TUGAS MANDIRI IDENTIFIKASI PERUNDANG - UNDANGAN MENGENAI K3 Disusun Oleh: Azzahra Nursantyendo Putri 4017010043 3TKG1 Dosen Mata Kuliah: Ir. Kusumo Dradjad S, MSi, CSP JURUSAN TEKNIK SIPIL TEKNIK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG POLITEKNIK NEGERI JAKARTA 2020 1. Undang – Undang Dasar 1945 Pasal 27 Tiap – tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.(Pasal 27 ayat 2) Menurut Pasal 27 ayat 2, dijelaskan bahwa seluruh warga negara berhak untuk mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak tanpa memandang status sosial. Pasal 28 Setiap orang berhak utuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja. ”, (Pasal 28 D ayat 2) Menurut Pasal 28 D ayat 2, dijelaskan bahwa diharuskan terjadi hubungan kerja yang layak dan adil di antara pihak – pihak yang terlibat dalam pekerjaan tersebut. 2. Undang – Undang a. No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Undang – undang ini mempunyai tujuan : 1) Melindungi tenaga kerja dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. 2) Melindungi orang lain di sekitar lokasi tempat kerja dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. 3) Menjamin proses kerja secara aman, lancar, dan efektif. Lingkup UU ini: 1) Tentang Istilah – Istilah 2) Ruang Lingkup 3) Syarat – Syarat Keselamatan Kerja 4) Pengawasan 5) Pembinaan 6) Panitia Pembina Keselamatan Kesehatan Kerja 7) Kecelakaan 8) Kewajiban dan Hak Tenaga Kerja 9) Kewajiban Bila Memasuki Tempat Kerja 10) Sanksi b. No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenaga Kerjaan Pasal 67 1) Pengusaha yang memperkerjakan tenaga kerja penyandang cacat wajib memberikan perlindungan sesuai dengan jenis dan derajat kecacatannya. 2) Pemberian perlindungan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku. Pasal tersebut menegaskan bahwa tenaga kerja yang menyandang cacat wajib diberikan perlindungan sesuai dengan jenis dan derajat kecacatanya. Pasal 68 Pengusaha dilarang mempekerjakan anak. c. Pasal tersebut menegaskan bahwa proyek konstruksi dilarang mempekerjakan anak. Namun ketentuan dalam pasal tersebut dapat dikecualikan bagi anak yang berumur 13 sampai 15 tahun untuk melakukan pekerjaan ringan sepanjang tidak mengganggu perkembangan dan kesehatan fisik, mental, dan sosial, seperti yang dijelaskan pada pasal 69. No. 2 Tahun 2017 Pasal 59 tentang Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan Undang – Undang ini mengatur tentang : 1) Dalam setiap penyelenggaraan Jasa Konstruksi Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa wajib memenuhi Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan. 2) Dalam memenuhi Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan sebagaimana Pengguna Jasa dan/atau Penyedia Jasa harus memberikan pengesahan atau persetujuan atas: a) Hasil pengkajian, perencanaan, dan/atau perancangan. b) Rencana teknis proses pembangunan, pemeliharaan, pembongkaran, dan/atau pembangunan kembali. c) Pelaksanaan suatu proses pembangunan, pemeliharaan, pembongkaran, dan/atau pembangunan kembali. d) Penggunaan material, peralatan dan/atau teknologi. e) Hasil layanan Jasa Konstruksi. 3) Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan meliputi : a) Standar mutu bahan b) Standar mutu peralatan c) Standar keselamatan dan kesehatan kerja d) Standar prosedur pelaksanaan Jasa Konstruksi e) Standar mutu hasil pelaksanaan Jasa Konstruksi f) Standar operasi dan pemeliharaan g) Pedoman pelindungan sosial tenaga kerja dalam pelaksanaan Jasa Konstruksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan. h) Standar pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan. i) Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan untuk setiap produk Jasa Konstruksi diatur oleh menteri teknis terkait sesuai dengan kewenangannya. j) Dalam menyusun Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan untuk setiap produk Jasa Konstruksi, menteri teknis terkait memperhatikan kondisi geografis yang rawan gempa dan kenyamanan lingkungan terbangun. Pasal 60 tentang Kegagalan Bangunan 1) Dalam hal penyelenggaraan Jasa Konstruksi tidak memenuhi standar K4 sebagaimana dimaksud dalam pasal 59, Pengguna Jasa dan/atau Penyedia Jasa dapat menjadi pihak yang bertanggung jawab terhadap Kegagalan Bangunan. 