Uploaded by User7555

PERAN PERAWAT

advertisement
UNIVERSITAS INDONESIA
GAMBARAN PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PERAN
PERAWAT PUSKESMAS DI KELURAHAN BINTARA
KOTA BEKASI TAHUN 2012
SKRIPSI
SYIFA FAUZIAH
0806334483
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN
DEPOK
JULI 2012
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
UNIVERSITAS INDONESIA
GAMBARAN PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PERAN
PERAWAT PUSKESMAS DI KELURAHAN BINTARA
KOTA BEKASI TAHUN 2012
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana keperawatan
SYIFA FAUZIAH
0806334483
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN
DEPOK
JULI 2012
i
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.
Nama
: Syifa Fauziah
NPM
: 0806334483
Tanda tangan :
Tanggal
: 6 Juli 2012
ii
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh
Nama
NPM
Program Studi
Judul Skripsi
:
: Syifa Fauziah
: 0806334483
: Ilmu Keperawatan
: Gambaran Persepsi Masyarakat tentang Peran
Perawat Puskesmas di Kelurahan Bintara
Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima
sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu
Keperawatan, Universitas Indonesia
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : Debie Dahlia S.Kp., MHSM
(
)
Penguji
(
)
: Allenidekania S.Kp., M.Sc
Ditetapkan di : Depok
Tanggal
: 6 Juli 2012
iii
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gambaran
Persepsi Masyarakat tentang Peran Perawat Puskesmas di Kelurahan Bintara Kota
Depok Tahun 2012”. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, dari masa perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini, sangatlah
sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Ibu Debie Dahlia S.Kp., MHSM selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah
menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan skripsi ini;
2. Kedua orang tua, kakak, dan adik saya yang dengan sabar dan penuh
perjuangan mendidik dan membesarkan saya serta kakak dan adik tersayang
yang selalu memberikan kasih sayang dan dukungan kepada saya baik secara
moril dan materil;
3. Sahabatku Ichi, untuk senyum, canda, dan semangatmu yang tak henti kau
curahkan demi membantu semua tugas selama perkuliahan;
4. Teman-teman Kost Marisol yang selalu memberikan semangat, inspirasi yang
tak pernah putus, dan tempat berkeluh kesah bersama menyelesaikan skripsi
ini;
5. Teman-teman MAGIC dan sepermainan selama di kampus yang terus
memberikan hal-hal positif selama penyelesaian tugas ini;
6. Teman-teman kelas B angkatan 2008 yang saling memberikan dukungan dan
berjuang bersama dalam suka maupun duka selama masa perkuliahan
berlangsung, serta seluruh teman angkatan 2008 “PEDULI” yang sama-sama
berjuang menyelesaikan skripsi.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT membalas kebaikan semua pihak yang telah
membantu.
Depok,
Juli 2012
Syifa Fauziah
iv
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di
bawah ini :
Nama
: Syifa Fauziah
NPM
: 0806334483
Program Studi
: Ilmu Keperawatan
Fakultas
: Ilmu Keperawatan
Jenis karya
: Skripsi
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: Gambaran Persepsi
Masyarakat tentang Peran Perawat Puskesmas di Kelurahan Bintara Kota
Bekasi beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif
ini
Universitas
Indonesia
berhak
menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 6 Juli 2012
Yang menyatakan
(Syifa Fauziah)
v
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
ABSTRAK
Nama
Program Studi
Judul
: Syifa Fauziah
: Ilmu Keperawatan
: Gambaran Persepsi Masyarakat tentang Peran Perawat
Puskesmas di Kelurahan Bintara Kota Bekasi Tahun 2012
Persepsi positif tentang kinerja perawat dalam menjalankan peran perawat akan
meningkatkan motivasi masyarakat untuk berkunjung ke puskesmas. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui gambaran persepsi masyarakat tentang peran perawat
puskesmas. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif sederhana dengan
pendekatan cross sectional. Pengambilan data dilakukan menggunakan kuesioner
kepada 96 pengunjung puskesmas di Kelurahan Bintara dengan teknik purposive
sampling. Hasil menunjukkan bahwa sebanyak 55,2% responden memiliki
persepsi positif tentang peran perawat secara keseluruhan. Dengan demikian,
persepsi masyarakat hampir seimbang karena selisih persetasi antara persepsi baik
dan buruk hanya 10,4.
Kata kunci: peran perawat, persepsi, puskesmas
ABSTRACT
Name
Study Programme
Title
: Syifa Fauziah
: Faculty of Nursing
: Community perception of nurse role in Puskesmas
Kelurahan Bintara Kota Bekasi 2012
Positive perception to quality of nursing service would increase motivation to
come to puskesmas. The purpose of this study was to determine community
perception of nurse role in puskesmas. The method of this study used simple
descriptive method with point time approach cross sectional. Sampling technique
that used in this study was purposive sampling. The data have collected by
questionnaire to 96 visitors in Kelurahan Bintara. This study showed that 55,2%
respondent have totally positive perception of nurse role. Thereby, community
perception almost balanced because the difference percentage of positive and
negative only 10,4.
Key word: nurse role, perception, puskesmas
vi
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
PERNYATAAN ORISINALITAS ..................................................................
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................
KATA PENGANTAR ....................................................................................
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ..........................
ABSTRAK ......................................................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................................................
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................
1.1 Latar Belakang .....................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................
1.3.1 Tujuan Umum .............................................................................
1.3.2 Tujuan Khusus.............................................................................
1.4 Manfaat Penelitian ...............................................................................
1.4.1 Pelayanan Keperawatan ..............................................................
1.4.2 Pendidikan Keperawatan ............................................................
1.4.3 Masyarakat .................................................................................
1.4.4 Penelitian ....................................................................................
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
x
xi
xii
1
1
5
5
6
6
6
6
7
7
7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) ............................................
2.1.1 Definisi Puskesmas .....................................................................
2.1.2 Tujuan dan Fungsi Puskesmas ....................................................
2.2 Keperawatan .......................................................................................
2.2.1 Keperawatan Kesehatan Masyarakat ...........................................
2.2.2 Peran Perawat Puskesmas ...........................................................
2.2.2.1 Pemberi Asuhan Keperawatan .......................................
2.2.2.2 Penemu Kasus ...............................................................
2.2.2.3 Pendidik Kesehatan .......................................................
2.2.2.4 Koordinator dan Kolaborator .........................................
2.2.2.5 Konselor ........................................................................
2.2.2.6 Panutan ..........................................................................
2.2.3 Kompetensi Perawat ...................................................................
2.2.4 Kewajiban Perawat .....................................................................
2.3 Persepsi ...............................................................................................
2.3.1 Definisi Perawat .........................................................................
2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi ................................
2.3.3 Proses Persepsi ...........................................................................
2.4 Kerangka Teori ...................................................................................
8
8
9
10
10
11
12
12
13
13
14
14
14
15
16
16
17
18
19
vii
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN ............................................ 20
3.1 Kerangka Konsep ................................................................................ 20
3.2 Definisi Operasional ............................................................................ 21
BAB 4 METODE PENELITIAN ..................................................................
4.1 Desain Penelitian .................................................................................
4.2 Populasi Dan Sampel ...........................................................................
4.3 Tempat dan Waktu Penelitian ..............................................................
4.4 Etika Penelitian ...................................................................................
4.5 Pengumpulan Data ..............................................................................
4.5.1 Alat Pengumpul Data ..................................................................
4.5.2 Metode Pengumpulan Data .........................................................
4.6 Pengolahan dan Analisa Data ..............................................................
4.6.1 Pengolahan Data .........................................................................
4.6.2 Penyajian Data ............................................................................
4.6.3 Analisis Data ..............................................................................
4.6.4 Intepretasi Data ...........................................................................
4.6.5 Pelaporan Data ............................................................................
4.7 Sarana Penelitian .................................................................................
4.8 Jadwal Penelitian .................................................................................
23
23
23
25
25
26
26
28
29
29
30
30
30
30
30
31
BAB 5 HASIL PENELITIAN ........................................................................
5.1 Pelaksanaan Penelitian ........................................................................
5.2 Penyajian Hasil Penelitian ...................................................................
5.2.1 Karakteristik Responden .............................................................
5.2.1.1 Karakteristik Responden berdasarkan Usia ......................
5.2.1.2 Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin .......
5.2.1.3 Karakteristik Responden berdasarkan Suku Bangsa .........
5.2.1.4 Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan ............
5.2.1.5 Karakteristik Responden berdasarlan Pekerjaan ...............
5.2.2 Persepsi Masyarakat ....................................................................
5.2.2.1 Gambaran Persepsi Masyarakat terhadap Peran Perawat ..
5.2.2.2 Gambaran Persepsi Masyarakat terhadap Masing-masing
Peran Perawat .................................................................
32
32
33
33
33
33
34
35
35
36
36
BAB 6 PEMBAHASAN .................................................................................
6.1 Interpretasi dan Pembahasan Hasil Penelitian ......................................
6.1.1 Karakteristik Responden Penelitian ............................................
6.1.2 Persepsi Masyarakat terhadap Peran Perawat Puskesmas ............
6.1.2.1 Persepsi Masyarakat terhadap Peran Pemberi Asuhan
Keperawatan ...................................................................
6.1.2.2 Persepsi Masyarakat terhadap Peran Penemu Kasus ........
6.1.2.3 Persepsi Masyarakat terhadap Peran Pendidik Kesehatan .
6.1.2.4 Persepsi Masyarakat terhadap Peran Koordinator dan
Kolaborator .....................................................................
6.1.2.5 Persepsi Masyarakat terhadap Peran Konselor .................
40
40
40
41
viii
38
44
45
45
47
48
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
6.1.2.6 Persepsi Masyarakat terhadap Peran Panutan ................... 50
6.2 Keterbatasan Penelitian ....................................................................... 51
6.3 Implikasi terhadap Keperawatan ......................................................... 51
BAB 7 PENUTUP .........................................................................................
7.1 Simpulan ............................................................................................
7.2 Saran ..................................................................................................
7.2.1 Pelayanan Keperawatan .............................................................
7.2.2 Pendidikan Keperawatan ...........................................................
7.2.3 Pemerintah/Pembuat Kebijakan .................................................
7.2.3 Masyarakat ................................................................................
7.2.4 Penelitian Keperawatan .............................................................
52
52
52
52
53
53
53
53
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 54
ix
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 5.1
Tabel 5.2
Definisi Operasional Penelitian ................................................. 21
Kisi-kisi Kuesioner Penelitian ................................................... 27
Jadwal Penelitian ....................................................................... 31
Distribusi Statistik Responden pada Variabel Persepsi Masyarakat
terhadap Peran Perawat Puskesmas Bintara Tahun 2012 ............. 36
Gambaran Persepsi Masyarakat terhadap Peran Perawat Puskesmas
di Kelurahan Bintara Kota Bekasi Tahun2012 ............................ 38
x
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Gambar 3.1
Gambar 5.1
Gambar 5.2
Gambar 5.3
Gambar 5.4
Gambar 5.5
Gambar 5.6
Kerangka Teori “Gambaran Persepsi Masyarakat tentang Peran
Perawat Puskesmas di Kelurahan Bintara Kota Bekasi Tahun 2012”
.................................................................................................. 19
Kerangka Konsep “Gambaran Persepsi Masyarakat tentang Peran
Perawat Puskesmas di Kelurahan Bintara Kota Bekasi Tahun 2012”
.................................................................................................. 20
Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan Usia di Kelurahan
Bintara, Kota Bekasi, Mei – Juni 2012 ..................................... 33
Distibusi Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin di
Kelurahan Bintara, Kota Bekasi, Mei – Juni 2012 ..................... 33
Distibusi Karakteristik Responden berdasarkan Suku Bangsa di
Kelurahan Bintara, Kota Bekasi, Mei – Juni 2012 ..................... 34
Distibusi Karakteristik Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan
di Kelurahan Bintara, Kota Bekasi, Mei – Juni 2012 ................. 35
Distibusi Karakteristik Responden berdasarkan Pekerjaan di
Kelurahan Bintara, Kota Bekasi, Mei – Juni 2012 ..................... 35
Distibusi Persepsi Masyarakat tentang Peran Perawat Puskesmas di
Kelurahan Bintara Kota Bekasi Tahun 2012 ............................. 37
xi
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lembar Penjelasan Penelitian
Lembar Persetujuan Responden
Kuesioner Penelitian
Surat izin penelitian
xii
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Profesi keperawatan merupakan profesi yang penting dalam bidang
kesehatan, karena perawat mengetahui kondisi pasien selama 24 jam penuh.
Tugas perawat juga langsung bersentuhan dengan klien, seperti memenuhi
kebutuhan dasar berupa kebersihan diri, makan, istirahat, dll. Jam kerja
perawat yang terbagi menjadi tiga shift per hari membuat perawat di rumah
sakit lebih mengetahui kondisi klien dibandingkan dengan tenaga kesehatan
lain. Asuhan keperawatan yang diberikan perawat pun bersifat holistik
(utuh) meliputi biologis, psikologis, sosial, dan spiritual klien (Potter &
Perry, 2005).
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah perawat
terbanyak dibandingkan tenaga kesehatan lain. Berdasarkan Pusat Data dan
Informasi (Pusdatin) Kementerian Kesehatan RI Tahun 2010, terdapat
160.074 jumlah perawat dan jumlah dokter sekitar 25.333 orang. Jumlah
perawat yang cukup banyak tentu perlu diimbangi dengan lahan kerja yang
memadai. Lahan kerja perawat Indonesia sangat luas, tidak hanya di dalam
negeri, tetapi sampai di luar Indonesia. Perawat dapat bekerja di berbagai
wilayah dan instansi, baik instansi pemerintah maupun swasta. Rumah sakit
dan pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) adalah contoh area kerja
perawat yang paling sering dijumpai sehari-hari. Khususnya puskesmas
yang dapat dijumpai masyarakat di berbagai wilayah mulai dari tingkat
kelurahan.
Pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) merupakan garda terdepan
pelayanan kesehatan masyarakat. Hal ini disebabkan karena puskesmas
merupakan suatu kesatuan organisasi yang dibentuk pemerintah di tingkat
terendah yaitu kelurahan. Penempatan wilayah puskesmas tersebut membuat
setiap masyarakat dapat dengan mudah menggunakan fasilitas kesehatan ini.
