Uploaded by User66404

bapi

advertisement
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pakan adalah makanan atau asupan yang diberikan kepada hewan
peliharaan. Istilah ini diadopsi dari bahasa Jawa. Pakan merupakan sumber energi
dan materi bagi pertumbuhan dan kehidupan makhluk hidup. Pakan Buatan adalah
pakan yang dibuat dengan formulasi tertentu berdasarkan pertimbangan
pembuatnya. Pembuatan pakan buatan sebaiknya didasarkan pada pertimbangan
kebutuhan nutrisi atau gizi hewan ternak atau peliharaan yang bersangkutan,
sumber dan kualitas bahan baku, serta nilai ekonomis. Dengan berbagai
pertimbangan tersebut, diharapkan pakan buatan yang dihasilkan (pakan ikan),
dapat memiliki standar mutu tinggi dengan biaya murah.
Pakan merupakan kebutuhan terbesar dalam budidaya perikanan. Biaya
produksi untuk pakan mencapai 70 % dari total biaya produksi. Dewasa ini
volume pakan komersil di pasar sangat beraneka baik jenis maupun komposisi.
Hal ini tentu menuntut sensivitas dan selektifitas yang tinggi agar mampu memilih
pakan yang berkualitas untuk budidaya perikanan. Sejauh ini isu terpenting terkait
masalah pakan ikan adalah kesulitan memperoleh pakan yang memilki nutrisi dan
sifat sesuai dengan kebutuhan serta kondisi biologis ikan/biota kultur itu sendiri.
Sehingga hal ini menjadi salah satu inhibitor dalam pengembangan budidaya ikan.
Pakan ikan dikatakan bermutu jika mengandung nilai nutrisi dan gizi yang
dibutuhkan oleh ikan. Suryaingsih (2010) menyatakan bahwa kualitas pakan tidak
hanya sebatas pada nilai gizi yang dikandungnya melainkan pada sifat fisik pakan
seperti kelarutannya, ketercernaanya, warna, bau, rasa dan anti nutrisi yang
2
dikandung. Kualitas pakan juga dipengaruhi oleh bahan baku yang digunakan.
Pemilihan baku yang baik dapat dilihat berdasarkan indikator nilai gizi yang
dikandungnya; digestibility (kecernaanya); dan biovaibility (daya serap). Pakan
yang
berkualitas
akan
mendukung
tercapainya
tujuan
produksi
yang
optimal. Oleh karena itu pengetahuan tentang nutrisi, gizi, komposisi serta
kualitas secara fisik perlu diketahui. Ilmu nutrisi pakan ikan tidak terbatas pada
cara pembuatan pakan saja. Pengetahuan tentang formulasi bahan dalam
pembuatan pakan juga perlu diketahui. Komposisi suatu pakan perlu kita ketahui
baik sebelum atau sesudah pembuatan pakan sebagai data base dalam pembuatan
pakan. Sebelum pembuatan pakan bobot masing-masing bahan harus diketahui
untuk menghasilkan jumlah pakan dengan nilai nutrisi tertentu.
1.2. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui
bagaimana cara menganalisis kualitas kimiawi pellet. Dan mahasiswa juga
diharapkan dapat mengetahui kualitas kimia pellet yang baik bagi pertumbuhan
ikan. Mahasiswa juga diharapkan mampu melakukan pengamatan pertumbuhan
ikan dengan pemberian pellet yang terbuat dari tepung tulang ayam.
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ikan Patin
Klasifikasi ikan patin (Pangasius pangasius) menurut Saanin (1984) diacu
dalam Subagja 2010 adalah sebagai berikut: Ordo: Ostariophyri, Subordo:
Siluroide, Famili: Pangasidae, Genus: Pangasius, Spesies : Pangasius sp.
Ikan patin memiliki badan memanjang berwarna putih seperti perak
dengan punggung berwarna kebiru-biruan. Panjang tubuhnya dapat mencapai
120cm. Kepala patin relatif kecil dengan mulut terletak di ujung kepala sedikit
kebawah.. Sudut mulutnya terdapatdua pasang kumis pendek yang berfungsi
sebagai peraba. Sirip punggungmemiliki sebuah jari-jari keras yang berubah
menjadi patil yang bergerigi danbesar disebelah belakangnya. Jari-jari lunak sirip
punggung terdapat enam atautujuh buah. Pada punggungnya terdapat sirip lemak
yang berukuran kecil sekalidan sirip ekornya membentuk cagak dengan bentuk
simetris. Ikan patin tidak memiliki sisik, sirip duburnya panjang, terdiri dari 30 –
33 jari-jari lunak,sedangkan sirip perutnya memiliki 6 jari-jari lunak. Sirip dada
memiliki 12 – 13jari-jari lunak dan sebuah jari-jari keras yang berubah menjadi
senjata yangdikenal sebagai patil. Ikan patin bersifat nokturnal (aktivitasnya
4
dilakukan dimalam hari) sebagaimana umumnya ikan catfish lainnya. Selain itu,
patin suka bersembunyi di dalam liang-liang ditepi sungai habitat hidupnya.
