1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pakan adalah makanan atau asupan yang diberikan kepada hewan peliharaan. Istilah ini diadopsi dari bahasa Jawa. Pakan merupakan sumber energi dan materi bagi pertumbuhan dan kehidupan makhluk hidup. Pakan Buatan adalah pakan yang dibuat dengan formulasi tertentu berdasarkan pertimbangan pembuatnya. Pembuatan pakan buatan sebaiknya didasarkan pada pertimbangan kebutuhan nutrisi atau gizi hewan ternak atau peliharaan yang bersangkutan, sumber dan kualitas bahan baku, serta nilai ekonomis. Dengan berbagai pertimbangan tersebut, diharapkan pakan buatan yang dihasilkan (pakan ikan), dapat memiliki standar mutu tinggi dengan biaya murah. Pakan merupakan kebutuhan terbesar dalam budidaya perikanan. Biaya produksi untuk pakan mencapai 70 % dari total biaya produksi. Dewasa ini volume pakan komersil di pasar sangat beraneka baik jenis maupun komposisi. Hal ini tentu menuntut sensivitas dan selektifitas yang tinggi agar mampu memilih pakan yang berkualitas untuk budidaya perikanan. Sejauh ini isu terpenting terkait masalah pakan ikan adalah kesulitan memperoleh pakan yang memilki nutrisi dan sifat sesuai dengan kebutuhan serta kondisi biologis ikan/biota kultur itu sendiri. Sehingga hal ini menjadi salah satu inhibitor dalam pengembangan budidaya ikan. Pakan ikan dikatakan bermutu jika mengandung nilai nutrisi dan gizi yang dibutuhkan oleh ikan. Suryaingsih (2010) menyatakan bahwa kualitas pakan tidak hanya sebatas pada nilai gizi yang dikandungnya melainkan pada sifat fisik pakan seperti kelarutannya, ketercernaanya, warna, bau, rasa dan anti nutrisi yang 2 dikandung. Kualitas pakan juga dipengaruhi oleh bahan baku yang digunakan. Pemilihan baku yang baik dapat dilihat berdasarkan indikator nilai gizi yang dikandungnya; digestibility (kecernaanya); dan biovaibility (daya serap). Pakan yang berkualitas akan mendukung tercapainya tujuan produksi yang optimal. Oleh karena itu pengetahuan tentang nutrisi, gizi, komposisi serta kualitas secara fisik perlu diketahui. Ilmu nutrisi pakan ikan tidak terbatas pada cara pembuatan pakan saja. Pengetahuan tentang formulasi bahan dalam pembuatan pakan juga perlu diketahui. Komposisi suatu pakan perlu kita ketahui baik sebelum atau sesudah pembuatan pakan sebagai data base dalam pembuatan pakan. Sebelum pembuatan pakan bobot masing-masing bahan harus diketahui untuk menghasilkan jumlah pakan dengan nilai nutrisi tertentu. 1.2. Tujuan dan Manfaat Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara menganalisis kualitas kimiawi pellet. Dan mahasiswa juga diharapkan dapat mengetahui kualitas kimia pellet yang baik bagi pertumbuhan ikan. Mahasiswa juga diharapkan mampu melakukan pengamatan pertumbuhan ikan dengan pemberian pellet yang terbuat dari tepung tulang ayam. 