Uploaded by User64034

TugasMandiri 1 Ara

advertisement
TUGAS MANDIRI
IDENTIFIKASI PERUNDANG - UNDANGAN MENGENAI K3
Disusun Oleh:
Azzahra Nursantyendo Putri
4017010043
3TKG1
Dosen Mata Kuliah:
Ir. Kusumo Dradjad S, MSi, CSP
JURUSAN TEKNIK SIPIL
TEKNIK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
2020
1. Undang – Undang Dasar 1945
Pasal 27
Tiap – tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan.(Pasal 27 ayat 2)
 Menurut Pasal 27 ayat 2, dijelaskan bahwa seluruh warga negara berhak untuk
mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak tanpa memandang status sosial.
Pasal 28
Setiap orang berhak utuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan
layak dalam hubungan kerja. ”, (Pasal 28 D ayat 2)
 Menurut Pasal 28 D ayat 2, dijelaskan bahwa diharuskan terjadi hubungan kerja yang
layak dan adil di antara pihak – pihak yang terlibat dalam pekerjaan tersebut.
2. Undang – Undang
a. No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
 Undang – undang ini mempunyai tujuan :
1) Melindungi tenaga kerja dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
2) Melindungi orang lain di sekitar lokasi tempat kerja dari kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja.
3) Menjamin proses kerja secara aman, lancar, dan efektif.
 Lingkup UU ini:
1) Tentang Istilah – Istilah
2) Ruang Lingkup
3) Syarat – Syarat Keselamatan Kerja
4) Pengawasan
5) Pembinaan
6) Panitia Pembina Keselamatan Kesehatan Kerja
7) Kecelakaan
8) Kewajiban dan Hak Tenaga Kerja
9) Kewajiban Bila Memasuki Tempat Kerja
10) Sanksi
b. No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenaga Kerjaan
Pasal 67
1) Pengusaha yang memperkerjakan tenaga kerja penyandang cacat wajib
memberikan perlindungan sesuai dengan jenis dan derajat kecacatannya.
2) Pemberian perlindungan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku.
 Pasal tersebut menegaskan bahwa tenaga kerja yang menyandang cacat wajib
diberikan perlindungan sesuai dengan jenis dan derajat kecacatanya.
Pasal 68
Pengusaha dilarang mempekerjakan anak.

c.
Pasal tersebut menegaskan bahwa proyek konstruksi dilarang
mempekerjakan anak. Namun ketentuan dalam pasal tersebut dapat
dikecualikan bagi anak yang berumur 13 sampai 15 tahun untuk melakukan
pekerjaan ringan sepanjang tidak mengganggu perkembangan dan kesehatan
fisik, mental, dan sosial, seperti yang dijelaskan pada pasal 69.
No. 2 Tahun 2017
Pasal 59 tentang Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan
Undang – Undang ini mengatur tentang :
1) Dalam setiap penyelenggaraan Jasa Konstruksi Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa
wajib memenuhi Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan
Keberlanjutan.
2) Dalam memenuhi Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan
Keberlanjutan sebagaimana Pengguna Jasa dan/atau Penyedia Jasa harus
memberikan pengesahan atau persetujuan atas:
a) Hasil pengkajian, perencanaan, dan/atau perancangan.
b) Rencana teknis proses pembangunan, pemeliharaan, pembongkaran, dan/atau
pembangunan kembali.
c) Pelaksanaan suatu proses pembangunan, pemeliharaan, pembongkaran,
dan/atau pembangunan kembali.
d) Penggunaan material, peralatan dan/atau teknologi.
e) Hasil layanan Jasa Konstruksi.
3) Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan meliputi :
a) Standar mutu bahan
b) Standar mutu peralatan
c) Standar keselamatan dan kesehatan kerja
d) Standar prosedur pelaksanaan Jasa Konstruksi
e) Standar mutu hasil pelaksanaan Jasa Konstruksi
f) Standar operasi dan pemeliharaan
g) Pedoman pelindungan sosial tenaga kerja dalam pelaksanaan Jasa Konstruksi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan.
h) Standar pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang – undangan.
i) Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan untuk setiap
produk Jasa Konstruksi diatur oleh menteri teknis terkait sesuai dengan
kewenangannya.
j) Dalam menyusun Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan
Keberlanjutan untuk setiap produk Jasa Konstruksi, menteri teknis terkait
memperhatikan kondisi geografis yang rawan gempa dan kenyamanan
lingkungan terbangun.
