Makalah Studi Kasus Pengendalian Banjir di Kota Makassar diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Pengelolaan Sumber Daya Air yang diampu oleh Dr. H. Danny Meirawan, M.Pd. & Dedi Purwanto, MPSDA. disusun oleh: Muhammad Aziz (1704860) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2020 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan sahabatnya. Penulis sangat berterimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah ini, karena telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan kami mengenai banjir. Makalah ini disusun dari beberapa sumber, namun penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat. Bandung, Maret 2020 Penulis 3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 3 DAFTAR ISI....................................................................................................................... 4 DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... 6 BAB I PENDAHULUAN ........................................Ошибка! Закладка не определена. 1.1 Latar Belakang ...............................................Ошибка! Закладка не определена. 1.2 Identifikasi Masalah .......................................Ошибка! Закладка не определена. 1.3 Pembatasan Masalah ......................................Ошибка! Закладка не определена. 1.4 Rumusan Masalah ..........................................Ошибка! Закладка не определена. 1.5 Tujuan ............................................................Ошибка! Закладка не определена. 1.6 Sistematika Penulisan ....................................Ошибка! Закладка не определена. BAB II KAJIAN PUSTAKA ...................................Ошибка! Закладка не определена. 2.1 Karakteristik Pemahaman Banjir di Kota Makassar .......... Ошибка! Закладка не определена. BAB III METODOLOGI .........................................Ошибка! Закладка не определена. 3.1 Lokasi.............................................................Ошибка! Закладка не определена. 3.2 Waktu ............................................................Ошибка! Закладка не определена. 3.3 Metode ..........................................................Ошибка! Закладка не определена. 3.4 Populasi, Sampel dan Sampling Technique ..Ошибка! Закладка не определена. 3.5 Data Primer dan Sekunder ............................Ошибка! Закладка не определена. 3.6 Instrumen ......................................................Ошибка! Закладка не определена. 3.7 Teknik Analisis .............................................Ошибка! Закладка не определена. 4 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................Ошибка! Закладка не определена. BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ... Ошибка! Закладка не определена. 5.1 Kesimpulan ....................................................Ошибка! Закладка не определена. DAFTAR PUSTAKA ..............................................Ошибка! Закладка не определена. 5 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Gambar 4.1. Drum yang Dilubangi Gambar 2. Gambar 4.2 Pembuatan Lubang Gambar 3. Gambar 4.3. Drum di dalam Lubang Bangunan Gambar 4. Gambar 4.4. Tutup Bak Penampung Gambar 5. Gambar 4.5. Pengelolaan Air Limbah Saluran Pembuangan Gambar 6. Gambar 4.6. Pengelolaan limbah air buangan kamar mandi dan limbah bekas air cucian. 6 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) Jeneberang merupakan salah satu DAS kritis yang menjadi prioritas untuk segera ditangani dengan masalah utama banjir, erosi dan sedimentasi. Daerah Aliran Sungai (DAS) Jeneberang merupakan DAS lintas Kabupaten kabupaten Gowa dan yang wilayahnya Sinjai di bagian antara hulu, lain serta meliputi Kabupaten Takalar dan Kotamadya Makassar di bagian hilirnya. Sebagai bagian dari hilir DAS Jeneberang, Kota Makassar juga tidak lepas dari permasalahan di DAS Jeneberang.Secara fisiografis,letak Kota Makassar adalah pada daerah dataran banjir dan dataran aluvial Sungai