Indonesian Journal of Pharmacy and Natural Product http:/jurnal.unw.ac.id/index.php/ijpnp Volume 03, Nomor 01 , Maret 2020 p-ISSN : 2656-3215 e-ISSN : 2615-6903 Skrining Fitokimia Dan Analisis Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak Etanol Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus) Phytochemical Screening And Thin-Layer Chromatographic Analysis Of Ethanol Extract Hylocereus polyrhizus Peel Elisabeth Oriana Jawa La (1), Repining Tiyas Sawiji (1) ,Agustina NilaYuliawati (2) (1) Prodi Studi DIII Farmasi, Sekolah Tinggi Farmasi Mahaganesha Bali (2) Prodi Studi S1 Farmasi, Sekolah Tinggi Farmasi Mahaganesha Bali Email: [email protected] ABSTRAK Buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) merupakan tumbuhan yang sudah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia secara alami sebagai tanaman kaya antioksidan, sebaliknya pemanfaatan dari kulit buah naga merah belum sepenuhnya dimaksimalkan. Beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa selain daging buah, kulit buah naga merah dapat dimanfaatkan sebagai sumber untuk pengobatan karena kaya akan antioksidan. Hal tersebut dapat digunakan sebagai dasar dan pilihan untuk menghasilkan produk obat tradisional dari kulit buah naga merah. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kandungan metabolit sekunder yang terdapat pada kulit buah naga merah berupa skrining fitokimia dan kromatografi lapis tipis (KLT) pada senyawa aktif yang disinyalir terkandung didalam kulit buah naga merah yang dapat dimanfaatkan dalam produk kefarmasian. Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 96% diperoleh rendemen ekstrak sebanyak 2,96%. Skrining fitokimia dilakukan sebagai uji pendahuluan untuk mengidentifikasi kandungan metabolit sekunder yang terkandung dalam ekstrak kulit buah naga merah, dilanjutkan dengan KLT untuk mempertegas hasil reaksi positif. Hasil skrining dan KLT diperoleh kulit buah naga merah positif mengandung alkaloid, tanin, flavonoid, steroid dan potensial untuk dijadikan obat tradisional. Kata kunci :kulit buah naga merah, skrining fitokimia, KLT, metabolit sekunder ABSTRACT Red dragon fruits (Hylocereus polyrhizus) generally has been widely known Indonesian as a plant that rich in antioxidant however, the Red dragon fruits peel is not fully utilized. Some of studies have been conducted indicating that as well as its fruit flesh, Red dragon fruits peel can be beneficial as a source for treatment and traditional medicinal products since it is also rich of antioxidants.This research aims to identify the content of secondary metabolites on the Red dragon fruits peel in the form of phytochemical screening and thin-layer chromatography (TLC) in the active compounds which can be utilized in the product of Pharmacy. Extraction is conducted by maceration using the 96% ethanol solvent in order to produces extracts as much as 2.96 %. Phytochemical screening is delivered as a preliminary test to identify the content of secondary metabolites contained in the peel of Red dragon fruit peel and continued with the TLC to confirmed give positive results. Results of the screening and TLC obtained that the peel of Red dragon fruits positive contains alkaloids, tannins, flavonoids, steroids and potential to be used as traditional medicine Keyword : Red dragon fruit peel, phytochemical screening, TLC, secondary metabolites Submitted: 2 December 2019 Revised : 17 January 2020 Accepted : 27 February 2020 45 Indonesian Journal of Pharmacy and Natural Product http:/jurnal.unw.ac.id/index.php/ijpnp Volume 03, Nomor 01 , Maret 2020 p-ISSN : 2656-3215 e-ISSN : 2615-6903 PENDAHULUAN Selain sebagai antimikroba kulit buah naga Tanaman obat Indonesia terdiri dari banyak diteliti sebagai antioksidan. Fraksi berbagai jenis spesies yang sulit untuk kloroform kulit buah naga merah memiliki dibedakan. Penggunaan bahan alam untuk aktivitas antioksidan namun sangat lemah pengobatan tradisional telah dilakukan (Pranata, 2013). Ekstrak etanol kulit buah sejak dahulu kala dimana nenek moyang naga super merah