Uploaded by aisyahhaza.n.s

45084379-01-Analisis-Indeks-Vegetasi-Menggunakan-Citra-Alos

advertisement
ANALISIS INDEKS VEGETASI MENGGUNAKAN CITRA ALOS� AVNIR-2 DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG� UNTUK EVALUASI TATA RUANG KOTA DENPASA� 1)
A. Rahman As-syakur 1) 2) dan I.W. Sandi Adnyana 1) 2� Center for Remote Sensing and Ocean Science (CReSOS) Universitas Udayan� 2)
Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) Universitas Udayan� Email: [email protected] dan [email protected]� Abstrac� High population density is the main factor in environmental problems, where the hig� speed of human growth caused the vegetation area became deminishing. The aims of thi� research was to functionized the ALOS/AVNIR-2 image satellites and GIS to calculate th� percentage of vegetation in Denpasar city with three index vegetation formulas: NDVI� SAVI dan MSAVI in order to get one formula to build the distribution map based on th� percentage of vegetation. This map was used to evaluate the urban planning map 2003 i� Denpasar city. Result showed that there was relationships between vegetation index o� ALOS/AVNIR-2 images and percentage of vegetations, where the vegetation index of NDV� and SAVI had the highest coefficient determination. The formula of “Percentage Vegetatio� = 132.71 (NDVI)2 + 3.461 (NDVI) + 5.6775” was used to generate the percentag� distribution vegetation map. Based on that map, the dominant vegetation distribution foun� in settlement area (with percentage vegetation area) lower than 25%. The urban plannin� for green open area “KDB” 0% was dominated by the area which had a percentage o� vegetation between 25-50% and 50-75%. In the other hand, the urban planning for “Tahura”� was dominated by the area which had a percentage of vegetation of more than 75%� Key word: vegetation index, percentage vegetation, urban planning, ALOS/AVNIR-� 1� Pendahulua� Berdasarkan UU No. 26 tahun 2007 Tentan� Penataan� Ruang� bahwa� suatu� wilayah� kot� diwajibkan memiliki ruang terbuka hijau minimal 30� dari luas kota dan minimal 20% adalah ruang terbuk� hijau� publik.� Seiring� dengan� peningkatan� jumla� urbanisasi� dan� peningkatan� jumlah� pendudu� menyebabkan� semakin� tingginya� perubaha� penggunaan� lahan� yang� mengakibatka� berkurangnya jumlah tutupan lahan oleh vegetas� khususnya� di� daerah� perkotaan,� keadaan� in� menyebabkan menurunnya kualitas lingkungan d� daerah perkotaan (Dardak, 2006)� Faktor� yang� sangat� penting� dalam� permasa� lahan lingkungan adalah besarnya populasi manusia� Pertumbuhan penduduk merupakan faktor utam� yang mempengaruhi perkembangan pemukiman da� kebutuhan� prasarana� dan� sarana� (Tinambunan� 2006). Jumlah penduduk di kota Denpasar pada tahu� 2007 telah mencapai 608.595 jiwa dengan tingka� pertumbuhan rata-rata per tahun 3.34 % (BPS, 2008)� Tingginya� laju� pertumbuhan� penduduk� tersebu� dapat� menyebabkan� semakin� terdesaknya� alokas� ruang untuk vegetasi yang mempunyai fungsi sanga� penting di daerah perkotaan� Vegetasi perkotaan dapat mempengaruhi udar� disekitarnya secara langsung maupun tidak langsun� dengan cara merubah kondisi atmosfer lingkunga� udara (Nowak� et al., 1998). PP RI No.63/200� menyebutkan bahwa fungsi vegetasi di perumaha� ditekankan sebagai penyerap CO2, penghasil oksigen� penyerap� polutan� (logam� berat,� debu,� belerang)� peredam kebisingan, penahan angin dan peningkata� keindahan.� Kondisi� dan� keberadaan� vegetasi� d� daerah perkotaan dapat diketahui dengan berbaga� pendekatan,� salah� sataunya� adalah� pemanfaata� penginderaan� jauh� dengan� melihat� nilai� indek� vegetasi (Yunhao, et al., 2005)� 1
Jurnal Bumi Lestari, Volume 9 No. 1, Februari 2009, hlm. 1 - 1�
Nilai� indeks� vegetasi� dapat� memberika� informasi tentang persentase penutupan vegetasi� indeks tanaman hidup (Leaf Area Index), biomass� tanaman,� fAPAR� (fraction� of� Absorbe� Photosynthetically Active Radiation), kapasita� fotosintesis� dan� estimasi� penyerapan� karbo� dioksida (CO2) (Horning, 2004; Ji and Peters, 2007)� Nilai indeks vegetasi merupakan suatu nilai yan� dihasilkan dari persamaan matematika dari beberap� band yang diperoleh dari data penginderaan jau� (citra). Band-band tersebut biasanya adalah ban� merah (visible) dan band infra merah dekat (Nea� Infra Red)� Pemanfaatan citra satelit dengan resolusi spasia� yang tinggi sangat diperlukan di daerah perkotaa� yang mempunyai tingkat kergaman tutupan laha� yang heterogen (Liang� et al., 2007). Penelitia� sebelumnya yang dilakukan oleh Yüksel, et al. (2008� menyimpulkan bahwa pemanfaatan citra Landsa� dengan resolusi spasial 30m sangat efektif untu� mengklasifikasi daerah dengan tutupan lahan yan� homogen, akan tetapi keakurasiannya untuk daera� yang heterogen berkurang. ALOS (Advanced Lan� Observing Satellite) merupakan satelit jenis bar� yang dimiliki oleh Jepang setelah dua sateli� pendahulunya yaitu JERS-1 dan ADEOS. ALOS yan� diluncurkan pada tanggal 24 Januari 2006 mempunya� 5 misi utama yaitu untuk kepentingan kartografi� pengamatan regional, pemantauan bencana alam� penelitian sumberdaya alam dan pengembanga� teknologi (JAXA, 2005). Satelit ALOS denga� sensor AVNIR-2 (Advanced Visible and Nea� Infrared Radiometer type-2) memiliki resolusi spasia� 10 m diharapakan dapat menganalisa daerah-daera� yang mempunyai tutupan lahan yang heterogen� Penginderaan jauh tidak pernah lepas dar� Sistem Informasi Geografi (SIG). Data-data spasia� hasil penginderaan jauh merupakan salah satu dat� dasar yang dipergunakan dalam analisis SIG. Dala� perkembangannya data-data SIG juga berguna dala� pengolahan data pengideraan jauh (Barus da� Wiradisastra, 2000). Integrasi antara data spasial da� data atribut dalam suatu sistem terkomputerisasi yan� bereferensi geografi merupakan keunggulan SIG� Pengolahan data penginderaan jauh dengan meman� faatkan SIG diharapkan mampu memberikan informas� secara cepat dan tepat sehingga segera dapa� digunakan untuk keperluan analisis dan manipulasi� Melihat permasalah di atas, perlu dilakuka� suatu pemantauan tutupan lahan secara cepa� dengan memanfaatkan teknologi yang ada sepert� teknologi penginderaan jauh dan Sistem Infomas� Geografi (SIG). Tujuan dari penelitian ini adala� untuk mengetahui kemampuan citra ALOS/AVNIR-� dalam mendeteksi vegetasi yang dihubungka� dengan persentase vegetasi dengan menggunaka� Sistem Informasi Geografi (SIG) dan juga untu� mengevaluasi peta tata ruang Kota Denpasar tahu� 2003 berdasarkan peta sebaran persentase vegetas� yang diperoleh dari citra ALOS/AVNIR-2� 2� Metodolog� 2.� Lokasi Penelitia� Penelitian ini dilakukan di Kota Denpasar yan� terletak diantara 08°35’31" - 08°44’49" Lintan� Selatan dan 115°10’23" - 115°16’27" Bujur Timu� (Gambar 1), dengan luas wilayah 125,95 km2 ata� 12.595 ha. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mare� tahun 2008� Denpasa
BALI
Gambar 1. Lokasi penelitia�
2
A. Rahman, dkk. : Analisis Indeks Vegetasi Menggunakan Citra Alos/Avnir-2 ....�
2.� Data dan Perangkat Luna� Data yang digunakan dalam penelitian in� adalah data hasil transek lapangan persentas� vegetasi yang dilakukan pada bulan September 200� (Diarniti, 2007), citra ALOS AVNIR-2 hasil perekama� tanggal 26 Oktober 2006 yang di peroleh dari CReSO� UNUD (Center for Remote Sensing and Ocea� Science Udayana University). Peta tata ruang kot� Denpasar� tahun� 2003� di� peroleh� dari� Dina� Lingkungan Hidup Kota Denpasar (Gambar 2)� 2.� Deskripsi Citra ALOS/AVNIR-� ALOS/AVNIR-2 (Advanced Land Observin� Satellite/Advanced Visible and Near Infrare� Radiometer type 2) merupakan citra yang digunaka� untuk mengobservasi daratan dan pantai khususny� untuk menghasilkan peta tutupan lahan dan pet� penggunaan lahan dalam memonitoring perubaha� lingkungan (JAXA, 2007). Adapun karakteristik citr� ALOS/AVNIR-2 dapat dilihat pada Tabel 1� Gambar 2. Peta tata ruang Kota Denpasar tahun 200� Perangkat lunak untuk analisis digital indek� vegetasi� adalah� ArcView� 3.3� dengan� bantua� extensions Spatial Analyst dan ArcGIS 9.2, sedangka� untuk analisis statistik digunakan perangkat luna� Microsoft Excel 2003. Struktur data SIG yan� digunakan adalah struktur data raster dengan pixe� 10m.