Jeneberang, serta sebagian lagi merupakan dataran aluvial pantai dan menjadi outlet dari DAS Jeneberang. Adanya Sungai Jeneberang yang membelah Kota Makassar menjadikan Kota Makassar salah satu kota yang sering mengalami banjir setiap musim hujan tiba. Data yang diperoleh menyebutkan bahwa genangan setinggi 30-70 cm hampir selalu terjadi pada lebih dari 40 titik di lebih dari 10 kecamatan (Kompas, 10 Nopember 2006). Hasil kajian ini diharapkan menjadi masukan dan pembelajaran untuk penulis dan pembaca sebagai khazanah wawasan ilmu. 1.2 Identifikasi Masalah Permasalahan makalah yang penulis ajukan ini dapat diidentifikasikan permasalahannya sebagai berikut : 1. Analisis Masalah terhadap Studi Kasus yang disajikan 2. Penyebab Studi Kasus dalam kajian 3. Pemahaman akan pentingnya pengetahuan tentang akibat dan penanggulangan banjir 7 1.3 Pembatasan Masalah Agar makalah ini dapat dilakukan lebih fokus, sempurna, dan mendalam maka penulis memandang permasalahan penelitian yang diangkat perlu dibatasi variabelnya. Oleh sebab itu, penulis membatasi diri hanya berkaitan dengan “analisis, penyebab, akibat & dampak, serta penanggulangannya” dan pengelolaan yang baik akan mempengaruhi keadaan lingkungan saat ini. 1.4 Rumusan Masalah 1 .Bagaimana cara analisi studi kasus banjir dan kekeringan dengan benar? 2. Apakah penyebab dari banjir ? 3. Apakah akibat dan dampak yang terjadi pada banjir ? 4. Apakah langkah penanggulangan nya pada banjir ? 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan makalah ini adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi mengenai latar belakang, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan dan sistematika penulisan. BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB III METODOLOGI Bab ini berisi mengenai lokasi dan waktu observasi, metode, populasi dan sampling technique, data primer dan sekunder, instrument, teknik analisis, kerangka berpikir, dan diagram alir. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V PENUTUP Bab ini berisi tentang kesimpulan dari keseluruhan isi laporan dan rekomendasi untuk pengembangan aplikasi lebih jelas juga implikasi. 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. KARAKTERISTIK BANJIR DI KOTA MAKASSAR Berdasarkan hasil pemetaan kerawanan genangan (Nandini, 2007), Kota Makassar terdiri dari dua macam kelas kerawanan terhadap genangan, yaitu kelas rawan seluas14.161,1 ha dan kelas sangat rawan seluas 3.275,9 ha. Daerah dengan kelas rawan tersebar pada seluruh kecamatan yang ada di Kota Makassar. Daerahtersebutsecarafisik mempunyai geomorfologi terdiri dari bentuk lahan dataran, dataran aluvial, pantai, rawa, dan sabuk meander; jenis tanah Entisol dan Inceptisol; serta penggunaan lahan pemukiman, pertanian lahan kering, sawah, padangrumput,tubuh air, dan tambak. Daerah yang termasuk dalam kelas sangat rawan hanya berada pada satu kecamatan yaitu Kecamatan Biringkanaya.Daerah ini secara fisik mempunyai geomorfologi terdiri dari bentuk lahandatarandandataran alluvial,jenis tanah Ultisol dan Inceptisol, serta penggunaan lahanrawa, sawah, tubuh air, dan tambak. Berdasarkan hasil inventarisasi, cm ketinggian dengan lama genangan genangan bervariasi 2-10 jam, antara tergantung 15-150 besar dan intensitas hujan yang terjadi. Kota Makasar hampir selalu mengalami banjir pada saat musim hujan tiba. Menurut informasi Kepala Bidang Data 100 mm dan Informasi Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Wilayah atau IV Makassar, lebih dapat curah dipastikan hujan akan dengan tebal menimbulkan genangan di berbagai tempat di Kota Makassar, di samping akibat pengaruh aliran balik (back water) pada saat terjadinya pasang surut air laut. Kejadian banjir tidak lepas dari adanya konsentrasi aliran permukaan yang tidak dapat meresap ke dalam tanah akibat perubahan penutup Kota Makassar permukaan di permukaan yang terbesar sebagian terjadi besar adalah lahan. Hasil menunjukkan 0-53 terkonsentrasi mm. pada analisis aliran bahwa aliran Aliran permukaan daerah pusat kota di mana secara umum daerah-daerah tersebut merupakan lahan terbangun dengan kepadatan tinggi, baik pemukiman, pertokoan maupun perkantoran. 