PATOFISIOLOGI DAN ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT VSD (VERTRIKULAR SEPTAL DEFECT) Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak III Program Studi S1 Keperawatan Di STIKes YPIB Majalengka Disusun oleh : Kelompok 3 1. Deren Komara P 18142011013 2. Novia Rosa K 18142011031 3. Pebri Rukmana 18142011034 4. Wawat Dindah H 18142011048 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YAYASAN PENDIDIKAN IMAM BONJOL MAJALENGKA TAHUN AKADEMIK 2020-2021 i ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Defek ini adalah kelainan jantung bawaan yang paling sering ditemukan pada anakanak dan dewasa muda.ditemukan berkisar 50% pada anak-anak dengan kelainan jantung bawaan dan 20% lesi yang terisolasi (VSD murni tanpa disertai kelainan jantung bawaan yang lain). Angka insidennya meningkat secara dramatis berkisar 1,56-53,2 per 1000 kelahiran hidup, semenjak semakin berkembangnya teknik diagnostik imaging dan skrining pada bayi (Minnete & Shan, 2006). Ukuran dari defek ini bervariasi, mulai dari sebesar pin sampai dengan tidak adanya septum ventricularis sehingga ventriculus dextra dan sinistra menjadi satu. Defek ini paling banyak ditemukan pada pars membranacea, bagian yang berdekatan dengan nodus atrioventricularis pada anak dewasa muda di Amerika Serikat (Spicer et al., 2014) Penanganan VSD selama 50 tahun ini berkembang sangat pesat baik dari segi diagnostik maupun teknik operasinya.Pengetahuan yang baik tentang anatomi dari septum interventrikularis dan embriologi bagaimana septum ini terbentuk sangat diperlukan. Maka tulisan ini akan mengkaji VSD dari aspek anatomi dari septum interventriculare dan embriologinya. 1 BAB II TINJAUAN TEORI A. Patofisiologi VSD Ventrikular Septal Defect (VSD) terjadi akibat adanya kebocoran di septum intervertikular.Kebocoran ini terjadi karena kelambatan dari pertumbuhannya. Biasanya terjadi di pars muskularis atau pars membranasea dari septum. Defek tersebut dapat terletak dimanapun pada septum ventrikel, dapat tunggal atau banyak dengan bentuk dan ukuran yang bervariasi.Kebocoran dipars muskularis biasanya kecil.Kebocoran ditempat lainnya mempunyai ukuran bermacam-macam. Pada defek yang berukuran tidak lebih dari 1 cm, terdapat perbedaan tekanan antara ventrikel kanan dan kiri.Tekanan ventrikel kiri yang lebih besar menyebabkan arus kebocoran dari kiri ke kanan (L to R Shunt). Volume darah dari ventrikel kiri ini setelah melalui defek lalu masuk ke dalam arteri pulmonalis bersama-sama darah yang berasal dari ventrikel kanan. Biasanya pada defek yang kecil ini tidak terjadi kebocoran, dengan demikian ventrikel kanan tidak mengalami beban volume dan tidak menjadi dilatasi. Jumlah darah yang mengalir melalui arteri pulmonalis akan bertambah, demikian pula vena-vena pulmonalis isinya akan bertambah dan mengalirkan darah ke atrium kiri. Kelebihan darah ini menyebabkan dilatasi dari atrium kiri.Ventrikel kiri, disamping volume darahnya yang bertambah, juga harus bekerja keras sehingga terjadi hipertrofi. Dengan kata lain arteri pulmonalis, atrium kiri dan ventrikel kiri yang mengalami kelainan pada saat ini., sehingga jantung kiri yang membesar. Bila defek itu makin besar, maka volume darah yang mengalir ke ventrikel kanan juga bertambah. Dengan bertambahnya volume darah ini, maka ventrikel kanan akan dilatasi, dan arteri pulmonalis juga bertambah lebar. Sekama sirkulasi iniberjalan lancar, tidak ada peningkatan tekanan di dalam arteri pulmonalis. Selanjutnya seperti pada ASD, lambat laun pada penderita ini pun akan terjadi perubahan-perubahan pada pembuluh darah paru-paru, yaitu penyempitan di lumen arteriarteri di perifer. Hipertensi pulmonal