LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PRODUKSI MATERI PRAKTIKUM 1. Mesin Bubut 2. Mesin Sekrap 3. Las Busur Listrik 4. Las Gas Asetelin 5. Kerja Bangku 6. Mesin Milling PRAKTIKAN: ROSYIDI SYAHRUL F1C017092 LABORATORIUM PROSES PRODUKSI JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MATARAM 2020 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur saya ucapkan atas Rahmat, taufik, dan karunia Allah SWT, sehingga saya dapat menyelesaikan laporan ini dengan penuh rasa tanggung jawab. Shalawat serta salam tidak lupa saya curahkan kepada junjungan alam Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah membawa umat manusia dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang benderang. Laporan praktikum ini disusun untuk memenuhi persyaratan penilaian Praktikum Proses Produksi. Laporan ini berisi kumpulan hasil praktikum dengan urutannya masingmasing dan diberi beberapa perbaikan di dalamnya. Tidak lupa saya sampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan tetap ini. Saya sadar bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam laporan ini, baik dari segi penyusunan maupun isi dari laporan ini. Untuk itu saya mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Demikian laporan ini disusun agar dapat diterima dan digunakan sebagai acuan untuk laporan-laporan selanjunya. Mataram, 15 April 2020 Penyusun i DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN ---------------------------------------------------------------------- i KATA PENGANTAR ---------------------------------------------------------------------------- ii DAFTAR ISI --------------------------------------------------------------------------------------- iii BAB I MESIN BUBUT--------------------------------------------------------------------------- 1 1.1. Latar belakang --------------------------------------------------------------------------- 1 1.2. Tujuan ------------------------------------------------------------------------------------- 1 1.3. Teori ------------------------------------------------------------------------------------- 2 1.4. Metode--------- -------------------------------------------------------------------------------15 1.5. Prosedur---------------------------------------------------------------------------------------16 1.6. Hasil dan Analisis ---------------------------------------------------------------------- 17 1.7. Pembahasan----------------------------------------------------------------------------------19 1.8 Kesimpulan dan saran-----------------------------------------------------------------------21 BAB II MESIN SEKRAP ------------------------------------------------------------------------ 22 2.1. Latar belakang --------------------------------------------------------------------------- 22 2.2. Tujuan ------------------------------------------------------------------------------------- 22 2.3. Teori ------------------------------------------------------------------------------------- 22 2.4. Metode--------- -------------------------------------------------------------------------------27 2.5. Prosedur---------------------------------------------------------------------------------------29 2.6. Hasil dan Analisis ---------------------------------------------------------------------- 30 2.7. Pembahasan-----------------------------------------------------------------------------------31 2.8 Kesimpulan dan saran-----------------------------------------------------------------------32 BAB III LAS BUSUR LISTRIK--------------------------------------------------------------------34 3.1. Latar belakang --------------------------------------------------------------------------- 34 3.2. Tujuan ------------------------------------------------------------------------------------- 34 3.3. Teori ------------------------------------------------------------------------------------- 35 3.4. Prosedur---------------------------------------------------------------------------------------42 3.6. Hasil dan pembahasan -- --------------------------------------------------------------- 43 3.7 Kesimpulan dan saran-----------------------------------------------------------------------44 ii BAB IV LAS ASITILIN------------------------------------------------------------------------------45 4.1. Pendahuluan ----------------------------------------------------------------------------- -45 4.2. Teori ------------------------------------------------------------------------------------- -46 4.3. Tujuan dan prosedur--------------------------------------------------------------------------46 4.4. Prosedur-----------------------------------------------------------------------------------------54 4.7 Hasil dan pembahasan ------------------------------------------------------------------ --55 4.5 Kesimpulan dan saran------------------------------------------------------------------------55 BAB V KERJA BANGKU----------------------------------------------------------------------------57 5.1 Pendahuluan------------------------------------------------------------------------------------57 5.2 Tujuan--- ----------------------------------------------------------------------------------- 57 5.3 Dasar Teori -------------------------------------------------------------------------------- 57 5.4 Prosedur ------------------------------------------------------------------------------------ 66 5.5 Pembahasa --------------------------------------------------------------------------------- 68 5.6 Kesimpulan dan Saran ------------------------------------------------------------------- 69 BAB VI MESIN MILLING ---------------------------------------------------------------------- 70 6.1 Pendahuluan ------------------------------------------------------------------------------- 70 6.2 Tujuan -------------------------------------------------------------------------------------- 71 6.3 Dasar teori --------------------------------------------------------------------------------- 71 6.4 Analisis dan Pembahasan ---------------------------------------------------------------- 75 6.5 Kesimpulan dan Saran ------------------------------------------------------------------- 77 Lampiran------------------------------------------------------------------------------------------------- iii BAB I MESIN BUBUT (LATHE MACHINE) 1.1 Pendahuluan Mesin bubut merupakan salah satu mesin perkakas yang tertua yang pernah dibuat manusia dan merupakan mesin yang paling handal dan paling umum digunakan. Disebabkan karena persentase dari meterial yang dikerjakan dalam proses permesinan adalah berbentuk silinder, mesin bubut dasar telah dikembangkan menjadi mesin bubut turet, screw machines, boring mills, mesin bubut dengan kontrol numerik dan turning center. Beberapa operasi penting yang dilakukan dengan mesin bubut adalah: facing, taper turning, paralel turning, thread cutting, knurling, boring, drilling dan reaming. Mesin bubut umumnya digunakan untuk mengerjakan bagian tersendiri, disesuaikan dengan spesifikasi yang telah ditentukan.Mesin bubut juga digunakan ketika sejumlah kecil bagian yang mempunyai kesamaan bentuk diinginkan (in-short-production runs).Hal ini merupakan tulang punggung dari suatu bengkel permesinan, karena itu pengetahuan yang mendalam sangat dibutuhkan untuk semua ahli permesinan. 1.2 Tujuan Praktikum Tujuan dari praktikum ini adalah: 1. Mengidentifikasi dan mengetahui fungsi dari bagian-bagian utama mesin bubut. 2. Mengidentifikasi dan memahami teknik dasar pengoperasian mesin bubut. 3. Menguji mengetahui parameter-paremeter yang digunakan dalam proses pembubutan (kecepatan potong (v), pemakanan (f), kecepatan putaran (n), sehingga dapat mengaturya dalam meningkatkan optimasi proses pemotongan. 4. Memahami jenis-jenis pahat potong (tools), pengasahan pahat dan parameterparameternya serta dapat mengatur kedalaman potong (t) sesuai kebutuhan. 5. Dapat menghitung dan mengeset secara benar kecepatan potong benda kerja. 1 6. Dapat mengeset kecepatan makan untuk setiap operasi. 7. Dapat menentukan waktu yang dibutuhkan dalam memotong benda kerja. 8. Memahami proses terbentuknya gram (chips formation), ketebalan gram (underformed and deformed chips), rasio gram (chips ratio) dan bentuk gram. 9. Mengetahui kehalusan permukaan produk hasil pembubutan pada setiap langkah. 1.3 Landasan Teori Dalam kenyataanya banyak perkakas yang dibuat menggunakan mesin bubut. Biasanya bahan yang digunakan adalah bahan dalam bentuk silinder, sehingga memudahkan dalam proses pembubutan. Mesin bubut merupakan salah satu mesin perkakas yang tertua yang pernah dibuat manusia dan merupakan mesin yang paling handal dan paling umum digunakan.Disebabkan karena persentase dari meterial yang dikerjakan dalam proses permesinan adalah berbentuk silinder. Beberapa operasi penting yang dilakukan dengan mesin bubut adalah: facing, taper turning, paralel turning, thread cutting, knurling, boring, drilling dan reaming. Mesin bubut umumnya digunakan untuk mengerjakan bagian tersendiri, disesuaikan dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Mesin bubut juga digunakan ketika sejumlah kecil bagian yang mempunyai kesamaan bentuk diinginkan (in-short-production runs). Hal ini merupakan tulang punggung dari suatu bengkel permesinan, karena itu pengetahuan yang mendalam sangat dibutuhkan untuk semua ahli permesinan. Ukuran mesin bubut ditentukan oleh tinggi mesin bubut dari puncak mesin sampai senter kepala tetap dan panjangnya mesin bubut antara senter kepala tetap dan senter kepala lepas. Pembubutan adalah proses yang paling sering dilakukan dalam pemberian bentuk secara menyerpih. Hal-hal yang paling penting memegang peranan: 1. Banyak bagian konstruksi mesin (poros, sumbu, pasak, tabung, badan, roda, sekrup dan sebagainya) dan juga perkakas (alat meraut, bor, kikir, pembenaman sebagainya) menurut bentuk dasarnya merupakan benda putar (benda rotasi). Untuk membuat benda kerja ini sering digunakan cara pembubutan. 2 2. Perkakas bubut relatif sederhana dan karenanya juga murah. Proses pembubutan mengelupas serpih secara tak terpupus sehingga daya sayat yang baik dapat dicapai. Peranan kerja ini terlihat juga dari kenyataan bahwa untuk menguasai keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk itu dibutuhkan pekerjaan magang tersendiri (tukang bubut, tiga tahun waktu belajar). 