BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja manusia tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat pula disebut anak-anak. Masa remaja adalah masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 13 tahun sampai 18 tahun. Kenakalan remaja adalah gejala alami yang dimiliki setiap manusia, hal ini disebabkan karena manusia memiliki sifat hendonisme yaitu suka pada kesenangan. Senada dengan pendapatnya Huizinga (1990:34) yang mengatakan bahwa pada hakekatnya manusia adalah homo ludes (mahkluk bermain) dan homo esparans (mahkluk yang selalu berharap). Hakekat dan sifat dasar manusia itu kalau tidak diimbangi dengan aturan main (ketaatan hukum) dan pemahaman nilai-nilai agama yang baik maka akan cenderung menjadi perilaku yang negatif (nakal). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 1996, kenakalan dengan kata dasar nakal adalah suka berbuat tidak baik, suka mengganggu, dan suka tidak menurut. Sedangkan kenakalan adalah perbuatan nakal, perbuatan tidak baik dan bersifat mengganggu ketenangan orang lain; tingkah laku yang melanggar norma kehidupan masyarakat. Masa remaja bermula pada perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat dan tinggi badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada, perkembangan pinggang dan kumis, dan dalamnya suara. Pada perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol (pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis) dan semakin banyak menghabiskan waktu di luar keluarga. Masa remaja merupakan masa dimana dianggap sebagai masa topan badai dan stress (Storm and Stress). Karena mereka telah memiliki keinginan bebas untuk menentukan nasib sendiri, jika terarah dengan baik maka ia akan menjadi seorang individu yang memiliki rasa tanggungjawab, tetapi jika tidak terarah dan terbimbing maka dapat menjadi seorang yang tak memiliki masa depan dengan baik. Seperti halnya dengan semua periode yang penting selama rentang kehidupan, masa remaja 1 mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya. Masa pubertas berada di usia remaja. Pubertas adalah masa ketika seorang anak mengalami perubahan fisik, psikis, dan pematangan fungsi seksual. Masa pubertas dalam kehidupan kita biasanya dimulai saat berumur 8 hingga 10 tahun dan berakhir lebih kurang di usia 15 hingga 16 tahun. Perkembangan perilaku remaja pada masa pubertas ditandai dengan perubahan-perubahan akibat pubertas yaitu perubahan pada perkembangan perilaku kognitif, sosioemosional, dan seksual. Pada masa pubertas itulah perkembangan remaja perlu adanya pengontrolan/pengawasan diri dari orang tua, masyarakat dilingkungan dimana mereka berada. Karena pada masa itu remaja merasa semakin mampu dalam pengambilan keputusan. Remaja yang lebih tua lebih kompeten dalam mengambil keputusan dibanding remaja yang lebih muda, dimana mereka lebih kompeten daripada anak-anak. Kemampuan untuk mengambil keputusan tidak menjamin kemampuan itu diterapkan, karena dalam kehidupan nyata, luasnya pengalaman adalah penting. Remaja perlu lebih banyak peluang untuk mempraktekkan dan mendiskusikan keputusan realistis. Dalam beberapa hal, kesalahan pengambilan keputusan pada remaja mungkin terjadi ketika dalam realitas yang menjadi masalah adalah prientasi masyarakat terhadap remaja dan kegagalan untuk memberdayakan mereka pilihan-pilihan yang memadai. Untuk itu sebagai orang tua, dan masyarakat harus mengenal remaja itu pada tingkat perkembangan dalam masa pubertasnya. Dalam perspektif perilaku menyimpang, masalah sosial terjadi karena terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari nilai dan norma sosial yang berlaku. Perilaku menyimpang dapat dianggap sebagai sumber masalah karena dapat membahayakan tegaknya sistem sosial. Penggunaan konsep perilaku menyimpang secara tersirat mengandung makna bahwa ada jalur baku yang harus ditempuh. Perilaku yang tidak melalui jalur tersebut berarti telah menyimpang. Masalah sosial perilaku menyimpang tentang Kenakalan Remaja bisa melalui pendekatan individual dan pendekatan sistem. Dalam pendekatan individual melalui pandangan sosialisasi. Berdasarkan pandangan sosialisasi, perilaku akan diidentifikasi sebagai masalah sosial apabila ia tidak berhasil dalam melewati belajar sosial (sosialisasi). Remaja cenderung untuk menganggap diri mereka sangat unik dan bahkan percaya keunikan mereka akan berakhir dengan kesuksesan dan ketenaran. 