1
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
2
Pembagian wilayah puskesmas dimulai dari kelurahan, kecamatan,
puskesmas induk, sampai puskesmas keliling.
Jumlah puskesmas di Indonesia cukup banyak. Data dari Pusat Data dan
Informasi (Pusdatin) Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2010 terdapat
9.005 puskesmas di 33 provinsi, dimana 11% (1.008) puskesmas
diantaranya terdapat di Provinsi Jawa Barat. Kotamadya Bekasi memiliki 31
puskesmas yang tersebar di berbagai kecamatan dan kelurahan, lima
diantaranya berada di Kecamatan Bekasi Barat. Salah satu puskesmas yang
berada di Kecamatan Bekasi Barat yaitu Puskesmas Kelurahan Bintara
terletak di area strategis karena berdekatan dengan kantor kelurahan, pusat
perbelanjaan, berbagai sekolah, dan mudah diakses oleh kendaraan.
Studi pendahuluan penulis di puskesmas kelurahan Bintara pada tanggal 22
Maret 2012 didapatkan data bahwa pelayanan di puskesmas terbagi menjadi
empat poli, yaitu poli umum, poli lansia, poli gigi, dan poli kesehatan ibu
dan anak (KIA)/manajemen terpadu balita sakit (MTBS)/Keluarga
Berencana (KB). Namun, jumlah perawat yang tersedia hanya dua orang
yang masing-masing ditempatkan di poli lansia dan poli umum. Berdasarkan
keterangan Kepala Puskesmas Kelurahan Bintara, jumlah pengunjung
puskesmas berkisar antara 70 sampai 100 orang per hari. Jumlah kunjungan
yang tinggi dan banyaknya pelayanan yang harus diberikan, pihak
puskesmas hanya menempatkan perawat di dua poli. Dengan keterbatasan
yang dimiliki, perawat di puskesmas ini tetap berupaya menjalankan peran
perawat puskesmas.
Jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas Kelurahan Bintara sangat terbatas.
Total jumlah tenaga kesehatan yang bekerja di puskesmas sekitar 12 orang
yang terdiri dari empat orang dokter umum, satu orang dokter gigi, dua
orang perawat, dan lima orang bidan. Tugas setiap tenaga kesehatan pada
masing-masing poli hampir sama, yaitu memeriksa kesehatan pasien dengan
melakukan
pemeriksaan
fisik,
mendiagnosis
penyakit
pasien,
dan
menuliskan resep obat. Tenaga kesehatan yang ditempatkan di pada poli
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
3
umum dan poli lansia masing-masing seorang dokter, seorang perawat, dan
seorang bidan. Jumlah kunjungan pasien yang banyak setiap harinya
menyebabkan seluruh tenaga kesehatan harus mampu memberikan
pelayanan kesehatan yang optima. Demikian pula apabila ada tenaga
kesehatan yang sedang bertugas di luar puskesmas sehingga harus ada yang
menggantikan tugasnya di puskesmas. Hal ini menyebabkan perawat
seringkali dianggap sebagai dokter karena perawat juga melakukan tugas
seorang dokter untuk memeriksa keadaan pasien.
Fenomena peran ganda pada perawat yang bekerja di Puskesmas Kelurahan
Bintara terjadi akibat keterbatasan jumlah tenaga kesehatan yang dimiliki.
Akibatnya setiap perawat tidak hanya menjalankan perannya tetapi juga
menjalankan peran tenaga kesehatan lain terutama saat ada yang
berhalangan hadir atau sedang bertugas di luar puskesmas. Hal tersebut
dilakukan untuk tetap memberikan pelayanan kesehatan yang optimal
kepada masyarakat yang berkunjung. Namun adanya tuntutan untuk mampu
melakukan tugas tenaga kesehatan lain merupakan hal yang melanggar
peraturan dan dapat membahayakan jiwa pasien (malpraktik). Oleh karena
itu, penting bagi perawat untuk dapat menjalankan peran utamanya sebagai
pemberi pelayanan
keperawatan di puskesmas
demi mewujudkan
masyarakat yang sehat.
Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan di puskesmas memiliki
berbagai peran. Kementerian Kesehatan Indonesia menyebutkan idealnya
terdapat 12 peran perawat puskesmas (Depkes, 2004). Namun, karena
terbatasnya pengetahuan dan pendidikan yang masih rendah, pemerintah
menetapkan hanya enam peran yang wajib dijalankan perawat puskesmas
yaitu pemberi asuhan keperawatan (care provider), penemu kasus, pendidik
kesehatan, koordinator dan kolaborator, konselor, dan sebagai panutan
(Depkes, 2004). Berdasarkan wawancara singkat dengan lima orang
pengunjung puskesmas Kelurahan Bintara, diperoleh data bahwa lima dari
sepuluh orang pengunjung mengatakan kurang mengetahui peran perawat
sebagai konselor, koordinator dan kolaborator, serta penemu kasus.
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
4
Enam peran utama perawat puskesmas yaitu sebagai care provider, penemu
kasus, pendidik kesehatan, koordinator dan kolaborator, konselor, dan
panutan (role model) tentu harus dijalankan oleh setiap perawat yang
bekerja di puskesmas. Pada kenyataannya, keterbatasan jumlah perawat
puskesmas yang rata-rata sekitar dua sampai lima orang di setiap puskesmas
menjadi salah satu penyebab penerapan peran yang dijalankan masih kurang
optimal. Sementara dengan penerapan peran perawat yang optimal akan
meningkatkan tercapainya kualitas pelayanan kesehatan yang baik di
puskesmas, sehingga akan meningkatkan tercapainya masyarakat Indonesia
yang sehat.
Fenomena yang terjadi mengenai penerapan peran perawat puskesmas yaitu
menonjolnya peran sebagai care provider dan pendidik kesehatan,
sedangkan peran lainnya masih belum terlihat oleh masyarakat. Penerapan
peran ini secara langsung maupun tidak langsung akan membentuk persepsi
masyarakat yang berkunjung ke puskesmas. Oleh karena itu, salah satu cara
mengetahui baik atau buruknya pelayanan keperawatan di puskesmas dapat
diketahui melalui masyarakat sebagai penerima pelayanan keperawatan.
Salah satu faktor yang mendorong masyarakat berobat ke pusat kesehatan
masyarakat adalah pandangan atau pendapat yang positif terhadap pelayanan
puskesmas secara keseluruhan. Pandangan terhadap kesehatan akan
mempengaruhi masyarakat dalam memilih pengobatan yang akan dilakukan.
Pandangan atau persepsi masyarakat yang positif terhadap puskesmas akan
meningkatkan jumlah pengunjung yang datang. Persepsi tersebut meliputi
persepsi baik mengenai perawat puskesmas yang telah menjalankan
perannya selama pengunjung menerima pelayanan keperawatan.
Penelitian yang dilakukan oleh Nurjanah (2003) mengenai persepsi pasien
terhadap pelayanan kesehatan di puskesmas Kecamatan Gambir, diperoleh
hasil bahwa 88% pasien memiliki persepsi baik (positif) terhadap pelayanan
yang diberikan oleh perawat. Nilai tertinggi pada pelayanan yang diberikan
oleh perawat yaitu 93% untuk kesediaan mendengarkan keluhan, dan 78%
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
5
untuk keramahan. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat sudah lebih
bersikap aktif terhadap layanan kesehatan. Persepsi baik ini turut
meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap puskesmas.
Persepsi masyarakat dapat berbeda-beda di setiap wilayah. Persepsi positif
masyarakat Kelurahan Bintara sebagai pengguna puskesmas terhadap
penerapan peran perawat dapat meningkatkan minat masyarakat untuk
berkunjung ke puskesmas. Hal ini sekaligus menciptakan citra perawat yang
baik di mata masyarakat, sehingga dapat menunjukkan kualitas pelayanan
keperawatan. Sementara persepsi negatif menunjukkan peran yang
dilakukan selama ini masih kurang optimal dan perlu ditingkatkan. Dengan
demikian, baik masyarakat maupun pihak puskesmas dapat saling membantu
dalam mewujudkan masyarakat yang sehat. Oleh karena itu, diperlukan
gambaran persepsi masyarakat terhadap penerapan peran perawat puskesmas
di Kelurahan Bintara.
1.2. Rumusan Masalah
Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang ada di masyarakat yaitu
puskesmas merupakan pintu gerbang pelayanan kesehatan yang langsung
berhubungan dengan masyarakat. Penerapan ke enam peran perawat sebagai
pemberi asuhan
keperawatan,
penemu
kasus,
pendidik
kesehatan,
koordinator dan kolaborator, konselor, dan panutan akan meningkatkan
kualitas pelayanan keperawatan di puskesmas. Penerapan peran yang
optimal akan menciptakan persepsi positif masyarakat pengguna pusat
pelayanan kesehatan. Persepsi yang positif tentang peran perawat akan
memberikan gambaran mengenai kinerja perawat berdasarkan perannya
serta meningkatkan minat masyarakat berkunjung ke puskesmas. Sedangkan
persepsi negatif menunjukkan penerapan peran perawat perlu ditingkatkan,
sehingga tercapainya tujuan pelayanan kesehatan. Puskesmas Kelurahan
Bintara sebagai salah satu puskesmas di Kecamatan Bekasi Barat menjadi
tempat penelitian karena belum adanya penelitian terkait hal ini dan lokasi
yang berdekatan dengan kantor kelurahan, mudah diakses, serta selalu ramai
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
6
dikunjungi masyarakat. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui gambaran
persepsi masyarakat tentang peran perawat puskesmas di kelurahan Bintara.
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Diketahuinya gambaran persepsi masyarakat tentang peran perawat di
Puskesmas Kelurahan Bintara Kota Bekasi
1.3.2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah diketahuinya:
a. karakteristik responden yaitu usia, jenis kelamin, suku bangsa,
pendidikan, dan pekerjaan.
b. gambaran persepsi masyarakat tentang peran perawat sebagai pemberi
asuhan keperawatan di puskesmas Kelurahan Bintara
c. gambaran persepsi masyarakat tentang peran perawat sebagai penemu
kasus di puskesmas Kelurahan Bintara
d. gambaran persepsi masyarakat tentang peran perawat sebagai pendidik
kesehatan (educator) di puskesmas Kelurahan Bintara
e. gambaran persepsi masyarakat tentang peran perawat sebagai
koordinator dan kolaborator di puskesmas Kelurahan Bintara
f. gambaran persepsi masyarakat tentang peran perawat sebagai konselor
di puskesmas Kelurahan Bintara
g. gambaran persepsi masyarakat tentang peran perawat sebagai panutan
(role model) di puskesmas Kelurahan Bintara
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi:
1.4.1. Pelayanan Keperawatan
Penelitian ini dapat menjadi evaluasi kinerja perawat puskesmas dan
sejauh mana penerapan peran perawat puskesmas sehingga dapat
memotivasi perawat untuk mengoptimalkan penerapan peran
perawat puskesmas.
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
7
1.4.2. Pendidikan Keperawatan
Penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi mengenai peran
perawat puskesmas, dan peran merupakan hal penting yang wajib
dipahami oleh para mahasiswa calon perawat profesional sebelum
memasuki lingkungan kerja yang sebenarnya.
1.4.3. Masyarakat
Masyarakat akan memperoleh pelayanan keperawatan yang lebih
baik dengan adanya perbaikan kinerja perawat puskesmas. Selain itu
juga dapat meningkatkan kesadaran dan memberikan informasi
kepada masyarakat mengenai peran perawat puskesmas.
1.4.4. Penelitian
Penelitian ini dapat menjadi referensi dan sumber rujukan untuk
penelitian selanjutnya.
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)
2.1.1. Definisi Puskesmas
Pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) menurut Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia (2004) adalah unit fungsional pelayanan kesehatan
terdepan sebagai unit pelaksana teknis dinas kesehatan kota atau
kabupaten yang melaksanakan upaya penyuluhan, pencegahan, dan
penanganan kasus-kasus penyakit di wilayah kerjanya, secara terpadu dan
terkoordinasi. Puskesmas tersebar diberbagai wilayah kecamatan maupun
kelurahan.
Penempatan wilayah
ini membuat
puskesmas mudah
dikunjungi oleh masyarakat dan didukung oleh biaya pengobatan yang
terjangkau. Oleh karena itu, puskesmas merupakan ujung tombak
kesehatan Indonesia.
Definisi puskesmas menurut Ahmad (2006) adalah unit pelaksana teknis
dinas
kesehatan
kabupaten
atau
kota
yang
bertanggungjawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan disuatu wilayah kerja. Unit
pelaksana teknis puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari
tugas teknis operasional dinas kesehatan kabupaten/kota. Pembangunan
kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
optimal.
Puskesmas
pembangunan
bertanggung
kesehatan
yang
jawab
dibebankan
untuk
oleh
sebagian
dinas
upaya
kesehatan
kabupaten/kota sesuai dengan kemampuannnya. Wilayah kerja puskesmas
adalah satu kecamatan, tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari
satu puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar
puskesmas,
dengan
memperhatikan
keutuhan
konsep
wilayah
(desa/kelurahan/RW).
8
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
9
Pelayanan kesehatan menyeluruh yang dimaksud adalah pelayanan
kesehatan yang meliputi promotif (peningkatan kesehatan), preventif
(pencegahan penyakit), kuratif (penyembuhan penyakit), rehabilitatif
(pemulihan kesehatan), dan ditujukan untuk semua golongan usia dan jenis
kelamin. World Health Organization (WHO) mendefinisikan pengertian
terpadu dan terintegrasi berdasatkan aspek fungsional, yaitu integrasi
merupakann upaya untuk menyatukan berbagai fungsi dan struktur
administratif yang berdiri sendiri sehingga menjadi satu kesatuan.
Sedangkan dilihat dari aspek pengorganisasian, pelayanan kesehatan
terintegrasi yaitu berbagai jenis upaya kesehatan ditujukan untuk
melindungi kesehatan masyarakat wilayah tertentu yang dilakukan di
bawah satu administrasi dan satu pimpinan.
2.1.2. Tujuan dan Fungsi Puskesmas
Tujuan pembangunan kesehatan yang dilakukan oleh puskesmas adalah
mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional. Hal ini
dicapai dengan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya
kesehatan, dan meningkatkan kemampuan hidup sehat demi terwujudnya
Indonesia yang sehat. Tujuan ini akan tercapai apabila puskesmas mampu
menjalankan fungsinya dengan optimal. Pencapaian tujuan ini masih
memerlukan kerjasama dari berbagai pihak baik pemerintah, puskesmas,
dan masyarakat demi mencapai Indonesia yang sehat.