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Patin Klasifikasi ikan patin (Pangasius pangasius) menurut Saanin (1984) diacu dalam Subagja 2010 adalah sebagai berikut: Ordo: Ostariophyri, Subordo: Siluroide, Famili: Pangasidae, Genus: Pangasius, Spesies : Pangasius sp. Ikan patin memiliki badan memanjang berwarna putih seperti perak dengan punggung berwarna kebiru-biruan. Panjang tubuhnya dapat mencapai 120cm. Kepala patin relatif kecil dengan mulut terletak di ujung kepala sedikit kebawah.. Sudut mulutnya terdapatdua pasang kumis pendek yang berfungsi sebagai peraba. Sirip punggungmemiliki sebuah jari-jari keras yang berubah menjadi patil yang bergerigi danbesar disebelah belakangnya. Jari-jari lunak sirip punggung terdapat enam atautujuh buah. Pada punggungnya terdapat sirip lemak yang berukuran kecil sekalidan sirip ekornya membentuk cagak dengan bentuk simetris. Ikan patin tidak memiliki sisik, sirip duburnya panjang, terdiri dari 30 – 33 jari-jari lunak,sedangkan sirip perutnya memiliki 6 jari-jari lunak. Sirip dada memiliki 12 – 13jari-jari lunak dan sebuah jari-jari keras yang berubah menjadi senjata yangdikenal sebagai patil. Ikan patin bersifat nokturnal (aktivitasnya 4 dilakukan dimalam hari) sebagaimana umumnya ikan catfish lainnya. Selain itu, patin suka bersembunyi di dalam liang-liang ditepi sungai habitat hidupnya. 2.2. Analisis Kualitas Kimiawi Pelet Bahan pakan yang baik adalah yang mempunyai nilai gizi tinggi, tidak mengandung racun, mudah diperoleh, tidak merupakan makanan pokok manusia sehingga tidak perlu bersaing untuk mendapatkannya, mudah diolah dan harga relatif murah (Adelina dan Indra, 2017). Pakan yang diberikan terhadap ikan peliharaan haruslah mempunyai kualitas yang baik sehingga dapat menghasilkan pertumbuhan ikan yang maksimal. Metoda untuk mengetahui kualitas pakan secara kimia dapat dilakukan dengan mengukur kandungan nutrient-nutriennya yang terdiri dari kadar air, protein, lemak, serat kasar, abu dan BETN. Jumlah nutrient ini dalam pakan disesuaikan dengan kebutuhan dari jenis ikan yang akan kita pelihara (Adelina dan Indra, 2017). Kandungan nutrien pangan atau pakan dapat diketahui dengan mengurai (menganalisis) komponen pangan dan pakan secara kimia. Teknik analisis yang umum untuk mengetahui kadar nutrien dalam pangan atau pakan adalah Analisis Proksimat (Proximate analysis) atau metode Weende. Analisis Proksimat ditemukan sekitar 100 tahun yang lalu di pusat eksperimen Weende (Weende Experiment Station) Jerman oleh dua ilmuwan Henneberg dan Stohmann. Metode ini tidak menguraikan kandungan nutrien secara rinci namun berupa nilai perkiraan sehingga disebut analisis proksimat. Analisis proksimat adalah pengujian laboratorium bahan pakan yang akan diformulasi dan diolah menjadi ransum pelet, crumble atau mash. Parameter 5 pengujian bahan ini meliputi parameter kadar air, protein, lemak, serat kasar, abu, kalsium (Ca) dan fospor (P), sesuai standar nasional Indonesia (SNI). 2.2.1. Kadar Air Kadar air pada pakan perlu dibatasi. Jika kadar airnya terlalu tinggi, maka akan membatasi lama penyimpanan pakan tersebut. Hal ini disebabkan oleh timbulnya jamur atau kapang yang tentu saja akan menurunkan kualitas pakan tersebut (Adelina dan Indra, 2017). 