9 Banjir yang terjadi di Kota Makassar juga dipengaruhi oleh letak Kota Makassar yang hanya berada pada ketinggian sekitar 0-6 m dpl sehingga mudah tergenang oleh aktivitas pasang air laut, terutama pada saat pasang mencapai titik tertinggi. Menurut Lembaga Penelitian Universitas Hasanuddin (2006), tipe pasang surut di Kota Makassar adalah campuran yang condong ke prevailing tinggi dan perbedaan diurnal), satu air harian yaitu dalam kali tinggi tunggal air dan satu rendah air hari yang rendah (mixed terdapat tidak rata-rata satu beraturan saat tide kali air dengan purnama adalah 140 cm. Faktor kemiringan lereng yang kecil menyebabkan naiknya air pasang dengan cepat menggenangi sebagian wilayah Kota Makassar yang berakibat pada banjir di Kota Makassar. 10 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi Kajian Implementasi Pengendalia Banjir di Sub DAS Jeneberang Hilir. 3.2 Waktu Waktu pengerjaan studi kasus ini dilakukan pada tanggal 19 Maret 2020 dalam jam mata kuliah Pengelolaan Sumber Daya Air. 3.3 Metode Metode yang digunakan pada penulisan laporan ini adalah metode deskriftif kulitatif, yang mana penulis menjabarkan materi secara langsung berdasarkan hasil kajian pustaka. 3.4 Populasi Dan Sampel Populasi merupakan wilayah generalisasi dari objek/subjek yang memiliki kuantitas dan karakteristk tertentu yang dipilih oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Adapun populasi yang digunakan dalam makalah ini adalah Jurnal Penelitian Balai Kehutanan Kota Makassar. Sampling Technique adalah teknik pengambilan sampel untuk menentuan sampel yang dipakai dalam penelitian. Sampling Technique yang digunakan dalam makalah ini adalah sample random sampling. 3.5 Data Primer Dan Sekunder Data primer adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber aslinya yang berupa jurnal. Sedangkan data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh melalui perantara atau secara tidak langsung yang berupa buku, catatan, makalah, artikel, baik yang dipublikasaikan maupun yang tidak dipublikasikan secara umum. Data penelitian yang digunakan pada makalah ini adalah sekunder karena mengambil beberapa referensi atau sumber dari buku, makalah, atau artikel jurnal. Data yang digunakan pada laporan ini hanya berupa data sekunder yang dirujuk daribuku teknik penyehatan, pada BAB sumber perencanaan rumah sehat. data tersebut diantaranya: 11 1. Tata ruang 2. Kelengkapan bangunan, dan 3. Rumah dan lingkungan permukiman sehat 3.6 Instrumen Instrumen adalah alat bantu yang digunakan dalam metode mengumpulkan data oleh peneliti untuk menganalisis hasil penelitian yang dilakukan pada langkah penelitian selanjutnya. Instrument yang digunakan dalam makalah ini adalah sumber dokumen sekunder, yaitu berupa dokumen yang diperoleh selain dari sumber asli namun juga bisa dari orang lain atau berbagai media seperti surat kabar, penelitian, makalah, dan publikasi lainnya. 3.7 Teknik Analisis Teknik analisis data yang digunakan dalam makalah ini adalah teknik analisis kualitatif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh selanjutnya dikembangkan pada hubungan tertentu atau menjadi hipotesis sehingga selanjutnya dapat disimpulkan apakah hipotesis tersebut diterima atau ditolak berdasarkan data yang terkumpul 12 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Hasil dan Pembahasan Strategi pengendalian banjir di Kota Makassar telah disusun dan dituangkan dalam dokumen RPJMD Kota Makassar Tahun 2005-2010.Berdasarkan hasil analisis pada dokumen tersebut diperoleh bahwa terdapat lima strategi pengendalian banjir yang akan dilakukan, yaitu pengendalian tata ruang, pengaturan debit banjir, pengaturan daerah rawan banjir, peningkatan peran