Tabel 1. Karakteristik Citra ALOS/AVNIR-� (JAXA, 2007� Jumlah Ban� Panjang Gelomban� Resolusi Spasia� Band � Band � Band � Band � � � 0.42 – 0.50 � � � 0.52 – 0.60 � � � 0.61 – 0.69 � � � 0.76 – 0.89 � � 10 mete� 3
Jurnal Bumi Lestari, Volume 9 No. 1, Februari 2009, hlm. 1 - 1�
2.� Prosedur Penelitia� Penelitian ini menggunakan 3 Indeks Vegetas� yaitu NDVI (Normalized Difference Vegetatio� Index), SAVI (Soil Adjusted Vegetation Index) da� MSAVI (Modified Soil Adjusted Vegetation Index)� Adapun persamaan dari ketiga indeks vegetas� tersebut adalah� NDVI = ρ 2 - ρ1
ρ 2 + ρ1
SAVI = (1 + L) ( ρ 2 - ρ1 )
ρ 2 + ρ1 + L
1
MSAVI= (2ρ2 +1- (2ρ2 +1)2 -8(ρ2 - ρ1 )
2
Dimana� ñ1 � Band Mera� ñ2 � Band Infra Merah Deka� � � Faktor� Kalibrasi� Tanah� adalah� 0.� (Huete and Liu, 1994� dalam� Jensen� 2000� Sebelum dilakukan proses overlay dengan k� tiga indeks vegetasi tersebut, terlebih dahul� dilakukan proses konversi data dari data berbentu� image menjadi data berbentuk grid pada progra� ArcGIS.� Selanjutnya� proses� overlay� (spatia� calculation) dan pembuatan layout peta dilakuka� pada program ArcView. Setelah dilakukan prose� overlay, dilakukan proses regresi untuk mencar� hubungan antara nilai indeks vegetasi denga� persentase� vegetasi,� persamaan� regresi� yan� mempunyai nilai koefisien determinasi terbesa� digunakan sebagai persamaan untuk menghasilka� peta sebaran persentase vegetasi di kota Denpasar� 3� Hasil dan Pembahasa� 3.� Analisis Indeks Vegetas� Korelasi� positif� yang� ditunjukkan� oleh� hasi� penelitian antara nilai indeks vegatasi denga� presentase vegetasi menunjukkan adanya hubunga� antara nilai indeks vegetasi yang diperoleh dari citr� ALOS/AVNIR-2 dengan persentase tanaman. Indek� vegetasi NDVI dan SAVI menghasilkan keakurasia� hubungan yang lebih baik dibandikan metode MSAV� dimana koefisien determinasi dari metode NDVI da� 0
Nilai Digital
255
Gambar 3. Band merah (a) dan band infra merah dekat (b) dari citra ALOS/AVNIR-� 4
A. Rahman, dkk. : Analisis Indeks Vegetasi Menggunakan Citra Alos/Avnir-2 ....�
SAVI adalah 0.7962 sedangkan metode MSAVI adala� 0.7782 (Gambar 4). Semakin meningkatnya nilai indek� vegetasi� yang� diperoleh� dari� ketiga� persamaa� tersebut dengan semakin meningkatnya persentas� y = 132.71x2 + 3.461x + 5.6775
R2 = 0.7962
NDVI
tutupan vegetasi menunjukkan semakin akuratny� hubungan antara indeks vegetasi dengan persentas� vegetasi.� Sebaran� vegetasi� dapat� dilihat� pad� Gambar 5 untuk NDVI, SAVI, dan MSAV� 100
100
80
60
40
20
0
0.0000 0.1000 0.2000 0.3000 0.4000 0.5000 0.6000 0.7000 0.8000
Persentase Vegetasi (%)
Persentase Vegetasi (%)
y = 59.49x2 + 2.2752x + 5.6775
R2 = 0.7962
SAVI
80
60
40
20
0
0.0000
0.2000
0.4000
0.6000
0.8000
1.0000
1.2000
Indeks Vegetasi
Indeks Vegetasi
y = 129.13x2 - 25.753x + 5.7122
R2 = 0.7782
MSAVI
Persentase Vegetasi (%)
100
80
60
40
20
0
0.0000
0.2000
0.4000
0.6000
0.8000
1.0000
Indeks Vegetasi
Gambar 4. Hubungan antara indeks vegetasi dengan persentase tutupan vegetasi dengan NDVI (a)�
SAVI (b), dan MSAVI (c�
SAVI
NDVI
0
Indeks Vegetasi
Indeks Vegetasi
1
0
Indeks Vegetasi
0
MSAVI
1.48
1
Gambar 5. Hubungan antara Indeks vegetasi dengan persentasi vegetasi dengan NDVI (a), SAVI (b)�
dan MSAVI (c�
5
Jurnal Bumi Lestari, Volume 9 No. 1, Februari 2009, hlm. 1 - 1�
