TUGAS KELOMPOK III : PENUGASAN II : PROPOSAL PENGEMBANGAN INOVASI KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH : COVID-19 Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok INOVASI DAN TEKNOLOGI KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH Dosen Pengampu Asep Badrujamaludin, S.Kp.,BN.,MN.,RN. Disusun Oleh : Nana Suryana. Dedeh Ri’ayatul Maula, Sujono Savitri Susilowati NPM. 215119031 NPM. 215119032 NPM. 215119033 NPM. 215119035 PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI TAHUN AJARAN 2019 / 2020 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik, dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan tugas Mata Kuliah Inovasi dan Tekhnologi Keperawatan Medikal Bedah dengan judul “Proposal Pengembangan Inovasi Keperawatan Medikal Bedah : Covid-19.” Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Inovasi dan Tekhnologi Keperawatan Medikal Bedah. Sehubungan dengan tersusunnya makalah ini kami menyampaikan banyak terima kasih kepada Asep Badrujamaludin, S.Kp.,BN.,MN.,RN selaku dosen pengampu mata kuliah Inovasi dan Teknologi KMB yang telah meluangkan waktu dan memberikan bimbingan serta arahan sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Harapan kami semoga tugas makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan wawasan serta pengalaman bagi para pembaca. Makalah ini, saya akui masih banyak kekurangan Oleh karena itu, kami berharap kritik dan saran serta masukan-masukan yang bersifat membangun dari para pembaca untuk kesempurnaan makalah ini, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi dari makalah ini agar menjadi lebih baik kedepannya. Cimahi, Mei 2020 Penyusun i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR............................................................................. i DAFTAR ISI........................................................................................... ii BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................... 1 B. Tujuan................................................................................... 3 C. Manfaat................................................................................. 3 BAB II : TINJAUAN TEORITIS A. Definisi Face shield.............................................................. B. Rekomendasi Face shield..................................................... C. Face shield yang Aplikatif Mencegah Covid-19................. D. Metode Pengujian................................................................. 4 6 7 8 BAB III: Metodologi A. Analisa Inovasi Face shield.................................................... 9 B. Implementasi........................................................................... 10 C. Evaluasi System...................................................................... 12 D. Sistem Developmental............................................................ 12 E. Analisa Swot .......................................................................... 14 F. Rumusan Pembuatan Face shield........................................... 15 BAB IV : PELAKSANAAN A. Manual Prosedur Inovasi Face shield .................................. B. Pertimbangan Etik ................................................................ C. Aplikasi dan Relevansinya pada Praktik Keperawatan ........ 17 18 19 BAB IV : PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................... B. Saran ..................................................................................... 20 20 DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 21 ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wabah covid-19 adalah krisis kesehatan masyarakat global. UNESCO berkomitmen penuh untuk mendukung pemerintah dalam pembelajaran jarak jauh, ilmu pengetahuan terbuka, dan berbagi budaya sebagai cara mendasar berdiri bersama dalam mempererat ikatan kemanusiaan kita bersama (UNESCO, 2020). Pandemi coronovirus menambah krisis sosial yang lebih luas, mengekspos celah di pasar bebas dan masyarakat otoriter, termasuk ketidakmampuan untuk mengenali krisis yang akan datang secara tepat waktu. Pada tanggal 31 Desember 2019, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) diberitahu tentang sekelompok kasus pneumonia etiologi yang tidak diketahui terkait dengan individu yang mengunjungi pasar grosir makanan laut dan margasatwa di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, di Republik Rakyat Tiongkok. Agen etiologi diidentifikasi sebagai betacoronavirus novel, kemudian bernama SARS CoV-2, yang dengan cepat menyebar ke seluruh Cina, memicu kekhawatiran untuk pandemi global. Sekarang dengan lebih banyak kasus di Amerika, Eropa dan Asia di luar China, ada kekhawatiran serius apakah ini bisa dihentikan sama sekali. Dunia membutuhkan inovasi cepat untuk mengatasi berbagai konsekuensi pandemi COVID-19. Serangan pandemi yang tiba-tiba dan besarnya biaya manusia dan ekonomi menunjukkan bahwa proses biasa tidak cukup. Dunia juga membutuhkan inovasi dan insentif untuk merespons dengan cepat dan