Pasal 60 tentang Kegagalan Bangunan
1) Dalam hal penyelenggaraan Jasa Konstruksi tidak memenuhi standar K4
sebagaimana dimaksud dalam pasal 59, Pengguna Jasa dan/atau Penyedia Jasa
dapat menjadi pihak yang bertanggung jawab terhadap Kegagalan Bangunan.
2) Kegagalan Bangunan sebagaimana dimaksud tersebut ditetapkan oleh penilai
ahli.
3) Penilai ahli ditetapkan oleh Menteri.
4) Menteri harus menetapkan penilai ahli dalam waktu paling lambat 30 hari kerja
terhitung sejak diterimanya laporan mengenai terjadinya Kegagalan Bangunan.
3. Peraturan Pemerintah
No. 5 Tahun 2012 tentang Sistem Manajemen Keselamatan Kerja (SMK3)
 Perusahaan yang wajib menerapkan SMK3 apabila :
1) Mempekerjakan pekerja/buruh lebih dari 100 orang.
2) Mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi.
 Perusahaan wajib melaksanakan lima prinsip dasar K3, yaitu:
1) Penetapan kebijakan K3
2) Perencanaan K3
3) Pelaksanaan rencana K3
4) Pemantauan dan evaluasi K3
5) Peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3.
 Penjelasan mengenai elemen kriteria Audit SMK3 juga tertera dalam peraturan ini,
diantaranya ada 12 elemen yaitu :
1) Pembangunan dan terjaminnya pelaksanaan komitmen
2) Pembuatan dan pendokumentasian rencana K3
3) Pengendalian rancangan dan peninjauan kontrak
4) Pengendalian dokumen
5) Pembelian dan pengendalian produk
6) Keamanan bekerja berdasarkan SMK3
7) Standar pemantauan
8) Pelaporan dan perbaikan kekurangan
9) Pengelolaan material dan perpindahannya
10) Pengumpulan dan penggunaan data
11) Pemeriksaan SMK3
12) Pengembangan keterampilan dan kemampuan
 Penilaian Audit terdiri dari 3 tingkatan yaitu :
1) Penilaian Tingkat Awal : Penilaian penerapan SMK3 terhadap 64 kriteria yang
tercantum dalam kolom 3 pada tabel 1
2) Penilaian Tingkat Transisi : Penilaian penerapan SMK3 terhadap 122 kriteria yang
tercantum dalam kolom 3 dan 4 pada tabel 1
3) Penilaian Tingkat Lanjutan : Penilaian penerapan SMK3 terhadap 166 kriteria yang
tercantum dalam kolom 3, 4, dan 5 pada tabel 1
4. Peraturan Menteri PUPR
a. No. 7 Tahun 2019 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi
Melalui Penyedia
1) Konstruksi Berkelanjutan adalah sebuah pendekatan dalam melaksanakan
rangkaian kegiatan yang diperlukan untuk menciptakan suatu fasilitas fisik yang
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
memenuhi tujuan ekonomi, sosial, dan lingkungan pada saat ini dan pada masa
yang akan datang.
Pengadaan Berkelanjutan adalah pengadaan barang/jasa yang bertujuan untuk
mencapai nilai manfaat yang menguntungkan secara ekonomis tidak hanya untuk
kementerian/lembaga/perangkat daerah sebagai penggunanya tetapi juga untuk
masyarakat, serta signifikan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan
dalam keseluruhan siklus penggunaannya.
Manajemen Risiko adalah proses manajemen terhadap risiko yang dimulai dari
kegiatan mengidentifikasi bahaya, menilai tingkat risiko, dan mengendalikan
risiko.
