Uploaded by User66891

AYAT TEMATIK EKONOMI FINAL tahap tafsir FINAL

advertisement
NAMA
NIM
MATA KULIAH
: MOCHAMAD FAISAL AJI SANTOSO
: 18520002
: STUDI AL QURAN DAN HADIS
   
AYAT- AYAT TEMATIK TENTANG EKONOMI
AKUNTANSI
1. QS. AL BAQARAH (2) : 282
- Kategori ayat Madaniyyah














     








   
     
    





    



  








   
   
    
     
   
    




  
     



   
   










    
   
     

Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 1
282. Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk
waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di
antara kamu menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis enggan menuliskannya
sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang
yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa
kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. jika
yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau Dia sendiri
tidak mampu mengimlakkan, Maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. dan
persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). jika tak ada
dua oang lelaki, Maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi
yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa Maka yang seorang mengingatkannya.
janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan
janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu
membayarnya. yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian
dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu),
kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, Maka
tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. dan persaksikanlah apabila kamu
berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. jika kamu lakukan
(yang demikian), Maka Sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. dan
bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.
Mufrodat
Dan
hendaklah
membacakan


Dan
persaksikanla 
h
Dan
janganlah
mengurangi
 
Apabila
kalian
berutang
piutang
Sampai
waktu
yang
ditentuka
n
Maka
hendakla
h kaian
catat







Asbabun Nuzul :
Pada saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam datang ke Madinah untuk yang petama
kali, orang-orang penduduk asli biasa menyewakan kebunnya dalam waktu satu, dua atau
tiga tahun. Maka dari itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:”Barangsiapa
menyewakan (mengutangkan) sesuatu hendaklah dengan timbangan atau ukuran yang
tertentu dan dalam jangka waktu yang tertentu pula”. (HR. Bukhari dari Sofyan bin Uyainah
dari Ibnu Abi Najih dari Abdillah bin Katsir dari Abi Minhal dari Ibnu Abbas). Sehubungan
dengan itu Allah Subhanahu wata’ala menurunkan ayat ke-282 sebagai bentuk perintah
apabila mereka utang-piutang ataupun muamalah dalam jangka waktu tertentu hendaklah
ditulis perjanjian dan mendatangkan saksi. Hal ini untuk menjaga supaya tidak terjadi
sengketa di masa yang akan datang.
Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 2
TAFSIR :
 Ibnu Katsir
‫س ًّمى فَا ْكتُبُو ُه‬
َ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا إِذا تَدايَ ْنت ُ ْم بِ َدي ٍْن إِلى أ َ َج ٍل ُم‬
Hal ini merupakan petunjuk dari Allah Swt. buat hamba-hamba-Nya yang mukmin apabila
mereka mengadakan muamalah secara tidak tunai, yaitu hendaklah mereka mencatatkannya;
karena catatan itu lebih memelihara jumlah barang dan masa pembayarannya serta lebih
tegas bagi orang yang menyaksikannya
‫فَا ْكتُبُو ُه‬
Melalui ayat ini Allah memerintahkan adanya catatan untuk memperkuat dan memelihara.
‫ب ِبا ْلعَ ْد ِل‬
ٌ ِ‫َو ْليَ ْكت ُْب بَ ْينَ ُك ْم كات‬
Yakni secara adil dan benar. Dengan kata lain, tidak berat sebelah dalam tulisannya; tidak
pula menuliskan, melainkan hanya apa yang telah disepakati oleh kedua belah pihak, tanpa
menambah atau menguranginya.
‫َّللاُ فَ ْليَ ْكت ُْب‬
َ ‫ب أ َ ْن يَ ْكت َُب كَما‬
َّ ُ‫علَّ َمه‬
ٌ ِ‫ب كات‬
َ ْ ‫َوال يَأ‬
Janganlah seorang yang pandai menulis menolak bila diminta untuk mencatatnya buat orang
lain; tiada suatu hambatan pun baginya untuk melakukan hal ini. Sebagaimana Allah telah
mengajarkan kepadanya apa yang belum ia ketahui sebelumnya, maka hendaklah ia
bersedekah kepada orang lain yang tidak pandai menulis, melalui tulisannya.
ُ‫َّللاَ َربَّه‬
َ ‫َو ْليُ ْم ِل ِل الَّذِي‬
َّ ‫ق‬
ِ َّ‫علَ ْي ِه ا ْلحَقُّ َو ْليَت‬
Dengan kata lain, hendaklah orang yang berutang mengimlakan kepada si penulis
tanggungan utang yang ada padanya, dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah dalam hal ini.
‫شيْئا‬
َ ُ‫س ِم ْنه‬
ْ ‫َوال يَ ْب َخ‬
Artinya, jangan sekali-kali ia menyembunyikan sesuatu dari utangnya.
‫س ِفيها‬
َ ‫فَ ِإ ْن كانَ الَّذِي‬
ُّ ‫علَ ْي ِه ا ْل َح‬
َ ‫ق‬
Yang dimaksud dengan istilah safih ialah orang yang dilarang ber-tasarruf karena
dikhawatirkan akan berbuat sia-sia atau lain sebagainya.
َ ‫أ َ ْو‬
‫ض ِعيفا‬
Yakni karena masih kecil atau berpenyakit gila.
‫ستَ ِطي ُع أ َ ْن يُ ِم َّل ه َُو‬
ْ َ‫أ َ ْو َال ي‬
Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 3
Umpamanya karena bicaranya sulit atau ia tidak mengetahui mana yang seharusnya ia
lakukan dan mana yang seharusnya tidak ia lakukan (tidak mengetahui mana yang benar dan
mana yang salah). Dalam keadaan seperti ini disebutkan oleh firman-Nya:
‫ستَش ِْهدُوا ش َِهي َدي ِْن ِم ْن ِرجا ِل ُك ْم‬
ْ ‫}وا‬
َ ‫{فَ ْليُ ْم ِل ْل َو ِليُّهُ بِا ْلعَ ْد ِل‬
Ayat ini memerintahkan mengadakan persaksian di samping tulisan untuk lebih memperkuat
kepercayaan.
‫تان‬
ْ ‫فَ ِإ ْن لَ ْم يَكُونا َر ُج َلي ِْن فَ َر ُج ٌل َو‬
ِ َ ‫ام َرأ‬
Hal ini berlaku hanya dalam masalah harta dan segala sesuatu yang berhubungan
dengannya. Sesungguhnya persaksian wanita diharuskan dua orang untuk menduduki tempat
seorang lelaki, hanyalah karena akal wanita itu kurang.
‫َداء‬
ُّ ‫ِم َّم ْن ت َ ْرض َْونَ ِمنَ ال‬
ِ ‫شه‬
Di dalarn ayat ini terkandung makna yang menunjukkan adanya persyaratan adil bagi saksi.
Makna ayat ini bersifat muqayyad (mengikat) yang dijadikan pegangan hukum oleh Imam
Syafii dalam menangani semua kemutlakan di dalam Al-Qur'an yang menyangkut perintah
mengadakan persaksian tanpa syarat. Ayat ini dijadikan dalil oleh orang yang menolak
kesaksian seseorang yang tidak dikenal. Untuk itu ia mempersyaratkan, hendaknya seorang
saksi itu haras adil lagi disetujui.
‫أ َ ْن ت َ ِض َّل ِإحْ داهُما‬
Yakni jika salah seorang dari kedua wanita itu lupa terhadap kesaksiannya,
‫فَتُذَ ِك َر ِإحْ دا ُه َما ْاْل ُ ْخرى‬
Maksudnya, orang yang lupa akan diingatkan oleh temannya terhadap kesaksian yang telah
dikemukakannya. Berdasarkan pengertian inilah sejumlah ulama ada yang membacanya
fatuzakkira dengan memakai tasydid. Sedangkan orang yang berpendapat bahwa kesaksian
seorang wanita yang dibarengi dengan seorang wanita lainnya, membuat kesaksiannya sama
dengan kesaksian seorang laki-laki; sesungguhnya pendapat ini jauh dari kebenaran.
Pendapat yang benar adalah yang pertama.
‫شهَدا ُء إِذا َما ُدعُوا‬
ُّ ‫ب ال‬
َ ْ ‫َوال يَأ‬
Makna ayat ini menurut suatu pendapat yaitu 'apabila para saksi itu dipanggil untuk
mengemukakan kesaksiannya, maka mereka harus mengemukakannya'. Pendapat ini
dikatakan oleh Qatadah dan Ar-Rabi' ibnu Anas. Hal ini sama dengan makna firman-Nya:
‫َّللاُ فَ ْليَ ْكت ُْب‬
َ ‫ب أ َ ْن يَ ْكت َُب كَما‬
َّ ُ‫علَّ َمه‬
ٌ ِ‫ب كات‬
َ ْ ‫َوال يَأ‬
Berdasarkan pengertian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa mengemukakan kesaksian itu
hukumnya fardu kifayah. Menurut pendapat yang lain, makna ini merupakan pendapat
Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 4
jumhur ulama; dan yang dimaksud dengan firman-Nya: Dan janganlah saksi-saksi itu
enggan (memberi keterangan) apabila dipanggil. (Al-Baqarah: 282), menunjukkan
pengertian pemberian keterangan secara hakiki. Sedangkan firman-Nya, "Asy-syuhada"
yang dimaksud dengannya ialah orang yang menanggung persaksian. Untuk itu apabila ia
dipanggil untuk memberikan keterangan, maka ia harus menunaikannya bila telah
ditentukan. Tetapi jika ia tidak ditentukan, maka hukumnya adalah fardu kifayah.
‫ص ِغيرا أَ ْو َكبِيرا إِلى أ َ َج ِل ِه‬
َ ُ‫سئ َ ُموا أ َ ْن ت َ ْكتُبُوه‬
ْ َ ‫َوال ت‬
Hal ini merupakan kesempurnaan dari petunjuk, yaitu perintah untuk mencatat hak, baik
yang kecil maupun yang besar. Karena disebutkan pada permulaannya. la tas-amu, artinya
janganlah kalian merasa enggan mencatat hak dalam jumlah seberapa pun, baik sedikit
ataupun banyak, sampai batas waktu pembayarannya.
ُ ‫س‬
‫َّللاِ َوأَ ْق َو ُم ِللشَّها َد ِة َوأَدْنى أ َ َّال ت َ ْرتابُوا‬
َ ‫ذ ِل ُك ْم أ َ ْق‬
َّ ‫ط ِع ْن َد‬
Maksudnya, hal yang Kami perintahkan kepada kalian —yaitu mencatat hak bilamana
transaksi dilakukan secara tidak tunai— merupakan hal yang lebih adil di sisi Allah. Juga
lebih menguatkan persaksian, yakni lebih kukuh kesaksian si saksi bila ia membubuhkan
tanda tangannya; karena manakala ia melihatnya, ia pasti ingat akan persaksiannya.
Mengingat bisa saja seandainya ia tidak membubuhkan tanda tangannya, ia lupa pada
persaksiannya, seperti yang kebanyakan terjadi.
‫َوأَدْنى أ َ َّال ت َ ْرتابُو‬
Yakni lebih menghapus keraguan; bahkan apabila kalian berselisih pendapat, maka catatan
yang telah kalian tulis di antara kalian dapat dijadikan sebagai rujukan, sehingga
perselisihan di antara kalian dapat diselesaikan dan hilanglah rasa keraguan.
‫ح أ َ َّال ت َ ْكتُبُوها‬
َ ‫ْس‬
ٌ ‫علَ ْي ُك ْم ُجنا‬
َ ‫ِيرونَها بَ ْينَ ُك ْم فَلَي‬
ِ ‫جارة‬
َ ِ‫ِإ َّال أ َ ْن تَكُونَ ت‬
ُ ‫حاض َرة تُد‬
Dengan kata lain, apabila transaksi jual beli dilakukan secara kontan dan serah terima
barang dan pembayarannya, tidak mengapa jika tidak dilakukan penulisan, mengingat tidak
ada larangan bila tidak memakainya.
‫َوأَش ِْهدُوا إِذا تَبايَ ْعت ُ ْم‬
Yaitu buatlah persaksian atas hak kalian jika memakai tempo waktu, atau tidak memakai
tempo waktu. Dengan kata lain, buatlah persaksian atas hak kalian dalam
‫ب َوال ش َِهي ٌد‬
ٌ ِ‫َار كات‬
َّ ‫َوال يُض‬
Menurut suatu pendapat, makna ayat ini ialah janganlah penulis dan saksi berbuat
menyeleweng, misalnya dia menulis hal yang berbeda dari apa yang diimlakan kepadanya,
sedangkan si saksi memberikan keterangan yang berbeda dengan apa yang didengarnya,
atau ia menyembunyikan kesaksiannya secara keseluruhan.
Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 5
‫ق ِب ُك ْم‬
ٌ ‫سو‬
ُ ُ‫َو ِإ ْن ت َ ْف َعلُوا َف ِإنَّهُ ف‬
Yakni jika kalian menyimpang dari apa yang diperintahkan kepada kalian atau kalian
melakukan hal yang dilarang kalian melakukannya, maka hal ini merupakan perbuatan
kefasikan yang kalian lakukan. Kalian dicap sebagai orang yang fasik, tidak dapat dielakkan
lagi; dan kalian tidak terlepas dari julukan ini.
َّ ‫َواتَّقُوا‬
َ‫َّللا‬
Yaitu takutlah kalian kepada-Nya, tanamkanlah rasa raqabah (pengawasan Allah) dalam diri
kalian, kerjakanlah apa yang diperintahkan oleh-Nya, dan tinggalkanlah apa yang dilarang
oleh-Nya.
َّ ‫َويُعَ ِل ُم ُك ُم‬
ُ‫َّللا‬
sama pengertiannya dengan firman Allah Swt.:
‫َّللاَ يَجْ عَ ْل لَ ُك ْم فُ ْرقانا‬
َّ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا إِ ْن تَتَّقُوا‬
Hai orang-orang yang beriman, jika kalian bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan
memberikan kepada kalian Furqan. (Al-Anfal: 29)
‫ع ِلي ٌم‬
َ ٍ‫َّللاُ بِك ُِل ش َْيء‬
َّ ‫َو‬
Yakni Dia mengetahui semua hakikat, semua urusan, kemaslahatan-kemaslahatannya, dan
akibat-akibatnya; tiada sesuatu pun yang samar bagi Dia, melainkan pengetahuan-Nya
meliputi semua makhluk.
 Al Misbah
Hai orang-orang yang beriman, apabila kalian melakukan utang piutang (tidak secara
tunai) dengan waktu yang ditentukan, maka waktunya harus jelas, catatlah waktunya untuk
melindungi hak masing- masing dan menghindari perselisihan. Yang bertugas mencatat itu
hendaknya orang yang adil. Dan janganlah petugas pencatat itu enggan menuliskannya
sebagai ungkapan rasa syukur atas ilmu yang diajarkan-Nya. Hendaklah ia mencatat utang
tersebut sesuai dengan pengakuan pihak yang berutang, takut kepada Allah dan tidak
mengurangi jumlah utangnya. Kalau orang yang berutang itu tidak bisa bertindak dan
menilai sesuatu dengan baik, lemah karena masih kecil, sakit atau sudah tua, tidak bisa
mendiktekan karena bisu, karena gangguan di lidah atau tidak mengerti bahasa transaksi,
hendaknya wali yang ditetapkan agama, pemerintah atau orang yang dipilih olehnya untuk
mendiktekan catatan utang, mewakilinya dengan jujur. Persaksikanlah dengan dua orang
saksi laki-laki. Kalau tidak ada dua orang laki- laki maka boleh seorang lelaki dan dua orang
perempuan untuk menjadi saksi ketika terjadi perselisihan. Sehingga, kalau yang satu lupa,
yang lain mengingatkan. Kalau diminta bersaksi, mereka tidak boleh enggan memberi
kesaksian. Janganlah bosan-bosan mencatat segala persoalan dari yang kecil sampai yang
besar selama dilakukan secara tidak tunai. Sebab yang demikian itu lebih adil menurut
syariat Allah, lebih kuat bukti kebenaran persaksiannya dan lebih dekat kepada
Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 6
penghilangan keraguan di antara kalian. Kecuali kalau transaksi itu kalian lakukan dalam
perdagangan secara langsung (tunai), kalian tidak perlu mencatatnya, sebab memang tidak
diperlukan. Yang diminta dari kalian hanyalah persaksian atas transaksi untuk
menyelesaikan perselisihan. Hindarilah tindakan menyakiti penulis dan saksi. Sebab yang
demikian itu berarti tidak taat kepada Allah. Takutlah kalian kepada-Nya. Dan rasakanlah
keagungan-Nya dalam setiap perintah dan larangan. Dengan begitu hati kalian dapat
memandang sesuatu secara proporsional dan selalu condong kepada keadilan. Allah
menjelaskan hak dan kewajiban kalian. Dan Dia Maha Mengetahui segala perbuatan kalian
dan yang lainnya.

