TUGAS UNTUK HARI SENIN, 16 MARET 2020. “ARTIKEL COVID-19” Nama : Meira Hofifah Ihsani Kelas : XII’B Pengertian Virus Corona/ COVID-19 Apa itu virus Corona? Bentuk virus yang masih bersaudara dengan penyebab SARS dan MERS ini persis mahkota. Bentuk mahkota ditandai protein S berupa sepatu yang tersebar di sekeliling permukaan virus. Dikutip dari situs LIPI, virus Corona memiliki satu rantai RNA sehingga kerap disebut virus RNA. Virus jenis ini bermutasi lebih cepat dibanding DNA hingga satu juta kali. Virus Corona Paramyxovirus sempat muncul dalam mesin pencarian Google. Keduanya adalah virus yang berbeda meski sama-sama bisa menginfeksi manusia dari hewan. Penyakit yang disebabkan Paramyxovirus adalah Respiratory Syncytial Virus (RSV), Newcastle disease, dan parainfluenza. Asal Usul Virus Corona, gejala, dan cara mencegahnya Virus Corona tengah menyergap kota Wulan, ibu kota Provinsi Hubei, Cina. Setidaknya sekitar 50 orang tewas akibat virus yang ditengarai muncul sejak pertengahan Desember lalu. Demi terhindar dari virus yang penyebarannya antara lain melalui udara, para penduduk Wulan kini memilih mengurung diri di rumah. Kota berpenduduk sekitar 10 juta orang itu pun berubah bak kota mati. Wulan, salah satu kota teramai di China, dikenal sebagai kota yang termasyur dengan “jajanan ekstremnya,” antara lain, daging kelelawar. Virus Corona ditemukan oleh sekelompok ahli, untuk pertama kalinya pada 1968. Virus ini terdeteksi terdapat pada mamalia dan juga unggas. Pada sapi dan babi menyebabkan diare dan pada unggas menyebabkan penyakit pernafasan. Pada manusia, gejala mereka yang terkena virus tersebut adalah demam, wajah pucat, dan leher yang seakan tercekik karena sulitnya bernafas. Kata Corona pertama kali diperkenalkan oleh sejumlah ahli virologi dalam sebuah artikel berjudul “Coronaviruses” pada jurnal News and Views pada 1968. Dalam artikel tersebut virus berbentuk bulat itu disebutkan, "Banyak ditemukan pada unggas dan tikus. Jika merujuk pada “keluarga virus,” Corona masuk dalam subfamily Orthocoronavirinae dalam keluarga Coronoviridae. Nama coronavirus berasal dari Bahasa latin “corona” dan Yunani “korone” yang bermakna mahkota atau lingkaran cahaya. Bisa ditebak penamaan ini memang tak lepas dari wujud khas virus itu, yang memiliki pinggiran permukaan yang bulat dan besar, penampilan yang mengingatkan pada “corona matahari.” Bentuk ini tercipta oleh peplomer viral spike yang merupakan protein yang mengisi permukaan virus. Hingga kini, menurut para ahli, belum ada obat yang secara cespleng bisa mengenyahkan virus ini selamanya. Cara paling jitu agar tidak terkena virus ini adalah tidak berinteraksi dengan mereka yang terkena virus. Dan, untuk menghindari terkena virus ini, salah satunya, banyak-banyak minum air putih agar kerongkongan tetap basah. Virus Corona menyerang siapa? Hingga saat ini riset masih terus dilakukan terkait virus Corona 2019-nCoV dan penanganan terbaik untuk korban. yang diketahui hingga saat ini, Coronavirus adalah keluarga besar virus yang banyak ditemukan di beberapa binatang misal unta, kucing, dan hewan ternak. Dalam beberapa kasus, virus Corona menginfeksi manusia dan menyebar seperti pada kasus MERS, SARS, dan 2019-nCoV. Virus Corona menyerang siapa? Dikutip dari The Guardian, korban yang meninggal karena Coronavirus umumnya sudah tua dan sudah memiliki masalah kesehatan sebelumnya. Mereka memiliki daya tahan tubuh yang lemah sehingga mudah terinfeksi virus Corona 2019nCoV. Namun pemerintah China punya lima kasus kematian akibat virus Corona yang usianya kurang dari 60 tahun, yaitu 36, 50, 53, 55, dan 58 tahun. Karena itu, sangat penting melakukan usaha preventif untuk melindungi diri dan infeksi virus. Usaha preventif harus dilakukan dari berbagai lapisan usia, meski punya daya tahan tubuh yang baik. Dibalik Nama COVID-19 untuk Virus Corona Badan Kesehatan Dunia atau WHO telah menetapkan nama untuk virus corona baru yang sedang mewabah dari Wuhan, Cina. WHO menyebut virus itu memberi 'ancaman yang sangat menakutkan' untuk dunia saat ini, namun tetap ada kesempatan untuk menghentikannya. "Dan kita telah memiliki nama untuk virus itu. Dia adalah COVID-19," kata Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, dalam keterangan yang diberikannya di markas WHO di Jenewa, Swiss, Selasa 11 Februari 2020. Tedros mengeja 'co' berarti 'corona, 'vi' untuk 'virus', dan 'd' adalah 'disease', sedang '19' menunjuk tahun ketika wabah teridentifikasi pertama yakni pada 31 Desember 2019. Menurut Tedrosn, nama COVID-19 sengaja dipilih menghindari stigma terhadap lokasi geografis, spesies hewan, atau komunitas tertentu sesuai rekomendasi internasional dalam hal penamaan. Sebelumnya, label sementara yang diberikan WHO adalah "2019-nCoV", sedang Komisi Kesehatan Nasional Cina sejak awal pekan ini telah menggunakan nama "novel coronavirus pneumonia" atau NCP. Berdasarkan panduan yang diterbitkannya 2015 lalu, WHO menyarankan tidak menggunakan nama lokasi seperti yang pernah dilakukannya dengan virus Ebola dan Zika. Penamaan dua virus itu menggunakan nama lokasi di mana penyakitnya pertama teridentifikasi, akibatnya publik kini selalu mengaitkan lokasi-penyakit itu. Nama-nama yang lebih umum atau generik seperti halnya "Middle East Respiratory Syndrome atau MERS" atau "Flu Spanyol" juga kini dihindari karena bisa menciptakan stigma ke seluruh wilayah atau kelompok etnik tertentu. Menggunakan nama orang--biasanya nama penemunya--juga dilarang berdasarkan panduan terbaru WHO. WHO juga mencatat kalau pemberian nama menggunakan nama spesies hewan bisa menciptakan kebingungan. Contoh yang ini ketika virus H1N1 populer sebagai flu babi pada 2009 lalu. Penamaan itu memukul industri babi meski penyakit flu itu sebenarnya bisa menyebar lebih luas karena penularan oleh manusia daripada oleh babi.