2.2. Analisis Kualitas Kimiawi Pelet
Bahan pakan yang baik adalah yang mempunyai nilai gizi tinggi, tidak
mengandung racun, mudah diperoleh, tidak merupakan makanan pokok manusia
sehingga tidak perlu bersaing untuk mendapatkannya, mudah diolah dan harga
relatif murah (Adelina dan Indra, 2017). Pakan yang diberikan terhadap ikan
peliharaan haruslah mempunyai kualitas yang baik sehingga dapat menghasilkan
pertumbuhan ikan yang maksimal. Metoda untuk mengetahui kualitas pakan
secara kimia dapat dilakukan dengan mengukur kandungan nutrient-nutriennya
yang terdiri dari kadar air, protein, lemak, serat kasar, abu dan BETN. Jumlah
nutrient ini dalam pakan disesuaikan dengan kebutuhan dari jenis ikan yang akan
kita pelihara (Adelina dan Indra, 2017).
Kandungan nutrien pangan atau pakan dapat diketahui dengan mengurai
(menganalisis) komponen pangan dan pakan secara kimia. Teknik analisis yang
umum untuk mengetahui kadar nutrien dalam pangan atau pakan adalah Analisis
Proksimat (Proximate analysis) atau metode Weende. Analisis Proksimat
ditemukan sekitar 100 tahun yang lalu di pusat eksperimen Weende (Weende
Experiment Station) Jerman oleh dua ilmuwan Henneberg dan Stohmann. Metode
ini tidak menguraikan kandungan nutrien secara rinci namun berupa nilai
perkiraan sehingga disebut analisis proksimat.
Analisis proksimat adalah pengujian laboratorium bahan pakan yang akan
diformulasi dan diolah menjadi ransum pelet, crumble atau mash. Parameter
5
pengujian bahan ini meliputi parameter kadar air, protein, lemak, serat kasar, abu,
kalsium (Ca) dan fospor (P), sesuai standar nasional Indonesia (SNI).
2.2.1. Kadar Air
Kadar air pada pakan perlu dibatasi. Jika kadar airnya terlalu tinggi, maka
akan membatasi lama penyimpanan pakan tersebut. Hal ini disebabkan oleh
timbulnya jamur atau kapang yang tentu saja akan menurunkan kualitas pakan
tersebut (Adelina dan Indra, 2017).
2.2.2. Analisa Protein Kasar
Penentuan Protein kasar ini dilakukan dengan tiga tahap pengerjaan yaitu
(1) Destruksi, (2) Destilasi, dan (3) Titrasi. Dari ketiga tahap pengerjaan tersebut
didapatkan hasil yang seperti tersebut diatas bahwa kandungan kadar protein kasar
yang bisa dikatakan berkualitas tinggi pada beberapa bahan pakan yaitu pada
bahan dedak padi, tepung ikan, dan tepung kulit kerang. Kualitas tinggi protein ini
sangat berguna dan sangat baik untuk ternak. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian Sutardi, (2009) yang menyatakan bahwa protein merupakan komponen
penting yang terdapat dalam makanan, dari hasil penelitian bahwa protein
sangat berkualitas tinggi.
Analisis protein terdiri dari 2 metode, yaitu metode Kjeldahl untuk protein
(N) total dan metode Lowry-Folin untuk protein terlarut pendek. Secara rinci
metode Kjeldahl adalah sebagai berikut. Sampel (5 g) dimasukkan dalam labu
Kjeldahl dan ditambah 3 g campuran CuSO4 dan K2SO4 (1:9;b/b) dan 20 mL
H2SO4 pekat. Labu Kjedahl dipanaskan sampai warna larutan menjadi putih,
kemudian didinginkan. Larutan sampel ditambah 3 tetes indikator fenolftalen dan
didestilasi. Destilat ditambah 50 mL larutan asam borat 2% dan 5 tetes indikator
6
Tashiro dan ditambah NaOH sampai larutan sampel menjadi alkalis. Sampel
dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai larutan sampel menjadi merah muda. Metode
Lowry-Folin adalah sebagai berikut. Sampel (5 g) ditambah 5 mL aquades,
kemudian disentrifugasi pada kecepatan 5.000 rpm selama 5 menit. Bagian cair
(supernatan) diambil dan ditambah aquades sampai mencapai volume 100 mL.