Penelitian-penelitian sebelumnya menunjuka� bahwa nilai indeks vegetasi yang diperoleh dar� persamaan NDVI berhubungan erat dengan fAPA� (fraction of Absorbed Photosynthetically Activ� Radiation) (Myneni and Williams, 1994), berkorelas� kuat dengan LAI dan biomassa pada monokultu� (Aparicio� et al., 2002) dan sensitif terhada� kandungan klorofil (Zavaleta,� et al., 2003). Hasi� penelitian Diarniti (2006) dengan menggunakan citr� Landsat ETM+ menunjukkan bahwa hubunga� antara indeks vegetasi dengan persentase tanama� di Kota Denpasar juga tinggi dimana koefisie� deteminasi 0.8773 dengan menggunakan persamaa� NDVI,� koefisien� determinasi� 0.8795� denga� menggunakan persamaan SAVI dan dengan koefisie� determinasi 0.7846 saat menggunakan persamaa� MSAVI. NDVI merupakan suatu persamaan yan� paling umum digunakan untuk mencari nilai indek� vegetasi dimana NDVI memiliki sensitivitas yan� tinggi terhadap perubahan kerapatan tajuk vegetas� dibandingkan indeks vegetasi lainnya (Ray, 1995� sedangkan SAVI dan MSAVI adalah persamaan yan� memasukkan faktor kalibrasi tanah dalam prose� perhitungannya, menurut Gong et al., (2003) SAV� dan� MSAVI� adalah� suatu� persamaan� yan� dikembangkan untuk mendapatkan nilai indek� vegetasi dengan menghilangkan faktor tanah. Ra� (1995) mengatakan bahwa persamaan NDVI sanga� cocok digunakan pada daerah dengan vegetasi rapa� sedangkan pada daerah dengan sebaran vegetas� jarang� penggunaan� persamaan� SAVI� sanga� disarankan. Campbell (2002) mengungkapkan bahw� nilai-nilai dari indeks vegetasi selain dipengaruh� oleh kondisi tanaman itu sendiri juga dipengaruh� oleh sudut pantulan cahaya dari objek yang diterim� sensor, pantulan tanah, dan perubahan atmosfer� ALOS/AVNIR-2� merupakan� citra� yan� mempunyai� resolusi� spasial� 10� m� sehingg� mempunyai kemampuan untuk membedakan tutupa� vegetasi pada kisaran area 10 m × 10 m. Menurut L� et al., (2008), resolusi spasial yang tinggi dari dat� penginderaan� jauh� sangat� penting� untu� membedakan vegetasi pada daerah yang memilik� tingkat tutupan lahan heterogen sehingga dapa� dihindari kesalahan-kesalahan interpretasi da� analisis akibat dari penggabungan objek dari sebua� pixel. Kesalahan koreksi geometrik merupakan sala� satu kesalahan yang sering terjadi pada citra-citr� yang beresolusi tinggi. Pergeseran pixel akibat dar� kesalahan koreksi geometrik akan berdampak pad� kesalahan analisis pixel yang akan mempengaruh� hasil analisa citra tersebut� 3.� Analisis Persentase Vegetasi Berdasarka� Peta Tata Ruang Denpasar Tahun 200� Untuk� mendapatkan� suatu� peta� sebara� persentase vegetasi maka digunakan persamaan yan� diperoleh dari hubungan antara nilai indeks vegetas� dari NDVI dengan persentase vegetasi. Adapu� persamaan yang digunakan adalah� Persentase Vegetas� =132.71 (NDVI)2 + 3.461 (NDVI� + 5.677� Berdasarkan peta tata ruang Kota Denpasar da� hasil estimasi persentase vegetasi dari citra ALOS� AVNIR-2 serta analisis dengan menggunakan Siste� Informasi Geografi (SIG) menunjukkan bahwa lua� tutupan vegetasi di Kota Denpasar pada tahun 200� adalah 4789.55 ha atau 38.027 % dari luas Kot� Denpasar dengan keberadaan tutupan awan pad� citra tersebut seluas 763.63 ha atau 6.063 % dari lua� Kota� Denpasar.� Tahura� merupakan� alokas� peruntukan tata ruang yang paling luas memilik� tutupan vegetasi yaitu 70.82 % dari luas are� peruntukan tata ruangnya sedangkan peruntukka� tata ruang rumah sakit merupakan daerah yan� memiliki tutupan vegetasi terendah yaitu 5.338 � dari luas area peruntukkan tata ruang (Gambar 6 da� Tabel 2)� Gambar 6. Peta tutupan vegetasi Kota Denpasar
tahun 2006
6
A. Rahman, dkk. : Analisis Indeks Vegetasi Menggunakan Citra Alos/Avnir-2 ....�
Tabel 2. Luas area, luas tutupan vegetasi, persentase tutupan vegetasi dan luas tutupan awa�
pada masing peruntukkan tata ruang�
Peruntukan Tata Ruang
Pemukiman Campuran
Kawasan Pemukiman
Kawasan Perdagangan Kota
Tahura
Ruang Terbuka Hijau KDB=30%
TPA Sampah
Ruang Terbuka Hijau KDB 0%
Kantor Pemerintahan
Akomodasi Pariwisata
Pendidikan Tinggi
