaan," dan Allah sebaik-baik pemberi rezeki) bila dikatakan, setiap orang itu memberi rezeki kepada keluarganya, maka pengertian yang dimaksud ialah dari rezeki Allah swt. 7. - QS. AL MUTHOFFIFIIN (83) : 1-3 Kategori ayat Makkiyyah 1. kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang. Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 40 2. (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, 3. dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. Mufrodat Mereka menakar mereka Mereka menimbang mereka Mereka mengurangi Orangorang yang curang Mereka menerima takaran Mereka minta dipenuhi Asbabun Nuzul : Diriwayatkan oleh an-Nasa-I dan Ibnu Majah dengan sanad yang shahih, yang bersumber dari Ibny ‘Abbas bahwa ketika Rasulullah saw sampai ke Madinah, diketahui bahwa orang-orang Madinah termasuk orang-orang yang paling curang dalam menakar dan menimbang. Maka Allah menurunkan ayat-ayat ini sebagai ancaman kepada orang-orang yang curang dalam menimbang dan menakar. Setelah ayat-ayat tersebut turun, orang-orang Madinah menjadi orang-orang yang jujur dalam menimbang dan menakar. TAFSIR : Ibnu Katsir Makna yang dimaksud dengan tatfif di sini ialah curang dalam memakai takaran dan timbangan, yang adakalanya meminta tambah bila menagih orang lain, atau dengan cara mengurangi bila ia membayar kepada mereka. Untuk itulah maka dalam firman berikutnya dijelaskan siapa saja mereka yang diancam akan mendapat kerugian dan kecelakaan yang besar, yaitu: Yakni bila mereka menerima takaran dari orang } َست َ ْوفُون َ {الَّ ِذينَ إِذَا ا ْكتَالُوا ْ َاس ي ِ ع َلى ال َّن lain, maka mereka meminta supaya dipenuhi dan diberi tambahan. } َ{وإِذَا كَالُو ُه ْم أ َ ْو َو َزنُو ُه ْم يُ ْخس ُِرون َ . Yaitu merugikan orang lain dengan menguranginya. Hal yang terbaik dalam meng-i'rab ayat ini hendaknya lafaz kalu dan wazanu dianggap sebagai fi'il (kata kerja) yang muta'addi. Dengan demikian, berarti damir hum berkedudukan dalam mahal nasab sebagai maf’ul-nya. Tetapi sebagian ulama Nahwu menjadikan damir tersebut sebagai taukid dari damir yang tidak disebutkan dalam lafaz kalu dan wazanu , sedangkan maf'ul-nya dibuang karena sudah dapat dimaklumi dari konteksnya. Keduanya mempunyai makna yang berdekatan. Al Mishbah Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 41 Surat al-Muthaffifîn dibuka dengan beberapa ayat yang berisi ancaman sangat keras terhadap orang-orang yang melakukan kecurangan dalam bermuamalat, secara khusus dalam soal timbang- menimbang. Kecurangan itu digambarkan dalam sekelompok orang yang cenderung minta dilebihkan takarannya demi keuntungan pribadi tetapi mengurangi jumlah yang semestinya saat menimbang untuk orang lain. Surat ini mengancam orangorang yang melakukan hal tersebut bahwa hari pembangkitan dan perhitungan pasti akan terjadi. Selain itu, surat ini juga menegaskan bahwa perbuatan mereka itu tercatat dalam sebuah buku. Hanya orang-orang zalim, bergelimang dosa dan terhalang dari Tuhannya yang berani mendustakan catatan buku itu. Tempat kembali mereka, kelak, adalah nereka Jahanam. Pembicaraan kemudian dialihkan kepada ihwal kalangan manusia yang berbakti kepada Allah dengan memberikan keterangan mengenai apa yang telah mereka lakukan. Disebutkan, misalnya, berbagai kenikmatan yang bakal mereka rasakan dan, sekaligus, ciri-ciri mereka. Disebutkan pula sebuah perbuatan yang mereka perlombakan. Ayat-ayat selanjutnya menggambarkan apa yang