1.3.1 Jenis – Jenis Mesin Bubut Penggolongan dari mesin ini sangat sulit karena terdapat keaneka ragaman dalam ukuran, disain, metode penggerakan dan kegunaan. Pada umumnya sesuai dengan karakteristik disainnya yang menonjol, maka pengolongan dari mesin Bubut adalah: 1. Pembubut Kecepatan a. Pengerjaan kayu b. Pemusingan logam c. Pemolesan 2. Pembubut Mesin a. Penggerak pull kerucut bertingkat b. Penggerak roda gigi tangan c. Penggerak kecepatan variabel 3. Pembubut Bangku 4. Pembubut Ruang Perkakas 5. Pembubut Kegunaan Khusus 6. Pembubut Turet a. Horizontal b. Vertikal c. Otomatis 7. Pembubut Otomatis 8. Mesin Ulir Otomatis 3 1.3.2 Gerakan-gerakan pada Mesin Bubut Gerakan pada mesin bubut saat melakukan proses pemotongan terdiri dari: 1. Gerak Potong (cutting) Gerakan ini bertujuan agar dapat terjadi proses pemotongan. Gerak potong merupakan gerak berputar dari benda kerja yang berasal dari spindel. 2. Gerak Makan (feeding) Gerakan yang bertujuan untuk menggeser sedikit demi sedikit letak proses pemotong agar pemotong dapat merata ke semua bagian benda kerja. Gerakan ini adalah gerak translasi pahat. 1.3.3 Bagian-bagian Mesin Bubut Fungsi utama dari mesin bubut adalah untuk menyediakan segala sesuatunya untuk dapat memutar benda kerja melawan pahat potong, sehingga membuang sebagian dari benda kerja. Semua mesin bubut, tanpa mempertimbangkan desain dan ukurannya, secara umum adalah sama. Mesin bubut dilengkapi dengan: 1. Sebuah pendukung untuk memegang benda kerja. 2. Sebuah cara untuk memegang dan melepaskan benda kerja. 3. Sebuah mekanisme untuk memegang dan menggerakkan pahat potong (tools). Bagian- Bagian Mesin Bubut ditunjukan pada gambar 1.1 dibawah ini : Gambar 1.1 Bagian- Bagian Mesin Bubut 4 Bagian – bagian mesin bubut tersebut adalah : 1. Ekor Tetap Dapat di stel sepanjang bangku dari pembubut untuk menampung panjang stok yang berbeda dilengkapi dengan pusat yang dikeraskan, yang dapat digerakkan masuk dan keluar oleh penyetel roda dan dengan ulir pengencang di dasarnya yang digunakan untuk menyetel penyebarisan pusatnya dan untuk pembubutan tirus. 2. Batang Hantaran Mentransmisikan daya dari kotak pengubah cepat untuk menggerakkan mekanisme apron untuk daya hantaran melintang dan memanjang. 3. Kepala Tetap Dipasang secara tetap pada bed mesin. Mempunyai spindel bolong yang tirus atau berulir untuk memasang cak dan pelat pembawa. Kepala tetap berfungsi untuk menampung dan menyangga spindel kerja dan unsur penggeraknya.Unsur ini tidak hanya harus menyalurkan daya gerak motor, melainkan juga harus memungkinkan perubahan angka putaran (daerah angka putaran) untuk spindel kerja (pemilihan kecepatan sayat yang ekonomis pada garis tengah benda kerja tertentu).Selanjutnya juga maju otomatis dapat disalurkan dari spindel kerja. 4. Rakitan Kereta Luncur Mencakup perletakan majemuk, sadel pahat dan apron karena mendukung dan memadu pahat pemotong, maka harus kaku dan dikontruksi dengan ketepatan tinggi. Bagian-bagian dari rakitan kereta luncur adalah : a. Saddle Bagian ini merupakan bagian yang penting dari mesin bubut yang berfungsi sebagai pembawa perkakas pemotong dan bisa bergerak sepanjang landasan dengan tangan atau secara otomatis. Bagian ini bisa dikunci dimana saja sepanjang landasan. Dilengkapi juga dengan eretan lintang untuk pergerakan melintang atau surfacing dan eretan ini dipasang eretan atas yang bisa diputar dan dikunci pada setiap posisi untuk 5 pembubutan ketirusan yang pendek. Eretan mesin bubut dapat dilihat pada gambar 1.2.dibawah ini : Gambar 1.2 Eretan Mesin Bubut b. Apron Apron adalah bagian supor yang membawa roda tangan untuk membawa eretan. Transpotir juga menembus apron dan dikaitkan dengan perantaraan engkol yang dipasang di depan apron. Pada permukaan apron dipasangkan berbagai roda dan tuas kendali. 5. Kepala Lepas Kepala lepas menyangga ujung bebas dari benda kerja dan digunakan juga untuk pengeboran dan peluasan dengan memegang benda kerja pada cakar atau plat penyetel. Kepala lepas meluncur pada landasan luncur dan pada kebanyakan mesin bubut bagian ini terbagi dua supaya bisa di stel kemudian.Ini digunakan untuk pembubutan tirus yang tidak satu senter. Badan coran ini dilubangi untuk memasukkana selongsong yang benar-benar senter dengan poros mesin atau spindle. Pengaturan kasar kepala lepas dilakukan dengan meluncurkannya sepanjang landasan dan menguncinya dengan jalan memutar tuas, setelah itu dilakukan penyetelan halus untuk mendekatkan senter pada benda kerja dengan memutar roda pemutar.Selongsong juga bisa dikunci setelah pengesetan, sehingga tidak bergeser sewaktu dijalankan.Kepala lepas mesin bubut dapat dilihat dari gambar 1.3.dibawah ini : 6 Gambar 1.3. Kepala Lepas Mesin Bubut 6. Tuas Pengubah Kecepatan Tuas Pengubah kecepatan digunakan untuk menyetel kecepatan putaran spindle yang diinginkan. 7. Pemegang Pahat. Digunakan untuk memegang pahat dalam proses pembubutan. 1.3.4 Proses Pembubutan (Pembentukan Gram) Sebagaimana pada pembentukan gram oleh perkakas tangan (manual), maka pembubutan juga pisau perkakas bubut yang berbentuk pasak (pahat bubut) membenam ke dalam benda kerja, mengalahkan gaya kait mengait antara partikel bahan dengan pertolongan tekanan sayat yang efektif dan menyingkirkannya dalam bentuk serpih (gram). Jenis pembubutan menurut arah gerakan maju : 1. Pembubutan memanjang. Gerakan maju berlangsung sejajar dengan sumbu putaran. Dengan demikian bidang permukaan luar bidang kerja (bidang garapan lengkung) yang digarap. Gerakan penyetelan menempatkan perkakas pada posisi penyayatan tepat pada benda kerja setelah setiap penyayatan. Kedalaman tusukan ditentukan oleh penyetelan tegak lurus terhadap sumbu putaran. Pada pembubutan memanjang digarap bidang luar benda kerja bentuk silinder. Gerakan maju pahat bubut berlangsung searah sumbu bubut. Pada panjang pembubutan ukuran kecil, gerakan maju dilakukan dengan tangan, 7 pada yang panjang secara otomatis oleh poros luncur. Cara penjepit benda-benda kerja bergantung pada bentuknya. 2. Pembubutan melintang. Gerakan maju berlangsung tegak lurus dengan putaran. Dengan cara ini dihasilkan bidang rata tegak lurus terhadap sumbu putaran (bidang garapan datar). Dalam pada itu benda kerja memperoleh panjang yang tepat. Arah maju dapat dari luar perputaran atau sebaliknya. Penyetelan (kedalaman tusuk) berlangsung sejajar dengan sumbu perputaran setelah setiap penyayatan. 3. Jika gerakan maju berlangsung menyudut/miring terhadap sumbu perputaran, maka dihasilkan kerja yang berbentuk kerucut. 4. Pembubutan alurberlangsung hanya dengan gerakan maju tegak lurus terhadap sumbu putaran. 5. Dengan gerakan majusejajar dan tegak lurusterhadap sumbu perputaran pada saat yang sama dihasilkan benda bulat atau benda rotasi lainnya. 6. Pengaluran dan pemenggalan. Pengaluran adalah pembubutan ulir. Pada tusukan kecil profil alur menyerupai bentuk penyayat. Alur lebar dihasilkan dengan memperluas sebuah alur sempit ke arah samping. Pengerjaan pengaluran dapat dilihat pada gambar 1.4. dibawah ini : D A B C Keterangan : A. Alur sudut B. Alur lebar C. Alur sempit D. Alur akhir ulir Gambar 1.4. Pengerjaan pengaluran. Pemenggalan adalah pemotongan sebuah benda keja berbentuk batang pada mesin bubut. Di sini digunakan sebuah pahat pengalur dengan penyayat yang sangat ramping. Penyayatan diawali dari luar pada bidang keliling dan berlangsung sampai ke tengah.Penyayat harus diasah agak miring terhadap bubut dengan ujungnya terletak pada 8 bidang datar benda kerja yang telah selesai, supaya lebih licin.Pengerjaan pemenggalan dapat dilihat pada gambar 1.5.dibawah ini : Gambar 1.5. Pengerjaan Pemenggalan 7. Penggerakan dan pembubutan dalam pengeboran pada mesin bubut. Pada pengeboran dengan mesin bubut, benda kerja melakuan gerak utama memutar, sedangkan mata bor melakukan gerakan maju. Untuk membor dari keadaan pejal digunakan mata bor spiral. Mata bor kecil mempunyai gagang silinder dijepit di dalam kepala bor dan didesakkan ke dalam bumbung penjepit pada kepala bebas. Jika lubangnya yang berbentuk kerucut terlalu besar, maka harus disarungkan selubung mata bor. Mat bor harus benar-benar dalam keadaan sentris dan kencang. Mata bor yang mempunyai gagang yang berbentuk kerucut dan ditancapkan langsung atau dilengkapi dengan selubung mata bor benarbenar bersih, supaya mata bor tidak menggelincir di dalam bumbung penjepit dan mengoyak kerucut dalam. Mata bor besar dapat dihindarkan dari guncangan (kelonggaran) dengan pertolongan sebuah pembawa. 1.3.5 Bentuk – Bentuk Gram Yang di Hasilkan Proses Bubut Bentuk-Bentuk Gram yang dihasilkan pada proses bubut digolongkan menjadi 3 jenis yaitu : 1. Gram tidak kontinu atau putus-putus Menunjukkan suatu kondisi yaitu logam di depan pahat pemotong diretakan menjadi potongan-potongan agak kecil. Gram jenis ini didapatkan dalam memesin bahan rapuh pada umumnya, seperti besi cor dan perunggu. Sementara serpih ini ditimbulkan, tepi potong menghaluskan ketidak rataan dan didapatkan penyelesaian yang cukup baik. Umur pahat cukup panjang dan kerusakan biasanya terjadi sebagai akibat dari aksi penggerusan pada permukaan singgung pada pahat. Gram tidak kontinu dapat juga terbentuk pada 9 beberapa bahan ulet kalau koefesien geseknya tinggi. Tetapi Gram ini pada bahan ulet menunjukan kondisi pemotong yang buruk. 2. Gram kontinu Menunjukan jenis yang ideal dari serpihan, dari umur pahat dan penyelesaiannya. Gram jenis ini timbul dalam pemotongan segala bahan ulet angka gesekan rendah. Dalam hal ini logam diubah bentuknya secara kontinu dan meluncur pada permukaan yang retak. Gram ini timbul pada kecepatan tinggi dan agak sering jika pemotongan dilakukan dengan pahat karbida. Karena kesederhanaannya, Gram ini dapat dianalisa dari sudut pandangan gaya yang tercakup. 