2 Remaja putri akan bersolek berjam-jam di hadapan cermin karena ia percaya orang akan melirik dan tertarik pada kecantikannya, sedang remaja putra akan membayangkan dirinya dikagumi lawan jenisnya jika ia terlihat unik dan “hebat”. Para remaja juga sering menganggap diri mereka serba mampu, sehingga seringkali mereka terlihat “tidak memikirkan akibat” dari perbuatan mereka. Tindakan impulsif sering dilakukan; sebagian karena mereka tidak sadar dan belum biasa memperhitungkan akibat jangka pendek atau jangka panjang. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apa pengertian dari Kenakalan Remaja? 2. Apa sajakah ciri-ciri Pokok kenakalan remaja? 3. Apa sajakah bentuk-bentuk kenakalan remaja? 4. Apa sajakah faktor-faktor penyebab kenakalan remaja? 5. Siapa sajakah pihak yang terkait dengan penanganan kenakalan remaja? 6. Bagaimana upaya penanggulangan masalah kenakalan remaja? C. Tujuan Tujuan dibuatnya makalah ini adalah: 1. Mengetahui pengertian dari Kenakalan Remaja 2. Mengetahui ciri-ciri pokok kenakalan remaja 3. Mengetahui karakteristik atau bentuk-bentuk kenakalan remaja 4. Mengetahui faktor – faktor penyebab kenakalan remaja 5. Mengetahui pihak – pihak yang terkait dengan penanganan kenakalan remaja 6. Mengetahui upaya penanggulangan masalah kenakalan remaja 3 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Kenakalan Remaja Kenakalan remaja adalah perbuatan atau tingkah laku yang dilakukan oleh seseorang remaja baik secara sendirian maupun secara kelompok yang bersifat melanggar ketentuan- ketentuan hukum, moral, dan sosial yang berlaku di lingkungan masyarakatnya (Singgih, 1978). Intinya kenakalan remaja adalah perilaku menyimpang dari atau melanggar hukum (Sarwono, 2002:207), dan perilaku melanggar hukum yang dilakukan oleh orang muda yang biasanya dibawah umur 16-18 tahun ( Musen,dkk, 1994:557). Menurut jansen( dalam Sarwono, 2002:207) kenakalan remaja dibagi menjadi 4 jenis, yaitu: 1) Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain, misalnya: perkelahian, perkosaan, perampokan, pembunuhan dan lain-lain. 2) Kenakalan yang menimbulkan korban materi, misal : perusakan, pencurian, pencopetan, pemerasan, perampokan dan lain-lain. 3) Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak lain, misal : pelacuran, penyalahgunaan obat. 4) Kenakalan yang melawan status, misal : membolos, minggat dari rumah. Menurut bentuknya, Sunarwiyati S (1985) membagi kenakalan remaja kedalam tiga tingkatan : 1) Kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, suka keluyuran, membolos sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit 2) Kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan seperti mengendarai mobil tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa izin 3) Kenakalan khusus seperti penyalahgunaan narkotika, hubungan seks diluar nikah, pemerkosaan dll. 4 B. Ciri-Ciri Masa Remaja Seperti halnya dengan semua periode yang penting selama rentang kehidupan, masa remaja mempunyai cirri-ciri tertentu yang membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri tersebut diantaranya adalah : 1) Masa remaja sebagai periode yang penting 2) Masa remaja sebagai periode peralihan 3) Masa remaja sebagai periode perubahan 4) Masa remaja sebagai usia bermasalah 5) Masa remaja sebagai masa mencari identitas 6) Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan 7) Masa remaja sebagai masa yang tidak realistic 8) Masa remaja sebagai ambang masa dewasa Ciri – Ciri Khusus Masa Remaja a. Pertumbuhan fisik yang sangat cepat b. Emosinya yang tidak stabil c. Perkembangan seksual sangat menonjol d. Cara berpikirnya bersifat kausalitas (hukum sebab