Sampel diambil 1 mL dan ditambah 1 mL reagen Lowry D (campuran reagen
Lowry A, B, dan C; 20:1:1 v/v), kemudian dikocok dengan vortex dan dibiarkan
pada suhu kamar selama 15 menit. Larutan sampel ditambah 3 mL reagen Lowry
E, kemudian dikocok dan dibiarkan pada suhu kamar selama 45 menit. Larutan
sampel diambil 1 mL dan diukur nilai penyerapan cahaya (OD) pada panjang
gelombang 590 nm dengan UV- VIS spektrofotometer. Nilai OD590 dikonversi
ke kadar protein terlarut berdasarkan kurva standar protein BSA.
2.2.3. Analisa Kadar Lemak
Lemak merupakan senyawa organik yang penting untukpenyusunan
membran sel pada tanaman, hewan dan mikroba. Lemak merupakan senyawatidak
larut air tetapi dapat larut pada pelarut nonpolar (bukan air), sepertieter dan
alkohol.Lemak
berfungsi
esensial,membantu
sebagai
penyerapan
dan
sumber
pelarutan
energi
dan
vitamin
asam
A,D,E
lemak
dan
K,
mempertahankan dayaapung tubuh ikan memelihara bentuk dan fungsi membran
serta jaringan sel. Lemakdibagi menjadi dua jenis yaitu lemak jenuh (yang tidak
memiliki ikatan rangkap)dan lemak tak jenuh (yang memiliki ikatan rangkap).
Kebutuhan setiap spesiesikan terhadap asam-asam lemak esensial berbeda-beda,
hal ini disebabkan perbedaan habitat hidup. Ikan yang hidup di laut lebih
membutuhkan asam lemak tak jenuh, sedangkan ikan air tawar membutuhkan
7
lebih sedikit asam tak jenuh.Hal ini disebabkan karena ikan air tawar mampu
memproduksi enzim desaturaseyang mampu merubah lemak jenuh menjadi lemak
tak jenuh dengan cara membentukikatan rangkap.
Menurut Crayonpedia (2011), pengukuran kadar lemak pakan ikan atau
bahan baku yang akan digunakan untuk membuat pakan ikan dapat dilakukan
dengan menggunakan metode Soxhlet dan metode Weibull. Metode soxlet
digunakan jika bahan baku pakan atau pakan ikan mengandung kadar lemak yang
relatif tidak terlalu banyak, dan jika kadar lemak dalam bahan pakan atau pakan
ikan cukup banyak maka bahan pakan dan pakan itu harus dilakukan hidrolisis
terlebih dahulu dan metode yang digunakan adalah metode Weibull. Prinsip :
Bahan makanan yang larut di dalam petrelium eter, atau ekstraksi lemak bebas
dengan pelarut non polar.
2.2.4. Penetapan Abu
Analisa kadar abu bertujuan untuk memisahkan bahan organik dan bahan
anorganik suatu bahan pakan. Kandungan abu suatu bahan pakan menggambarkan
kandungan mineral pada bahan tersebut. Menurut Cherney (2000) abu terdiri dari
mineral yang larut dalam detergen dan mineral yang tidak larut dalam detergen
Kandungan bahan organik suatu pakan terdiri protein kasar, lemak kasar, serat
kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN).
Karra (2007) menyatakan bahwa pemanasan di dalam tanur adalah
dengan suhu 400-600 derajat Celcius dan zat anorganik yang tertinggal di dalam
pemanasan dengan tanur disebut dengan abu (ash) . Disini, bahan pakan ternak
yang paling banyak mengandung kadar abu adalah tepung kulit kerang dengan
8
persentase 92,9000. Ini disebabkan karena tepung kulit kerang memang terdiri
bahan anorganik yang terdiri dari mineral - mineral seperti kapur.