2.2.2. Analisa Protein Kasar Penentuan Protein kasar ini dilakukan dengan tiga tahap pengerjaan yaitu (1) Destruksi, (2) Destilasi, dan (3) Titrasi. Dari ketiga tahap pengerjaan tersebut didapatkan hasil yang seperti tersebut diatas bahwa kandungan kadar protein kasar yang bisa dikatakan berkualitas tinggi pada beberapa bahan pakan yaitu pada bahan dedak padi, tepung ikan, dan tepung kulit kerang. Kualitas tinggi protein ini sangat berguna dan sangat baik untuk ternak. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Sutardi, (2009) yang menyatakan bahwa protein merupakan komponen penting yang terdapat dalam makanan, dari hasil penelitian bahwa protein sangat berkualitas tinggi. Analisis protein terdiri dari 2 metode, yaitu metode Kjeldahl untuk protein (N) total dan metode Lowry-Folin untuk protein terlarut pendek. Secara rinci metode Kjeldahl adalah sebagai berikut. Sampel (5 g) dimasukkan dalam labu Kjeldahl dan ditambah 3 g campuran CuSO4 dan K2SO4 (1:9;b/b) dan 20 mL H2SO4 pekat. Labu Kjedahl dipanaskan sampai warna larutan menjadi putih, kemudian didinginkan. Larutan sampel ditambah 3 tetes indikator fenolftalen dan didestilasi. Destilat ditambah 50 mL larutan asam borat 2% dan 5 tetes indikator 6 Tashiro dan ditambah NaOH sampai larutan sampel menjadi alkalis. Sampel dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai larutan sampel menjadi merah muda. Metode Lowry-Folin adalah sebagai berikut. Sampel (5 g) ditambah 5 mL aquades, kemudian disentrifugasi pada kecepatan 5.000 rpm selama 5 menit. Bagian cair (supernatan) diambil dan ditambah aquades sampai mencapai volume 100 mL. Sampel diambil 1 mL dan ditambah 1 mL reagen Lowry D (campuran reagen Lowry A, B, dan C; 20:1:1 v/v), kemudian dikocok dengan vortex dan dibiarkan pada suhu kamar selama 15 menit. Larutan sampel ditambah 3 mL reagen Lowry E, kemudian dikocok dan dibiarkan pada suhu kamar selama 45 menit. Larutan sampel diambil 1 mL dan diukur nilai penyerapan cahaya (OD) pada panjang gelombang 590 nm dengan UV- VIS spektrofotometer. Nilai OD590 dikonversi ke kadar protein terlarut berdasarkan kurva standar protein BSA. 2.2.3. Analisa Kadar Lemak Lemak merupakan senyawa organik yang penting untukpenyusunan membran sel pada tanaman, hewan dan mikroba. Lemak merupakan senyawatidak larut air tetapi dapat larut pada pelarut nonpolar (bukan air), sepertieter dan alkohol.Lemak berfungsi esensial,membantu sebagai penyerapan dan sumber pelarutan energi dan vitamin asam A,D,E lemak dan K, mempertahankan dayaapung tubuh ikan memelihara bentuk dan fungsi membran serta jaringan sel. Lemakdibagi menjadi dua jenis yaitu lemak jenuh (yang tidak memiliki ikatan rangkap)dan lemak tak jenuh (yang memiliki ikatan rangkap). Kebutuhan setiap spesiesikan terhadap asam-asam lemak esensial berbeda-beda, hal ini disebabkan perbedaan habitat hidup. Ikan yang hidup di laut lebih membutuhkan asam lemak tak jenuh, sedangkan ikan air tawar membutuhkan 7 lebih sedikit asam tak jenuh.Hal ini disebabkan karena ikan air tawar mampu memproduksi enzim desaturaseyang mampu merubah lemak jenuh menjadi lemak tak jenuh dengan cara membentukikatan rangkap. Menurut Crayonpedia (2011), pengukuran kadar lemak pakan ikan atau bahan baku yang akan digunakan untuk membuat pakan ikan dapat dilakukan dengan menggunakan metode Soxhlet dan metode Weibull. Metode soxlet digunakan jika bahan baku pakan atau pakan ikan mengandung kadar lemak yang relatif tidak terlalu banyak, dan jika kadar lemak dalam bahan pakan atau pakan ikan cukup banyak maka bahan pakan dan pakan itu harus dilakukan hidrolisis terlebih dahulu dan metode yang digunakan adalah metode Weibull. Prinsip : Bahan makanan yang larut di dalam petrelium eter, atau ekstraksi lemak bebas dengan pelarut non polar. 