Uploaded by harmasnovryanfareza

presentasi kasus

advertisement
Dokter Internship 2019-2020 RS Muhammadiyah Jombang
PRESENTASI KASUS
KEJANG DEMAM SIMPLEKS
OLEH :
dr. Harmas Novryan Fareza
PEMBIMBING :
dr. H. Arief Fathoni
PENDAHULUAN
• Kejang = konduksi elektrik pada otak  gejala neurologis yang tiba-tiba (seperti
pergerakan involunter,gangguan sensorik, dan penurunan kesadaran)
• Epilepsi  kejang berulang. Kejang ≠ epilepsy.
• Kebanyakan kejang  gejala yang ringan
• >15 menit  berbahaya & mengancam nyawa  status epileptikus
PENDAHULUAN
• Kejang  kejang yang paling sering dijumpai, khususnya pada anak.
• Kejang demam jarang terjadi pada epilepsy
• Kejang demam  spontan sembuh tanpa terapi tertentu.
• Kejang demam merupakan kejadian kejang yang paling lazim dialami pada usia anak-anak
dengan prognosis yang baik secara seragam.
DATA PASIEN
• Nama Pasien
:
An. MAM
• Usia
:
2 tahun
• Jenis Kelamin
:
Laki-laki
• Alamat
:
Jambu, Jabon, Jombang
• Agama
:
Islam
• Suku
:
Jawa
• Pekerjaan
:
-
DATA SOSIAL DAN DEMOGRAFIS
• Pasien berasal dari keluarga menengah dengan tingkat pendidikan yang cukup. Pasien
tinggal bersama ayah, ibu, kakek, dan nenek. Ayah dan kakek pasien merokok. Lingkungan
sekitar rumah pasien tidak ada yang sedang membangun rumah / proyek, dan tidak ada
pabrik yang beroperasi di sekitar rumah pasien. Riwayat imunisasi lengkap. Lahir normal, di
RS, BBL 3,1 kg, PBL orangtua pasien lupa.
DATA KLINIS
• ANAMNESIS
• Pasien laki-laki / 2 th
• Pasien datang dengan keluhan kejang
• Kejang 1x, seluruh tubuh, kedua tangan dan kaki kaku serta mata melirik ke atas, lama kejang ± 5
menit sebelum tertangani. Setelah kejang  menangis. Kejang pertama kali dialami oleh pasien.
• Sebelumnya demam terus menerus, batuk, dan pilek sejak 1 hari SMRS. Nafsu makan turun, minum
normal seperti biasa. Mual (-), muntah (-). BAB normal, BAK lancar, BAK terakhir ± 3 jam SMRS.
• Pasien belum pernah mengalami kejang sebelumnya. Pasien beberapa kali menderita ISPA, tetapi
cepat sembuh setelah diobati.Tidak ada keluarga pasien yang pernah menderita kejang.
PEMERIKSAAN FISIK
• Keadaan Umum
: Lemah
• Kesadaran
: Compos mentis
• GCS
: 456
• Vital Sign
:
• TD
:
-
• Suhu
:
39,2oC
• Nadi
:
132x/menit
• RR
:
40 x/menit
• BB
: 10 kg
PEMERIKSAAN FISIK
• K/L
: Anemis (-) / icterus (-) / cyanosis (-) / dyspneu (-)
• Thorax
• Pulmo :
• Inspeksi
:
Bentuk normal, gerak dada simetris, retraksi (+)
• Palpasi : ekspansi dinding dada simetris
• Perkusi : sonor / sonor
• Auskultasi :
Ves/Ves, Rh +/+, Wh +/+
+/+
-/-
+/+
+/+
PEMERIKSAAN FISIK
• Cor :
•
Inspeksi
:
Ictus cordis tidak tampak
•
Palpasi
:
Ictus cordis teraba pada MCL sinistra ICS 5
•
Perkusi
:
Batas jantung dbN
•
Auskultasi
:
S1 S2 tunggal reguler, bising (-)
• Inspeksi
:
Flat
• Auskultasi
:
Bising usus (+) normal
• Palpasi
:
Supel, hepar – lien tidak teraba, turgor kulit normal
• Perkusi
:
Timpani
• Abdomen :
• Ekstremitas : Akral kering hangat merah di ke-empat ekstremitas, CRT < 2 detik, Edema (-)
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
• GCS
: 456
• Meningeal sign
: kaku kuduk (-), brudzinski I danII (-), kernig (-)