2) Kegagalan Bangunan sebagaimana dimaksud tersebut ditetapkan oleh penilai ahli. 3) Penilai ahli ditetapkan oleh Menteri. 4) Menteri harus menetapkan penilai ahli dalam waktu paling lambat 30 hari kerja terhitung sejak diterimanya laporan mengenai terjadinya Kegagalan Bangunan. 3. Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 2012 tentang Sistem Manajemen Keselamatan Kerja (SMK3) Perusahaan yang wajib menerapkan SMK3 apabila : 1) Mempekerjakan pekerja/buruh lebih dari 100 orang. 2) Mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi. Perusahaan wajib melaksanakan lima prinsip dasar K3, yaitu: 1) Penetapan kebijakan K3 2) Perencanaan K3 3) Pelaksanaan rencana K3 4) Pemantauan dan evaluasi K3 5) Peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3. Penjelasan mengenai elemen kriteria Audit SMK3 juga tertera dalam peraturan ini, diantaranya ada 12 elemen yaitu : 1) Pembangunan dan terjaminnya pelaksanaan komitmen 2) Pembuatan dan pendokumentasian rencana K3 3) Pengendalian rancangan dan peninjauan kontrak 4) Pengendalian dokumen 5) Pembelian dan pengendalian produk 6) Keamanan bekerja berdasarkan SMK3 7) Standar pemantauan 8) Pelaporan dan perbaikan kekurangan 9) Pengelolaan material dan perpindahannya 10) Pengumpulan dan penggunaan data 11) Pemeriksaan SMK3 12) Pengembangan keterampilan dan kemampuan Penilaian Audit terdiri dari 3 tingkatan yaitu : 1) Penilaian Tingkat Awal : Penilaian penerapan SMK3 terhadap 64 kriteria yang tercantum dalam kolom 3 pada tabel 1 2) Penilaian Tingkat Transisi : Penilaian penerapan SMK3 terhadap 122 kriteria yang tercantum dalam kolom 3 dan 4 pada tabel 1 3) Penilaian Tingkat Lanjutan : Penilaian penerapan SMK3 terhadap 166 kriteria yang tercantum dalam kolom 3, 4, dan 5 pada tabel 1 4. Peraturan Menteri PUPR a. No. 7 Tahun 2019 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi Melalui Penyedia 1) Konstruksi Berkelanjutan adalah sebuah pendekatan dalam melaksanakan rangkaian kegiatan yang diperlukan untuk menciptakan suatu fasilitas fisik yang 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) memenuhi tujuan ekonomi, sosial, dan lingkungan pada saat ini dan pada masa yang akan datang. Pengadaan Berkelanjutan adalah pengadaan barang/jasa yang bertujuan untuk mencapai nilai manfaat yang menguntungkan secara ekonomis tidak hanya untuk kementerian/lembaga/perangkat daerah sebagai penggunanya tetapi juga untuk masyarakat, serta signifikan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dalam keseluruhan siklus penggunaannya. Manajemen Risiko adalah proses manajemen terhadap risiko yang dimulai dari kegiatan mengidentifikasi bahaya, menilai tingkat risiko, dan mengendalikan risiko. Keselamatan Konstruksi adalah segala kegiatan yang meliputi kegiatan keteknikan dalam mewujudkan Pekerjaan Konstruksi yang aman dan handal serta menjaga keselamatan pekerja dan lingkungan. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK) adalah bagian dari sistem manajemen pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi dalam rangka penerapan keamanan, keselamatan, kesehatan, dan keberlanjutan pada setiap Pekerjaan Konstruksi. Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK) adalah dokumen lengkap rencana penyelenggaraan SMKK dan merupakan satu kesatuan dengan dokumen Kontrak suatu Pekerjaan Konstruksi, yang dibuat oleh Penyedia dan disetujui oleh pengguna jasa, untuk selanjutnya dijadikan sebagai sarana interaksi antara Penyedia dengan pengguna jasa dalam penyelenggaraan konstruksi. Perencanaan pengadaan Jasa Konstruksi mengacu pada pendekatan Konstruksi Berkelanjutan dengan menerapkan prinsip Konstruksi Berkelanjutan yaitu : (Pasal 24) a) Pengurangan penggunaan sumber daya (reduce), berupa lahan, material, air, sumber daya alam, dan sumber daya manusia. b) Pengurangan timbulan limbah, baik fisik maupun nonfisik. c) Penggunaan kembali sumber daya yang telah digunakan sebelumnya (reuse). d) Penggunaan sumber daya hasil siklus ulang (recycle). e) Perlindungan dan pengelolaan terhadap lingkungan hidup melalui upaya pelestarian. f) Mitigasi risiko keselamatan, kesehatan, perubahan iklim, dan bencana. b. No. 21 Tahun 2019 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum 1) Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK) adalah bagian dari sistem manajemen pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi dalam rangka menjamin terwujudnya Keselamatan Konstruksi. 2) Rancangan Konseptual SMKK adalah dokumen telaahan tentang Keselamatan Konstruksi yang disusun oleh Penyedia Jasa Konsultansi Konstruksi pengkajian, perencanaan, serta perancangan. 3) Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK) adalah dokumen lengkap rencana penerapan SMKK dan merupakan satu kesatuan dengan dokumen kontrak. 4) Risiko Keselamatan Konstruksi adalah risiko konstruksi yang memenuhi satu atau lebih kriteria berupa besaran risiko pekerjaan, nilai kontrak, jumlah tenaga kerja, jenis alat berat yang dipergunakan dan tingkatan penerapan teknologi yang digunakan. 5) Penilaian Risiko Keselamatan Konstruksi adalah perhitungan besaran potensi berdasarkan kemungkinan adanya kejadian yang berdampak terhadap kerugian atas konstruksi, jiwa manusia, keselamatan publik, dan lingkungan yang dapat timbul dari sumber bahaya tertentu, terjadi pada Pekerjaan Konstruksi dengan memperhitungkan nilai kekerapan dan nilai keparahan yang ditimbulkan. 6) Pemantauan dan Evaluasi Keselamatan Konstruksi adalah kegiatan pemantauan dan evaluasi terhadap kinerja penyelenggaraan Keselamatan Konstruksi yang meliputi pengumpulan data, analisis, kesimpulan dan rekomendasi perbaikan penerapan Keselamatan Konstruksi. Maksud, Tujuan, dan Ruang Lingkup 1) Peraturan Menteri ini dimaksudkan sebagai acuan bagi Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa dalam penerapan SMK3 Konstruksi Bidang PU. 2) Tujuan diberlakukannya Peraturan Menteri ini agar SMK3 Konstruksi Bidang PU dapat diterapkan secara konsisten untuk: a) Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi. b) Dapat mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. c) Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien, untuk mendorong produktivitas. 3) Instansi di luar Kementerian Pekerjaan Umum dapat menggunakan pedoman ini. 4) Ruang Lingkup : a) Penerapan SMK3 Konstruksi Bidang PU b) Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang c) Biaya Penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang PU. 5. Peraturan Menteri Ketenaga Kerjaan a. No. 4 Tahun 1985 tentang Pesawat Tenaga dan Mesin Produksi 1) Pesawat Tenaga ialah Pesawat atau alat yang bergerak berpindah-pindah atau tetap yang dipakai atau dipasang untuk membangkitkan atau memindahkan daya atau tenaga termasuk perlengkapan transmisinya. (Pasal 1) 2) Pesawat tenaga dan produksi harus dirancang, dibuat, dipasang, digunakan dan dipelihara sesuai ketentuan yang berlaku.(Pasal 2) 3) Bahan dan konstruksi Pesawat Tenaga dan Produksi harus kuat dan memenuhi syarat; Setiap bahan dari bagian konstruksi Pesawat Tenaga dan Produksi yang utama harus memiliki tanda hasil pengujian atau sertifikat bahan yang diakui. (Pasal 3) 4) Mesin-mesin yang digerakan oleh motor penggerak, mesin harus dapat dihentikan tanpa tergantung dari pesawat penggeraknya (Pasal 10) 5) Pelumasan, pembersihan pesawat atau mesin dan pemasangan ban-ban harus dilaksanakan pada waktu pesawat atau mesin dalam keadaan berhenti, kecuali dapat dilakukan dengan aman. (PAsal 12) 6) Setiap mesin yang digerakan dengan penggerak mula harus dilengkapi dengan alat penghenti yang mudah dicapai oleh operator guna menahan mesin agar tidak bergerak kembali.