2.2.4. Penetapan Abu Analisa kadar abu bertujuan untuk memisahkan bahan organik dan bahan anorganik suatu bahan pakan. Kandungan abu suatu bahan pakan menggambarkan kandungan mineral pada bahan tersebut. Menurut Cherney (2000) abu terdiri dari mineral yang larut dalam detergen dan mineral yang tidak larut dalam detergen Kandungan bahan organik suatu pakan terdiri protein kasar, lemak kasar, serat kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN). Karra (2007) menyatakan bahwa pemanasan di dalam tanur adalah dengan suhu 400-600 derajat Celcius dan zat anorganik yang tertinggal di dalam pemanasan dengan tanur disebut dengan abu (ash) . Disini, bahan pakan ternak yang paling banyak mengandung kadar abu adalah tepung kulit kerang dengan 8 persentase 92,9000. Ini disebabkan karena tepung kulit kerang memang terdiri bahan anorganik yang terdiri dari mineral - mineral seperti kapur. Jumlah abu dalam bahan pakan hanya penting untuk menentukan perhitungan bahan ekstrak tanpa nitrogen. Kandungan abu ditentukan dengan cara mengabukan atau membakar bahan pakan dalam tanur, pada suhu 400-600oC sampai semua karbon hilang dari sampel, dengan suhu tinggi ini bahan organik yang ada dalam bahan pakan akan terbakar dan sisanya merupakan abu yang dianggap mewakili bagian inorganik makanan. Namun, abu juga mengandung bahan organik seperti sulfur dan fosfor dari protein, dan beberapa bahan yang mudah terbang seperti natrium, klorida, kalium, fosfor dan sulfur akan hilang selama pembakaran. Kandungan abu dengan demikian tidaklah sepenuhnya mewakili bahan inorganik pada makanan baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif. 2.2.5. Serat Kasar Serat kasar merupakan bagian dari karbohidrat dan didefinisikan sebagai fraksi yang tersisa setelah didigesti dengan larutan asam sulfat standar dan sodium hidroksida pada kondisi terkondisi (Suparjo, 2010). Serat kasar sebagian besar berasal dari sel dinding tanaman dan mengandung selulosa, hemiselulosa dan lignin (Suparjo, 2010). Lu et al. (2005) menyatakan bahwa serat pakan secara kimiawi dapat digolongkan menjadi serat kasar, neutral detergent fiber, acid detergent fiber, acid detergent lignin, selulosa dan hemiselulosa. Peran serat pakan sebagai sumber energi erat kaitannya dengan proporsi penyusun komponen serat seperti selulosa, hemiselulosa dan lignin (Suparjo, 2010). 