efektif. Pandemi virus corona (Covid-19) yang baru menimbulkan pertanyaan apakah inovasi dapat menyelamatkan manusia. Memang, seperti yang selalu terjadi, inovasi adalah jalan menuju menemukan solusi seperti vaksin, perawatan dan kebijakan yang mengurangi penyebaran virus lebih lanjut. Sejak pengumuman pandemi global pada 12 Maret 2020, negara-negara dengan tingkat inovasi yang relatif tinggi tetap tinggi pada peringkat dunia dalam kasus-kasus baru dan kematian sementara negara-negara yang dianggap relatif lebih rendah dalam inovasi tidak. Dalam penanganan covid-19 Indonesia akan memperkuat kapasitas laboratorium, mempercepat pengujian, dan meningkatkan pelacakan penyakit di 1 tingkat masyarakat. Begitu juga meningkatkan komunikasi risiko untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya dan diverifikasi public. Kepala Gugus tugas penanganan Covid-19 Doni Monardo mengingatkan seluruh pihak menggunakan metode kolaborasi penta helix berbasis komunitas dalam penanganan penyebaran covid-19, hal tersebut merupakan kerja sama antar lini di masyarakat (Merdeka, 2020). Dampak dari pandemic semakin meluas, masyarakat dituntut untuk mematuhi segala tindakan pencegahan yang bertujuan mengurangi dan memutus mata rantai penyebaran wabah. Oleh karena itu, perlu peran dari akademisi, pelaku bisnis serta pemerintah dalam menanggulangi Covid-19 seperti membuat inovasi alat pelindung diri. Karena gangguan rantai pasokan, pandemi COVID-19 telah menyebabkan kekurangan parah pada alat pelindung diri (PPE) bagi para profesional perawatan kesehatan, salah satu cara untuk mengatasi tantangan ini, terutama dalam hal produk sederhana seperti pelindung wajah pelindung. Akibatnya, banyak desain domain publik untuk pelindung wajah telah tersedia. Namun, tidak ada jalur yang jelas untuk memperkenalkan produk yang dibuat secara lokal dan tidak disetujui ke dalam pengaturan klinis. Dalam pengaturan perawatan kesehatan AS, pelindung wajah diatur oleh Food and Drug Administration (FDA); kebijakan serupa ada di negara lain (Mostaghimi et all, 2020). Ketersediaan APD yang diakui semakin berkurang, perlu diimbangi dengan pemenuhan kebutuhan APD yang harus disesuaikan dengan standar yang ada. Oleh karena itu, pembuatan Standar APD ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi kepada tenaga kesehatan dan masyarakat umum dalam memenuhi kebutuhan APD. Salah satu alat kesehatan yang banyak diperlukan di waktu pandemic ini terutama untuk tenaga medis saat menangani pasien adalah face shield. Covid-19 dapat menularkan lewat droplet yang masuk ke inhalasi hidung, mulut dan mata. Salah satu inovasi yang lahir ditengah pandemic adalah pembuatan face shield yang aman dan dapat mencegah penularan Covid-19 pada perawat. Face shield bergunauntuk melindungi areawajah, terutama mata, hidung dan mulut dari percikan ludah maupun batuk dari pasien yang dirawat. 2 Menurut tim Iowa, studi skala besar belum dilakukan. Tetapi "dalam sebuah studi simulasi, pelindung wajah terbukti mengurangi pajanan virus langsung sebesar 96% ketika dipakai oleh petugas layanan kesehatan yang disimulasikan dalam jarak 18 inci dari batuk. Face shield dibuat untuk paramedic karena kontak yang dekat dan lama dengan pasien, pasien tentu akan batuk, bersin, atau berbicara yang memungkinkan keluarnya cairan/cipratan. B. Tujuan 1. Tujuan Umum Menemukan satu inovasi terbaru yang akan dikembangkan dalam Keperawatan Medikal Bedah yaitu face shield. 2. Tujuan Khusus a. Memahami dan menjelaskan fenomena alat pelindung diri dari Covid-19 dengan face shield b. Menganalisa fenomena: face shield. c. Menjelaskan metodologi pengembangan inovasi face shield. d. Menjelaskan manual prosedur dari inovasi pengembangannya serta pertimbangan etik C. Manfaat 1. Manfaat Aplikatif a. Hasil penelitian ini nantinya bisa digunakan sebagai rujukan dalam intervensi baik di Rumah Sakit, ataupun di lingkungan sekitar kita. b. Sebagai panduan bagi tenaga kesehatan dalam memberikan eduksi untuk menurunkan angka kejadian akibat infeksi COVID-19. 2. Manfaat Keilmuan Sebagai evidence based praktik klinik, pembelajaran dibangku kuliah dan di publish dalam bentuk jurnal yang bisa dipakai sebagai referensi pustaka dalam pembuatan karya ilmiah. 3 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Face shield Face shield sendiri merupakan salah satu APD wajib dari tenaga medis yang sedang menghadapi pasien COVID-19. Saat ini, banyak rumah sakit atau fasilitas kesehatan lain seperti laboratorium, klinik, dan puskesmas mengalami krisis Face shield dan membutuhkan bantuan pengadaan Face shield ini. Face shield wajib dikenakan sebagai pelindung wajah tenaga medis agar tidak terkena droplet dari pasien (ITTelkom, 2020). Pelindung wajah adalah alat pelindung diri yang digunakan oleh banyak pekerja (misalnya, medis, gigi, kedokteran hewan) untuk melindungi area wajah dan selaput lendir terkait (mata, hidung, mulut) dari percikan, semprotan, dan percikan cairan tubuh. Pelindung wajah umumnya tidak digunakan sendiri, tetapi bersamaan dengan peralatan pelindung lainnya dan oleh karena itu diklasifikasikan sebagai peralatan pelindung pribadi tambahan. Meskipun ada jutaan pengguna potensial pelindung wajah, pedoman penggunaannya bervariasi antara lembaga pemerintah dan masyarakat profesional dan sedikit penelitian yang tersedia mengenai kemanjurannya (Roberge. 