Keselamatan Konstruksi adalah segala kegiatan yang meliputi kegiatan keteknikan
dalam mewujudkan Pekerjaan Konstruksi yang aman dan handal serta menjaga
keselamatan pekerja dan lingkungan.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah segala kegiatan untuk menjamin
dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK) adalah bagian dari sistem
manajemen pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi dalam rangka penerapan keamanan,
keselamatan, kesehatan, dan keberlanjutan pada setiap Pekerjaan Konstruksi.
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK) adalah dokumen lengkap rencana
penyelenggaraan SMKK dan merupakan satu kesatuan dengan dokumen Kontrak
suatu Pekerjaan Konstruksi, yang dibuat oleh Penyedia dan disetujui oleh
pengguna jasa, untuk selanjutnya dijadikan sebagai sarana interaksi antara
Penyedia dengan pengguna jasa dalam penyelenggaraan konstruksi.
Perencanaan pengadaan Jasa Konstruksi mengacu pada pendekatan Konstruksi
Berkelanjutan dengan menerapkan prinsip Konstruksi Berkelanjutan yaitu : (Pasal
24)
a) Pengurangan penggunaan sumber daya (reduce), berupa lahan, material, air,
sumber daya alam, dan sumber daya manusia.
b) Pengurangan timbulan limbah, baik fisik maupun nonfisik.
c) Penggunaan kembali sumber daya yang telah digunakan sebelumnya (reuse).
d) Penggunaan sumber daya hasil siklus ulang (recycle).
e) Perlindungan dan pengelolaan terhadap lingkungan hidup melalui upaya
pelestarian.
f) Mitigasi risiko keselamatan, kesehatan, perubahan iklim, dan bencana.
b. No. 21 Tahun 2019 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum
1) Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK) adalah bagian dari sistem
manajemen pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi dalam rangka menjamin
terwujudnya Keselamatan Konstruksi.
2) Rancangan Konseptual SMKK adalah dokumen telaahan tentang Keselamatan
Konstruksi yang disusun oleh Penyedia Jasa Konsultansi Konstruksi pengkajian,
perencanaan, serta perancangan.
3) Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK) adalah dokumen lengkap rencana
penerapan SMKK dan merupakan satu kesatuan dengan dokumen kontrak.
4) Risiko Keselamatan Konstruksi adalah risiko konstruksi yang memenuhi satu atau
lebih kriteria berupa besaran risiko pekerjaan, nilai kontrak, jumlah tenaga kerja,
jenis alat berat yang dipergunakan dan tingkatan penerapan teknologi yang
digunakan.
5) Penilaian Risiko Keselamatan Konstruksi adalah perhitungan besaran potensi
berdasarkan kemungkinan adanya kejadian yang berdampak terhadap kerugian atas
konstruksi, jiwa manusia, keselamatan publik, dan lingkungan yang dapat timbul
dari sumber bahaya tertentu, terjadi pada Pekerjaan Konstruksi dengan
memperhitungkan nilai kekerapan dan nilai keparahan yang ditimbulkan.
6) Pemantauan dan Evaluasi Keselamatan Konstruksi adalah kegiatan pemantauan
dan evaluasi terhadap kinerja penyelenggaraan Keselamatan Konstruksi yang
meliputi pengumpulan data, analisis, kesimpulan dan rekomendasi perbaikan
penerapan Keselamatan Konstruksi.
 Maksud, Tujuan, dan Ruang Lingkup
1) Peraturan Menteri ini dimaksudkan sebagai acuan bagi Pengguna Jasa dan
Penyedia Jasa dalam penerapan SMK3 Konstruksi Bidang PU.
2) Tujuan diberlakukannya Peraturan Menteri ini agar SMK3 Konstruksi Bidang PU
dapat diterapkan secara konsisten untuk:
a) Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang
terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi.
b) Dapat mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
c) Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien, untuk mendorong
produktivitas.
3) Instansi di luar Kementerian Pekerjaan Umum dapat menggunakan pedoman ini.
4) Ruang Lingkup :
a) Penerapan SMK3 Konstruksi Bidang PU
b) Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang
c) Biaya Penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang PU.
5.