memiliki aktivitas kita sejak lama memiliki berbagai naskah antiokasidan yang sangat kuat, dimana tentang pengobatan obat tradisional (Lucia, kadar total antosianin pada ektrak kulit 2006) buah super merah diduga jenis sianidin Banyak penggunaan tanaman lokal (Putri et al., 2015) di Indonesia yang dimanfaatkan sebagai Data saat ini terkait kandungan tanaman obat tradisional (Simare, 2014). metabolit sekunder pada kulit buah naga Kesadaran masyarakat akan pentingnya masih sangat terbatas. Informasi terkait kesehatan setiap hari semakin meningkat, karakteristik metabolit sekunder pada kulit hal ini terbukti dari semakin meningkatnya buat naga diperlukan untuk melakukan pengembangan yang standarisasi suatu tanaman sebagai bahan dapat memberikan efek kesehatan bagi baku obat tradisional (Saifudin et al, 2011). masyarakat (Sani et al., 2014) Peneliti Buah produk untuk melakukan identifikasi kandungan senyawa aktif atau polyrhizus) memiliki zat aktif yang dapat kandungan metabolit sekunder pada kulit bersifat sehingga buah naga merah dengan menggunakan pengobatan, metode secara skrining fitokimia dan sedangkan pemanfaatan kulit buah naga analisis Kromatografi Lapis Tipis (KLT) saat terhadap ekstrak etanol kulit buah naga ini sebagai alternatif belum merah tertarik (Hylocereus dijadikan naga makanan antibakteri untuk sepenuhnya optimal sehingga memberikan dampak atau limbah merah. bagi lingkungan (Suhartati & Rozigin, METODE PENELITIAN 2017). Khasiat kulit buah naga sebagai Penelitian ini merupakan penelitian antimikroba telah banyak diteliti. Ekstrak deskriptif dilakukan di Laboratorium STF Etanol, n-hexan dan kloroform kulit buah Mahaganesha. Metode analisis kualitatif naga merah memiliki aktivitas sebagai dengan menggunakan metode skrining antibakteri pada bakteri gram positif dan fitokimia dan KLT. Sampel yang gram negatif (Nurmahani et al.,2012). Submitted: 2 December 2019 Revised : 17 January 2020 Accepted : 27 February 2020 46 Indonesian Journal of Pharmacy and Natural Product http:/jurnal.unw.ac.id/index.php/ijpnp Volume 03, Nomor 01 , Maret 2020 p-ISSN : 2656-3215 e-ISSN : 2615-6903 digunakan adalah kulit buah naga merah dipisahkan antara daging buah dengan yang diambil di wilayah Bali. kulitnya, dicuci kembali lalu ditiriskan dan 1. Alat dan Bahan dilakukan perajangan untuk mempercepat Alat yang digunakan pada penelitian proses pengeringan. Kulit buah naga merah ini adalah beaker glass, erlenmeyer, oven, dikeringkan dengan cara di oven pada suhu timbangan elektrik, sendok tanduk, batang 500C selama 3 hari untuk mendapat pengaduk, simplisia cawan porselin, rotary kering. Simplisia evaporator, chamber, kaca arloji, pipet selanjutnya di blender. tetes, tabung reaksi. 3. Bahan yang digunakan kering Ekstraksi dalam Proses ekstraksi dilakukan dengan penelitian ini adalah kulit buah naga merah metode maserasi. Sebanyak 100 gram (Hylocereus 96%, serbuk kulit buah naga merah diekstraksi aquadest, HCl 2N, pereaksi dragendroff, dengan etanol 96% sebanyak 500 ml pereaksi mayer, NaOH 10%, aseton, asam selama 3 hari. Maserasi dilakukandengan borat P, eter, larutan besi (III) klorida 10%, cara merendam serbuk kulit buah naga pereaksi Liberman Buchard, etil asetat, merah dengan pelarut etanol 96% sambil klorofom, methanol, nHeksan, butanol, sesekali diaduk. Proses maserasi dilakukan asam asetat glasial, H2SO4 10 %, Plat KLT. 3 kali replikasi dengan jumlah yang sama. polyrhizus, etanol 2. Metode Hasil Metode yang digunakan beserta alur menggunakan kain flanel dan filtratnya maserasi kemudian disaring kerja sebagai berikut: dievaporasi dengan menggunakan rotary 1. Determinasi Tanaman evaporator untuk mendapatkan ekstrak Determinasi tanaman dilakukan di kental. Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya 4. Skrining Fitokimia “Eka Karya” Bali Lembaga Ilmu Penelitian Pembuatan larutan uji untuk skrining Indonesia, Candikuning, Baturiti, Tabanan. fitokimia dengan melarutkan 500 mg 2. Pembuatan Simplisia ekstrak dalam 50 ml larutan yang sesuai Simplisia kulit buah naga merah (Yuda et al, 2017) diambil dari perkebunan di Kabupaten Badung-Bali, kemudian disortir basah dan a. Triterpenoid/Steroid Sebanyak 2 ml larutan uji diuapkan dicuci dengan air mengalir. Kulit buah menggunakan cawan naga penganas hasil merah kemudian Submitted: 2 December 2019 dikupas dan Revised : 17 January 2020 air, penguap residu diatas dilarutkan Accepted : 27 February 2020 47 Indonesian Journal of Pharmacy and Natural Product http:/jurnal.unw.ac.id/index.php/ijpnp Volume 03, Nomor 01 , Maret 2020 p-ISSN : 2656-3215 e-ISSN : 2615-6903 dengan 0,5 ml kloroform, dipindahkan ke pada dalam tabung reaksi dan ditambahkan 0,5 fluoresensi berwarna kuning (Depkes RI, ml asam asetat anhidrat dan 2 ml asam 1989) sulfat d. dinding pekat secara tabung. perlahan melalui UV 365 nm terbentuk Saponin cincin Sebanyak 10 ml larutan uji dipanaskan kecoklatan atau violet pada perbatasan kemudian dikocok selama 10 detik akan larutan menunjukkan adanya triterpenoid, timbul busa. Busa akan bertahan selama 10 sedangkan biru menit kemudian diteteskan dengan 1 tetes kehijauan menunjukkan adanya steroid HCl 2N busa tidak hilang (Depkes RI, (Ciulei, 1984) 1995) b. e. bila Terbentuknya sinar muncul cincin Alkaloid Tanin Sebanyak 2 ml larutan uji diuapkan Sebanyak 1 ml larutan uji ditambahkan diatas penganas air, hingga diperoleh dengan larutan besi (III) klorida 10% jika residu. Residu ditambahkan dengan 5 ml warnanya menunjukan hitam kehijauan HCl 2N. Setelah dingin, larutan disaring. maka mengandung tannin (Robinson, 1991) Larutan dibagi ke dalam 3 tabung reaksi. 5. Kromatografi Lapis Tipis Tabung ke-1: Blanko Pada KLT ini meggunakan fase diam Tabung ke-2: ditambahkan 3 tetes pereaksi Silica G60 F254. Plat KLT dibuat dengan dragendorf Panjang 10 cm dan lebar 3 cm. Tabung ke-3: ditambahkan 3 tetes pereaksi a. mayer (melalui tabung). Fase gerak yang digunakan untuk Terbentuknya endapan jingga pada tabung melakukan identifikasi senyawa alkaloid kedua dan endapan kuning pada tabung adalah etil asetat, methanol dan air dengan ketiga perbandingan (100:13,5:10). Reaksi positif menunjukan dinding Identifikasi Senyawa Alkaloid adanya alkaloid (Farnsworth, 1996) ditunjukan beberapa alkaloid memberikan c. Flavonoid fluoresensi biru atau kuning (Hanani, 2014) Sebanyak 1 ml larutan diuapkan, b. Identifikasi Senyawa Flavonoid kemudian dibasakan dengan aseton P dan Fase gerak yang digunakan untuk di cek pH larutan. Tambahkan serbuk halus melakukan identifikasi flavonoid adalah n- asam borat dan asam okslat kemudian butanol:asam dipanaskan air. penampakkan noda ammonia. Pengamatan Campurkan sisanya dengan eter P amati pada sinar UV sebelum diuapkan dengan diatas penganas Submitted: 2 December 2019 Revised : 17 January 2020 asetat:air (4:1:5)dengan Accepted : 27 February 2020 48 Indonesian Journal of Pharmacy and Natural Product http:/jurnal.unw.ac.id/index.php/ijpnp Volume 03, Nomor 01 , Maret 2020 p-ISSN : 2656-3215 e-ISSN : 2615-6903 ammonia jika positif menampakan warna 1. ungu gelap, fluoresensis biru muda, dan Determinasi Tanaman Hasil determinasi tanaman yang tidak tampak. Penampakan noda dengan dilakukan di Balai Konservasi Tumbuhan ammonia menunjukan warna kuning, hijau Kebun Raya “Eka Karya” Bali Lembaga kuning atau coklat, biru muda, merah atau Ilmu Penelitian Indonesia, Candikuning, jingga, fluoresensi hijau kuning, atau hijau Baturiti, Tabanan membuktikan bahwa biru terang, benar tanaman yang digunakan dalam fluoresensi biru muda terang hingga muda penelitian ini adalah tanaman buah naga sesuai dengan tipe flavonoidnya (Hanani, merah dengan nama latin (Hylocereus 2014) lemairei (Hook) Britton & Rose sinonim c. Identifikasi senyawa Tanin dengan Fase gerak yang digunakan untuk Webwe) Brintton & Rose (Cronquist, 1981) fluoresnis biru muda mengidentifikasi senyawa tannin adalah 2. Hylocereus polyrhizus (F.A.C Pembuatan Simplisia metanol:air (6:4) dengan penampakan noda Berat basah kulit buah naga adalah FeCl3 5 %, dimana reaksi positif yang 8,92 Kg. Serbuk yang digunakan untuk terbentuk adalah noda berwarna hitam ekstraksi pada masing-masing