Jumlah abu dalam bahan pakan hanya penting untuk menentukan
perhitungan bahan ekstrak tanpa nitrogen. Kandungan abu ditentukan dengan cara
mengabukan atau membakar bahan pakan dalam tanur, pada suhu 400-600oC
sampai semua karbon hilang dari sampel, dengan suhu tinggi ini bahan organik
yang ada dalam bahan pakan akan terbakar dan sisanya merupakan abu yang
dianggap mewakili bagian inorganik makanan. Namun, abu juga mengandung
bahan organik seperti sulfur dan fosfor dari protein, dan beberapa bahan yang
mudah terbang seperti natrium, klorida, kalium, fosfor dan sulfur akan hilang
selama pembakaran. Kandungan abu dengan demikian tidaklah sepenuhnya
mewakili bahan inorganik pada makanan baik secara kualitatif maupun secara
kuantitatif.
2.2.5. Serat Kasar
Serat kasar merupakan bagian dari karbohidrat dan didefinisikan sebagai
fraksi yang tersisa setelah didigesti dengan larutan asam sulfat standar dan sodium
hidroksida pada kondisi terkondisi (Suparjo, 2010). Serat kasar sebagian besar
berasal dari sel dinding tanaman dan mengandung selulosa, hemiselulosa dan
lignin (Suparjo, 2010). Lu et al. (2005) menyatakan bahwa serat pakan secara
kimiawi dapat digolongkan menjadi serat kasar, neutral detergent fiber, acid
detergent fiber, acid detergent lignin, selulosa dan hemiselulosa. Peran serat
pakan sebagai sumber energi erat kaitannya dengan proporsi penyusun komponen
serat seperti selulosa, hemiselulosa dan lignin (Suparjo, 2010).
9
2.2.6. Karbohidrat/BETN
Karbohidrat merupakan salah satu sumber energy dalam makanan ikan.
Karbohidrat sebagian besar didapat dari bahan nabati,sedangkan kadarnya dalam
makanan ikan berkisar antara 10-50%. Karbohidrat dibutuhkan ikan dalam jumlah
yang besarsebagai sumber energi dan sebagai pertumbuhan (Anonim 2009).
Karbohidrat merupakansenyawa organik terbesar yang biasa terdapat pada
tanaman, seperti : gulasederhana, amilum (tapioka), selulosa, gum dan zat-zat lain
yang berhubunganKarbohidrat merupakan sumber energi yang murah dan dapat
menggantikan sumberenergi protein yang lebih mahal. Pengunaan karbohidrat
untuk
menggantikanprotein
dan
lemak
sebagai
sumber
energi
dapat
dimaksimalkan untuk mengurangibiaya pakan, karena sumber energi karbohidrat
lebih ekonomis, dan mudah dicernadan dimanfaatkan oleh ikan. Sumber
karbohidrat seperti tapioka, terigu,alginat, agar, karagenan dan gum dapat juga
digunakan sebagai perekat pakanuntuk menjaga stabilitas kandungan air pada
pakan ikan dan udang ( Herry,2008).
Meskipun tidak berpengaruh langsung terhadappertumbuhan, keberadaan
karbohidrat sebagai unsur penyedia energi termurahdalam pakan sangat
dibutuhkan. Ketiadaannya dalam komponen pakan akan memaksaprotein untuk
dirubah fungsinya dari zat pembangun menjadi penyedia energi.Pengalihfungsian
ini akan membutuhkan energi yang besar sehingga mengakibatkankadar buangan
gas ammonia ikan meningkat. Meningkatnya buangan ammonia dalamperairan
lambat laun akan mengakibatkan tercemarnya perairan apalagi bagiorganisme
dasar seperti abalone dan udang. Tepung kanji, tepung terigu, tepungsagu adalah
10
bahan yang umum digunakan.Selain sebagai penyedia energi,bahan-bahan ini juga
berfungsi sebagai bahan perekat.
2.3. Pengamatan Pertumbuhan Ikan
Ikan
patin
sebagaimana
hewan
air
lainnya
untuk
memperoleh
pertumbuhan maksimal membutuhkan asupan makanan yang unsur-unsurnya
(protein, karbohidart, lemak dan lain-lainnya) mencukupi hewan tersebut. Padat
tebar yang tinggi akan mengganggu laju pertumbuhan meskipun kebutuhan
makanan tercukupi.
Pakan yang diberikan terlalu sedikit atau tidak mencukupi akan
mengakibatkan laju pertumbuhan berkurang, sedangkan bila diberikan secara
berlebihan juga akan menyebabkan pertumbuhan ikan berkurang serta
mengakibatkan tidak efisiensi dan pemborosan biaya, disamping itu sisa makanan
yang tidak diamanfaatkan lagi akan mengotori perairan (Adelina, 2016).