masyarakat, serta pengelolaan Daerah Tangkapan Air (DTA). Pelaksanaan strategi pengendalian banjir tersebut dilakukan secara teknis dan non teknis. Secara teknis, strategi pengendalian banjir yang dilakukan adalah pengaturan debit banjir, dalam hal ini dilakukan dengan pembuatan dan pemeliharaan saluran drainase, normalisasi saluran drainase, waduk tunggu, dan pemompaan kanal. Secara non teknis strategi pengendalian banjir yang dilakukan adalah pengendalian tata ruang, pengaturan daerah rawan banjir, peningkatan peran masyarakat, serta pengelolaan DTA. Pada umumnya pelaksanaan strategi pengendalian banjir di Kota Makassar tersebut dilakukan pada daerah-daerah yang merupakan titik-titik rawan genangan dan telah melibatkan kecamatan-kecamatan dalam berbagai kegiatan pengendalian banjir. Adapun rincian pelaksanaan strategi pengendalian banjir tersebut dapat dilihat pada Tabel 1 Tabel 1. Pelaksanaan strategi pengendalian banjir di Kota Makassar Strategi Kegiatan No pengendalian pengendalian banjir banjir Pembuatan dan pe Pengaturan 1 meliharaan saluran debit banjir drainase Normalisasi Saluran drainase utama saluran Panampu, Jongaya, Sin drainase rijala Waduk tunggu Pampang Kanal Panampu dan Jo Pemompaan kanal ngaya 2 3 4 Pengendalian tata ruang Pengaturan daerah rawan banjir Pengelolaan Daerah Tang kapan Air 13 Lokasi Makassar bagian barat dan timur Pengaturan tata guna lahan Kawasan lindung di Kota Makassar Manajemen sam pah 14 kecamatan di Kota Makassar Pengelolaan DAS Bagian hulu DAS Jene berang (Kab. Gowa), ja lan-jalan protokol pada 14 kecamatan di Kota Makassar, desa-desa ne layan di sepanjang pantai Makassar 5 Peningkatan peran masya rakat Informasi publik dan penyuluhan 14 kecamatan di Kota Makassar Peringatan bahaya banjir 14 kecamatan di Kota Makassar Sumber: Analisis data (2007) Hasil kajian yang dilakukan terhadap pelaksanaan strategi pengendalian banjir di atas diketahui adanya sejumlah kendala. Beberapa kendala tersebut antara lain karakteristik aliran permukaan yang besar, saluran drainase yang belum memadai, pemanfaatan lahan-lahan yang rawan banjir, perubahan fungsi kawasan, dan kelembagaan. Adapun hasil kajian selengkapnya dapat dilihat pada Tabel2. Tabel 2. Evaluasi pengendalian banjir di Kota Makassar Kegiatan N Implementasi pengendalian Hasil evaluasi o kegiatan banjir - Pemeliharaan sa luran drainase se kunder dan tersier - Terkendala SDM, oleh Dinas PU dan dana, dan pemba Dinas PLH & K Ko gian kewenangan Pembuatan dan ta Makassar, drai - Saluran drainase pemeliharaan nase primer oleh yang ada tidak 1 saluran draina Dinas PSDA Pro mampu menam se vinsi Sulsel pung aliran permu - Pemeliharaan tidak kaan yang terjadi rutin dan menyelu - Kurangnya kesa ruh daran masyarakat - Partisipasi masya rakat kurang - Normalisasi dilaku kan dengan penge Terkendala SDM, da Normalisasi sa 2 rukan sedimentasi na, dan pembagian luran drainase - Pengerukan tidak kewenangan rutin Berhasil mengurangi Pembangunan waduk 3 Waduk tunggu banjir di Kota Makas tunggu Pampang sar bagian timur Pemasangan pompa Berhasil mengurangi Pemompaan 4 di Kanal Jongaya dan intensitas banjir di se kanal Panampu panjang kanal - Mempertahankan - Pemanfaatan rawa areal perlindungan sebagai resapan dan kawasan re air cukup berhasil sapan air di Daerah sebagai pengen Pengaturan tata 5 Antang dali banjir guna tanah - Terdapat beberapa - Penggunaan rawa pergeseran peman sebagai areal tam faatan ruang dari bak telah mem arahan yang terda bantu meningkat 14 pat dalam RTRWK - Pemanfaatan kan pendapatan masyarakat Kajian Implementasi Strategi...