Al Azhar
Ayat ini memerintahkan supaya perjanjian-perjanjian yang diperbuat dengan
persetujuan kedua belah pihak itu dituliskan dengan terang oleh penulis yang pandai dan
bertanggungiawab. Yaitu kepada sekalian orang yang beriman kepada Allah, supaya
hutang-piutang ditulis, itulah dia yang berbuat sesuatu pekerjaan "karena Allah", karena
perintah Allah dilaksanakan. Sebab itu tidaklah layak, karena berbaik hati kedua belah
pihak,lalu berkata tidak perlu dituliskan, karena kita sudah percaya mempercayai. Padahal
umur kedua belah pihak sama-sama di tangan Allah. Si Anu mati dalam berhutang, tempat
berhutang menagih kepada warisnya yang tinggal. Si waris bisa mengingkari hutang itu
karena tidak ada SURAT PERJANJIAN.
Penulis yang tidak berpihak-pihak, yang mengetahui, menuliskan apa-apa yang minta
dicatatkan oleh kedua belah pihak yang berjanji dengan selengkap'nya. Kalau hutang uang
kontan, hendaklah sebutkan jumlahnya dengan terang, dan kalau pakai agunan hendaklah
tuliskan dengan jelasa berapa barang yang digunakan itu. "Dan janganlah enggan seorang
penulis menuliskan sebagai yang telah diajarkan akan dia oleh Allah." kata-kata ini
menunjukkan pula bahwa si penulis itu jangan semata-mata pandai menulis saja; selain dari
adil hendaklah dia mematuhi peraturan-peraturan Allah yang berkenaan dengan urusan
hutang-piutang.
"Dan hendaklah merencanakan orang yang berkewajiban atasnya." Yang
berkewajiban atasnya ialah terutama si berhutang dan siberpiutang; atau seumpama si
pengupah membuat rumah kepada tukang atau pemborong membuat rumah itu. "Dan
hendaklah dia takut kepada Allah, Tuhannya, dan janganlah dia mengurangi sedikitpun
daripadanya. " Akhirnya seketika menjelaskan bunyi perjanjian kedua belah pihak yang
akan ditulis oleh penulis hendaklah dengan hati jujur, dengan ingat kepada Allah, jangan
sampai ada yang dikurangi, artinya yang di kemudian hari bisa jadi pangkal selisih, karena
misalnya salah penafsiran karena memang disengaja hendak mencari jalan membebaskan
diri dengan cara yang tidak jujur.
"Maka jika orang yang berkewajiban itu seorangyang salih atau lemah, atau dia tidak
sanggup merencanakan, maka hendaklah walinya yang merencarwkan dengan adil" Di
dalam kata ini terdapat tiga macam orang yang bersangkutan, tidak bisa turut dalam
menyusun surat perjanjian. Pertama orang Sohif, kedua Dha'if, ketiga Tidak Sanggup. Orang
safih, ialah orang yang tidak pandai mengatur hartabendanya sendiri, baik karena borosnya
atau karena bodohnya. Dalam Hukum lslam, Hakim berhak memegang harta bendanya dan
memberinya belanja hidup dari harta itu. Karena kalau diserahkan kepadanya, beberapa
waktu saja akan habis. Orang yang dha'if (lemah) ialah anak kecil yang belum Mumayyiz
Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 7
atau orang tua yang telah lemah ingatannya, atau anak yatim kecil yang hidup dalam asuhan
orang lain. Orang yang tidak sanggup membuat rencana ialah orang yang bisu atau gagap,
atau gagu. Pada orang-orang yang seperti ketiga macam itu, hendaklah walinya, yaitu
penguasa yang melindungi mereka tampil ke muka menyampaikan rencana-rencana yang
mesti ditulis kepada penulis tersebut. Dan si wali itupun wajib bertindak yang adil.
Dari hal dua saksi: "Dan hendaklah kamu adakan dua saksi dari laki-laki kamu." Di
sini dijelaskan dua orang saksi laki-laki. Meskipun di sini tidak disebutkan bahwa kedua
saksi itu mesti adil, dengan sendirinya tentulah dapat difahamkan bahwa keduanya tentu
mesti adil, kalau pada penulis dan wali sudah disyaratkan berlaku adil.
"Tetapi jika tidak ada dua laki-laki, maka (bolehlah) orang laki-laki dan dua
perempuan, di antara saksis-aksi yang kamu sukai " Di ujung kalimat dikatakan "di antara
saksi-saksi yarg kamu sukai'." Yaitu yang disukai atau disetujui karena dipercaya kejujuran
dan keadilan mereka. Syukur kalau dapat dua laki-laki yang disukai, karena dia mengerti
duduk persoalan dan bisa dipercaya. "Dan janganlah enggan saksi-saksi apbila mereka
diundang (jadi saksi). " Maka apabila saksi itu diperlukan, terutama dalam permulaan
mengikat janji dan membuat surat, janganlah hendaknya mereka enggan, malahan dia
termasuk amalan yang baik, yaitu turut memperlancar perjanjian antara dua orang sesama
Islam.
Penjualan tunai tak perlu ditulis. "Kecuali perdagangan tundi yang kamu adakan di
antara kamu, maka tidaklah mengapa tidak kamu tuliskan." Sebab sudah timbang terima
berhadapan, maka jika tidak dituliskan pun tidak apa. "Dan hendaklah kamu mengadakan
saksi jika kamu berjual beli." Inipun untuk meniaga jangan sampai setelah selesai akad jualbeli, ada di antara kedua belah pihak yang merasa dirugikan. Apatah lagi terhadap barang
barang yang besar, tanah, rumah, mobil, kapal dan sebagainya. 'Dan tidak boleh
dipersusahkan penulis dan tidak pula saksi." Teranglah bahwa yang dimaksud di sini ialah
perbelanjaan atau ganti kerugian bagi si penulis dan saksi di dalam menuliskan perianjianperjanjian itu atau menyaksikannya. Sebab hal ini meminta tenaga mereka dalam hal untung
rugi orang. "Dan hendaklah kamu bertakwa kepada Allah, dan Allah akan mengajar kamu."
Artinya bagaimana besar, bagaimanapun kecil perjanjian yang tengah kamu ikat itu, namun
satu hal jangan diabaikan. Yaitu dengan Tuhan, baik oleh si penulis, ataupun oleh saksisaksi, ataupun oleh wali yang mewakili mereka-mereka yang tidak dapat mengemukakan
rencana tadi, apatah lagi bagi pihak yang hutang-piutang keduanya, Insya Allah unrsan ini
tidak akan sukar, Insya Allah tidak akan terjadi kesulitan di belakang hari, malahan kalau
ada kesulitan, Tuhan akan memberi petunjuk jalan yang sebaik-baiknya. Tetapi kalau takwa
sudah mulai hilang dari salah satu pihak, mudah sajalah mengacaukan perjanjian hutangpiutang yang telah ditulis itu. "Dan Allah atas tiap-tiap sesuatu adalah Maha Mengetahui."
(ujung ayat 282).

Al Jalalain
(Hai orang-orang yang beriman! Jika kamu mengadakan utang piutang), maksudnya
muamalah seperti jua beli, sewa-menyewa, utang-piutang dan lain-lain (secara tidak tunai),
misalnya pinjaman atau pesanan (untuk waktu yang ditentukan) atau diketahui, (maka
hendaklah kamu catat) untuk pengukuhan dan menghilangkan pertikaian nantinya. (Dan
hendaklah ditulis) surat utang itu (di antara kamu oleh seorang penulis dengan
adil) maksudnya benar tanpa menambah atau mengurangi jumlah utang atau jumlah
Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 8
temponya. (Dan
janganlah
merasa
enggan) atau
berkeberatan (penulis
itu) untuk (menuliskannya) jika ia diminta, (sebagaimana telah diajarkan Allah kepadanya),
artinya telah diberi-Nya karunia pandai menulis, maka janganlah dia kikir
menyumbangkannya. 'Kaf' di sini berkaitan dengan 'ya'ba' (Maka hendaklah
dituliskannya) sebagai penguat (dan hendaklah diimlakkan) surat itu(oleh orang yang
berutang) karena dialah yang dipersaksikan, maka hendaklah diakuinya agar diketahuinya
kewajibannya, (dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah, Tuhannya) dalam mengimlakkan
itu (dan janganlah dikurangi darinya), maksudnya dari utangnya itu (sedikit pun juga. Dan
sekiranya orang yang berutang itu bodoh)atau boros (atau lemah keadaannya) untuk
mengimlakkan disebabkan terlalu muda atau terlalu tua (atau ia sendiri tidak mampu untuk
mengimlakkannya) disebabkan bisu atau tidak menguasai bahasa dan sebagainya, (maka
hendaklah diimlakkan oleh walinya), misalnya bapak, orang yang diberi amanat, yang
mengasuh atau penerjemahnya (dengan jujur. Dan hendaklah persaksikan) utang itu
kepada (dua orang saksi di antara laki-lakimu) artinya dua orang Islam yang telah balig lagi
merdeka (Jika keduanya mereka itu bukan), yakni kedua saksi itu (dua orang laki-laki, maka
seorang laki-laki dan dua orang perempuan) boleh menjadi saksi (di antara saksi-saksi yang
kamu sukai) disebabkan agama dan kejujurannya. Saksi-saksi wanita jadi berganda
ialah (supaya jika yang seorang lupa) akan kesaksian disebabkan kurangnya akal dan
lemahnya ingatan mereka, (maka yang lain (yang ingat) akan mengingatkan kawannya),
yakni yang lupa. Ada yang membaca 'tudzkir' dan ada yang dengan tasydid 'tudzakkir'.
Jumlah dari idzkar menempati kedudukan sebagai illat, artinya untuk mengingatkannya jika
ia lupa atau berada di ambang kelupaan, karena itulah yang menjadi sebabnya. Menurut satu
qiraat 'in' syarthiyah dengan baris di bawah, sementara 'tudzakkiru' dengan baris di depan
sebagai jawabannya. (Dan janganlah saksi-saksi itu enggan jika) 'ma' sebagai
tambahan (mereka dipanggil) untuk memikul dan memberikan kesaksian (dan janganlah
kamu jemu) atau bosan (untuk menuliskannya), artinya utang-utang yang kamu saksikan,
karena memang banyak orang yang merasa jemu atau bosan (biar kecil atau besar) sedikit
atau banyak (sampai waktunya), artinya sampai batas waktu membayarnya, menjadi 'hal'
dari dhamir yang terdapat pada 'taktubuh' (Demikian itu)maksudnya surat-surat
tersebut (lebih adil di sisi Allah dan lebih mengokohkan persaksian), artinya lebih menolong
meluruskannya, karena adanya bukti yang mengingatkannya (dan lebih dekat), artinya lebih
kecil kemungkinan (untuk tidak menimbulkan keraguanmu), yakni mengenai besarnya utang
atau jatuh temponya.(Kecuali jika) terjadi muamalah itu (berupa perdagangan
tunai) menurut satu qiraat dengan baris di atas hingga menjadi khabar dari 'takuuna'
sedangkan isimnya adalah kata ganti at-tijaarah (yang kamu jalankan di antara kamu),
artinya yang kamu pegang dan tidak mempunyai waktu berjangka, (maka tidak ada dosa lagi
kamu jika kamu tidak menulisnya), artinya barang yang diperdagangkan itu (hanya
persaksikanlah jika kamu berjual beli)karena demikian itu lebih dapat menghindarkan
percekcokan. Maka soal ini dan yang sebelumnya merupakan soal sunah (dan janganlah
penulis dan saksi -maksudnya yang punya utang dan yang berutang- menyulitkan atau
mempersulit), misalnya dengan mengubah surat tadi atau tak hendak menjadi saksi atau
menuliskannya, begitu pula orang yang punya utang, tidak boleh membebani si penulis
dengan hal-hal yang tidak patut untuk ditulis atau dipersaksikan. (Dan jika kamu
berbuat) apa yang dilarang itu, (maka sesungguhnya itu suatu kefasikan), artinya keluar dari
taat yang sekali-kali tidak layak (bagi kamu dan bertakwalah kamu kepada Allah) dalam
Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 9
perintah dan larangan-Nya (Allah mengajarimu) tentang kepentingan urusanmu. Lafal ini
menjadi hal dari fi`il yang diperkirakan keberadaannya atau sebagai kalimat baru. (Dan
Allah mengetahui segala sesuatu).
RIBA
1.
QS. AL BAQARAH (2) : 275
- Kategori ayat Madaniyyah
   
    







   




   
    




     
   
   
275. orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan
mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli
dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari
Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah.
orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka;
mereka kekal di dalamnya.
Mufrodat
Nasihat/pelajaran

Mereka tidak  
dapat berdiri

Mereka ia berhenti  Kerasukan
Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 10
Ia mengulangi


setan
Apa
yang  
telah lalu
Asbabun Nuzul :
Ayat ini turun bersamaan dengan ayat 276 dan mempunyai asbabun nuzul yang sama.
TAFSIR :

Ibnu Katsir
ُ ‫الربا َال يَقُو ُمونَ إِ َّال كَما يَقُو ُم الَّذِي يَت َ َخ َّب‬
‫ش ْيطانُ ِمنَ ا ْل َم ِس‬
َّ ‫طهُ ال‬
ِ َ‫الَّ ِذينَ يَأ ْ ُكلُون‬
Dengan kata lain, tidak sekali-kali mereka bangkit dari kuburnya pada hari kiamat nanti,
melainkan seperti orang gila yang terbangun pada saat mendapat tekanan penyakit dan
setan merasukinya. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi berdiri mereka pada saat itu sangat
buruk.
‫الربَا‬
َّ ‫الربَا َوأ َ َح َّل‬
ِ ‫َّللاُ ا ْلبَ ْي َع َوح ََّر َم‬
ِ ‫ذَ ِلكَ بِأ َنَّ ُه ْم َقالُوا إِنَّ َما ا ْلبَ ْي ُع ِمثْ ُل‬
Dengan kata lain, sesungguhnya mereka menghalalkan hal tersebut tiada lain karena
mereka menentang hukum-hukum Allah dalam syariat-Nya, dan hal ini bukanlah analogi
mereka yang menyamakan riba dengan jual beli, karena orang-orang musyrik tidak
mengakui kaidah jual beli yang disyariatkan oleh Allah di dalam Al-Qur'an.
‫الربا‬
َّ ‫َوأ َ َح َّل‬
ِ ‫َّللاُ ا ْلبَ ْي َع َوح ََّر َم‬
Makna ayat ini dapat ditafsirkan sebagai kelanjutan dari kalam sebelumnya untuk
menyanggah protes yang mereka katakan, padahal mereka mengetahui bahwa Allah
membedakan antara jual beli dan riba secara hukum.
ِ‫َّللا‬
َ ‫فَ َم ْن جا َءهُ َم ْو ِع َظةٌ ِم ْن َربِ ِه فَا ْنتَهى فَلَهُ َما‬
َّ ‫ف َوأ َ ْم ُرهُ إِلَى‬
َ َ‫سل‬
Dengan kata lain, barang siapa yang telah sampai kepadanya larangan Allah terhadap riba,
lalu ia berhenti dari melakukan riba setelah sampai berita itu kepadanya, maka masih
diperbolehkan mengambil apa yang dahulu ia lakukan sebelum ada larangan.
‫َو َم ْن عا َد‬
Yakni kembali melakukan riba sesudah sampai kepadanya larangan Allah, berarti ia pasti
terkena hukuman dan hujah mengenainya. Karena itulah dalam firman selanjutnya
disebutkan:
} َ‫َاب النَّ ِار ُه ْم فِيهَا َخا ِل ُدون‬
ْ َ‫{فَأُولَ ِئكَ أ‬
ُ ‫صح‬
maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (AlBaqarah: 275)

Al Mishbah
Orang-orang yang melakukan praktek riba, usaha, tindakan dan seluruh keadaan
mereka akan mengalami kegoncangan, jiwanya tidak tenteram. Perumpamaannya seperti
orang yang dirusak akalnya oleh setan sehingga terganggu akibat gila yang dideritanya.
Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 11
Mereka melakukan itu, sebab mereka mengira jual beli sama dengan riba: sama-sama
mengandung unsur pertukaran dan usaha. Kedua-duanya halal. Allah membantah dugaan
mereka itu dengan menjelaskan bahwa masalah halal dan haram bukan urusan mereka.
Dan persamaan yang mereka kira tidaklah benar. Allah menghalalkan praktek jual beli dan
mengharamkan praktek riba. Barangsiapa telah sampai kepadanya larangan praktek riba
lalu meninggalkannya, maka baginya riba yang diambilnya sebelum turun larangan,
dengan tidak mengembalikannya. Dan urusannya terserah kepada ampunan Allah. Dan
orang yang mengulangi melakukan riba setelah diharamkan, mereka itu adalah penghuni
neraka dan akan kekal di dalamnya.

Al Azhar
Kalimat dalam ayat ini makan riba telah pindah meniadi kata umum sebab meskipun
riba bukan semata-mata buat dimakan bahkan untuk membangun kekayaan yang lain,
namun asal usaha manusia pada mulanya ialah cari makan. Maka di dalam ayat ini
diperlihatkanlah peribadi orang yang hidupnya dari makan riba itu. Hidupnya susah selalu,
walaupun bunga uangnya dari riba telah berjuta-juta.
"Lantaran itu maka barangsiapa yang telah kedatangan pengajaran dari Tuhannya,
lalu dia berhenti," dari makan riba yang sangat jahat dan kejam itu, "maka baginyalah apa
yang telah berlalu." Artinya yang sudah-sudah itu, sudahlah! Kalau dia selama ini telah
menangguk keuntungan dari riba tidaklah perlu dikembalikannya lagi kepada orang-orang
yang telah dianiayanya itu; sama saja dengan dosa menyembah berhala di zaman musyrik,
menjadi habis tidak ada tuntutan lagi kalau telah Islam. " Dan perkaranya terserahlah
kepada Allah sehingga manusia tidak berhak buat membongkar-bongkar kembali, sebab
yang demikian memang salah satu dari rangkaian kehidupan jahiliyah, yang tidak senonoh
itu. "Akan tetapi barang siapa yang kembali (lagi), "padahal keterangan yang sejelas ini
sudah diterimanya; "maka mereka itu meniadi ahli neraka; mereka akan kekal di
dalamnya." (ujung ayat275).