Kelulushidupan merupakan persentase organisme yang hidup pada akhir
pemeliharaan dari jumlah organisme yang ditebar pada saat pemeliharaan dalam suatu
wadah. Pertumbuhan adalah proses pertambahan ukuran, volume dan massa yang
bersifat irreversible(tidak dapat balik) karena adanya pembesaran sel dan
pertambahan jumlah sel akibat adanya proses pembelahan sel. Pertumbuhan dapat
dinyatakan secara kuantitatif karena pertumbuhan dapat diketahui dengan cara
melihat perubahan yang terjadi pada makhluk hidup yang bersangkutan.
11
III. METODE PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilakukan pada tanggal 23 oktober 2017, pukul 13.20
sampai 15.00 yang bertempat pada Laboratorium Ilmu Nutrisi Hewan Air yang
ada di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau.
3.2. Alat dan Bahan
Alat dan Bahan
Fungsi
Timbangan
Mengukur berat bahan yang digunakan
Cawan Porselen
Tempat sampel yang akan di keringkan
Oven
Alat mengeringkan Bahan
Pakan
Sebagai sampel uji kimia
HCl, NaOH, Indikator pp, Asam Bahan uji analisa Protein Kasar
Boraks, Cu, Asam Sulfat
Labu kjedahl
Alat pengenceran
Labu lemak
Alat uji kadar lemak
Kertas saring
Alat uji kadar lemak
Selongsong soxhlet
Alat uji kadar lemak
Akuarium
Wadah ikan uji
Ikan Patin
Ikan Uji
12
3.3. Metode Pengamatan
Metode yang digunakan dalam praktikum bahan dan analisis pakan ini
adalah dengan metode langsung dimana objek diteliti dan diamati secara langsung
oleh praktikan guna diambil datanya sesuai dengan tuntunan yang terdapat
didalam buku penuntun praktikum.
3.4. Metode Praktikum
3.4.1. Analisa Protein Kasar
Contoh sampel ditimbang dan dimasukkan kedalam labu kjedahl.
Kemudian ditambahkan ± 0,1 gr katalis Cu Kompleks dan asam sulfat pekat.
Destruksi dalam lemari asam selama 1-1,5 jam sampai larutan bening atau
kehijauan. Dinginkan. Tambahkan akuades ±50 cc. larutan dipindahkan kedalam
labu ukur 250 cc, labu kjedahl dibilas 3 kali dan air bilasan masukkan kedalam
labu ukur contoh. Diambil 100cc larutan contoh, masukkan ke dalam labu kjedahl,
tambahkan 3-5 tetes indicator pp 1% dan NaOH 50% samapai larutan alkalis.
Siapkan dalam erlemeyer 25 atau 50 cc asam boraks 4% dan indicator campurkan
5-7 tetes, larutan ungu/biru. Panaskan larutan contoh dan lakukan hidrolisa sampai
larutan penampung berubah menjadi hijau, volume bertambah 50 % larutan
contoh dan larutan cpntoh meletup. Hasil destilasi diambil segera, bilas dan titrasi
segera dengan larutan asam HCl 0,1 N)
Perhitungan: %π‘π‘Ÿπ‘œπ‘‘π‘’π‘–π‘› =
𝑃 π‘₯ π‘‰π‘œπ‘™.𝐻𝐢𝑙 π‘₯ 𝑁 𝐻𝐢𝑙 π‘₯ 14,07 π‘₯ 6,25
π‘π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ π‘π‘œπ‘›π‘‘π‘œβ„Ž (π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š)
π‘₯ 100%
3.4.2. Kadar Lemak
Labu lemak dikeringkan dalam oven selama ± 5 jam, dinginkan 30 menit
dalam desikator, timbang. Panaskan kembali selama 1 jam, dinginkan, timbang.
Dilakukan sampai dapat berat tetap. Timbang sampel kering sebanyak ± 2-5 gr
13
dalam kertas saring. Masukkan dalam selongsong soxhlet. Pasang labu lemak
pada soxhlet. Masukkan 100cc pelarut lemak melalui pendingin. Dilakukan
ekstraksi pada suhu pemanas 70-1000C. ekstraksi berlangsung selama 3-5 jam.
Contoh sampel dikeluarkan, diambil lagi pelarut sampai kering. Uap air pada labu
dikeringkan dan keringkan labu pada suhu 1000C selama 45 menit, dinginkan
dalam desikator dan timbang. Keringkan, dinginkan, timbang sampai berat
konstan (selisih 0,001 gr).
