TUGAS SMK3L RENCANA TANGGAP DARURAT Disusun Oleh: Azzahra Nursantyendo Putri 4017010043 3TKG1 Dosen Mata Kuliah: Ir. Kusumo Dradjad S, MSi, CSP JURUSAN TEKNIK SIPIL TEKNIK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG POLITEKNIK NEGERI JAKARTA 2020 A. DEFINISI Rencana Tanggap Darurat (Emergency Response Plan) merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh seluruh masyarakat lingkungan kerja yang bertujuan untuk mengantisipasi datangnya keadaan darurat sehingga semua orang pada saat itu mengetahui hal-hal apa saja yang harus dilakukan untuk selamat. Perencanaan Tanggap Darurat merupakan tahapan mengatasi hal – hal yang terjadi sewaktu – waktu, sehingga dengan perencanaan yang mantap dapat menghindarkan bencana yang fatal. Perencanaan tersebut meliputi : 1) Pengujian teknis penyelamatan, merupakan pengamatan terhadap efektivitas sistem penyelamatan yang dilakukan, diukur akurasinya diamati bila perlu dilaksanakan perbaikan. 2) Respon penyelamatan, mendorong siapa saja yang berada di tempat kerja, berpartisipasi aktif dan termotivasi didalam diri untuk siap tanggap terhadap sesuatu gejala maupun kejadian, sehingga dapat mengeliminir dan melokalisir kejadian tidak menjadi meluas. 3) Perencanaan penanggulangan, dengan memadukan setiap unsur yang telah dipersiapkan dengan secara berkala berlatih, bersimulasi maka diharapkan senantiasa dalam keadaaan siap secara prima (Widodo Siswowardojo, 2003). B. KATEGORI KEADAAN DARURAT 1. Keadaan Darurat Tingkat I (Tier I) Merupakan keadaan darurat yang berpotensi mengancam nyawa manusia dan harta benda (asset), yan secara normal dapat diatasi oleh personil jaga dan suatu instalasi/pabrik dengan menggunakan prosedur yang telah dipersiapkan, tanpa perlu adanya regu bantuan yang dikonsinyir. Keadaan darurat kategori ini mempunyai satu atau lebih karakter sebagai berikut: Kecelakaan skala kecil atas suatu daerah tunggal atau satu sumber saja Kerusakan asset atau luka korbannya terbatas Karyawan yang bertugas dengan alat yang tersedia dibantu regu tanggap darurat sudah cukup untuk menanggulanginya Contoh : 1) Satu unit perumahan terbakar 2) Satu ruangan kantor terbakar 3) Kebakaran gas di salah satu area saja, misal pabrik amonia 2. Keadaan Darurat Tingkat II (Tier II) Merupakan suatu kecelakaan besar dimana semua karyawan yang bertugas dibantu dengan peralatan dan material yang tersedia di instalasi/pabrik tersebut, tidak lagi mampu mengendalikan keadaaan darurat tersebut, sehingga mengakibatkan terjadinya beberapa korban manusia. Karakteristiknya sebagai berikut: Meliputi beberapa unit atau beberapa peralatan besar yang dapat melumpuhkan kegiatan instalasi/pabrik. Dapat merusak harta benda pihak lain didaerah setempat (diluar daerah instalasi). Tidak dapat dikendalikan oleh tim tanggap darurat dan dalam pabrik itu sendiri, bahkan harus minta bantuan pihak luar. Contoh : 1) Kebakaran satu lantai gedung pusat administrasi (GPA) 2) Listrik mati total 3) Kebakaran satu lokasi/bangunan di gudang/bengkel 4) Kebakaran bangunan di pabrik yangcukup besar yang tidak merusak peralatan pabrik 5) Kebocoran gas yang memenuhi areal pabrik. 3. Keadaan Darurat Tingkat III (Tier III) Merupakan keadaan darurat berupa malapetaka/bencana yang dahsyat dengan akibat lebih besar dibandingkan dengan Tier II, dan memerlukan bantuan, koordinasi pada tingkat nasional. Contoh : 1) Tangki amonia bocor/pecah 2) Ledakan/kebocoran yang menghancurkan sebagian atau seluruh pabrik 3) Kebakaran/ledakan bagian yang bisa mengakibatkan malapetaka bagi masyarakat luas 4) Gempa bumi yang besar yang merusak peralatan pabrik 5) Kebocoran gas yang menjalar sampai keluar pabrik. C. PRA TANGGAP DARURAT Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk perencanaan tanggap darurat menurut ISO 45001 adalah: 1. Identifikasi keadaan darurat Langkah pertama menuju perencanaan tanggap darurat adalah mengidentifikasi semua situasi darurat yang mungkin dihadapi organisasi selama jam kerja atau setelah jam kerja. Pertimbangkan lokasi perusahaan, sifat pekerjaan perusahaan, mesin atau bahan kimia yang digunakan, dibuat, atau disimpan di dalam lokasi. Buat daftar semua potensi keadaan darurat yang mungkin dihadapi perusahaan. Lakukan penilaian