Peraturan Menteri Ketenaga Kerjaan
a. No. 4 Tahun 1985 tentang Pesawat Tenaga dan Mesin Produksi
1) Pesawat Tenaga ialah Pesawat atau alat yang bergerak berpindah-pindah atau tetap
yang dipakai atau dipasang untuk membangkitkan atau memindahkan daya atau
tenaga termasuk perlengkapan transmisinya. (Pasal 1)
2) Pesawat tenaga dan produksi harus dirancang, dibuat, dipasang, digunakan dan
dipelihara sesuai ketentuan yang berlaku.(Pasal 2)
3) Bahan dan konstruksi Pesawat Tenaga dan Produksi harus kuat dan memenuhi
syarat; Setiap bahan dari bagian konstruksi Pesawat Tenaga dan Produksi yang
utama harus memiliki tanda hasil pengujian atau sertifikat bahan yang diakui.
(Pasal 3)
4) Mesin-mesin yang digerakan oleh motor penggerak, mesin harus dapat dihentikan
tanpa tergantung dari pesawat penggeraknya (Pasal 10)
5) Pelumasan, pembersihan pesawat atau mesin dan pemasangan ban-ban harus
dilaksanakan pada waktu pesawat atau mesin dalam keadaan berhenti, kecuali
dapat dilakukan dengan aman. (PAsal 12)
6) Setiap mesin yang digerakan dengan penggerak mula harus dilengkapi dengan alat
penghenti yang mudah dicapai oleh operator guna menahan mesin agar tidak
bergerak kembali.(Pasal 13)
7) Rantai, sabuk dan tali penghubung untuk roda gigi penggerak tidak boleh dilepas
atau dipasang dengan tangan sewaktu berjalan atau berputar.(Pasal 16)
8) Kerusakan atau ketidak sempurnaan suatu Pesawat Tenaga dan Produksi atau alat
pengamannya harus segera dilaporkan kepada atasan yang berwenang dan segera
tenaga penggeraknya dimatikan.(Pasal 21)
9) Yang diatur oleh Peraturan Menteri ini adalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
tempat kerja dimana PESAWAT TENAGA DAN PRODUKSI dibuat, dipasang
dan dipakai. (Pasal 33)
10) Semua alat perlindungan harus dilengkapi dengan beberapa buah penyangga dan
penahan untuk menjamin keketatan dan daya tahan.(Pasal 42)
11) Kereta angkut dan perlengkapannya yang digunakan untuk barang harus dipelihara
guna mencegah terlepas keluar dari rel. (Pasal 119)
12) Pengurus atau pemilik Pesawat Tenaga dan Produksi harus membantu pelaksanaan
pemeriksaan dan pengujian yang dilakukan oleh Pegawai Pengawas termasuk
penyediaan alat-alat bantu.(Pasal 136)
13) Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.(Pasal 147)
b. No. 5 Tahun 1985
1) Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi (K3) adalah segala
kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja
melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja pada
pekerjaan konstruksi.
2) Pengertian Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi
Bidang Pekerjaan Umum yang selanjutnya disingkat SMK3 Konstruksi Bidang PU
adalah bagian dari sistem manajemen organisasi pelaksanaan pekerjaan konstruksi
dalam rangka pengendalian risiko K3 pada setiap pekerjaan konstruksi bidang
Pekerjaan Umum.
3) Serta pengertian lain seperti : Pekerjaan Konstruksi, Ahli K3 Konstruksi, Petugas
K3 Konstruksi , Potensi bahaya, Penyakit Akibat Kerja, Risiko K3, Manajemen
Risiko, dan Biaya SMK3 Konstruksi Bidang PU.