replikasi (Banu dan Nagarajan, 2014). adalah 100 gram, sehingga jumlah total d. Identifikasi Senyawa Steroid serbuk yang digunakan untuk ekstraksi Fase gerak yang digunakan untuk adalah 300 gram. identifikasi senyawa kloroform:metanol steroid (9:1), adalah 3. Ekstraksi dengan Pada proses pembuatan ekstrak etanol penampakan noda pereaksi Lieberman- kulit buah naga merah sebanyak 100 gram Burchard disertai dengan pemanasan pada serbuk yang diekstraksi dengan etanol 96% suhu 1050C selama 5 menit reaksi positif 500 ml dengan 3 kali replikasi didapat ditandai dengan adanya noda berwarna ekstrak kental sebanyak 8,90 gram dengan hijau biru (Kristanti et al., 2008). % rendemen ekstrak 2,96% 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian Skrining fitokimia Skrining fitokimia yang dilakukan dianalisis secara sebagai uji pendahuluan menggunakan deskriptif dengan melakukan penjabaran reaksi hasil diperoleh hasil sebagai berikut: yang telah diperoleh dengan tabung dan reagen sehingga melakukan pembandingan pada literatur. Submitted: 2 December 2019 Revised : 17 January 2020 Accepted : 27 February 2020 49 Indonesian Journal of Pharmacy and Natural Product http:/jurnal.unw.ac.id/index.php/ijpnp Volume 03, Nomor 01 , Maret 2020 p-ISSN : 2656-3215 e-ISSN : 2615-6903 Tabel 1. Hasil Skrining Fitokimia Senyawa Pereaksi Reaksi Positif Hasil Kesimpulan Pengamatan Flavonoid Aseton P + serbuk Fluoresensi Terbentuk asam borat P dan berwarna kuning Fluoresensi asam oksalat Positif berwarna dipanaskan, residu kuning ditambahkan eter P. Pengamatan pada sinar UV Alkaloid Dragendrof Adanya endapan Endapan jingga Positif orange atau merah coklat Mayer Steroid Adanya endapan Endapan putih/kuning Kuning Positif Lieberman Terbentuk cincin Terbentuk Positif burchard biru kehijauan Cincin biru kehijauan Tanin FeCl3 5% Terbentuk warna Terbentuk hijau gelap/hitam warna hitam kehijauan saponin Aquadest Positif kehijauan Terbentuk busa Timbul busa Negatif stabil selama 10 saat di kocok menit tetapi perlahan Dan tetap stelah stabil mengilang ditetesin dengan HCl 2N Submitted: 2 December 2019 Revised : 17 January 2020 Accepted : 27 February 2020 50 Indonesian Journal of Pharmacy and Natural Product http:/jurnal.unw.ac.id/index.php/ijpnp Volume 03, Nomor 01 , Maret 2020 p-ISSN : 2656-3215 e-ISSN : 2615-6903 5. Nilai Rf elusi ekstrak dengan fase gerak Tabel 2. Nilai Rf Hasil Elusi Ekstrak dengan Fase Gerak Pengujian Rf Pengujian Rf Pengujian Rf Pengujian Rf Alkaloid 0,63 Flavonoid 0,5 Tanin 0,125 Steroid 0,22 0,7 0,65 0,85 0,3 0,93 0,92 0,75 0,99 0,87 6. Hasil analisis Kromatografi Lapis Tipis a. Flavonoid Gambar 2 :Hasil KLTIdentifikasi Senyawa GolonganFlavonoid. Pengamatan pada (a) Sinar Tampak (b) Sinar UV 254 nm(c) Sinar UV 365 nm, (d) sinar tampak dengan uap ammonia (e) Sinar UV 254 nm dengan uap ammonia(f) Sinar UV 365 nm dengan uap ammonia b. Tanin Gambar 3 :Hasil KLT Identifikasi Senyawa Golongan Tanin. Pengamatan pada (a) Sinar Tampak (b) Sinar UV 254 nm(c) Sinar UV 365 nm, (d) sinar tampak setelah disemprot dengan FeCl3(e) Sinar UV 254 nm setelah disemprot dengan FeCl3(f) Sinar UV 365 nm setelah disemprot dengan FeCl3 Submitted: 2 December 2019 Revised : 17 January 2020 Accepted : 27 February 2020 51 Indonesian Journal of Pharmacy and Natural Product http:/jurnal.unw.ac.id/index.php/ijpnp Volume 03, Nomor 01 , Maret 2020 p-ISSN : 2656-3215 e-ISSN : 2615-6903 c. Alkaloid Gambar 1 :Hasil KLT Identifikasi Senyawa Golongan Alkaloid. Pengamatan pada (a) Sinar Tampak (b) Sinar UV 254 nm (c) Sinar UV 365 nm, (d) sinar tampak setelah disemprot dragendorf(e) Sinar UV 254 nm setelah disemprot dragendorf(f) Sinar UV 365 nm setelah disemprot dragendorf a. Steroid Gambar 4 :Hasil KLT Identifikasi Senyawa Golongan Steroid. Pengamatan pada (a) Sinar Tampak (b) Sinar UV 254 nm(c) Sinar UV 365 nm(d) sinar tampak setelah disemprot dengan Liebermann Burchard(e) Sinar UV 254 nm setelah disemprot dengan Liebermann Burchard(f) Sinar UV 365 nm setelah disemprot dengan Liebermann- Burchard Buah naga merah merupakan salah satu merah belum