Perhitungan: %π‘™π‘’π‘šπ‘Žπ‘˜ =
π‘Œ−𝑋
π‘Ž
π‘₯ 100%
3.4.3. Penetapan abu
Cawan kosong dibakar dalam tanur/funace pada suhu 4000C selama 1jam.
Kemudian suhu diturunkan menjadi 1500C-2000C, didinginkan dalam desikator
selama 30 menit, timbang. Keringkan dalam oven pada suhu 1050C selama 1jam,
didinginkan kemudian ditimbang. Dilakukan sampai berat konstan. Timbang 2-5
gr sampel dalam cawan. Bakar selama 1 jam, pada suhu 4000C, kemudian
dilanjutkan selama 1 jam pada suhu 5500C-2000C, didinginkan kemudian
ditimbang. Panaskan dalam oven selama 1 jam, didinginkan, timbang. Dilakukan
sampai didapat berat konstan.
Perhitungan: %π‘Žπ‘π‘’ =
𝑀−π‘₯
𝑦−π‘₯
π‘₯ 100%
3.4.4. Kadar Air
Cawan dikeringkan di dalam oven dengan suhu 1000C selama 30 menit,
kemudian didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang dengan
ketelitian 0,01 gr. Sampel ditimbang sebanyak 2 gr. Kemudian dikeringkan
didalam oven dengan suhu 1000C selama 1 jam. Kemudian sampel didinginkan
dalam desikator kemudian ditimbang. Sampel dikeringkan kembali dalam oven
14
selama 1 jam, kemudian didingikan dan ditimbang kembali. Dilakukan sampai
berat sampel menjadi konstan.
Perhitungan: π΅π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ π‘ π‘Žπ‘šπ‘π‘’π‘™ = π‘π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ π‘ π‘Žπ‘šπ‘π‘’π‘™ π‘‘π‘Žπ‘› π‘π‘Žπ‘€π‘Žπ‘› − π‘π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ π‘π‘Žπ‘€π‘Žπ‘›
% π΅π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ πΎπ‘’π‘Ÿπ‘–π‘›π‘” =
π‘π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ π‘ π‘Žπ‘šπ‘π‘’π‘™ π‘˜π‘’π‘Ÿπ‘–π‘›π‘”
π‘₯ 100%
π‘π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ π‘Žπ‘ π‘™π‘– π‘ π‘Žπ‘šπ‘π‘’π‘™
% πΎπ‘Žπ‘›π‘‘π‘’π‘›π‘”π‘Žπ‘› π΄π‘–π‘Ÿ = 100 − %π‘π‘Žβ„Žπ‘Žπ‘› π‘˜π‘’π‘Ÿπ‘–π‘›π‘”
3.3.5. Pengamatan Pertumbuhan Ikan
Ikan uji diadaptasikan dengan pakan dan wadah percobaan selama
seminggu, dan pda hari ke tujuh ikan dipuasakan selama 24 jam. Wadah diisi air
dan diberi aerasi. Seluruh ikan uji ditimbang, kemudian dimasukkan ke dalam
akuarium. Ikan diberi pakan yang mengandung 30 atau 35% protein sebanyak 1015% dari bobot tubuh ikan dengan frekwensi 3x sehari (pukul 8.00; 12.00 dan
16.00). Setiap 7 hari dilakukan penimbangan biomassa ikan dan disesuaikan
jumlah pakan yang akan diberikan berikutnya. Parameter yang di ukur:
a. Laju pertumbuhan harian
𝐿𝑝𝑠 =
𝐿𝑛 π‘Šπ‘‘ − 𝐿𝑛 π‘Šπ‘œ
π‘₯ 100%
𝑑
b. Efisiensi Pakan
𝐸𝑝 =
c.
(π‘Šπ‘‘ + 𝐷) − π‘Šπ‘œ
π‘₯ 100%
𝐹
Tingkat kelulushidupan ikan
𝑆𝑅 =
𝑁𝑑
π‘₯ 100%
π‘π‘œ
d. Fcr (Food convertion ratio)
πΉπ‘π‘Ÿ =
1
π‘₯ 100%
𝐸𝑝
15
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Analisis Kimia Pelet
Dari hasil uji kimia pellet yang terbuat dari tepung tulang ayam maka
didapatkan hasilnya sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Analisis Kimia Pellet
Bahan Penyusun
Kandungan Dalam Pelet (%)
Protein
56
Lemak
12,34
Abu
202,634
Kadar Air
13,1
4.2. Hasil Pengamatan Pertumbuhan Ikan
Berikut ini adalah hasil pengamatan pertumbuhan ikan patin yang diamati
selama 2 minggu.