4) Peraturan Menteri ini dimaksudkan sebagai acuan bagi Pengguna Jasa dan
Penyedia Jasa dalam penerapan SMK3 Konstruksi Bidang PU. (Pasal 2)
5) Penerapan SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum meliputi : (Pasal 4)
a) Kebijakan K3
b) Perencanaan K3
c) Pengendalian Operasional
d) Pemeriksaan dan Evaluasi Kinerja K3
e) Tinjauan Ulang Kinerja K3
Dan diterapkan pada tahapan :
a) Tahap pra konstruksi (Rancangan Konseptual, DED, Dokumen Pemilihan
Penyediaan Barang/Jasa). (Pasal 7)
b) Tahapan Pemilihan Penyediaan Barang/Jasa. (Pasal 8)
c) Tahapan Konstruksi. (Pasal 9)
d) Tahapan Hasil Akhir Pekerjaan. (Pasal 10)
6) Penerapan SMK3 Konstruksi Bidang PU berdasarkan potensi bahaya. (Pasal 5)
7) Pelaksanaan Konstruksi dengan potensi bahaya wajib melibatkan Ahli K3
Konstruksi untuk bahaya tinggi dan Petugas K3 Konstruksi untuk bahaya rendah.
(Pasal 6)
8) Menjelaskan Tugas, Tanggung jawab dan Wewenang Kementerian Pekerjaan
Umum. (Pasal 11-19)
9) Biaya Penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum dialokasikan
dalam biaya umum yang mecakup : (Pasal 20)
a) Penyiapan RK3K;
b) Sosialisasi dan promosi K3;
c) Alat pelindung kerja;
d) Alat pelindung diri;
e) Asuransi dan perijinan;
f) Personil K3;
g) Fasilitas sarana kesehatan;
h) Rambu-rambu; dan
i) Lain-lain terkait pengendalian risiko K3.
c. No. 9 Tahun 2010 tentang Operator
Pasal 1
1) Operator adalah tenaga kerja yang mempunyai kemampuan dan memiliki
keterampilan khusus dalam pengoperasian pesawat angkat dan angkut.
2) Petugas adalah tenaga kerja yang mempunyai kemampuan dan memiliki
keterampilan khusus di bidang pesawat angkat dan angkut yang terdiri dari juru
ikat (rigger) dan teknisi.
3) Juru ikat (rigger) adalah tenaga kerja yang mempunyai kemampuan dan memiliki
keterampilan khusus dalam melakukan pengikatan barang serta membantu
kelancaran pengoperasian peralatan angkat.
4) Teknisi adalah petugas pelaksana pemasangan, pemeliharaan, perbaikan dan/atau
pemeriksaan peralatan/komponen pesawat angkat dan angkut.
5) Pesawat angkat dan angkut adalah suatu pesawat atau alat yang digunakan untuk
memindahkan, mengangkat muatan baik bahan atau orang secara vertikal dan/atau
horizontal dalam jarak yang ditentukan.
6) Peralatan angkat adalah alat yang dikonstruksi atau dibuat khusus untuk
mengangkat naik dan menurunkan muatan.
7) Pita transport adalah suatu pesawat atau alat yang digunakan untuk memindahkan
muatan secara terus menerus (continue) dengan menggunakan bantuan pita.
8) Pesawat angkutan di atas landasan dan di atas permukaan adalah suatu pesawat
atau alat yang digunakan untuk memindahkan muatan atau orang dengan
menggunakan kemudi baik di dalam atau di luar pesawat dan bergerak di atas
landasan maupun permukaan.
9) Alat angkutan jalan rel adalah suatu alat angkutan yang bergerak di atas jalan rel.
10) Lisensi Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat Lisensi K3
adalah kartu tanda kewenangan seorang operator untuk mengoperasikan pesawat
angkat dan angkut sesuai dengan jenis dan kualifikasinya atau petugas untuk
penanganan pesawat angkat dan angkut.
11) Buku kerja (log book) adalah buku kerja yang diberikan kepada seorang operator
untuk mencatat kegiatan selama mengoperasikan pesawat angkat dan angkut sesuai
dengan jenis dan kualifikasinya atau petugas untuk mencatat penanganan pesawat
angkat dan angkut.
12) Pengurus adalah orang yang mempunyai tugas memimpin langsung sesuatu tempat
kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri.
13) Pengusaha adalah:
a) orang perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang menjalankan
suatu perusahaan milik sendiri
b) orang perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang secara berdiri
sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya;
c) orang perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang berada di
Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan
huruf b yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia.