dilakukan secara maksimal. tumbuhan di Indonesia yang secara alami Agar suatu tanaman dapat digunakan atau telah dikembangkan menjadi salah satu bahan banyak dimanfaatkan namun sebaliknya pemanfaatan kulit buah naga Submitted: 2 December 2019 obat Revised : 17 January 2020 maka tumbuhan tersebut Accepted : 27 February 2020 perlu 52 Indonesian Journal of Pharmacy and Natural Product http:/jurnal.unw.ac.id/index.php/ijpnp Volume 03, Nomor 01 , Maret 2020 p-ISSN : 2656-3215 e-ISSN : 2615-6903 distandarisasi berdasarkan parameter yang polyrhizus (F.A.C Webwe) Brintton & ada baik terkait kandungan zat aktif dalam Rose (Cronquist, 1981). tanaman terutama metabolit sekundernya Setelah melakukan determinasi juga perlu diketahui profil dari ekstrak tanaman dilanjutkan dengan pengumpulan tanaman itu sendiri (Yuda et al., 2017). bahan. Kulit buah naga merah kemudian Penelitian bertujuan dirajang dan dikeringkan dengan cara di mengetahui kandungan zat aktif dari oven dengan suhu 500C selama 3 hari. tanaman kulit buah naga merah dengan Tujuan melihat profil dan analisis kromatografi mempermudah lapis tipis lewat uji pendahuluan berupa sementara skrining fitokimia menggunakan reaksi menghilangkan kadar air yang terkandung tabung dan dilanjutkan dengan pengujian didalam serta analisis Kromatografi Lapis Tipis dilakukan menggunakan metode maserasi untuk mempertegas hasil reaksi positif. dengan 3 kali replikasi tujuannya adalah Analisis pemisahan untuk memaksimalkan ekstrak yang akan prinsip dihasilkan. Pemilihan metode maserasi adsorbsi dan partisi yang ditentukan oleh dimana maserasi merupakan salah satu fase diam (adsorben) dan fase gerak (eluen) metode ekstraksi yang paling sederhana (Alen et al, 2017). dilakukan, peralatannya sederhana, dan yang KLT dilakukan merupakan komponenkimia berdasarkan dari perajangan waktu tujuan tanaman. pengeringan pengeringan Proses adalah adalah ekstraksi Tahap awal penelitian ini dimulai lebih ekonomis namun pemilihan pelarut dengan determinasi tanaman yang akan dalam ekstraksi ini menjadi faktor yang digunakan. tanaman penting dalam menyari zat biologis yang Konservasi terkandung dalam tanaman (Azwanida, Tumbuhan Kebun Raya “Eka Karya” Bali 2015). Metode maserasi dipilih karena Lembaga Indonesia, dapat mengektrak senyawa dengan baik Tabanan dan dapat mencegah dekomposisi senyawa membuktikan bahwa benar tanaman yang yang labil terhadap panas (Tursiman et al, digunakan dalam penelitian ini adalah 2012). Pelarut yang digunakan pada tanaman buah naga merah dengan nama penelitian ini adalah etanol 96% dimana latin (Hylocereus lemairei (Hook) Britton etanol merupakan pelarut yang paling & Rose sinonim dengan Hylocereus umum digunakan yang dapat menarik Determinasi dilakukan oleh Ilmu Candikuning, Balai Penelitian Baturiti, hampir sebagian besar kandungan zat aktif Submitted: 2 December 2019 Revised : 17 January 2020 Accepted : 27 February 2020 53 Indonesian Journal of Pharmacy and Natural Product http:/jurnal.unw.ac.id/index.php/ijpnp Volume 03, Nomor 01 , Maret 2020 p-ISSN : 2656-3215 e-ISSN : 2615-6903 yang ada dalam tanaman. Etanol satunya adalah saponin sedangkan merupakan pelarut polar sehingga mampu senyawa positif adalah flavonoid dan menarik senyawa aktif yang sifatnya juga triterpenoid. Kulit buah naga merah positif polar. Pada proses ekstraksi pada setiap mengandung tanin, alkaloid dan saponin replikasi adalah 100 gram dengan total (Suhartati dan Roziqi, 2017). Perbedaan serbuk yang digunakan untuk ekstraksi hasil adalah 300 gram dihasilkan ekstrak kental dipengaruhi oleh perbedaan pelarut yang sebanyak yang digunakan sebagaimana diketahui pelarut diperoleh berupa ekstrak kental berwarna meliki peranan penting dalam menarik coklat tua dengan % rendemen ekstrak senyawa aktif yang ada dalam tanaman. 