Al Jalalain
(Orang-orang yang memakan riba), artinya mengambilnya. Riba itu ialah tambahan
dalam muamalah dengan uang dan bahan makanan, baik mengenai banyaknya maupun
mengenai waktunya, (tidaklah bangkit) dari kubur-kubur mereka (seperti bangkitnya orang
yang kemasukan setan disebabkan penyakit gila) yang menyerang mereka; minal massi
berkaitan dengan yaquumuuna. (Demikian itu), maksudnya yang menimpa mereka
itu (adalah karena), maksudnya disebabkan mereka (mengatakan bahwa jual-beli itu seperti
riba) dalam soal diperbolehkannya. Berikut ini kebalikan dari persamaan yang mereka
katakan itu secara bertolak belakang, maka firman Allah menolaknya, (padahal Allah
menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba. Maka barang siapa yang datang
kepadanya), maksudnya sampai kepadanya (pelajaran) atau nasihat (dari Tuhannya, lalu ia
menghentikannya), artinya tidak memakan riba lagi (maka baginya apa yang telah berlalu),
artinya sebelum datangnya larangan dan doa tidak diminta untuk mengembalikannya (dan
urusannya) dalam memaafkannya terserah (kepada Allah. Dan orang-orang yang
mengulangi) memakannya dan tetap menyamakannya dengan jual beli tentang
halalnya, (maka mereka adalah penghuni neraka, kekal mereka di dalamnya).
Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 12
2.
QS. AL BAQARAH (2) : 276
- Kategori ayat Madaniyyah
   
     
  
276. Allah memusnahkan Riba dan menyuburkan sedekah. dan Allah tidak menyukai
Setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.
Mufrodat
Tidak menyukai
 
Yang tetap kafir dan 

berbuat dosa
Allah menghapus
Dan Dia
menyuburkan



Asbabun Nuzul :
Ayat ini turun setelah terbukanya kota mekkah. Sebab turunnya adalah sehubungan dengan
pengaduan Bani Mughirah kepada gubernur kota mekkah Atab Bin Usaid terhadap bani
Tsaqif tentang utang utang yang dilakukan dengan riba sebelum turun ayat pengharaman
riba. Kemudian gubernur mengirimkan surat kepada Rasulullah SAW melaporkan kejadian
tersebut. Surat tersebut dijawab setelah turunnya ayat 278-279 (HR. Abu Ya’la dalam kitab
musnadnya dan Ibnu Madah Dari Kalabi Dari Abi Salih Dan Ibnu Abbas). Dalam literatur
lainnya menurut Muhammad Ali Ash Shabuni ayat ini turun berkaitan dengan perkongsian
dua orang yaitu al-Abbas dan Khalid Bin Walid secara riba kepada suku tsaqif sampai
Islam datang, kedua orang ini masih mempunyai sisa Riba dalam jumlah besar. Kemudian
turunlah ayat: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan
sisa riba (yang belum dipungut). Kemudian Rasulullah SAW bersabda: ”Ketahuilah!!
Sesungguhnyatiap tiap riba dari riba jahiliyah harus sudah dihentikan dan pertma kali riba
yang aku henikan ialah riba Al-abbas dan setiap penuntutan darah dari darah jahiliyah
harus dihentikan dan pertam petma darah yang kuhentikan ialah darah Rabi’ah bin alharits”
TAFSIR :

Ibnu Katsir
Allah memberitakan bahwa Dia menghapuskan riba dan melenyapkannya. Hal ini
terjadi dengan cara adakalanya Allah melenyapkan riba secara keseluruhan dari tangan
pelakunya, atau adakalanya Dia mencabut berkah hartanya, sehingga ia tidak dapat
memanfaatkannya, melainkan menghilangkannya di dunia dan kelak di hari kiamat Dia
akan menyiksanya.
َ ‫ي ع َْن‬
َ ِ ‫سعُو ٍد ع َِن النَّبِي‬
ُ ‫ {يَ ْم َح‬:‫ فِي قَ ْو ِل ِه‬:‫ير‬
ْ ‫َّللاِ ْب ِن َم‬
َّ ‫صلَّى‬
َّ ‫ع ْب ِد‬
َّ ‫ق‬
ٍ ‫قَا َل ا ْبنُ ج َِر‬
ُ ‫الربَا} َو َهذَا نَ ِظ‬
ِ ُ‫َّللا‬
ُ‫َّللا‬
َ ‫ير ا ْل َخبَ ِر ا َّلذِي ُر ِو‬
"‫"الر َبا َوإِ ْن َكث ُ َر فَ ِإلَى قُل‬
َ
َ ‫علَ ْي ِه َو‬
ِ :َ‫سلَّ َم أَنَّهُ قَال‬
Ibnu Jarir mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: Allah memusnahkan riba. (AlBaqarah: 276), Makna ayat ini sama dengan sebuah hadits yang diriwayatkan dari
Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 13
Abdullah ibnu Mas'ud. Disebutkan bahwa Nabi SAW pernah bersabda, "Riba itu sekalipun
(hasilnya) banyak, pada akhirnya berakibat menyusut."
‫ت‬
ِ ‫صدَقا‬
َّ ‫َويُ ْربِي ال‬
Ayat ini dapat dibaca yurbi, berasal dari rabasy syai-a, yarbu, arbahu yurbihi artinya
memperbanyak dan mengembangkan serta menumbuhkan. Dapat pula dibaca yurabbi,
berasal dari tarbiyah.
‫يم‬
ُّ ‫َّللاُ َال يُ ِح‬
َّ ‫َو‬
ٍ ‫ب ُك َّل َكفَّ ٍار أ َ ِث‬
Artinya, Allah tidak menyukai orang yang hatinya banyak ingkar lagi ucapan dan
perbuatannya banyak berdosa. Merupakan suatu keharusan adanya hubungan antara
pembahasan ini dengan ayat ini yang diakhiri dengan mengemukakan sifat tersebut.
Sebagai penjelasannya dapat dikatakan bahwa orang yang melakukan riba itu pada
hakikatnya tidak rela dengan rezeki halal yang dibagikan oleh Allah untuknya. Dia kurang
puas dengan apa yang disyariatkan oleh Allah buatnya, yaitu usaha yang diperbolehkan.

Al Mishbah
Allah memusnahkan (meniadakan berkah) pungutan tambahan dari praktek riba, dan
memberikan berkah kepada harta yang disedekahkan serta membalasnya dengan balasan
berlipat ganda. Allah tidak menyukai orang-orang yang terus menghalalkan segala yang
diharamkan seperti riba. Begitu juga terhadap orang yang terus melakukannya.

Al Azhar
Allah membasmi riba dan Dia menyuburkan sedekah-sedekah." (pangkal ayat 276).
Riba mesti dikikis habis, sebab itu terpangkal dari kejahatan musyrik, kejahatan hidup dan
nafsi-nafsi, asal diri beruntung, biar orang lain melarat. Dengan ini ditegaskan bahwa
berkat daripada riba itu tidak ada. ltulah kekayaan yang membawa sial, membawa dendam
dan kebencian. Kata-kata RIBA amat jahat. Kalau penyakit riba menjalar, maka kalau
disebut orang "orang kaya", benci dan dendamlah yang timbul, sama dengan menyebut
Kapitalisme dalam ukuran besar. Asal disebut kata kapitalisme rasa benciyang timbul
terlebih dahulu dan rasa dendam. Tetapi Allah menyuburkan sedekah sedekah; sebab Dia
mempertautkan kasih-sayang di antara hati. si pemberi dengan si penerima, yang
bersedekah dengan yang menerima sedekah. Masyarakatnya jadi lain, yaitu masyarakat
yang bantu-membantu, sokong-menyokong, doa-mendoakan. Maka jika disebut kalimat
"orang kaya", orang teringat akan kedermawanan, kesuburan dan doa, moga-moga
ditambahi Tuhan rezekinya. "Allah tidaklah suka kepada orang-orang yang sangat ingkar,
lagi pembuat dosa." (ujung ayat276).

Al Jalalain
Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 14
(Allah menghancurkan riba) dengan menguranginya dan melenyapkan
berkahnya (dan menyuburkan sedekah), maksudnya menambah dan mengembangkannya
serta melipatgandakan pahalanya. (Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang
ingkar) yang menghalalkan riba (lagi banyak dosa), artinya yang durhaka dengan memakan
riba itu hingga akan menerima hukuman-Nya..
3.
QS. AL BAQARAH (2) : 278
- Kategori ayat Madaniyyah











  
278. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa Riba
(yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.
Mufrodat
Apa yang tersisa


Dan tinggalkanlah

Asbabun Nuzul :
Ayat 278 diturunkan sehubungan dengan pengaduan bani mughirah kepada gubernur kota
mekah Atab bin Usaid setelah terbukanya kota mekah tentang utang-utang yang dilakukan
dengan riba sebelum turunnya ayat yang mengharamkan riba. Bani Mughirah
mengutangkan harta kekayaan kepada Bani Amr bin Auf dari penduduk Tsaqif. Bani
Mughirah berkata kepada Atab bin Usaid: “Kami adalah segolongan yang paling menderita
lantaran dihapusnya riba. Kami ditagih riba oleh orang lain, sedangkan kami tidak mau
menerima riba lagi. Karena taat kepada peraturan Allah Swt yang menghapus riba”. Bani
Amr bin Auf berkata: “Kami minta penyelesaian masalah tagihan riba kami”. Oleh sebab
itu gubernur Mekkah Atab bin Usaid mengirim surat kepada Rasulullah Saw yang isinya
melaporkan kejadian tersebut. Surat itu dijawab Rasulullah Saw setelah turunnya ayat ke
278. Di dalam ayat ini ditegaskan tentang perintah riba. (HR. Abu Ya’la dalam kitab
musnadnya dan Ibnu Mandah dari Kalabi dari Abi Shalih dan Ibnu Abbas)
TAFSIR :

Ibnu Katsir
َّ ‫ يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا‬. Yakni takutlah kalian kepada-Nya dan ingatlah selalu bahwa kalian
َ‫َّللا‬
selalu berada di dalam pengawasan-Nya dalam semua perbuatan kalian.
‫الربا‬
ِ َ‫ َوذَ ُروا َما بَ ِق َي ِمن‬, Maksudnya, tinggalkanlah harta kalian yang ada di tangan orang lain
berupa lebihan dari pokoknya sesudah adanya peringatan ini.
Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 15
َ‫ ِإ ْن ُك ْنت ُ ْم ُمؤْ ِم ِنين‬. Yaitu jika kalian beriman kepada apa yang disyariatkan oleh Allah buat
kalian, yaitu penghalalan jual beli dan pengharaman riba, serta lain-lainnya.

Al Mishbah
Hai orang-orang yang beriman, takutlah kepada Allah dan rasakanlah keagunganNya dalam hati kalian. Tinggalkan sisa riba yang belum diambil dan masih dalam
tanggungan orang lain, jika kalian benar- benar beriman.

Al Azhar
Orang yang beriman adalah orang yang diliputi oleh rasa kasih-sayang kepada
sesama manusia yang kaya kalau hendak memberi piutang, tidaklah bermaksud hendak
memeras keringat dan tenaga sesama manusia. Yang miskin mengelak jauh-jauh dari
memberi kesempatan orans kaya memeras dirinya. Dan di dalam ayat ini diperingatkan
Tuhan pada orang-orang yang beriman setelah masyarakat Muslim terbentuk di Madinah,
kalau masih ada sisa-sisa hidup dengan riba itu mulai sekarang hendaklah hentikan.

Al Jalalain
(Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan tinggalkanlah),
maksudnya jauhilah (sisa yang tinggal dari riba, jika kamu beriman dengan sebenarnya,
karena sifat atau ciri-ciri orang beriman adalah mengikuti perintah Allah. Ayat ini
diturunkan tatkala sebagian sahabat masih juga menuntut riba di masa lalu, walaupun riba
itu sudah dilarang.
4.
QS. ALI IMRON (3) : 130
- Kategori ayat Madaniyyah
   








 
130. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan Riba dengan berlipat
ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.
Mufrodat
Berlipat ganda
 Jangan kalian
 memakan



Asbabun Nuzul :
Imâm Jalâludin ash-Suyûthî mengeluarkan dalam Lubâb an-Nuqûli fî Asbâb anNuzûlinya (Juz. 4, 3/ali-‘Imran) dengan menisbahkan kepada al-Faryabî
dalam Fawâidhnya:“Dikemukakan oleh al-Faryabî yang bersumber dari Mujâhid.
Mujâhid berkata: “Dahulukala orang-orang berjual-beli dengan jalan kredit. Apabila waktu
pembayaran tiba tidak mau membayar, maka bertambah lagi bunganya dan ditambah pula
jangka waktu pembayarannya. Maka turunlah ayat ini.”
Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 16
TAFSIR :

Ibnu Katsir
Allah Swt. berfirman, melarang hamba-hamba-Nya yang mukmin memberlakukan
riba dan memakan riba yang berlipat ganda, seperti yang dahulu biasa mereka lakukan bila
telah tiba masa pelunasan utang; maka jalan keluar adakalanya si pengutang melunasi
utangnya atau membayar bunga ribanya. Jika ia membayar, maka tidak ada masalah; tetapi
jika ia tidak dapat membayar utangnya, dia harus menambah bayarannya sebagai ganti dari
penangguhan masa pelunasannya. Demikianlah seterusnya sepanjang tahun, adakalanya
utang sedikit menjadi bertambah banyak dan berlipat-lipat dari utang yang sebenarnya.

Al Mishbah
Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian menarik piutang yang kalian
pinjamkan kecuali pokoknya saja. Jangan sampai kalian memungut bunga yang terus
bertambah dari tahun ke tahun hingga berlipat ganda, dan takutlah kepada Allah. Juga,
jangan mengambil atau memakan harta orang lain dengan jalan yang tidak dibenarkan.
Karena kamu sekalian akan bisa berhasil dan beruntung hanya bila menjahui riba, banyak
maupun sedikit.

Al Azhar
Menurut keterangan ahli-ahli tafsir, inilah ayat mengharamkan riba yang mula-mula
turun. Adapun ayat yang ada dalam Surat al-Baqarah yang telah terlebih dahulu kita
tafsirkan itu adalah termasuk ayat yang terakhir turunnya kepada Nabi. Menurut
keterangan Saiyidina Umar bin Khathab sebelum Rasulullah s.a.w. menerangkan riba yang
berbahaya itu secara terperinci, beliaupun wafat. Tetapi pokoknya sudah nyata dan jelas
dalam ayat yang mula-mula turun tentang riba, yang sedang kita perkatakan ini. Riba
adalah suatu pemerasan hebat dari yang berpiutang kepada yang berhutang, yaitu Adh'afan
Mudha'afaton. Adh'afatan artinya berlipat-lipat, Mudha'afatan artinya berlipat lagi;
berlipat-lipat, berganda-ganda. Inilah yang bernama Riba Nasiy'ah, secara jahiliyah yang
berlipat-lipat, berganda-ganda itu. Dengan beginilah kaum Yahudi hidup dan beginilah
hartawan-hartawan Makkah memperkaya diri dan menindas orang yang melarat. Di ujung
ayat disuruh orang beriman supaya takwa, yaitu memelihara baik-baik dan takut kepada
Allah. Kalau itu tidak ada, takut kaum Muslimin akan terjerumus kepada main riba.

Al Jalalain
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat
ganda) bacaannya ada yang memakai alif dan ada pula yang tidak, maksudnya ialah
memberikan tambahan pada harta yang diutang yang ditangguhkan pembayarannya dari
tempo yang telah ditetapkan (dan bertakwalah kamu kepada Allah) dengan
menghindarinya (supaya kamu beroleh keberuntungan) atau hasil yang gemilang.
5.
QS. AN NISA’ (4) : 161
- Kategori ayat Madaniyyah
Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 17
  



   
  
  
161. dan disebabkan mereka memakan riba, Padahal Sesungguhnya mereka telah dilarang
daripadanya, dan karena mereka memakan harta benda orang dengan jalan yang batil.
Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang
pedih.
Mufrodat

Dan
makan
mereka
Dan Kami
sediakan
dan
disebabkan
mereka
memakan
riba
 Dan
sunggunh
mereka
dilarang


 
Asbabun Nuzul :
Asbabun Nuzul ayat tersebut mengisahkan bagaimana watak Yahudi yang munafik (apa
yang di ucapkan tidak sejalan dengan hatinya). Senang sekali mendengar berita-berita
bohong atau berita-berita buruk yang belum tentu kebenarannya. Orang Yahudi terkenal
sebagai orang yang tidak menjaga amanah (contohnya mereka mengubah isi al Kitab dan
mengelabui umat Islam dengan menyampaikan sesuatu yang berbeda dari isi al Kitab) dan
dikenal sebagai pendusta atas nama Tuhan.
TAFSIR :

Ibnu Katsir
}ُ‫ع ْنه‬
َ ‫الربَا َوقَ ْد نُ ُهوا‬
َ . Allah Swt. telah melarang mereka melakukan riba, tetapi mereka
ِ ‫{وأَ ْخ ِذ ِه ُم‬
menjalankannya dan menjadikannya sebagai pekerjaan mereka, lalu mereka melakukan
berbagai macam kilah dan pengelabuan untuk menutupinya, dan mereka memakan harta
orang lain dengan cara yang batil.