lebih cepat terjadi pada VSD.Dengan adanya hipertensi pulmonal ini, ventrikel kanan menjadi besar karena darah yang mengalir ke dalam arteri paru-paru mengalami kesulitan.Dengan danya resistensi yang besar pada arteri-arteri pulmonalis, maka atrium kiri yang semula dilatasi kini berkurang isinya dan kembali normal.Pada saat ini yang berperan dalam kelainan ini adalah ventrikel kanan, 2 arteri pulmonalis dengan cabang-cabangnya yang melebar terutama bagian sentral.Jadi, sekarang yang membesar terutama adalah jantung kanan.Keadaan ini mirip dengan kelainan ASD dengan Hipertensi pulmonal. Defek septum yang besar menyebabkan keseimbangan antara tekanan pada kedua ventrikel.Ada kalanya defek itu sangat besar sehingga kedua ventrikel itu menjadi satu ruangan (Single Ventricle).Arah kebocoran pada keadaan ini tergantung pada keadaan dari arteri pulmonalis dan aorta. Bila tekanan di dalam arteri pulmonalis tinggi karena adanya kelainan pada pembuluh darah paru maka darah dari ventrikel kanan akan mengalir ke dalam ventrikel kiri. Bila di dalam aorta terdapat tekanan yang tinggi, kebocoran berlangsung dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan (L to Shunt). Darah arterial dari atrium kiri masuk ke atrium kanan.Aliran tidak deras karena perbedaan tekanan atrium kiri dan kanan tidak besar (tekanan atrium kiri lebih besar dari tekanan atrium kanan).Beban pada atrium kanan, atrium pulmonalis kapiler paru, dan atrium kiri meningkat, sehingga tekanannya meningkat.Tahap katup pulmonal naik, timbul bising sistolik karena stenosis relatof katup pilmonal.Juga terjadi stenosis relative katup trikuspidal, sehingga terdengar bising diastolic. Penambahan beban atrium pulmonal bertambah, sehingga tahanan katup pulmonal meningkat dan terjadi kenaikan tekanan ventrikel kanan yang permanen,kejadian ini berjalan lambat. B. Dampak Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Dasar manusia SABS C. Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian a. Biodata Nama, umur, alamat, pekerjaan, pendidikan, agama, tanggal lahir dll. b. Riwayat kesehatan 1) Keluhan utama Keluhan orang tua pada waktu membawa anaknya ke dokter tergantung dari jenis defek yang terjadi baik pada ventrikel maupun atrium, tapi biasanya terjadi sesak, pembengkakan pada tungkai dan berkeringat banyak. 2) Riwayat penyakit sekarang Biasanya mengalami sesak nafas berkeringat banyak dan pembengkakan pada tungkai tapi biasanya tergantung pada derajat dari defek yang terjadi. 3 3) Riwayat penyakit dahulu (a) Prenatal history Diperkirakan adanya keabnormalan pada kehamilan ibu (infeksi virus Rubella), mungkin ada riwayat penggunaan alkohol dan obat-obatan serta penyakit DM pada ibu. (b) Intra natal Riwayat kehamilan biasanya normal dan diinduksi Riwayat neonatus : (1) Gangguan respirasi biasanya sesak, takipneu (2) Anak rewel dan kesakitan (3) Tumbuh kembang anak terhambat (4) Terdapat edema pada tungkai dan hepatomegaly (5) Social ekonomi keluarga yang rendah 4) Riwayat penyakit keluarga (a) Adanya keluarga apakah itu satu atau dua orang yang mengalami kelainan defek jantung (b)Penyakit keturunan atau yang di wariskan (c) Penyakit kongenital atau bawaan 5) Pola aktivitas dan latihan (a) Keletihan / kelelahan (b)Dipsneu (c) Perubahan status mental (d)Takipneu (e) Kehilangan tonus otot 6) Pola persepsi dan pemeriksaan kesehatan (a) Riwayat hipertensi (b)Endocarditis (c) Penyakit katup jantung 7) Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress (a) Ansietas, khawatir, takut (b)Stress yang b.d penyakit 8) Pola nutrisi dan metabolic (a) Anoreksia (b)Pembengkakan ekstremitas bawah/edema 4 9) Pola persepsi dan konsep diri (a) Kelemahan (b)pening 