• Reflek cahaya
: +/+, pupil bulat isokor 3mm / 3mm
• Motorik
: Kekuatan otot +5/+5
+5/+5
• Tonus
: normal
• Reflek fisiologis
: tidak diperiksa
• Reflek patologis
: babinski (-/-), Chaddock (-/-)
PEMERIKSAAN
HASIL
NILAI NORMAL
Hemoglobin
11,5
L : 13,5 – 18,0
PEMERIKSAAN
P : 11,5 – 16,0 g/Dl
Leukosit
PENUNJANG
(DARAH LENGKAP)
18.700
4.000-11.000 / cmm
Hitung jenis
-
Granulosit
47
54-62
-
Lymphosit
42
25-33
-
Monosit
12
3-7
LED
25/37
L:0-15, P 0-20 mm/jam
Trombosit
275.000
150.000 – 450.000 / cmm
Hematokrit
34
L:40-54%, P:37-47%
Eritrosit
5,7
L : 4,5 – 6,5
P : 3,0 – 6,0 jt/cmm
MCV
57
80 – 99 um3
MCH
20
27 – 32 pg
MCHC
35
31 – 34 g/Dl
RDW
19
13 – 34 %
MPV
9
7,1 – 9,5 um3
PDW
13
10 – 18%
DIAGNOSIS
• Dari hasil pmx fisik dan laboratorium DL  Kejang Demam Simpleks dan Bronchopneumonia.
• Pada kasus ini diagnosis ditegakkan berdasarkan :
• Manifestasi Klinis :
• Kejang Demam Simpleks : Kejang terjadi saat pasien demam > 38oC, kejang satu kali, kejang seluruh tubuh, dan
durasi < 15 menit.
• Bronchopneumonia : sesak nafas yang ditandai dengan takipnea (RR: 40x/menit) dan retraksi intercostae, demam
tinggi (suhu : 39,2oC), serta didapatkan rhonki dan wheezing.
• Pemeriksaan Laboratorium Darah Lengkap : leukositosis (WBC : 18.700/mm3)
• Tidak didapatkan kelainan pada pemeriksaan neurologis.
PENALARAN KLINIS
Anamnesis, Pmx Fisik, dan Pmx Penunjang
Kejang Demam Simpleks
Px kejang saat suhu tubuh mencapai 39,2oC (>38oC), kejang 1x, kejang seluruh tubuh dengan durasi 5
menit (<15 menit), dan pasien baru pertama kali mengalami kejang. Pada pemeriksaan neurologis tidak
didapatkan kelainan sehingga kecurigaan adanya infeksi susunan saraf pusat (seperti Meningitis,
Ensefalitis, dan Abses Otak) dapat disingkirkan.
PENALARAN KLINIS
Demam
Bronchopneumonia
Diawali infeksi saluran pernafasan atas,ditandai dengan sesak / takipnea (RR : 40x/menit) dan
retraksi intercostae, demam tinggi (suhu 39,2oC), didapatkan rhonki dan wheezing, serta
leukositosis (WBC : 18.700 / mm3)
PENALARAN KLINIS
Pada demam / kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari
membrane sel neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion
natrium melalui membrane tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan
listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun membrane sel
tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter dan terjadilah kejang.
Demam juga akan meningkatkan sintesis sitokin di hipokampus. Pirogen endogen, yakni
interleukin 1β, akan meningkatkan eksitabilitas neuronal (glutamatergic) dan menghambat
GABA-ergic, peningkatan eksitabilitas neuronal ini yang menimbulkan kejang.
PENATALAKSANAAN
Pengobatan diberikan secara suportif dan kuratif
• O2 masker 5 lpm  mencegah terjadinya hipoksia
• Antikonvulsan  Diazepam (Stesolid) 5 mg per rectal  menghentikan kejang  dosis
diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kgBB atau diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan
berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg, diberikan
tiap 5-10 menit jika terjadi kejang kembali, dosis maksimal adalah 10 mg.