3. Gram kontinu dengan tepi yang terbangun Menunjukan ciri Gram yang di mesin dari bahan ulet yang mempunyai angka gesekan agak tinggi. Setelah terjadi pemotongan, maka Gram mengalir di tepi ini dan naik di sepanjang permukaan pahat. Secara berkala, sejumlah kecil dari tepi yang agak memisah dan jatuh dengan serpihan atau menempel permukan yang dibubut. Karena aksi ini maka, kehalusan permukaannya tidak sebaik bila dengan serpihan kontinu. Tepi yang tegak tetap agak konstan selama memotong dan pengaruhnya adalah agak mengubah sudut garuk. Tetapi, dengan meningkatnya kecepatan potong, ukuran dari tepi yang terkurangi dengan menipiskan Gram ataupun menambah sudut garuk, meskipun pada beberapa bahan ulet tidak dapat dihilangkan sepenuhnya. Bentuk-bentuk gram ditujukan pada gambar 1.6. dibawah ini : A. Tidak kontinu, terbangunterbangun. C. Kontinu dengan tepi yang terbangun B. Kontinu, Gambar. 1.6. Bentuk-Bentuk Gram 1.4 Elemen Dasar Proses Pembubutan Elemen-elemen dasar proses pembubutan : 1. Kecepatan potong (cutting speed) 10 Kecepatan potong didefinisikan sebagai kecepatan pada sebuah titik di sekeliling benda kerja melewati pahat potong dalam satu menit. v= .d .n m / min .................................................................................. (1.1) 1000 dimana: n = putaran spindel (rpm) d = diameter rata-rata (mm) d= do + dm (mm) ........................................................................... (1.2.) 2 do dm Gambar 1.7. Proses Pembubutan 2. Kecepatan makan (feeding) v = f n; mm / min ...............................................................................(1.3.) dimana: f = gerak makan (mm/r) 3. Waktu pemotongan (cutting time) Cutting time = Tc = PanjangPemotongan KecepataanMakan lw (min) ......................................................................................(1.4) vf 4. Kedalaman potong (depth of cut) a= do − dm ( mm) ..............................................................................(1.5) 2 5. Kecepatan penghasilan gram Z = f .a.v; (cm 3 / min) ..........................................................................(1.6.) 11 6. Rasio pemotongan (cutting qf ratiokhip compression ratio) r= ho hc ...............................................................................................(1.7.) dimana: t o = ketebalan gram sebelum terpotong (kedalaman potong) (mm) t c = ketebalan gram setelah terpotong (mm) 1.4.1 Faktor-faktor keamanan Mesin dapat menjadi sangat berbahaya jika tidak dilakukan sesuai dengan prosedur, meskipun dia dilengkapi dengan berbagai macam alat keamanan. Berikut ini adalah beberapa regulasi keamanan yang perlu diperhatikan selama operasi mesin bubut. Hal-hal yang perlu diperhatikan selama mengoperasikan mesin bubut: 1. Selalu menggunakan kacamata keamanan jika mengoperasikan mesin. 2. Jangan mencoba mengoperasikan mesin jika belum mengerti benar akan prosedur pengoperasian mesin. 3. Jangan menggunakan pakaian yang kedodoran, cincin, jam tangan jika mengoperasikan mesin. 4. Selalu menghentikan mesin sebelum melakukan pengukuran. 5. Selalu menggunakan sikat baja untuk membersihkangram. 6. Sebelum memasang atau melepaskan kelengkapan mesin, yakinlah bahwa arus listrik sudah dimatikan. 7. Jangan membuat goresan yang dalam pada benda kerja. Hal ini akan membuat lendutan/momen pada benda kerja. 1.4 Pelaksanaan /Cara Praktikum 25,15 mm 200 mm Gambar 1.8. Bentuk Benda Kerja (Silinder Pejal Baja ST-37 ) 12 Cara-cara atau prosedur praktikum mesin perkakas (mesin bubut) yaitu: 1. Melihat gambar/skema benda kerja yang akan dibuat. 2. Memotong benda kerja (besi pejal) dengan diameter 25,15 mm sepanjang 200 mm. 3. Menyediakan alat dan perlengkapan mesin bubut serta alat ukur. 4. Memasukkan benda kerja pada pencekam. 5. Membubut muka (facing). 6. Membuat lubang untuk senter. 7. Membubut benda kerja dengan kedalaman potong maksimal1.11 mm. Pada tahap I, dm=20 mmsepanjang 150 mm, tahap II dm=14 mmsepanjang 110 mm, tahap III (tahap akhir) dm=12 mmsepanjang 60 mm. . 1.6 Hasil Dan Pembahasan 1.6.1 Hasil Proses Pembubutan Bentuk produk akhir proses pembubutan dapat dilihat pada gambar 1.9 dibawah ini: I II III 40 50 60 12 14 20 Satuan : mm Gambar 1.9 Bentuk Produk Akhir Pembubutan Material benda kerja = Baja ST - 37 Putaran spindel (n) = 650 rpm Pendingin = air Panjang Pembubutan = 150 mm. Total Pemakanan = 12 mm 13 b. Daua ttac;t lensamat,an a. lafrap { .e Dari ls z g5,41 mm KO dt o gO,0O vnvn b- ?ohOp J -, Dori d,r = 20,o0 yny:r- lq. dt , ,14.00 vnru. c. laV',ap I d DAri clc -- '14,00 mvn Le dg = 'ia,oo vnm" .,4n a,lr sr r lat a 1. Kecelaxan lotomg d = do + drrr = 7s,44 + A4,s4 = !4.97s . 1,i4 .24.9,625;18,966 Vc. t"d-tt 4000 4000 myvt h/mth ,. Kzce?atam Matran u1 'l'n - OS 6C-9, 31 , 9E vnm / O. 3' W a*+u Tc wrin lemot onqan = ( = 1ro .4,tmin V{ ,4,2E 1- Ke,data,r*an pa+-onoS d A - do - d"n = {ts ,14 - 24 .s = OA?s 2 14 v7lwl 9' l\oeepa+an Pe,vtg\tagrtan qf^v6 A - +.a- Ve = ooog a,o4rs orcttbo ? ,1.0628 Danqan cara \aqq tavna , gavnyai <lenq^n +ahap \.2 x lO-4 crnt,/vnin . hasit dari tahay t tavlqWah t dapal drtt\o7 padaro*>el drbaulah didaVa+ t t ?evnbahaq,an ?ada faKntKuva Katrini dtawu1an pros1S ?ewrbubutart (rlrvrder lejat dari baham baja S T- 32. panjanq rilirnder pe+al LZrtebu+ adalah 4rO w1w1 denqan dravwe+-er oS)44 vuvy.r.laset lzvubt;bwLan rlaRukan deayn ? 1,ahap" Oatrap pecVavna,. drotu€*tr 2O seyavrJan4 ArD yavy-t" lahay 2 , atiwletLy 41 sepa^J"nq 4^o vvtyyt aahal 5 - davn(,tQr 42 gePar.'lawq 60 vv.trryr - p"rn buhvtam qa^q dr\akuhan yarda cahag I sebantTa7 3 kali tan q.ah lanqvaV Prose! Aam LaVap s szbamqa1 3 PrDses , rahag J, lrr lcali tanq\ah prOstl - PAmbvbucan diaWuV<an dtnaym Kac1.;pal-am 625 r?nl, qr^vr1 m4tl3n (+i = 0r0s vvtvvt/t , ?Utaran rptvnde\ Lvr) = dan Wa\<iu \avvoAonqa^ tvtal adalah 30"72 meniL. Daci tnbel 4.2 dat;ah t"rarit P{,reolcAah . Ked alrvnavl potonl Lal 4tset-t a? Eo' Aalhvn lotonq Lal molak.ra hu? tlv,rvartat\ d*,bab(an Kara( ^rray. ndKLn imvt+rhurrr bahKhn oleh vrnotir,, ttu sehdtri. 15 adA gaa+ rmt,takunan pro\os ?e,vylobonfl^nt t^rjacti qeraK 6n lada me,sin soyer+i 4er^V lobonq L eu+,+inQ rr'rvt,ron) y^^q Kerja ,lanq dipuLac stbh rpturd6l , dan \ecal< (n6t4dn vlanq dtta\vt^an 7loh p^ha+ V\Anq bQ,rqerLV\ luru! kot'tLtnan t,urhadap benda v<u,rj6 ?ada tacx pLwlaranQan phaL , yo Stri Vjnn 4 ?ahhL ditLi,Ol gQ,+.tn\f;i tlaris lvrtzvrbu bend0r l<tr\a Aqar M6t,6 Ltdaw ceP6L rutqK da,n lnses ?Lvlr1a.v\an6^ ge,svai devtclanve dalarnan p7ionq qa,nq d\wq|n\Ian. l(,ocela{.6n poe0nq benda WLrJa Lv) Sryenqtuuvu gleh d,ia rva4,or c6ta^ c6t,d benda KerJ6Ld) dan pu+ar ^ prgt€t $pindel tn), {ivn^na Keczytan poLonq (v) Anan tetnal\in besrc ayabila dta?y1s 4or faLa-CN.6 Ld) benda nzila dan. ?ti,ara^ porot rpivrdat (,") A?Lrbet1f . KO.cLYaLtn rmakrm bLndq Kcr3a ilychqa,ro*ti olAt^ z lat*.or 4ai+.tt qortu\ ,rnakamLi\ dAn pvEafi^ Wos rpivrdat tn ) di Mana Kecopataa vmaVan gr.nebuL alr,am gSvvtat<im besaa o?^Uila qLrAV< vva^K^l^ l l) d6h qOfiK put'a{an 1lorot tn\ &yerbe,sar. Waktv v\Anq dital<ul\an uvrtqu( rnolakv\hn ?Lvnbu' bWan Lrlrqatrr+-unq Aar\ laviynq btmda l{"trja dan KecepeLa-ta, rv16Kdn. 9evmar<i^ ?Lnde,v< benda kerja WaV,a WaVtu pcrnbubu-tAvt eiVam govnakia srrrq[<at lcaja Aravn q^nq drV-rasrlkan pada waktu \zvnl>ubu+.an sT- ?7 adalah KouLrnug da'2, vnehq4va1kam pahaL karbria . Oi, t6vy1?1^4 rtvt, Vtal qan4 harut divefia+&,an dalavn y.a6ctwvvt^ ini 4ahsa KAhaluS^n gtrrn ukaA^ $znda Ker^]a hasit dari s*)a? ?*- drlA\'vv'an ols,v1 benQs . di se-+.td? larqt<ah' pZrvnvrrtaam vlhnq d|7,agittan pa4a lanotkah et\hic leblh halus da,fi pada lanqt<ah parEavv-tt" hal rni drPehqlruhi oleh ?vtaft,n (yrndel etan Kecepfr-a,'' vv-takatn Apabila ?Waca^ sp tndcl ctnperb star A7i^ kLce,pa+an vyta1an di perkgcit yna\a gevnattim ha\u! fcrrnufia4h yanq t?tbo,r"*vtr6 . $erytu 9eS puvnbubWan Pula \s.batt!<nya Grann yah0,l drIaqrlltan dtyenqaruhi besae 4rak vnaVan iq,"nqw;,n bosac 4e,raw vnaY(am r-taka Sqvy'rawim +ebal Araw-, yanq ,lnhdStfi\an" ?ada ?raKt,kuvn ini l<edalavnaq vtl.akam vvtAklrvylal benda Kerjo, adatah {,f vvlvyt, aqar t.-tdak vnu dc,h i.eqa cli re- 4jt6n yada vyd+a pahaT da^ nasil ycvnoL\nqan a\ah hqlut . 16 4.9 ponu+up 6 . l(as vn ?.la,n Dari hagil praKtrhvrvra VAnq +elaU drlakuk avt,da?^+ d1i vtlywlK am baVlw1 t - Pada prtnripnvga, wtogin bubut di4uv.r aVam wvt+v^ v$e' Y\quranqi bwa+ dan v6umL btnda kor]a daw lnavtt4a bi ra di4unaKAn vntu< bcnda dvnqan ylgnt uv< <rtnadru. KvdatatmAn pt>tonq Vy-tARtirval ada\aV 4,E vnyr. Jvtrtuk ma^qvrdnq; kea\atam yda paha+ . pahan t4an4 di4vnok,an atdalaln yahat, Hgi dewqan henda kcria dari baia sT-37, kl-ausan lada P6lr'aL &yz.nqarvhi olth Wd.Q,rr'al bem{a kc6a , vn2,*at ?ah6L , We4alavyld,^ p o-+o^q dan Kondrri ?Lvnfronqan - Ka,celaran 'fctonq b(.ni6 ker]a aVao basat ra6*-- dr6vtre&r dan putara6 loros d; ?erbo(,at. Reccl++an ?".,aKav-t otKarn vwLvnbelac apabrta qCrakan vyaKan dan putacan po.ro\ di yerbacat. - Wakt*t ?ombubqr.dn d^yevlqarwv1i oteh yaniaw4 dan ke ; eQ - ?6+ar1 mat\an . 6t6r-' yAvr4 drhallv.aa oleh pzvubububa,n bGJa 3T-3/erAalah l(onLtvtcv r me-^t n]vrt<Wam bahwa baja tersebu.tke'ras - llehalwtam ?L.vn.V6.am chgen1aruvti oteh \edaldvvta^ bono5, lwtdrzn rgi*ar.t dan 4crak vnai\an - ft4a+rrcan vnelim cobaruvv'r vwerakutcam v.<,nqvh"vrqn ?o- b. 9a.a^ .A{a+ lrakyrKury Soharutny^ d*as1V26,1, a.q ( yrak rk An ildaW sAltmS tr"nq5., 6gar tehih ullsre a waktu - 17 BAB II MESIN SEKRAP (SHAPING MACHINE) 2.1 Pendahuluan Mesin sekrap adalah mesin dengan gerak utama yang berjalan maju mundur secara horizontal atau vertikal mesin ini sering juga disebut mesin ketam. Mesin sekrap dibuat untuk maksud menghilangkan material untuk menghasilkan permukaan datar. Permukaan datar ini dapat dimesin secara honizontal, bersudut atau pada bidang tegak. Pahat potong digerakkan maju dan mundur oleh sebuah ram yang mana bergerak dalam sebuah bidang datar dengan gerakan bergantian. Pahat hanya menghasilkan gram pada gerakan maju. (Anonim , 2004 ) 2.2 Tujuan Praktikum Tujuan praktikum sekrap ini adalah: 1. Dapat mengetahui dan memahami teknik dasar pengoperasian mesin sekrap dengan benar. 2. Dapat mengetahui jenis-jenis kontrol otomatis dan manual pada mesin sekrap. 3. Dapat menganalisa kecepatan potong, pemakanan dan kecepatan putaran mesin sekrap 4. Dapat menganalisa jenis-jenis pengerjaan yang akan dilaksanakan pada mesin sekrap. 