Tabel 2. Pengamatan Pertumbuhan Ikan
Pengamatan
LPS(%)
Ep
FCR (%)
SR (%)
Minggu ke-1
2
7.052
14.18
90
Minggu ke-2
1.63
11.11
9.001
100
Minggu
4.3. Pembahasan
Dari hasil pengamatan analisis kimia pellet dapat diketahui berapa kadar
nutrient yang terkandung didalam pakan ikan tersebut. Dengan demikian dapat
diketahui perbandingan kadar nutrient yang dibutuhkan ikan dengan nutrient yang
terkandung dalam pellet yang diberikan pada ikan peliharaan tersebut. Kadar
16
nutrient yang sesuai dengan kebutuhan ikan ikan peliharaan akan menghasilkan
pertumbuhan ikan yang optimal. Kebutuhan nutrient pada ikan berbeda-beda,
tergantung pada jenis ikannya apakah ikan tersebut herbivora, karnivora atau
omnivora. Dalam menyusun pakan ikan perlu diperhatikan keseimbangan antara
protein, lemak dan karbohidratnya. Kadar air yang optimal pada pakan ikan
kualitas pakan lebih baik dan lama penyimpanannya akan lebih lama. Protein
untuk karnivora lebih tinggi dibandingkan pada ikan omnivora maupun herbivora.
Lemak pada pakan harus disesuaikan dengan kebutuhan ikan peliharaan, jika
lemak terlalu sedikit atau terlalu banyak maka pertumbuhan ikan akan terhambat.
Ketersediaan pakan dalam jumlah yang cukup, tepat waktu dan berkualitas
baik merupakan salah satu faktor yang penting dalam kegiatan usaha budidaya
ikan. Penyediaan pakan yang tidak sesuai dengan jumlah ikan yang dipelihara
menyebabkan laju pertumbuhan ikan lambat.
17
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.Kesimpulan
Pakan merupakan faktor yang menunjang keberhasilan dalam usaha
budidaya, untuk merangsang pertumbuhan ikan secara maksimal. Pakan harus
bermutu baik dan mengandung gizi maupun energi yang diperlukan untuk
pertumbuhan. Komposisi pakan yang baik akan menghasilkan pertumbuhan ikan
yang maksimal. Komposisi pakan harus memerhatikan kebutuhan nutrient pada
spesies ikan tertentu.
Pakan yang memiliki kualitas kimia yang baik juga menjadi indikator
penentu pertumbuhan ikan peliharaan. Kualitas pakan yang baik adalah pakan
yang memiliki kandungan nutrient yang sesuai dengan kebutuhan ikan yang
dipelihara.
5.2.Saran
Saran untuk praktikan yaitu sebagai praktikan hal yang sewajarnya
dilakukan adalah menghargai dan menghormati asisten, utamanya masalah
kehadira. Praktikan juga harus betul-betul memperhatikan apa yang diberikan oleh
asisten pada saat praktikum berlangsung.
18
DAFTAR PUSTAKA
Adelina, 2016. Penuntun Praktikum Ilmu Nutrisi Hewan Air. UNRI. Pekanbaru.
Adelina dan Indra. 2017. Penuntun Praktikum Bahan Dan Analisis Pakan Ikan.
Pekanbaru.
Crayonpedia,
2011.
Teknologi
pakan
buatan.
"http://www.crayonpedia.org/mw/BAB_6_TEKNOLOGI_PAKAN_BU
ATAN". Diakes tanggal 4 november 2017 pukul 21.00 WIB.)
Herry, 2008. Pengenalan BahanBaku Ikan BBPBAT : Sukabumi
Karra , 2007. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gajah Mada University.Yogyakarta.
Saanin 1984, Subagja Y. 2010. Fortifikasi ikan patin (Pangasius sp) [skripsi].
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Suparjo, P. 2010. “Reposisi Tanaman Pakan dalam Kurikulum Fakultas
Peternakan. Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak.Susi
. 2001. Analisis dengan Bahan Kimia 2000. Erlangga. Jakarta.
Sutardi, T.R. 2004. Ilmu Bahan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan
Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.