(R. Nandini) No Kegiatan pengendalian banjir lahan-lahan yang rawan banjir yang tidak sesuai de ngan fungsinya - Kurangnya kontrol dalam pelaksana an RTRW Manajemen sampah 6 7 Pengelolaan DAS 8 Peringatan bahaya banjir 9 Informasi dan penyuluhan Implementasi kegiatan - Dilakukan oleh Di nas PLH & K dan Prusda Kebersihan sesuai Perda No. 14 Tahun 1999 - Partisipasi masya rakat dalam keber sihan cukup baik - Penanaman jalur hijau dan rehabilita si mangrove oleh instansi vertikal maupun horisontal - Banyak tanaman yang mati Dilakukan pada tiap kecamatan dengan koordinasi dinas terkait Dilakukan pada tiap kecamatan dengan koordinasi dinas ter kait Hasil evaluasi Keefektifan pelaksa naan Perda baru 20%, pelayanan ke bersihan mencapai 87,76%, - Tanaman kurang pemeliharaan - Partisipasi masya rakat dalam peme liharaan tanaman kurang Kesadaran untuk sia ga banjir, baik Partisipasi masyara kat untuk mengikuti kegiatan cukup baik Sumber: Analisis data (2007) Dilihat dari aspek sarana sanitasi maka beberapa sarana lingkungan yang berkaitan dengan perumahan sehat adalah sebagai berikut: Sarana Air Bersih. Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.Di Indonesia standar untuk air bersih diatur dalam Permenkes RI No. 01/Birhubmas/1/1975 (Chandra, 2009).Dikatakan air bersih jika memenuhi 3 syarat utama, antara lain: 15 o Syarat fisik. Air tidak berwarna, tidak berbau, jernih dengan suhu di bawah suhu udara sehingga menimbulkan rasa nyaman. o Syarat kimia. Air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat kimia, terutama yang berbahaya bagi kesehatan, o Syarat bakteriologis. Air tidak boleh mengandung suatu mikroorganisme.Misal sebagai petunjuk bahwa air telah dicemari oleh feses manusia adalah adanya E. coli karena bakteri ini selalu terdapat dalam feses manusia baik yang sakit, maupun orang sehat serta relatif lebih sukar dimatikan dengan pemanasan air.[i] Jamban (sarana pembuangan kotoran). Pembuangan kotoran yaitu suatu pembuangan yang digunakan oleh keluarga atau sejumlah keluarga untuk buang air besar. Cara pembuangan tinja, prinsipnya yaitu: o Kotoran manusia tidak mencemari permukaan tanah. o Kotoran manusia tidak mencemari air permukaan/ air tanah. o Kotoran manusia tidak dijamah lalat. o Jamban tidak menimbulkan bau yang mengganggu. o Konstruksi jamban tidak menimbulkan kecelakaan. o Pembuangan Air Limbah (SPAL) Air limbah adalah cairan buangan yang berasal dari rumah tangga, industri, dan tempat umum lainnya dan biasanya mengandung bahan atau zat yang membahayakan kehidupan manusia serta mengganggu kelestarian lingkungan (Chandra, 2007).Menurut Azwar (1996), air limbah dipengaruhi oleh tingkat kehidupan masyarakat, dapat dikatakan makin tinggi tingkat kehidupan masyarakat, makin kompleks pula sumber serta macam air limbah yang ditemui. Air limbah adalah air tidak bersih mengandung berbagai zat yang bersifat membahayakan kehidupan manusia ataupun hewan, dan lazimnya karena hasil perbuatan manusia.Dalam kehidupan sehari-hari, sumber air limbah yang lazim dikenal adalah: Limbah rumah tangga, misalnya air dari kamar mandi dan dapur. Limbah perusahaan, misalnya dari hotel, restoran, kolam renang. Limbah industri. 16 Sampah Sampah adalah semua produk sisa dalam bentuk padat, sebagai akibat aktifitas manusia, yang dianggap sudah tidak bermanfaat lagi.Entjang (2000), berpendapat agar sampah tidak membahayakan kesehatan manusia maka perlu pengaturan pembuangan, seperti tempat sampah yaitu penyimpanan sementara sebelum sampah tersebut dikumpulkan untuk dibuang. Syarat tempat sampah: Terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan Harus ditutup rapat sehingga tidak menarik seranga atau binatang lainnya Pengolahan Limbah Rumah Tangga Pengelolaan yang paling sederhana ialah pengelolaan dengan menggunakan pasir dan benda-benda terapung melalui bak penangkap pasir dan saringan. Benda yang melayang dapat dihilangkan oleh bak pengendap yang dibuat khusus untuk menghilangkan minyak dan lemak. Lumpur dari bak pengendap pertama dibuat stabil dalam bak pembusukan lumpur, di mana lumpur menjadi semakin pekat dan stabil, kemudian dikeringkan dan dibuang. Pengelolaan sekunder dibuat untuk menghilangkan zat organik melalui oksidasi dengan menggunakan saringan khusus. Pengelolaan secara tersier hanya untuk membersihkan saja. Cara pengelolaan yang digunakan tergantung keadaan setempat, seperti sinar matahari, suhu yang tinggi di daerah tropis yang dapat dimanfaatkan. Berikut ini adalah pengelolaan limbah rumah tangga untuk limbah cair, padat dan gas. 1. Pengelolaan air limbah kakus I. 2. Pengelolaan air limbah kakus II. 3. Pengelolaan air limbah cucian. 