dilakukan oleh orang-orang kafir yang jahat terhadap orang-orang Mukmin ketika mereka melihat orang-orang Mukmin atau ketika orang-orang Mukmin itu berlalu di hadapan mereka. Akhirnya, surat ini ditutup dengan janji bahwa orang-orang beriman akan diperlakukan secara adil di hari kiamat. Mereka akan ditempatkan di dalam kehidupan yang penuh kesenangan. Mereka akan memandangi dan mentertawakan orang-orang kafir dari atas dipan-dipan yang indah. Sementara orangorang kafir itu akan mendapatkan balasan buruk yang setimpal dengan perbuatan mereka di dunia.]] Kehancuranlah bagi orang-orang yang berbuat curang. Yaitu orang-orang yang kalau menerima timbangan dari orang lain selalu meminta ukuran yang pas atau cenderung minta dilebihkan. Akan tetapi, jika menimbang untuk orang lain, mereka berbuat curang sehingga dapat merugikan hak orang lain yang semestinya dipenuhi. Al Musayyar Azab yang sangat keras adalah bagi orang-orang yang mencurangi takaran dan timbangan, yaitu orang-orang jika membeli takaran atau timbangan dari orang lain, mereka memenuhinya untuk diri mereka. Sebaliknya, jika mereka menjual takaran atau timbangan kepada orang lain, mereka mengurangi takaran dan timbangannya. Al Jalalain (Kecelakaan besarlah) lafal Wailun merupakan kalimat yang mengandung makna azab; atau merupakan nama sebuah lembah di dalam neraka Jahanam (bagi orang-orang yang curang.). (Yaitu orang-orang yang apabila menerima takaran dari) atau mereka menerimanya dari (orang lain, mereka minta dipenuhi) minta supaya takaran itu dipenuhi. (Dan apabila mereka menakar untuk orang lain) atau menakarkan buat orang lainnya (atau menimbang buat orang lain) artinya mereka menimbang buat orang lain (mereka mengurangi) takaran atau timbangan. MANAJEMEN 1. QS. AN NISA’ (4) : 58 Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 42 - Kategori ayat Madaniyyah 58. Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat. Mufrodat Kalian menetapkan hukum Sebaik-baik Supaya kalian menetapkan hukum Dia menyuruh kalian menyampaikan Kepada yang berhak menerima Asbabun Nuzul : Dalam satu riwayat dikemukakan bahwa setelah fathul makkah (pembebasan makkah), Rasulullah SAW,memanggil ‘Utsman Bin Thalhah untuk meminta kunci ka’bah. Ketika Utsman datang menghadap Nabi untuk menyerahkan kunci itu, berdirilah al-Abbas seraya berkata; ya Rasulullah,Demi Allah, serahkan kunci itu kepadaku. Saya akan rangkap jabatan tersebut dengan jabatan siqayah (urusan pengairan). Utsman menarik kembali tangannya. maka bersabda Rasulullah :”berikanlah kunci itu kepadaku,’wahai Utsman!”Utsman berkata:” inilah dia, amanat dari Allah,”maka berdirilah Rasulullah untuk membuka ka’bah kemudian keluar thawaf di Baitullah.lalu turunlah jibril membawa perintah supaya kunci itu diserahkan kembali kepada Utsman, Rasulullah melaksanakan perintah itu sambil membaca Ayat tersebut diatas (QS.4 an-Nisa’;58). Dalam riwayat lain berkenaan dengan Utsman Bin Thalhah bin abduddar yang bertugas mengurus ka’bah. Ketika rasulullah memasuki makkah saat makkah ditaklukkan, utsman menutup pintu makkah dan naik ke atap, enggan menyerahkan pintu ka’bah kepada beliau,lalu ali bin abi thalib merebutnya dan membuka pintu ka’bah rasulullah saw. Masuk dan sholat dua rakaat di dalam ka’bah. Saat keluar, abbas meminta agar kunci pintu ka’bah diberikan kepadanya dan mengumpulkan para pengurus ka’bah, kemudian turun ayat. Sesungguhnya allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 