akibat) e. Terikat erat dengan kelompoknya f. Suka menyendiri, mudah bosan. Kenakalan tersebut akan lebih mudah dilakukan oleh anak-anak dan remaja, hal ini disebabkan karena tahap perkembangan pikiran mereka/nalar mereka umumnya masih rendah. Dalam ilmu kriminolgi ada teori perkembangan moral manusia yang disebut Moral Development Theory (Topo Santoso dan Eva Achjani, 2003: 53) . Kenakalan Remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana yang dilakukan oleh Remaja. Perilaku tersebut akan merugikan diri sendiri dan orang-orang disekitarnya. Para ahli pendidikan sependapat bahwa yang dikatakan usia remaja adalah 13-18 tahun. C. Jenis-Jenis Kenakalan Remaja 1. Kenakalan dalam keluarga seperti: Mengambil wang orang tua, berbohong,dll. 2. Kenakalan dalam pergaulan (Penyalahgunaan obat-obat terlarang, seks bebas (freesex), Tawuran, Minuman Keras,Judi, dll) 5 Narkoba (obat-obat terlarang) adalah obat atau bahan yang berbahaya bagi tubuh, zat adiktif yang terkandung dalam narkoba, dapat mempengaruhi perasaan, mood dan emosi bagi yang mengkonsumsinya. Mengapa orang mengkonsumsi narkoba: a. Untuk merasakan kesenangan., b. Meningkatkan Kinerja Tubuh., c. Rasa ingin tahu Pasal 127 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika menyebutkan bahwa (1) Setiap Penyalah guna: a. Narkotika Golongan I bagi dirinya sendiri, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun; b. Narkotika Golongan II bagi dirinya sendiri, dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun; c. Narkotika Golongan III bagi dirinya sendiri, dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun Seks bebas, karena masa remaja adalah masa yang selalu ingin coba-coba, maka banyak pula remaja yang terlibat dengan sek bebas. Dampak negatif seks bebas, diantaranya: 1) Dapat kena berbagai macam penyakit; HIV/Aids, Sepilis dan penyakit kelamin lainnya 2) Hamil diluar nikah: usia yang belum memadai untuk hamil, orang tersebut belum siap untuk menikah, tidak mau diakui oleh laki-lakinya, tidak mendapat persetujuan orang tua dan lain-lain. 3. Kenakalan dalam pendidikan seperti: membolos sekolah, tidak mau mendengar guru,dll. D. Faktor penyebab kenakalan remaja dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu: 1. Faktor Internal a. Krisis Identitas Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan remaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua. 6 b. Kontrol Diri yang lemah Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku nakal. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan control diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya. Contoh penyebab control diri lemah adalah orang yang selalu memendam masalah dalam dirinya/tidak terbuka. 2. Faktor Eksternal a. Keluarga Perceraian orang tua, Broken Home, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja. Pendidikan yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, terlalu keras terhadap anak, kurangnya kasih sayang orang tua, kurangnya pengawasan dari orang tua, tidak memberikan pendidikan agama, bisa menyebabkan terjadinya kenakalan remaja b. Pengaruh teman sepermainan; teman sebaya yang kurang baik, pergaulan dengan teman yang tidak sebaya atau tidak selepel, berteman dengan anak nakal, dll. c. Pengaruh lingkungan atau komunitas yang kurang baik; dampak negatif IPTEK, tidak adanya media penyalur bakat dan hobinya. E. Pihak – pihak yang terkait dengan penanganan kenakalan remaja Ada beberapa pihak yang terkait dengan penanganan masalah kenakalan remaja. Kenakalan biasanya ditangani langsung oleh orang yang berkepentingan atau pihak yang bersangkutan. 1) Pihak sekolah, misalnya membolos ditangani oleh pihak sekolah. 