Al Mishbah
Karena mereka memberlakukan riba--padahal Allah telah mengharamkan--dan
karena memakan harta orang secara tidak benar, agama memberikan hukuman berupa
pengharaman makanan yang baik-baik kepada mereka. Sesungguhnya Allah telah
menyediakan bagi orang kafir siksa yang menyakitkan.

Al Azhar
Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 18
"Dan dengan sebab mereka makan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang
dari padanya." (pangkal ayat 161). Terkenal di atas dunia, sejak zaman dahulu sampai ke
zaman sekarang ini, bahwa di antara Riba dengan Yahudi payah dipisahkan. Umumnya
perangai mereka bakhil, sempilit dan suka memberi utang. Berapa saja hendak berhutang,
mereka sediakan mempiutangi asal saja diberi bunga (rente).

Al Jalalain
(Dan karena memakan riba padahal telah dilarang daripadanya) dalam Taurat (dan
memakan harta orang dengan jalan batil) dengan memberi suap dalam pengadilan (dan
telah Kami sediakan untuk orang-orang kafir itu siksa yang pedih) atau menyakitkan.
6.
QS. AR RUUM (30) : 39
- Kategori ayat Makkiyyah







    
    



  

39. dan sesuatu Riba (tambahan) yang kamu berikan agar Dia bertambah pada harta
manusia, Maka Riba itu tidak menambah pada sisi Allah. dan apa yang kamu berikan
berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, Maka (yang berbuat
demikian) Itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya).
Mufrodat
Wajah/keridha
an Allah
Orang-orang
yang melipat
gandakan
  Dan apa
yang
kalian
berikan
 Untuk
 menamba
h




Asbabun Nuzul :
Sejarah menjelaskan bahwa Tha'if, tempat pemukiman suku Tsaqif yang terletak sekitar 75
mil sebelah tenggara Makkah, merupakan daerah subur dan menjadi salah satu pusat
perdagangan antar suku, terutama suku Quraisy yang bermukim di Makkah. Di Tha'if
bermukim orang-orang Yahudi yang telah mengenal praktek-praktek riba, sehingga
keberadaan mereka di sana menumbuhsuburkan praktek tersebut. Suku Quraisy yang ada
di Makkah juga terkenal dengan aktivitas perdagangan, bahkan Al-Quran mengabarkan
tentang hal tersebut dalam QS 106. Di sana pun mereka telah mengenal prktek-praktek
riba. Terbukti bahwa sebagian dari tokoh-tokoh sahabat Nabi, seperti 'Abbas bin 'Abdul
Muththalib (paman Nabi saw.), Khalid bin Walid, dan lain-lain, mempraktekkannya
sampai dengan turunnya larangan tersebut. Dan terbukti pula dengan keheranan kaum
Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 19
musyrik terhadap larangan praktek riba yang mereka anggap sama dengan jual beli (QS
2:275). Dalam arti mereka beranggapan bahwa kelebihan yang diperoleh dari modal yang
dipinjamkan tidak lain kecuali sama dengan keuntungan (kelebihan yang diperoleh dari)
hasil perdagangan.
TAFSIR :

Ibnu Katsir
}‫َّللا‬
ِ َّ ‫اس فَال يَ ْربُو ِع ْن َد‬
ِ َّ‫{و َما آت َ ْيت ُ ْم ِم ْن ِربا ِليَ ْربُ َو فِي أَ ْم َوا ِل الن‬
َ . Artinya, barang siapa yang memberi orang
lain dengan tujuan agar orang itu balas memberinya dengan lebih banyak daripada apa
yang ia berikan kepadanya, maka perbuatan seperti ini tidak ada pahalanya di sisi Allah
bagi orang yang bersangkutan. Demikianlah menurut tafsir yang dikemukakan oleh Ibnu
Abbas, Mujahid, Ad-Dahhak, Qatadah, Ikrimah, Muhammad ibnu Ka'b, dan Asy-Sya'bi.
ْ ‫َّللاِ َفأُولَ ِئكَ ُه ُم ا ْل ُم‬
} َ‫ض ِعفُون‬
َّ ‫{و َما آت َ ْيت ُ ْم ِم ْن َزكَا ٍة ت ُِري ُدونَ َوجْ َه‬
َ . Merekalah orang-orang yang
dilipatgandakan pahalanya oleh Allah, sebagaimana yang disebutkan di dalam kitab sahih
melalui sabda Nabi Saw.: Tidaklah seseorang menyedekahkan sesuatu yang semisal
dengan sebiji kurma dari hasil yang halal, melainkan Tuhan Yang Maha Pemurah
menerimanya dengan tangan kanan-Nya, lalu mengembangkannya buat pemiliknya
sebagaimana seseorang di antara kalian memelihara anak kudanya atau anak untanya,
hingga sebiji kurma itu menjadi lebih besar daripada Bukit Uhud.

Al Mishbah
Harta yang kalian berikan kepada orang-orang yang memakan riba dengan tujuan untuk
menambah harta mereka, tidak suci di sisi Allah dan tidak akan diberkahi. Sedekah yang kalian
berikan dengan tujuan untuk mengharapkan rida Allah, tanpa riya dan mengharapkan upah, maka
itulah orang-orang yang memiliki kebaikan yang berlipat ganda.

Al Azhar
Arti riba sudah sama kita ketahui. yaitu meminjami orang harta dengan janji ketika
membayar pinjaman itu diberinya "bunga"nya. atau "rente". Riba yang demikian sudah
nyata terlarang. Tetapi ada lagi semacam "riba", tidak begini tidak terlarang, karena tidak
dijadikan syarat. Yaitu kita memberikan pertolongan, baik tenaga, atau benda kepada orang
lain, tetapi ada harapan tersembunyi, moga-moga kelak dibalasinya pula sebagai balas jasa,
dengan balasan yang lebih besar. Maka bertalian dengan ayat 38 yang sebelumnya,
diperingatkanlah kepada seseorang yang hendak menolong orang lain moga-moga kelak
dia membalas jasa, membalas terimakasih dengan berlipat ganda, tidaklah baik. Maka arti
ayat ini ialah jika kamu menolong orang lain dengan harapan moga-moga suatu waktu
orang itu tidak lupa akan jasa kamu, moga-moga dia membalas, maka cara yang demikian
itu kuranglah baiknya.
Tetapi jika kamu berbuat sebaliknya, yaitu kamu keluarkan hartamu berupa zakat,
baik zakat wajib atau zakat tathawwu', timbul dari keikhlasan hati, karena zakat itu sendiri
Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 20
artinya ialah bersih, timbul dari hati yang bersih, membersihkan jiwa dari mengharapkan
manusia, membersihkan harta dari hak yang wajib diterima oleh fakir miskin. Maka kalau
harta itu dikeluarkan bersifat zakat bukan mengharapkan balasan manusia, melainkan
mengharap wajah Allah dijelaskan di ujung ayat bahwa orang yang berbuat demikian itu
telah memperlipat gandakan hartanya itu. Dia telah kaya. Rezeki yang diberikan Allah itu
ielah diperbuatnya bemilai tinggi sekali. Karena harta benda yang dipergunakan untuk
meratakan jalan Tuhan, adalah harta yang bemilai sangat tinggi. Dan pahala di sisi Tuhan
pun akan diterimanya pula berlipat-ganda.

Al Jalalain
(Dan sesuatu riba atau tambahan yang kalian berikan) umpamanya sesuatu yang
diberikan atau dihadiahkan kepada orang lain supaya orang lain memberi kepadanya
balasan yang lebih banyak dari apa yang telah ia berikan; pengertian sesuatu dalam ayat ini
dinamakan tambahan yang dimaksud dalam masalah muamalah (agar dia menambah pada
harta manusia) yakni orang-orang yang memberi itu, lafal yarbuu artinya bertambah
banyak (maka riba itu tidak menambah) tidak menambah banyak (di sisi Allah) yakni tidak
ada pahalanya bagi orang-orang yang memberikannya. (Dan apa yang kalian berikan
berupa zakat) yakni sedekah (untuk mencapai) melalui sedekah itu(keridaan Allah, maka
itulah orang-orang yang melipatgandakan) pahalanya sesuai dengan apa yang mereka
kehendaki. Di dalam ungkapan ini terkandung makna sindiran bagi orang-orang yang
diajak bicara atau mukhathabin.
HARTA
1.
QS. AL BAQARAH (2) : 188
- Kategori ayat Madaniyyah








Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 21
  







188. dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara
kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada
hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu
dengan (jalan berbuat) dosa, Padahal kamu mengetahui.
Mufrodat
Dengan dosa
Sebagian dari
harta
 Da janganlah
kalian memakan
 Dan kalian
 membawa
 dengannya




Asbabun Nuzul :
Ayat ini turun berkenaan dengan Imriil Qais bin ‘Abis dan ‘Abdan bin Asyma’ alHadlrami yang bertengkar dalam sual tanah. Imriil Qais berusaha untuk mendapatkan
tanah itu menjadi miliknya dengan bersumpah didepan Hakim. Ayat ini sebagai peringatan
kepada orang-orang yang merampas hak orang dengan jalan bathil.
TAFSIR :

Ibnu Katsir
Yakni kalian mengetahui kebatilan dari apa yang kalian dakwakan dan kalian
palsukan melalui ucapan kalian. Qatadah mengatakan, "Ketahuilah, hai anak Adam, bahwa
keputusan kadi itu tidak menghalalkan yang haram bagimu dan tidak pula membenarkan
perkara yang batil. Sesungguhnya dia hanya memutuskan berdasarkan apa yang dia lihat
melalui kesaksian para saksi. Kadi adalah seorang manusia, dia terkadang keliru dan
terkadang benar. Ketahuilah bahwa barang siapa yang diputuskan suatu perkara untuk
kemenangannya dengan cara yang batil, maka perkaranya itu masih tetap ada hingga Allah
menghimpunkan di antara kedua belah pihak di hari kiamat, lalu Allah memutuskan
perkara buat kemenangan orang yang hak atas orang yang batil itu dengan keputusan yang
lebih baik daripada apa yang telah diputuskan buat kemenangan si batil atas pihak yang
hak sewaktu di dunia."

Al Mishbah
Diharamkan atas kalian memakan harta orang lain secara tidak benar. Harta orang
lain itu tidaklah halal bagi kalian kecuali jika diperoleh melalui cara-cara yang ditentukan
Allah seperti pewarisan, hibah dan transaksi yang sah dan dibolehkan. Terkadang ada
orang yang menggugat harta saudaranya secara tidak benar. Ayat ini mengisyaratkan
bahwa praktek sogok atau suap merupakan salah satu tindak kriminal yang paling
berbahaya bagi suatu bangsa. Pada ayat tersebut dijelaskan pihak-pihak yang melakukan
tindakan penyuapan. Yang pertama, pihak penyuap, dan yang kedua, pihak yang menerima
Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 22
suap, yaitu penguasa yang menyalahgunakan wewenangnya dengan memberikan kepada
pihak penyuap sesuatu yang bukan haknya.

Al Azhar
"Dan janganlah kamu makan harta benda kamu di antara kamu dengan jalan yang
batil." (pangkal ayat 188). Pangkal ayat ini membawa orang yang beriman kepada kesatuan
dan kekeluargaan dan persaudaraan. sebab itu dikatakan "harta benda kamu di antara
kamu." Ditanamkan di sini bahwa harta benda kawanmu itu adalah harta benda kamu juga.
Kalau kamu aniaya hartanya, samalah dengan kamu menganiaya harta bendamu sendiri
jua. Memakan harta benda dengan jalan yang salah, ialah tidak menurut jalannya yang
patut dan benar. Maka termasuklah di sini segala macam penipuan, pengicuhan,
pemalsuan, reklame dan adpertensi yang berlebih-lebihan; asal keuntungan masuk.

Al Jalalain
(Dan janganlah kamu memakan harta sesama kamu), artinya janganlah sebagian
kamu memakan harta sebagian yang lain (dengan jalan yang batil), maksudnya jalan yang
haram menurut syariat, misalnya dengan mencuri, mengintimidasi dan lainlain (Dan) janganlah (kamu bawa) atau ajukan (ia) artinya urusan harta ini ke pengadilan
dengan menyertakan uang suap (kepada hakim-hakim, agar kamu dapat memakan) dengan
jalan tuntutan di pengadilan itu (sebagian) atau sejumlah (harta manusia) yang
bercampur (dengan dosa, padahal kamu mengetahui)bahwa kamu berbuat kekeliruan.
2.
QS. AN NISA’ (4) : 29
- Kategori ayat Madaniyyah
   







     
    
   
29. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka
sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah
adalah Maha Penyayang kepadamu.
Mufrodat
Dengan suka
sama suka
diantara kamu



Jangan kalian
saling memakan
 
Dengan jalan yang
bathil

Asbabun Nuzul :
Menurut riwayat Ibnu Jarir ayat ini turun dikarenakan masyarakat muslim Arab pada saat
itu memakan harta sesamanya dengan cara yang bathil, mencari keuntungan dengan cara
Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 23
yang tidak sah dan melakukan bermacam-macam tipu daya yang seakan-akan sesuai
dengan hukum syari’at. Misalnya sebagaimana digambarkan oleh Ibnu Abbas. menurut
riwayat Ibnu Jarir seorang membeli dari kawannya sehelai baju dengan syarat bila ia tidak
menyukainya dapat mengembalikannya dengan tambahan satu dirham di atas harga
pembeliannya. Padahal seharusnya jual beli hendaklah dilakukan dengan rela dan suka
sama suka tanpa harus menipu sesama muslimnya.
TAFSIR :

Ibnu Katsir
Allah Swt. melarang hamba-hamba-Nya yang beriman memakan harta sebagian dari mereka
atas sebagian yang lain dengan cara yang batil, yakni melalui usaha yang tidak diakui oleh syariat,
seperti dengan cara riba dan judi serta cara-cara lainnya yang termasuk ke dalam kategori tersebut
dengan menggunakan berbagai macam tipuan dan pengelabuan. Sekalipun pada lahiriahnya caracara tersebut memakai cara yang diakui oleh hukum syara', tetapi Allah lebih mengetahui bahwa
sesungguhnya para pelakunya hanyalah semata-mata menjalankan riba, tetapi dengan cara hailah
(tipu muslihat). Demikianlah yang terjadi pada kebanyakannya.
‫راض ِم ْن ُك ْم‬
ٍ َ‫جارة ع َْن ت‬
َ ِ‫ إِ َّال أ َ ْن تَكُونَ ت‬. Lafaz tijaratan dapat pula dibaca tijaratun. ungkapan ini
merupakan bentuk istisna munqati'. Seakan-akan dikatakan, "Janganlah kalian
menjalankan usaha yang menyebabkan perbuatan yang diharamkan, tetapi berniagalah
menurut peraturan yang diakui oleh syariat, yaitu perniagaan yang dilakukan suka sama
suka di antara pihak pembeli dan pihak penjual; dan carilah keuntungan dengan cara yang
diakui oleh syariat.
‫س ُك ْم‬
َ ُ‫ َوال تَ ْقتُلُوا أَ ْنف‬. Yakni dengan mengerjakan hal-hal yang diharamkan Allah dan melakukan
perbuatan-perbuatan maksiat terhadap-Nya serta memakan harta orang lain secara batil.
‫َّللاَ كانَ بِ ُك ْم َر ِحيما‬
َّ َّ‫إِن‬. Yaitu dalam semua perintah-Nya kepada kalian dan dalam semua
larangannya

Al Mishbah
Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengambil harta orang lain
dengan cara tidak benar. Kalian diperbolehkan melakukan perniagaan yang berlaku secara
suka sama suka. Jangan menjerumuskan diri kalian dengan melanggar perintah-perintah
Tuhan. Jangan pula kalian membunuh orang lain, sebab kalian semua berasal dari satu
nafs. Allah selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada kalian.