2.3 Landasan Teori Mesin sekrap dibuat untuk maksud menghilangkan material untuk menghasilkan permukaan datar. Permukaan datar ini dapat dimesin secara horizontal, bersudut atau pada bidang tegak. Pahat potong digerakkan maju dan mundur oleh sebuah ram yang mana bergerak dalam sebuah bidang datar dengan gerakan bergantian. Pahat hanya menghasilkan gram pada gerakan maju. Mesin sekrap merupakan mesin perkakas yang digunakan untuk membuat alur (terutama alur V), meratakan permukaan, membuat lubang (segitiga, segiempat, segi lima, dan lain-lain), dan sebagainya dengan cara menggerakkan pahat maju mundur. 18 2.3.1Penggolongan Mesin Sekrap Menurut design umumnya mesin sekrap (sekrap) dapat dikelompokkan sebagai berikut (Amstead,1979) : 1. Pemotongan dorong-horizontal a. Biasa (pekerjaan produksi). b. Universal (pekerjaan ruang perkakas). Mesin sekrap horizontal ditunjukkan pada gambar 3.1. dibawah ini : Gambar 3.1 Mesin Sekrap Horizontal ( Amstead ,1979 ) 2. Pemotongan tarik – horizontal. 3. Vertikal. a. Pembuat celah (slotter). b. Pembuat dudukan pasak (key seater). Mesin sekrap vertikal ditunjukkan pada gambar 3.2. : 19 Gambar 3.2 Mesin Sekrap Vertikal Sumber ( Amstead,1979 ) 2.3.2 Bagian–Bagian Mesin Sekrap : Bagian-bagian mesin sekrap adalah : 1. Alas, dapat merupakan tuangan yang bolong atau dibuat dari baja-pelat. Terdapat pintupintu masuk ke lemari alat-alat dan ke ruangan mekanisme penggerak. 2. Dudukan, dipasang melintang eretan vertikal depan mesin dan membawakan meja dan ragum mesin. Dudukan dinaikkan dan diturunkan dengan tangan. 3. Meja, merupakan tuangan yang bolong yang dikerjakan dengan mesin, dilengkapi dengan alur-alur pada permukaannya. Alur-alur ini memungkinkan benda-benda kerja yang besar, yang tidak teratur bentuknya, dipasang langsung pada meja. Meja dioperasikan dengan tangan atau otomatis. 4. Lengan, tuangan berat yang bergerak horizontal, tegak lurus terhadap meja. Untuk penyetelan dan keausan disediakan slip baja yang disepuh keras. Mekanisme yang mengerakkan lengan terdiri atas engkol beralur yang dapat disetel dalam roda gigi besar. Engkol dihubungkan pada lengan dengan perantaraan mata rantai yang bergerak bebas. Lengkapan ini berputar pada poros bawah. Jarak yang ditempuh oleh lengan ditentukan oleh posisi lengan dalam alur. Pada engkol terdapat pembagian derajat 20 untuk memudahkan penyetelan panjang langkah. Adapun bagian-bagian engkol pada mesin sekrap adalah (Alois, 1985): 1. Kepala, yang membawa pemegang pahat dan memberikan gerak vertikal pada pahat. Gerak berputar juga dimungkinkan untuk melakukan pengerjaan ke samping dan yang bersudut. 2. Penopang Meja, menembus meja bolong dan memberikan penopangan serta kekakuan selama mesin berjalan. 3. Meja Lintang, meja ini dapat digerakkan dengan tangan atau otomatis. Bila digerakkan dengan tenaga, maka banyaknya gerak diatur oleh posisi batang penghubung pada roda penggerak. Batang itu dihubungkan pada lengan buai dan bila roda penggerak berputar, lengan buai bergerak ke belakang dan ke depan. Posisi daripada pal mengatur arah meja. Bila pal dilepaskan, meja dapat dipindahkan ke samping dengan tangan. Meja tidak boleh bergerak selama langkah memotong. 4. Rumah Pahat atau Rumah Klaper (Clapper Box). Rumah ini memegang pahat dan didisain untuk mengangkatnya pada langkah yang tidak memotong. Dengan demikian melindungi mata pemotong pahat. Nama “clapper” berasal dari suara yang terdengar pada waktu rumah pahat melakukan langkah balik. ( Alois,1985 ) 2.3.3 Pahat Pada Mesin Sekrap. Pahat yang digunakan untuk menyekrap pada dasarnya serupa dengan pahat mesin bubut, tetapi lebih besar dan lebih dalam penampangnya, memberikan tambahan kekuatan. (Amstead ,1979) Mesin sekrap menghasilkan permukaan-permukaan yang datar. Hal ini dicapai oleh pahat yang bergerak horizontal ke depan dengan benda kerja di bawahnya dan tegak lurus padanya. Benda kerja tetap diam pada waktu pahat menyayat (pada langkah tenaga) dan berpindah pada langkah balik pahat. Derajat penyelesaian akhir tergantung pada (Amstead,1979): 1. Bentuk pahat 2. Kecepatan pahat lewat di atas benda kerja; hal ini tergantung pada jenis logam yang disekrap; 21 3. Kecepatan benda kerja lewat melintangi pahat, misalnya ,penyayatan halus menghasilkan pekerjaan akhir yang baik. 4. Penerapan cairan pendingin yang tepat. Arah penyayat Pahat Benda kerja Gambar 3.3. Kerja Pahat 2.4 Tindakan Sebelum Mempergunakan Mesin Sekrap Tindakan-tindakan yang harus dilakukan sebelum mempergunakan mesin sekrap adalah (Alois, 1985): 1. Mengatur jarak langkah pahat Langkah pahat harus diset mendekati 14 mm sampai 15 mm sebelum pahat memotong benda kerja (langkah awal) dan 5 mm sampai 6 mm setelah memotong benda kerja (langkah akhir). 2. Pengesetan kecepatan makan, kecepatan potong dan kedalaman potong. Untuk mengatur besarnya kecepatan potong, kecepatan makan dan kedalaman potong proses sekrap dapat dilihat pada tabel yang terpasang pada kaca almari disamping mesin sekrap. 2.5 Elemen dasar proses sekrap Elemen-elemen dasar proses sekrap adalah (Anonim, 2004): Benda kerja : lw = panjang pemotongan pada benda kerja ; mm lv = langkah pengawalan ; mm ln = langkah pengakhiran ; mm lt = panjang permesinan ; mm lt = lv + lw + ln ; mm w = lebar pemotongan benda kerja ; mm Mesin sekrap : f = gerak makan ; mm / langkah 22 a = kedalaman potong ; mm np = jumlah langkah per menit Rs = perbandingan kecepatan Rs = vm = kecepatan maju/kecepatan mundur 1 vr 1. Kecepatan potong rata-rata: v = n .lt.(1 + Rs ) ; m p (2.1000) 2. Kecepatan makan : vf = f .n p ; mm 3. Waktu pemotongan : Tc = w min min ...........(4.1) ......................(4.2) vf ; min ............................(4.3) 4. Keceptan penghasilangram : Z = f .a.v 3 ; cm min ................(4.4) 2.6 Proses Sekrap Proses sekrap ditunjukkan pada gambar 3.4. PAHAT Gambar 3.4. Proses Sekrap 2.7 Pelaksanaan / Cara Praktikum Langkah-langkah pengerjan pada mesin sekrap: 1. Tentukan panjang pemotongan ( lw ), langkah pengawalan ( lv ), langkah pengakhiran ( ln ), dan langkah pemesinan ( lt ) 2. Memasukkan benda kerja pada pencekam. 3. Tentukan gerak makan ( f ) 4. Mensekrap benda kerja dengan kedalaman potong( 0,2 0,4 0,6 )mm sepanjang 55,90 mm, dengan 3 tahap pengerjaan 5. Ambil data. 23 2-t Hasil ?e^qavna+d^ D rKo+ahui : lw . l9-7 vvrvn I flanda a ) dan A.g,b vmv'. t I,v = 14 YnrYl l,n ' 6 Ve.ndh B ) Yvt,w l+. lu+ lw +lm = sg,Tvnw (Bondaa) clamArc,Xvrnvnts) w'- bg.,4s rnvnlbtnd.a4l ,ioo,9t wrvr.r lLznda B). c Analuit l)ana 4. fiec.7a6n Vt. f lo+ortq rdca-rATa nP ,lt ( ar 2 v 4OoO Rs)] = f gg 2 f 4000 = 4,905 m/wiv\. VB= [vrp*t+ (a+rs)J -f erlooo " j,3s: J. vn /rnin .e?,7 (a * o,qg)7 ?3,4o,g, W Kecoya+an lvlau,an Vlo = + * hf - O,\f, Sg -g4,g mm/vnfi,\ V{e ?+,..f ='Or3 x 83 = ?4,g vqtrn/vni^ 24 Ir+o,l8)J Ir s. \Al,aktu ?r*, otonqan Tca = JL = $9,+g = 9,s92 vnri"' Vla 24,9 Tcg = r'!' = tgs -- 4, e4,9 4rJo V{g 4. o:r4 vlnrr^ l\zce7a+a,^ ?o^qhatt!an 6r-*w, L>) ?a = j-a vt = OiO! o,o4 " Oro4g = S ,gg *rfs cn"/ = o rol - O t ol -, Oro!? _- L,gb, ,tis cvy-f / r.y-ri- nrrrh DO,^qAn'cafa Yan4 tdvrla ., fird,ayat.traa,ri 1 penay,r\titr.. Z Savn pai t-hq ujom 5 qawq dayat d,ttrh 67 ? Pado 6bcl dtbawah in;: 2-g Pa^bah6e^n a/vl 124ov?^- tttXevna-a* %.*n ,\c.lr[al*r^ wvaV^., *fl " &znn, ,;rn se4;Aa y?* ,$r<*.tvn W*rri.-, ,%d*srrtr^ \/Ly; c.laS qp 9L@40, lrut*nlowta-Rvtv)^Jyr/-* 7 v,a+i,O*".Q vqr4/L<14.1/La-1.Lt-.q,<.ar.r^ wt ad-tls 25 "?*& ;-re- k - vytl,t*La,La..,, ?r4\, 1.1,tfuj/\-a^^ . plz vtui/u-oe...1/t .+a {.1/tA' Ao,yorL L<e_oEa vesh.b-a--{ vw-arlpw1/1, I*or,r"ov\/l;o_e. po-|a+ Y*\ &.uotr*.s^l-- ,naV-, vtrtt,wbv'z 6t d, vXrv{e3 ,/1/te1/q,ee .b.eaXlaa-P* ,'$bvl.err., Le-b4g) A.Da. -ha,vv'r ^y W %*n -fu,.*r-q -+aAn,af*, 1.Lja"f,*,14,v LUry**,r^l^ , ?X d,<.ovn vvtl,nTU-aarr-lrUe"n I^%* .ytaam ylev v14Av-dr/r lahz,X- ff^@ " vt^r*vv1 ".4;'^Y I?*** 0,-8"^ t t'rv'frulr<- vyV.,<r ai. aJ*Azrt T Zrt vwt*r.{^ A,apa .S alaL A^ T^ &Ai .&a*c-^ 9"O- sT^ s7 $wry,^ ?dl% /ps,1^,olo' 29 ,7 *"-^ &ar\ po.Se- .$*-,^S1g9 p a-Dr,v B-e*,+a- A *X* POr-B.r- B Cor74 yaa-n<,fdu*rt, ,,1,i , wtvvr. pa*a, €a@e nne-tp-&<*r4^-"tt t paa-At&*rvn , Vry 142,*1rr\ 3; pzsV,,r*rrt*r^r.,- a-Sr*aat, Tttttrot|vaar, ?Mt** * Wf 6r11"lrr,tA a^Da.? T*t" or-ta-A-d t - b 44 - 4t vmvm 4a,.^ ?wl*t vv1vv1 q.-,,.trr.&< @\oE* - *-yq v.a-e-fa xt-*ctl<. P^-*a- vtetL f t>rz4 y*tv.t.*v.,a bor|au PleA|*^ oU) pa ft*;t @\ ?^^' yo\D Ptt/".wJLa.vle,vv1 pc-\aL +;-?r^.U *?n lottaa^?r"^1 , ^ ll*-ct-patcc144 pa-&a- ?rNV-e-?,vLq,\^ ,a^^ hrLr,\A 0o^t*w"r-y 4aa; *{^,fv p^e.A,e-na.. la.\a-t, vnztral*u,tcs-n Pz//\*ar - V6'af^ ?alo-. 9f/@t vv1^Tu C..af , -fer^ .l,a-u-po"fa.tn vv.a7.* lr1!"^,1t4 U*rt p/&c,t 4a3,i 9<-uex4c*a,^^ v,.u*n&-v<. I y?vwqar,^ a^^ft,:-Ld 4t4^^Sa A -4o-,^ K @ o p6-*a, )La-c*paCov^ y"t"\ Ac&a,_ ad.fra &o-v- u,}€.,[r-11,. rr. _ tvutfu%* . Hil ,;r*t 4;.t^a&,r1a,U-euz, ytabLivan r?l'rr )^"ri "fati !r*|q*r- B*^tt* 'I,rrA* . K*qa.+/a.^ ?**h^"t*^ Ttu 8' yovry^av,,Ai o W Xl*atl w1e,t*o,/n F-Lu,*ykpA , tr-o-tde,^^,a^^ 6W^t, ? fi.{rr/h ,A* 3 aCan aba - ga.X,a . \evw.a-W;r^ $*.s c-g' y wta"L tW^ ptsL*r,"gQaA r r./&to,l-^,w1,otA..\ 1ao h^t a\-a,\^ )*o-cs-gatan hd,bd- Aaban%"o, vv-il/r,v vAA/AA ,L.-e-c:-ga,fa,"^ p%trUa.4l y**.t, \,e/,/v\dltu^^ ,6<aac. Wa,bfu vwvtW4'yat,drt^ Ail/- P-/',I*rcA Va,rac"y ilts'* Wy--*\*J, ,8$ a^ %at;-e-ev W",v) yo,vwot u)^^ 4. lr,t Bxae,,s _ . 26 2- 4a I vv.vrtwy A. yvutovt^ Da;i Lonlwe, t/144 i Y^t^t1t^r*n , .+o-Pd -9' @f u,t\ov6 ! ^- tdl*vn w',a^6w 4r^^ vn,4rnfltuC La)a- l*Xr2icr^t€J Cek t 2. I t"t ol'zJ.' V2 (J^aI \" tuu . r..^ vt/tLt 1/1,1/vLe4; p;VVea ?.e/vn Ot , LuA-&,.l.4 ,fila.ru.&a,' p%?eta,v, llta-?.^ wta-l,oe/d.i-, &t-$Qsua a^^r<9 "9+" ^ WW M,^, Yu'fr\, W dil"rQ o,)vv vn*V.;.,., VA,*,*y. V 5- p^o* own /r.v^ya,n flu-c*y*^^ ycrkw ,,rt-;^ ln-oau-s fuulya,rr\* 4u\ 4 , &avll,ne,u lrx-c*<a+^l ,a1-rw/r* t ild ,bt*a-l 4?ai .0u-ct-7eta,v-," tv^a,* l&,,1t-qa fu47^$ 4l*eleovvl @v*.1;l<- pajna* ytn - ,$en .lb 2rr$4"a- rvv-gAzp -a'ayvrna,lu,.*' tv14 . 4- 7t"..?r,u*f;,,b,n a,4^ r-' e.e-tr,.-ra-lr-; .tr,r.e,p,r*v ngz4o-C ?^-LNa/NLoL\/\ ?rp^t Aq),<-Mat a,tn pt-svw,<fua.ean r,'vrz-et;'.-, 6-u,q a' l2rr-?^t &+. 1r-eu-p",+e,zr^ .ta"^ ?!.1^zfl^A-r.4d,v\ A'y*r <p>r"-<; %* prlr,^t, lt*-*olarnn ev^ yrr,naL<attua4,^, 1l-So,-W Vyv^l////n Y"J\aw*l^e,-t, - 7'Pu|wn9r".to- trril.a A .fu,n B \e lo*4, ' ,S&, .0,<t-c*pador,-, P\*rry^ f"fu""&. Aata- Aa,./t,a e; . {+qt cv,i ?a u,o'el,t\) *n?