Fungsi puskesmas menurut Departemen Kesehatan RI (2004) antara lain
sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat
pemberdayaan masyarakat, dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama
yang meliputi pelayanan kesehatan perorangan, serta pelayanan kesehatan
masyarakat. Pelaksanaan fungsi puskesmas tersebut didukung oleh tenaga
kesehatan yang bekerja di puskesmas mulai terutama perawat puskesmas
yang memberikan asuhan keperawatan secara langsung. Fungsi pelayanan
kesehatan strata pertama mulai meningkat seiring banyaknya yang
menggunakan pelayanan kesehatan masyarakat.
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
10
2.2. Keperawatan
Henderson (Asmadi, 2008) mendefinisikan keperawatan dari segi fungsional
yaitu bertugas membantu individu baik dalam keadaan sakit maupun sehat,
melalui upaya melaksanakan berbagai aktifitas guna mendukung kesehatan
dan penyembuhan individu. Sedangkan menurut Florance Nigtingale (dalam
Priharjo, 2008) menyatakan bahwa peran perawat adalah menjaga pasien
mempertahankan kondisi terbaiknya terhadap masalah kesehatan yang
menimpa dirinya. Penjelasan lebih rinci tentang tenaga keperawatan
(perawat) dalam Surat Keputusan Menteri Negara Perdagangan Aparatur
Negara Nomor 94/MENPAN/1986, tanggal 4 November 1986, disebutkan
bahwa yang dimaksud tenaga keperawatan adalah pegawai negeri sipil yang
berijazah keperawatan yang diberi tugas secara penuh oleh pejabat yang
berwenang untuk melakukan pelayanan kesehatan kepada masyarakat pada
unit pelayanan kesehatan (rumah sakit, puskesmas, dan unit pelayanan
kesehatan lainnya).
2.2.1. Keperawatan Kesehatan Masyarakat
Keperawatan kesehatan masyarakat merupakan suatu bidang dalam
keperawatan yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan
kesehatan masyarakat dengan dukungan dan peran serta aktif masyarakat.
Hal yang diutamakan adalah pelayanan promotif dan preventif tanpa
mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan
terpadu. Pelayanan tersebut ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat sebagai satu kesatuan yang utuh melalui proses
keperawatan untuk ikut meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara
optimal, sehingga mandiri dalam upaya kesehatan (Rapat kerja
keperawatan kesehatan masyarakat, 1989 dalam Depkes 2004).
Perawat pada setting puskesmas adalah semua tenaga lulusan pendidikan
keperawatan yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak
penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat di puskesmas, yaitu sebagai pejabat
fungsional perawat puskesmas (Ahmad, 2006). Kualifikasi minimal
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
11
seorang perawat kesehatan masyarakat di puskesmas adalah lulusan
sekolah perawat atau D3 keperawatan, dan memiliki sertifikasi pelatihan
perawatan kesehatan masyarakat.
2.2.2. Peran Perawat Puskesmas
Setiap profesi tidak terkecuali perawat tentu memiliki peran. Peran adalah
seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap
seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu unit sosial (Robbins, 2002).
Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar
dan bersifat stabil. Definisi ini senada menurut Kozier (2004) bahwa peran
adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seseorang pada situasi
sosial tertentu.
Perawat profesional baik dalam lingkungan perawatan kesehatan
institusional maupun komunitas mengemban tiga peran yaitu peran
pelaksana, peran kepemimpinan, dan peran peneliti. Walaupun tiap peran
memiliki tanggung jawab khusus, peran-peran ini saling berhubungan satu
dengan yang lain dan dapat ditemui pada semua posisi keperawatan. Peran
ini dirancang untuk memenuhi perawatan kesehatan saat ini dan kebutuhan
keperawatan dari pengunjung yang merupakan penerima pelayanan
keperawatan.
Peran utama dari perawat puskesmas adalah memberikan asuhan
keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik
yang sehat maupun yang sakit atau yang mempunyai masalah
kesehatan/keperawatan apakah itu dirumah, sekolah, panti, dan sebagainya
sesuai kebutuhannya (Depkes, 2004). Kementrian Kesehatan menjelaskan
bahwa perawat puskesmas profesional yang ideal adalah perawat
komunitas yang memiliki latar belakang pendidikan serta kompetensi di
bidang keperawatan komunitas sehingga dapat menerapkan 12 peran dan
fungsinya (Depkes, 2004). Peran tersebut antara lain pemberi pelayanan
kesehatan, penemu
kasus, sebagai pendidik/penyuuhan kesehatan,
koordinator pelayanan kesehatan, konselor keperawatan, panutan (role
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
12
model), pemodifikasi lingkungan, konsultan, advokat, pengelola, peneliti,
dan pembaharu (inovator). Namun karena masih rendahnya tingkat
pendidikan yaitu mayoritas pendidikan SPK dan D3, dari seluruh peran
dan fungsi yang harus dilakukan oleh perawat hanya 6 saja yang menjadi
prioritas (Depkes, 2004). Ke enam peran tersebut adalah:
2.2.2.1. Pemberi Asuhan Keperawatan (Care Provider)
Peran perawat pelaksana (care provider) bertugas untuk memberikan
pelayanan berupa asuhan keperawatan secara langsung kepada klien
(individu, keluarga, maupun komunitas) sesuai dengan kewenangannya.
Asuhan keperawatan diberikan kepada klien disemua tatanan layanan
kesehatan dengan menggunakan proses keperawatan mulai dari
pengkajian, penegakan diagnosis, perencanaan, implementasi, dan
evaluasi. Peran sebagai care provider menuntut perawat untuk memberi
kenyamanan dan rasa aman bagi klien, melindungi hak dan kewajiban
klien agar tetap terlaksana dengan seimbang, memfasilitasi klien dengan
anggota tim kesehatan lainnya, dan berusaha mengembalikan kesehatan
klien.
Peran perawat sebagai pemberi pelayanan kesehatan ditujukan kepada
individu, keluarga, kelompok, masyarakat berupa asuhan keperawatan
masyarakat yang utuh (holistik) serta berkesinambungan (komprehensif).
Asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien/keluarga bisa
diberikan secara langsung (direct care) maupun secara tidak langsung
(indirect care) pada berbagai tatanan kesehatan yaitu meliputi di
puskesmas, ruang rawat inap puskesmas, puskesmas pembantu,
puskesmas keliling, sekolah, panti, posyandu, keluarga (rumah
pasien/klien) (Depkes, 2004).
2.2.2.2. Peran Sebagai Penemu Kasus
Perawat puskesmas berperan dalam mendeteksi serta dalam menemukan
kasus serta melakukan penelusuran terjadinya penyakit. Penemuan kasus
dapat dilakukan dengan jalan mencari langsung ke masyarakat (aktif
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
13
case finding) dan dapat pula didapat secara tidak langsung yaitu pada
kunjungan pasien ke puskesmas (pasif case finding)
2.2.2.3. Peran Sebagai Pendidik Kesehatan
Peran sebagai pendidik kesehatan (educator) menuntut perawat untuk
memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok,
dan masyarakat baik setting di rumah, di puskesmas, dan di masyarakat
secara terorganisir dalam rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga
terjadi perubahan perilaku seperti yang diharapkan dalam mencapai
tingkat kesehatan yang optimal.
Perawat bertindak sebagai pendidik kesehatan harus mampu mengkaji
kebutuhan klien yaitu kepada individu, keluarga, kelompok masyarakat,
pemulihan
kesehatan
dari
suatu
penyakit,
menyusun
program
penyuluhan/pendidikan kesehatan baik sehat maupun sakit, seperti
nutrisi, latihan olahraga, manajemen stres, penyakit dan pengelolaan
penyakit; memberikan informasi yang tepat untuk kesehatan dan gaya
hidup antara lain informasi yang tepat tentang penyakit, pengobatan;
serta menolong klien menyeleksi informasi kesehatan yang bersumber
dari buku-buku, koran, televisi, atau teman (Depkes, 2004).
2.2.2.4. Peran Sebagai Koordinator dan Kolaborator
Peran koordinator perawat dilakukan dengan mengkoordinir seluruh
kegiatan upaya pelayanan kesehatan masyarakat dan puskesmas dalam
mencapai tujuan kesehatan melalui kerjasama dengan tim kesehatan
lainnya, sehingga tercipta keterpaduan dalam sistem pelayanan
kesehatan (Fetaria, 2005). Perawat melakukan koordinasi terhadap
semua pelayanan kesehatan yang diterima oleh keluarga di berbagai
program, dan bekerjasama (kolaborasi) dengan tenaga kesehatan lain
atau keluarga dalam perencanaan pelayanan keperawatan serta sebagai
penghubung dengan institusi pelayanan kesehatan dan sektor terkait
lainnya (Depkes, 2004). Peran ini salah satu bentuk kerjasama antar
bidang kesehatan di puskesmas.
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
14
2.2.2.5. Peran Sebagai Konselor
Perawat sebagai konselor melakukan konseling keperawatan sebagai
usaha memecahkan masalah secara efektif. Pemberian konseling dapat
dilakukan pada klinik, puskesmas, puskesmas pembantu, rumah klien,
posyandu, dan tatanan pelayanan kesehatan lainnya dengan melibatkan
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Kegiatan yang dapat
dilakukan perawat puskesmas antara lain menyediakan informasi,
mendengar secara objektif, memberi dukungan, memberi asuhan dan
meyakinkan klien, menolong klien mengidentifikasi masalah dan faktorfaktor terkait, memandu klien menggali permasalahan dan memilih
pemecahan masalah yang dikerjakan (Depkes, 2004).
2.2.2.6. Peran Sebagai Panutan (Role Model)
Perawat puskesmas harus dapat memberikan contoh yang baik dalam
bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
tentang bagaimana tata cara hidup yang sehat yang dapat ditiru dan
dicontoh oleh masyarakat (Fetaria, 2005). Perawat puskesmas sebagai
role model diharapkan berperilaku hidup yang sehat, baik dalam tingkat
pencegahan pertama, kedua, maupun pencegahan ketiga yang dalam
kehidupan sehari-hari dapat menjadi contoh masyarakat. Kegiatan yang
dapat dilakukan antara lain memberi contoh praktik menjaga tubuh yang
sehat baik fisik maupun mental seperti makanan bergizi, menjaga berat
badan, olahraga secara teratur, tidak merokok, menyediakan waktu untuk
istirahat setiap hari, komunikasi efektif, dll (Depkes, 2004)
2.2.3. Kompetensi Perawat
Peran perawat juga disertai kompetensi yang harus dimiliki setiap perawat
puskesmas. Kompetensi minimal yang harus dimiliki oleh seorang perawat
puskesmas berdasarkan kode etik keperawatan dalam Musyawarah
Nasional VI Persatuan Perawat Indonesia tahun 2000 (Ahmad, 2006),
antara lain perawat melakukan promosi kesehatan dalam rangka
pemberdayaan individu, keluarga, kelompok/masyarakat untuk hidup sehat
secara mandiri. Perawat harus mampu melakukan pengamatan penyakit
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
15
menular dan tidak menular (surveillance) khususnya mengidentifikasi
faktor risiko terjadinya penyakit atau masalah kesehatan, menemukan
kasus secara dini, mengidentifikasi, pelacakan, dan melaporkan kasus.
Pelayanan/asuhan
keperawatan
terhadap
individu,
keluarga,
kelompok/masyarakat dengan masalah kesehatan prioritas terkait dengan
komitmen global, nasional, maupun daerah.
Perawat
juga
harus
mampu
memotivasi
individu,
keluarga,
kelompok/masyarakat dalam pembentukan pelayanan kesehatan yang
bersumberdaya masyarakat (posyandu, posyandu usia lanjut, pos obat
desa, dll). Perawat membina pelayanan kesehatan yang bersumber
masyarakat. Konseling keperawatan/kesehatan terhadap individu dan
keluarga untuk membantu memecahkan masalah kesehatan. Pelatihan atau
penyegaran kader/masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan di
wilayah kerja. Kerjasama tim dengan tenaga kesehatan lain, baik lintas
program maupun lintas sektor. Perawat memonitoring dan mengevaluasi
pelaksanaan kegiatan baik oleh perawat dan masyarakat.
Serta
pendokumentasian kegiatan termasuk pencatatan dan pelaporan sesuai
ketentuan.
2.2.4. Kewajiban Perawat
Kewajiban perawat puskesmas berdasarkan kode etik keperawatan dalam
Musyawarah Nasional VI Persatuan Perawat Indonesia tahun 2000
(Ahmad, 2006) antara lain perawat wajib mematuhi sesuai peraturan
institusi yang bersangkutan. Perawat wajib memberikan pelayanan atau
asuhan keperawatan sesuai dengan standar profesi dan batas-batas
kegunaannya. Perawat wajib menghormati hak-hak pasien/klien. Perawat
wajib merujuk pasien/klien kepada perawat atau tenaga kesehatan lain
yang mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik, bila yang
bersangkutan tidak dapat mengatasi sendiri. Perawat wajib memberikan
kesempatan kepada pasien/klien untuk berhubungan dengan keluarganya
sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan atau standar profesi yang
ada. Perawat wajib memberikan kepada pasien/klien untuk menjalankan
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
16
ibadahnya sesuai dengan agama atau kepercayaan masing-masing
sepanjang
tidak
mengganggu
pasien
yang
lain.
Perawat
wajib
berkolaborasi dengan tenaga medis atau tenaga kesehatan terkait lainnya
dalam memberikan pelayanan kesehatan dan keperawatan kepada
pasien/klien.
Perawat juga wajib memberikan informasi yang akurat tentang tindakan
keperawatan yang diberikan kepada pasien/klien dan atau keluarganya
sesuai dengan batas kemampunnya. Perawat wajib meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan sesuai dengan standar profesi keperawatan demi
kepuasan pasien/klien. Perawat wajib membuat dokumentasi asuhan
keperawatan secara akurat dan berkesinambungan. Perawat wajib
mengikuti perkembangan IPTEK keperawatan atau kesehatan secara terus
menerus. Perawat wajib melakukan pelayanan darurat sebagai tugas
kemampuan sesuai dengan batas-batas kewenangannya. Perawat wajib
merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien/klien,
kecuali jika diminta keterangan oleh pihak yang berwenang. Perawat wajib
memenuhi hal-hal yang telah disepakati atau perjanjian yang telah dibuat
sebelumnya terhadap institusi tempat bekerja.