Al Azhar
Mula-mula ayat ini ditujukan kepada orang yang beriman. Karena orang yang telah
menyatakan percaya kepada Allah, akan dengan taat dan setia menjalankan apa yang
ditentukan oleh Allah. Apabila golongan yang setia menjalankan perintah Allah karena
imannya, telah memberikan contoh yang baik, niscaya yang lain akan menurut. Kepada
orang yang beriman itu dijatuhkan larangan, jangan sampai mereka memakan harta benda,
yang di dalam ayat disebut "harta harta kamu" hal inilah yang diperingatkan terlebih
dahulu kepada Mu'min. Yaitu bahwasanya hartabenda itu, baik yang di tanganmu sendiri
Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 24
atau yang di tangan orang lain, semuanya itu adalah harta kamu. Lalu harta kamu itu,
dengan takdir dan kurnia Allah Ta'ala, ada yang diserahkan Tuhan kepada tangan kamu
dan ada yang pada tangan kawanmu yang lain. Lantaran itu maka betapapun kayanya
seseorang, sekali'kali jangan dia lupa bahwa pada hakikatnya kekayaan itu adalah
kepunyaan bersama juga. Di dalam harta yang dipegangnya itu selalu ada hak orang lain,
yang wajib dia keluarkan apabila datang waktunya. Dan orang yang miskinpun hendaklah
ingat pula bahwa harta yang ada pada tangan si kaya itu ada juga haknya di dalamnya.
Maka hendaklah dipeliharanya baik-baik. Datanglah ayat ini me' nerangkan bagaimana
hendaknya cara peredaran harta kamu itu. Mentangmentang semua hartabenda adalah harta
kamu bersama, tidaklah boleh kamu mengambilnya dengan batil. Arti batil ialah menurut
jalan yang salah, tidak menurut jalan yang sewajarnya. "Kecuali bahwa ada dalam
perniagaan dengan ridha di antarakamu."Kalimat perniagaan yang berasal dari kata tiaga
atau niaga.
Kemudian datanglah lanjutan ayat: "Dan janganlah komu bunuh diri-diri kamu. " Di
antara harta dengan diri atau dengan jiwa, tidaklah bercerai-tanggal. Orang mencari harta
buat melaniutkan hidup. Maka selain kemakmuran harta benda hendaklah pula terdapat
kemakmuran atau keamanan jiwa. Sebab itu di samping menjauhi memakan harta kamu
dengan batil, janganlah terjadi pembunuhan. Tegasnya janganlah berbunuhan karena
sesuap nasi. Jangan kamu bunuh diri-diri kamu. Segala harta benda yang ada, pada
hakikatnya ialah harta kamu.

Al Jalalain
(Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu makan harta sesamamu dengan
jalan yang batil) artinya jalan yang haram menurut agama seperti riba dan
gasab/merampas (kecuali dengan jalan) atau terjadi (secara perniagaan) menurut suatu
qiraat dengan baris di atas sedangkan maksudnya ialah hendaklah harta tersebut harta
perniagaan yang berlaku (dengan suka sama suka di antara kamu) berdasar kerelaan hati
masing-masing, maka bolehlah kamu memakannya. (Dan janganlah kamu membunuh
dirimu) artinya dengan melakukan hal-hal yang menyebabkan kecelakaannya bagaimana
pun juga cara dan gejalanya baik di dunia dan di akhirat. (Sesungguhnya Allah Maha
Penyayang kepadamu) sehingga dilarang-Nya kamu berbuat demikian.
3.
QS. AT TAUBAH (9) : 24
- Kategori ayat Madaniyyah










  



   



   
Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 25





  
24. Katakanlah: "Jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum
keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri
kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan
RasulNya dan dari berjihad di jalan nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan
keputusan Nya". dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.
Mufrodat

Maka
tunggula
h
 
Tidak
member
i
petunjuk
Dan

tempat

tinggal

Kalian
usahakann
ya
Kalian
takut
kerugianny
a
Lebih
mencintai





yang
kalian
senangi
Asbabun Nuzul :
Diriwayatkan oleh al-Faryabi yang bersumber dari Ibnu sirin. Dirwayatkan pula oleh
‘Abdurrazzaq yang bersumber dari asy-Syu’bi. Bahwa ‘Ali bin Abi Thalib datang ke
Mekah dan berkata kepada al-‘Abbas: “Wahai pamanku, tidakkah engkau ingin hijrah ke
Madinah untuk mengikuti Rasulullah saw.?” Ia menjawab: “Bukankah aku ini suka
memakmurkan mesjid dan mengurus baitullah?” Ayat ini turun berkenaan dengan
peristiwa tersebut, yang menegaskan perbedaan antara orang yang beriman dan berjihad di
jalan Allah dengan orang-orang yang hanya berbuat kebaikan. Kemudian ‘Ali berkata
kepada yang lainnya dengan menyebutkan namanya satu persatu: “Tidakkah kalian ingin
berhijrah mengikuti Rasulullah ke Madinah?” Mereka menjawab: “Kami tinggal di sini
beserta saudara-saudara dan teman-teman kami sendiri.” Sehubungan dengan peristiwa ini,
turunlah ayat berikutnya (Baraa’ah: 24) yang menegaskan bahwa orang-orang yang lebih
mencintai sanak saudara, keluarga, kawan dan kekayaannya daripada mencintai Allah dan
Rasul-Nya serta jihad fisabilillah, diancam dengan azab Allah.
TAFSIR :

Ibnu Katsir
)‫ِيرت ُ ُك ْم َوأ َ ْم َوا ٌل ا ْقتَ َر ْفت ُ ُمو َها‬
َ ‫(قُ ْل إِ ْن كَانَ آ َبا ُؤ ُك ْم َوأ َ ْب َنا ُؤ ُك ْم َوإِ ْخ َوانُ ُك ْم َوأ َ ْز َوا ُج ُك ْم َو‬. Maksudnya, harta benda
َ ‫عش‬
yang merupakan hasil jerih payah kalian.
)‫سا ِكنُ ت َ ْرض َْونَهَا‬
َ ‫سا َد َها َو َم‬
َ ‫َارةٌ ت َ ْخش َْونَ َك‬
َ Yakni rumah-rumah tempat tinggal yang kalian sukai
َ ‫(و ِتج‬
karena keindahan dan kenyamanannya. Dengan kata lain, jika semuanya itu:
Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 26
)‫صوا‬
ُ ‫س ِبي ِل ِه فَتَ َر َّب‬
َ ‫سو ِل ِه َو ِجهَا ٍد ِفي‬
ُ ‫َّللاِ َو َر‬
َّ َ‫َب ِإ َل ْي ُك ْم ِمن‬
َّ ‫(أَح‬. Yakni tunggulah apakah yang akan menimpa
kalian dari siksaan dan pembalasan-Nya. Karena itulah dalam firman selanjutnya
disebutkan:
) َ‫س ِقين‬
ِ ‫َّللاُ َال يَ ْهدِي ا ْلقَ ْو َم ا ْل َفا‬
َّ ‫َّللاُ بِأ َ ْم ِر ِه َو‬
َّ ‫ ( َحتَّى َيأْتِ َي‬sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik. (At-Taubah: 24)

Al Mishbah
Wahai Rasul, katakan kepada orang-orang Mukmin, "Apabila kalian lebih mencintai
bapak, anak, saudara, istri, kerabat serta harta yang telah kalian dapatkan, juga
perdagangan yang kalian takuti kerugiannya serta rumah yang kalian pakai untuk
beristirahat dan bertempat tinggal daripada Allah, Rasul- Nya dan berjihad di jalan-Nya,
sampai-sampai itu semua lebih menyibukkan kalian daripada menolong Rasul, maka
tunggulah sampai Allah menjatuhkan keputusan dan hukuman-Nya atas kalian. Allah tidak
akan memberi petunjuk kepada orang-orang yang keluar dari batas-batas agama-Nya.

Al Azhar
Kedepalan nikmat Tuhan yang disebutkan ini adalah tempat hati terpaut. Tempat
cinta tertumpah. Tetapi ayat memberi peringatan, bahwa walaupun yang delapan itu sangat
dicintai, janganlah lupa bahwa semuanya itu adalah nikmat dari Yang Maha Esa belaka.
Semuanya itu adalah nikmat daripokok pangkalsegala cinta, yaitu Allah. Kedelapannya
bisa hilang dari kita, ataupun kita hilang dahulu daripadanya. Ayah, anak, saudara dan
isteri bisa mati dahulu darikita. Atau sedang kasih berpilin, kita matidahulu daripada
mereka. Airmata tidak dapat mengundurkan saat perceraian. Sawah ladang bisa tergadai
karena miskin. Perniagaan bisa rugi atau terbenam dalam hutang, karena pasaran sepi atau
tidak laku. Rumah kediaman bisa runtuh, terbakar atau terjual, atau kita turun dari
dalamnya, karena suatu sebab yang tidak kita kira-kirakan lebih dahulu. Seumpama
keluarga yang terpaksa mengungsi ketika kota mesti ditinggalkan. Karena kota itu
didudukimusuh. Pendeknya kalau kepada semuanya itu cinta terpaut, kita akan sengsara
dan kita akan kehilangan tujuan hidup yang sebenarnya. Janganlah dicintai segala yang
akan kita tinggalkan ataupun meninggalkan kita, tetapi cintailah yang selalu ada dekat kita
dan kepadaNya kita akan kembali; yaitu Allah!

Al Jalalain
Katakanlah, "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri dan kaum
keluarga kalian) yaitu kaum kerabat kalian, menurut suatu qiraat lafal asyiiratukum dibaca
asyiiraatukum (dan harta kekayaan yang kalian usahakan) harta hasil usaha kalian (dan
perniagaan yang kalian khawatir kerugiannya) khawatir tidak laku (dan rumah-rumah
tempat tinggal yang kalian sukai adalah lebih kalian cintai daripada Allah dan Rasul-Nya
dan daripada berjihad di jalan-Nya) sehingga hal-hal tersebut mengakibatkan kalian
enggan
untuk
melakukan
hijrah
dan
berjihad
di
jalan-Nya (maka
tunggulah) nantikanlah (sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya) ayat ini mengandung
makna ancaman buat mereka. (Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
fasik").
Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 27
4.
-
QS. AL FURQON (25) : 67
Kategori ayat Makkiyyah
   



    
67. dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan
tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.
Mufrodat
Dan mereka
tidak
berlebihlebihan

Tatkala mereka
 membelanjakan
Dan mereka tidak
kikir




Asbabun Nuzul :
Pada penelitian ini penulis sama sekali tidak menemukan informasi mengenai asbabun
nuzul Q.s Al-Furqon ayat 67 baik dari sumber buku, internet maupun sumber informasi
lainnya karena tidak ada penejelasan mengenai sejarah atau sebab turunnya ayat tersebut.
TAFSIR :

Ibnu Katsir
}‫س ِر ُفوا َو َل ْم َي ْقت ُُروا‬
ْ ُ‫{والَّ ِذينَ ِإذَا أ َ ْن َف ُقوا َل ْم ي‬
َ . Yakni mereka tidak menghambur-hamburkan hartanya
dalam berinfak lebih dari apa yang diperlukan, tidak pula kikir terhadap keluarganya yang
berakibat mengurangi hak keluarga dan kebutuhan keluarga tidak tercukupi. Tetapi mereka
membelanjakan hartanya dengan pembelanjaan yang seimbang dan selektif serta
pertengahan. Sebaik-baik perkara ialah yang dilakukan secara pertengahan, yakni tidak
berlebih-lebihan dan tidak pula kikir. }‫{وكَانَ بَ ْينَ ذَ ِلكَ قَ َواما‬
َ . Seperti pengertian yang terdapat di
dalam ayat lain melalui firman-Nya:
}‫س ْطهَا‬
ُ ‫{وال تَجْ عَ ْل َيدَكَ َم ْغلُولَة إِلَى‬
ُ ‫عنُ ِقكَ َوال ت َ ْب‬
َ
Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu
terlalu mengulurkannya. (Al-Isra: 29), hingga akhir ayat. Imam Ahmad mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Isham ibnu Khalid, telah menceritakan kepadaku Abu Bakar
ibnu Abdullah ibnu Abu Tamim Al-Gassani, dari Damrah, dari Abu Darda, dari Nabi Saw.
yang telah mengatakan: Seorang lelaki yang bijak ialah yang berlaku ekonomis dalam
penghidupannya.
Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 28

Al Mishbah
di antara tanda-tanda hamba Tuhan Yang Maha Penyayang adalah bersikap
sederhana dalam membelanjakan harta, baik untuk diri mereka maupun keluarga. Mereka
tidak berlebih-lebihan dan tidak pula kikir dalam pembelanjaan itu, tetapi di tengah-tengah
keduanya.

Al Azhar
Diterangkan lagi sikap hidup sehari-hari seorang 'lbadur Rahman itu, yaitu apabila
dia menafkahkan harta bendanya tidaklah dia ceroboh, royal dan berlebih daripada ukuran
yang mesti, tetapi tidak pula sebaliknya, yaitu bakhil (kikir), melainkan dia berlaku sama
tengah. Tidak dia ceroboh royal sehingga hartabendanya habis tidak menentu, karena
pertimbangan fikiran yang kurang matang, tidak memikirkan hari depan. Dan tidak pula
dia bakhil, karena bakhil pun adalah satu penyakit. Dia berusaha mencari hartabenda ialah
pemagar maruah, penjaga kehormatan diri. Hartabenda dicari ialah buat dipergunakan
sebagaimana mestinya, bukan mencari harta yang harus diperbudak oleh harta itu sendiri.
Maka dua sikap itu, royal dan bakhil, terhadap hartabenda adalah alamat jiwa yang tidak
"stabil". Keroyalan dan berbelanja lebih daripada keperluan, menjadi alamat bahwa jika
orang ini ditimpa bahaya karena kehabisan harta itu kelak, dia akan dapat menjaga
keseimbangan dirinya lagi. Dan orang yang bakhil menjadi putus hubungannya dengan
masyarakat, karena dia salah pilih di dalam meletakkan cinta. Kalau di waktu yang penting
hartabenda ditahan keluarnya, karena bakhil, maka suatu waktu kelak hartabenda itu akan
terpaksa dikeluarkan juga mau ataupun tidak mau. Seorang yang bakhil ditimpa sakit
keras, doktor menasihatkan supaya dia berobat, supaya dia tetirah (istirahat) ke tempat
yang berhawa sejuk berobat meminta belanja banyak. Kalau dia tidak berobat, dia akan
mati. Karena takut akan mati, hartabenda itu dikeluarkan pengobat diri, padahal di waktu
sedang sihat dia tidak merasai nikmat harta itu. Timbullah hidup yang "Qawaaman", yang
sama tengah di antara royal dan bakhil, tidak lain sebabnya ialah karena kecerdasan fikiran
yang telah terlatih. Memandang bahwa hartabenda semata-mata pemberian Tuhan yang
harus dirasai nikmat pemakaiannya, dan dijaga pula jangan sampai dipergunakan untuk
yang tidak berfaedah.

Al Jalalain
(Dan orang-orang yang apabila membelanjakan) hartanya kepada anak-anak
mereka (mereka tidak berlebih-lebihan dan tidak pula kikir) dapat dibaca Yaqturuu dan
Yuqtiruu, artinya tidak mempersempit perbelanjaannya(dan adalah) nafkah mereka (di
antara yang demikian itu) di antara berlebih-lebihan dan kikir (mengambil jalan
pertengahan) yakni tengah-tengah.
Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 29
BISNIS
1.
QS. HUUD (11) : 6
- Kategori ayat Makkiyyah
     
    



    
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi
rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat
penyimpanannya. semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).
Mufrodat
Dan
tempat 
penyimpanann 
ya
Kitab nyata/  
lauhul
mahfudz
Binatang
melata

Tempat
berdiamn
ya


Asbabun Nuzul : Tidak terdapat sebab nuzul
TAFSIR :

Ibnu Katsir
Allah Swt menceritakan bahwa Dialah yang menjamin rezeki makhlukNya, termasuk
semua hewan yang melata di bumi, baik yang kecil, yang besarnya, yang ada di daratan,
maupun yang ada di lautan. Dia pun mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat
penyimpanannya. Dengan kata lain, Allah mengetahui sampai di mana perjalanannya di
bumi dan ke manakah tempat kembalinya, yakni sarangnya; inilah yang dimaksud dengan
tempat penyimpanannya. Ali ibnu Abu Talhah dan lain-lainnya telah menceritakan dari
Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: dan Dia mengetahui tempat berdiam
binatang itu. (Hud: 6) Yakni tempat berdiamnya binatang itu (sarangnya) dan tempat
penyimpanannya. (Hud: 6) bila telah mati.
Diriwayatkan dari Mujahid sehubungan dengan makna firman-Nya: dan Dia
mengetahui tempat berdiam binatang itu. (Hud: 6) Maksudnya, di dalam rahim. dan
tempat penyimpanannya. (Hud: 6) di dalam tulang sulbi, seperti yang terdapat pada surat
Al-An'am.
Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 30

Al Mishbah
Dan hendaklah mereka tahu bahwa kekuasaan, nikmat-nikmat dan ilmu Allah itu
mencakup segala sesuatu. Tak satu binatang pun yang melata di bumi ini kecuali Allah-dengan karunia-Nya--telah menjamin rezeki yang layak dan sesuai dengan habitat atau
miliunya. Allah juga mengetahui di mana binatang itu menetap dan ke mana ia akan
ditempatkan setelah kematiannya. Semua itu tercatat di sisi Allah dalam sebuah kitab yang
menjelaskan hal ihwal makhluk-makhluk-Nya.