(Pasal 13) 7) Rantai, sabuk dan tali penghubung untuk roda gigi penggerak tidak boleh dilepas atau dipasang dengan tangan sewaktu berjalan atau berputar.(Pasal 16) 8) Kerusakan atau ketidak sempurnaan suatu Pesawat Tenaga dan Produksi atau alat pengamannya harus segera dilaporkan kepada atasan yang berwenang dan segera tenaga penggeraknya dimatikan.(Pasal 21) 9) Yang diatur oleh Peraturan Menteri ini adalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja di tempat kerja dimana PESAWAT TENAGA DAN PRODUKSI dibuat, dipasang dan dipakai. (Pasal 33) 10) Semua alat perlindungan harus dilengkapi dengan beberapa buah penyangga dan penahan untuk menjamin keketatan dan daya tahan.(Pasal 42) 11) Kereta angkut dan perlengkapannya yang digunakan untuk barang harus dipelihara guna mencegah terlepas keluar dari rel. (Pasal 119) 12) Pengurus atau pemilik Pesawat Tenaga dan Produksi harus membantu pelaksanaan pemeriksaan dan pengujian yang dilakukan oleh Pegawai Pengawas termasuk penyediaan alat-alat bantu.(Pasal 136) 13) Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.(Pasal 147) b. No. 5 Tahun 1985 1) Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi (K3) adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja pada pekerjaan konstruksi. 2) Pengertian Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum yang selanjutnya disingkat SMK3 Konstruksi Bidang PU adalah bagian dari sistem manajemen organisasi pelaksanaan pekerjaan konstruksi dalam rangka pengendalian risiko K3 pada setiap pekerjaan konstruksi bidang Pekerjaan Umum. 3) Serta pengertian lain seperti : Pekerjaan Konstruksi, Ahli K3 Konstruksi, Petugas K3 Konstruksi , Potensi bahaya, Penyakit Akibat Kerja, Risiko K3, Manajemen Risiko, dan Biaya SMK3 Konstruksi Bidang PU. 4) Peraturan Menteri ini dimaksudkan sebagai acuan bagi Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa dalam penerapan SMK3 Konstruksi Bidang PU. (Pasal 2) 5) Penerapan SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum meliputi : (Pasal 4) a) Kebijakan K3 b) Perencanaan K3 c) Pengendalian Operasional d) Pemeriksaan dan Evaluasi Kinerja K3 e) Tinjauan Ulang Kinerja K3 Dan diterapkan pada tahapan : a) Tahap pra konstruksi (Rancangan Konseptual, DED, Dokumen Pemilihan Penyediaan Barang/Jasa). (Pasal 7) b) Tahapan Pemilihan Penyediaan Barang/Jasa. (Pasal 8) c) Tahapan Konstruksi. (Pasal 9) d) Tahapan Hasil Akhir Pekerjaan. (Pasal 10) 6) Penerapan SMK3 Konstruksi Bidang PU berdasarkan potensi bahaya. (Pasal 5) 7) Pelaksanaan Konstruksi dengan potensi bahaya wajib melibatkan Ahli K3 Konstruksi untuk bahaya tinggi dan Petugas K3 Konstruksi untuk bahaya rendah. (Pasal 6) 8) Menjelaskan Tugas, Tanggung jawab dan Wewenang Kementerian Pekerjaan Umum. (Pasal 11-19) 9) Biaya Penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum dialokasikan dalam biaya umum yang mecakup : (Pasal 20) a) Penyiapan RK3K; b) Sosialisasi dan promosi K3; c) Alat pelindung kerja; d) Alat pelindung diri; e) Asuransi dan perijinan; f) Personil K3; g) Fasilitas sarana kesehatan; h) Rambu-rambu; dan i) Lain-lain terkait pengendalian risiko K3. c. No. 9 Tahun 2010 tentang Operator Pasal 1 1) Operator adalah tenaga kerja yang mempunyai kemampuan dan memiliki keterampilan khusus dalam pengoperasian pesawat angkat dan angkut. 2) Petugas adalah tenaga kerja yang mempunyai kemampuan dan memiliki keterampilan khusus di bidang pesawat angkat dan angkut yang terdiri dari juru ikat (rigger) dan teknisi. 3) Juru ikat (rigger) adalah tenaga kerja yang mempunyai kemampuan dan memiliki keterampilan khusus dalam melakukan pengikatan barang serta membantu kelancaran pengoperasian peralatan angkat. 