43 menerimanya”. Lalu nabi saw. Memerintahkan ali agar mengembalikan kunci ka’bah kepada utsman dan meminta maaf kepadanya. TAFSIR : Ibnu Katsir Amanat tersebut antara lain yang menyangkut hak-hak Allah Swt. atas hambahamba-Nya, seperti salat, zakat, puasa, kifarat, semua jenis nazar, dan lain sebagainya yang semisal yang dipercayakan kepada seseorang dan tiada seorang hamba pun yang melihatnya. Juga termasuk pula hak-hak yang menyangkut hamba-hamba Allah sebagian dari mereka atas sebagian yang lain, seperti semua titipan dan lain-lainnya yang merupakan subjek titipan tanpa ada bukti yang menunjukkan ke arah itu. Maka Allah Swt. memerintahkan agar hal tersebut ditunaikan kepada yang berhak menerimanya. Barang siapa yang tidak melakukan hal tersebut di dunia, maka ia akan dituntut nanti di hari kiamat dan dihukum karenanya اس أ َ ْن تَحْ ُك ُموا ِبا ْل َع ْد ِل Hal ini merupakan perintah Allah Swt. yang ِ و ِإذا َح َك ْمت ُ ْم َب ْينَ ال َّن. َ ُ َّللاَ ِن ِع َّما َي ِع menganjurkan menetapkan hukum di antara manusia dengan adil. ظ ُك ْم ِب ِه َّ َّ ِإن. Allah memerintahkan kepada kalian untuk menyampaikan amanat-amanat tersebut dan memutuskan hukum dengan adil di antara manusia serta lain-lainnya yang termasuk perintah-perintah-Nya dan syariat-syariat-Nya yang sempurna lagi agung dan mencakup semuanya. س ِميعا بَ ِصيرا َ ََّللاَ كان َّ َّ ِإن. Maha mendengar semua ucapan kalian lagi Maha Melihat semua perbuatan kalian. Al Mishbah Sesungguhnya Allah memerintahkan kalian, wahai orang-orang yang beriman, untuk menyampaikan segala amanat Allah atau amanat orang lain kepada yang berhak secara adil. Jangan berlaku curang dalam menentukan suatu keputusan hukum. Ini adalah pesan Tuhanmu, maka jagalah dengan baik, karena merupakan pesan terbaik yang diberikan-Nya kepada kalian. Allah selalu Maha Mendengar apa yang diucapkan dan Maha Melihat apa yang dilakukan. Dia mengetahui orang yang melaksanakan amanat dan yang tidak melaksanakannya, dan orang yang menentukan hukum secara adil atau zalim. Masingmasing akan mendapatkan ganjarannya. Al Azhar Hendaklah tiap-tiap urusan kaum Muslimin itu, sejak dari Amir-amir dan lain-lain menempatkan orang bawahannya itu di tempatnya yang betul, pilih mana yang dapat melaksanakan tugas dengan baik. Jangan seseorang diberi pekerjaan karena permintaannya sendiri atau terdahulu memintanya. Bahkan itulah yang harus dijadikan sebab buat tidak mengangkatnya. Di dalam ayat ini telah dijelaskan bahwasanya Allah telah memerintahkan kamu. Dengan kata memerintahkan itu teranglah bahwa mengatur peme' rintahan yang baik dan memilih orang yang cakap adalah kewaiiban, yang dalam ketentuan hukum Ushul Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 44 Fiqh dijelaskan, berpahala barangsiapa yang mengerjakannya dan berdosa barangsiapa yang menganggapnya enteng saja. Dan darisinijuga dapat difahamkan bahwa bagi seorang Muslim memegang urusan kenegaraan artinya ialah memegang amanat. Dan urusan bernegara adalah bahagian yang tidak dapat dipisahkan dari agama. Menyia-nyiakan amanat adalah khianat. Mengkhianati amanat adalah salah satu alamat orang munafik. Menerima satu amanat untuk mengkhianatinya adalah satu penipuan. Kemudian datanglah sambungan ayat : "Dan apabila kamu menghukum di antara manusia, hendaklah kamu hukumkan dengan adil." Inilah pokok kedua dari pembinaan pemerintahan yang dikehendoki Islam. Pertama tadi ialah