Al Azhar
Ayat ini menjelaskan bahwa yang melata di atas bumi tidak usah khuatir akan
kekurangan rezeki, sebab Tuhan Allah sudah menyediakannya. Kalimat Dabbatin, kita
artikan melata. Yaitu segala yang berjalan, merangkak, merayap, menjalar. Sebab itu
masuklah di dalamnya sekalian manusia, sekalian binatang berkaki empat, segala binatang
yang berkaki banyak, sampai beratus-ratus kaki, demikian juga serangga, katak, burungburung, cacing, ikan-ikan, udang, belalang, lipas, kepuyuk, kepinding, nyamuk dan lainlain. Semuanya itu terkumpul dalam kata dabbatin. Dan semuanya sudah ada ketentuan
rezekinya oleh Tuhan, dan sudah tersedia makanan yang akan dimakannya. Atas Allahlah
rezekinya, artinya Tuhan Allah telah mewajibkan ke atas diriNya sendiri buat menyediakan
rezeki itu. Dan rezeki itu diberikan dengan teratur sekali. Seluruh isi bumi ini adalah
persediaan yang cukup bagi makanan seluruh makhluk yang hidup di sini.
Pembahagian rezek| tempat lahir dan tempat tinggal, dan kemudiannya kuburan buat
berhenti istirahat sementara, sudah ada kitabnya, artinya sudah ada catatannya di sisi Allah
Ta'ala. Administrasi Tuhan adalah sangat lengkap, untuk menjadi suri teladan bagi
manusia, sebagai Khalifatullah di muka bumi ini, supaya mereka pun meniru dan
mendekati peraturan Tuhan di dalam mengatur administrasinya sendiri.

Al Jalalain
(Dan tidak ada) huruf min di sini zaidah (suatu binatang melata pun di bumi) yaitu
hewan yang melata di atas bumi(melainkan Allahlah yang memberi rezekinya) Dialah
yang menanggung rezekinya sebagai karunia daripada-Nya(dan Dia mengetahui tempat
berdiam binatang itu) tempat hidupnya di dunia atau pada tulang sulbi (dan tempat
penyimpanannya) sesudah mati atau di dalam rahim. (Semuanya) yang telah disebutkan
itu (tertulis dalam kitab yang nyata) kitab yang jelas, yaitu Lohmahfuz.
2.
-
QS. AL ISRO’ (17) : 35
Kategori ayat Makkiyyah
   


   
  
35. dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan neraca
yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
Mufrodat
Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 31
Dan
timbangla
h

Dengan
neraca
yang
lurus/bena
r




Dan
kalian
penuhila
h takaran
Apabila
menakar

 


Asbabun Nuzul : Tidak terdapat sebab nuzul
TAFSIR :

Ibnu Katsir
}‫{وأ َ ْوفُوا ا ْل َك ْي َل إِذَا ِك ْلت ُ ْم‬
َ . Yakni kalian tidak boleh melipat (mengurangi)nya. ‫{و ِزنُوا‬
َ
َ
ْ
}‫اس‬
ْ ‫بِال ِق‬. Qistas sewazan dengan lafaz qirtas (kertas); dapat dibaca qurtas. artinya
ِ ‫سط‬
timbangan. Mujahid mengatakan bahwa yang dimaksud dengan qistas menurut bahasa
Romawi artinya neraca timbangan.
}‫يم‬
ْ ‫ {ا ْل ُم‬Yaitu neraca yang tidak miring, tidak melenceng, dan tidak kacau (bergetar). َ‫{ذَ ِلك‬
ِ ‫ستَ ِق‬
}‫ َخي ٌْر‬. Maksudnya, lebih utama bagi kalian daiam kehidupan dunia dan akhirat. ُ‫سن‬
َ ْ‫{وأَح‬
َ
ْ
}‫تَأ ِويال‬. Yakni lebih baik akibatnya bagi kehidupan akhirat kalian. Sa'id telah meriwayatkan
dari Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya: Itulah yang lebih utama (bagi kalian)
dan lebih baik akibatnya. (Al-Isra: 35) Yakni lebih baik pahalanya dan lebih baik
akibatnya.

Al Mishbah
Sempurnakanlah takaran jika kalian menakar untuk pembeli. Timbanglah dengan
neraca yang adil. Sesungguhnya menepati takaran dan timbangan lebih baik bagi kalian di
dunia. Sebab hal itu dapat membuat orang senang bermuamalah dengan kalian.
Sesungguhnya kesudahan yang paling baik adalah di akhirat.

Al Azhar
Al-kail. Kita artikan saja dengan sukatan. Menurut yang lazim di negeri Melayu satu
sukatan adalah empat gantang, dan satu ketiding adalah 10 sukat. Tetapi pemerintah
Republik Indonesia melanjutkan pemerintahan Belanda yang lama tidak lagi memakai
sukat dan gantang sebagai ukuran resmi, melainikan mernukui liter. "Dan timbonglah
dengan timbangan gang lurus." Dalam hal timbangan yang besar, kita di zaman sekarang
memakai kilogram. Maka ditegaskan di dalam ayat ini supaya seorang Mu',min hendaklah
secara jujur menggunakan sukatan dan timbangan. Jangan ada kecoh dan tipu, sehingga
ada gintang atau liter pembelian lain pula gantang atau liter penjual. Anak timbangan
demikian pula; jangan sampai merugikan: "ltulah yang baik, dan itulah yang seelok-elok
kesudahan." (ujung ayat 35). Dan kejujuran itulah inti kekayaan yang sejati, yang
membawa kemakmuran. Ahli-ahli ekonomi modern pun sampai kepada kesimpulan bahwa
Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 32
yang sihat itu ialah yang tegak di atas kejujuran. Namun uang hasil dari kecurangan adalah
uang panas. Lekas dapat, lekas musnah. Seelokelok kesudahan, adalah kemakmuran yang
merata: itulah tujuan masyarakat yang dikehendaki Islam.

Al Jalalain
(Dan sempurnakanlah takaran) penuhilah dengan tepat (apabila kalian menakar dan
timbanglah dengan neraca yang benar) timbangan yang tepat (itulah yang lebih utama dan
lebih baik akibatnya.)
3.
-
QS. AN NUUR (24) : 37
Kategori ayat Madaniyyah
    
    









 
37. laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari
mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat.
mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.
Mufrodat
Perniagaan dan
tidak pula jual beli
Bolakbalik/goncang
 Tidak melalaikan

mereka


Mereka takut



Asbabun Nuzul :
Jabir bin abdillah ra menjelaskan,bahwa ayat ini diturunkan berkenaan abdullah bin umar
ra menerangkan,bahwa ketiga ayat ini (36,37,38) diturunkan berkenan dengan kebiasaan
kaum muslim yang segera menutup dagangan mereka jika mendengar azan meskipun
sedang sibuk berniaga di pasar .mereka pergi ke masjid untuk melaksanakan salat
berjama'ah ( HR.IBNU ABI HATIM DAN IBNU JARIR)
TAFSIR :

Ibnu Katsir
َ . Yakni mereka lebih mendahulukan
َّ ‫اء‬
}‫الزكَا ِة‬
ِ َ‫َّللاِ َو ِإ َق ِام الصَّال ِة َو ِإيت‬
َّ ‫َارةٌ َوال بَ ْي ٌع ع َْن ِذك ِْر‬
َ ‫يه ْم تِج‬
ِ ‫{ال ت ُ ْل ِه‬
ketaatan kepada Allah dan perintah Allah serta apa yang disukai oleh-Nya:
Hasyim telah meriwayatkan dari Syaiban; ia menceritakan sebuah hadis dari Ibnu
Mas'ud, bahwa ia melihat suatu kaum dari kalangan ahli pasar saat dikumandangkan
Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 33
seruan untuk menunaikan salat fardu. Maka mereka meninggalkan jual beli mereka, lalu
bangkit menuju tempat salat untuk menunaikan salat. Maka Abdullah ibnu Mas'ud berkata
bahwa mereka termasuk orang-orang yang disebutkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:
laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari
mengingati Allah. (An-Nur: 37), hingga akhir ayat.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah
menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah ibnu Bukair As-San'ani, telah
menceritakan kepada kami Abu Sa'id maula Bani Hasyim, telah menceritakan kepada kami
Abdullah ibnu Bujair, telah menceritakan kepada kami Abu Abdu Rabbihi, bahwa Abu
Darda pernah mengatakan bahwa sesungguhnya ia mangkal di tangga ini untuk menjajakan
barang dagangan, setiap hari ia beroleh keuntungan tiga ratus dinar, dan setiap hari ia dapat
melakukan salat berjamaah di masjid. Kemudian ia menegaskan bahwa sesungguhnya ia
tidak mengatakan bahwa perbuatannya itu tidak halal, tetapi ia suka bila termasuk orangorang yang disebutkan oleh Allah Swt. di dalam firman-Nya: laki-laki yang tidak
dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah. (An-Nur:
37)

Al Mishbah
Mereka tidak disibukkan oleh urusan dunia, seperti--untuk menyebut di antaranya-jual beli, yang dapat membuat seseorang lupa kepada Allah. Mereka selalu melaksanakan
salat dan menunaikan zakat. Mereka pun selalu mewaspadai datangnya hari kiamat
sehingga membuat hati mereka menjadi goncang karena gelisah, kesulitan dan menanti
nasib. Pada hari itu, pandangan pun menjadi bimbang dan terkejut melihat pemandangan
yang aneh dan bencana yang dahsyat.

Al Azhar
Pada waktu melatih jiwa mendekati Tuhan dengan melakukan Shalat itu, bebaskan
jiwa dan lepaskan diri pada pengaruh benda, pangkat kebesaran dan kekayaan, jual-beli
dan untung rugi, demikian tersebut dalam ayat 37. Sehingga walaupun berniaga berjualbeli terus juga, dia dilaksanakan hanyalah karena termasuk zikir kepada Allah, karena
Tuhan yang memerintahkan. Itulah beberapa laki-laki sejati yang telah menyediakan
dirinya untuk Tuhan. Mereka mendirikan sembahyang dan mereka pun mengeluarkan
zakat. Dia menyediakan diri dan senantiasa berlatih, supaya hati ini keras lebih keras
daripada waja. Tidak merasa gentar ataupun takut menghadapi perkisaran hari dan masa,
tidak gentar melihat turun dan naiknya pasang zaman. Dan penglihatannya tidak terpesona
oleh warna-warna yang palsu. Dia telah mendapat inti dari cahaya itu, dia tidak terikat lagi
oleh kulit.

Al Jalalain
(Laki-laki) menjadi Fa'il atau subyek daripada Fi'il Yusabbihu, jika dibaca
Yusabbahu berkedudukan menjadi Naibul Fa'il. Lafal Rijaalun adalah Fa'il dari Fi'il atau
kata kerja yang diperkirakan keberadaannya sebagai jawab dari soal yang diperkirakan
pula. Jadi seolah-olah dikatakan, siapakah yang melakukan tasbih kepada-Nya itu,
Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 34
jawabnya adalah laki-laki (yang tidak dilalaikan oleh perniagaan) perdagangan (dan tidak
pula oleh jual beli dari mengingat Allah dan dari mendirikan salat) huruf Ha lafal
Iqaamatish Shalaati dibuang demi untuk meringankan bacaan sehingga jadilah Iqaamish
Shalaati (dan dari membayar zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang di hari itu
menjadi guncang) yakni panik (hati dan penglihatan) karena merasa khawatir, apakah
dirinya selamat atau binasa, dan penglihatan jelalatan ke kanan dan ke kiri karena ngeri
melihat pemandangan azab pada saat itu, yaitu hari kiamat.
4.
-
QS. AL QASHASH (28) : 77
Kategori ayat Makkiyyah
   
    








     






 
77. dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu,
dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
Mufrodat
Dan berbuat
baiklah
Dan jangan
berbuat
kerusakan
Orang-orang
yang berbuat
kerusakan

Dan carilah
 

Allah telah
memberikan
kepadamu
 Jangan
melupakan
bagianmu



 

Asbabun Nuzul : Tidak terdapat sebab nuzul
TAFSIR :

Ibnu Katsir
}‫س نَ ِصيبَكَ ِمنَ ال ُّد ْن َيا‬
‫َّار‬
ِ
َّ َ‫{وا ْبت َ ِغ فِي َما آت َاك‬
َ . Maksudnya, gunakanlah harta yang
َ ‫اآلخ َرةَ َوال تَ ْن‬
َ ‫َّللاُ الد‬
berlimpah dan nikmat yang bergelimang sebagai karunia Allah kepadamu ini untuk bekal
Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 35
ketaatan kepada Tuhanmu dan mendekatkan diri kepada-Nya dengan mengerjakan
berbagai amal pendekatan diri kepada-Nya, yang dengannya kamu akan memperoleh
pahala di dunia dan akhirat.
}‫س َن ِصيبَكَ ِمنَ ال ُّد ْنيَا‬
َ . Yakni yang dihalalkan oleh Allah berupa makanan, minuman,
َ ‫{وال ت َ ْن‬
pakaian, rumah dan perkawinan. Karena sesungguhnya engkau mempunyai kewajiban
terhadap Tuhanmu, dan engkau mempunyai kewajiban terhadap dirimu sendiri, dan engkau
mempunyai kewajiban terhadap keluargamu, dan engkau mempunyai kewajiban terhadap
orang-orang yang bertamu kepadamu, maka tunaikanlah kewajiban itu kepada haknya
masing-masing.
} َ‫َّللاُ إِلَ ْيك‬
َ ْ‫{وأَحْ س ِْن َك َما أَح‬
َّ َ‫سن‬
َ . Artinya, berbuat baiklah kepada sesama makhluk Allah
sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu. }‫ض‬
َ َ‫{وال تَب ِْغ ا ْلف‬
ِ ‫اْلر‬
َ . Yaitu janganlah
ْ ‫سا َد فِي‬
cita-cita yang sedang kamu jalani itu untuk membuat kerusakan di muka bumi dan berbuat
jahat terhadap makhluk Allah.

Al Mishbah
Dan jadikanlah sebagian dari kekayaan dan karunia yang Allah berikan kepadamu di
jalan Allah dan amalan untuk kehidupan akhirat. Janganlah kamu cegah dirimu untuk
menikmati sesuatu yang halal di dunia. Berbuat baiklah kepada hamba-hamba Allah
sebagaimana Allah berbuat baik kepadamu dengan mengaruniakan nikmat-Nya. Dan
janganlah kamu membuat kerusakan di bumi dengan melampaui batas- batas Allah.
Sesungguhnya Allah tidak meridai orang-orang yang merusak dengan perbuatan buruk
mereka itu."

Al Azhar
Harta benda itu adalah anugerah dari Allah. Dengan adanya harta itu janganlah
engkau sampai lupa bahwa sesudah hidup ini engkau akan mati. Sesudah dunia ini engkau
akan pulang ke akhirat. Hartabenda dunia ini, sedikit ataupun banyak hanya semata-mata
akan tinggal di dunia. Kalau kita mati kelak, tidak sebuah jua pun yang akan dibawa ke
akhirat. Sebab itu pergurnkanlah harta ini untuk membina hidupmu yang di akhirat itu
kelak. Berbuat baiklah, nalkahkanlah rezeki yang dianugerahkan Allah itu kepada jalan
kebajikan. Niscaya jika engkau mati kelak bekas amalmu untuk akhirat itu akan engkau
dapati berlipat-ganda di sisi Allah. Dan yang untuk dunia janganlah pula dilupakan.
Tinggallah dalam rumah yang baik, pakailah kendaraan yang baik dan moga-moga
semuanya itu diberi puncak kebahagiaan dengan isteri yang setia. "Dan janganlah engkau
mencari-cari kerusakan di muka bumi." segala perbuatan yang akan merugikan orang lain,
yang akan memutuskan silaturrahmi, aniaya, mengganggu keamanan, menyakiti hati
sesama manusia, membuat onar, menipu dan mengicuh, mencari keuntungan semata untuk
diri dengan melupakan kerugian orang lain, semuanya itu adalah merusak. "Sesungguhnya
Allah tidaklah suko kepada orang-orang yang berbuat kerusakan-" (ujung ayat77l. Kalau
Allah telah menyatakan bahwa dia tidak menyukai orang yang suka merusak di muka
bumi, maka balasan Tuhan pasti datang, cepat ataupun lambat kepada orang yang
Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 36
demikian. Dan jika hukuman Tuhan datang, seorang pun tidak ada yang mempunyai
kekuatan dan daya upaya buat menangkisnya.