Kawasan Perdagangan Grosir
Teriminal Penumpang
Terminal Cargo
Rumah Sakit
Lapangan Olahraga
Kuburan
Rekreasi
Kawasan Perdagangan Lingkungan
Zone Industri Kecil & Aneka Industri
(Limbah Berpolusi)
Total
Tutupan Awan
Luas Area
(ha)
Luas
Tutupan
vegetasi (ha)
Pesentase
Tutupan
vegetasi (%)
1546.83
5079.02
409.91
694.45
1490.79
30.05
1865.28
230.66
1014.52
17.08
82.07
22.73
8.05
10.49
41.79
10.11
5.80
7.09
299.75
1621.92
27.63
491.81
759.00
11.33
1160.58
69.74
283.37
5.60
17.27
6.85
2.69
0.56
8.75
6.98
1.74
0.50
19.38
31.93
6.74
70.82
50.91
37.70
62.22
30.24
27.93
32.79
21.04
30.14
33.42
5.34
20.94
69.04
30.00
7.05
111.58
357.16
110.31
87.71
48.61
29.11
14.30
1.55
3.30
-
7.21
7.03
26.91
5.88
2.61
12.620
17.42
6.82
31.46
-
28.28
13.48
47.67
-
-
12595.00
4789.55
38.03
763.63
Penelitian ini membagi 4 kategori persentas� vegetasi berdasarkan persentase tutupannya yait� persentase vegetasi yang kurang dari 25%, 25-50%� 50-75%, dan persentase vegetasi yang lebih dar� 75%. Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahw� persentase vegetasi yang kurang dari 25% merupaka� yang paling dominan yaitu 24.786% dari luas Kot� Denpasar� atau� 65.179%� dari� luas� area� yan� bevergetasi atau seluas 3121.79 ha. Selanjutny� diikuti oleh daerah yang memiliki persentase vegetas� 25-50% seluas 994.98 ha atau 7.9% dari luas Kot� Denpasar atau 20.774% dari luas area bervegetasi� Persentase vegetasi 50-75% mempunyai luas 470.8� ha atau 3.738% dari luas Kota Denpasar atau 9.83� Luas (ha)
Persen (%)
6.06
dari luas area bervegetasi, sedangkan persentas� vegetasi yang lebih besar dari 75% hanya selua� 201.99 ha atau 1.604% dari luas Kota Denpasar ata� 4.207% dari luas areal bervegetasi. Peruntukkan tat� ruang� untuk� Tahura� memiliki� daerah� denga� persentase vegetasi lebih dari 75% terluas yaitu 93.6� ha, peruntukkan tata ruang untuk Ruang Terbuk� Hijau KDB 0% memiliki daerah terluas untuk daera� yang memiliki persentase vegetasi 50-75% dan 25� 50% yaitu masing-masing seluas 166.3 ha dan 284.4� ha,� sedangkan� peruntukkan� tata� ruang� untu� pemukiman memiliki daerah dengan persentas� vegetasi kurang dari 25% terluas yaitu 1206.22 h� (Gambar 7 dan Tabel 3)� 7
Jurnal Bumi Lestari, Volume 9 No. 1, Februari 2009, hlm. 1 - 1�
Gambar 7. Peta sebaran vegetasi berdasarkan
persentase tutupannya di Kota Denpasar tahun 2006
Tanaman sebagai komponen kehidupan bioti� dan� produsen� primer� dalam� rantai� makana� bermanfaat penting bagi manusia dan mahluk hidu� lainnya. Proses fotosintesis yang dilakukan ole� tumbuhan akan merombak energi matahari menjad� energi kimia yang berbentuk karbohidrat. Proses in� merupakan proses alami yang menggunakan CO2 da� H2O sebagai bahan bakunya dengan hasil lain selai� karbohidrat adalah O2. CO2 merupakan salah sat� gas yang berbahaya bagi manusia sedangkan O2
merupakan gas yang sangat penting bagi kehidupa� manusia dan hewani lainnya. Vegetasi sebaga� pengendali tingkat pencemar udara perkotaan selai� berperan sebagai penyediaan oksigen dan penyera� karbon dioksida, juga berperan sebagai pelindun� terhadap asap dan gas beracun, serta penyarin� udara kotor dan debu. Soenaryo (1996)� dala� Slamet (2003) menyebutkan bahwa setiap jam, 1 h� daun-daun tumbuhan hijau mampu menyerap 8 k� CO 2 ,� jumlah� ini� sama� dengan� jumlah� CO 2
yang dihembuskan oleh + 200 orang manusia dala� waktu yang bersamaan, sedangkan menurut Wol� (1998), 2 pohon yang sehat cukup untuk mensupla� kebutuhan� oksigen� seorang� manusia� setia� tahunnya� Tabel 3. Persentase vegetasi untuk tiap-tiap peruntukkan tata ruan� Persentase Vegetasi
Peruntukan Tata Ruang
<25%
Luas (ha)
Pemukiman Campuran
Kawasan Pemukiman