• Cairan rumatan intravena  memenuhi kebutuhan cairan harian dan mencegah dehidrasi
 D5 ¼ NS sebanyak 1000 cc dalam 24 jam (100 cc/kgBB/24 jam)
PENATALAKSANAAN
• Paracetamol injeksi intravena 3 kali 100 mg (10 mg/kgBB/kali) untuk menurunkan demam
dan Dexamethason injeksi intravena 5 mg ekstra sebagai terapi tambahan untuk
membantu menurunkan demam (dosis : 0,08-0,3 mg/kgBB/hari terbagi dalam 3 dosis).
• Termoregulasi (bila perlu kompres air biasa bila suhu >38oC, air hangat bila suhu >39oC),
bila terdapat kejang berulang di ruangan  siapkan diazepam IV 0,3-0,5 mg/kgBB/kali
• Tambahan terapi dari dr. Rahmad, Sp.A :
• Ceftriaxone injeksi intravena 2x500 mg untuk membunuh bakteri penyebab infeksi (dosis : 2080 mg/kgBB/hari terbagi dalam 2 dosis).
• Nebulizer Ventolin 1 ampul (2,5 mg) ekstra jika pasien sesak, untuk melebarkan bronkus
sehingga memgurangi sesak (dosis awal : 2,5 mg).
EDUKASI
• Menjelaskan kepada orangtua pasien bahwa pasien menderita kejang demam yaitu
bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) tanpa
adanya infeksi susunan saraf pusat, gangguan elektrolit atau metabolik lain
• Menjelaskan kepada orangtua pasien bahwa demam tinggi disebabkan oleh penyakit
Bronchopneumonia yang diderita oleh pasien
• Menjelaskan kepada orang tua pasien bahwa kejang demam umumnya mempunyai
prognosis yang baik
EDUKASI
• Menjelaskan kepada orangtua pasien cara penanganan kejang di rumah
• Memberikan informasi kepada orangtua pasien mengenai kemungkinan kejang kembali
• Menjelaskan kepada orangtua pasien bahwa pemberian obat untuk mencegah kambuhnya
kejang memang efektif tetapi harus diingat adanya efek samping obat.
KONSULTASI
• Dijelaskan secara rasional perlunya konsultasi dengan dokter spesialis anak. Konsultasi ini
merupakan upaya agar penyakit pasien dapat ditangani secara komprehensif dan
paripurna.
ILMU YANG DIPUNYAI (DASAR KLINIS)
DEFINISI
• Kejang yang paling sering terjadi pada anak.
• International League Against Epilepsy (ILAE):
• Sebuah kejang yang berhubungan dengan terjadinya demam tanpa adanya infeksi susunan
saraf pusat (SSP) / ketidakseimbangan elektrolit akut pada anak >1 bulan, tanpa riwayat
kejang afebrile
• Kejang demam biasanya  beberapa menit/detik saja.
• Biasanya kejang demam  39oC pada hari pertama demam
KLASIFIKASI
• 80% KEJANG DEMAM SEDERHANA ( SIMPLE FEBRILE SEIZURE ) :
• < 15 menit
• kejang umum tonik dan/atau klonik, tanpa gerakan fokal
• Tidak berulang dalam 24 jam
• 20% KEJANG DEMAM KOMPLES ( COMPLEX FEBRILE SEIZURE ) :
• > 15 menit
• Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahuli kejang parsial
• Berulang dalam 24 jam, diantara bangkitan anak sadar
PATOFISIOLOGI
• Kelangsungan hidup sel otak  energi  metabolisme  glukosa
• Glukosa  oksidasi  CO2 dan air.
• Membran sel = permukaan lipod (dalam) dan permukaan luar ionik (luar).
• Membran sel neuron NORMAL:
• Mudah dilalui ion K+, sangat sulit dilalui ion (Na+) & elektrolit lainnya.
•  [K+] dalam sel neuron , dan [Na+] , sedangkan di luar sel neuron
sebaliknya.  terdapat perbedaan potensial (potensial membran) dari sel neuron.