2016). 3D printer yang dimiliki oleh kampus ITTelkom Surabaya sangat berguna untuk mengembangkan berbagai model Face shield secara tepat dan cepat. Dari model-model yang sudah ada dan banyak dibagikan di internet, di uji coba dengan mesin 3D Printer untuk mencari desain terbaik, dengan tiga kategori, yaitu Estetika Model, Kenyamanan penggunaan, dan kecepatan produksi. Model Face shield terbaik dari hasil uji coba tersebut kemudian diproduksi masal dengan metode moulding plastik oleh UKM mitra dibawah pengelolaan CDC Telkom Group regional V. Nantinya Face shield yang telah dihasilkan akan dibagikan ke berbagai rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya melalui kegiatan pengabdian masyarakat. Para dosen berharap, dengan adanya mesin 3D Printer bisa membantu untuk mempercepat produksi supply APD (Alat Pelindung Diri) tenaga medis yang saat ini sedang berjuang sebagai garda terdepan melawan virus COVID-19. 4 Peneliti di Duke University Medical sebuah artikelbaru-baru ini di Pengendalian Center Infeksi & berpendapat Epidemiologi dalam Rumah Sakit bahwa sudah saatnya rumah sakit mempertimbangkan masker universal. Singkatnya, alasan menerapkan kebijakan masker universal di rumah sakit adalah membatasi penularan SARS-CoV-2 dari pasien ke HCP, dari HCP ke pasien dan ke HCP lain,” artikel tersebut menyatakan hal tersebut bisa dilakukan dengan alat pelindung diri (APD) yang biasanya digunakan (gaun penghalang, respirator N95), benar, tetapi pelindung wajah akan ideal. Pelindung wajah tidak akan terhalang oleh keadaan yang membuat masker wajah yang biasa digunakan terkadang bermasalah. “Pelindung wajah memberikan perlindungan wajah yang lebih baik, dibandingkan dengan masker, sehingga mengurangi risiko kontaminasi diri,” tulis para peneliti. “Selain itu, pelindung wajah tahan lama, dapat dibersihkan dan digunakan kembali berulang kali. Karena desainnya yang lebih sederhana, daya tahan, dan potensi penggunaan kembali, pelindung wajah cenderung menghadapi kekurangan seperti masker wajah. Selain itu, pelindung wajah tidak menghalangi komunikasi nonverbal wajah, dapat dikenakan bersamaan dengan peralatan pelindung wajah / mata lainnya dan tidak memengaruhi vokalisasi. "(Diamond, 2020). Soe-lin mengatakan bahwa Face shield dapat menimbulkan rasa tidak nyaman saat dikenakan dan membuat orang lebih sering menyentuh wajah. Face shield harus terpasang dengan baik dan benar agar dapat melindungi wajah dan mata. Tujuan pemakaian Goggle dan perisai wajah: Melindungi mata dan wajah dari percikan darah, cairan tubuh, sekresi dan eksresi. Indikasi: Pada saat tindakan operasi, pertolongan persalinan dan tindakan persalinan, tindakan perawatan gigi dan mulut, pencampuran B3 cair, pemulasaraan jenazah, penanganan linen terkontaminasidi laundry, di ruang dekontaminasi CSSD (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2017). 5 B. Rekomendasi Face shield Berdasarkan Tingkat Perlindungan Menurut Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 (2020) face shield masuk kategori tingkat perlindungan II tenaga kesehatan dan pendukung yaitu dokter dan perawat yang berlokasi di ruang poliklinik, pemeriksaan pasien dengan gejala infeksi pernapasan dan ruang perawatan pasien Covid-19 pada cakupan mengantar pasien ODP dan PDP COVID-19. Pada supir ambulan, ketika membantu menaikan dan menurunkan pasien ODP dan PDP COVID-19. Tingkat Perlindungan III Tenaga Kesehatan dan Pendukung yaitu dokter dan perawat yang berlokasi di ruang prosedur dan tindakan operasi pada pasien ODP dan PDP atau konfirmasi COVID-19, kegiatan yang menimbulkan aerosol (intubasi, ekstubasi, trakeotomi, resusitasi jantung paru, bronkoskopi, pemasangan NGT, endoskopi gastrointestinal) pada pasien ODP dan PDP atau konfirmasi COVID19 dan pada saat pengambilan sample pernapasan (swab nasofaring dan orofaring). Menurut WHO penggunaan Face shield ini berdasarkan tempat layanan kesehatan, profesi, dan aktivitas petugas (Kemenkes, 2020) : 1. Fasilitas Rawat Inap, IGD, Kamar Operasi dan Penunjang a. Fasilitas Rawat Inap, IGD, Kamar Operasi dan Penunjang : jenis aktivitas merawat secara langsung pasien COVID-19, tindakan yang menghasilkan aerosol (seperti intubasi trakea, ventilasi non invasive, trakeostomi, resusitasi jantung paru, ventilasi manual sebelum intubasi, nebulasi, bronskopi, pengambilan swab, pemeriksaan gigi seperti scaler ultrasonic dan highspeed air driven, pemeriksaan hidung dan tenggorokan dll) pada pasien COVID19. b. Laboratorium : jenis aktivitas mengerjakan sampel saluran nafas. c. Instalasi sterilisasi : Petugas yang melakukan pencucian alat instrumen bedah. d. Laundri : Menangani linen infeksius. 