19
LAMPIRAN
20
Lampiran 1. Perhitungan
a. Analisis kualitas kimiawi pellet
1. Protein
𝑃 π‘₯ π‘‰π‘œπ‘™. 𝐻𝐢𝑙 π‘₯ 𝑁 𝐻𝐢𝑙 π‘₯ 14,07 π‘₯ 6,25
π‘₯ 100%
π‘π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ π‘π‘œπ‘›π‘‘π‘œβ„Ž (π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š)
%π‘π‘Ÿπ‘œπ‘‘π‘’π‘–π‘› =
=
34,1π‘₯0,09836 π‘₯ 14,07 π‘₯ 6,25
522,1
π‘₯ 100%
=56%
2. Lemak
%π‘™π‘’π‘šπ‘Žπ‘˜ =
%π‘™π‘’π‘šπ‘Žπ‘˜ =
π‘Œ−𝑋
π‘₯ 100%
π‘Ž
106,4101 − 105,7658
π‘₯ 100%
522,1
= 12,34%
3. Abu
%π‘Žπ‘π‘’ =
%π‘Žπ‘π‘’ =
𝑀−π‘₯
π‘₯ 100%
𝑦−π‘₯
28,6899 − 26,4265
π‘₯ 100%
30,9278 − 26,4265
= 202,634%
4. Air
π΅π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ π‘ π‘Žπ‘šπ‘π‘’π‘™ = π‘π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ π‘ π‘Žπ‘šπ‘π‘’π‘™ π‘‘π‘Žπ‘› π‘π‘Žπ‘€π‘Žπ‘› − π‘π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ π‘π‘Žπ‘€π‘Žπ‘›
= 33,0779 − 30,5431
= 2,5348
% π΅π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ πΎπ‘’π‘Ÿπ‘–π‘›π‘” =
=
π‘π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ π‘ π‘Žπ‘šπ‘π‘’π‘™ π‘˜π‘’π‘Ÿπ‘–π‘›π‘”
π‘₯ 100%
π‘π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ π‘Žπ‘ π‘™π‘– π‘ π‘Žπ‘šπ‘π‘’π‘™
32,7466 − 30,5431
π‘₯ 100%
2,5348
= 86,9%
21
% πΎπ‘Žπ‘›π‘‘π‘’π‘›π‘”π‘Žπ‘› π΄π‘–π‘Ÿ = 100 − %π‘π‘Žβ„Žπ‘Žπ‘› π‘˜π‘’π‘Ÿπ‘–π‘›π‘”
= 100 − 86,9%
= 13,1%
b. Pengamatan Pertumbuhan Ikan
Minggu 1
Laju pertumbuhan harian
𝐿𝑝𝑠 =
=
𝐿𝑛 π‘Šπ‘‘ − 𝐿𝑛 π‘Šπ‘œ
π‘₯ 100%
𝑑
𝑙𝑛105 − 𝑙𝑛115,8
π‘₯ 100%
6
= 1,63%
Efisiensi Pakan
𝐸𝑝 =
=
(π‘Šπ‘‘ + 𝐷) − π‘Šπ‘œ
π‘₯ 100%
𝐹
(105 + 5,9) − 115,8
π‘₯ 100%
69,48
= 7,052%
Tingkat kelulushidupan ikan
𝑆𝑅 =
=
𝑁𝑑
π‘₯ 100%
π‘π‘œ
18
π‘₯ 100%
20
= 90%
22
Fcr (Food convertion ratio)
πΉπ‘π‘Ÿ =
=
1
π‘₯ 100%
𝐸𝑝
1
π‘₯ 100%
7,052
= 14,18%
Minggu 2
Laju pertumbuhan harian
𝐿𝑝𝑠 =
𝐿𝑛 π‘Šπ‘‘ − 𝐿𝑛 π‘Šπ‘œ
π‘₯ 100%
𝑑
𝑙𝑛93,5 − 𝑙𝑛105
π‘₯ 100%
6
=
= 2%
Efisiensi Pakan
𝐸𝑝 =
=
(π‘Šπ‘‘ + 𝐷) − π‘Šπ‘œ
π‘₯ 100%
𝐹
(93,5 + 4,5) − 105
π‘₯ 100%
63
= 11,11%
Tingkat kelulushidupan ikan
𝑆𝑅 =
=
𝑁𝑑
π‘₯ 100%
π‘π‘œ
18
π‘₯ 100%
18
23
= 100%
Fcr (Food convertion ratio)
πΉπ‘π‘Ÿ =
=
1
π‘₯ 100%
𝐸𝑝
1
π‘₯ 100%
11,11
= 9,001%
24
Lampiran 2. Alat
25
26
Lampiran 3. Bahan
Download