2.3. Persepsi
2.3.1. Definisi Persepsi
Persepsi diartikan sebagai proses diterimanya rangsang (objek, kualitas,
hubungan antar gejala maupun peristiwa) sampai rangsang itu disadari dan
dimengerti (Irwanto, 1991 dalam Nurjanah 2003). Pengalaman tentang
objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan
menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi sebagai
kemampuan untuk mengorganisir suatu pengamatan, seperti kemampuan
untuk membedakan, mengelompokkan, dan memfokuskan (Nurjanah,
2003).
Definisi dari sisi berbeda dikemukakan oleh menurut Rosa (1998)
menyatakan bahwa persepsi adalah proses dimana informasi yang datang
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
17
dari organisasi indera kita seperti perbuatan melihat, mendengar, membau,
merasakan, dan menyentuh perlu terlebih dahulu diorganisasikan dan
diinterpretasikan sebelum dapat dimengerti (Nurjanah, 2003). Pernyataan
yang senada mengenai pengertian persepsi menurut Sarwono (1986) yang
mengatakan bahwa persepsi merupakan proses pencarian informasi untuk
dipahami. Alat untuk memperoleh informasi itu adalah penginderaan
manusia, dan untuk memahaminya menggunakan kesadaran atau kognisi
(Nurjanah, 2003).
2.3.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Persepsi setiap orang berbeda-beda. Krech dan Crutchfield (1975)
mengkategorikan empat faktor yang mempengaruhi persepsi (Sobur, 2003)
antara lain:
1) Faktor Fungsional
Faktor fungsional dihasilkan dari kebutuhan, kegembiraan (suasana
hati), pelayanan yang diterima, dan pengalaman masa lalu seseorang
individu. Faktor ini cenderung bersifat subjektif dan internal individu.
Pada dasarnya persepsi sendiri tidak ditentukan oleh jenis atau bentuk
stimulus, tetapi bergantung pada karakter orang yang memberikan
respon terhadap stimulus tersebut. Dengan demikian, persepsi bersifat
selektif fungsional, maka seseorang yang mempersepsi sesuatu akan
memberikan tekanan sesuai dengan tujuan orang tersebut.
2) Faktor Struktural
Faktor-faktor struktural berarti bahwa faktor-faktor tersebut timbul
atau dihasilkan dari bentuk stimuli dan efek-efek netral yang
ditimbulkan dari sistem saraf individu. Faktor ini lebih ke arah biologis
tubuh. Menurut psikolog Gestalt, bila mempersepsi sesuatu, manusia
cenderung mempersepsikan sebagai suatu keseluruhan. Meskipun
stimulus yang diterimanya tidak lengkap, penginterpretasinya tetap
secara konsisten dengan rangkaian stimulus yang dipersepsi.
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
18
3) Faktor Situasional
Faktor ini banyak berkaitan dengan bahasa nonverbal. Petunjuk
proksemik, petunjuk kinesik, petunjuk wajah, petunjuk paralinguistik
adalah beberapa dari faktor situasional yang mempengaruhi persepsi.
4) Faktor Personal
Faktor personal ini terdiri atas pengalaman, sosial budaya, harapan,
motivasi, dan kepribadian individu.
2.3.3. Proses Persepsi
Setiap objek di sekitar individu merupakan stimulus. Stimulus akan
diterima oleh reseptor penginderaan kemudian diteruskan oleh saraf
sensoris ke otak untuk diinterpretasikan. Proses ini merupakan proses
akhir dari persepsi dan merupakan persepsi sebenarnya. Setelah proses
persepsi, akan berpengaruh pada respon fisik individu yang sesuai dengan
stimulus, yang dikenal dengan teori stimulus-tanggapan (stimulusrespon/SR). secara psikologis, tingkah laku individu merupakan fungsi
dari cara dia memandang. Oleh karena itu, untuk mengubah tingkah laku
individu, harus dimulai dengan mengubah persepsinya. Dengan demikian,
proses terjadinya persepsi dimulai dari proses penerimaan stimulus melalui
penginderaan, penyeleksian terhadap stimulus yang lebih menarik atau
dibutuhkan, mengolah stimulus melalui proses berpikir, kemudian
ditafsirkan sebagai suatu penilaian dasar terhadap suatu objek, yang
diakhiri dengan adanya sikap kita yang kita tunjukkan berdasarkan
persepsi yang telah terbentuk.
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
19
2.4. Kerangka Teori
Definisi
Tujuan
PUSKESMAS
Masyarakat
Persepsi
Fungsi
1. Definisi
Keperawatan
2. Faktor-faktor yang
mempengaruhi
3. Proses terbentuknya
Perawat
Definisi
Care
Provider
Kewajiban
Peran
Penemu
Kasus
Pendidik
Kesehatan
Kompetensi
Koordinator dan
Kolaborator
Konselor
Gambar 2.1 Kerangka Teori “Gambaran Persepsi Masyarakat
tentang Peran Perawat Puskesmas”
(Sumber: diolah kembali dari Nurjanah, 2003; Sobur, 2003; Depkes, 2004;
Ahmad, 2006; Priharjo, 2008)
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
Panutan
BAB 3
KERANGKA KERJA PENELITIAN
3.1. Kerangka Konsep
Komponen peran yang akan diuraikan dalam gambar di bawah ini adalah
peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan (care provider), penemu
kasus, pendidik kesehatan, koordinator dan kolaborator, konselor, dan
panutan (role mode)l. Penerapan peran perawat akan menimbulkan persepsi
masyarakat baik positif maupun negatif.
Input
Proses
Output
Penerapan peran Perawat
puskesmas meliputi
Persepsi
Proses terbentuknya
peran pemberi asuhan
Masyarakat
persepsi
keperawatan (care
1. Positif
provider), penemu kasus,
2. Negatif
pendidik kesehatan,
koordinator dan
kolaborator, konselor,
dan role model
Gambar 3.1 Kerangka Konsep “Gambaran Persepsi Masyarakat
tentang Peran Perawat Puskesmas”
20
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
3.2. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel
1
Usia
Definisi Operasional
Lama hidup responden yang
telah dilalui, ditentukan sejak
lahir sampai hari ulang tahun
terakhir saat mengisi
kuesioner penelitian ini
Alat Ukur
Kuesioner bagian I
2
Jenis
Kelamin
Status jender responden yang
dibawa sejak lahir
Kuesioner bagian I
3
Suku
Bangsa
Kelompok etnik responden
Kuesioner bagian I
4
Pendidikan
Tingkat pendidikan formal
terakhir yang pernah diikuti
responden sampai tamat
Kuesioner bagian I
Cara Ukur
Kuesioner dibagikan pada
responden, kemudian
dijawab langsung dengan
pilihan jawaban terdiri
dari 20-39, 40-59, dan
lebih dari 60 tahun
Kuesioner dibagikan pada
responden, kemudian
dijawab langsung dengan
pilihan jawaban laki-laki
dan perempuan
Kuesioner dibagikan pada
responden, kemudian
dijawab langsung dengan
pilihan jawaban jawa,
sunda, betawi, batak,
minang, dan lainnya
Kuesioner dibagikan pada
responden, kemudian
dijawab langsung dengan
pilihan jawaban tidak
21
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
Hasil Ukur
Kelompok umur responden,
dengan kategori:
1. 20-39 tahun
2. 40-59 tahun
3. ≥60 tahun
Skala
Interval
1. Laki-laki
2. Perempuan
Nominal
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
3.
4.
Nominal
Jawa
Sunda
Betawi
Batak
Minang
Lainnya
Tidak sekolah
SD-SMP
SMA-Akademi
S1-S3
Ordinal
Universitas Indonesia
No
Variabel
Definisi Operasional
Alat Ukur
Cara Ukur
sekolah, SD-SMP, SMAAkademi, dan S1-S3
Kuesioner dibagikan pada
responden dengan pilihan
jawaban PNS, pegawai
swasta, pedagang, buruh,
dan lainnya.
5
Pekerjaan
Jenis mata pencaharian
responden saat pengambilan
data
Kuesioner bagian I
6
Persepsi
masyarakat
Pandangan masyarakat
tentang penerapan peran
perawat Puskesmas Kelurahan
Bintara, meliputi:
1. Peran pemberi asuhan
keperawatan (care
provider)
2. Peran penemu kasus
3. Peran pendidik kesehatan
4. Peran koordinator dan
kolaborator
5. Peran konselor
6. Peran role model
Kuesioner bagian II,
untuk pertanyaan positif:
ï‚· Selalu=4
ï‚· Sering=3
ï‚· Kadang-kadang=2
ï‚· Tidak pernah= 1
Untuk pertanyaan
negatif:
ï‚· Selalu =1
ï‚· Sering=2
ï‚· Kadang-kadang= 3
ï‚· Tidak pernah= 4
Kuesioner dibagikan pada
responden, kemudian
dijawab langsung
22
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
Hasil Ukur
Jenis pekerjaan dibagi
menjadi:
1. PNS
2. Pegawai swasta
3. Pedagang
4. Buruh
5. Lainnya
Kelompok persepsi perawat
dengan kategori:
1. Negatif (jumlah nilai <
74,22)
2. Positif (jumlah nilai ≥
74,22)
Skala
Nominal
Ordinal
Universitas Indonesia
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif sederhana, yang bertujuan
mendapatkan gambaran tentang persepsi masyarakat tentang peran perawat
puskesmas di Kelurahan Bintara melalui alat ukur kuesioner yang akan
diberikan kepada responden.
4.2. Populasi dan Sampel
Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian sedangkan sampel adalah
objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo,
2010). Populasi dalam penelitian ini adalah dewasa pria ataupun wanita
yang pernah mengunjungi puskesmas Kelurahan Bintara.
Sampel adalah sebagian populasi yang ciri-cirinya diselidiki atau diukur
(Hastono & Sabri, 2006). Sampel yang diambil pada penelitian ini
menggunakan metode purposive sampling. Purposive sampling didasarkan
pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri,
berdasarkan ciri atau sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya
(Notoatmodjo, 2010).
Tidak semua pengunjung Puskesmas Kelurahan Bintara dapat dijadikan
sampel penelitian. Hal ini disebabkan karena sampel harus mampu
membedakan antara perawat dengan tenaga kesehatan lain sehingga
penilaian responden dapat mengambaran penerapan peran perawat. Oelh
karena itu, kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dewasa baik pria ataupun wanita yang pernah mengunjungi
puskesmas minimal dua kali.
2. Pernah berinteraksi dengan perawat puskesmas.
3. Bersedia
menjadi
responden
dengan
menandatangani
surat
persetujuan atau informed consent yang diberikan.
23
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
24
Kriteria eklusi:
1. Tidak bisa membaca dan menulis
2. Usia di luar batas kriteria responden
Peneliti menggunakan rumus deskriptif kategorik Snedecor & Cochran
(Notoatmodjo, 2010) untuk perkiraan rata-rata sampel yang dibutuhkan
dalam penelitian ini. Rumus untuk menghitung jumlah sampel adalah:
Keterangan:
n
: jumlah sampel
Zα
: deviasi normal standar 95% (1,96)
P
: proporsi kejadian (50%)
Q
: 1-P (1-50%)
d
: akurasi daya proporsi (10%)
Jadi, sampel minimal yang akan diteliti adalah
Peneliti memperoleh rata-rata sampel yang akan diteliti berjumlah 96 orang.
Apabila data yang diperoleh masih belum lengkap, maka peneliti
menambahkan jumlah sampel. Penambahan jumlah sampel tersebut
berdasarkan prediksi sampel drop out dari penelitian. Rumus yang
digunakan untuk penambahan jumlah sampel adalah:
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
25
n’ : besar sampel setelah dikoreksi
n : jumlah sampel berdasarkan estimasi sebelumnya
f : prediksi presentase sampel drop out
Maka, sampel yang akan diteliti adalah
~ 107 orang
Sampel yang akan diteliti pada penelitian ini berdasarkan hasil perhitungan
adalah 107 orang.
4.3. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan menyebarkan kuesioner kepada
responden yang berkunjung ke puskesmas, maupun peneliti berkunjung ke
rumah responden di wilayah Kelurahan Bintara. Pemilihan tempat ini karena
peneliti menemukan fenomena terkait masalah yang diangkat, lokasi yang
strategis dan belum adanya penelitian ini sebelumnya di Puskesmas
Kelurahan Bintara. Selain itu, mudah untuk dijangkau oleh peneliti dan
terbatasnya waktu penelitian. Pengambilan data penelitian ini dilakukan
pada minggu keempat bulan April sampai minggu keempat bulan Mei.
4.4. Etika Penelitian
Penelitian ini menjamin kerahasiaan masyarakat yang menjadi responden
dengan tidak mencantumkan nama tetapi menggunakan kode. Sebelum
proses pengumpulan data, proposal penelitian yang diajukan terlebih dahulu
telah mendapatkan persetujuan dari pembimbing, kemudian peneliti
mengurus surat perizinan penelitian dari Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia kepada pejabat wilayah objek penelitian. Pejabat
wilayah yang dimaksud adalah Kepala Dinas Kesehatan Kota Bekasi yang
dilanjutkan kepada Kepala Puskesmas Kelurahan Bintara. Penelitian
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
26
dilanjutkan dengan mencari calon responden yang memenuhi kriteria yang
dibutuhkan.
Calon responden yang telah memenuhi kriteria akan diberikan penjelasan
mengenai tujuan penelitian, manfaat penelitian, peran serta responden, dan
kerahasiaan calon responden dalam penelitian. Setelah calon responden
mendapatkan penjelasan dan bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian,
memutuskan secara sadar dan tidak ada paksaan dari pihak manapun, akan
diminta untuk menandatangani surat lembar persetujuan atau informed
consent. Calon responden berhak menolak bila tidak bersedia menjadi
responden penelitian.
Data yang telah dikumpulkan apabila sudah tidak digunakan akan segera
dimusnahkan. Peneliti menggunakan berbagai pertimbangan etik dalam
proses penelitian. Pertimbangan etik yang digunakan dalam penelitian ini
untuk mengatasi risiko dan dampak yang muncul dalam penelitian seperti
right self determination, right to privacy, confidentiality, dan anomity
(Nursalam,
2008).