9 2.2.6. Karbohidrat/BETN Karbohidrat merupakan salah satu sumber energy dalam makanan ikan. Karbohidrat sebagian besar didapat dari bahan nabati,sedangkan kadarnya dalam makanan ikan berkisar antara 10-50%. Karbohidrat dibutuhkan ikan dalam jumlah yang besarsebagai sumber energi dan sebagai pertumbuhan (Anonim 2009). Karbohidrat merupakansenyawa organik terbesar yang biasa terdapat pada tanaman, seperti : gulasederhana, amilum (tapioka), selulosa, gum dan zat-zat lain yang berhubunganKarbohidrat merupakan sumber energi yang murah dan dapat menggantikan sumberenergi protein yang lebih mahal. Pengunaan karbohidrat untuk menggantikanprotein dan lemak sebagai sumber energi dapat dimaksimalkan untuk mengurangibiaya pakan, karena sumber energi karbohidrat lebih ekonomis, dan mudah dicernadan dimanfaatkan oleh ikan. Sumber karbohidrat seperti tapioka, terigu,alginat, agar, karagenan dan gum dapat juga digunakan sebagai perekat pakanuntuk menjaga stabilitas kandungan air pada pakan ikan dan udang ( Herry,2008). Meskipun tidak berpengaruh langsung terhadappertumbuhan, keberadaan karbohidrat sebagai unsur penyedia energi termurahdalam pakan sangat dibutuhkan. Ketiadaannya dalam komponen pakan akan memaksaprotein untuk dirubah fungsinya dari zat pembangun menjadi penyedia energi.Pengalihfungsian ini akan membutuhkan energi yang besar sehingga mengakibatkankadar buangan gas ammonia ikan meningkat. Meningkatnya buangan ammonia dalamperairan lambat laun akan mengakibatkan tercemarnya perairan apalagi bagiorganisme dasar seperti abalone dan udang. Tepung kanji, tepung terigu, tepungsagu adalah 10 bahan yang umum digunakan.Selain sebagai penyedia energi,bahan-bahan ini juga berfungsi sebagai bahan perekat. 2.3. Pengamatan Pertumbuhan Ikan Ikan patin sebagaimana hewan air lainnya untuk memperoleh pertumbuhan maksimal membutuhkan asupan makanan yang unsur-unsurnya (protein, karbohidart, lemak dan lain-lainnya) mencukupi hewan tersebut. Padat tebar yang tinggi akan mengganggu laju pertumbuhan meskipun kebutuhan makanan tercukupi. Pakan yang diberikan terlalu sedikit atau tidak mencukupi akan mengakibatkan laju pertumbuhan berkurang, sedangkan bila diberikan secara berlebihan juga akan menyebabkan pertumbuhan ikan berkurang serta mengakibatkan tidak efisiensi dan pemborosan biaya, disamping itu sisa makanan yang tidak diamanfaatkan lagi akan mengotori perairan (Adelina, 2016). Kelulushidupan merupakan persentase organisme yang hidup pada akhir pemeliharaan dari jumlah organisme yang ditebar pada saat pemeliharaan dalam suatu wadah. Pertumbuhan adalah proses pertambahan ukuran, volume dan massa yang bersifat irreversible(tidak dapat balik) karena adanya pembesaran sel dan pertambahan jumlah sel akibat adanya proses pembelahan sel. Pertumbuhan dapat dinyatakan secara kuantitatif karena pertumbuhan dapat diketahui dengan cara melihat perubahan yang terjadi pada makhluk hidup yang bersangkutan. 11 III. METODE PRAKTIKUM 3.1. Waktu dan Tempat Praktikum ini dilakukan pada tanggal 23 oktober 2017, pukul 13.20 sampai 15.00 yang bertempat pada Laboratorium Ilmu Nutrisi Hewan Air yang ada di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau. 3.2. Alat dan Bahan Alat dan Bahan Fungsi Timbangan Mengukur berat bahan yang digunakan Cawan Porselen Tempat sampel yang akan di keringkan Oven Alat mengeringkan Bahan Pakan Sebagai sampel uji kimia HCl, NaOH, Indikator pp, Asam Bahan uji analisa Protein Kasar Boraks, Cu, Asam Sulfat Labu kjedahl Alat pengenceran Labu lemak Alat uji kadar lemak Kertas saring Alat uji kadar lemak Selongsong soxhlet Alat uji kadar lemak Akuarium Wadah ikan uji Ikan Patin Ikan Uji 12 3.3. Metode Pengamatan Metode yang digunakan dalam praktikum bahan dan analisis pakan ini adalah dengan metode langsung dimana objek diteliti dan diamati secara langsung oleh praktikan guna diambil datanya sesuai dengan tuntunan yang terdapat didalam buku penuntun praktikum. 