Kawasan Perdagangan Kota
Tahura
Ruang Terbuka Hijau KDB=30%
TPA Sampah
Ruang Terbuka Hijau KDB 0%
Kantor Pemerintahan
Akomodasi Pariwisata
Pendidikan Tinggi
Kawasan Perdagangan Grosir
Teriminal Penumpang
Terminal Cargo
Rumah Sakit
Lapangan Olahraga
Kuburan
Rekreasi
Kawasan Perdagangan Lingkungan
Zone Industri Kecil & Aneka Industri
(Limbah Berpolusi)
Total Tutupan Lahan
Rata-rata dari Luas Area
245.88
1206.22
24.72
153.63
491.03
5.00
663.88
55.43
226.98
4.46
15.05
6.10
2.04
0.55
7.20
4.55
0.92
0.48
Persen
82.028
74.370
89.468
31.238
64.694
44.131
57.202
79.481
80.100
79.643
87.145
89.051
75.836
98.214
82.286
65.186
52.874
96.000
25-50%
Luas
Persen
(ha)
50-75%
Luas
Persen
(ha)
39.44
284.01
2.04
137.60
182.78
2.81
284.47
10.68
42.19
0.81
1.87
0.66
0.34
0.01
0.67
1.39
0.12
0.02
9.23
101.33
0.38
106.95
66.22
2.19
166.30
2.94
12.05
0.26
0.22
0.09
0.14
0.01
0.66
0.02
-
3.079
6.248
1.375
21.746
8.725
19.329
14.329
4.216
4.252
4.643
1.274
1.314
5.204
0.114
9.456
1.149
-
13.158
17.511
7.383
27.978
24.082
24.801
24.511
15.314
14.889
14.464
10.828
9.635
12.639
1.786
7.657
19.914
6.897
4.000
>75%
Luas
(ha)
5.20
30.36
0.49
93.63
18.97
1.33
45.93
0.69
2.15
0.07
0.13
0.17
0.87
0.38
0.68
-
Persen
1.735
1.872
1.773
19.038
2.499
11.739
3.958
0.989
0.759
1.250
0.753
6.320
9.943
5.444
39.080
-
7.67
56.899
3.05
22.626
1.82
13.501
0.94
6.973
3121.79
65.179
994.96
20.774
470.81
9.830
201.99
4.217
24.786
7.900
3.738
1.604
8
A. Rahman, dkk. : Analisis Indeks Vegetasi Menggunakan Citra Alos/Avnir-2 ....�
Perkembangan kota yang memiliki pusa� pemanfaatan� lahan� yang� berbeda-bed� mengakibatkan perbedaan tingkatan dan karakteristi� pencemaran udara yang terjadi pada masing-masin� kawasan. Sarana transportasi merupakan sumbe� utama polusi udara di Kota Denpasar (PPLH UNUD� 2007), oleh karena itu kawasan-kawasan sepert� terminal penumpang, terminal cargo, kawasa� pemukiman campuran, TPA sampah dan zone industr� kecil & aneka industri merupakan daerah-daerah yan� berpotensi menghasilkan polutan yang tingg� sehingga keberadaan vegetasi di kawasan-kawasa� tersebut sangat diperlukan� Vegetasi di perkotaan dapat mengubah kondis� lingkungan sekitarnya dengan mempengaruh� kualitas udara yaitu dengan cara menurunkan suh� udara, mengurangi kandungan gas-gas pencemar� mengurangi pengaruh energi yang dipantulkan ole� bangunan (Nowak, 2000), menahan laju angi� (Nowak� et al., 1998) dan mengurangi tingka� kebisingan (Grey dan Deneke, 1978). Vegetasi dapa� mengurangi amplitudo suhu harian yang dikarenaka� keberadaan tajuk vegetasi mampu mengurangi radias� sinar matahari bagi lingkungan di bawahnya, selai� itu kelembaban yang disebabkan oleh transpiras� vegetasi dapat mempengaruhi kelembaban bag� lingkungan disekitarnya, hal ini senada seperti yan� diungkapkan oleh Hirano� et al. (2003) bahw� vegetasi dapat mengendalikan panas di daera� perkotaan yang diakibatkan oleh efek� urban hea� island pada siang hari sebesar 1.5 oC. Penuruna� suhu yang disebabkan oleh keberadaan vegetasi� pohon� juga� akan� menyebabkan� penuruna� kandungan ozon (O3) di udara (Nowak et al., 2000)� Pengendalian� kebisingan� oleh� vegetas� dilakukan dengan cara meredam atau mengabsorps� gelombang suara oleh dedaunan, cabang, sert� ranting dari berbagai strata tanaman. Menurut Gre� dan Deneke (1978), pohon yang paling efekti� meredam suara ialah yang bertajuk tebal karen� dedaunan tanaman dapat menyerap kebisinga� sampai 95 persen. Hal ini perlu diketahui karena pad� peruntukan lahan kawasan pemukiman, ruang teruk� hijau dan pendidikan tingkat kebisingan suda� melampaui baku mutu lingkungan (PPLH UNUD� 2007)� Vegetasi� pada� kawasan� pemukiman� jug� berfungsi sebagai