*t A'eeAr^,bko.., ?* 'b*'rto. l^A"d4 %^^e wt"t rr+<r,r,t*., *'w,.*-u^-si ea*zSlc. b. 9a.l o,^ - ya^8"- pa,l++veu,,.-, 'r^,i , q- +,Uk wtt<a,avvng"1n nn*i.t^ I ],<.*alz. *Ww+4i 4o,r., Ht' 4rlrl, ' 27 ge^AertrnV-eta u,r ,X oq^ - a.t,-h-t,co.a,^ I e{^^-"rr, *eL,L- BAB III LAS BUSUR LISTRIK 3.1 Pendahuluan Dalam las busur listrik, yang ditemukan di pertengahan tahun 1.800-an, panas yang dibutuhkan berasal dari energi listrik. Penggunaan baik sebuah elektrode habis pakai (konsumeable) dan elektrode tak habis pakai (non konsumeable) (rot atau wire), sebuah busur listrik yang dihasilkan antara busur elektrode dengan benda kerja yang akan dilas, menggunakan sumber arus searah (DC) atau arus bolak balik (AC). Las busur listrik ini mencapai temperatur sampal 30.000C (54.000F),yang mana jauh lebih tinggi dengan yang dihasilkan pada penggelasan gas oxy-asetelin. Proses pengelasan busur listrik ditunjukkan pada gambar 5.1. dibawah ini : Gambar 4.1. Proses Pengelasan Busur Listrik. 3.2 Tujuan Praktikum Tujuan praktikum adalah : 1. Dapat mengatur mesin las listrik, mempersiapkan elektrode, benda kerja dan peralatan pembantu yang akan digunakan dalam pengelasan. 2. Dapat menentukan jenis elektrode, dan kecepatan pengelasan sesuai dengan kebutuhan. 3. Dapat menentukan besarnya arus dan hal-hal yang mempengaruhinya didalam proses pengelasan. 28 4. Dapat menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil dari proses pengelasan. 5. Dapat membuat beberapa mode produk 3.3 Landasan Teori Dalam las busur listrik, yang ditemukan di pertengahan tahun 1800-an, panas yang dibutuhkan berasal dari energi listrik. Penggunaan baik sebuah elektrode habis pakai (konsumeable) dan elektrode tak habis pakai (non konsumeable) (rot atau wire), sebuah busur listrik yang dihasilkan antara busur elektrode dengan benda kerja yang akan dilas, menggunakan sumber arus searah (DC) atau arus bolak balik (AC). Las busur listrik ini mencapai temperatur sampal 30.000C (yang mana jauh lebih tinggi dengan yang dihasilkan pada penggelasan gas oxy-asetelin. Ilustrasi skematik dari las busur listrik ditunjukkan pada gambar 5.2. dibawah ini : Gambar 4.2. ilustrasi skematik dari las busur listrik. Mesin las listrik dengan elektrode terbungkus (shielded metal arc welding) merupakan metode yang tertua, paling sederhana dan paling gampang berubah dari proses penyambungan logam yang ada, menggunakan elektrode kawat logam yang terbungkus fluks. Proses pemindahan logam dari elektrode terjadi saat elektrode mencair dan membentuk butir-butir yang terbawa oleh aliran arus busur listrik yang terjadi. Pola pemindahan elektrode dipengaruhi oleh besarya arus listrik. Makin besar arus listrik, maka makin halus butiran logamnya. Disamping itu juga hasil las-lasan dipengaruhi 29 oleh komposisi fluks yang digunakan. Adapun fungsi dari fluks (dalam bentuk terak) adalah untuk melindungi busur dari kontaminasi udara luar (oksigen). Las tipe ini memiliki beberapa keuntungan yaitu relatif mudah dan dapat diubah-ubah, membutuhkan relatif sedikit variasi dalam diameter elektrode. Peralatan mesin listrik ini terdiri dari sebuah power supply, kabel listrik dan pemegang elektrode. Hal yang perlu diperhatikan adalah pemakaian peralatan keamanan terutama kaca untuk melindungi dari sinar yang dihasilkan busur listrilk. 3.3.1 Arus Yang di Hasilkan Mesin Las Busur Listrik Tipe mesin las busur listrik menurut arus yang dihasilkan adalah arus searah (DC) dan arus bolak-balik (AC). 1. Arus searah (DC) Arus DC adalah arus yang dihasilkan oleh motor generator, alat penyearah arus (rectifier set) atau mesin yang menggerakan generator. Arus searah mengalir dari mesin las ke tang las dan terus ke benda kerja. Walaupun dalam pemakaiannya tidak agak jauh, karena kerugian tegangan lebih kecil daripada arus searah merata, tetapi tidak menggangu jalannya pengelasan, sebab arus las mengalir terus menerus, sehingga pengelasan dapat berjalan lancar dan baik. Kerugian tegangan (Voltage Drop) Kabel las sebaiknya dibuat sependek mungkin karena kabel yang panjang lebih kritis pada sistim arus searah (DC) daripada arus bolak- balik (AC). Untuk mendapatkan kembali tegangan yang hilang dan busur las yang sesuai yang baik untuk pengelasan terpaksa tegangan pada mesin las dinaikkan sehingga mesin las mendapat beban lebih (over Load) sehingga mesin menjadi panas. Arus DC lebih baik dipakai pada pemakaian kawat las bergaris tengah kecil karena dapat memakai ampere yang rendah. 2. Arus bolak-balik (AC) Untuk keperluan ini dibuat mesin las dengan konstruksi transformator yang khusus, dan disebut mesin tansformator las. Semua jenis kawat las dapat digunakan. Pada mesin ini dapat dikombinasikan sistem kutub langsung dan sitem kutub arus AC. 30 Berdasarkan sistem pengatur arus yang digunakan, mesin las busur listrik AC dapat dibagi dalam empat jenis yaitu : jenis inti bergerak, jenis kumparan begerak, jenis reaktor jenuh dan jenis saklar . Kerugian tegangan (Voltage Drop) Dapat dipakai (DC). Panjang kabel las jangan terlalu berlebihan, pemakaian kabel berlipat dan melingkar dihindari karena dapat menimbulkan induksi sehingga tegangan pada mesin las menjadi tinggi. 3.3.2 Bagian-Bagian Las Busur Listrik Bagian-bagian las busur listrik adalah : 1. Elektroda Pada dasarnya bila ditinjau dari logam yang dilas kawat elektrode dibedakan menjadi lima group besar yaitu : baja lunak, baja karbon tinggi, baja paduan, besi tuang dan logam non ferro. Karena filler metal harus mempunyai kesamaan sifat dengan logam induk, maka sekaligus ini berarti bahwa tiada elektroada yang dapat dipakai untuk semua jenis pengelasan, demikian pula ukuran diameternya. Elektroda pada las listrik merupakan bagian yang sangat penting. Elektroda akan mencair pada waktu pengelasan. Macam dan jenis elektroda banyak sekali, berdasarkan selaputnya dibedakan menjadi : a. Elektroda polos b. Elektroda berselaput tipis c. Elektroda berselaput tebal Tebal selaput elektroda antara 11% - 50% dari diameter elektroda. Selaput elektroda akan menghasilkan gas CO2 yang melindungi cairan las, busur listrik dan sebagian benda kerja terhadap udara luar. Karena udara mengandung O2 dan N yang dapat mempengaruhi sifat mekanik dari logam yang di las. 2. Kabel Las Kabel las digunakan untuk mengalirkan arus listrik dari sumber listrik ke mesin las atau dari mesin las ke elektroda dan massa. Arus yang digunakan atau arus yang dialirkan melalui kabel cukup besar, karena daya yang digunakan untuk pengelasan 31 besar. Arus yang besar harus dapat dialirkan lewat kabel tanpa banyak mengalami hambatan. Untuk meminimalkan hambatan yang terjadi sepanjang penghantar perlu dipilih kabel yang sesuai dengan arus yang dialirkan semakin besar hambatan jenis suatu bahan maka semakin sulit bahan tersebut mengalirkan arus atau semakin besar hambatan yang terjadi. 3. Pemegang Elektroda Pemegang elektroda berfungsi sebagai penjepit atau pemegang ujung elektroda yang tak berselaput. Sebenarnya fungsi untuk memegang ujung elektroda ini tidak saja memegang tetapi harus mampu mengalirkan arus dari kabel elektroda ke elektroda. Karena fungsi yang sangat penting ini maka pemegang elektroda harus mampu memegang dengan mantap dan terbuat dari bahan yang mampu mengalirkan arus dengan baik, sehingga arus yang mengalir dari kabel ke elektroda dapat berjalan sempurna. 4. Tang Massa Tang massa berfungsi untuk menghubungkan kabel massa ke benda kerja atau ke meja kerja. Tang massa juga berfungsi sebagai alat untuk mengalirkan arus listrik dari kabel massa ke benda kerja atau meja kerja. Oleh karena itu, tang massa harus dijepitkan pada bagian yang bersih dan mampu mengantarkan arus listrik pada bagian benda kerja atau pada meja kerja. Cara kerja untuk menempelkan tang massa pada benda kerja atau meja kerja ada 2 macam yaitu : dengan sistim penjepit atau klem dan sistim magnet. Tang massa sistim klem dilengkapi dengan pegas yang kuat untuk memberikan gaya penjepit yang kuat ke benda kerja atau meja kerja. Tang massa ditempelkan pada benda kerja, sebaiknya diletakkan pada bagian yang tidak mengganggu pelaksanaan pengelasan. 5. Palu Terak Palu terak digunakan untuk membersihkan terak yang terjadi akibat proses pengelasan dengan cara memukul atau menggores teraknya. Pada waktu membersihkan terak digaunakan kaca mata yang terang untuk melindungi mata dari percikan bunga api dan terak. 32 6. Tang Panas Tang panas digunakan untuk memegang benda-benda panas yang memperoleh pemanasan dari pengelasan. Tangkai tang biasanya diisolasi dengan isolator panas misalnya plastik atau bahan lain yang dapat menahan panas. Tang panas memiliki tangkai yang panjang karena sering kali tang panas juga digunakan untuk memegang benda kerja yang akan di las. 7. Sikat Kawat Sikat kawat berfungsi untuk membersihkan benda kerja yang akan dilas dan sisasisa terak yang masih ada setelah dibersihkan dengan palu terak. Bahan serabut sikat terbuat dari kawat baja yang tahan terhadap panas dan elastis, dengan tangkai dari kayu yang dapat mengisolasi panas dari bagian yang disikat. 3.3.3 klalifikasi Las Busur Listrik Cara pengelasan yang sering digunakan dalam praktek dan termasuk klasifikasi las busur listrik adalah : las elektroda terbungkus, las busur dengan pelindung gas dan las busur dengan pelindung bukan gas, las busur rendam. 1. Las elektroda terbungkus Las elektroda terbungkus menggunakan kawat elektroda logam yang dibungkus dengan fluks. Busur listrik terbentuk diantara logam induk dan ujung elektroda. Karena panas dari busur ini maka logam induk dan ujung elektroda tersebut akan mencair dan kemudian akan mencair bersama. Mesin las listrik dengan elektroda terbungkus (Shielded metal arc welding (SMAW) merupakan metode yang tertua, paling sederhana dan paling gampang berubah dari proses penyanbungan logam yang ada, Las tipe ini memiliki beberapa keuntungan yaitu relatif mudah dan dapat diubahubah, membutuhkan relatif sedikit variasi dalam diameter elektroda. Peralatan mesin listrik ini terdiri dari sebuah fower supply, kabel listrik dan pemegang elektroda. Hal yang perlu diperhatikan adalah pemakaian peralatan keamanan terutama kaca, untuk melindungi mata dari terangnya sinar yang dihasilkan. 