2. Fasilitas Rawat Jalan a. Ruang konsultasi : Pemeriksaan fisik pada pasien dengan gejala infeksi saluran nafas, pemeriksaan fisik pada pasien tanpa gejala infeksi saluran nafas, tetapi melakukan pemeriksaan bronskopi, pengambilan swab, 6 pemeriksaan gigi seperti scaler ultrasonic dan highspeed air driven, pemeriksaan hidung dan tenggorokan dan pemeriksaan mata. C. Jenis Face shield yang Aplikatif Mencegah Covid-19 Face shield aplikatif untuk mencegah covid-19 yang dapat memberikan kewaspadaan airborne, artinya pada prosedur yang menimbulkan aerosol didefinisikan sebagai tindakan medis yang dapat menghasilkan aerosol dalam berbagai ukuran, termasuk partikel kecil (<5 mkm). Tindakan kewaspadaan harus dilakukan saat melakukan prosedur yang menghasilkan aerosol dan mungkin berhubungan dengan peningkatan risiko penularan infeksi, seperti intubasi trakea, ventilasi non invasive, trakeostomi, resusistasi jantung paru, venitilasi manual sebelum intubasi dan bronkoskopi. Face shield yang akan dikembangkan oleh kami adalah yang sesuai dengan standar yang sudah diberikan oleh WHO, Kemenkes dan Gugus Tugas Percepatan Penaganan Covid-19 yaitu dengan kriteria yaitu : 1. Memiliki fitur berupa bahan yang jernih, 2. Anti kabut, 3. Menutupi seluruh bagian dan sisi wajah hingga dagu 4. Tali yang dapat disesuaikan. 5. Harus dapat memberikan perlindungan terhadap bahaya yang spesifik atau bahaya-bahaya yang dihadapi ( Percikan kontak langsung maupun tidak langsung) 6. Berat alat hendaknya seringan mungkin, dan alat tersebut tidak menyebabkan rasa ketidaknyamanan yang berlebihan 7. Dapat dipakai secara fleksibel ( Reuse maupun dispossible) 8. Tidak menimbulkan bahaya tambahan 9. Tidak mudah rusak 10. Memenuhi ketentuan dari standar yang ada 11. Pemeliharaan mudah. 12. Tidak membatasi gerak Face shield ini memiliki aspek sebagai berikut : 1. Perlindungan mata terhadap percikan dan droplet. 7 2. Perlindungan area wajah lain. 3. Tidak berkabut setelah dipakai (fogging). 4. Dapat digunakan kembali asalkan seal tidak rusak dan harus didisinfeksi dengan benar. D. Metode Pengujian Face shield Metode pengujian face shield harus sesuai standar ANSI/ISEA Z87.1-2020 1. Uji Kabut: mengukur tingkat kekabutan pada lensa bening. 2. Uji kekuatan prismatik: mengukur posisi penggunaan. 3. Uji Ketebalan minimal: face shield: ≥ 1.0 mm. 8 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Analisa Inovasi Dengan kekurangan alat pelindung diri (APD), sebagian karena keterlambatan pengiriman global, banyak petugas medis yang melaksanakan tugasnya menjatah, tanpa atau menggunakan kembali peralatan yang tidak bersih. alat pelindung diri (APD) bagi petugas medis yang menangani Coronavirus Desease (Covid-19) masih terbatas. Padahal, sebagai tenaga kesehatan (nakes) mereka merupakan garda terdepan yang menangani perawatan yang dinyatakan positif terjangkit , Pasien Dalam Pengawasan (PDP), Orang Dalam Pemantauan (ODP) dan berjibaku dengan resiko yang sangat tinggi, yang sangat rentan tertular virus korona. Menurut Dr. Amesh Pelindung wajah (Face shield) dapat berfungsi sebagai penghalang fisik bagi partikel yang kamu pancarkan saat bernafas, dan sebagai pelindung fisik partikel yang mungkin mengenaimu saat seseorang batuk atau bersin. Ini adalah sesuatu yang orang coba pikirkan sebagai peningkatan fungsi dari rekomendasi masker kain, Kami tidak benar-benar tahu seberapa efektif (masker kain) pada saat ini. Sementara Soe-Lin memperingatkan Face shield yang tidak dapat menyaring udara, Dr. Amesh justru menekankan bahwa lebih penting untuk memblokir penyebaran tetesan yang dapat mengenai wajahmu. Selain itu Soe-Lin juga mengatakan bahwa Face shield dapat menimbulkan rasa tidak nyaman saat dikenakan dan membuat orang lebih sering menyentuh wajah. Tapi sebaliknya, menurut Dr. Amesh Face shield dapat mencegah seseorang untuk menyentuh wajah mereka. Hanya saja ditambahkannya, penelitian lebih lanjut mengenai efisiensi Face shield dan masker kain masih dibutuhkan. Peralatan pelindung yang memadai disiapkan untuk semua staf medis yang berpartisipasi dalam manajemen COVID-19. Peralatan pelindung termasuk masker medis, kacamata, pelindung wajah, dan pakaian isolasi tahan air. Peralatan pelindung dipasok oleh pemerintah dan rumah sakit, serta disumbangkan oleh publik. Peralatan seperti kacamata dan pelindung wajah yang digunakan kembali akan didesinfeksi dengan ketat (Wang et all, 2020). 