4. Pembuatan saluran bekas mandi dan cuci. 5. Pengelolaan sampah. 6. Pengelolaan limbah industri rumah tangga. 7. Pengelolaan air limbah rumah tangga I 17 8. Pengelolaan air limbah rumah tangga II 9. Pengelolaan air limbah Air limbah dialirkan melalui saluran ke drum dan air dalam drum akan disaring dengan koral/ijuk ke luar, dan kemudian meresap ke dalam tanah. Bahan : 1. Drum 2. Koral 3. Kayu 4. Ijuk 5. Pipa pralon Peralatan 1. Palu 2. Besi runcing 3. Cangkul 4. Parang 5. Gergaji Pembuatan Drum dilubangi dengan garis tengah 1 cm, jarak antara lubang 10 cm. Pembuatan lubang di luar dapur dengan ukuran panjang, lebar dan dalam masingmasing 110 cm. Di dasar lubang diberi koral/ijuk setebal 20 cm dan drum dimasukkan ke dalam lobang tersebut. Sela-sela drum diselingi dengan koral/ijuk. Kemudian dibuat saluran air limbah ukuran ½ bis, atau dari pasangan batu bata. Drum ditutup dengan kayu/bambu atau kalau ingin lebih tahan lama dicor dengan campuran semen dan pasir yang diberi penguat besi. Untuk pembuatannya dapat dilihat pada Gambar 1,2,3, dan 4 di bawah ini. 18 Gambar 4.1. Drum yang Dilubangi Gambar 4.2 Pembuatan Lubang Gambar 4.3. Drum di dalam Lubang Bangunan 19 Gambar 4.4. Tutup Bak Penampung Limbah Rumah Tangga dari Saluran Air Selain dari buangan closet (WC) limbah bekas air buangan kamar mandi dan bekas air cucian juga harus dikelola dengan baik. Berikut ini merupakan ketentuan yang sedapat mungkin untuk dilakukan dalam pengelolaannya yaitu tempat cucian dipasang tidak jauh dari dapur. Bak cucian dipasang saringan, saluran pralon ke bak kontrol yang jaraknya maksimum 5 m. Bak ini perlu ditutup dan diberi pegangan agar memudahkan pengambilan tutup bak. Agar binatang tidak dapat masuk perlu dibuat besi penghalang. Untuk pembuatannya dapat dilihat pada Gambar di bawah ini: Gambar 4.5. Pengelolaan Air Limbah Saluran Pembuangan Dari gambar tersebut terlihat kegunatempat pengelolaan limbah, yaitu untuk membuang air cucian dapur dan kamar mandi serta untuk membuang air kotoran kamar mandi. Saluran pengolahan limbah ini perlu dibersihkan secara teratur terutama pada saringan air. Jangan membuan benda-benda padat seperti : batu 20 kerikil, kertas, kain, plastik dan barang-barang lainnya, karena akan menyumbat saluran. Limbah air bekas mandi dan cuci dialirkan ke bak kontrol dan langsung ke sumur resapan. Air akan tersaring pada bak resapan dan air yang keluar dari bak resapan sudah bebas dari pencemaran.Tempat mandi dan cuci dibuat dari batu bata, campuran semen dan pasir. Bak kontrol dibuat terutama untuk saluran yang berbelok, karena pada saluran berbelok lama-lama terjadi pengikisan ke samping sedikit demi sedikit, dan akan terjadi suatu pengendapan kotoran. Dibuat juga sumur resapan yang terbuat dari susunan batu bata kosong yang diberi kerikil dan lapisan ijuk. Sumur resapan diberi kerikil dan pasir. Jarak antara sumur air bersih ke sumur resapan minimum 10 m agar supaya jangan mencemarinya. Disamping cara yang tersebut diatas untuk mengelola limbah saluran kamar mandi dan limbah bekas cucian dapat juga dilakukan dengan cara mengalirkan limbah melalui saluran ke sebuah lubang resapan. Pertama dibuat lubang di luar dapur dengan lebar, panjang dan tinggi 1 m atau disesuaikan dengan tempat dan kebutuhan. Di buat saluran dari batu bata, pasir, semen atau pakai bis. Kalau saluran terbuka bisa ditutup dengan bambu, kayu atau seng. Bak resapan diisi dengan pasir, kerikil, batu kali. Akan lebih baik kalau bak resapan ditutup dengan kayu/bambu/cor-coran pasir dan semen. Dan dapat diberi saluran udara dari pralon. Cara pembuatannya dapat dilihat pada Gambar di bawah ini. Gambar 4.6. Pengelolaan limbah air buangan kamar mandi dan limbah bekas air cucian. 