2) Orang tua / keluarga, misalnya kabur dari rumah dan bergaul dengan orang yang bertindak disetujui oleh orang tua. 3) Aparat penegak hukum. Sekarang terlihat adanya perubahan dalam penanganan kenakalan remaja dengan melibatkan aparatur negara penegak hukum. Kenakalan remaja yang tadinya hanya 7 ditangani oleh orang tua remaja yang bersangkuatan, telah mulai diatur melalui hukum yang telah diberlakukan oleh negara. Kenakalan yang dianggap melanggar hukum diselesaikan melalui hukum dan acap kali bisa disebut dengan istilah kejahatan. Kejahatan ini dapat diklasifikasikan sesuai dengan berat ringannya pelanggaran kejahatan yang dilakukan tersebut, misalnya: 1. Perjudian dan segala macam bentuk perjudian yang mempergunakan uang. 2. Pencurian dengan kekerasan maupun tanpa kekerasan : pencopetan, perampasan, penjambretan. 3. Penggelapan barang. 4. Penipuan dan pemalsuan. 5. Pelanggaran tata susila, menjual gambar-gambar porno, film porno, maupun pemerkosaan. 6. Pemalsuan uang dan pemalsuan surat-surat keterangan resmi. 7. Tindakan-tindakan anti sosial; perbuatan yang merugikan milik orang lain. 8. Percobaan pembunuhan. 9. Menyebabkan kematian orang, turut tersangkut dalam pembunuhan. 10. Pengguguran kandungan. 11. Penganiayaan berat yang mengakibatkan kematian seseorang. 12. Pengedaran narkoba, ganja, dan obat psikotropika yang menyebabkan kerusakan mental orang lain yang mengkonsumsinya. F. Upaya penanggulangan masalah kenakalan remaja Kenakalan remaja macam apapun mempunyai akibat negatif baik bagi masyarakat umum maupun bagi diri remaja sendiri. Tindakan penangguulangan masalah kenakalan dapat dibagi dalam : (A) Tindakan Preventif, (B)Tindakan Represif, dan (C) Tindakan Kuratif. 1) Tindakan Preventif a. Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya control diri bisa dicegah atau diatasi dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin pigur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini. 8 b. Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan prinsip keteladanan. c. Kemauan orang tua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja. d. Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orang tua memberi arahan dengan siapa dan komunitas mana remaja harus bergaul. Teman yang baik adalah mereka yang memberikan perlindungan apabila kita kurang hati-hati, menjaga barang-barang dan harta kita apabila kita lengah, memberikan perlindungan apabila kita berada dalam bahaya, tidak pergi meninggalkan kita apabila kita sedang dalam bahaya dan kesulitan, dan membantu sanak keluarga kita. e. Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan. f. Di kalangan remaja, memiliki banyak kawan adalah merupakan satu bentuk prestasi tersendiri. Makin banyak kawan, makin tinggi nilai mereka di mata temen-temannya. Untuk menghindari masalah yang akan tmbul akibat pergaulan, selain mengarahkan untuk mempunyai teman bergaul yang sesuai, orang tua hendaknya juga memberikan kesibukan dan kepercayaan sebagian tanggung jawab rumah tangga kepada si remaja yang sifatnya tidak memaksa maupun mengada-ada. g. Memberikan Pendidikan agama untuk meletakkan dasar moral yang baik dan berguna. Penyaluran bakat si anak ke arah pekerjaan yang berguna dan produktif. Rekreasi yang sehat sesuai dengan kebutuhan jiwa anak. Pengawasan atas lingkungan pergaulan anak sebaik-baiknya. 2) Tindakan Refresif Usaha menindakpelanggaran norma-norma sosial dan moral dapat dilakukan dengan mengadakan hukuman terhadap setiap pelanggaran. a. Di rumah dan dalam lingkungan keluarga, remaja harus menaati peraturan dan tata cara yang berlaku. Disamping peraturan tentu perlu adanya semacam hukuman yang dibuat orang tua terhadap pelanggaran tata tertib dan tata cara keluarga. Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa pelaksanaan tata tertib dan tata cara keluarga harus dilakukan dengan konsisten. Setiap pelanggaran yang sama 9 harus dikenakan sanksi yang sama. Sedangkan hak dan kewajiban anggota mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan dan umur. Seorang anak yang berumur 7 tahun sudah harus berada di dalam rumah sebelum maghrib. Seorang remaja mungkin saja pada waktu senja masih berada dalam perjalanan pulang ke rumah setelah mengikuti aktivitas ekstrakurikuler. Sedangkan seorang remaja lanjut pada waktu senja masih dalam perjalanan menuju kursus bahasa misalnya. b. Di sekolah dan lingkungan