menyerahkan amanat kepada ahlinya. Memikul peiabat yang sarygup memikul. Yang kedua ialah menegakkan keadilan. Hukum yang adil, bukan yang zalim. Pemegang teraju hukum hendaklah mengingat sumber hukum yang asli, yaitu hukum Allah dan tegakkanlah itu. Al Jalalain (Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk menyampaikan amanat) artinya kewajiban-kewajiban yang dipercayakan dari seseorang (kepada yang berhak menerimanya) ayat ini turun ketika Ali r.a. hendak mengambil kunci Kakbah dari Usman bin Thalhah Al-Hajabi penjaganya secara paksa yakni ketika Nabi saw. datang ke Mekah pada tahun pembebasan. Usman ketika itu tidak mau memberikannya lalu katanya, "Seandainya saya tahu bahwa ia Rasulullah tentulah saya tidak akan menghalanginya." Maka Rasulullah saw. pun menyuruh mengembalikan kunci itu padanya seraya bersabda, "Terimalah ini untuk selama-lamanya tiada putus-putusnya!"Usman merasa heran atas hal itu lalu dibacakannya ayat tersebut sehingga Usman pun masuk Islamlah. Ketika akan meninggal kunci itu diserahkan kepada saudaranya Syaibah lalu tinggal pada anaknya. Ayat ini walaupun datang dengan sebab khusus tetapi umumnya berlaku disebabkan persamaan di antaranya (dan apabila kamu mengadili di antara manusia) maka Allah menitahkanmu (agar menetapkan hukum dengan adil. Sesungguhnya Allah amat baik sekali) pada ni`immaa diidgamkan mim kepada ma, yakni nakirah maushufah artinya ni`ma syaian atau sesuatu yang amat baik (nasihat yang diberikan-Nya kepadamu) yakni menyampaikan amanat dan menjatuhkan putusan secara adil. (Sesungguhnya Allah Maha Mendengar) akan semua perkataan (lagi Maha Melihat) segala perbuatan. 2. - QS. AN NAHL (16) : 90 Kategori ayat Makkiyyah Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 45 90. Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. Mufrodat Dan Dia melarang Dia menyuruh Dia mengajar kalian Dan memberikan (bantuan) Asbabun Nuzul : Disebutkan sebuah hadits hasan yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Abu Nadhar memberitahu kami, `Abdul Hamid memberitahu kami, Syahr memberitahuku, `Abdullah bin `Abbas memberitahuku, dia bercerita, ketika Rasulullah duduk-duduk di beranda rumahnya, tiba-tiba `Utsman bin Mazh’un berjalan melewati beliau seraya memberi senyum kepada beliau, maka Rasulullah bertanya: “Tidakkah engkau duduk sejenak?” `Utsman pun menjawab: “Ya.” Kemudian Rasulullah pun duduk menghadap ke kiblat, dan ketika beliau tengah berbincang dengan `Utsman, tiba-tiba beliau membuka matanya ke langit seraya memandangnya, lalu sejenak beliau memandang ke langit. Kemudian beliau mengarahkan pandangan beliau ke sebelah kanan di tanah, lalu beliau berpaling dari teman duduknya, `Utsman, menuju ke tempat yang menjadi objek pandangan beliau, selanjutnya beliau meggerakkan kepalanya seolah-olah ia sedang memahami apa yang dikatakan kepadanya, sedang Ibnu Mazh’un memperhatikannya. Setelah selesai mengerjakan keperluannya dan ia memahami apa yang dikatakan kepadanya, maka beliau pun mengarahkan pandangannya ke langit sebagaimana beliau telah melakukannya pertama kali, lalu pandangannya mengikutinya sampai menghilang di langit. Kemudian beliau menghadap kepada `Utsman, teman duduknya semula. Lalu `Utsman bin Mazh’un mengatakan: “Hai Muhammad, selama aku menemanimu duduk, tidak pernah aku melihatmu melakukan perbuatan seperti perbuatanmu pada pagi hari.” Maka beliau bertanya: “Apa yang engkau telah lihat dari apa