21 Pengolahan Sampah dengan Pengomposan Mendaur ulang sampah merupakan salah satu cara yang perlu mendapat prioritas utama dalam pengelolaan sampah rumah tangga, karena gangguan pencemarannya tinggi. Pengomposan sebaiknya dilakukan di dalam wadah untuk mencegah pencemaran lingkungan, gangguan binatang dan menjaga estetika. Kompos merupakan pupuk yang dibuat dari sisa-sisa mahluk hidup baik hewan maupun tumbuhan yang dibusukkan oleh organisme pengurai. Organisme pengurai atau dekomposer bisa berupa mikroorganisme ataupun makroorganisme. Kompos berfungsi sebagai sumber hara dan media tumbuh bagi tanaman. Cara kerja pupuk kompos adalah dengan menguraikan bahan-bahan organik yang akan menjadi tanah, mengayakan struktur tanah dan menambah nutrisi yang penting untuk pertumbuhan tanaman. Untuk lebih memahami cara pembuatan kompos adalah dengan melihat proses penguraian alami yang terjadi pada semua material organik seperti kayu, pohon, daun akan terurai dengan bantuan mikroorganisme dan cacing tanah. Ketika material tersebut telah terurai maka akan terbentuk humus yaitu suatu elemen yang sangat penting untuk menyuburkan tanah sehingga mampu menghasilkan tanaman yang sehat. Konsep inilah yang digunakan untuk proses pembuatan pupuk kompos. Kompos yang dihasilkan akan serupa dengan humus yaitu material seperti tanah yang mudah hancur dan berwarna gelap. Dilihat dari proses pembuatannya terdapat dua macam cara membuat kompos, yaitu melalui proses aerob (dengan udara) dan anaerob (tanpa udara). Kedua metode ini menghasilkan kompos yang sama baiknya hanya saja bentuk fisiknya agak sedikit berbeda. Pengertian Zero Waste Zero Waste adalah mulai dari produksi sampai berakhirnya suatu proses produksi dapat dihindari terjadi .produksi sampah. atau diminimalisir terjadinya .sampah. Konsep Zero Waste ini salah satunya dengan menerapkan prinsip 3 R (Reduce, Reuse, Recycle). Penanganan Sampah 3-R, 4-R dan 5-R Pemikiran konsep zero waste adalah pendekatan serta penerapan sistem dan teknologi pengolahan sampah perkotaan skala kawasan secara terpadu dengan sasaran untuk melakukan penanganan sampah perkotaan skala kawasan sehingga 22 dapat mengurangi volume sampah sesedikit mungkin, serta terciptanya industri kecil daur ulang yang dikelola oleh masyarakat atau pemerintah daerah setempat. Konsep zero waste yaitu penerapan rinsip 3R (Reduce, Reuse, dan recycle), serta prinsip pengolahan sedekat mungkin dengan sumber sampah dengan maksud untuk mengurangi beban pengangkutan (transport cost). Orientasi penanganan sampah dengan konsep zero waste diantaranya meliputi : 1. Sistem pengolahan sampah secara terpadu 2. Teknologi pengomposan 3. Daur ulang sampah plastik dan kertas 4. Teknologi pembakaran sampah dan insenator 5. Teknologi pengolahan sampah organik menjadi pakan ternak 6. Teknologi tempat pembuangan akhir (TPA) sampah 7. Peran serta masyarakat dalam penanganan sampah 8. Pengolahan sampah kota metropolitan 9. Peluang dan tantangan usaha daur ulang. Produksi bersih merupakan salah satu pendekatan untuk merancang ulang industri yang bertujuan untuk mencari cara-cara pengurangan produk-produk samping yang berbahaya, mengurangi polusi secara keseluruhan, dan menciptakan produk-produk dan limbah-limbahnya yang aman dalam kerangka siklus ekologi. Prinsip ini juga dapat diterapkan pada berbagai aktivitas termasuk juga kegiatan skala rumah tangga. Prinsip-prinsip yang dapat diterapkan dalam penangan sampah misalnya dengan menerapkan prinsip 3-R, 4-R atau 5-R. Penanganan sampah 3-R adalah konsep penanganan sampah dengan cara reduce (mengurangi), reuse (menggunakan kembali), recycle (mendaur-ulang sampah), sedangkan 4-R ditambah replace (mengganti) mulai dari sumbernya. Prinsip 5-R selain 4 prinsip tersebut di atas ditambah lagi dengan replant (menanam