PATOFISIOLOGI (2)
• Perubahan konsentrasi ion ekstraseluler
• Rangsangan yang datang secara mendadak
• Perubahan fisiologi dari membran (akibat
penyakit/faktor keturunan)
Gangguan
keseimbangan
potensial membran
PATOFISIOLOGI (3)
• 1oC  laju metabolisme 10%-15% & kebutuhan oksigen 20%.
• Anak usida 3 tahun: sirkulasi otak 65% dari seluruh tubuh (dewasa: 15%)
•  suhu tubuh  perubahan keseimbangan membran sel neuron  difusi dari K+
& Na+ melalui membran  lepas muatan listrik.
•  Meluas ke seluruh sel sekitarnya melalui neurotransmitter  KEJANG
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• PEMERIKSAAN LABORATORIUM  sumber infeksi
• Darah rutin
• Elektrolit
• Gula darah
• PUNGSI LUMBAL
• Pemeriksaan cairan serebrospinal  meningitis?
• Sangat dianjurkan
• Dianjurkan
: <12 bulan
: 12-18 bulan
• Tidak rutin dilakukan : > 18bulan
PEMERIKSAAN PENUNJANG (2)
• ELEKTROENSEFALOGRAFI (EEG)
• kejang demam tidak khas  kejang demam kompleks pada anak >6 tahun, atau kejang
demam fokal.
• PENCITRAAN
•
•
Foto X-RAY kepala
•
CT Scan
•
MRI ( magentic resonance imaging )
Indikasi pencitraan :
- kelainan neurologik fokal menetap (hemiparesis)
- paresisi nervus VI
- papiledema
PROGNOSIS
• Risiko berulang  1 dari 3 kasus
• Faktor risiko yang menentukan:
• Riwayat kejang demam di keluarga
• Usia onset kejang demam pertama <18 bulan
• Suhu puncak (suhu tertinggi yang dicapai anak)
• Lebih suhu puncak  kemungkinan berulang 
• Durasi demam sebelum terjadinya kejang
• Lebih << durasi  risiko kejang berulang 
PROGNOSIS (2)
• Faktor risiko multipel  30% berulang dalam 2 tahun.
• 3 atau 4  >60% kejang demam berulang
• Tanpa faktor risiko  rekurensi 15% dalam 2 tahun.
• 2%-10% kejang demam  menjadi epilepsy.
• Riwayat keluarga kejang afebrile / epilepsy & kejang demam kompleks  faktor risiko
epilepsi di kemudian hari.
PROGNOSIS (3)
Faktor Risiko Pasti
Faktor Risiko Possible
Bukan Faktor Risiko
Riwayat kejang demam
Riwayat Epilepsi keluarga
Kelainan
keluarga
neurodevelopmental
Usia < 18 bulan
Kejang demam kompleks
Peak temperature rendah
Jenis kelamin
Durasi demam
Etnis
• Kematian akibat kejang demam  ( - )
• Komplikasi kecacatan belum pernah dilaporkan.
• Anak dengan perkembangan normal tidak berdampak gangguan mental dan neurologis
• Kejang lama / berulang  kelainan neurologis (sebagian kecil)
TATALAKSANA (SAAT KEJANG)
Saat kejang, berikan salah satu:
• Diazepam per rektal 0,5-0,75mg/kg
• Diazepam 5mg  BB < 10Kg
• Diazepam 10mg  BB > 10Kg
2X pemberian tidak berhenti  Diazepam
Dapat diulang (cara &
dosis sama)
Interval = 5 menit.
IV 0,3-0,5 mg/kg
•  kejang tidak berhenti:
• Fenitoin IV 10-20mg/kg/kali, kecepatan 1mg/kg/menit (<50mg/menit)
• Berhenti  dosis selanjutnya 4-8mg/kg/hari 12 jam setelah dosis awal
TATALAKSANA (SAAT DEMAM)
• Antipiretik
• Paracetamol: 10-15mg/kg/dosis  4 x 1, maks. 5x.