Al Jalalain
(Dan carilah) upayakanlah (pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepada
kalian) berupa harta benda(kebahagiaan negeri akhirat) seumpamanya kamu
menafkahkannya di jalan ketaatan kepada Allah (dan janganlah kamu melupakan) jangan
kamu lupa (bagianmu dari kenikmatan duniawi) yakni hendaknya kamu beramal
dengannya untuk mencapai pahala di akhirat (dan berbuat baiklah) kepada orang-orang
dengan bersedekah kepada mereka (sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat) mengadakan (kerusakan di muka bumi) dengan mengerjakan
perbuatan-perbuatan maksiat. (Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan) maksudnya Allah pasti akan menghukum mereka.
5.
-
QS. AL JUMU’AH (62) : 10
Kategori ayat Madaniyyah













  
10. apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah
karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.
Mufrodat
Dan
carilah
Karunia
Allah
 Telah
diselesaikan
 
Maka
bertebarlah
kalian


Asbabun Nuzul :
Menurut Tafsir Al-Wasith Hal 652 asababun nuzulnya karena ketika itu nabi Muhammad
sedang berkhutbah. Lalu rombongan unta dagang dari syam dengan membawa mirah (jenis
maknana untuk perjalnaan dan perbekalan lain). Pemiliki unta-unta tersebut adalah Dhihyah
bin Khalifah al-Kalbi. Para rombongan keluar dari masjid dan hanya ada 12 orang yang
bertahan mendengar khutbah Nabi Muhammad. Salah satunya adalah jabir bin Abdullah.
Menurut artikel lain, Asy Syaikhan telah mengentengahkan sebuah hadist melalui jabir r.a
yang telah menceritakan, baha Nabi SAW sedang berkhotbah pada hari jum’at, tiba-tiba
datanglah rombongan pembawa dagangan yang langsung menggelarkn dagangannya, maka
orang-orang pun menuju kepadanya, sehingga tiada orang yang bersama Nabi SAW,
Melainkan 12 orang saja yang bersama, maka menurunkan Firman-NYA: “Dan Apabilan
Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 37
melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar menuju kepadanya dan mereka tinggalkan
kamu sedang berkhotbah” (Q.S, 62 Al-Jumu’ah ayat 11).
TAFSIR :

Ibnu Katsir
}ُ‫ت الصَّالة‬
ِ َ‫{فَ ِإذَا قُ ِضي‬. Maksudnya, apabila salat telah diselesaikan.
ْ َ‫ض َوا ْبتَغُوا ِم ْن ف‬
}ِ‫َّللا‬
َّ ‫ض ِل‬
ِ ‫اْلر‬
ْ ‫{ َفا ْنتَش ُِروا ِفي‬. maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah
karunia Allah (Al-Jumu'ah: 10). Setelah mereka dilarang melakukan transaksi sesudah
seruan yang memerintahkan mereka untuk berkumpul, kemudian diizinkanlah bagi mereka
sesudah itu untuk bertebaran di muka bumi dalam rangka mencari karunia Allah

Al Mishbah
Apabila kalian telah melakukan salat, maka bertebaranlah untuk berbagai
kepentingan. Carilah karunia Allah dan berzikirlah kepada-Nya banyak-banyak, dalam hati
maupun dan dengan ucapan. Mudah-mudahan kalian memperoleh keberuntungan dunia dan
akhirat.

Al Muyassar
Apabila kalian sudah mendengarkan khutbah dan menunaikan shalat, bertebaranlah di
muka bumi. Carilah rezeki Allah dengan usaha kalian. Ingatlah Allah sebanyak-banyaknya dalam
segala keadaan kalian agar kalian beruntung dengan mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat.

Al Jalalain
(Apabila telah ditunaikan salat, maka bertebaranlah kalian di muka bumi) perintah
ini menunjukkan pengertian ibahah atau boleh (dan carilah) carilah rezeki (karunia Allah,
dan ingatlah Allah) dengan ingatan (sebanyak-banyaknya supaya kalian beruntung) yakni
memperoleh keberuntungan. Pada hari Jumat, Nabi saw. berkhutbah akan tetapi tiba-tiba
datanglah rombongan kafilah membawa barang-barang dagangan, lalu dipukullah genderang
menyambut kedatangannya sebagaimana biasanya. Maka orang-orang pun berhamburan
keluar dari mesjid untuk menemui rombongan itu, kecuali hanya dua belas orang saja yang
masih tetap bersama Nabi saw. lalu turunlah ayat ini.
6.
QS. AL JUMU’AH (62) : 11
- Kategori ayat Madaniyyah







    
    




  
11. dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju
kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah: "Apa
Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 38
yang di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perniagaan", dan Allah Sebaik-baik
pemberi rezki.
Mufrodat

Dan mereka
Permainan 
meninggalkanmu


Sebaik-baik
Mereka
 menuju
pemberi rezeki
Asbabun Nuzul :
Diriwayatkan oleh asy-Syaikhaan (al-Bukhari & Muslim) yang bersumber dari Jabir bahwa
ketika Rasulullah saw. berkhotbah pada hari Jum’at, datanglah kafilah yang membawa
dagangan dari Syam. Orang-orang yang mendengarkan khotbah pada keluar untuk
menyambut rombongan kafilah itu, sehingga hanya tinggal dua belas orang saja yang
duduk mendengarkannya. Ayat ini (al-Jumu’ah: 11) turun berkenaan dengan peristiwa
tersebut, yang menegaskan bahwa apa yang ada di sisi Allah jauh lebih baik daripada apa
yang ada pada perniagaan.
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Jarir, bahwa apabila gadis-gadis
yang menikah, berlangsunglah keramaian dengan seruling dan alat musik lainnya.
Sehingga orang-orang pada pergi melihat keramaian itu dan meninggalkan Rasulullah saw.
yang sedang berdiri berkhotbah di atas mimbar. Maka turunlah ayat ini (al-Jumu’ah: 11)
yang menegaskan bahwa nikmat yang diberikan Allah lebih baik daripada keramaian dan
perniagaan. Ayat al-Jumu’ah: 11 ini turun berkenaan dengan kedua peritiwa tersebut di
atas. Ibnu Mundzir meriwayatkan sebuah hadits yang bersumber dari Jabir, yang
menyebutkan kisah pernikahan dan datangnya kafilah itu secara bersamaan. Hadits ini
diriwayatkan melalui satu jalan. Disebutkan bahwa ayat ini (al-Jumu’ah: 11) turun
berkenaan dengan kedua peristiwa itu.
TAFSIR :

Ibnu Katsir
}‫َارة أ َ ْو لَهْوا ا ْنفَضُّوا إِلَ ْيهَا َوت َ َركُوكَ َقائِما‬
َ . Maksudnya, pergi meninggalkanmu yang
َ ‫{وإِذَا َرأَ ْوا تِج‬
sedang berkhotbah di atas mimbar. Demikianlah menurut takwil yangdikemukakan oleh
paratabi'in yang bukan hanya seorang, yang antara lain ialah Abul Aliyah, Al-Hasan, Zaid
ibnu Aslam, dan Qatadah. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Ibnu Idris, dari Husain, dari Salim ibnu Abul, Ja'd, dari Jabir yang mengatakan bahwa
iringan kafilah perniagaan datang ke Madinah di saat Rasulullah Saw. sedang berkhotbah,
maka orang-orang pun bubar menuju ke arahnya dan yang tersisa hanyalah dua belas orang
lelaki yang tetap di tempatnya. Maka turunlah firman Allah Swt.: Dan apabila mereka
melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya. (Al-Jumu'ah:
11)
}‫{وتَ َركُوكَ قَائِما‬
َ . terkandung dalil yang menunjukkan bahwa imam melakukan khotbahnya
pada hari Jumat dengan berdiri. Imam Muslim telah meriwayatkannya di dalam kitab
sahihnya melalui Jabir ibnu Samurah yang telah menceritakan bahwa Nabi Saw.
Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 39
melakukan dua khotbah, dan melakukan duduk di antara keduanya. Di dalam khotbahnya
beliau Saw. membaca Al-Qur'an dan memberikan peringatan kepada manusia. ‫{قُ ْل َما ِع ْن َد‬
}ِ‫َّللا‬
َّ . Yakni berupa pahala di negeri akhirat nanti.
َ‫الر ِازقِين‬
َّ ‫َار ِة َو‬
َّ ‫َّللاُ َخي ُْر‬
َ ‫ َخي ٌْر ِمنَ اللَّ ْه ِو َو ِمنَ التِج‬. bagi orang yang bertawakal kepada-Nya dan mencari
rezeki tepat pada waktunya. Demikianlah akhir dari tafsir surat Al-Jumu'ah. Segala puji
bagi Allah dan semua karunia dari-Nya, dan hanya kepada-Nya memohon taufik dan
pemeliharaan.

Al Mishbah
Apabila mereka melihat perniagaan dan permainan yang menyenangkan, mereka
menuju ke situ dan meninggalkan kamu berdiri menyampaikan khutbah. Katakan kepada
mereka, "Karunia dan pahala yang ada pada Allah lebih bermanfaat bagi kalian daripada
permainan dan perniagaan. Allah adalah sebaik-baik pemberi rezeki. Maka, mintalah
rezeki-Nya dengan senantiasa menaati-Nya."

Al Muyassar
Wahai Nabi, apabila sebagian kaum muslimin melihat perniagaan atau sesuatu
berupa keuntungan dunia dan perhiasannya, mereka berhamburan menuju padanya
sehingga meninggalkanmu berdiri sendiri berkhutbah di atas mimbar. Katakanlah kepada
mereka, “Apa yang ada di sisi Allah berupa pahala dan kenikmatan lebih bermanfaat bagi
kalian dibandingkan kelalaian dan keuntungan perniagaan. Hanya Allah sebaik-baiknya
pemberi rezeki dan
karunia,
mintalah
dari-Nya.
Mohonlah
pertolongan
dengan ketaatan kepada-Nya untuk mendapatkan yang ada di sisi-Nya, yaitu kebaikan di
dunia dan di akhirat.”

Al Jalalain
(Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk
menuju kepadanya) yakni kepada barang dagangan, karena barang dagangan itu
merupakan kebutuhan yang mereka perlukan, berbeda dengan permainan (dan mereka
tinggalkan kamu) dalam khotbahmu (dalam keadaan berdiri. Katakanlah, "Apa yang di sisi
Allah) berupa pahala (lebih baik) bagi orang-orang yang beriman (dari permainan dan
perniagaan," dan Allah sebaik-baik pemberi rezeki) bila dikatakan, setiap orang itu
memberi rezeki kepada keluarganya, maka pengertian yang dimaksud ialah dari rezeki
Allah swt.
7.
-
QS. AL MUTHOFFIFIIN (83) : 1-3
Kategori ayat Makkiyyah



   

  



 
1. kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang.
Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 40
2. (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta
dipenuhi,
3. dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.
Mufrodat
Mereka
menakar
mereka
Mereka
menimbang
mereka
Mereka
mengurangi
 Orangorang yang
curang
 Mereka
menerima
takaran
 Mereka
minta
dipenuhi



Asbabun Nuzul :
Diriwayatkan oleh an-Nasa-I dan Ibnu Majah dengan sanad yang shahih, yang bersumber
dari Ibny ‘Abbas bahwa ketika Rasulullah saw sampai ke Madinah, diketahui bahwa
orang-orang Madinah termasuk orang-orang yang paling curang dalam menakar dan
menimbang. Maka Allah menurunkan ayat-ayat ini sebagai ancaman kepada orang-orang
yang curang dalam menimbang dan menakar. Setelah ayat-ayat tersebut turun, orang-orang
Madinah menjadi orang-orang yang jujur dalam menimbang dan menakar.
TAFSIR :

Ibnu Katsir
Makna yang dimaksud dengan tatfif di sini ialah curang dalam memakai takaran dan
timbangan, yang adakalanya meminta tambah bila menagih orang lain, atau dengan cara
mengurangi bila ia membayar kepada mereka. Untuk itulah maka dalam firman berikutnya
dijelaskan siapa saja mereka yang diancam akan mendapat kerugian dan kecelakaan yang
besar, yaitu:
Yakni bila mereka menerima takaran dari orang } َ‫ست َ ْوفُون‬
َ ‫{الَّ ِذينَ إِذَا ا ْكتَالُوا‬
ْ َ‫اس ي‬
ِ ‫ع َلى ال َّن‬
lain, maka mereka meminta supaya dipenuhi dan diberi tambahan.
} َ‫{وإِذَا كَالُو ُه ْم أ َ ْو َو َزنُو ُه ْم يُ ْخس ُِرون‬
َ . Yaitu merugikan orang lain dengan menguranginya. Hal yang
terbaik dalam meng-i'rab ayat ini hendaknya lafaz kalu dan wazanu dianggap sebagai fi'il
(kata kerja) yang muta'addi. Dengan demikian, berarti damir hum berkedudukan dalam
mahal nasab sebagai maf’ul-nya. Tetapi sebagian ulama Nahwu menjadikan damir
tersebut sebagai taukid dari damir yang tidak disebutkan dalam lafaz kalu dan wazanu ,
sedangkan maf'ul-nya dibuang karena sudah dapat dimaklumi dari konteksnya. Keduanya
mempunyai makna yang berdekatan.

Al Mishbah
Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 41
Surat al-Muthaffifîn dibuka dengan beberapa ayat yang berisi ancaman sangat keras
terhadap orang-orang yang melakukan kecurangan dalam bermuamalat, secara khusus
dalam soal timbang- menimbang. Kecurangan itu digambarkan dalam sekelompok orang
yang cenderung minta dilebihkan takarannya demi keuntungan pribadi tetapi mengurangi
jumlah yang semestinya saat menimbang untuk orang lain. Surat ini mengancam orangorang yang melakukan hal tersebut bahwa hari pembangkitan dan perhitungan pasti akan
terjadi. Selain itu, surat ini juga menegaskan bahwa perbuatan mereka itu tercatat dalam
sebuah buku. Hanya orang-orang zalim, bergelimang dosa dan terhalang dari Tuhannya
yang berani mendustakan catatan buku itu. Tempat kembali mereka, kelak, adalah nereka
Jahanam. Pembicaraan kemudian dialihkan kepada ihwal kalangan manusia yang berbakti
kepada Allah dengan memberikan keterangan mengenai apa yang telah mereka lakukan.
Disebutkan, misalnya, berbagai kenikmatan yang bakal mereka rasakan dan, sekaligus,
ciri-ciri mereka. Disebutkan pula sebuah perbuatan yang mereka perlombakan. Ayat-ayat
selanjutnya menggambarkan apa yang dilakukan oleh orang-orang kafir yang jahat
terhadap orang-orang Mukmin ketika mereka melihat orang-orang Mukmin atau ketika
orang-orang Mukmin itu berlalu di hadapan mereka. Akhirnya, surat ini ditutup dengan
janji bahwa orang-orang beriman akan diperlakukan secara adil di hari kiamat. Mereka
akan ditempatkan di dalam kehidupan yang penuh kesenangan. Mereka akan memandangi
dan mentertawakan orang-orang kafir dari atas dipan-dipan yang indah. Sementara orangorang kafir itu akan mendapatkan balasan buruk yang setimpal dengan perbuatan mereka
di dunia.]] Kehancuranlah bagi orang-orang yang berbuat curang. Yaitu orang-orang yang
kalau menerima timbangan dari orang lain selalu meminta ukuran yang pas atau cenderung
minta dilebihkan. Akan tetapi, jika menimbang untuk orang lain, mereka berbuat curang
sehingga dapat merugikan hak orang lain yang semestinya dipenuhi.

Al Musayyar
Azab yang sangat keras adalah bagi orang-orang yang mencurangi takaran dan timbangan,
yaitu orang-orang jika membeli takaran atau timbangan dari orang lain, mereka
memenuhinya untuk diri mereka. Sebaliknya, jika mereka menjual takaran atau timbangan
kepada orang lain, mereka mengurangi takaran dan timbangannya.

Al Jalalain
(Kecelakaan besarlah) lafal Wailun merupakan kalimat yang mengandung makna
azab; atau merupakan nama sebuah lembah di dalam neraka Jahanam (bagi orang-orang
yang curang.). (Yaitu orang-orang yang apabila menerima takaran dari) atau mereka
menerimanya dari (orang lain, mereka minta dipenuhi) minta supaya takaran itu dipenuhi.
(Dan apabila mereka menakar untuk orang lain) atau menakarkan buat orang lainnya (atau
menimbang buat orang lain) artinya mereka menimbang buat orang lain (mereka
mengurangi) takaran atau timbangan.
MANAJEMEN
1.
QS. AN NISA’ (4) : 58
Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 42
-
Kategori ayat Madaniyyah
     



    
    
     
   
58. Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia
supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang
sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha
melihat.
Mufrodat
Kalian
menetapkan
hukum
Sebaik-baik
Supaya kalian
menetapkan
hukum

Dia menyuruh
kalian

menyampaikan

Kepada yang
 berhak menerima




Asbabun Nuzul :
Dalam satu riwayat dikemukakan bahwa setelah fathul makkah (pembebasan makkah),
Rasulullah SAW,memanggil ‘Utsman Bin Thalhah untuk meminta kunci ka’bah. Ketika
Utsman datang menghadap Nabi untuk menyerahkan kunci itu, berdirilah al-Abbas seraya
berkata; ya Rasulullah,Demi Allah, serahkan kunci itu kepadaku. Saya akan rangkap
jabatan tersebut dengan jabatan siqayah (urusan pengairan). Utsman menarik kembali
tangannya. maka bersabda Rasulullah :”berikanlah kunci itu kepadaku,’wahai
Utsman!”Utsman berkata:” inilah dia, amanat dari Allah,”maka berdirilah Rasulullah
untuk membuka ka’bah kemudian keluar thawaf di Baitullah.lalu turunlah jibril membawa
perintah supaya kunci itu diserahkan kembali kepada Utsman, Rasulullah melaksanakan
perintah itu sambil membaca Ayat tersebut diatas (QS.4 an-Nisa’;58).
Dalam riwayat lain berkenaan dengan Utsman Bin Thalhah bin abduddar yang
bertugas mengurus ka’bah. Ketika rasulullah memasuki makkah saat makkah ditaklukkan,
utsman menutup pintu makkah dan naik ke atap, enggan menyerahkan pintu ka’bah kepada
beliau,lalu ali bin abi thalib merebutnya dan membuka pintu ka’bah rasulullah saw. Masuk
dan sholat dua rakaat di dalam ka’bah. Saat keluar, abbas meminta agar kunci pintu ka’bah
diberikan kepadanya dan mengumpulkan para pengurus ka’bah, kemudian turun ayat.
Sesungguhnya allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak
Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 43
menerimanya”. Lalu nabi saw. Memerintahkan ali agar mengembalikan kunci ka’bah
kepada utsman dan meminta maaf kepadanya.
TAFSIR :

Ibnu Katsir
Amanat tersebut antara lain yang menyangkut hak-hak Allah Swt. atas hambahamba-Nya, seperti salat, zakat, puasa, kifarat, semua jenis nazar, dan lain sebagainya yang
semisal yang dipercayakan kepada seseorang dan tiada seorang hamba pun yang
melihatnya. Juga termasuk pula hak-hak yang menyangkut hamba-hamba Allah sebagian
dari mereka atas sebagian yang lain, seperti semua titipan dan lain-lainnya yang
merupakan subjek titipan tanpa ada bukti yang menunjukkan ke arah itu. Maka Allah Swt.
memerintahkan agar hal tersebut ditunaikan kepada yang berhak menerimanya. Barang
siapa yang tidak melakukan hal tersebut di dunia, maka ia akan dituntut nanti di hari
kiamat dan dihukum karenanya
‫اس أ َ ْن تَحْ ُك ُموا ِبا ْل َع ْد ِل‬
Hal ini merupakan perintah Allah Swt. yang
ِ ‫و ِإذا َح َك ْمت ُ ْم َب ْينَ ال َّن‬.
َ
ُ ‫َّللاَ ِن ِع َّما َي ِع‬
menganjurkan menetapkan hukum di antara manusia dengan adil. ‫ظ ُك ْم ِب ِه‬
َّ َّ‫ ِإن‬. Allah
memerintahkan kepada kalian untuk menyampaikan amanat-amanat tersebut dan
memutuskan hukum dengan adil di antara manusia serta lain-lainnya yang termasuk
perintah-perintah-Nya dan syariat-syariat-Nya yang sempurna lagi agung dan mencakup
semuanya. ‫س ِميعا بَ ِصيرا‬
َ َ‫َّللاَ كان‬
َّ َّ‫ ِإن‬. Maha mendengar semua ucapan kalian lagi Maha Melihat
semua perbuatan kalian.