9 melakukan hal-hal yang tidak pernah bisa saya bayangkan sebulan yang lalu. Intinya adalah bahwa dengan menggunakan pelindung wajah kita dapat melindungi tenaga kerja kita sambil memperpanjang durasi waktu kita akan memiliki masker wajah. Desain Prusa Asli Umpan Balik Klinis Buka celah antara wajah Perlindungan cairan luar terbatas saat melakukan prosedur misalnya intubasi Titik lampiran tunggal Kesulitan memasang tali untuk wajah tali perisai dan fit suboptimal untuk wajah yg sejenis Lebar 240mm dan Panjang asli tidak cukup, panjang 240mm untuk pelindung untk seluruh pelindung wajah wajah Desain Akhir Menambahkan sirip diatas prototype ikat kepala dan tambahan di bibir plastic untuk menahan cairan dan mencegah dan melindungi Velcro TM hook and loop bekas sesuaikan setiap pelindung dengan perawat Panjang mask luar dimodifikasi menjadi lebar 240mm pangjang 305 mm tanpa menghalangi akses pemeriksaan dengan stetoskop B. Implementasi Ada perbedaan besar dalam pedoman resmi (pemerintah) dan masyarakat profesional (medis, gigi, dll.) Untuk penggunaan pelindung wajah yang tepat dalam konteks perlindungan dari bahaya biologis. Komite Penasihat Praktek-Praktek Pengendalian Infeksi Kesehatan / Pedoman Kewaspadaan Standar CDC untuk pencegahan penularan agen infeksi di tempat perawatan kesehatan meliputi penggunaan pelindung wajah (dengan masker wajah medis / bedah) ketika semprotan, percikan, atau percikan diantisipasi. Rekomendasi fasilitas perawatan kesehatan Organisasi Kesehatan Dunia untuk tindakan pencegahan standar termasuk pelindung wajah sebagai alternatif dari penggunaan masker medis / bedah atau prosedural dengan pelindung mata (pelindung mata atau kacamata). Demikian pula, pedoman Dewan Gigi Negara Bagian Ohio untuk pengendalian infeksi menyatakan bahwa petugas kesehatan gigi tidak perlu memakai masker medis / bedah saat mengenakan pelindung wajah yang sesuai yang memberikan perlindungan di bagian atas dan samping. 10 Organisasi untuk Keselamatan, Asepsis, dan Perlindungan, sebuah kelompok advokasi untuk praktisi gigi, menyarankan bahwa penggunaan pelindung wajah saja untuk perlindungan dari kontaminasi oleh cairan tubuh kemungkinan tidak memadai, dan bijaksana untuk mengasumsikan bahwa dalam situasi di mana pelindung wajah digunakan untuk melindungi terhadap percikan atau percikan, masker medis / bedah juga akan diindikasikan. Pelatihan pengendalian infeksi wajib New York State yang ditawarkan oleh penyedia yang disetujui untuk petugas kesehatan dan mahasiswa kedokteran dan asisten dokter menyatakan: “Ketika perlindungan kulit, selain perlindungan mulut, hidung dan mata, dibutuhkan atau diinginkan, misalnya, ketika mengairi luka atau hisap sekresi berlebihan, pelindung wajah dapat digunakan sebagai pengganti memakai topeng atau kacamata. Pelindung wajah harus menutupi dahi, membentang di bawah dagu, dan membungkus sisi wajah. Penggunaan minimum N95 FFR, bersamaan dengan pelindung wajah, telah dianjurkan untuk perlindungan dari penyakit menular pernapasan serius di udara (misalnya virus influenza A baru, SARS) dan selama prosedur pada orang yang terinfeksi yang mengakibatkan aerosolisasi cairan tubuh (penyedotan saluran napas, intubasi, dll.). CDC dan Layanan Konsultasi dan Konsultasi Gigi Angkatan Udara AS keduanya mempromosikan penggunaan masker medis / bedah dengan pelindung wajah selama prosedur gigi, sedangkan standar Asosiasi Teknologi Bedah mengenai perlindungan mata selama operasi mengamanatkan penggunaan kacamata dengan pelindung wajah selama prosedur bedah invasif. ISEA Eye and Face Protection Group telah memprakarsai pengembangan standar sukarela yang menetapkan kriteria yang terkait dengan persyaratan kinerja umum, metode pengujian, dan tanda-tanda permanen pelindung untuk meminimalkan atau mencegah paparan mata dan wajah dari pengguna untuk semprotan, percikan, atau tetesan darah, cairan tubuh, ekskresi, sekresi, dan bahan infeksius lainnya di lingkungan kerja dan pendidikan di mana bahaya biologis diperkirakan terjadi dan rutin. C. Evaluasi system 11 Face shield memberikan pembaca dengan ulasan tentang penggunaan pelindung wajah untuk tujuan pengendalian infeksi untuk membantu dalam pemilihan dan pemanfaatan yang tepat dari jenis APD. Menurut tim Iowa, studi skala besar belum dilakukan.Tetapi "dalam sebuah studi simulasi, pelindung wajah terbukti mengurangi pajanan virus langsung sebesar 96% ketika dipakai oleh petugas layanan kesehatan yang disimulasikan dalam jarak 18 inci dari batuk. Agar paling efektif dalam menghentikan penyebaran virus, pelindung wajah harus diperluas hingga di bawah dagu. Itu juga harus menutupi telinga dan "seharusnya tidak ada celah yang terbuka antara dahi dan topi baja perisai," kata anggota tim Iowa. Keunggulan Face shield pertama-tama, mereka dapat digunakan kembali tanpa henti, hanya membutuhkan pembersihan dengan sabun dan air atau desinfektan umum. Perisai biasanya lebih nyaman dipakai daripada topeng, dan mereka membentuk penghalang yang membuat orang tidak mudah menyentuh wajah mereka sendiri. pelindung wajah seharusnya hanya menjadi salah satu bagian dari upaya pengendalian infeksi, bersama dengan jarak sosial dan mencuci tangan (WebMD, 2020). D. Sistem Developmental Penggunaan pelindung wajah yang benar tergantung pada indikasi untuk digunakan. Kacamata yang dilengkapi dengan ventilasi tidak langsung dan tepat menawarkan perlindungan mata praktis yang paling dapat diandalkan dari percikan, tetapi pelindung wajah dianggap sebagai alternatif dari kacamata untuk pencegahan kontaminasi mata dengan agen infeksi. Perlindungan tambahan apa pun yang diberikan kepada mata saat kacamata pelindung (mis., Kacamata keselamatan atau kacamata) dikombinasikan dengan pelindung wajah