3.4. Metode Praktikum 3.4.1. Analisa Protein Kasar Contoh sampel ditimbang dan dimasukkan kedalam labu kjedahl. Kemudian ditambahkan ± 0,1 gr katalis Cu Kompleks dan asam sulfat pekat. Destruksi dalam lemari asam selama 1-1,5 jam sampai larutan bening atau kehijauan. Dinginkan. Tambahkan akuades ±50 cc. larutan dipindahkan kedalam labu ukur 250 cc, labu kjedahl dibilas 3 kali dan air bilasan masukkan kedalam labu ukur contoh. Diambil 100cc larutan contoh, masukkan ke dalam labu kjedahl, tambahkan 3-5 tetes indicator pp 1% dan NaOH 50% samapai larutan alkalis. Siapkan dalam erlemeyer 25 atau 50 cc asam boraks 4% dan indicator campurkan 5-7 tetes, larutan ungu/biru. Panaskan larutan contoh dan lakukan hidrolisa sampai larutan penampung berubah menjadi hijau, volume bertambah 50 % larutan contoh dan larutan cpntoh meletup. Hasil destilasi diambil segera, bilas dan titrasi segera dengan larutan asam HCl 0,1 N) Perhitungan: %ππππ‘πππ = π π₯ πππ.π»πΆπ π₯ π π»πΆπ π₯ 14,07 π₯ 6,25 πππππ‘ ππππ‘πβ (ππππ) π₯ 100% 3.4.2. Kadar Lemak Labu lemak dikeringkan dalam oven selama ± 5 jam, dinginkan 30 menit dalam desikator, timbang. Panaskan kembali selama 1 jam, dinginkan, timbang. Dilakukan sampai dapat berat tetap. Timbang sampel kering sebanyak ± 2-5 gr 13 dalam kertas saring. Masukkan dalam selongsong soxhlet. Pasang labu lemak pada soxhlet. Masukkan 100cc pelarut lemak melalui pendingin. Dilakukan ekstraksi pada suhu pemanas 70-1000C. ekstraksi berlangsung selama 3-5 jam. Contoh sampel dikeluarkan, diambil lagi pelarut sampai kering. Uap air pada labu dikeringkan dan keringkan labu pada suhu 1000C selama 45 menit, dinginkan dalam desikator dan timbang. Keringkan, dinginkan, timbang sampai berat konstan (selisih 0,001 gr). Perhitungan: %πππππ = π−π π π₯ 100% 3.4.3. Penetapan abu Cawan kosong dibakar dalam tanur/funace pada suhu 4000C selama 1jam. Kemudian suhu diturunkan menjadi 1500C-2000C, didinginkan dalam desikator selama 30 menit, timbang. Keringkan dalam oven pada suhu 1050C selama 1jam, didinginkan kemudian ditimbang. Dilakukan sampai berat konstan. Timbang 2-5 gr sampel dalam cawan. Bakar selama 1 jam, pada suhu 4000C, kemudian dilanjutkan selama 1 jam pada suhu 5500C-2000C, didinginkan kemudian ditimbang. Panaskan dalam oven selama 1 jam, didinginkan, timbang. Dilakukan sampai didapat berat konstan. Perhitungan: %πππ’ = π€−π₯ π¦−π₯ π₯ 100% 3.4.4. Kadar Air Cawan dikeringkan di dalam oven dengan suhu 1000C selama 30 menit, kemudian didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang dengan ketelitian 0,01 gr. Sampel ditimbang sebanyak 2 gr. Kemudian dikeringkan didalam oven dengan suhu 1000C selama 1 jam. Kemudian sampel didinginkan dalam