8,90 gram. Ekstrak adalah sebesar 2,96%. Nilai rendemen ini pada penelitian kemungkinan Pada skrining alkaloid prinsip yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan digunakan ekstraksi yang dilakukan oleh Pranata pengendapan dimana terjadi pergantian (2013) ligan % rendemennya 1,654%. adalah (Sangi et dengan al., 2008). reaksi Untuk Perbedaan ini dapat dipengaruhi oleh mempertegas hasil skrining pengujian berbagai faktor antara lain kondisi waktu dilanjutkan dengan analisis kromatografi ekstraksi, pengeringan, ukuran partikel lapis tipis (KLT). Uji KLT pada senyawa sampel, juga perbandingan jumlah sampel alkaloid menggunakan fase diam Silika terhadap digunakan Gel 60 F254 dengan fase gerak etil asetat, (Tursiman et al, 2012). Perbedaan jenis metanol dan air dengan perbandingan (100: pelarut juga dapat mempengaruhi jumlah 13,5:10) dan penampakan noda setelah rendemen ekstrak. disemprot dengan pereaksi dragendorf. pelarut yang Setelah diperoleh ekstrak kental Eluen ini menghasilkan 2 spot noda selanjutnya dilakukan skrining fitokimia dengan Rf 0,63 dan 0,7. Dari hasil KLT sebagai uji pendahuluan untuk mengetahui sebelum dilakukan penyemprotan dengan kandungan zat aktif yang ada pada pereaksi secara visual terlihat samar tanaman. Hasil skrining fitokimia pada berwarna kuning, pada UV254 nm dan ekstrak UV365 nm terlihat fluoresensis berwarna didapat hasil positif pada kandungan alkaloid, flavonoid, tanin dan biru. steroid dan negatif pada senyawa saponin. perekasi dragendorf pada sinar tampak Hasil pengujian yang dilakukan oleh nampak berwarna kuning dan pada UV Pranata (2013) senyawa yang negatif salah 254 nm dan UV 365 nm terlihat berwarna Submitted: 2 December 2019 Revised : 17 January 2020 Setelah disemprotkan dengan Accepted : 27 February 2020 54 Indonesian Journal of Pharmacy and Natural Product http:/jurnal.unw.ac.id/index.php/ijpnp Volume 03, Nomor 01 , Maret 2020 p-ISSN : 2656-3215 e-ISSN : 2615-6903 kuning. Berdasarkan literatur beberapa asetat:air (4:1:5). Hasil KLT pada sinar alkaloid fluoresensis tampak menghasilkan empat spot dengan berwarna biru atau kuning contoh alkaloid Rf 0,5; 0,65; 0,93; 0,99 dengan warna striknin, purin dan brusin (Hanani, 2014). yang tidak terlihat jelas pada penampakan Alkaloid merupakan suatu senyawa yang sinar tampak. Pada sinar UV 254 ke empat mengandung nitrogen sebagai bagian dari spot berwarna fluoresensi biru, UV 365 sistem mengandung nm Rf 0,5; 0,65; dan 0,93 terlihat subtituen yang bervariasi seperti pada fluoresensi biru muda dan Rf 0,99 gugus amina fenol dan metoksi sehingga berwarna hijau biru. Setelah diuapkan alkaloid bersifat semipolar (Purba, 2001). dengan ammonia pada sinar tampak masih memberikan sikliknya serta Skrining fitokimia golongan flavonoid tidak menunjukan warna namun pada UV dilakukan dengan cara larutan uji di 254 terlihat fluoresensi biru muda, UV 365 basakan dengan aseton P, kemudian fluoresensi biru muda terang pada spot ditambahkan dengan asam borat dan asam dengan Rf 0,5; 0,65; 0,93; 0,99. Terdapat oksalat, dilanjutkan pemanasan dengan penafsiran warna bercak yang timbul dari penganas air residu ditambahkan dengan segi eter pekat dan diamati di UV 365 nm sesudah diuapkan dan diamati pada sinar terbentuk warna berfuoresensis kuning UV terdapat noda fluoresensi biru muda yang senyawa dan setelah diuapkan dengan ammonia flavonoid. Flavonoid dapat dimasukan yang terjadi perubahan warna sedikit atau sebagai karena tanpa perubahan (Yuda et al., 2017). gugus Adapun hubungan antara bercak dengan menandakan senyawa mengandung dua adanya polifenol atau lebih struktur flavonoid struktur dapat larut dalam basa (Hanani, 2014). tampak fluoresensi biru muda dan setelah Tujuan dibasakan pada skrining fitokimia diuapkan adalah agar senyawa flavonoid ini dapat fluoresensi hijau kuning atau hijau biru larut. Berdasarkan hasil skrining fitokimia tipe terhadap golongan senyawa flavonoid golongan flavon dan flavonon yang tidak menunjukan reaksi positif sehingga perlu memiliki 5-OH bebas atau flavonol yang dilakukan KLT untuk mempertegas hasil tidak memiliki 5-OH bebas, tetapi terdapat skrining. dengan subtitusi pada 3-OH. Pada sinar UV jika menggunakan fase gerak butanol:asam tidak nampak dan setelah diuapkan dengan dilakukan Submitted: 2 December 2019 Revised : 17 January 2020 dengan flavonoid