belum diselidiki secara menyeluruh, meskipun kombinasi pelindung wajah dan kacamata telah didukung untuk digunakan selama prosedur bedah invasif. Penggunaan gabungan beberapa bentuk kacamata pelindung dengan pelindung wajah dapat memengaruhi kejernihan visual dan membatasi vison periferal sampai batas tertentu dan efek ini harus dipertimbangkan sebelum digunakan. Goggles juga dilaporkan kabut lebih dari pelindung wajah. Selain itu, jika respirator diperlukan bersamaan dengan penggunaan pelindung wajah, kacamata mungkin tidak pas di 12 atas respirator. Penggunaan pelindung wajah sendiri untuk perlindungan mata, wajah, dan selaput lendir dari kontaminasi oleh cairan tubuh kemungkinan tidak memadai dan telah direkomendasikan bahwa dalam situasi di mana pelindung wajah digunakan untuk melindungi terhadap percikan atau memerciki, seorang medis / Masker bedah juga akan diindikasikan. Pelindung wajah tidak dimaksudkan untuk berfungsi sebagai pelindung pernapasan primer dan tidak boleh digunakan sendiri karena aerosol dapat mengalir di belakang pelindung, sehingga merupakan pelindung wajah (masker medis / bedah, N95 FFR, dll) harus dipakai secara bersamaan. Dalam kasus-kasus di mana aerosolisasi cairan tubuh pada orang yang terinfeksi kemungkinan akan terjadi (pengisapan jalan napas, intubasi, dll.), Sebuah respirator (misalnya, N95 FFR, minimal) harus digunakan bersama dengan pelindung wajah. Masker medis / bedah dengan pelindung integral tidak dapat diandalkan sebagai perlindungan optimal, sebagaimana dibuktikan oleh kontaminasi wajah dan mata pada penelitian penelitian pada manusia dan non-manusia dan paparan okular manusia terhadap agen infeksi ketika memakai perangkat kombinasi ini. Urutan pengedaran dan pelepasan APD yang disarankan untuk pelindung wajah dalam pengaturan perawatan kesehatan harus diikuti (urutan pemberian gaun, pelindung muka pelindung, pelindung wajah [atau kacamata] dan sarung tangan; urutan pembalikan adalah kebalikannya) dengan mengingat bahwa itu dapat bervariasi sesuai dengan peralatan yang dibutuhkan untuk bahaya tertentu. Meskipun beberapa model pelindung wajah industri dapat digunakan untuk tujuan pengendalian infeksi (misalnya, jika terjadi kekurangan pelindung wajah), mereka umumnya cenderung lebih mahal, lebih berat dan lebih besar daripada pelindung wajah yang digunakan untuk tujuan pengendalian infeksi. E. Analisa SWOT 13 Strength - - Memberikan cakupan area permukaan wajah yang lebih besar, masker wajah dengan melindungi semua permukaan mukosa wajah dari tetesan infeksi/ percikan droplet atau tangan yang terkontaminasi Mengingat bahwa mata terlindungi, kita dapat menghilangkan kebutuhan akan kacamata saat masker wajah dikenakan. Mencegah perawat menyentuh wajah. Pelindung wajah tahan lama, dapat dibersihkan setelah digunakan, dan digunakan kembali berulang kali. Pelindung wajah lebih nyaman daripada masker wajah. Komunikasi lebih baik dengan perisai daripada dengan masker karena wajah Anda terlihat oleh pasien dan rekan kerja. Jika semua petugas kesehatan Anda dilindungi, jarak sosial menjadi kurang penting. Dan yang penting, ini adalah perangkat yang terdiversifikasi di industri lain. Ada ketersediaan yang lebih besar karena rantai pasokan medis sangat tertekan saat ini. Tahan suhu tinggi, anti benturan saat digunakan Tidak mengganggu pandangan 14 Weakness - - Opportunies - Threats - kelemahan utama dari masker wajah adalah bahwa beberapa orang akan menyentuh wajah mereka bahkan lebih untuk menyesuaikan topeng dan ini menimbulkan risiko autoinokulasi oleh tangan yang terkontaminasi. Tidak memiliki proteksi pernapasan. Tetesan datang dalam lintasan ke atas yang terjadi di bawah tepi bawah perisai. Meskipun kemungkinan ini kecil, ini dapat diminimalkan dengan meminta petugas kesehatan yang terlindungi melenturkan leher mereka ketika berdiri di atas pasien (misalnya, ketika melakukan pemeriksaan fisik), membawa tepi bawah perisai lebih dekat ke tubuh petugas kesehatan. Selain itu, ketika melakukan prosedur yang biasanya membutuhkan masker wajah, kami sarankan masker tetap dipakai di bawah pelindung. Tidak dapat menyaring udara Pelindung wajah tidak sempurna. Tidak adanya segel yang baik di sekitar wajah dapat memungkinkan penetrasi aerosol. Juga, mereka dapat menyebabkan kabut atau silau. Kebutuhan akan pelindung wajah masih banyak selama masa pandemic Covid-19 Berkurangnya pasokan masker bedah dan APD lainnya Mengingat pemakainya tidak hanya tim medis Menjadi tren saat ini Banyaknya Face shield dilapangan yang didesain menarik dan ergonomis Nyaman dipakai Face shield yang tidak sesuai dengan aturan. Penelitian di masa depan diperlukan untuk memeriksa frekuensi kontaminasi virus pada masker yang dipakai selama berjam-jam. universal pelindung wajah atau masker wajah yang lebih tahan lama dapat memberikan bukti ilmiah yang sangat dibutuhkan terkait dengan kemanjuran kebijakan masker universal atau penggunaan metode penghalang lainnya F. Rumusan Pembuatan Face shield 1. Bahan a. Ketebalan mika bahan PETG, ukuran