desikator kemudian ditimbang. Sampel dikeringkan kembali dalam oven 14 selama 1 jam, kemudian didingikan dan ditimbang kembali. Dilakukan sampai berat sampel menjadi konstan. Perhitungan: π΅ππππ‘ π πππππ = πππππ‘ π πππππ πππ πππ€ππ − πππππ‘ πππ€ππ % π΅ππππ‘ πΎπππππ = πππππ‘ π πππππ ππππππ π₯ 100% πππππ‘ ππ ππ π πππππ % πΎππππ’ππππ π΄ππ = 100 − %ππβππ ππππππ 3.3.5. Pengamatan Pertumbuhan Ikan Ikan uji diadaptasikan dengan pakan dan wadah percobaan selama seminggu, dan pda hari ke tujuh ikan dipuasakan selama 24 jam. Wadah diisi air dan diberi aerasi. Seluruh ikan uji ditimbang, kemudian dimasukkan ke dalam akuarium. Ikan diberi pakan yang mengandung 30 atau 35% protein sebanyak 1015% dari bobot tubuh ikan dengan frekwensi 3x sehari (pukul 8.00; 12.00 dan 16.00). Setiap 7 hari dilakukan penimbangan biomassa ikan dan disesuaikan jumlah pakan yang akan diberikan berikutnya. Parameter yang di ukur: a. Laju pertumbuhan harian πΏππ = πΏπ ππ‘ − πΏπ ππ π₯ 100% π‘ b. Efisiensi Pakan πΈπ = c. (ππ‘ + π·) − ππ π₯ 100% πΉ Tingkat kelulushidupan ikan ππ = ππ‘ π₯ 100% ππ d. Fcr (Food convertion ratio) πΉππ = 1 π₯ 100% πΈπ 15 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Kimia Pelet Dari hasil uji kimia pellet yang terbuat dari tepung tulang ayam maka didapatkan hasilnya sebagai berikut: Tabel 1. Hasil Analisis Kimia Pellet Bahan Penyusun Kandungan Dalam Pelet (%) Protein 56 Lemak 12,34 Abu 202,634 Kadar Air 13,1 4.2. Hasil Pengamatan Pertumbuhan Ikan Berikut ini adalah hasil pengamatan pertumbuhan ikan patin yang diamati selama 2 minggu. Tabel 2. Pengamatan Pertumbuhan Ikan Pengamatan LPS(%) Ep FCR (%) SR (%) Minggu ke-1 2 7.052 14.18 90 Minggu ke-2 1.63 11.11 9.001 100 Minggu 4.3. Pembahasan Dari hasil pengamatan analisis kimia pellet dapat diketahui berapa kadar nutrient yang terkandung didalam pakan ikan tersebut. Dengan demikian dapat diketahui perbandingan kadar nutrient yang dibutuhkan ikan dengan nutrient yang terkandung dalam pellet yang diberikan pada ikan peliharaan tersebut. Kadar 16 nutrient yang sesuai dengan kebutuhan ikan ikan peliharaan akan menghasilkan pertumbuhan ikan yang optimal. Kebutuhan nutrient pada ikan berbeda-beda, tergantung pada jenis ikannya apakah ikan tersebut herbivora, karnivora atau omnivora. Dalam menyusun pakan ikan perlu diperhatikan keseimbangan antara protein, lemak dan karbohidratnya. Kadar air yang optimal pada pakan ikan kualitas pakan lebih baik dan lama penyimpanannya akan lebih lama. Protein untuk karnivora lebih tinggi dibandingkan pada ikan omnivora maupun herbivora. Lemak pada pakan harus disesuaikan dengan kebutuhan ikan peliharaan, jika lemak terlalu sedikit atau terlalu banyak maka pertumbuhan ikan akan terhambat. Ketersediaan pakan dalam jumlah yang cukup, tepat waktu dan berkualitas baik merupakan salah satu faktor yang penting dalam kegiatan usaha budidaya ikan. Penyediaan pakan yang tidak sesuai dengan jumlah ikan yang dipelihara menyebabkan laju pertumbuhan ikan lambat. 