dimana pada dan hidroksil bersifat agak asam sehingga KLT flavonoid sebelum ammonia yang diduga UV timbul adalah Accepted : 27 February 2020 55 Indonesian Journal of Pharmacy and Natural Product http:/jurnal.unw.ac.id/index.php/ijpnp Volume 03, Nomor 01 , Maret 2020 p-ISSN : 2656-3215 e-ISSN : 2615-6903 ammonia membentuk fluoresensis biru spot memberikan warna yang sama yaitu muda maka kemungkinan mengandung warna hitam begitu pula dengan warna flavonoid golongan isoflavone yang tidak pada UV 365 nm yang memberikan warna memiliki 5-OH bebas (Hanani, 2014). hitam setelah disemprotkan dengan FeCl3 Penelitian lain juga menyebutkan bahwa 5 %. kulit buah naga merah mengandung senyawa flavonoid (Pranata, 2013). larutan uji setelah diteteskan dengan Skrining fitokimia yang dilakukan pada senyawa Lieberman Burchard membentuk cincin dengan biru kehijauan pada tabung reaksi hal ini yang senada dengan literatur dan banyak uji ditambahkan larutan besi (III) klorida 10 skrining fitokimia untuk steroid dimana % memberikan warna hitam kehijauan. hasil reaksi positifnya membentuk cincin Hasil positif dari uji tanin memberikan biru warna biru tua atau hitam kehijauan dilakukan dengan menggunakan fase gerak (Robinson, 1991). Pada pengujian tanin kloroform: dilakukan FeCl3 penampakan noda pereaksi Lieberman- dimana golongan tanin terhidrolisis akan Burchard disertai dengan pemanasan pada menghasilkan warna biru kehitaman, dan suhu 1050C selama 5 menit reaksi positif jika terkondensasi akan menghasilkan ditandai dengan adanya noda berwarna warna hijau kehitaman (Sangi et al., 2008). hijau biru (Kristanti et al., 2008). Pada Pengujian kemudian dilanjutkan dengan identifikasi senyawa steroid secara KLT KLT dimana fase gerak yang digunakan diperoleh 4 spot hasil pemisahan dengan untuk mengidentifikasi senyawa tanin Rf 0,22; 0,3; 0,75; dan 0,87pada sinar adalah tampak menggunakan tannin Hasil skrining senyawa steroid larutan penambahan metanol: air uji larutan (6:4) dengan kehijauan. KLT metanol diduga Rf pada (9:1), 0,75 steroid dengan dan 0,87 penampakan noda ketika disemprotkan merupakan senyawa steroid karena adanya dengan senyawa hijau biru setelah penyemprotan pelarut FeCl3 5 %, dan reaksipositif yang terbentuk adalah noda dengan pereaksi Liberman-Burchard. berwarna hitam (Banu dan Nagarajan, Pemanfaatan metabolit sekunder 2014). Hasil pengujian tanin secara KLT sebagai obat untuk terapi tambahan atau menghasilkan tiga spot dengan Rf 0,125; pelengkap 0,85; dan 0,92 pada sinar tampak berwarna merupakan senyawa polifenol bersifat kuning dan pada sinar UV 254 nm ketiga agak asam sehingga sangat muda larut Submitted: 2 December 2019 Revised : 17 January 2020 terus dilakukan. Flavonoid Accepted : 27 February 2020 56 Indonesian Journal of Pharmacy and Natural Product http:/jurnal.unw.ac.id/index.php/ijpnp Volume 03, Nomor 01 , Maret 2020 p-ISSN : 2656-3215 e-ISSN : 2615-6903 dalam basa, serta bersifat polar maka larut tradisional namun pengamatan ini hanya dalam senyawa polar. Dalam dosis kecil baru dilakukan pada satu aspek sebagai flavon bekerja pada stimulan jantung, jika salah satu paramater untuk dijadikan terhidroksilasi memiliki efek antioksidan standarisasi obat tradisional sehingga perlu pada lemak dan memiliki efek diuretik. dilakukan pengujian dengan parameter Ribuan senyawa alkaloid juga sudah berbeda untuk mendukung pemanfaatan banyak diidentifikasi dan diisolasi dari kulit buah naga merah sebagai tanaman tumbuhan seperti striknin, kuinin, piperin, obat tradisional. kafein, nikotin, hiosiamin dengan berbagai aktifitas farmakologis yang berbeda-beda. Simpulan Tanin merupakan suatu senyawa polifenol Dari penelitian yang dilakukan dengan yang tersebar luas pada tumbuhan. Sifat skrining fitokimia dan Kromatografi Lapis tanin sebagai astrigen dapat dimanfaatkan Tipis dapat disimpulkan bahwa kulit buah sebagai naga merah mengandung senyawa alkaloid, antidiare, perdarahan dan mencegah peradangan (Hanani, 2014). Dengan mengetahui kandungan tanin, flavonoid dan steroid. Kulit buah naga merah memiliki potensi