Al Mishbah
Sesungguhnya Allah memerintahkan kalian, wahai orang-orang yang beriman, untuk
menyampaikan segala amanat Allah atau amanat orang lain kepada yang berhak secara
adil. Jangan berlaku curang dalam menentukan suatu keputusan hukum. Ini adalah pesan
Tuhanmu, maka jagalah dengan baik, karena merupakan pesan terbaik yang diberikan-Nya
kepada kalian. Allah selalu Maha Mendengar apa yang diucapkan dan Maha Melihat apa
yang dilakukan. Dia mengetahui orang yang melaksanakan amanat dan yang tidak
melaksanakannya, dan orang yang menentukan hukum secara adil atau zalim. Masingmasing akan mendapatkan ganjarannya.

Al Azhar
Hendaklah tiap-tiap urusan kaum Muslimin itu, sejak dari Amir-amir dan lain-lain
menempatkan orang bawahannya itu di tempatnya yang betul, pilih mana yang dapat
melaksanakan tugas dengan baik. Jangan seseorang diberi pekerjaan karena permintaannya
sendiri atau terdahulu memintanya. Bahkan itulah yang harus dijadikan sebab buat tidak
mengangkatnya. Di dalam ayat ini telah dijelaskan bahwasanya Allah telah memerintahkan
kamu. Dengan kata memerintahkan itu teranglah bahwa mengatur peme' rintahan yang
baik dan memilih orang yang cakap adalah kewaiiban, yang dalam ketentuan hukum Ushul
Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 44
Fiqh dijelaskan, berpahala barangsiapa yang mengerjakannya dan berdosa barangsiapa
yang menganggapnya enteng saja. Dan darisinijuga dapat difahamkan bahwa bagi seorang
Muslim memegang urusan kenegaraan artinya ialah memegang amanat. Dan urusan
bernegara adalah bahagian yang tidak dapat dipisahkan dari agama. Menyia-nyiakan
amanat adalah khianat. Mengkhianati amanat adalah salah satu alamat orang munafik.
Menerima satu amanat untuk mengkhianatinya adalah satu penipuan.
Kemudian datanglah sambungan ayat : "Dan apabila kamu menghukum di antara
manusia, hendaklah kamu hukumkan dengan adil." Inilah pokok kedua dari pembinaan
pemerintahan yang dikehendoki Islam. Pertama tadi ialah menyerahkan amanat kepada
ahlinya. Memikul peiabat yang sarygup memikul. Yang kedua ialah menegakkan keadilan.
Hukum yang adil, bukan yang zalim. Pemegang teraju hukum hendaklah mengingat
sumber hukum yang asli, yaitu hukum Allah dan tegakkanlah itu.

Al Jalalain
(Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk menyampaikan amanat) artinya
kewajiban-kewajiban yang dipercayakan dari seseorang (kepada yang berhak
menerimanya) ayat ini turun ketika Ali r.a. hendak mengambil kunci Kakbah dari Usman
bin Thalhah Al-Hajabi penjaganya secara paksa yakni ketika Nabi saw. datang ke Mekah
pada tahun pembebasan. Usman ketika itu tidak mau memberikannya lalu
katanya, "Seandainya saya tahu bahwa ia Rasulullah tentulah saya tidak akan
menghalanginya." Maka Rasulullah saw. pun menyuruh mengembalikan kunci itu padanya
seraya bersabda, "Terimalah ini untuk selama-lamanya tiada putus-putusnya!"Usman
merasa heran atas hal itu lalu dibacakannya ayat tersebut sehingga Usman pun masuk
Islamlah. Ketika akan meninggal kunci itu diserahkan kepada saudaranya Syaibah lalu
tinggal pada anaknya. Ayat ini walaupun datang dengan sebab khusus tetapi umumnya
berlaku disebabkan persamaan di antaranya (dan apabila kamu mengadili di antara
manusia) maka Allah menitahkanmu (agar menetapkan hukum dengan adil. Sesungguhnya
Allah amat baik sekali) pada ni`immaa diidgamkan mim kepada ma, yakni nakirah
maushufah artinya ni`ma syaian atau sesuatu yang amat baik (nasihat yang diberikan-Nya
kepadamu) yakni menyampaikan amanat dan menjatuhkan putusan secara
adil. (Sesungguhnya Allah Maha Mendengar) akan semua perkataan (lagi Maha
Melihat) segala perbuatan.
2.
-
QS. AN NAHL (16) : 90
Kategori ayat Makkiyyah
    








   
 
Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 45
90. Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan
permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.
Mufrodat

Dan Dia melarang

Dia menyuruh

Dia mengajar
kalian

Dan memberikan
(bantuan)
Asbabun Nuzul :
Disebutkan sebuah hadits hasan yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Abu Nadhar
memberitahu kami, `Abdul Hamid memberitahu kami, Syahr memberitahuku, `Abdullah bin
`Abbas memberitahuku, dia bercerita, ketika Rasulullah duduk-duduk di beranda rumahnya,
tiba-tiba `Utsman bin Mazh’un berjalan melewati beliau seraya memberi senyum kepada
beliau, maka Rasulullah bertanya: “Tidakkah engkau duduk sejenak?” `Utsman pun
menjawab: “Ya.” Kemudian Rasulullah pun duduk menghadap ke kiblat, dan ketika beliau
tengah berbincang dengan `Utsman, tiba-tiba beliau membuka matanya ke langit seraya
memandangnya, lalu sejenak beliau memandang ke langit. Kemudian beliau mengarahkan
pandangan beliau ke sebelah kanan di tanah, lalu beliau berpaling dari teman duduknya,
`Utsman, menuju ke tempat yang menjadi objek pandangan beliau, selanjutnya beliau
meggerakkan kepalanya seolah-olah ia sedang memahami apa yang dikatakan kepadanya,
sedang Ibnu Mazh’un memperhatikannya.
Setelah selesai mengerjakan keperluannya dan ia memahami apa yang dikatakan
kepadanya, maka beliau pun mengarahkan pandangannya ke langit sebagaimana beliau telah
melakukannya pertama kali, lalu pandangannya mengikutinya sampai menghilang di langit.
Kemudian beliau menghadap kepada `Utsman, teman duduknya semula. Lalu `Utsman bin
Mazh’un mengatakan: “Hai Muhammad, selama aku menemanimu duduk, tidak pernah aku
melihatmu melakukan perbuatan seperti perbuatanmu pada pagi hari.” Maka beliau
bertanya: “Apa yang engkau telah lihat dari apa yang aku kerjakan?” Dia menjawab: “Aku
melihat engkau mengarahkan pandanganmu ke langit kemudian engkau menjatuhkannya di
sebelah kananmu, lalu engkau berpaling kepadanya dan membiarkanku, engkau
menggerakkan kepalamu seolah-olah engkau sedang memahami apa yang dikatakan
kepadamu.
Beliau bertanya: “Apakah engkau mengetahui hal tersebut?” `Utsman menjawab: “Ya.”
Maka Rasulullah bersabda: “Tadi aku telah didatangi oleh utusan Allah, sedang engkau
dalam keadaan duduk.” `Utsman bertanya: “Apakah utusan Allah Jibril as ?” “Ya,” jawab
Rasulullah. `Utsman bertanya: “Lalu apa yang dikatakannya kepadamu?” Beliau menjawab:
innallaaHa ya’murukum bil ‘adl wal ihsaani (“Sesungguhnya Allah menyuruhmu berlaku
adil dan berbuat kebaikan,”) dan ayat seterusnya. Kemudian `Utsman berkata: “Yang
demikian itu terjadi ketika iman telah benar-benar bersemayam di dalam hatiku, dan aku
Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 46
sungguh mencintai Muhammad.” Sanad hadits tersebut jayyid muttashil hasan. Yang di
dalamnya telah dijelaskan pendengaran yang bersambung.
TAFSIR :

Ibnu Katsir
Allah Swt. menyebutkan bahwa Dia memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya
untuk berlaku adil, yakni pertengahan dan seimbang. Dan Allah memerintahkan untuk
berbuat kebajikan. Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan
dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya Allah menyuruh (kalian) berlaku adil. (An-Nahl:
90) Yakni mengucapkan persaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Lain pula dengan
Sufyan ibnu Uyaynah, ia mengatakan bahwa istilah adil dalam ayat ini ialah sikap
pertengahan antara lahir dan batin bagi setiap orang yang mengamalkan suatu amal karena
Allah Swt. Al-ihsan artinya ialah 'bilamana hatinya lebih baik daripada lahiriahnya'. Al
fahsya serta al-munkar ialah 'bila lahiriahnya lebih baik daripada hatinya'.
}‫اء ذِي ا ْلقُ ْر َبى‬
ِ َ ‫{و ِإيت‬
َ . Yaitu hendaknya dia menganjurkan untuk bersilaturahmi. ‫{ويَ ْنهَى ع َِن‬
َ
}‫َاء َوا ْل ُم ْنك َِر‬
ِ ‫ا ْلفَحْ ش‬. Yang dimaksud dengan fahsya ialah hal-hal yang diharamkan, dan munkar
ُ ‫{يَ ِع‬. Yaitu
ialah segala sesuatu yang ditampakkan dari perkara haram itu oleh pelakunya.}‫ظ ُك ْم‬
melalui apa yang diperintahkannya kepada kalian agar berbuat kebaikan dan melarang
kalian dari perbuatan yang jahat.} َ‫{لَعَلَّ ُك ْم تَذَك َُّرون‬. Asy-Sya'bi telah meriwayatkan dari Basyir
ibnuNuhaik, bahwa ia pernah mendengar Ibnu Mas'ud mengatakan, "Sesungguhnya ayat
yang paling mencakup dalam Al-Qur'an adalah ayat surat An-Nahl," yaitu firman-Nya:
Sesungguhnya Allah menyuruh (kalian) berbuat adil dan berbuat kebajikan. (An-Nahl: 90),
hingga akhir ayat. Demikianlah menurut riwayat Ibnu Jarir.

Al Mishbah
Allah memerintahkan para hamba-Nya untuk berlaku adil dalam setiap perkataan dan
perbuatan. Allah menyuruh mereka untuk selalu berusaha menuju yang lebih baik dalam
setiap usaha dan mengutamakan yang terbaik dari lainnya. Allah memerintahkan mereka
untuk memberikan apa yang dibutuhkan oleh para kerabat sebagai cara untuk memperkokoh
ikatan kasih sayang antar keluarga. Allah melarang mereka berbuat dosa, lebih-lebih dosa
yang amat buruk dan segala perbuatan yang tidak dibenarkan oleh syariat dan akal sehat.
Allah melarang mereka menyakiti orang lain. Dengan perintah dan larangan itu, Allah
bermaksud membimbing kalian menuju kemaslahatan dalam setiap aspek kehidupan, agar
kalian selalu ingat karunia-Nya dan menaati firman-firman-Nya.

Al Azhar
Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 47
Tiga hal yang diperintahkan oleh Allah supaya dilakukan sepanjang waktu sebagai
alamat dari taat kepada Tuhan. Pertama jalan Adil; yaitu menimbang yang sama berat,
menyalahkan yang salah dan membenarkan mana yang benar, mengembalikan hak kepada
yang empunya dan jangan berlaku zarim aniaya. - Lawan dari Adil ialah Zalim, yaitu
memungkiri kebenaran karena hendak mencari keuntungan bagi diri sendiri,
mempertahankan perbuatan yang salah, sebab yang bersalah itu ialah kawan atau keluarga
sendiri. Sesudah itu diperintahkan pula melatih diri berbuat lhsan. Arti Ihsan ialah
mengandung dua maksud. Pertama selalu mempertinggi mutu amalan, berbuat yang lebih
baik daripada yang sudah-sudah, sehingga kian lama tingkat iman itu kian naik. Yang ketiga
ialah memberi kepada keluarga yang.terdekat. Ini pun adalah lanjutan daripada Ihsan.
Karena kadang-kadang orang yang berasal dari satu ayah dan satu ibu sendiri pun tidak
sama nasibnya; ada yang murah rezekinya lalu menjadi kaya-raya dan ada yang hidupnya
tidak sampai-menyampai. Maka orang yang mampu itu dianjurkan berbuat Ihsan kepada
keluarganya yang terdekat, sebelum dia mementingkan orang lain. Inilah pula tiga larangan
Allah yang seyogianya dijauhi oleh orang yang mengaku beriman kepada Allah. Allah
melarang segala perbuatan yang keji-keji, yaitu dosa yang amat merusak pergaulan dan
keturunan. Biasa di dalam al-Quran, kalau disebut Al-Fahsyoo' yang dituju ialah segala yang
berhubungan dengan zina. Segala pintu yang menuju kepada zina, baik berhubungan dengan
pakaian yang membukakan aurat, atau cara-cara lain yang menimbulkan nafsu syahwat yang
menuju ke sana. Itu hendaklah ditutup mati. Dan yang dibenci atau yang munkar, ialah
segala perbuatan yang tidak dapat diterima baik oleh masyarakat yang memupuk budi yang
luhur, dan segala laku tingkah perangai yang membawa pelanggaran atau aturan agama. Dan
aniaya; yaitu segala perbuatan yang sikapnya menimbulkan permusuhan terhadap sesama
manusia, karena mengganggu hak dan kepunyaan orang lain.

Al Jalalain
(Sesungguhnya Allah menyuruh kalian berlaku adil) bertauhid atau berlaku adil
dengan sesungguhnya (dan berbuat kebaikan) menunaikan fardu-fardu, atau hendaknya
kamu menyembah Allah seolah-olah kamu melihat-Nya sebagaimana yang telah dijelaskan
oleh hadis (memberi) bantuan (kepada kaum kerabat) famili; mereka disebutkan secara
khusus di sini, sebagai pertanda bahwa mereka harus dipentingkan terlebih dahulu (dan
Allah melarang dari perbuatan keji) yakni zina (dan kemungkaran) menurut hukum syariat,
yaitu berupa perbuatan kekafiran dan kemaksiatan (dan permusuhan) menganiaya orang
lain. Lafal al-baghyu disebutkan di sini secara khusus sebagai pertanda, bahwa ia harus lebih
dijauhi; dan demikian pula halnya dengan penyebutan lafal al-fahsyaa (Dia memberi
pengajaran kepada kalian) melalui perintah dan larangan-Nya (agar kalian dapat mengambil
pelajaran) mengambil pelajaran dari hal tersebut. Di dalam lafal tadzakkaruuna menurut
bentuk asalnya ialah huruf ta-nya diidghamkan kepada huruf dzal. Di dalam kitab AlMustadrak disebutkan suatu riwayat yang bersumber dari Ibnu Masud yang telah
mengatakan, bahwa ayat ini yakni ayat 90 surah An-Nahl, adalah ayat yang paling padat
mengandung anjuran melakukan kebaikan dan menjauhi keburukan di dalam Alquran.
.
Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 48
Studi Al Quran dan Hadits “Ayat-ayat Ekonomi” | 49
Download