10) Pola peran dan hubungan dengan sesame Penurunan peran dalam aktivitas social dan keluarga c. pemeriksaan fisik 1) VSD kecil (a) Palpasi : impuls ventrikel kiri jelas pada apeks kordis. Biasanya teraba getaran bising pada SIC III dan IV kiri. (b) Auskultasi : bunyi jantung biasanya normal dan untuk defek sedang bunyi jantung II agak keras. Intesitas bising derajat III s/d IV 2) VSD besar (a) Inspeksi : pertumbuhan badan jelas terhambat, pucat dan banyak keringat berucucuran. Ujung-ujung jadi hiperemik. Gejala yang menonjol ialah nafas pendek dan relaksasi pada jugulum, sela intercostal dan region epigastrium. (b) Palpasi : impuls jantung hiperdinamik kuat. Teraba getaran bising pada dinding dada. (c) Auskultasi : bunyi jantung pertama mengeras terutama pada apeks dan sering diikuti ‘click’ sebagai akibat terbukanya katup pulmonal dengan kekuatan pada pangkal arteria pulmonalis yang melebar. Bunyi jantung kedua mengeras terutama pada sela iga II kiri. 2. Diagnosa a. Penurunan curah jantung yang b.d malformasi jantung b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kelelahan pada saat makan dan meningkatkan kebutuhan anak c. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel. 5 3. Intervensi No 1. Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi keperawatan (NOC) (NIC) Penurunan Setalah dilakukan 1. Observasi kualitas dan kekuatan curah jantung tindakan yang b.d selama keperawatan 3x24 jam denyut jantung, nadi perifer, warna dan kehangatan kulit. malformasi diharapkan tidak terjadi 2. Tegakkan dejarat sianosis jantung penurunan curah jantung (sirkumolar,membrane mukosa, dengan kriteria hasil : clubbing). 1. Tanda-tanda vital dalam 3. Monitor tanda-tanda CHF (gelisah, batas normal takikardi,takipneu, sesak, periorbital edema, oliguria) 4. Berikan pengobatan untuk menurunkan after load {Hidralazin (apresoline), monoksidil (loniten)} 5. Berikan diuretika sesuai indikasi (seperti Lasix) 2. Nutrisi kurang Setelah dari tindakan kebutuhan b.d dilakukan 1. Kaji adanya alergi makanan selama keperawatan 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk 1x24 dengan diharapkan anoreksia jam menentukan jumlah kalori dan nutrisi nutrisi 3. Monitor adanya penurunan berat terpenuhi dengan kriteria hasil : badan 4. Monitor adanya mual, muntah 1. Tidak ada tanda-tanda 5. Monitor turgor kulit, kulit kering, malnutrisi rambut patah dll 2. Tidak terjadi penurunan 6. Monitor kadae albumin, Hb dan Ht berat badan 3. Adanya 7. Monitor intake nutrisi peningkatan 8. Monitor makanan kesukaan berat badan 4. Mampu 9. Berikan makan sedikit dengan frekuensi sering. mengidentifikasikan kebutuhan nutrisi 6 3. Intoleansi Setelah dilakukan 1. Periksa tanda vital sebelum dan aktivitas b.d tindakan ketidakseimb selama keperawatan 1x24 angan antara diharapkan pemakaian dapat menggunakan vasodilator atau diuretic mempertahankan aktivitas 2. Ijinkan anak untuk beristirahat, dan oksigen oleh yang adekuat tubuh dan kriteria hasil : suplai 1. Pasien oksigen jam selama aktivitas, terutama bila pasien ke sel melakukan mandiri dengan hindarkan gangguan pada saat tidur 3. Anjurkan mampu untuk melakukan permainan dan aktivitas ringan aktivitas 4. Berikan periode istirahat setelah melakukan aktivitas 5. Hindarkan suhu lingkungan yang terlalu panas atau dingin. 4. Implementasi Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Implementasi merupakan tahap proses keperawatan dimana perawat memberikan intervensi langsung dan tidak langsung terhadap klien. 5. Evaluasi Evaluasi merupakan langkah proses keperawatan yang memungkinkan perawat untuk menentukan apakah intervensi keperawatan telah berhasil meningkatkan kondisi klien. 7