risiko yang terkait dengan keadaan darurat ini. 2. Identifikasi persediaan / sumber daya yang diperlukan untuk menanggapi keadaan darurat Anda perlu menilai kemampuan tempat kerja Anda saat ini untuk merespons keadaan darurat. Ini termasuk sumber daya internal dan eksternal, persediaan medis atau lainnya yang diperlukan untuk menanggapi keadaan darurat. Anda mungkin dapat mengendalikan beberapa keadaan darurat dengan kontrol proaktif, seperti mengurangi sumber pengapian. Selain kontrol proaktif, identifikasi kontrol reaktif seperti saluran komunikasi, bantuan medis, generator, peralatan pemadam kebakaran, dan lain-lain yang mungkin diperlukan saat keadaan darurat terjadi. 3. Buat rencana tanggap darurat Rencana Tanggap Darurat yang tepat perlu dibuat setelah keadaan darurat dan mekanisme tanggapan mereka diidentifikasi. Ini akan mencakup prosedur untuk menangani keadaan darurat, lokasi dan instruksi untuk fasilitas darurat, prosedur evakuasi, alarm dan fasilitas darurat. 4. Komunikasikan dan latih pekerja / pemangku kepentingan yang relevan tentang tanggap darurat Begitu Rencana Tanggap Darurat dibuat, penting untuk mengkomunikasikan rencana tersebut kepada semua pekerja / pemangku kepentingan yang relevan. Anda perlu melatih pekerja untuk menangani situasi darurat. Latihan darurat yang sering dapat dilakukan untuk mendidik pekerja dari waktu ke waktu. 5. Evaluasi dan revisi prosedur tanggap darurat Prosedur tanggap darurat harus dievaluasi setelah latihan atau setelah keadaan darurat dihadapi. Jika perlu, prosedur darurat ini harus diubah atau direvisi berdasarkan hasil pengujian atau latihan. D. PELAKSANAAN TANGGAP DARURAT Sikap Tenaga Kerja dalam Keadaan Darurat : 1. Cepat dan tanggap dalam keadaan darurat Jika terjadi hal – hal yang berbeda lain dari biasanya, ada yang janggal atau aneh, maka seorang tenaga kerja harus cepat menanggapi situasi tersebut. 2. Apresiatif terhadap pencegahan terjadinya keadaan darurat atau bahaya Maksud dari apresiatif yaitu memiliki kesadaran untuk mengamati suatu keadaan sehingga dapat mencegah terjadinya situasi darurat. Apabila situasi darurat dapat dicegah maka kecelakaan dapat dihindari. 3. Bersikap tenang dalam menghadapi keadaan darurat Dengan bersikap tenang, kita dapat mengendalikan situasi. Sebaliknya, jika kita panik saat menghadapi keadaan darurat, maka akan sulit untuk berpikir positif dan bertindak cepat dalam menangani situasi darurat. Prosedur Penanggulangan Keadaan Darurat : 1. Pemberitahuan Tim Respon Gawat Darurat diberi tahu akan terjadinya keadaan darurat oleh Pusat Komando Penanganan atau sumber lain, kemudian berkumpul di dekat lokasi gawat darurat pada tempat yang aman. Pemberitahuan kepada Tim Respon Gawat Darurat dapat dilakukan melalui radio panggil, radio komunikasi, atau sistem pemberitahuan masyarakat. 2. Evakuasi Tim Respon Gawat Darurat membunyikan tanda bahaya dan mengevakuasi pekerja dari area bahaya bila ada ancaman terhadap keselamatan jiwa. Keputusan untuk mengevakuasi pekerja harus dilakukan oleh Pemimpin Tim Respon Tanggap Darurat dengan masukan dari individu yang mengerti tentang keadaan yang terjadi. Para pekerja harus diberi tahu untuk keluar dari area secara teratur melalui rute yang ditentukan dalam peta evakuasi. Para pekerja tidak boleh panik, tidak boleh menggunakan elevator, dan tidak membawa barang – barang pribadi. Contoh Peta Jalur Evakuasi E. PASCA TANGGAP DARURAT 1. Pemulihan (Recovery) Pemulihan adalah suatu proses yang dilalui sebagai pemulihan darurat kondisi masyarakat yang terkena bencana, dengan memfungsikan kembali prasarana dan sarana pada keadaan semula. Upaya yang dilakukan adalah memperbaiki prasarana dan pelayanan dasar (jalan, listrik, air bersih, pasar, puskesmas, dll). 2. Rehabilitasi (Rehabilitation) Rehabilitasi adalah upaya langkah yang diambil setelah kejadian bencana untuk membantu masyarakat memperbaiki rumahnya, fasilitas umum dan fasilitas sosial penting, dan menghidupkan kembali roda perekonomian. 3. Rekonstruksi (Reconstruction) Rekonstruksi adalah program jangka menengah dan jangka panjang guna perbaikan fisik, sosial dan ekonomi untuk mengembalikan kehidupan masyarakat pada kondisi yang sama atau lebih baik dari sebelumnya.