Responden
berhak
mengajukan
keberatan
dan
mengundurkan diri dari partisipasi atas penelitian ini (prinsip right self
determination). Peneliti menjelaskan informasi tentang penelitian dan
meminta izin (prinsip right to privacy). Peneliti juga menggunakan inisial
responden/tanpa nama (prinsip anomity) dalam penelitian dan dijaga
kerahasiaannya (confidentiality).
4.5. Pengumpulan Data
4.5.1. Alat Pengumpul Data
Peneliti menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan dan pernyataan
yang dibuat peneliti berdasarkan pengembangan dari teori yang ada.
Kuesioner ini terdiri dari dua bagian, yaitu; kuesioner bagian I yang
berupa pertanyaan tentang data demografi yang berjumlah lima item
pertanyaan terbuka dan mengisinya dengan cara mencontreng. Pertanyaan
tersebut mengenai usia, jenis kelamin, suku bangsa, pendidikan, dan
pekerjaan. Kuesioner bagian II berisi tentang pernyataan untuk
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
27
mengetahui persepsi masyarakat terhadap peran perawat puskesmas yang
terdiri dari 30 pernyataan untuk persepsi. Pernyataan disusun dalam
bentuk pilihan Skala Likert yaitu Tidak Pernah (TP), Kadang-kadang
(KK), Sering (Sr), Selalu (Sl).
Tabel 4.1 Kisi-Kisi Kuesioner Penelitian
Peran Perawat
Pertanyaan Positif
Pertanyaan Negatif
1. Pemberi Asuhan
1, 2, 5
3, 4
2. Penemu Kasus
19, 20, 22
21, 25
3. Pendidik
10, 11, 15
27, 28
7, 8, 9, 16
6, 30
5. Konselor
12, 13, 29
14, 26
6. Panutan
17, 18
23, 24
Keperawatan
Kesehatan
4. Koordinator dan
Kolaborator
Kuesioner yang dibuat sebagai alat pengumpul data terdiri dari 30
pernyataan persepsi yang telah diuji coba pada 30 orang di dalam populasi
tetapi di luar sampel. Hasil uji coba kuesioner dilakukan menggunakan uji
validitas dan uji keterbacaan. Hasil uji keterbacaan dan validitas diperoleh
hasil bahwa ada sembilan pertanyaan yang kurang valid karena kurang
dari r tabel (r tabel = 0,361) sehingga peneliti memodifikasi kuesioner dari
segi bahasa agar mudah dipahami dan tidak menimbulkan kebingungan.
Nilai reliabilitas kuesioner 0,735 sehingga kuesioner sudah reliabel (lebih
dari 0,6).
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
28
4.5.2. Metode Pengumpulan Data
1) Proses pembuatan proposal penelitian yang disetujui pembimbing,
kemudian membuat surat perizinan penelitian dari Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia yang ditujukan kepada Kepala
Dinas Kesehatan Kota Bekasi dan Kepala Puskesmas Kelurahan
Bintara untuk memperoleh izin dalam melakukan penelitian ditempat
yang dimaksud.
2) Peneliti mengunjungi puskesmas untuk melakukan studi pendahuluan
pada tanggal 22 Maret 2012. Kemudian peneliti melakukan uji coba
kuesioner pada minggu pertama sampai minggu kedua bulan April
2012.
3) Setelah mendapatkan surat izin penelitian, peneliti mengunjungi
puskesmas sekitar minggu keempat bulan April sampai minggu
keempat bulan Mei 2012. Peneliti mencari responden yang sesuai
dengan kriteria inklusi yang dibutuhkan dalam penelitian. Responden
diberikan penjelasan mengenai tujuan, manfaat, peran serta dan
kerahasiaan responden selama dan sesudah penelitian. Responden yang
bersedia berpartisipasi dalam penelitian diberikan surat persetujuan
penelitian yang harus ditandatangani secara sadar dan tanpa paksaan.
4) Peneliti juga meminta rekomendasi dari pihak puskesmas mengenai
pasien yang memang sering mengunjungi puskesmas dan telah
mengenal perawat dengan baik. Hal ini bertujuan agar responden
benar-benar mengetahui penerapan peran perawat selama berobat di
puskesmas
5) Setelah mendapatkan rekomendasi, peneliti menunggu pasien datang
untuk mengambil obat (pada pasien TB paru pengambilan obat pada
hari selasa dan rabu) untuk memberikan kueisoner penelitian. Selain
itu, peneliti juga berkunjung ke rumah pasien pada hari kunjungan
rumah atau pos binaan terpadu bersama dengan tenaga kesehatan dari
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
29
puskesmas. Hal ini dilakukan karena tidak semua pasien yang
direkomendasikan rutin mengunjungi puskesmas pada hari tertentu.
6) Peneliti mendampingi responden selama pengisian kuesioner untuk
memudahkan responden apabila ada pertanyaan yang kurang
dimengerti. Setelah responden selesai mengisi kuesioner yang
diberikan,
peneliti
memeriksa
kembali
kelengkapan
jawaban
responden. Jika kuesioner belum terisi lengkap peneliti meminta
responden untuk melengkapinya saat itu juga. Sehingga peneliti
menjamin dari 96 kuesioner yang disebar tidak ada yang drop out.
Peneliti
mengucapkan
terima
kasih
kepada
responden
atas
partisipasinya dalan penelitian ini.
4.6. Pengolahan dan Analisis Data
4.6.1. Pengolahan Data
Kuesioner yang telah diisi oleh responden kemudian diperiksa kembali
untuk memastikan bahwa semua pertanyaan telah terjawab seluruhnya dan
tidak ada data yang terlewatkan. Proses coding dilakukan untuk
memberikan kode nomor jawaban yang diisi oleh responden dalam daftar
pertanyaan. Tiap jawaban diberi kode angka sesuai dengan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Selanjutnya melakukan scoring yaitu setiap
variabel diberi skor, untuk mengukur variabel persepsi.
Langkah ketiga adalah processing dimana semua data yang telah
dimasukkan diproses agar dapat dianalisis. Processing data dilakukan
dengan cara memasukkan data dari kuesioner ke dalam program komputer
pengolah data dengan menggunakan program statistik di komputer. Proses
terakhir adalah cleaning, yaitu merupakan proses pembersihan data,
langkah ini merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang telah
dimasukkan ke dalam komputer. Apabila ditemukan kekeliruan dalam
memasukkan data dapat segera diperbaiki sehingga nilainya sesuai dengan
data yang peneliti peroleh.
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
30
4.6.2. Penyajian Data
Data disajikan dalam bentuk tabel dan diagram batang disertai dengan
penjelasan yang bersifat deskriptif.
4.6.3. Analisis Data
Analisis data telah dilakukan dengan menggunakan program statistik di
komputer. Penelitian ini menggunakan analisis univariat untuk mengetahui
gambaran persepsi masyarakat. Analisa univariat bertujuan untuk
mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti.
Karakteristik responden meliputi usia, jenis kelamin, suku bangsa,
pendidikan, dan pekerjaan. Variabel persepsi tentang peran perawat
puskesmas meliputi peran sebagai pemberi asuhan keperawatan, penemu
kasus, pendidik kesehatan, koordinator dan kolaborator , konselor, dan
panutan. Analisis univariat disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan
diagram batang.
4.6.4. Interpretasi Data
Data
diinterpretasikan
menggunakan
diagram
distribusi
frekuensi
karakteristik responden dan distibusi variabel persepsi.
4.6.5. Pelaporan Data
Hasil penelitian dilaporkan dalam bentuk makalah dan dipresentasikan
pada sidang skripsi untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan FIK UI.
4.7. Sarana Penelitian
Peneliti menggunakan beberapa sarana penelitian seperti alat tulis,
instrumen penelitian (kuesioner), buku referensi, kalkulator, komputer,
internet, dan lain-lain.
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
4.8. Jadwal Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan kegiatan sebagai berikut:
Tabel 4.2 Jadwal Kegiatan
No
1.
2.
3.
4.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Kegiatan
Revisi proposal dan
pembuatan kuisioner
Perizinan
tempat
penelitian
Uji coba kuisioner
Revisi kuisioner
Pengumpulan data
Pengolahan data
Analisis data
Penyusunan skripsi
Persiapan
sidang
skripsi
Sidang skripsi
Revisi skripsi
Pengumpulan skripsi
Feb ‘12
Mar ‘12
April ‘12
Mei ‘12
31
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
Jun ‘12
Juli ‘12
Universitas Indonesia
BAB 5
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kelurahan Bintara pada tahun 2012 yang
bertujuan untuk mengetahui gambaran persepsi masyarakat tentang peran perawat
puskesmas. Kuesioner disebarkan kepada 96 responden sesuai dengan kriteria.
Pengambilan data dilakukan pada bulan April sampai Mei 2012 di Kelurahan
Bintara, Kota Bekasi. Data yang diperoleh terdiri dari karakteristik responden
yaitu usia, jenis kelamin, suku bangsa, pendidikan terakhir, dan pekerjaan.
Selanjutnya ada 30 pertanyaan yang berisi komponen peran perawat yaitu peran
sebagai pemberi asuhan keperawatan, penemu kasus, pendidik kesehatan,
koordinator dan kolaborator, konselor, dan panutan. Bab ini akan menguraikan
hasil penelitian yang telah dilakukan. Hasil penelitian yang ditampilkan dalam bab
ini tersusun sesuai dengan tujuan penelitian. Hasil ini disajikan dalam bentuk
analisa univariat.
5.1. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Kelurahan Bintara Kota Bekasi.
Pengambilan data dalam penelitian ini melibatkan 96 orang masyarakat
pengunjung puskesmas yang berusia dewasa. Proses pengambilan data
dilakukan selama 4 minggu yaitu 30 April sampai 28 Mei 2012.
Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian kuesioner dengan teknik
purposive sampling, yaitu dengan menentukan kriteria inklusi dan eksklusi.
Bab ini akan menguraikan hasil penelitian yang telah dilakukan. Hasil
penelitian ini akan disajikan dalam bentuk tabel dan diagram batang untuk
distribusi responden dan gambaran persepsi masyarakat.
32
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
33
5.2. Penyajian Hasil Penelitian
5.2.1. Karakteristik Responden
5.2.1.1. Karakteristik Responden berdasarkan Usia
70%
59.4%
60%
50%
40%
Usia
30%
20.8%
19.8%
20%
10%
0%
20-39 tahun
40-59 tahun
>60 tahun
Gambar 5.1 Distribusi Responden berdasarkan Usia di Kelurahan
Bintara Kota Bekasi Tahun 2012 (n=96)
Berdasarkan gambar di atas terlihat bahwa usia responden terbanyak
berkisar antara 40-59 tahun yaitu sebanyak 57 orang (59,4%) sedangkan
paling sedikit berusia antara 20-39 tahun sebanyak 19 orang (19,8%).
5.2.1.2. Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin
70%
60.4%
60%
50%
40%
39.6%
Jenis Kelamin
30%
20%
10%
0%
Laki-laki
Perempuan
Gambar 5.2 Distribusi Responden berdasakan Jenis Kelamin di
Kelurahan Bintara Kota Bekasi Tahun 2012 (n=96)
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
34
Pada gambar 5.2 terlihat bahwa sebagian besar responden berjenis
kelamin perempuan, yaitu sebanyak 58 orang (60,4%). Hal ini
disebabkan karena mayoritas pengunjung yang datang ke puskesmas
adalah perempuan.
5.2.1.3. Karakteristik Responden berdasarkan Suku Bangsa
60%
50%
50%
35.4%
40%
30%
Suku
20%
10.4%
10%
2.1%
2.1%
Batak
Minang
0%
Jawa
Sunda
Betawi
Gambar 5.3 Distribusi Responden berdasarkan Suku Bangsa di
Kelurahan Bintara Kota Bekasi Tahun 2012 (n=96)
Hasil gambar di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden bersuku
Jawa yaitu sebanyak 48 orang (50%), sedangkan paling sedikit bersuku
Batak dan Minang yang masing-masing sebanyak 2 orang (2,1%). Hal
ini disebabkan karena suku Jawa merupakan suku terbanyak di Kota
Bekasi.
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
35
5.2.1.4. Karakteristik Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan
50%
44.8%
42.7%
40%
30%
Pendidikan
20%
10%
7.3%
5.2%
0%
Tidak
Sekolah
SD-SMP
SMAAKADEMI
S1-S3
Gambar 5.4 Distribusi Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan di
Kelurahan Bintara Kota Bekasi Tahun 2012 (n=96)
Hasil gambar di atas terlihat bahwa sebagian besar responden
berpendidikan SD-SMP yaitu sebanyak 43 orang (44,8%) dan paling
sedikit berpendidikan S1-S3 sebanyak 5 orang (5,2%).
5.2.1.5. Karakteristik Responden berdasarkan Pekerjaan
60%
49.0%
50%
40%
30%
Pekerjaan
16.7%
20%
10%
7.3%
16.70%
10.4%
0%
PNS
Pegawai Pedagang
Swasta
Buruh
IRT
Gambar 5.5 Distribusi Responden berdasarkan Pekerjaan di Kelurahan
Bintara Kota Bekasi Tahun 2012 (n=96)
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
36
Hasil gambar di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden bekerja
sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) yaitu sebanyak 47 orang (49%) dan
paling sedikit bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 7
orang (7,3%).
5.2.2. Persepsi Masyarakat
5.2.2.1. Gambaran Persepsi Masyarakat tentang Peran Perawat
Perhitungan statistik persepsi total responden tentang peran perawat
puskesmas dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 5.1 Distribusi Statistik Responden pada Variabel Persepsi
Masyarakat tentang Peran Perawat Puskesmas Bintara Tahun 2012
(n=96)
Kategori
Persepsi
Perhitungan Statistik
Minimal Maksimal
Mean
Median
SD
74,22
74,00
10,772
56
97
Skewness
0,185
Standar
error
0,246
Hasil tabel 5.1 merupakan hasil statistik dari persepsi total masyarakat.
Peneliti menggunakan cut of point untuk mengkategorikan persepsi
responden. Persepsi positif apabila total skor yang diperoleh ≥ cut of
point, persepsi negatif apabila total skor yang diperoleh < cut of point.