33 2. Busur dengan pelindung gas Las busur gas adalah cara pengelasan dimana gas dihembuskan kedaerah las untuk melindungi busur dan logam yang mencair terhadap atmosfir. Gas yang digunakan sebagai pelindung adalah gas helium (He), gas Argon (Ar), gas karbon dioksida (CO2) atau campuran dari gas-gas tersebut. 3. Las busur dengan pelindung bukan gas Operasi pengelasan ini sama dengan operasi pada las busur gas. Dalam hal semi otomatik, kawat las digerakan secara otomatik sedang alat pembakar digerakkan dengan tangan, sedangkan dalam hal otomatik penuh kedua-duanya digerakan secara otomatik. Sesuai dengan namanya pengelasan ini tidak menggunakan selubung gas apapun juga. Karena itu peroses pengelasan menjadi lebih sederhana.Berikut ini adalah beberapa hal penting dalam las busur tanpa gas: a. Tidak menggunakan gas pelindung sehingga pengelasan dapat dilakukan dilapangan yang berangin. b. Efisiensi pengelasan lebih tinggi dari pada pengelasan dengan busur terlindung. c. Dapat menggunakan sumber listrik AC. d. Dihasilkan gas yang banyak sekali. e. Kwalitas pengelasan lebih rendah daripada pengelasan yang lain. Dalam pengelasan ini menggunakan kawat las berisi fluks yang bersifat: dapat menghasilkan gas yang banyak dan dapat membentuk terak, mempunyai sifat deoksidator dan denitrator dan dapat memantapkan busur. 4. Las busur rendam Las busur rendam adalah suatu cara mengelas dimana logam cair dihitung dengan fluks yang diatur melalui suatu penampung fluks dan logam pengisi yang berupa kawat pejal diumpankan secara terus-menerus. Dalam pengelasan ini busur listriknya terendam dalam fluks. Hal-hal penting dalam pengelaan ini adalah : a. Karena seluruh cairan tertutup oleh fluks maka kwalitas daerah las sangat baik. b. Karena dapat digunakan kawat las yang besar, maka arus pengelasan juga besar sehingga penetrasi cukup dalam dan efisiensi pengelasan tinggi. c. Karena kampuh las dapat dibuat kecil maka bahan las dapat dibuat hemat. 34 d. Karena prosesnya secara otomatik, maka tidak diperlukan keterampilan juru las yang tinggi dan perubahan-perubahan teknik pengelasan yang dilakukan oleh juru las tidak banyak pengaruhnya terhadap kualitas las. e. Posisi pengelasan terbatas hanya pada posisi horisontal. f. Karena prosesnya otomatik, maka penggunaannya lebih terbatas bila dibandingkan dengan las dengan tangan atau semi otomatik. 3.4 Pelaksanaan / Cara Praktikum Langkah-langkah Pengerjaan 1. Menyiapkan alat yang akan digunakan seperti (alat potong, kikir, meteran, elektrode, dll.) 2. Memotong bahan benda kerja sesuai ketentuan. 3. Menyambung bagian-bagian dengan las busur listrik. 3.5 Tugas Benda kerja yang dikerjakan pada praktikum pengelasan diantaranya adalah sebagai berikut: 3.6 Hasil Dan Pembahasan Tabel 2.1 Hasil Pengamatan Kamp Diameter Arus Tegangan Faktor Daya Tegangan uh Elektroda Listr (Volt) (Cos Phi) (Volt) (d) ik (I) I 2,6 mm 90 A 400 V 0,8 400 V V 2,6 mm 90 A 400 V 0,8 400 V 35 Waktu Arus Keluar Pengelasan (t) 37 33 25 23 An*v@ Da*a4. Do'*1- *t*X A*r* vwtlu,l* P^[email protected] *vurttA 4Ai U" o..Ba.tnJ, *W 6ztv(t <* L Larr^pu v ) P = v f . Jg >< cn1 q x't = b9 y 7oY J3 x o,8 = gbol . gt VVa++ = g,6048e KW = = rma).,,*t- .tawLot o iry I a 2. K*W p wut a ) .Z l,rz1- P'e oo qbe , o,ss = 4r7E9Gg4 KW.vmrr., B, -- 8,oo4Ta dan aa6a,, n* s,406g0 v(w"' P!^/v.baja4o\/vl P^,Br* \;14i vn*vvt ttto* o,.!<+--W"vn p"/tuXt l a44,, *wrXz"- z-l:),r-Lqo* *ot tzvt*t t ra4ptn 4r-A* A Jr^,\; *ounaA 7.a r, T na^^ T - Do,,.l-or p\-e-tls t^i $ t* ^r^ Qrlil-,4r\o#a, $ovtTot^ 3'o^7rnr-e.l<-l A, e r.1,wt. paovez W elil,r*Ao*a_ L4V^g *Ja,v va^. .*?T fnL,rw<-o,.ta ,4-or^ vulrt t^-Bx,,t v h^,V 4^*?U %.rMS tA e4*Oe Atu4 k.r^^^) U4t4-Ua-r4.-b-8-. tgC*rrt 1*\ d;r"*, ,,.^ 2,L^, 5U-1 ,v,-\ .i:f,5,,*na-*o'r, +,xa1o faA". -?Bdt-A -a,\,Lu Al^/4 %*t a-*a,ls7 DC, 4z,n-e^s,,,,^+q.,^'afrv,4c"kar^ o d -t..^.Lu,t^a,aaa^r, Gg V . ,ffitu \,,r/L?/\Aa^^ gOo ahw %* %% Ayar**\ a.*aj.o,8 8,6otge n.k kW ttr,n ff*:''33.w:,**wY V *av <)Aila- Ea?aL ht* f g ,306 g 6\d +WW ptn6^i^X^* Does^,^ p,\il'A4o+o^WWe .bUyrwyd r,t,vvtsk un$*i pafru^e^"^' n-ob/t\ , ^*aur" W a^** ^/wt^/bu L'a4^ re4ha&aY ,u$r^ao- rc Y ' vvrt-t,<,r7'tw - .fr,^-ur y ^ Da-L^^" Yo+<* lry*&, - faa&hJ.ra- \-ea,,m a.f&it^,.L P-q-r&\-arrr. o-*c\-t/\ yW"&rt"^ W <de,p* vyn1 c,,-*cj,a s.a-s"\ ?r-t^#J.o-10u"^, . A* 4fu1 ,%_p;.,.,ta,,.rn \*i 36 - k?tt+i g4\trry* +a/v\&9,1^ a*tti ?@, b-8 .9<^rt^ bo,i- Bee.-,51,<e,t. A.fiarm 38. ?^n*? ^ a. l(wvvn?d* Da-ti fr'a^nrf@ X,,4uea vtne,,*r.w 6'tst r^rlr^'- , fuY* Wt@ 7x'c"Utd,^^^rr/r^ ,6a9wow : 4' Y* aaw %*% A ?l*\2&"* Usay',^+**t * Oluhlao*e,u t/_a,1., t** .8- . X,,rt,.ra z. Ut/nrv* ,n,rrr*rpi-trttJ $.^rrn ts4 yar^* e;.A. \e $ P^tukar,,tn p*Xatv)c*vt aAvA yauoi A,L%M-S +qz tlt t<_Roga._ g. lol,rtt n ,t*-e.ar^ yr*t Br: sA a-tpu-,-, ww5hz^*Lt)-<e.,r1 t*-r W^) ,aN, Pr*,:!^-. . ry*t^^p-%qaa^ 4' +Le-;.t - "f-, in^* i 61;".|' fu*? o,-*^A^ P\^ytu ' YrM yt-vt7-o@ d,vt .t &-LkAa-Q-e^.<^ .6t^ t),r4,i4 3r. v4w .*-a*r.r-ckt --rg-a_^^ ie-^r:..<a z^il|-1so-g-* . b''* *r,u* t(nxr/\*t*i l* 0,.r,*t vtr-4^,w., h**v^^p ,yrp.*o,!,8 / 44k tM&t^ ay,iaAwt <r3 a- qp^.xl&La) VqoA' Vt,,-0 t6aryil.Sr&* 8,q t% T1;.Sn* Y^fr^ vvt r 6t*w\4dn- \ar-g.r;\ hJ" ^ 37 v*^sr^c, , &o-rn \*;6 - Lp^i?. BAB IV LAS ASETELIN ( LAS GAS KARBID ) 4.1 Pendahuluan Pengelasan dengan oksi asetilin adalah proses pengelasan secara manual dengan pemansan permukaan logam yang akan dilas atau disambung sampai mencair oleh nyala gas asetelin melalui pembakaran C2H2 oleh O2 dengan atau tanpa logam pengisi. Proses penyambungannya dapat dilakukan dengan tekanan (ditekan). Pembakaran gas C2H2 oleh O2 (oksigen) dapat menghasilkan suhu yang sangat tinggi sehingga dapat mencairkan logam. Untuk memperoleh nyala pembakaran yang baik perlu pengaturan pencampuran gas yang dibakar. Jika jumlah gas O2 ditambah maka akan dihasilkan suhu yang sangat tinggi, lebih tinggi daripada suhu titik lebur baja atau metal lainnya sehingga dalam waktu sekejap mampu mencairkan logam tersebut yang cukup tebal. Oleh karena itu, jenis ls ini sangat baik untuk memotong logam. Pemotongan dengan las jenis ini tidak baik untuk baja paduan misalnya stainess steel yang sangat peka terhadap oksidasi. Karena banyaknya bahan las yang teroksidasi ( akibat pemakaian gas O2 (oksigen) untuk pembakaran ) mata mutu las karbid pada umumnya kurang baik ( senyawa oksidasi merupakan senyawa yang tidak mempunyai kekuatan mekanis ). Namun mutu las jenis ini dapat diperbaiki dengan cara menggunakan fluks sebagai pencegah oksidasi, misalnya fluks core an fluks coated rod. Pemakaian las jenis ini misalnya untuk keperluan pengelasan produksi, kerja lapangan dan reperasi. Umumnya las asetelin sangat baik untuk mengelas baja karbon, terutama yang berbentuk lembaran-lembaran dan pipa-pipa berdinding tipis. Pada umumnya semua jenis logam dapat dilas dengan las jenis ini, baik dengan fluks maupun tanpa fluks. ( Daryanto, 1987 ) 4.2 Tujuan 1. Dapat melakukan penyetelan peralatan las oxy-asetelin dengan mengatur besar tekanan oksigen dan tekanan pada asetelin sesuai kebutuhan. 38 2. Dapat menyalakan brander dan mengatur penyalaan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan tingkat keamanan yang memadai. 3. Dapat mengatur kecepatan gerak brander, lamanya pengelasan dan penambahan bahan logam pengisi sesuai kebutuhan. 4.3 Landasan Teori Pengelasan dengan oksi – asetilin adalah proses pengelasan secara manual dengan pemanasan permukaan logam yang akan dilas atau disambung sampai mencair oleh nyala gasasetilin melalui pembakaran C2H2 dengan gas O2 dengan atau tanpa logam pengisi. Proses penyambungan dapat dilakukan dengan tekanan (ditekan), sangat tinggi sehingga dapatmencairkan logam. Las karbit atau las asetilen adalah salah satu perkakas perbengkelan yang sering ditemui.Pengoperasiannya yang cukup mudah membuatnya sering digunakan untuk menghubungkan dualogam atau welding.Secara umum, perkakas las asetilen adalah alat penyambung logam melalui proses pelelehan logam dengan menggunakan energi panas hasil pembakaran campuran gas asetilin dangas oksigen.Perangkat perbengkelan las karbit digunakan untuk memotong dan menyambung benda kerja yang terbuat dari logam (plat besi, pipa dan poros) 39 4.3.1 Bagian-Bagian Unit Las Asetelin Gambar 5.1 unit las asetelin dengan generator asetelin Sumber : ( bintoro, 1999 ) 1. Tabung oksigen Tabung oksigen adalah suatu silinder botol yang terbuat dari bahan baja yang berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan gas oksigen dengan tekanan kerja tertentu.Tabung oksigen biasanya berwarna biru atau hitam mempunyai katup atau pembuka katup berupa roda tangan dan baut serta mur pengikutnya adalah ulir kanan.Pada bagian atas ada dudukan untuk memasang regulator.Gas yang terdapat dalam tabung baja ini tekanan yang cukup besar dan dalam satu tabung terdapat 40 liter atau 60 liter gas oksigen. 2. Regulator Keluarnya gas oksigen dapat diatur dengan alat yang disebut regulator. Regulator adalah alat atau perlengkapan dari tabung gas yang berfungsi sebagai alat untuk mengatur besarnya tekanan kerja. Besarnya tekanan kerja dapat diukur oleh operator las dengan cara mengatur katup. Pada regulator terdapat dua buah alat pengukur tekanan yang disebut manometer. Dua buah manometer yang terdapat pada regulator ini berfungsi untuk : a. Mengukur tekanan isi tabung gas ( skala tekanan sampai 3 kg/cm2 ) 40 b. Mengukur tekanan kerja las (skala tekanan sampai 3 kg/cm2 ) 3. Tabung asetelin Tabung asetelin adalah silinder atau botol yang terbuat dari bahan baja yang berfungsi sebagai tepat untuk menyimpan gas asetelin dengan tekanan kerja tertentu. Di dalam tabung asetelin terdapat beberapa alat misalnya bahan berpori seperti kapas sutra tiruan atau asbes yang berfungsi sebagai penyerap aseton, yaitu bahan agar asetelin dapat larut dengan baik dan aman dibawah pengaruh tekanan. 