sekolah, maka kepala sekolah dan guru yang berwenang dalam melaksanakan hukuman terhadap pelanggaran tata tertib sekolah. Misalnya : Dalam pelanggaran tata tertib kelas dan peraturan yang berlaku untuk pengendalian suasana pada waktu ulangan atau ujian. Akan tetapi hukuman yang berat seperti “skorsing” maupun pengeluaran dari sekolah merupakan wewenang kepala sekolah. Guru dan staf pembimbing bertugas menyampaikan data mengenai pelanggaran maupun akibatnya. Pada umumnya tindakan represif diberikan dalam bentuk memberikan peringatan secara lisan maupun tertulis kepada pelajar maupun orang tua, melakukan pengawasan khusus oleh kepala sekolah dan tim guru atau pembimbing dan melarang bersekolah untuk sementara atau seterusnya tergantung dari macam pelanggran tata tertib sekolah yang telah digariskan. 3. Tindakan Kuratif dan Rehabilitasi Tindakan kuratif dan rehabilitasi, dilakukan setelah tindakan pencegahan lainnya dilaksanakan dan dianggap mengubah tingkah laku si pelanggar remaja itu dengan memberikan pendidikan lagi. Pendidikan diulangi melalui pembinaan secara khusus, hal mana sering ditanggulangi oleh lembaga khusus meupun perorangan yang ahli dalam bidang ini. Dari pembahasan mengenai penanggulangan masalah kenakalan remaja ini perlu ditekankan bahwa segala usaha harus ditujukan ke arah tercapainya kepribadian yang mantap, serasi dan dewasa. Remaja diharapkan akan menjadi orang dewasa yang berkepribadi kuat, sehat badani dan rohani, teguh dalam kepercayaan dan iman sebagai anggota masyarakat, bangsa dan tanah air. 10 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan isi makalah, maka dapat disimpulkan bahwa: Kenakalan remaja adalah perbuatan atau tingkahlaku yang dilakukan oleh seorang remaja baik secara sendirian maupun secara kelompok yang bersifat melanggar ketentuan-ketentuan hukum, moral, dan sosial yang berlaku di lingkungan masyarakatnya. Tingkah laku yang termasuk kenakalan remaja dapat berpengaruh negatif terhadap diri remaja, keluarganya, maupun masyarakatnya. Bentuk-bentuk kenakalan remaja dapat dilihat dengan adanya gejala: berbohong, membolos, kabur, keluyuran, bersenjata tajam, pergaulan buruk, begal, suka hura-hura, pesta pora yang sia-sia, membaca pornografi, mengkompas, melacurkan diri, dan bentuk-bentuk kenakalan remaja yang menjurus pada tindak kejahatan. Bentuk kenakalan remaja yang termasuk dalam tindak kejahatan diselesaikan sesuai dengan prosedur hukum yang berlaku. Faktor – faktor penyebab terjadinya kenakalan remaja dikelompokkan menjadi dua yaitu, pertama: faktor internal, yakni faktor penyebab dari dalam diri remaja. Kedua: faktor eksternal, yakni faktor penyebab yang berasal dari luar remaja, seperti: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. B. Saran 1. Remaja memerlukan bimbingan baik dari keluarga atau lingkungannya, remaja yang mengalami masa pubertas akan terus mencari identitas diri mereka hingga mereka menemukan identitas diri mereka yang sebenarnya, pencarian identitas diri tersebut yang memerlukan bimbingan agar mereka dapat menemukan identitas diri yang sesuai dengan dirinya dan norma yang ada. Identitas diri tersebut yang nantinya akan menentukan bagaiman perilaku mereka. Pencarian identitas diri pada remaja dapat di bimbing oleh keluarga atau lingkungan, baik itu lingkungan sekolah atau lingkungan di luar sekolah. Hendaknya bimbingan oleh keluarga dilakukan dengan memberitahukan batasan-batasan norma yang berlaku di agama ataupun masyarakat, pemberitahuan tentang norma tersebut diharapkan agar remaja dapat berprilaku sesuai dengan norma yang ada. Sedangkan bimbingan yang dilakukan di sekolah 11 dengan cara memberikan pelajaran tentang moral, norma dan masa pubertas. Lingkungan di luar sekolah juga dapat mempengaruhi perilaku remaja, karena lingkungan yang baik tentunya juga akan memberikan contoh perilaku yang baik bagi remaja yang ada di lingkungannya. 2. Sebagai remaja sebaiknya janganlah melanggar ketentuan- ketentuan hukum, moral, dan sosial yang berlaku di lingkungan masyarakatnya. 12