Cut of point diperoleh dengan menghitung nilai tengah dari total skor
responden. Cut of point menggunakan mean apabila data terdistribusi
normal dan menggunakan median apabila data tidak terdistribusi normal.
Penentuan data terdistribusi normal atau tidak diketahui dengan
membagi skewness dengan standar error. Data terdistribusi normal
apabila hasil bagi skewness dengan standar error ≤ 2.
Hasil pembagian skewness terhadap standar error pada penelitian adalah
0,75. Dari perhitungan tersebut diketahui bahwa data penilitian ini
terdistribusi normal, sehingga cut of point pada penelitian ini
menggunakan mean, yaitu 74,22. Oleh karena itu, persepsi positif
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
37
apabila total skor yang diperoleh ≥ 74,22, dan persepsi negatif apabila
total skor yang diperoleh <74,22. Kategori persepsi masyarakat tentang
peran perawat Puskesmas Kelurahan Bintara dapat dilihat pada tabel 5.7
berikut:
60%
55.20%
50%
44.80%
40%
Persepsi
30%
20%
10%
0%
Positif
Negatif
Gambar 5.6 Distribusi Persepsi Masyarakat tentang Peran Perawat
Puskesmas di Kelurahan Bintara Kota Bekasi Tahun 2012
Hasil di atas menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat pengunjung
Puskesmas Bintara memiliki persepsi yang hampir seimbang antara
persepsi positif dan negatif, dengan selisih 10.4% untuk persepsi positif.
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
38
5.2.2.2. Gambaran Persepsi Masyarakat tentang Masing-masing Peran
Perawat
Persepsi masyarakat untuk masing-masing peran perawat puskesmas
dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut:
Tabel 5.2 Gambaran Persepsi Masyarakat tentang Masing-masing Peran
Perawat Puskesmas di Kelurahan Bintara Kota Bekasi Tahun 2012
(n=96)
Persepsi terhadap Peran
Frekuensi
Persentase (%)
Peran Pemberi Asuhan
Keperawatan
Positif
57 orang
59,4
Negatif
39 orang
40,6
Peran Penemu Kasus
Positif
61 orang
63,5
Negatif
35 orang
36,5
Peran Pendidik Kesehatan
Positif
56 orang
58,3
Negatif
40 orang
41,7
Peran Koordinator &
Kolaborator
Positif
53 orang
55,2
Negatif
43 orang
44,8
Peran Konselor
Positif
52 orang
54,2
Negatif
44 orang
45,8
Peran Panutan
Positif
64 orang
66,7
Negatif
32 orang
33,3
Tabel 5.2 menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat memiliki
persepsi positif pada setiap peran perawat puskesmas. Sebagian besar
persepsi masyarakat terhadap peran perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan positif yaitu sebanyak 57 orang (59,4%). Persepsi
masyarakat terhadap peran perawat sebagai penemu kasus juga positif
yaitu sebanyak 61 orang (63,5%). Selain itu, persepsi terhadap peran
perawat sebagai pendidik kesehatan mayoritas positif sebanyak 56
(58,3%), dan untuk peran sebagai koordinator & kolaborator sebanyak
53 orang (55,2%).
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
39
Hal ini juga sejalan dengan persepsi masyarakat terhadap peran perawat
sebagai konselor dan panutan yang mayoritas positif, yaitu sebanyak 52
orang (54,2%) untuk peran konselor dan sebanyak 64 orang (66,7%)
untuk peran sebagai panutan. Di antara ke enam peran utama perawat
puskesmas, peran yang memiliki persentase terbesar adalah peran
sebagai panutan dengan jumlah 64 orang (66,7%). Sedangkan peran
sebagai konselor memiliki jumlah persentase terendah yaitu 52 orang
(54,2%).
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
BAB 6
PEMBAHASAN
Bab ini merupakan pembahasan hasil penelitian yang diperoleh. Penelitian
dilakukan pada bulan April-Mei 2012 pada masyarakat pengunjung puskesmas di
Kelurahan Bintara. Pembahasan merupakan penjelasan rincian dari hasil
penelitian yang dikaitkan dengan tujuan penelitian. Hasil penelitian dibandingkan
dan diperkuat dengan hasil penelitian sebelumnya maupun dengan konsep atau
teori yang ada. Penjelasan hasil ini berupa analisis univariat dari variabel
penelitian.
Analisis univariat dalam penelitian ini terdiri dari karakteristik responden yaitu
usia, jenis kelamin, suku bangsa, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan variabel
persepsi masyarakat secara umum terhadap peran perawat serta persepsi
masyarakat terhadap enam peran utama perawat puskesmas yaitu peran sebagai
pemberi asuhan keperawatan, penemu kasus, pendidik kesehatan, koordinator dan
kolaborator, konselor, dan panutan.
6.1. Interpretasi dan Pembahasan Hasil Penelitian
6.1.1. Karakteristik Responden Penelitian
Karakteristik responden pada penelitian ini meliputi suku bangsa, jenis
kelamin, usia, pendidikan, dan pekerjaan. Mayoritas responden bersuku
Jawa sebanyak 50%. Suku Jawa merupakan suku terbanyak dan tersebar
hampir di seluruh wilayah di Indonesia terutama di perkotaan yaitu
berjumlah 48,8 juta jiwa (Badan Pusat Statistik, 2010). Kota Bekasi
merupakan salah satu kota di Indonesia yang menjadi pilihan favorit
masyarakat Jawa untuk tinggal dan bekerja sehingga suku Jawa banyak
terdapat di Kota Bekasi. Suku merupakan salah satu aspek sosial budaya
masyarakat. Sobur (2003) mengungkapkan bahwa sosial budaya
merupakan faktor personal yang mempengaruhi persepsi seseorang.
Karakter suku Jawa sendiri cenderung mudah untuk menerima pelayanan
keperawatan yang diberikan di puskesmas sehingga akan mempengaruhi
persepsi.
40
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
41
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa jenis kelamin responden
didominasi oleh perempuan yaitu sebanyak 60,4%. Karakter perempuan
cenderung mudah menerima pelayanan yang diberikan puskesmas, dan
karakter merupakan faktor fungsional yang mempengaruhi persepsi
(Sobur, 2003). Selain itu, sebagian besar responden berpendidikan Sekolah
Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Pertama (SMP) yaitu sebanyak
44,8%.
Pendidikan
berpengaruh
terhadap
pengetahuan
responden
(Notoatmojo, 2010), dan pengetahuan akan mempengaruhi responden
dalam menilai pelayanan keperawatan yang diterima. Selain itu, mayoritas
responden bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) yaitu sebanyak 49%.
Hal ini karena mayoritas pengunjung puskesmas berjenis kelamin
perempuan dan bekerja sebagai IRT.
Karakteristik selanjutnya adalah usia. Mayoritas responden berada pada
usia dewasa tengah (40-59 tahun) yaitu sebanyak 59,4%. Hal ini sejalan
dengan usia mayoritas masyarakat Kota Bekasi yang berada pada rentang
usia dewasa. Sesuai dengan faktor personal yang mempengaruhi persepsi
yaitu pengalaman (Sobur, 2003), hal ini menunjukkan bahwa usia dewasa
tengah memiliki pengalaman yang lebih banyak dibandingkan usia dewasa
muda karena seiring berjalannya waktu maka pengalaman yang diperoleh
individu akan semakin banyak. Pengalaman tersebut akan mempengaruhi
persepsi individu terhadap pelayanan keperawatan yang diterima di
puskesmas.
6.1.2. Persepsi Masyarakat terhadap Peran Perawat Puskesmas
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 96 responden, 55,2% memiliki
persepsi yang positif terhadap peran perawat puskemas secara umum.
Sedangkan yang memiliki persepsi yang negatif sebanyak 44,8%. Selisih
persentase yang tidak terlalu besar antara persepsi positif dan negatif
menunjukkan bahwa pendapat responden hampir sama. Hasil ini sejalan
dengan penelitian Nurjanah (2003) mengenai persepsi pasien terhadap
pelayanan kesehatan di puskesmas kecamatan Gambir, dimana 88% pasien
memiliki persepsi positif (positif) terhadap pelayanan yang diberikan oleh
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
42
perawat. Nilai tertinggi pada pelayanan yang diberikan oleh perawat yaitu
93% untuk kesediaan mendengarkan keluhan, dan 78% untuk keramahan.
Selisih persepsi yang positif dan negatif sangat tipis yaitu 10,4%.
Perbedaan ini menunjukkan bahwa persepsi masyarakat hampir sama.
Bahkan belum dapat dikatakan persepsi masyarakat sepenuhnya positif
karena persepsi yang positif lebih terlihat pada persentase lebih dari 60%.
Oleh karena itu, perawat perlu terus mengoptimalkan penerapan perannya
selama ini agar persepsi positif masyarakat semakin meningkat.
Persepsi yang muncul pada masyarakat terhadap peran perawat yang
berbeda-beda walaupun stimulus yang diberikan sama. Sobur (2003)
menyebutkan perbedaan persepsi tersebut dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain faktor fungsional, struktural, situasional, dan personal.
Faktor fungsional merupakan karakteristik dari tiap individu yang
menerima stimulus. Kegembiraan, pelayanan yang diterima, dan
pengalaman masa lalu sangat berpengaruh. Perasaan senang yang dimiliki
pengunjung saat menerima pelayanan keperawatan di puskesmas dapat
menyebabkan pengunjung berpersepsi positif. Selain itu, karakter dari
individu itu sendiri yang mudah menerima setiap stimulus yang diberikan
yaitu pelayanan keperawatan juga mendukung terciptanya persepsi yang
positif.
Faktor kedua yang mempengaruhi persepsi positif responden adalah faktor
struktural
yang
lebih
kearah
biologis,
dimana
seseorang
akan
mempersepsikan sesuatu sebagai suatu keseluruhan meskipun stimulus
yang diterima tidak lengkap (Sobur, 2003). Faktor ini membuat persepsi
pengunjung terkait pelayanan keperawatan yang diberikan oleh salah satu
tenaga kesehatan di puskesmas, membuat persepsi pengunjung terhadap
seluruh pelayanan puskesmas menjadi positif sehingga pengunjung merasa
puas setelah berobat. Ketiga adalah faktor situasional yang berkaitan
dengan bahasa nonverbal berupa ekspresi wajah yang juga mempengaruhi
persepsi. Perawat yang tersenyum ramah saat menanyakan keadaan pasien
juga menimbulkan perasaan senang di hati pasien sehingga merasa
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
43
perawat telah memberikan apa yang dibutuhkan pasien. Faktor terakhir
adalah faktor personal lebih ke arah pribadi individu yang meliputi
pengalaman, sosial budaya, harapan, motivasi, dan kepribadian individu.
Sementara itu masyarakat yang memiliki persepsi negatif terhadap peran
perawat puskesmas juga disebabkan oleh beberapa faktor. Pengalaman
terdahulu yang kurang menyenangkan terhadap pelayanan keperawatan
yang diterima akan membuat masyarakat memiliki persepsi yang negatif.
Selain itu, pelayanan yang kurang memuaskan dan tidak sesuai dengan
harapan juga menjadi salah satu penyebab timbulnya persepsi negatif. Hal
ini didukung dengan adanya karakter individu yang sulit menerima
stimulus yang diberikan sehingga mempersepsikan pelayanan keperawatan
negatif.
Puskesmas sebagai pelayanan kesehatan terdekat merupakan garda
terdepan pelayanan kesehatan Indonesia memiliki peran penting dalam
mewujudkan masyarakat yang sehat. Tercapainya masyarakat yang sehat
diperoleh dari meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan. Peningkatan
kualitas dapat diwujudkan dengan memperluas pengetahuan tenaga
kesehatan. Adanya pelatihan untuk meningkatkan skill masing-masing
individu sangat dibutuhkan untuk menghadapi perkembangan ilmu
pengetahuan yang semakin pesat. Seperti yang dikemukakan oleh Ashton
(2005)
bahwa
peningkatan
kualitas
pelayanan
kesehatan
yang
komprehensif melalui pengembangan pengetahuan dan kemampuan akan
meningkatkan pemulihan kesehatan pasien.
Salah satu faktor yang menentukan kualitas pelayanan puskesmas adalah
pelayanan keperawatan. Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan yang
bertugas memberikan asuhan keperawatan secara
holistik (utuh)
memegang peranan yang penting. Peran perawat dapat diklasifikasikan
menjadi enam peran utama perawat puskesmas (Depkes, 2004).
Kementerian Kesehatan menetapkan enam peran utama perawat karena
pendidikan rata-rata perawat puskesmas di Indonesia masih rendah, yaitu
pendidikan D3 dan SPK. Sedangkan seharusnya perawat yang bekerja di
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
44
primary health care (puskesmas) beragam pendidikan mulai dari clinical
nurse specialist (perawat spesialis), clinical nurse midwives (bidan), dan
certified registered nurse practitioners (Cotroneo, Margaret., Outlaw,
Freida Hopkins., King, Joan., Brince, Jean., 1997). Oleh karena itu,
sebaiknya standar kualifikasi penerimaan perawat yang bekerja di
puskesmas harus lebih ditingkatkan agar standar pelayanan yang diberikan
perawat juga meningkat.
Peran yang diterapkan Kementerian Kesehatan antara lain sebagai pemberi
asuhan keperawatan, penemu kasus, pendidik kesehatan, koordinator dan
kolaborator, konselor, dan sebagai panutan. Peran utama dari perawat
puskesmas adalah memberikan asuhan keperawatan kepada individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit
atau yang mempunyai masalah kesehatan baik dirumah, sekolah, panti,
dan sebagainya sesuai kebutuhannya (Depkes, 2004).
6.1.2.1. Persepsi Masyarakat terhadap Peran Pemberi Asuhan Keperawatan
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar masyarakat berpersepsi
positif terhadap peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan
yaitu sebanyak 59,4%. Pada pernyataan kuesioner mengenai peran
pemberi asuhan keperawatan, mayoritas responden menjawab selalu,
yang berarti perawat selalu menanyakan keluhan utama klien setiap
berobat. Sebanyak 42,7% responden menjawab perawat kadang-kadang
bersikap ramah kepada klien. Selain itu, sebanyak 83,3% responden
menjawab perawat selalu menulis resep obat dan 72,9% responden
menyebutkan
perawat
selalu
mendiagnosis
penyakit.