yang aku kerjakan?” Dia menjawab: “Aku melihat engkau mengarahkan pandanganmu ke langit kemudian engkau menjatuhkannya di sebelah kananmu, lalu engkau berpaling kepadanya dan membiarkanku, engkau menggerakkan kepalamu seolah-olah engkau sedang memahami apa yang dikatakan kepadamu. Beliau bertanya: “Apakah engkau mengetahui hal tersebut?” `Utsman menjawab: “Ya.” Maka Rasulullah bersabda: “Tadi aku telah didatangi oleh utusan Allah, sedang engkau dalam keadaan duduk.” `Utsman bertanya: “Apakah utusan Allah Jibril as ?” “Ya,” jawab Rasulullah. `Utsman bertanya: “Lalu apa yang dikatakannya kepadamu?” Beliau menjawab: innallaaHa ya’murukum bil ‘adl wal ihsaani (“Sesungguhnya Allah menyuruhmu berlaku adil dan berbuat kebaikan,”) dan ayat seterusnya. Kemudian `Utsman berkata: “Yang demikian itu terjadi ketika iman telah benar-benar bersemayam di dalam hatiku, dan aku Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 46 sungguh mencintai Muhammad.” Sanad hadits tersebut jayyid muttashil hasan. Yang di dalamnya telah dijelaskan pendengaran yang bersambung. TAFSIR : Ibnu Katsir Allah Swt. menyebutkan bahwa Dia memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk berlaku adil, yakni pertengahan dan seimbang. Dan Allah memerintahkan untuk berbuat kebajikan. Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya Allah menyuruh (kalian) berlaku adil. (An-Nahl: 90) Yakni mengucapkan persaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Lain pula dengan Sufyan ibnu Uyaynah, ia mengatakan bahwa istilah adil dalam ayat ini ialah sikap pertengahan antara lahir dan batin bagi setiap orang yang mengamalkan suatu amal karena Allah Swt. Al-ihsan artinya ialah 'bilamana hatinya lebih baik daripada lahiriahnya'. Al fahsya serta al-munkar ialah 'bila lahiriahnya lebih baik daripada hatinya'. }اء ذِي ا ْلقُ ْر َبى ِ َ {و ِإيت َ . Yaitu hendaknya dia menganjurkan untuk bersilaturahmi. {ويَ ْنهَى ع َِن َ }َاء َوا ْل ُم ْنك َِر ِ ا ْلفَحْ ش. Yang dimaksud dengan fahsya ialah hal-hal yang diharamkan, dan munkar ُ {يَ ِع. Yaitu ialah segala sesuatu yang ditampakkan dari perkara haram itu oleh pelakunya.}ظ ُك ْم melalui apa yang diperintahkannya kepada kalian agar berbuat kebaikan dan melarang kalian dari perbuatan yang jahat.} َ{لَعَلَّ ُك ْم تَذَك َُّرون. Asy-Sya'bi telah meriwayatkan dari Basyir ibnuNuhaik, bahwa ia pernah mendengar Ibnu Mas'ud mengatakan, "Sesungguhnya ayat yang paling mencakup dalam Al-Qur'an adalah ayat surat An-Nahl," yaitu firman-Nya: Sesungguhnya Allah menyuruh (kalian) berbuat adil dan berbuat kebajikan. (An-Nahl: 90), hingga akhir ayat. Demikianlah menurut riwayat Ibnu Jarir. Al Mishbah Allah memerintahkan para hamba-Nya untuk berlaku adil dalam setiap perkataan dan perbuatan. Allah menyuruh mereka untuk selalu berusaha menuju yang lebih baik dalam setiap usaha dan mengutamakan yang terbaik dari lainnya. Allah memerintahkan mereka untuk memberikan apa yang dibutuhkan oleh para kerabat sebagai cara untuk memperkokoh ikatan kasih sayang antar keluarga. Allah melarang mereka berbuat dosa, lebih-lebih dosa yang amat buruk dan segala perbuatan yang tidak dibenarkan oleh syariat dan akal sehat. Allah melarang mereka menyakiti orang lain. Dengan perintah dan larangan itu, Allah bermaksud membimbing kalian menuju kemaslahatan dalam setiap aspek kehidupan, agar kalian selalu ingat karunia-Nya dan menaati firman-firman-Nya. Al Azhar Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 