4. Brander las Brander atau alat pembakar gas adalah alat yang berfungsi sebagai pencampur gas asetelin dengan oksigen dengan proposi tertentu yang dapat diatur. Brander yang baik yaitu brander yang dapat mencampur asetelin dan oksigen dengan homogen. Campuran gas yang homogeny akan keluar lewat mulut brabder dengan tekanan tertentu ( tergantung pengaturan ), dan mudah sekali terbakar. Dengan bantuan bara atau nyala api semburan campuran gas adapat dinyalakan dan menghasilkan nyala api yang bersuhu tinggi. Brander mempunyai beberapa bagian sperti terlihat pada gambar 5.3. Masingmasing mempunyai fungsi sendiri-sendiri, sebagai berikut : mulu t Gambar 5.2 Brander 41 Bagian-bagian Brander Mesin Las : a. Mulut brander : mengatur debit aliran campuran gas asetelin dan gas oksigen. Mulut brander dapat diganti-ganti ukurannya sesuai keperluan. Besarnya lubang mulut menentukan banyaknya campuran gas yang dapat keluar untuk tiap jamnya. b. Injector : untuk memancarkan campuran gas asetelin dan oksigen ke mulut brander c. Katup gas : alat untuk membuka, menutup aliran dan mengatur jumlah aliran gas oksigen atau gas asetilin yang akan digunakan dalam pengelasan d. Nipel : berfungsi untuk mengatur kabel-kabel las atau sedang las baik las sedang gas oksigen maupun gas asetilin 5. Slang las Slang las dibedakan menjadi sua yaitu slang gas oksigen dan slang gas asetilin. Slang yang digunakan haruskuat dan fleksibel, karena slang bekerja pada tekanan gas sampai 10 kg/cm2. Slang gas asetelin berwarna merah, sedangkan warna slang gas oksigen berwarna hijau atau biru. Ciri yang lain yaitu ulir mur baut pada slang gas oksigen berulir kanan dan pada slang gas asetelin berulir kiri. ( Bintoro, 1999) 4.3.2 Type Nyala Las Asetelin 1. Nyala Api Netral Nyala ini terjadi bila perbandingan antara ksigen dan asetelin seimbang. Nyala ini terdiri dari kerucut dalam yang berwarna putih bersinar dan kerucut luar yang berwarna biru kekuningan dan tidak bersuara. Gambar 5.3 Nyala Netral/Normal 2. Nyala Karburasi Bila terlalu banyak perbandingan gas asetilen yang digunakan maka di antara kerucut dalam dan kerucut luar akan timbul kerucut nyala baru berwarna biru. Di antara kerucut yang menyala dan selubung luar akan terdapat kerucut antara yang 42 berwarna keputih-putihan, yang panjangnya ditentukan oleh jumlah kelebihan asetilen. Hal ini akan menyebabkan terjadinya karburisasi pada logam cair Gambar 5.4 Nyala Karburasi 3. Nyala Oksidasi Bila gas oksigen lebih daripada yang dibutuhkan untuk menghasilkan nyala netral maka nyala api menjadi pendek dan warna kerucut dalam berubah menjadi ungu. Nyala ini akan menyebabkan terjadinya proses oksidasi pada logam cair Gambar 5.5 Nyala Karburasi 4.4 Pelaksanaan / Cara Praktikum Langkah-langkah pengerjaan sebagai berikut : 1. Memotong benda kerja ( plat yang tebalnya tertentu ) dengan ukuran 10 cm sebanyak 4 potong ( 2 pasang ) 2. Membuka regulator gas asetelin dengan tekanan tabung 3. Mengerinda ujung dari 1 pasang plat dengan tipe yang berbeda ( bentuk V, T dan I ) 4. Melakukan pengelasan terhadap kedua benda kerja tersebut dengan tipe pengelasan yang berbeda Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini : 43 4.5 Tugas Ada beberapa benda kerja yang dilakukan pada praktikum pengelasan kali ini adalah: 4.6 Hasil Pengamatan Tipe Diameter Tekanan Isi Tabung Tekanan Kerja Waktu Sambungan Kawat ( Kg/cm2 ) ( Kg/cm2 ) Pengelasan Pengisi oksigen asetilin oksigen asetilin ( detik ) ( mm ) Kampuh v 2 35 4 3,5 0,5 191 Kampuh i 0 35 4 3,5 0,5 120 Kampuh t 0 35 4 3,5 0,5 105 44 4' 7 ?!'u'1kd ^W*a*-ewr ha;2 wavn_ ^^!,^^0dz6u n a e,*^^ A.fivfu^ a*1 ^**YV4^rr^ 3 \t'f Ar"*^rb,*W r*ot-,'1.' ,?,rz"tvtyv,8 t "V W;Atu lQh-f Ul" lttntrdl^* 0'v1 0/1,i vv-p/v17X o9'o,,Wai/-+r^ W% ,$ubzaa- - {re.rto,- " Bpsga.sa-1ke'v' fu W (,ros'),fr- t ye %e @ W ryV .*{rr/ l/a^/l/n@ v L 49'r J +e,"^ }^4,w^Y\D T s He..e tv'i 4 yu,-"Ozadi o{,,} {.ip" Lae-o t)- / ,Tp",fil'c.- }a- ffiffitrxrffi;* Uy" I *o-,^ -V nnnlnm+; ,bu"fw,l'< -t^a v\rvr^};J A' cc^ix -1q,<:"^< '&-ziuo- V!*t-wtva vvvar,v.,,t <.<rr 6U/i W 8't-at tz"a.d-dJ, ga.lv s@a k^.^ ,uW ,il.l^n A'&ay-ra-Ar-eu^ Aa.".I pc.nXt-taa"--+,tVt" t %e \,% 4w 4-6 L^^*vy. W lot^^^+',*y' ' po*o v*4" Aq* pxo'e*h)*urvm 8' *-vr.-pd - t. ?.arln-a,,,v^- P-,r1* +wyt-., W S'.SI? / e-".,-,'30,,r^ a'rc'k-Li^^ o rs 1.7 I c-,.--rz atfo--Q-d, +/^La.,\?.-, "0'4d4 vt,ot,,',.,-.-Q 4 OtnS-a^ yt-lln-r^?wq-ara 9en^ l+er^ar.re.r ) olr-t rr*,*- *a.W^ "t*-t-t;r-, %"^, W;*A^n .*,fe tull.t t/\_oqitQa,^ ^tilo op W\ yw*n^,*!z' lNa*'tw P\*t^ao,a ,8 6t"r) Be^^r^4 n^ X-^tr;i 3' p*rr.A'a,"**to^ "pz-*t,ta*-t-., "";T; *X^* A,,rn^r*"**^ 4ror^ pra / ^;ffi-%^\ b3* lr" oF' ) W b- "ga^*r bvt trrfro. " n . p ei,1 /aL\L.a, vtrtt,vt-z-or.tv\ n/v,4/t2-ffi4,t.Lz-J,< tarr,.1*,^^/t*D"^^ 9axor,, 45 a4^ #ru oW W e_a,,i1a'"^ a. a,\-zA<-Ue,;r^ ( ru4a - UT* yo*a-" %a , .$ue*a.1,'.a,^ Walrt-ilt-et/t1 pnm,l; vYttnn!.W tl.Xo*,*a,r" pa-ga- aa.v,ya;t W^ ffi tt-t,<)"< 9t' &"^ fura^r/u T ' .boil'r-, ( 46 BAB V KERJA BANGKU (PEMBUATAN ULIR DENGAN TAP DAN SNEY) 5.1 Pendahuluan Peraktek kerja bangku pada praktikum proses produksi adalah plaktikumyang pengerjaannya sebagian besar dengan cara manual (tanpa mesin) yang kopetensi dan sub kopetensinya memuat keterampilan dasar yang harus dimiliki secara tuntas oleh praktikan. Untuk memperoleh hasil yang baik,laboraturium, dan peralatan adalah sarana yang harus di penuhi serta tidak dapat ditawar lagi. Kondisi peralatan didalam laboratorium turut menentukan kualitas dan keberhasilan jalannya praktikum. Dalam praktikum ini, proses yang akan dilakukan adalah proses pembuatan ulirbagian luar (proses sney) dan proses pembuatan ulir bagian dalam (proses tap) 5.2 Pembuatan Ulir Dengan Sney 5.2.1.Tujuan Khusus Pembelajaran Setelah mempelajari modul ini mahasiswa dapat: 1. Menyebut pengulir luar sney dan tangkai pengulir luar. 2. Mengulir luar (menyeney) sesuai langkah-langkah kerja. 5.2.2.Uraian Materi Untuk memotong ulir pada bagian luar atau pada batang baut-sekrup dengan tangan, dipergunakan sejenis alat yang dinamakan pengulir luar balok pemotong dari pengulir luar, terbagi dua macam ialah yang dapat diatur dan tetap, sedangkan sebagai alat pemutarnya dinamakan rumah sney. Pengulir luar dan tangkai pengulir. Gambar 4.1.a. adalah batang baut yang telah diulir dengan pengulir luar. Gambar 5.1.b. adalah jenis balok pengulir luar sebelum dimasukkan ke dalam tangkai pengulir. 47 Gambar 5.1.a.b. Batang baut yang telah diulir dan balok pengulir. Gambar 5.1.c. adalah jenis tangkai pengulir luar yang mempunyai tiga buah baut pengikat, gambar 5.1.d. balok pengulir luar yang akan dimasukkan ke dalam tangkai pengulir. 20 mm Gambar 5.1.c.d. Tangkai pengulir. Gambar 5.2 Jenis lain dari pada tangkai pengikat yang hanya mempunyai satu baut sekrup pengikat dalam rumah pengulir ini telah dipasang balok pengulir, arah panah menunjukkan arah mengencangkan baut sekrup pengikat pada waktu mengikat balok pengulir. 48 Gambar 5.2 Arah mengencangkan baut pengikat. Pengulir (luar menyeney). Gambar 5.3.Menunjukan kedudukan benda kerja, balok pengulir, tangkai pengulir dan ragum pada cara-cara penguliran luar (menyenei) untuk dapat memotong penuh dalamnya ulir sekrup, balok pemotong dari pengulir luar harus disetel dengan perantaraan sekrup, sehingga pemotong ulir sekrup mencapai ukuran yang diharapkan. Gambar 4.3. Kedudukan balok kerja 49 Gambar 5.4. Cara pengerjaan mengulir luar. Gambar 5.5. Batang ulir yang sudah di-sney. Keterangan: d = major diameter d1 = pitch diameter dt = minor diameter K = pitch/kisar ulir 50 5.2.3.PELAKSANAAN/CARA PRAKTIKUM Langkah-langkah pengerjaan: 1. Jepitan batang yang akan diulir pada ragum, cukup tangkai tegak lurus. 2. Berilah sedikit pinggulan pada ujung batang, kemudian masukkan pengulir pada pemotong permulaan sambil sedikit diberi tekanan. 3. Setiap penyayatan putaran harus dikembalikan. 4. Setiap penyayatan selesai sepanjang yang diulir, aturlah balok pengulir sehingga mencapai ukuran yang diharapkan. 5. Berilah pelumas pada bahan yang memerlukan 5.3 PEMBUATAN ULIR DENGAN TAP 5.3.1.TUJUAN KHUSUS PEMBELAJARAN Setelah mempelajari modul ini siswa dapat: 1. Menyebutkan bentuk ulir pada lubang tap. 2. Menyebutkan Tangkai tap dan pemutar tap. 3. Menyebutkan bentuk tap dan cara mengetap. 4. Menentukan diameter mata bor untuk pengetapan. 5.3.2 Uraian Materi Salah satu cara membuat ulir pada lubang ialah dengan tap. Khusus membuat ulilr pada lubang yang kecil. Tap ini berbentuk ulir luar yang digerinda dengan mempunyai 3 atau 4 buah alur, dan alur-alur ini membentuk sisi-sisi pemotong tap yang baik terbuat dari baja kecepatan tinggi (HSS) tetapi ada juga dari baja karbon yang dikeraskan. 5.3.2.1 Jenis TAP Satu set tap ada tiga buah terdiri dari tap no.1, no.2 dan no.3 • Tap no.1 : Bagian ujungnya sangat tirus, digunakan untuk permulaanmengetap. • Tap no.2 : Tirus bagian ujungnya hanya sedikit, pemakaiannya setelah tap no. 1. 51 • Tap no.3 : Tirus bagian ujungnya sangat pendek, sehingga dapat mencapai dasar lubang yang tak tembus pemakaiannya setelah tap no. 1 dan no. 2. Gambar 5.6. Satu set tap Gambar 4.7. menunjukkan bentuk ulir tap no 1 sampai dengan nomer 3, perbedaan ketajaman ulirnya yang tampak jelas. Gambar 5.7. Menunjukkan ketajaman tap 52 Gambar 4.8., menunjukkan bagian ujung tap. Perbedaannya sangat jelas antar ketiganya. Gambar 5.8. Perbedaan ujung masing tap Gambar 5.9., menunjukkan hasil pengetapan: ulir I, hasil pengetapan tap no 1. Ulir II hasil pengetapan no 2. Ulir III hasil pengetapan tap no 3. Gambar 5.9.. Menujukkan hasil pengetapan 5.3.2.2 Sudut buang dan alur tap. Besarnya sudut buang tap harus disesuaikan dengan bahan yang akan ditap sudut alur berfungsi untuk meliongkarkan dan memotong bram, alur berfungsi juga untuk meneruskan cairan pendingin sampai pada sisi potongnya. Lihat gambar no 4.10 53 Gambar 5.10. Sudut buang alur tap. 5.3.2.3 Daftar sudut buang. SUDUT KEGUNAANNYA 0° – 5° Untuk bahan yang rapuh dan keras, kuningan besi tuang. 6° – 15° Untuk baja 70 kg/mm². 15° – 25° Untuk baja s/d 50 kg/mm² tembaga. 25° – 35° Untuk aluminium, timah putih. 5.3.2.4 Pemutar tap Bentuk dan panjang pemutar tap bermacam-macam. Untuk tap berukuran kecil pemutarnya lebih pendek dari pada untuk tap berukuran besar hal ini selain sesuai dengan ukuran lubang jepitannya, juga untuk mendapatkan keseimbangan tenaga memutarnya. Lihat gambar no 6. 