peresap air masuk kedalam tana� sehingga� mampu� mengendalikan� laju� alira� permukaan dan banjir serta berfungsi sebaga� pemberi estetis yaitu meningkatkan kenyamanan da� keindahan lingkungan yang diharapkan mamp� menstimulasi kreativitas dan produktivitas warga� Tahura merupakan hutan lindung yang berpera� sebagai� hutan� kota� di� Denpasar� yang� fungs� utamanya adalah sebagai tempat konservasi tanama� mangrove dan satwa-satwa lainnya. Selain berfungs� sebagai tempat konservasi, hutan kota juga berpera� penting dalam mengurangi jumlah pencemaran udar� seperti yang diungkapkan oleh Nowak (2000) bahw� hutan kota yang lebat yang posisinya berdekatan� berdampingan dengan kota dapat mengurang� kandungan polutan ozon sebesar 15%, NO2 sebesa� 8%, CO sebesar 0.05% dan SO2 sebesar 17% setia� harinya� 4� Simpula� Nilai indeks vegetasi dari citra ALOS/AVNIR-� mempunyai hubungan dengan persentase tutupa� vegetasi dimana nilai indeks vegetasi dari NDVI da� SAVI mempunyai koefisien determinasi yang palin� tinggi� Untuk� mendapatkan� suatu� peta� sebara� persentase vegetasi maka digunakan persamaan yan� diperoleh dari hubungan antara nilai indeks vegetas� dari NDVI dengan persetase vegetasi, diman� persamaan tersebut adalah: Persentase Vegetasi � 132.71 (NDVI)2 + 3.461 (NDVI) + 5.6775� Luas tutupan vegetasi di Kota Denpasar pad� tahun 2006 adalah 4789.55 ha atau 38.027 % dari lua� Kota Denpasar dimana peruntukkan tata ruan� pemukiman merupakan daerah terluas memilik� tutupan vegetasi, sedangkan peruntukan tata ruan� Tahura adalah daerah terluas yang masih terjag� tutupan vegetasinya yaitu 70.82 % dari luas are� peruntukan tata ruangny� Peruntukkan� tata� ruang� untuk� kawasa� pemukiman mendominasi daerah yang memilik� tutupan� vegetasi� dengan� persentase� vegetas� kurang dari 25%. Peruntukkan tata ruang untuk ruan� terbuka hijau KDB 0% didominasi oleh vegetas� dengan persentase vegetasi 25-50% dan 50-75� sedangkan Peruntukkan tata ruang untuk Tahur� didomonasi oleh vegetasi yang memiliki persentas� vegetasi lebih dari 75%� Ucapan Terimakas� Kami mengucapkan terimakasih kepada sense� (Alm.) Prof. Yasuhiro Sugimori atas ijinnya dala� memanfaatkan data ALOS/AVNIR-2. Semoga ilmu� ilmu yang telah sensei hasilkan dan berikan bergun� untuk semua orang. Selamat jalan sensei� 9
Jurnal Bumi Lestari, Volume 9 No. 1, Februari 2009, hlm. 1 - 1�
Daftar Pustak� Aparicio, N., D. Villegas, J.L. Araus, J. Casadesus. C. Royo, 2002. “Relationship between Growth Traits an� Spectral Vegetation Indices in Durum Wheat”. Crop Science, 42, 1547-1555� Barus, B., dan U.S. Wiradisastra. 2000.� Sistem Informasi Geografi; Sarana Manajemen Sumberdaya� Laboraturium Pengindraan Jauh dan Kartografi Jurusan Tanah Fakultas Pertanian IPB. Bogor� BPS. 2008. Denpasar dalam Angka 2008. Badan Pusat Statistik. Denpasa� Campbell, J.B. 2002. Introduction to Remote Sensing; Third Edition. The Guilford Press. New Yor� Dardak, A.H. 2006. “Peran Penataan Ruang dalam Mewujudkan Kota Berkelanjutan di Indonesia”. Semina� Penataan Ruang Berbasis Aspek Ekologis untuk Mewujudkan Kota Berkelanjutan. Jakarta� Diarniti, N.M. 2007. Monitoring of the Vegetation Coverage Using Vegetation Index in Denpasar Durin� 1994 – 2003 (Thesis). Master Program. Study Program of Environmental Science Post Graduat� Program Udayana University. Denpasar� Gong, P., R. Pu, G.S. Biging and M.R. Larrieu, 2003. “Estimation of Forest Leaf Area Index Using Vegetatio� Indices Derived from Hyperion Hyperspectral Data”. IEEE Transactions on Geoscience and Remot� Sensing, 41, No 6� Grey, G.W. and F.J. Deneke. 1986. Urban Forestry; Second Edition. Krieger Publishing Company. Florida� USA.