ketebalan 10 mm dengan ukuran 28x30cm 15 b. Double tape c. Adjuster d. Karet elastis ukuran 500mm/ tali silicon ketebalan 1.4-1.6mm e. Sponge f. Gunting g. Steples 2. Cara Pembuatan a. Cuci tangan dan bersihkan semua peralatan b. Gunting plastic mika sesuai ukuran wajah dari telinga kebawah dagu c. Sponge dipotong, kemudian tempelkan beri stiker pada sponge dengan double tape d. Masukkan kedua ujung karet jahit ke bagian ujung dari sponge e. Gunakan hekter utuk merekatkan karet ke sponge. f. Tempelkan head belt pada spong, g. Masukkan headbelt pada lubang shield dan pastikan tanda head belt tepat diantara head shiel kanan-kirid h. Bentuk face shield melingkar sehingga memberikan perlindungan yang baik pada wajah i. Pasang kuncian head belt lalu sesuaikan dengan ukuran kepala j. Alat pelindung wajah siap digunakan. k. Jangan lupa tempelkan stiker untuk sterilisasi setiap memulai pemakaian. 16 25-30 cm 28-40 cm 3. Waktu yang dibutuhkan untuk membuat face shield 10-15 menit. 4. Face shield ini bias dipakai berkali-kali selama fungsi masih bagus, tidak rusak, 5. Cuci tangan dan sterilisasi face shield sebelum dan sesudah pemakaian Kuncian head belt Head belt Tanda head belt Lubang sheld sheld BAB IV PELAKSANAAN 17 A. Manual Prosedur Inovasi Face shield Manual prosedur face shield menurut Direktorat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan pada Buku Standar Alat Pelindung Diri Dalam Manajemen Penanganan Covid-19 adalah sebagai berikut : 1. Kegunaan: Melindungi mata dan wajah pengguna/tenaga medis (termasuk bagian tepi wajah) dari percikan cairan atau darah atau droplet. 2. Material: Plastik bening yang dapat memberikan visibilitas yang baik bagi pemakainya maupun pasien. 3. Frekuensi penggunaan: Sekali pakai (Single Use) atau dapat dipergunakan kembali setelah dilakukan desinfeksi/dekontaminasi. 4. Kriteria Face shield berdasarkan standar alat pelindung diri dalam manajemen penanganan covid-19 sebagai berikut : a. Face shield tahan terhadap uap air (disarankan). b. Ikatan face shield dapat disesuaikan untuk melekat dengan kuat di sekeliling kepala dan pas pada dahi. c. Face shield tidak diperbolehkan untuk dipergunakan kembali jika ada bagian yang rusak. Alat pelindung wajah menurut Depkes dan Buku Pedoman PPI (2011) yaitu sebagai berikut : 1. Bertujuan Melindungi selaput lendir hidung, mulut dan mata 2. Indikasi digunakan apabila petugas melaksanakan tindakan beresiko tinggi terpapar oleh darah atau cairan tubuh lain. 3. Kriteria a. Masker harus cukup besar untuk menutupi hidung, mulut, bagian bawah dagu, dan rambut pada wajah (jenggot). b. Masker dipakai untuk menahan cipratan yang keluar sewaktu petugas kesehatan atau petugas bedah bicara, batuk bersin c. Mencegah percikan darah atau cairan tubuh lainnya memasuki hidung atau mulut petugas kesehatan. d. Bila masker tidak terbuat dari bahan tahan cairan, maka masker tersebut tidak efektif untuk mencegah kedua hal tersebut. 4. Standar operational prosedur (SOP) 18 a. Pakailah masker untuk menahan cipratan yang keluar sewaktu petugas berbicara , batuk, bersin untuk mencegah percikan darah atau cairan tubuh lainnya memasuki hidung atau mulut petugas. b. Pakailah masker selama tindakan yang menimbulkan aerosol walaupun pada pasien tidak diduga infeksi. c. Melepas 1) Ingatlah bahwa bagian luar face shield telah terkontaminasi. 2) Untuk melepasnya, pegang karet atau gagang face shield. 3) Lepaskan tutup coverall bagian kepala kemudian lepaskan penutup wajah. 4) Letakkan di wadah yang telah disediakan untuk diproses ulang atau dalam tempat limbah infeksius. d. Setelah digunakan, face shield yang rusak harus dibuang di tempat sampah infeksius (plastik warna kuning) untuk dimusnahkan di incenerator. e. Face shield yang akan dipakai ulang dimasukan ke tempat linen infeksius dan dilakukan pencucian sesuai ketentuan. B. Pertimbangan Etik Alat Pelindung Diri (APD) digunakan untuk melindungi dari penularan virus khususnya Covid-19, untuk tenaga kesehatan yang melakukan tindakan pelayanan kesehatan berisiko tinggi seperti tindakan bedah atau tindakan lain yang memiliki risiko penularan tinggi harus menggunakan APD yang telah memenuhi standar mutu dan keamanan. APD dengan standar dan material selain yang tercantum pada buku ini, dapat digunakan sesuai kebutuhan oleh tenaga kesehatan atau pengguna yang tidak melakukan tindakan atau bersentuhan dengan pasien yang berisiko tinggi tertular (Direktorat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2020). Pertimbangan etik alat pelindung diri face shield tercantum juga dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2017 Tentang pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan. C. Aplikasi dan Relevansinya pada Praktik Keperawatan 19 Face shield umumnya terbuat dari plastik jernih transparan, merupakan pelindung wajah yang menutupi wajah sampai ke dagu sebagai proteksi ganda bagi tenaga kesehatan dari percikan infeksius pasien saat melakukan perawatan (Kemenkes RI, 2020). Face shield yang kami kembangkan ini memiliki 4 unsur yaitu : 