Hal
ini
menunjukkan bahwa perawat menjalankan peran tenaga kesehatan lain.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa terjadi overlapping (tumpang tindih)
antara peran perawat dan dokter, serta menjadi celah terjadinya
malpraktik. Akibatnya akan beresiko tinggi membahayakan klien.
Sedangkan tugas perawat dan dokter telah jelas tercantum pada Undangundang Kesehatan sehingga apabila terjadi pelanggaran dapat dikatakan
sebagai malpraktik. Keterbatasan sumber daya manusia menjadi
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
45
penyebab utama terjadinya overlapping tugas antara tenaga kesehatan
dan terjadinya malpraktik di puskesmas ini.
6.1.2.2. Persepsi Masyarakat terhadap Peran Penemu Kasus
Peran perawat sebagai penemu kasus menuntut perawat untuk
mendeteksi serta dalam menemukan kasus serta melakukan penelusuran
terjadinya penyakit. Berdasarkan hasil penelitian mayoritas masyarakat
memiliki persepsi positif terhadap peran perawat sebagai penemu kasus
yaitu 63,5%. Dari total 96 orang responden, 79,2% menjawab tidak
pernah dikunjungi rumah, hanya 15,6% responden yang sering
dikunjungi rumah. Hal ini menunjukkan perawat masih lebih banyak
menjalankan pasif case finding karena hanya pasien khusus saja yang
dikunjungi ke rumah seperti pasien dengan TB paru, diare, atau gizi
buruk.
Penemuan kasus dapat dilakukan dengan jalan mencari langsung ke
masyarakat (aktif case finding) dan dapat pula didapat secara tidak
langsung yaitu pada kunjungan pasien ke puskesmas (pasif case finding)
(Depkes, 2004). Narain (2011) mengemukakan bahwa pasien dengan TB
paru atau gizi buruk akan lebih baik apabila dilakukan skrining secara
berkala ke lingkungan rumah pasien sehingga dapat menerapkan peran
perawat sebagai actif case finding dan langsung dapat diberikan
intervensi saat itu juga.
6.1.2.3. Persepsi Masyarakat terhadap Peran Pendidik Kesehatan
Sebagian besar masyarakat memiliki persepsi yang positif terhadap
peran perawat sebagai pendidik kesehatan yaitu sebanyak 58,3%.
Perawat sebagai pendidik menuntut perawat untuk memberikan
pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat baik setting di rumah, di puskesmas, dan di masyarakat
secara terorganisir dalam rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga
terjadi perubahan perilaku seperti yang diharapkan dalam mencapai
tingkat kesehatan yang optimal (Depkes, 2004).
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
46
Pernyataan mengenai peran pendidik kesehatan, 30,2% menjawab
sering, yang berarti bahwa perawat sering tidak menjelaskan cara
mencegah penyakit pasien, tetapi lebih sering menjelaskan cara
mengatasi penyakit yang sedang dialami yaitu sebanyak 39,6%.
Berdasarkan
pengamatan
peneliti,
perawat
juga
lebih
sering
memberikan pendidikan kesehatan pada pengunjung dengan masalah
kesehatan kronis seperti diabetes mellitus (DM), hipertensi, dan penyakit
jantung, sedangkan untuk pasien dengan keluhan nyeri sendi dan
abdomen jarang diberikan pendidikan kesehatan.
Penyakit kronik dan tidak menular seperti DM, penyakit kardiovaskuler,
kanker, dan penyakit paru obstruktif menahun merupakan jenis penyakt
yang sering terjadi di kawasan Asia Tenggara (Narain, 2011). Jenis
penyakit
tersebut
membutuhkan
program
pencegahan
yang
berkelanjutan karena lebih diakibatkan faktor gaya hidup yang tidak
sehat. Oleh karena itu, perawat perlu menjelaskan faktor risiko penyakit
tersebut antara lain seperti merokok, pola makan yang tidak sehat, dan
kurang beraktifitas. Namun, dengan tetap memberikan pendidikan
kesehatan kepada pasien dengan keluhan yang lain seperti nyeri.
Skill tenaga kesehatan khususnya perawat di Indonesia masih rendah
(Depkes, 2004). Sama halnya yang terjadi di India dimana pemerintah
India mulai terus mengembangkan kemampuan perawat terhadap
pengontrolan penyakit. Cara yang dilakukan dengan menyediakan
pelatihan bagi perawar terkait penyakit yang sering mewabah di
lingkungan cakupan puskesmas dan terkait penyakit kronik seperti DM
dan asma. Tujuannya agar para tenaga kesehatan di pusat kesehatan
masyarakat
mampu
memberikan
pelayanan
sekunder
sebelum
memberikan pelayanan primer. Pemerintah Indonesia diharapkan
melakukan upaya untuk mengembangkan skill perawat dengan
menyediakan pelatihan yang dibutuhkan.
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
47
6.1.2.4. Persepsi Masyarakat terhadap Peran Koordinator dan Kolaborator
Persepsi masyarakat terhadap peran perawat sebagai koordinator dan
kolaborator mayoritas positif yaitu sebanyak 55,2%. Koordinator dan
kolaborator merupakan peran yang sangat penting karena pada peran
inilah perawat mampu bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain untuk
meningkatkan derajat kesehatan klien. Perawat dapat berkolaborasi
dengan dokter, apoteker, ahli gizi, petugas laboratorium, dan lainnya
untuk menegakkan diagnosa keperawatan dan menentukan intervensi
yang tepat.
Kerjasama antar tenaga kesehatan di puskesmas sangat penting. Kerja
tim kesehatan yang baik akan memberikan kepuasan kerja dan kepuasan
pasien dalam menerima pelayanan kesehatan (Leggat, Sandra G.,
Bartram, Timothy., & Stanton, Pauline., 2011). Kepuasan pasien akan
menentukan persepsi terhadap penerapan peran perawat. Selain itu,
kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas juga dapat diukur melalui
penurunan mortalitas, penurunan kesalahan medikasi, hasil klinik, dan
kepuasan pasien. Dimana kepuasan pasien merupakan alat ukur yang
valid untuk menentukan hasil kinerja tenaga kesehatan (Leggat, Sandra
G., Bartram, Timothy., & Stanton, Pauline., 2011) sehingga kerjasama
perlu dioptimalkan.
Sebagian besar responden menjawab selalu untuk pernyataan kuesioner
mengenai manfaat obat, efek samping obat, dan dosis obat. Hal ini
disebabkan karena perawat seringkali membantu apoteker untuk
membagikan dan menjelaskan obat kepada pasien yang berobat. Selain
itu, jumlah apoteker di puskesmas hanya satu orang sehingga antar
tenaga kesehatan saling membantu peran yang lain untuk memenuhi
kebutuhan pasien. Namun mayoritas responden menjawab perawat
jarang bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain untuk meningkatkan
kesehatan klien. Perawat langsung memutuskan secara mandiri tindakan
yang akan dilakukan kepada pasien, kecuali pada pasien yang
membutuhkan pemeriksaan laboratorium. Selain itu, 49 responden
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
48
(51%) menyebutkan perawat selalu sibuk mencatat saat memeriksakan
kesehatan klien sehingga kurang memperhatikan respon klien.
Peran
antara
perawat
dan
dokter
dalam
berkolaborasi
untuk
meningkatkan kesehatan pasien dilakukan melalui timbal balik positif.
Perawat memberikan saran dan rekomendasi terkait pelayanan pasien
dengan cara yang baik, tanpa langsung menantang permintaan dokter.
Sebagai respon, dokter seringkali menerima rekomendasi perawat
sehingga akan terjadi kolaborasi yang baik (Faria, 2009). Kerjasama
yang baik antar tim kesehatan juga perlu diimbangi dengan kemampuan
masing-masing individu. Perawat perlu meningkatkan kemampuan
(skill) yang dimiliki dengan sering mengikuti pelatihan terkait
keperawatan. Selain itu, perawat juga perlu memperkaya pengetahuan
dengan mencari informasi seputar perkembangan ilmu keperawatan
terbaru melalui perkembangan teknologi informasi. Hal ini juga perlu
didukung oleh pihak puskesmas dengan memfasilitasi pelatihan bagi
perawat, memberikan kejelasan apa saja peran perawat puskesmas, serta
meningkatkan prasyarat calon perawat yang akan bekerja di puskesmas.
6.1.2.5. Persepsi Masyarakat terhadap Peran Konselor
Penelitian menunjukkan sebagian besar masyarakat memiliki persepsi
postitif terhadap peran perawat sebagai konselor sebanyak 54,2%,
sedangkan untuk persepsi negatif sebanyak 45,8%. Selisih antara
persepsi positif dan negatif yang hanya 8,4% menyatakan bahwa
persepsi masyarakat hampir sama. Peran sebagai konselor melakukan
konseling keperawatan untuk membantu memecahkan masalah klien
secara efektif. Kegiatan yang dapat dilakukan perawat puskesmas antara
lain menyediakan informasi, mendengar secara objektif, memberi
dukungan, memberi asuhan dan meyakinkan klien, menolong klien
mengidentifikasi masalah dan faktor-faktor terkait, memandu klien
menggali permasalahan dan memilih pemecahan masalah yang
dikerjakan (Depkes, 2004).
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
49
Empat dari total lima pernyataan kuesioner dijawab dengan pernyataan
yang kurang memuaskan. Sebanyak 37,5% masyarakat merasa perawat
tidak pernah menggali masalah kesehatan klien. Selain itu, 31,2%
masyarakat juga menganggap perawat tidak pernah membantu
memecahkan masalah kesehatan klien. Proses pemeriksaan kesehatan
yang singkat membuat waktu interaksi antara perawat dan pasien
menjadi sempit. Pasien seringkali merasa masih ingin mengungkapkan
perasaan namun terkendala oleh durasi berobat yang singkat. Banyaknya
pasien di puskesmas mendorong perawat untuk bergerak cepat agar
pasien lain tidak menunggu lama. Selain itu, tidak adanya inisiatif antara
perawat maupun pasien untuk melakukan konseling di luar puskesmas
atau di luar jam kerja perawat. Perawat lebih sering membiarkan klien
memecahkan masalahnya sendiri sehingga klien cenderung enggan
mendiskusikan permasalahannya kepada perawat.
Persepsi positif terhadap peran sebagai konselor ini juga didukung oleh
jawaban responden bahwa 84,4% perawat selalu mendukung klien untuk
sembuh dari penyakit yang dialaminya. Dukungan yang diberikan
membuat klien merasa cukup dihargai dan memotivasi klien untuk
segera sembuh. Namun berdasarkan wawancara peneliti dengan
responden, hampir semua responden menginginkan perawat lebih
menggali permasalahan kesehatan dan membantu untuk menemukan
solusi yang tepat sehingga masalah kesehatan klien yang sulit
diungkapkan segera teratasi.
Perkembangan teknologi yang semakin pesat juga mendorong pelayanan
kesehatan untuk dapat memanfaatkannya. Salah satunya pemanfaatan
website puskesmas. Fungsi website dapat dijadikan tempat bertukar
pikiran antar tenaga kesehatan di seluruh Indonesia atau kepada instansi
pemerintah lain, serta kepada masyarakat umum. Seperti yang dilakukan
di Korea dengan memanfaatkan internet sebagai sarana sharing ilmu
pengetahuan oleh tenaga kesehatan (Han, Dongwoon., & Lee, Heejin.,
2003). Namun pada kenyataannya penggunaan internet di Indonesia
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
50
khususnya puskesmas masih sangat minim sehingga perlu terus
ditingkatkan baik dari sisi pengguna maupun koneksi.
6.1.2.6. Persepsi Masyarakat terhadap Peran Panutan
Peran yang terakhir adalah peran sebagai panutan (role model).
Penelitian persepsi masyarakat terhadap peran perawat sebagai panutan
mendapatkan nilai tertinggi diantara peran yang lain. 66,7% masyarakat
memiliki persepsi yang positif terhadap peran perawat sebagai panutan.
Pada pernyataan mengenai peran sebagai panutan, responden yakin
bahwa seorang perawat pasti memiliki gaya hidup yang sehat. Hal ini
dibuktikan dengan 54,2% responden menjawab perilaku perawat
dijadikan inspirasi untuk memiliki gaya hidup sehat. Selain itu, 71%
responden selalu dimotivasi oleh perawat untuk tetap menjaga
kesehatan.
Perawat puskesmas
harus mampu
memberikan contoh
kepada
masyarakat bagaimana cara hidup sehat. Kegiatan yang dapat dilakukan
antara lain memberi contoh praktik menjaga tubuh yang sehat baik fisik
maupun mental seperti makanan bergizi, menjaga berat badan, olahraga
secara teratur, tidak merokok, menyediakan waktu untuk istirahat setiap
hari, komunikasi efektif, dll (Depkes, 2004). Peran ini tidak mudah
dijalankan karena perawat harus memahami bagaimana cara hidup sehat
dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat terlihat
oleh masyarakat.
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
51
6.2. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah instrumen penelitian berupa
kuesioner yang dikembangkan sendiri oleh peneliti berdasarkan konsep yang
ada. Instrumen penelitian sudah diuji validitas dan reliabilitasnya serta
membutuhkan perubahan, tetapi karena keterbatasan waktu penelitian
sehingga instrumen yang telah diperbaiki belum diuji kembali validitas dan
reliabilitasnya.
6.3. Implikasi Bagi Keperawatan
Penelitian gambaran persepsi masyarakat terhadap peran perawat puskesmas
di Kelurahan Bintara dapat memberikan implikasi sebagai berikut:
6.3.1. Implikasi bagi Pelayanan Keperawatan
Persepsi masyarakat terhadap peran perawat hampir seimbang antara
persepsi porsitif dan negatif, sehingga penerapan peran perawat di
puskesmas harus terus ditingkatkan. Selain itu, dijadikan bahan
evaluasi bahwa
6.3.2. Implikasi bagi Pendidikan
Penelitian ini dapat dijadikan gambaran bahwa peran perawat sangat
penting dalam menentukan kualitas pelayanan keperawatan di
puskesmas. Para calon perawat yang nantinya akan masuk ke dunia
kerja perlu mengetahui dan memahami peran perawat agar dapat
mengaplikasikannya.
6.3.3. Implikasi bagi Penelitian
Hasil penelitian ini dapat memperkaya penelitian keperawatan
sebelumnya dan dapat dijadikan rujukan bagi penelitian selanjutnya.
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
BAB 7
PENUTUP
Pada bab ini dibahas tentang kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan dan
saran yang diberikan oleh peneliti kepada peneliti selanjutnya.