54 Gambar 5.11. Pemutar tap 5.3.3 Cara mengetap ✓ 5.1. Tempatkan tap pada lubang yang akan ditap tekanlah bagian tangan pemutarnya dengan tangan kanan, sedangkan tangan kiri memutar pemutar perlahan-lahan secara bolak-balik. Lihat gambar no:5.12a. ✓ 5.2. Jika tap sudah mulai memakan, periksa dua arah yang menyiku lihat gambar no:5.12 b,c. ✓ 5.3. Jika ternyata kedudukan miring tekanlah tangkai pemuutar tap yang miring lebih keras darri tangkai yang lainnya, periksa kembali kedudukan tap itu lihat gambar no: 5.12 d. ✓ 5.4. Jika kedudukan tap sudah baik, putarlah pemutar tap secara bolak-balik ini dimaksudkan agar: a) Beram pengetapan putus b) Tenaga memutar ringan c) Tap terjaga dari patahan ✓ Selama proses mengetap berlangsung, berilah minyak pelumas. 55 Gambar 5.12a Gambar 5.12b Gambar 5.12c 56 Gambar 5.12d Gambar 5.12e 5.3.4 Menentukan diameter bor untuk pengetapan Untuk dapat melaksanakan pengetapan, maka benda kerja itu harus dibor dahulu. Ukuran bor tersebut tertentu untuk setiap ukuran tap, untuk ini kita pakai rumus: D =D’ – Keterangan: • D = Diameter bor • D’ = Diameter tap • N = Banyak gang tiap inchi 57 Contoh: 3” Anda akan mengetap dengan tap 8 yang banyak gangnya 16”, maka benda kerja itu harus dibor dengan bor berukuran: D = D’ – 3” =8 – 1,0825 𝑁 1,0825 16 = 0,375” – 0,06765” = 0,30735” ATAU = 7,8 mm Bila tap itu berukuran milimeter ( metric ), maka ukuran bor itu dapat diberi dengan rumus: D = D’ – Kisar Keterangan: D = Diameter bor D’ = Diameter tap Pada praktikum ini kami akan mengetap dengan tap berukuran 12 mm dengan kisar 1,75 mm, maka bor yang dipakai adalah: D = D’ – Kisar = 12 mm – 1,75 mm = 10,25 mm 5.3.5 Pelaksanaan/Cara Praktikum Langkah-langkah pengerjaan: • Ambil benda kerja hasil praktikum proses bubut masing-masing kelompok, • Pasang specimen (hasil proses bubut) tersebut pada mesin bubut, kemudian haluskan permukaan yang akan ditap, kemudian bor dengan ukuran mata bor 10,25 mm dan kedalaman sepanjang 22,5 mm • Kemudian potong specimen tersebut sepanjang 22,5 mm, 58 • Hasil specimen yang terpotong terseebut dilihat apakah sudah datar permukaannya, bila belum diukur pada alat ukur kerataan pada meja yg rata pula, kemudian di kikir 0,5 mm hingga permukaannya datar dan sesuai dengan hasil yang di inginkan yaitu 22 mm, • Kemudian specimen tersebut di tap. 5.4 Keselamatan Kerja I. Pembuatan Ulir Dengan Tap & Sney 1. Di waktu mengetap periksa jangan sampai tap itu miring, gunakan siku. 2. Putarlah tap/sney secara bolak balik jangan putarannya searah saja untuk menghindari patah pada alat dan rusaknya ulir. 3. Gunakan pelumas di waktu anda mengetap/menggunakan sney. 4. Gunakan kuas/majun untuk pembersihan. II.Teknik Pengeboran Untuk melakukan praktikum teknik pengeboran dengan aman ada hal-hal yang wajib diperhatikan dalam melakukan pengeboran sebagai berikut: 1. Gunakan kaca mata pengaman selama melakukan pengeboran. 2. Rapikan rambut anda (di ikat bila panjang) untuk menghindari kecelakaan saat menggunakan alat bor (menghindari melilitnya rambut pada bor). 3. Tandai dan gunakan penitik (center punch) pada benda kerja yang akan dibor. 4. Ikat dengan erat benda kerja yang akan dibor. 5. Gunakan kecepatan yang sesuai di tiap benda kerja yang akan dibor. 6. Jangan mengambil (memegang) tatal/geram yang melilit pada saat mata bor masih berputar. 7. Bersihkan alat bor setelah selesai melakukan pengeboran dan lumasi 8. dengan menggunakan oli pelumas. 59 ;-1. I I ovutbalrla-*a,vt ?oBo yak^tuy &u;g A*** v1/u/nyiunA.Uovw ?,vt W ry ";U n^2,vtX1\,tq.*a,u1 nrWrXn rlo-nzaan Stwvndex O vwvn 4o,^^ y^lm* ?;jn 4l)r,) .A'" ,h-ouwl o&,1^rt4 lar ]tu+a,^ ffi t*tq,,rtct-- 4a"-tr*^ ha-\o'*, BdUo. gT-a7 .fl v^*"-a" LOo vwt/vt ymt atrs-, 8'' *r"*+ uvtl4 7a,*a, \uvtr*t tu.ea',,qov *y W\ \z-LvvtLitl1 %uy A*tha,,*v,+eA W.4a " ?ry*t Vyh,t /12,^ rc\oJio,,,^ g-o wvvt, *a1i ury ,fi' *3 qx-w,vt /^ q"ry y" !*4 ;wt 4 yr <^*arn, .bq,l.e,t th r+/w eXa-prrr,,n vytLta!.vt1.l*.Atw W.hrrJL atrttr,S1*, Vll-Wrtten V,,*tg ?e"r&., ?rvotq 1^t* !"wrlt"* lu,cr*ws a'fu^-ld V/u?P\ , e,- V\ vJ; A' lno,nv.a dy rlp,tz, ltp-; l,\-?P\vJ *r# l,U,tr,tt .lrJ^.(d^-, gpz\Lc/t^^/\t/,,\ .$l*p",**o^rrrt, ei^,l,e/A tw"D6 Ll",t.rt6ufua ) . +t^l ;, tu-oa, +\d,a uvaw,LwvtUq y** a,,r.fir*+, w&.u W *WgXa ?*W willA^^ YMA t^"rwr$a., W\* U,v,a, 1^.9-€AL ?&ttu at-*\ 4a"1^ u;-ar&l..r vv-ttyu*t4, *a,,, .fu,larL tdiS l//lz,4\,Lv pvvu W czlaL l'A^-ra&- - i;T' ?ry4 Y-* t,.tea 12- A'Trs^dM"' |(,^-0!, ,U,ra 4'prt _r-.^I W ,+rr;t* . pv*u .P^t ?4 Aov4da^ YJAW @ l*t'"|*. Par<, Y"* ;r,i ., a* ,Xarytu kA-S r*a$vat^ 4>t-al^l*-.-r^ a-$a-0a3 v!\,r,\/\^^+n^S. ry n:ffi#,r:,ru;'-urT#& Ynntovya^ $'X.,tuo,.J4a^ &t^5c,t^ r "r,r;r., lr.^lru* WtwtWi dt*tlra/t t ?US*t lt c.r,tt*u,t vw,w)a*,. lb tar,rvtn, vlrJ_dr 1X/^ t|r_t *r,,ou g> Bot, .l*,z.gal.z- nnrnla &rJ, 40r7t vtavva " +PaAt\,k" ?r|,oY<-t Y% btaer,r,^, r.<^bo; " 4o - \ulAA Y?tu Prrylayavw h;cu *r'ta-n^r*^u - fqtsv ynvu.t ttt-r yW Vntrvvt flw+r^)*r-r^ tv;**a^ .+" 60 tA/,,r^ 4ttruru*,nfudur',w l^AAt t fu@* ?4,1/vu/,fu8 #*f $e,r.-y,,^ ya"r%"- vtw+rtnat ?t^.1,u^l-aq "vrM trT !rW*, V?L\tu\ru\*^ Ua.+u+ b/f-L". l*cA\A lhr* y%eaa.u ;ud StalnuUro,-, f-%drya.^ " Daai Jbnp md.?a,,a *ta Pa-S{*, g tL-o-t) \r(*,^rL ,try .*' ?fu1 Vq4^4 q,v'"^iluh . Per\{*, ?2.vt/5a,+,ay/^ le*lo.,rttt-z'-' tv&xuynal@/vt 4 wovt/v)\ , ,t% uy*X,*t* ;i,t/t", A' {a,<,- .f ot*g*vt v'rs nnng 2 4a,w g , .*O,"^ +r"V V1,,OV:.,,-O\ 6 ,Wry t r? Aa.t$v,n wtw tu^,vsvtya, I*w,?eV &Mi ht6A,1.t)^ 4 &-,vt ?. llrvutrwt* vttt unlzlvnwfuJ l+tt<,t,'gt r,tXtVap vw\; . &4t'a, ,MTllA/1Ad"U^^ ItJ^,1/rtt\tg ruyU OtrJJ\af^ fu,rvLwAl.fu q^,1 ln 'fu,f a,+, -9;e4w.rll^)la,h Yaee, ,lraiucu v* +2r', vttl,ttTltr*Al,rl,r,t, l^t@ . l}U lAjr/wr\P/\r1/r ,3 4 ,4,5 e-s UA-<t +a,rra +a"7 flC*lpva lnru*vy Dc-li q ttu\6ttt,,vr 41a+a,l , 4<1o"<, $' yv.\r\/u,tvr )oo$rruv.-,. . U4li 44ej v,v; wlo-t oA A/u_l<i l<ot<: eI / ry *b"M .k4s,vr^ nno.,.asr*\ |d-fu< y+UJn ^trtrxwx;.ff +o rW .*",,.", W t Vn.bl,<3"r, +rt td ru" .ca-LovL pd* o,-lz,+ W A.ry"^ilMr" A t o,vt4orr^ h d lrti r?; o6t unoJte-n lc,t^,t W ry S-s - t 6 _1<*,e*^, 'k^/,r', talaJ,r-fu t\e*'A e,I*.r^" W\* ^rra*n, %t {a*ont^ - ?ar-tu Y{u^ ?t)^4r.ta||a^^ q.UJ.l.4"*f* 4' yulaa.h,ka"^ o.lc,lezl n*W v\)/\/t^h,t.wttt/u- Vw luW+oJl.Law, ^a t..,V Wt bp*t't, %* t^r,*-l L<4w; 4r\-^._ \* 61 62 63 64 65 66 67 6.s A ^arur6 Mia, 4- tU*ryan*- |**t !/ r 7r - d . A 4000 * 9,44 yV I vnim go, 490 10-aoa = 4''l904 vn/writ^ 2.. p*vna&evna,qa (1cta ; t/, facd - =. T = 4. O.OJ . 48O '- 44, 4 mvn /vn'ta'.. 3- 6.uaU M*lt-oqa y/t*,-r' - VL -C^ t3 (p .",) = 44 -go4 1. t$O 3 OtO't|/ tm4/qvb. 4. Wilr,h^ PrAlwo+vvya^^ lc Elt V1 r35 44. sol F g,Og 6 s ' Vn|,/. Wtdzq J,ro 3L\ d [email protected]"g;trt"-t- ,zs e =A .,i1 r-'r!. HS.^' PJ P*lj:' ['H .fri, tr;i u i 68 6 t@ n4"*a,n W*ryt@,ta q ?.V{ Vo,*'r-t w 4000 = <,t,gO4 o,T , 9 '4000 .-- 6'G P O to\ ,,rn3 / vuin r^W"lna-sovrrt al/-err.r^ t/wr.vwhuA,L e/*v.At qilAA aewU*wt A"a,*,' v^ti^ vtrtaili^* . (&r( a^L?^,vt WA f'-U*^* $-u?w,rw<*t: 90 vwrm" *,bilnrr', urrtild,w,,ku.t folq \*t S; W,lsv^, M% , yxo-Vilh*.a lanzvrs vwnorxla-lwr inn"1* &u*ua, uA^AA WX y 8-,' U"e *a,,rt Q, 8*f .-$:T bG W WM h,LlurL 9,4* nzv,,ii .&vsa, f4.ei.h;. Lahdutn lt vt V.+dl^/,rt "y^-lrr- tul*iu-, 1a4atl,rvga- Wr* *,1p" i'*'t f-e,u/1,o* yarw ftoy 6tov1.,b+h po,.*o^*r*^ .6 f4^& learuwtuw'Uan eowna' 4a-, p'd*..' ' laan' yttvt*'ortw *T,'r^dxa'n lo'o,2, rtasrt, ,*^^.. "tM6 a-DorLcg, 3E ^tr UaWy 7a-*e-t ^/1^.i,1 . q,,\e Totw-tr Wl SSafa^, 1a4"4h^ $arra- o6a-U'J\ 'i ,'tr01 vn / vnrrn D*nVrr-, ytma,Wna/L1 44,4 Wrnr/ vwi,n. lvtnna ya_tnaa y^\ *.ap^o,Vfu^ ?q5.^, ta-eL ?^d.n,eu/v,rw, a?aldj, nni;.r&a ptna* are rvt*1^il/tvu 4 ,Fn' , t'Da,y*t- ,lrrb*-r\ qr\ak .,"\a)^a,^ fi 7 'b<s PaDa,, ks* ?uCi'b a-$ndo9 O vu'n' / *" y&v\4o-\, r^y , &. \ , qo w\'r\rut wmtuk sdza"l; y,-r,t/1.Lo furtT*, ,tM* %.Mtt& 4'4.ta#,<o,,,^ &^A; :r-3ur;A W,h*ln|Ka,tn wra&.tu p.t+hibw*t^ IAW+ vulLtai.\ ttn fie-V ?bfu a' ?a'&, wtt nu, yrrtl^,^4d,,-atL " Watr-a WSen tvt^^)^Aa,vt M lUlx,nfialrl,?r-rr ?t W) 69 wuLl rvy o*ala.X Wr^L^^ A f"tr? . lUtv*rrnry t*tta7 W ?1./r1' ?1"gy1/Vt/lt/1.\ Vtrt;wrot b*vrht"tx W ?-t/1/a4w? va,h,\i, A.esoA .bU"g "/e.ra t*lcttpi .\rarfrtu^ , ?a56- p3at/^tl^/.1/vtr1 t/1/lt/tvt?n a,L ir-^ lkl^Ail ^,v^r{":",r.r*r lla-lj ^f v1AA,1v\ gerba/nLfrlL C 4X-arlk4r1,t qr(o u,t*':Y I A% fu*g6n WW a,fJa.vr .j.,/t *z* , n^-a)/!p vt*Lo"i ttn8cxg.t1.o%.*X il+tlo$ O Ant^4u Wt*? ?tt/tLo?o4fft1,^ vuil\v .buy"nlr} U t*ctn7' hn loutv*n 8.,' vwo*\ ?a"t-a,, I^qgr^ * hAf lzAal tvv,1,,t^,% 4*tol,r^t"p, t\r A)/2/^ 4ywg Wr1^w*gax, WI-AN gWwc,Jt <,r^ $pr4, * vnilP+n 6U, ydoo r.balaf aPrAt/\/w)^a-^v1 uY\ lrzr,^ 41.*vwl 8-,tgl*tr.Uo'r^ W*Af 4rorr**+*.t, tq.u,tt \% Pa,$<v '\']ry.ttu^^^ 6 g,t ' ' ,2 lt n**y .4 G.7 Wu)_a/n Da,8i Val*+t]uruw t -elJ; \/j^^ ,Mfa+ &'v.,tvtf ^r.)/k^/\^ Bo$w* :, 4' Pn r,-+rr*" fo'wja.v1 sta^t +?u,\1wt/.^^, foA"v\1g/1a;\ ,. eW vral,t ^^yt*v"tt144X 1lan7.O'ja-ar.n, W,*ru*-\*"^6 W) wcUalwh tnlcV c-\rr^"vt 4>.1r,.*o+ Wa- / ?g prra!.Jar, Poy\ii.' 3. |U^^rrrJt"i^ Ao.w^6o'l* Th paha,t lr-rr*, vw.AJ**t v<rv.w3t*iw, \A)/U.^ %*g. 4 VpurJ!"s,ra, V?j,L1rryLp.,1,, W A'of,;,^a - 7*rt..t1.Jt?lav., w tta.rw 4 Yho,ltl2aa f "l"r^a i vSry * Wwtt"i Sr"^6A-, ^"^W" W@^ bzro,a*rrtro . G'7 - e. pt^Ao,,^ l*Vldu$.n \nn *rn l,\,ra,r"4 Y* I hhk e.eor-Lt^ tuW h,anl .%.fa,+' W?**.. Alat faa**tVvv,n v<rUo;U"unz "^+a-r^&r8 70 T Lyw wtJ,u+! - DAFTAR PUSTAKA Alois Schonmetz.. Peter Sinnl., Johann Rathpoller.,1985. Pengerjaan Logam dengan Mesin. Angkasa. Bandung. Amstead B. H. Ostwald Philip F, Begema M. L.,1979. TeknologiMekanik. Erlangga. Jakarta. Anonim, 2004. Petunjuk Praktikum Proses Produksi. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Mesin Universitas Mataram, Mataram. Anonim,2012, las titik, http://pingujie.blogspot.com/2012/02/las-titik.html. Diunduh pada tanggal 29 januari 2013 Anonim, 2012, mesin bubut 3 (lanjutan),http://khoirulmesin.blogspot.com/2012/06/mesin-bubut-3lanjutan.html. diunduh pada tanggal 29 januari 2013. Boentarto, 1997. Bengkel Teknik Las ListrikCV. Anelca Solo. Daryanto,Drs., 1987. Alat Perkakas bengkel. PT. Bina Aksara. Jakarta. Gatot Bintoto, 1999. Dasar-Dasar Pekerjaan Las. Kanisius, Yogyakarta. John Stefford, Guy Mc Murdo dan Abdul Rahman, 1986,Teknologi Kerja Bangku, Erlangga, Jakarta Triadi A, 2001. PetunjukProses Pengelasan, Mataram 63