kembali). Penanganan sampah 4-R sangat penting untuk dilaksanakan dalam rangka pengelolaan sampah padat perkotaan yang efisien dan efektif, sehingga diharapkan dapat mengrangi biaya pengelolaan sampah. Prinsip reduce dilakukan dengan cara sebisa mungkin lakukan minimisasi barang atau material yang kita pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan. Prinsip reuse dilakukan dengan cara sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang sekali pakai. Hal ini dapat memeperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah. Prinsip recycle dilakukan dengan cara sebisa mungkin, barang-barang yang sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang. Tidak semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyak industri non-formal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain. Prinsip replace dilakukan dengan cara teliti barang yang kita pakai seharihari. Gantilah barang-barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama. Juga teliti agar kita hanya memakai barang-barang yang lebih ramah lingkungan. Misalnya, ganti kantong keresek kita dengan keranjang bila 23 berbelanja, dan jangan pergunakan Styrofoam karena kedua bahan ini tidak bisa diurai secara alami. Prinsip replant dapat dilakukan dengan cara membuat hijau lingkungan sekitar baik lingkungan rumah, perkantoran, pertokoan, lahan kosong dan lain-lain. Penanaman kembali ini sebagian menggunakan barang atau bahan yang diolah dari sampah. Tabel 1. Upaya 5-R di Daerah Perumahan dan Fasilitas Sosial Penanganan 5-R Cara Pengerjaannya Reduce Hindari pemakaian dan pembelian produk yang menghasilkan sampah dalam jumlah besar. Gunakan produk yang dapat diisi ulang. Kurangi penggunaan bahan sekali pakai Jual atau berikan sampah yang telah terpisah kepada pihak yang memerlukan. Reuse Gunakan kembali wadah/kemasan untuk fungsi yang sama atau fungsi lainnya. Gunakan wadah/kantong yang dapat digunakan berulangulang. Gunakan baterai yang dapat diisi kembali. Kembangkan manfaat lain dari sampah. Recycle Pilih produk dan kemasan yang dapat didaur-ulang dan mudah terurai. Lakukan penangan untuk sampah organic menjadi kompos dengan berbagai cara yang telah ada atau manfaatkan sesuai dengan kreatifitas masing-masing. Lakukan penanganan sampah anorganik menjadi barang yang bermanfaat. Replace Ganti barang-barang yang kurang ramah lingkungan dengan yang ramah lingkungan. Ganti pembungkus plastik dengan pembungkus yang lebih bersahabat dengan lingkungan. Gantilah barang-barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama. Replant - Buat hijau dan teduh lingkungan anda, dan gunakan bahan/barang yang dibuat dari sampah. 24 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan Pengendalian banjir memerlukan pendekatan yang integratif dari berbagai bidang. Dari sisi kelembagaan, ketidaksinkronan antara program pengendalian banjir seperti yang tertuang dalam dokumen RPJMD Kota Makassar tahun 2005-2010 dengan implementasi kegiatan pengendalian banjir. Salah satu upaya telah dilakukan yaitu dengan pembentukan Forum DAS Jeneberang yang anggotanya terdiri dari berbagai instansi dan stakeholder yang terkait dengan belum dapat DAS Jeneberang. berperan secara Namun demikian formal khususnya perencanaan pengendalian banjir di Kota Makassar 25 lembaga ini menyangkut DAFTAR PUSTAKA Khairil,ardhi. (2011). Rumah sehat. [online] diakses dari: http://ardhikhairil.blogspot.com/2011/11/makalah-rumah-sehat.html Masri, R.M. dan Purwaamijaya, I.M. (2019). Rekayasa Lingkungan. Departemen Pendidikan Teknik Sipil Sardi.(2015). Kajian konsep lingkungan (rumah sehat) dalam perancangan rumah hunian. Yogyakarta. [online], diakses dari: http://jurnalteknik.janabadra.ac.id/wp-content/uploads/2015/01/2-Sardi.pdf Nomor 22 Tahun 2005 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Sosial Kota Makassar. Nomor 24 Tahun 2005 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Tata Ruang dan Bangunan Kota Makassar 26