7.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian “Gambaran persepsi masyarakat tentang peran
perawat puskesmas di Kelurahan Bintara Kota Bekasi Tahun 2012”, dapat
disimpulkan bahwa karakteristik usia responden dalam penelitian ini berada
pada rentang dewasa tengah yaitu 40 sampai 59 tahun. Sebagian besar
masyarakat bersuku Jawa, dengan tingkat pendidikan mayoritas SD-SMP.
Jenis kelamin subjek penelitian ini didominasi perempuan dan mayoritas
pekerjaan sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT).
Hasil penelitian diketahui bahwa dari total 96 responden, masyarakat
memiliki persepsi yang hampir seimbang antara persepsi positif dan negatif.
Namun selisih persepsi positif dan negatif yang tipis dapat disimpulkan
bahwa persepsi masyarakat hampir seimbang. Persepsi masyarakat
cenderung positif terhadap masing-masing peran perawat dengan jumlah
persepsi positif tertinggi terdapat pada peran sebagai panutan, dan persepsi
positif terendah pada peran sebagai konselor.
7.2. Saran
Adapun saran yang dapat dirumuskan dari hasil penelitian ini meliputi:
7.2.1. Pelayanan Keperawatan
Perawat perlu terus mengoptimalkan penerapan enam peran utama
perawat agar tercapainya tujuan pelayanan keperawatan. Hal ini
perlu didukung oleh pihak puskesmas dengan mempublikasikan
peran perawat dalam bentuk poster agar mudah dilihat dan diingat.
Selain itu, sebaiknya puskesmas juga menyediakan kotak saran yang
dapat diisi oleh pengunjung untuk mengetahui penilaian masyarakat
terhadap pelayanan tenaga kesehatan khususnya perawat.
54
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
53
7.2.2. Pendidikan Keperawatan
Pendidikan keperawatan adalah tempat untuk mencetak calon
perawat profesional. Untuk
lebih menanamkan peran perawat
kepada calon perawat, sebaiknya setiap materi yang diajarkan
mencantumkan peran perawat sebagai hal yang penting untuk
dipahami dan diaplikasikan.
7.2.3. Pemerintah/Pembuat Kebijakan
Pemerintah atau pembuat kebijakan sebaiknya lebih memberikan
kesempatan perawat untuk meningkatkan skill dan kemampuan
perawat dalam menerapkan setiap perannya dengan mengikuti
pelatihan atau workshop. Selain itu, lebih meningkatkan syarat atau
kualitas calon perawat yang akan bekerja di puskesmas, yang
tentunya perlu diimbangi dengan penambahan jumlah perawat
puskesmas
7.2.4. Masyarakat
Masyarakat sebagai penerima pelayanan keperawatan di puskesmas
perlu terus meningkatkan kesadaran akan haknya untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan yang terbaik. Selain itu, masyarakat dapat
bertindak sebagai evaluator bagi kinerja perawat dengan memberikan
saran pada kotak saran yang disediakan puskesmas
7.2.5. Penelitian Keperawatan
Penelitian selanjutnya dapat memperluas penelitian dengan cara
meneliti persepsi masyarakat tidak hanya dalam lingkup kelurahan
saja, tetapi juga ke lingkup kecamatan atau kota Bekasi. Selain itu,
usia responden lebih bervariasi agar penelitian dapat digeneralisasi.
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Syahrial. (2006). Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan peran
dan fungsi perawat puskesmas daerah terpencil dan puskesmas tidak
terpencil di Kepulauan Riau, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Utara
tahun 2005. Depok: Tesis FKM-UI.
Ashton, Toni. (2005). Change through continuity: a quiet revolution in primary
health care in New Zealand. Australian Health Review. Vol. 29 No. 4 pp
380-382.
Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC
Badan Pusat Statistik. (2010). Kewarganegaraan, suku bangsa, agama, dan bahasa
sehari-hari penduduk Indonesia: hasil sensus penduduk 2010. Style sheet:
http://sp2010.bps.go.id/files/ebook/kewarganegaraan%20penduduk%20ind
onesia/index.html (diakses pada 1 Juli 2012)
Controneo, Margaret., Outlaw, Freida Hopkins., King, Joan., Brince, Jean. (1997).
Advanced practice psychiatric-mental health nursing in a communitybased nurse-managed primary care program. Journal of Psychosocial
nursing & mental health services. Vol. 35 pp. 18
Danim, S. (2003). Riset keperawatan: sejarah dan metodologi. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Departemen Kesehatan RI. (2004). Keputusan menteri kesehatan RI
No.128/Menkes/SK/II/2004 tentang kebijakan dasar pusat kesehatan
masyarakat. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.
Departemen Kesehatan RI. (2004). Rancangan pedoman kegiatan perawat
kesehatan masyarakat di puskesmas. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina
Kesehatan Masyarakat.
54
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
55
Departemen Kesehatan RI. (2004). Rancangan pedoman peningkatan kinerja
perawat di puskesmas. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan
Masyarakat.
Faria, Catherine. (2009). Nurse practitioner perceptions and experiences of
international collaboration physicians in primary health settings. Canada:
Thesis Queen;s University.
Fetaria. (2005). Faktor-faktor yang berhubungan dengan penerapan peran dan
fungsi perawat pada puskesmas terpencil dan tidak terpencil di kawasan
tengan Indonesia. Depok: Tesis FKM-UI.
Han, Dongwoon., & Lee, Heejin. (2003). District health information systems in
the public sector: health centres in Korea. Logistics Information
Management. Vol. 16 pp. 278-285
Hastono, S. P., Sabri, L. (2006). Statistika kesehatan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada
Kozier. (2004). Fundamentals of nursing: concepts, process, and practice. 4 th Ed.
California: Cummings Publishing Company Inc.
Leggat, Sandra G., Bartram, Timothy., & Stanton, Pauline. (2011). High
performances work systems: the gap between policy and practice in health
care reform. Journal of Health Organization and Management Vol. 25 No.
3 pp. 281-297
Narain, Jai P. (2011). Integrating services for Noncommunicable Diseases
Prevention and Control: Use of Primary health care Approach. Indian.
Journal of community medicine. Vol.36 pp 567-571
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta
Nurjanah, Nunung. (2003). Gambaran persepsi pasien terhadap pelayanan
kesehatan di puskesmas kecamatan Gambir. Depok: Skripsi FKM-UI.
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
56
Polit, D. E., Beck. C. T. (2008). Nursing research: generating and assessing
evidence for nursing practice. 8th Ed. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins
Priharjo, Robert. (2008). Konsep & perspektif praktik keperawatan profesional.
Edisi 2. Jakarta: EGC
Pusdatin Depkes RI. (2010). “Bank Data Puskesmas”. Style Sheet:
http://www.bankdata.depkes.go.id/puskesmas/public/report (diunduh pada
25 September 2011)
Rimanews. (2011). “Bekasi Belum Siap Moratorium CPNS”. Style Sheet:
http://rimanews.com/read/20110717/34906/bekasi-belum-siapmoratorium-cpns (diunduh pada 25 September 2011)
Robbin, Stephen P. (2002). Perilaku organisasi jilid II. Edisi 10. Jakarta:
Gramedia.
Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia
Sukmarini, Fitri. (2011). Gambaran persepsi masyarakat terhadap perawat di
Desa Tawangsari RT 03 RW 01 Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo.
Yogyakarta: Skripsi - STIKES YARSIS.
WHO. (2002). Health situation in the south-east Asia region 1998-2000. India:
WHO.
Wood, M. J., Ross-Kerr, J. C. (2011). Basic steps in planning nursing research:
from question to proposal. 7th Ed. Sudbury: Jones & Bartlett Publishers
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
Lampiran 1
LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN
Judul
: Gambaran Persepsi Masyarakat tentang Peran Perawat Puskesmas
di Kelurahan Bintara Tahun 2012
Nama
: Syifa Fauziah
NPM
: 0806334483
Alamat
: Jalan Bintara 8 RT 04/03 No. 1 Bekasi Barat 17134
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran persepsi masyarakat tentang
peran perawat puskesmas di Kelurahan Bintara. Penelitian ini melibatkan seluruh
masyarakat pengunjung Puskesmas Kelurahan Bintara. Beberapa pengunjung
puskesmas di Kelurahan Bintara akan menjadi responden di penelitian ini.
Bapak/Ibu dimohon untuk berpartisipasi dalam penelitian.
Apabila Bapak/Ibu menyetujui maka dengan ini saya mohon Bapak/Ibu berkenan
menandatangani lembar persetujuan dan menjawab pertanyaan yang diajukan
secara jujur. Adapun identitas pribadi maupun informasi yang Bapak/Ibu berikan
akan tetap menjadi rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.
Atas ketersediaan Bapak/Ibu, saya mengucapkan terima kasih.
Bekasi, Mei 2012
Peneliti
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: ...........................................................
Usia
: ....................... tahun
Alamat
:............................................................
No. Telp
: ...........................................................
Setelah membaca penjelasan yang diberikan oleh peneliti, saya bersedia ikut
berpartisipasi sebagai responden penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia dengan judul “Gambaran
Persepsi Masyarakat tentang Peran Perawat Puskesmas di Kelurahan
Bintara Tahun 2012”
Saya menyadari bahwa keikutsertaan saya dalam penelitian ini dilakukan secara
sukarela dan tidak akan merugikan saya. Saya menyadari bahwa segala informasi
pada penelitian ini adalah rahasia dan hanya akan digunakan untuk tujuan
penelitian. Dengan demikian saya bersedia untuk menjadi responden penelitian.
Bekasi, Mei 2012
Yang membuat pernyataan,
(
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
)
Lampiran 3
KUESIONER PENELITIAN
GAMBARAN PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PERAN PERAWAT
PUSKESMAS DI KELURAHAN BINTARA
KOTA BEKASI TAHUN 2012
No. Responden: …… (diisi oleh peneliti)
Tanggal: …..
Bagian 1
BIODATA
Isi dan Berilah check list (√) pada kotak yang tersedia
1. Usia: .......................... tahun
2. Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
3. Suku
Jawa
Betawi
Minang
Sunda
Batak
Lainnya, sebutkan........................
4. Pendidikan
Tdk sekolah
SD-SMP
SMA-D3
S1-S3
5. Pekerjaan
PNS
Buruh
Pegawai Swasta
Pedagang
Lainnya, Sebutkan........................
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
Lampiran 3 (Lanjutan)
Bagian 2
KUESIONER PERSEPSI
Petunjuk Pengisian
1. Bacalah pertanyataan dengan teliti
2. Berilah check list (√) pada pernyataan yang menurut Anda sesuai
3. Bila Anda ingin memperbaiki jawaban yang salah, Anda cukup memberikan
tanda = pada tanda check list (√) yang salah, kemudian tuliskan kembali
jawaban Anda
Contoh:
PERNYATAAN
Perawat berkomunikasi dengan
pasien setiap berkunjung
TP
KK
Sr
√
Sl
√
4. Anda dapat bertanya langsung pada peneliti jika ada kesulitan dalam mengisi
kuesioner
Keterangan:
TP
: Tidak Pernah
KK
: Kadang-kadang
Sr
: Sering
Sl
: Selalu
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
Lampiran 3 (Lanjutan)
NO
1.
PERNYATAAN
Saat datang ke puskesmas, perawat
menanyakan keluhan utama saya
2.
Saat datang ke puskesmas, perawat bersikap
ramah kepada saya
3.
Saat berobat ke puskesmas, perawat menulis
resep obat untuk saya
4.
Saat berobat ke puskesmas, perawat
menetapkan apa penyakit saya
Perawat melakukan penyuluhan kesehatan
sesuai dengan gejala yang saya alami (misalnya
batuk atau pilek)
Perawat menanyakan kembali riwayat
kesehatan saya setiap berobat di puskesmas
Perawat memberikan informasi tentang manfaat
obat yang diberikan kepada saya
Perawat memberikan informasi tentang efek
samping obat yang diberikan kepada saya
Perawat memberikan informasi tentang dosis
obat yang diberikan kepada saya
Perawat memberikan nasihat kepada
saya/keluarga saya sesuai penyakit saya
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
TP
Saya rutin menerima penyuluhan kesehatan dari
puskesmas
Perawat membimbing saya menggali masalah
kesehatan saya
Perawat membantu saya menyelesaikan
masalah kesehatan saya
Saya memecahkan masalah kesehatan saya
tanpa bantuan perawat
Saya merasa puas dengan penjelasan perawat
tentang masalah kesehatan saya
Perawat bekerjasama dengan tenaga kesehatan
lain untuk menyembuhkan penyakit saya
Perilaku perawat menginspirasi saya melakukan
gaya hidup sehat
Perawat ikut memotivasi saya untuk menjaga
kesehatan saya <contoh: makan makanan
bergizi>
Perawat berkunjung ke rumah saya untuk
memeriksakan kesehatan saya
Saat kunjungan rumah, perawat melakukan
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
KK
Sr
Sl
Lampiran 3 (Lanjutan)
NO
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
PERNYATAAN
pemeriksaan fisik untuk seluruh anggota
keluarga saya
Perawat berkunjung hanya menanyakan
keadaan saya
Saat kunjungan rumah, perawat menemukan
apa penyakit saya
Perawat memiliki kebiasaan hidup yang tidak
sehat
Saya mencontoh hidup sehat bukan dari
perawat
Perawat datang memeriksa kesehatan
saya/anggota keluarga saya selain di puskesmas
(rumah/posyandu)
Saya tidak pernah mendiskusikan masalah
kesehatan saya dengan perawat
Perawat tidak menjelaskan bagaimana cara
mencegah penyakit kepada saya/keluarga
28.
Perawat tidak menjelaskan bagaimana cara
mengatasi masalah kesehatan saya
29.
Perawat mendukung saya untuk sembuh dari
penyakit saya
30.
Perawat sibuk mencatat saat memeriksa
kesehatan saya
TP
KK
**MOHON PERIKSA KEMBALI JAWABAN ANDA**
TERIMA KASIH ATAS PARTISIPASI ANDA ^_^
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
Sr
Sl
Lampiran 4
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
Lampiran 4 (Lanjutan)
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
Lampiran 4 (Lanjutan)
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
Lampiran 4 (Lanjutan)
Gambaran persepsi..., Syifa Fauziah, FIK UI, 2012.
Download