14) Pegawai pengawas ketenagakerjaan yang selanjutnya disebut Pengawas
Ketenagakerjaan adalah pegawai negeri sipil yang diangkat dan ditugaskan dalam
jabatan fungsional pengawas ketenagakerjaan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
15) Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang membidangi pembinaan
pengawasan ketenagakerjaan.
Pasal 2
Peraturan Menteri ini mengatur kualifikasi, syarat-syarat, wewenang, kewajiban
operator dan petugas pesawat angkat dan angkut.
Pasal 3
Pengusaha atau pengurus dilarang mempekerjakan operator dan/atau petugas pesawat
angkat dan angkut yang tidak memiliki Lisensi K3 dan buku kerja.
Pasal 4
Jumlah operator pesawat angkat dan angkut yang dipekerjakan oleh pengusaha atau
pengurus harus memenuhi kualifikasi dan jumlah sesuai dengan jenis dan kapasitas
pesawat angkat dan angkut sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri
ini.
d. No. 5 Tahun 2018 tentang K3 Lingkungan
1) Pengusaha dan/atau Pengurus wajib melaksanakan syarat – syarat K3 Lingkungan
Kerja, yaitu:
a) Pengendalian Faktor Fisika dan Faktor Kimia agar berada di bawah Nilai
Ambang Batas
b) Pengendalian Faktor Biologi, Faktor Ergonomi, dan Faktor Psikologi Kerja
agar memenuhi standar
c) Penyediaan fasilitas Kebersihan dan sarana Higiene di Tempat Kerja yang
bersih dan sehat
d) Penyediaan personil K3 yang memiliki kompetensi dan kewenangan K3 di
bidang Lingkungan Kerja.
2) Pelaksanaan syarat – syarat K3 Lingkungan Kerja bertujuan untuk mewujudkan
Lingkungan Kerja yang aman, sehat, dan nyaman dalam rangka mencegah
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
3) Menjelaskan Pengukuran dan pengendalian Lingkungan Kerja berdasarkan faktor
fisika kimia, biologi, ergonomi, dan psikologi terhadap Tenaga Kerja.
4) Pengukuran dan pengendalian Lingkungan Kerja dilakukan oleh personil K3
bidang Lingkungan Kerja meliputi:
a) Ahli K3 Muda Lingkungan Kerja
b) Ahli K3 Madya Lingkungan Kerja
c) Ahli K3 Utama Lingkungan Kerja
5) Penerapan Higiene dan Sanitasi pada bangunan tempat bekerja
6.
SKB Menteri Ketenaga Kerjaan dan PU
Pada SKB Menaker & PU ini, kita dapat menemukan hal yang berhubungan dengan
sistem manajemen K3L,yang di dalamnya meliputi :
1) Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan
2) Pemimpin Pelaksanaan Pekerjaan atau Bagian Pekerjaan dalam pelaksanaan
3)
4)
5)
6)
7)
8)
7.
kegiatan konstruksi, wajib memenuhi syarat-syarat Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
Menteri Pekerjaan Umum berwenang memberikan sanksi administrasi terhadap
pihak-pihak yang terkait dalam hal tidak mentaati ketentuan.
Pembinaan dilaksanakan secara koordinasi oleh Kantor Pusat, Kantor Departemen
Tenaga Kerja dan Departemen Pekerjaan Umum setempat.
Menteri Tenaga Kerja dapat menunjuk Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja
bidang Konstruksi
Pengawasan atas pelaksanaan Keputusan Bersama ini, dilakukan secara fungsional
oleh Departemen Tenaga Kerja dan Departemen Pekerjaan Umum
Menteri yang bersangkutan sesuai dengan kewenangan masing-masing berwenenang
membuat keputusan-keputusan yang belum diatur
Keputusan Bersama ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Surat Edaran PUPR No. 11 Tahun 2019
Surat Edaran ini dimaksudkan sebagai petunjuk teknis dalam melaksanakan perincian
biaya penyelenggaraan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi dan bertujuan untuk
mewujudkan tertib penyelenggaraan pekerjaan Konstruksi.
Download