17 V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.Kesimpulan Pakan merupakan faktor yang menunjang keberhasilan dalam usaha budidaya, untuk merangsang pertumbuhan ikan secara maksimal. Pakan harus bermutu baik dan mengandung gizi maupun energi yang diperlukan untuk pertumbuhan. Komposisi pakan yang baik akan menghasilkan pertumbuhan ikan yang maksimal. Komposisi pakan harus memerhatikan kebutuhan nutrient pada spesies ikan tertentu. Pakan yang memiliki kualitas kimia yang baik juga menjadi indikator penentu pertumbuhan ikan peliharaan. Kualitas pakan yang baik adalah pakan yang memiliki kandungan nutrient yang sesuai dengan kebutuhan ikan yang dipelihara. 5.2.Saran Saran untuk praktikan yaitu sebagai praktikan hal yang sewajarnya dilakukan adalah menghargai dan menghormati asisten, utamanya masalah kehadira. Praktikan juga harus betul-betul memperhatikan apa yang diberikan oleh asisten pada saat praktikum berlangsung. 18 DAFTAR PUSTAKA Adelina, 2016. Penuntun Praktikum Ilmu Nutrisi Hewan Air. UNRI. Pekanbaru. Adelina dan Indra. 2017. Penuntun Praktikum Bahan Dan Analisis Pakan Ikan. Pekanbaru. Crayonpedia, 2011. Teknologi pakan buatan. "http://www.crayonpedia.org/mw/BAB_6_TEKNOLOGI_PAKAN_BU ATAN". Diakes tanggal 4 november 2017 pukul 21.00 WIB.) Herry, 2008. Pengenalan BahanBaku Ikan BBPBAT : Sukabumi Karra , 2007. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gajah Mada University.Yogyakarta. Saanin 1984, Subagja Y. 2010. Fortifikasi ikan patin (Pangasius sp) [skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Suparjo, P. 2010. “Reposisi Tanaman Pakan dalam Kurikulum Fakultas Peternakan. Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak.Susi . 2001. Analisis dengan Bahan Kimia 2000. Erlangga. Jakarta. Sutardi, T.R. 2004. Ilmu Bahan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto. 19 LAMPIRAN 20 Lampiran 1. Perhitungan a. Analisis kualitas kimiawi pellet 1. Protein π π₯ πππ. π»πΆπ π₯ π π»πΆπ π₯ 14,07 π₯ 6,25 π₯ 100% πππππ‘ ππππ‘πβ (ππππ) %ππππ‘πππ = = 34,1π₯0,09836 π₯ 14,07 π₯ 6,25 522,1 π₯ 100% =56% 2. Lemak %πππππ = %πππππ = π−π π₯ 100% π 106,4101 − 105,7658 π₯ 100% 522,1 = 12,34% 3. Abu %πππ’ = %πππ’ = π€−π₯ π₯ 100% π¦−π₯ 28,6899 − 26,4265 π₯ 100% 30,9278 − 26,4265 = 202,634% 4. Air π΅ππππ‘ π πππππ = πππππ‘ π πππππ πππ πππ€ππ − πππππ‘ πππ€ππ = 33,0779 − 30,5431 = 2,5348 % π΅ππππ‘ πΎπππππ = = πππππ‘ π πππππ ππππππ π₯ 100% πππππ‘ ππ ππ π πππππ 32,7466 − 30,5431 π₯ 100% 2,5348 = 86,9% 21 % πΎππππ’ππππ π΄ππ = 100 − %ππβππ ππππππ = 100 − 86,9% = 13,1% b. Pengamatan Pertumbuhan Ikan Minggu 1 Laju pertumbuhan harian πΏππ = = πΏπ ππ‘ − πΏπ ππ π₯ 100% π‘ ππ105 − ππ115,8 π₯ 100% 6 = 1,63% Efisiensi Pakan πΈπ = = (ππ‘ + π·) − ππ π₯ 100% πΉ (105 + 5,9) − 115,8 π₯ 100% 69,48 = 7,052% Tingkat kelulushidupan ikan ππ = = ππ‘ π₯ 100% ππ 18 π₯ 100% 20 = 90% 22 Fcr (Food convertion ratio) πΉππ = = 1 π₯ 100% πΈπ 1 π₯ 100% 7,052 = 14,18% Minggu 2 Laju pertumbuhan harian πΏππ = πΏπ ππ‘ − πΏπ ππ π₯ 100% π‘ ππ93,5 − ππ105 π₯ 100% 6 = = 2% Efisiensi Pakan πΈπ = = (ππ‘ + π·) − ππ π₯ 100% πΉ (93,5 + 4,5) − 105 π₯ 100% 63 = 11,11% Tingkat kelulushidupan ikan ππ = = ππ‘ π₯ 100% ππ 18 π₯ 100% 18 23 = 100% Fcr (Food convertion ratio) πΉππ = = 1 π₯ 100% πΈπ 1 π₯ 100% 11,11 = 9,001% 24 Lampiran 2. Alat 25 26 Lampiran 3. Bahan