Hirano, Y., Y. Yasuoka, and T. Ichinose. 2003. Evaluation of Vegetation Effect on Urban Climate by Couple� Simulation of Satellite Remote Sensing and Local Meteorological Model. National Institute fo� Environmental Studies. Tsukuba-Japan� Horning, N. 2004. Global Land Vegetation; An Electronic Textbook. NASA Goddard Space Flight Cente� Earth Sciences Directorate Scientific and Educational Endeavors (SEE). http://www.ccpo.odu.edu� SEES/veget/vg_class.htm. Dikunjungi pada tanggal 27 Desember 2007� JAXA. 2007. ALOS; User Handbook. Earth Observation Research Center. Japan Aerospace Exploratio� Agency. Japa� Jensen, J.R. 2000. Remote Sensing of the Environmental Earth Resource Perspective. Prentice Hall. Ne� Jersey-USA� Ji, L., A.J. Peters. 2007. “Performance Evaluation of Spectral Vegetation Indices Using a Statistical Sensitivit� Function”. Remote Sensing of Environmental, 106, 59 -6� Kementerian Hukum dan HAM RI. 2007.� Undang-undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 200� Tentang Penataan Ruang. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68. Kementeria� Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. http://www.bpkp.go.id/unit/hukum/uu/2007� 026-07.pdf. Dikunjungi pada tanggal 28 Februari 200� Li, F., W.P. Kustas, M.C. Anderson, J.H. Prueger, & R.L. Scott. 2008. “Effect of Remote Sensing Spatia� Resolution on Interpreting Tower-Based Flux Observations”. Remote Sensing of Environment, 112� 337–349� Liang, S., T. Zheng, D. Wang, K. Wang, R. Liu, S. Tsay, S. Running, & J. Townshend. 2007. “Mapping High� Resolution Incident Photosynthetically Active Radiation over Land from Polar-Orbiting and Ge� stationary Satellite Data”. Photogrammetric Engineering & Remote Sensing. 1085-1089� Nowak, D.J., K.L. Civerolo, S.T. Rao, G. Sistla, C.J. Luley, and D.E. Crane. 2000. “A Modeling Study of th� Impact of Urban Trees on Ozone”. Atmospheric Environment, 34. 1601-161� 10
A. Rahman, dkk. : Analisis Indeks Vegetasi Menggunakan Citra Alos/Avnir-2 ....�
Nowak, D.J. 2000. The Effects of Urban Trees on Air Quality. USDA Forest Service. New York-US� Nowak, D.J., P.J. McHale, M. Ibarra, D. Crane, J.C. Stevans, and C.J. Luley. 1998. “Modeling the Effects o� Urban Vegetation on Air Pollution”. Air Pollution Modeling and Its Application, 12. 399-40� Myneni, R.B., & D. L. Williams. 1994. “On the Relationship between FAPAR and NDVI”. Remote Sensing o� Environment, 49, 200-211� PPLH UNUD. 2007.� Status Lingkungan Hidup Kota Denpasar. Pusat Penelitian Lingkungan Hidu� Universitas Udayana. Denpasa� Purwadhi, S.H. 2001. Interpretasi Citra Digital. Gramedia Widiarsana Indonesia. Jakarta� Ray, T.W. 1995. A FAQ on Vegetation in Remote Sensing. Division of Geological and Planetary Science� California Institute of Technology. California-US� Sesneg RI. 2002. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2002 Tentang Hutan Kota� Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 119. Sekretaris Negara Republik Indonesia� http://www.bpkp.go.id/unit/hukum/pp/2002/063-02.pdf. Dikunjungi pada tanggal 15 Juni 200� Slamet, L. 2003. Ruang Terbuka Hijau di Jakarta. Bidang Aplikasi Klimatologi dan Lingkungan LAPAN� Bandung� Tinambunan, R.S. 2006. Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Di Kota Pekanbaru (Tesis). Pengelolaa� Sumber Daya Alam Dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogo� Wolf, K.L. 1998. Urban Forest Values: Economic Benefits of Trees in Cities. College of Forest Resources� Center for Urban Horticulture - University of Washington. Washington-US� Yüksel, A., A.E. Akay, & R. Gundogan. 2008. “Using ASTER Imagery in Land Use/cover Classification o� Eastern Mediterranean Landscapes According to CORINE Land Cover Project”. Sensors, 8, 1237� 1251� Yunhao, C., S. Peijun, L. Xiaobing, C. Jin, and L. Jing. 2006. “A Combined Approach for Estimating Vegetatio� Cover in Urban/Suburban Environments From Remotely Sensed Data”. Computers & Geosciences� 32, 1299–130� Zavaleta, E.S., B.D. Thomas., N.R. Chiariello, G.P. Asner, and M.R. Shaw. 2003. “Plants Reverse Warmin� Effect on Ecosystem Water Balance”. PNAS, 100, 17. 1892-1893� 11
Download