• Ibuprofen: 5-10mg/kg/dosis  3-4 x 1
• Antikonvulsan (suhu >38,5oC)
• Diazepam oral: 0,3mg/kg/dosis setiap 8jam
• Diazepam rektal: 0,5mg/kg/dosis setiap 8jam
TATALAKSANA (OBAT RUMAT)
• Indikasi:
1. Kejang lama >15menit
2. Kelainan neurologis yang nyata sebelum/sesudah kejang
• hemiparesis, paresi Todd, cerebral palsy, retardasi mental, hidrosefalus.
3. Kejang fokal
• Dipertimbangkan bila:
• kejang berulang ≥2x dalam 24 jam
• <12 bulan
• kejang demam ≥4 x dalam 1 tahun.
TATALAKSANA (OBAT RUMAT) (2)
• Asam Valproat 15-40mg/kg/hari  dalam 2-3 dosis
• Fenobarbital 3-4mg/kg/hari  dalam 1-2 dosis
Selama 1 tahun bebas kejang  dihentikan secara bertahap selama 1-2 bulan.
• Efek samping:
• Asam Valproat : hepatotoksik
• Fenobarbital : gangguan perilaku, kesulitan belajar
KESIMPULAN
• Kejang demam = bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh 
proses ekrtrakranium.
• Beberapa faktor risiko mengiringi timbulnya kejang demam: riwayat kejang demam
pada saudara kandung / orang tua (predisposisi genetik)
• 2 tipe kejang demam:
• kejang demam sederhana (simple febrile seizure)
• kejang demam kompleks (complex febrile seizure)
• Diagnosis  eksklusi dari kelainan neurologis / SSP lain
• Pemeriksaan laboratorium, pungsi lumbal, EEG, pencitraan
• Tatalaksana:
• fase akut  antikonvulsan.
• simtomatik & preventif  mengatasi demam & menghindari kejang (antipiretik dan
antikonvulsa)
• terapi rumatan : dengan indikasi tertentu guna menghindari terjadinya kejang
demam yang berulang pada kasus kejang demam kompleks
• Kecacatan & kematian sebagai komplikasi langsung dari kejang demam  tidak
pernah dilaporkan.
• Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang
sebelum mengalami kejang NORMAL.
DAFTAR PUSTAKA
• The American Heritage Medical Dictionary Copyright 2007, 2004 by Houghton Mifflin Company.
Published by Houghton Mifflin Company
• Seizure disorder - definition. [homepage on the Internet]. 2012 [cited 2013 Mar 27]. Available
from: http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/seizure+disorder
• An Introduction to Epilepsy [Internet]. Bromfield EB, Cavazos JE, Sirven JI, editors. West Hartford
(CT):American Epilepsy Society; 2006.
• Hendarto S. K. Kejang Demam. Subbagian Saraf Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
RSCM, Jakarta. Cermin Dunia Kedokteran No.27. 1982; 6-8.
• Haslam Robert H. A. Sistem Saraf, Edisi 15. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. 2000; XXVII:
2059 – 2060.
• Baummann RJ. Febrile Seizure. [homepage on the Internet]. 2012 [cited 2013 Mar 26]. Available
from: http://http://emedicine.medscape.com/article/1176205-overview
• Mohammadi M, Febrile Seizure: Four Steps Algorithmic Clinical Approach. Iran J Pediatri 2010;
20(1):5-15. (http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:http://ijp.tums.ac.ir/index.php
/ijp/article/download/942/940)
• Saharso Darto. Kejang Demam, Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag./SMF Ilmu Kesehatan Anak RSU
dr. Soetomo, Surabaya 2006.
• Mikati MA. Febrile seizures.In: Kliegman RM,Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF, eds.Nelson Textbook
of Pediatrics.19th ed. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier; 2011:chap 586.1.
• Febrile Seizure Fact Sheet. [homepage on the Internet]. 2012 [cited 2013 Mar 26]. Available from:
National Institutes of Health, National Institute of Neurological Disorder and Stroke Web site:
http://www.ninds.nih.gov/disorders/febrile_seizures/detail_febrile_seizures.htm
• Pusponegoro HD & Widodo DP. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. Jakarta: Ikatan Dokter
Indonesia; 2006.
Download