1. Tetapkan indikasi penggunaan APD dengan mempertimbangkan: a. Risiko terpapar Alat pelindung diri digunakan oleh orang yang berisiko terpajan dengan pasien atau material infeksius seperti tenaga kesehatan, petugas kebersihan, petugas instalasi sterilisasi , petugas laundri dan petugas ambulans di Fasyankes. b. Dinamika transmisi penularan COVID-19 ini adalah droplet dan kontak, Transmisi airborne bisa terjadi pada tindakan yang memicu terjadinya aerosol seperti intubasi trakea, ventilasi non invasive, trakeostomi, resusitasi jantung paru, ventilasi manual sebelum intubasi, nebulasi dan bronskopi, pemeriksaan gigi seperti scaler ultrasonic dan high-speed air driven, pemeriksaan hidung dan tenggorokan, pengambilan swab. 2. Cara “ memakai “dengan benar 3. Cara “melepas” dengan benar 4. Cara mengumpulkan (disposal) setelah di pakai. Fungsi face shield yang akan kami kembangkan memiliki fungsi : 1. Melindungi area wajah dari virus dan bakteri 2. Melindungi area wajah dari benda-benda kecil yang berbahaya 3. Menghindari sinar radiasi ke mata BAB V 20 PENUTUP A. Kesimpulan Sistem inovasi menyajikan Sebuah tujuan di masyarakat. Suatu inovasi berfungsi dengan baik inovasi sistem meningkatkan kesiapan negara untuk pandemi. Inovasi tersebut diperuntukkan untuk intitusi, manusia, modal dan pasar bisnis dalam meningkatkan kemampuan dari negara untuk kembali menangani sebuah pandemi dengan efektif dan efisien, serta meminimalkan mendalam kerugian dari kehidupan manusia. Iinovasi sistem mempengaruhi kemampuan negara mempromosikan kesehatan yang baik dan benar tidak hanya pada saat Covid-19 ini tetapi lebih baik lagi. Inovasi dapat menyelamatkan nyawa, namun adakalanya inovasi membutuhkan waktu dan proses yang tidak cepat, hanya sekarang kita membutuhkannya lebih mendesak daripada sebelumnya. Dalam model Triple Helix merupakan kolaborasi antara pemerintah, pendidikan dan industri, dimana semua unsur tersebut saling bersinergi dalam mengatasi wabah covid-19. Salah satu inovasi triple helix dalam keperawatan medical bedah adalah dengan face shield. Face shield muncul disaat kurangnya APD di medis. Face shield sendiri merupakan salah satu APD wajib dari tenaga medis yang sedang menghadapi pasien COVID-19. Saat ini, banyak rumah sakit atau fasilitas kesehatan lain seperti laboratorium, klinik, dan puskesmas mengalami krisis Face shield dan membutuhkan bantuan pengadaan Face shield ini. Face shield wajib dikenakan sebagai pelindung wajah tenaga medis agar tidak terkena droplet dari pasien (ITTelkom, 2020). Pertimbangan etik alat pelindung diri face shield tercantum juga dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2017 Tentang pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan. B. Saran Face shield ini bias dijadikan alternative APD jika terdapat kelangkaan masker, namun penggunaannya harus diperhatikan jika menyentuh wajah, karena lebih untuk menyesuaikan face shield dan ini menimbulkan risiko autoinokulasi oleh tangan yang terkontaminasi. 21 DAFTAR PUSTAKA Diamond, Frank. (2020). Face shields Called Best Way to Protect Healthcare Workers From Covid-19. Infection Control Today. MH Life Science. Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan. (2020). Standar Alat Pelindung Diri (APD) dalam Manajemen Penanganan Covid-19. Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2020). Petunjuk Tekhnis Alat Pelindung Diri (APD) dalam Menghadapi Wabah Covid-19. EnvironHyg, J Occup. (2016). Face shields for infection control: A review. PMC Pubmed 13 (4): 235-42. doi: 10.1080 / 15459624.2015.109530. Etzkowitz, H. (2020) E. from S. (n.d.). Triple Helix model of innovation to deal with Covid19 pandemic and future societal crises. Filantropi. 2020. Philanthropic Response Against Covid-19 in Indonesia. Filantropi.or id. Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 2020. (2020). Standar Alat Pelindung Diri (APD) untuk Penanganan Covid-19 Di Indonesia. Revisi 1. Joshua &John Mendoza. (2020). can innovation save us? understanding the role of innovation in mitigating the covid-19. JEL Codes: O30, I10, F15.DOI: 10.13140 / RG.2.2.27117.95202. Laetus. 2020. Coronavirus --Global Plan, Doughnut, Torus, Helix and/or Pineapple. Merdeka. 2020. Gugus Tugas Covid-19 Ajak Masyarakat Kolaborasi Secara Penta Helix. Mostaghini, et all. 2020. Rapid prototyping and clinical testing of a reusable Face shield for health care workers responding to the COVID-19 pandemic. MedRxiv Preprint. DOI: 10.1101/2020.04.11.20061960. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2017. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Roberge Rj. 2016. Face shields for infection control: A review. J Occup Environt HYG, 2016; 13 (4): 235-42. doi: 10.1080 / 15459624.2015.1095302. UNESCO. 2020. Wabah Covid-19 & Misi UNESCO. En.unesco.org. Wang et all. 2020. COVID-19 infection epidemic: the medical management strategies in Heilongjiang Province, China. Critical Care 24. Article number: 107 (2020). 22 Web MD. 2020. Face shields a more effective deterrent to COVID?. WebMD.com 23