47 Tiga hal yang diperintahkan oleh Allah supaya dilakukan sepanjang waktu sebagai alamat dari taat kepada Tuhan. Pertama jalan Adil; yaitu menimbang yang sama berat, menyalahkan yang salah dan membenarkan mana yang benar, mengembalikan hak kepada yang empunya dan jangan berlaku zarim aniaya. - Lawan dari Adil ialah Zalim, yaitu memungkiri kebenaran karena hendak mencari keuntungan bagi diri sendiri, mempertahankan perbuatan yang salah, sebab yang bersalah itu ialah kawan atau keluarga sendiri. Sesudah itu diperintahkan pula melatih diri berbuat lhsan. Arti Ihsan ialah mengandung dua maksud. Pertama selalu mempertinggi mutu amalan, berbuat yang lebih baik daripada yang sudah-sudah, sehingga kian lama tingkat iman itu kian naik. Yang ketiga ialah memberi kepada keluarga yang.terdekat. Ini pun adalah lanjutan daripada Ihsan. Karena kadang-kadang orang yang berasal dari satu ayah dan satu ibu sendiri pun tidak sama nasibnya; ada yang murah rezekinya lalu menjadi kaya-raya dan ada yang hidupnya tidak sampai-menyampai. Maka orang yang mampu itu dianjurkan berbuat Ihsan kepada keluarganya yang terdekat, sebelum dia mementingkan orang lain. Inilah pula tiga larangan Allah yang seyogianya dijauhi oleh orang yang mengaku beriman kepada Allah. Allah melarang segala perbuatan yang keji-keji, yaitu dosa yang amat merusak pergaulan dan keturunan. Biasa di dalam al-Quran, kalau disebut Al-Fahsyoo' yang dituju ialah segala yang berhubungan dengan zina. Segala pintu yang menuju kepada zina, baik berhubungan dengan pakaian yang membukakan aurat, atau cara-cara lain yang menimbulkan nafsu syahwat yang menuju ke sana. Itu hendaklah ditutup mati. Dan yang dibenci atau yang munkar, ialah segala perbuatan yang tidak dapat diterima baik oleh masyarakat yang memupuk budi yang luhur, dan segala laku tingkah perangai yang membawa pelanggaran atau aturan agama. Dan aniaya; yaitu segala perbuatan yang sikapnya menimbulkan permusuhan terhadap sesama manusia, karena mengganggu hak dan kepunyaan orang lain. Al Jalalain (Sesungguhnya Allah menyuruh kalian berlaku adil) bertauhid atau berlaku adil dengan sesungguhnya (dan berbuat kebaikan) menunaikan fardu-fardu, atau hendaknya kamu menyembah Allah seolah-olah kamu melihat-Nya sebagaimana yang telah dijelaskan oleh hadis (memberi) bantuan (kepada kaum kerabat) famili; mereka disebutkan secara khusus di sini, sebagai pertanda bahwa mereka harus dipentingkan terlebih dahulu (dan Allah melarang dari perbuatan keji) yakni zina (dan kemungkaran) menurut hukum syariat, yaitu berupa perbuatan kekafiran dan kemaksiatan (dan permusuhan) menganiaya orang lain. Lafal al-baghyu disebutkan di sini secara khusus sebagai pertanda, bahwa ia harus lebih dijauhi; dan demikian pula halnya dengan penyebutan lafal al-fahsyaa (Dia memberi pengajaran kepada kalian) melalui perintah dan larangan-Nya (agar kalian dapat mengambil pelajaran) mengambil pelajaran dari hal tersebut. Di dalam lafal tadzakkaruuna menurut bentuk asalnya ialah huruf ta-nya diidghamkan kepada huruf dzal. Di dalam kitab AlMustadrak disebutkan suatu riwayat yang bersumber dari Ibnu Masud yang telah mengatakan, bahwa ayat ini yakni ayat 90 surah An-Nahl, adalah ayat yang paling padat mengandung anjuran melakukan kebaikan dan menjauhi keburukan di dalam Alquran. . Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 48 Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 49