untuk senyawa aktif yang ada didalam tanaman dijadikan produk obat tradisional karena kulit buah naga merah secara kualitatif kandungan metabolit sekundernya yang maka tanaman kulit buah naga merah banyak. memiliki potensi untuk dijadikan obat DAFTAR PUSTAKA Alen,Y.,Agresa,LA.,dan Yuliandra Y. 2017. Analisis Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan Aktivitas Antiperurisemia Ekstrak Rebung Schizostachyum branchyclandum Kurz (Kurz) pada Mencit Putih Jantan. Jurnal Sains Farmasi dan Klinis, 3 (2), 146-152 Azwanida, N. (2015) ‘A Review on the Extraction Methods Use In Medical Plants Principlea, strength and Limination. Med’. Banu, R.H.Nagarajan, N. (2014) ‘TLC and HPTLC fingerprinting pf leaf extracts of wedelia chinensis (Osbeck) Merrill’, Jornal of Submitted: 2 December 2019 Pharmacognosy an Phytochemitry, 2 (6), pp. 29–23. Ciulei, J. (1984) ‘Metodology for Analisis of Vegetable and Drugs’, Bucharest Rumania : Faculty of Pharmacy, pp. 11–26. Cronquist, A. (1981) An Integrated System Of Classification Of Flowering Plants. New York, Columbia University Press. Depkes RI (1989) Materia Medika Indonesia. Edited by Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta : Indonesia. Depkes RI (1995) Farmakope Indonesia. IV. Edited by Departemen Revised : 17 January 2020 Accepted : 27 February 2020 57 Indonesian Journal of Pharmacy and Natural Product http:/jurnal.unw.ac.id/index.php/ijpnp Volume 03, Nomor 01 , Maret 2020 p-ISSN : 2656-3215 e-ISSN : 2615-6903 KesehatanRI. Jakarta. Farnsworth, N. . (1996) ‘Biological and Phytochemical Creening of Plants.’, J.Pharm, p. Sci 55. Hanani, E. (2014) Analisis Fitokimia. Penerbit Buku Kedpkteran ECG .Jakarta. Kristanti,AN.,Aminah,NS.,Tanjung,M, K. B. (2008) Buku Ajar Fitokimia. Airlangga. surabaya. Lucia, O. R. K. S. (2006) ‘Pemanfaatan Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan Keamananya’, (ISSN :163-9883), pp. 1–7. Nurmahani, MM, Osman, A., Abdul Hamid A., Mohamad Ghazali, F. & P. D. (2012) ‘Short Communication Antibacterial Property of Hylocereus polyrizus and Hylocereus undatus Peel Extract.Int.Food Res’, p. 19 (1):77-84. Pranata, R. (2013) ‘Uji Aktivitas Antioksidan Fraksi Kloroform Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus lemarirei Britton dan Rose) Menggunakan Metode DPPH (1,1Difenil-2-Pikrilhidrazil)’, Naskah Publikasi Skripsi Program Studi Farmasi. Purba, R. . (2001) ‘Analisis Komposisi Alkaloid Daun Handeuleum (Graptophyllum pictum (Linn), Griff yang dibudidaya dengan taraf Nitrogen yang berbeda’. Putri, N.K, Gunawan, I.W.G, Suarsana, I. . (2015) ‘Aktivitas Antioksidan Antosianin dalam Ekstrak Etanol Kulit Buah Naga Merah Super Merah (Hylocereus costaricensis) dan Analisis Kadar Totalnya’, Jurnal Kimia 9 (2), pp. 243–251. Robinson, T. (1991) Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. 6.a.b. Edited by Kosasih Padmawinata. Bandung: Penerbit ITB. Saifudin,A. Rahayu, Viesa, T. H. (2011) Standarisasi Bahan Obat Alam. Submitted: 2 December 2019 Pertama. Edited by Graha Ilmu. Yogyakarta. Sangi,M.,M.R.J.Runtuwene., H.E.I Simbala, V. M. . M. (2008) ‘Analisis Fitokimia Tumbuhan Obat di kabupaten Minahasa Utara’, 1, pp. 47–53. Sani,R.N, Nisa,F.C, Andriani, R.D & Maligan, J. . (2014) ‘Analisis Rendemen dan Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Mikro Alga Laut Tetraselmi chuii’, Jurnal Pangan dan Agroindustri, Vol.2, pp. 121– 126. Simare, E. . (2014) ‘Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Gatal (Laportea decumana (Roxb.)Wedd’, PHARMACY, Vol.11 No. Suhartati, R & Rozigin, D. . (2017) ‘Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus) Terhadap Bakteri (Streptococcus pyogenes.’, Kesehatan Bakti Tunas Husada, Vol.17 No. Tursiman, Ardiningsi, P. dan N. (2012) ‘Total Fenol Fraksi Etil Asetat dari Buah Asam Kandis (Garcinia dioica Blume)’, JKK. Yuda,PES, C. E. dan W. N. I. P. Y. (2017) ‘Skrining Fitokimia dan Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak Tanaman Patikan Kebo (Euporbia hirta L)’, Medicamento, 3 No.2. Revised : 17 January 2020 Accepted : 27 February 2020 58