4) Teknisi adalah petugas pelaksana pemasangan, pemeliharaan, perbaikan dan/atau pemeriksaan peralatan/komponen pesawat angkat dan angkut. 5) Pesawat angkat dan angkut adalah suatu pesawat atau alat yang digunakan untuk memindahkan, mengangkat muatan baik bahan atau orang secara vertikal dan/atau horizontal dalam jarak yang ditentukan. 6) Peralatan angkat adalah alat yang dikonstruksi atau dibuat khusus untuk mengangkat naik dan menurunkan muatan. 7) Pita transport adalah suatu pesawat atau alat yang digunakan untuk memindahkan muatan secara terus menerus (continue) dengan menggunakan bantuan pita. 8) Pesawat angkutan di atas landasan dan di atas permukaan adalah suatu pesawat atau alat yang digunakan untuk memindahkan muatan atau orang dengan menggunakan kemudi baik di dalam atau di luar pesawat dan bergerak di atas landasan maupun permukaan. 9) Alat angkutan jalan rel adalah suatu alat angkutan yang bergerak di atas jalan rel. 10) Lisensi Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat Lisensi K3 adalah kartu tanda kewenangan seorang operator untuk mengoperasikan pesawat angkat dan angkut sesuai dengan jenis dan kualifikasinya atau petugas untuk penanganan pesawat angkat dan angkut. 11) Buku kerja (log book) adalah buku kerja yang diberikan kepada seorang operator untuk mencatat kegiatan selama mengoperasikan pesawat angkat dan angkut sesuai dengan jenis dan kualifikasinya atau petugas untuk mencatat penanganan pesawat angkat dan angkut. 12) Pengurus adalah orang yang mempunyai tugas memimpin langsung sesuatu tempat kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri. 13) Pengusaha adalah: a) orang perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan milik sendiri b) orang perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya; c) orang perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang berada di Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia. 14) Pegawai pengawas ketenagakerjaan yang selanjutnya disebut Pengawas Ketenagakerjaan adalah pegawai negeri sipil yang diangkat dan ditugaskan dalam jabatan fungsional pengawas ketenagakerjaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 15) Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang membidangi pembinaan pengawasan ketenagakerjaan. Pasal 2 Peraturan Menteri ini mengatur kualifikasi, syarat-syarat, wewenang, kewajiban operator dan petugas pesawat angkat dan angkut. Pasal 3 Pengusaha atau pengurus dilarang mempekerjakan operator dan/atau petugas pesawat angkat dan angkut yang tidak memiliki Lisensi K3 dan buku kerja. Pasal 4 Jumlah operator pesawat angkat dan angkut yang dipekerjakan oleh pengusaha atau pengurus harus memenuhi kualifikasi dan jumlah sesuai dengan jenis dan kapasitas pesawat angkat dan angkut sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini. d. No. 5 Tahun 2018 tentang K3 Lingkungan 1) Pengusaha dan/atau Pengurus wajib melaksanakan syarat – syarat K3 Lingkungan Kerja, yaitu: a) Pengendalian Faktor Fisika dan Faktor Kimia agar berada di bawah Nilai Ambang Batas b) Pengendalian Faktor Biologi, Faktor Ergonomi, dan Faktor Psikologi Kerja agar memenuhi standar c) Penyediaan fasilitas Kebersihan dan sarana Higiene di Tempat Kerja yang bersih dan sehat d) Penyediaan personil K3 yang memiliki kompetensi dan kewenangan K3 di bidang Lingkungan Kerja. 2) Pelaksanaan syarat – syarat K3 Lingkungan Kerja bertujuan untuk mewujudkan Lingkungan Kerja yang aman, sehat, dan nyaman dalam rangka mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. 3) Menjelaskan Pengukuran dan pengendalian Lingkungan Kerja berdasarkan faktor fisika kimia, biologi, ergonomi, dan psikologi terhadap Tenaga Kerja. 4) Pengukuran dan pengendalian Lingkungan Kerja dilakukan oleh personil K3 bidang Lingkungan Kerja meliputi: a) Ahli K3 Muda Lingkungan Kerja b) Ahli K3 Madya Lingkungan Kerja c) Ahli K3 Utama Lingkungan Kerja 5) Penerapan Higiene dan Sanitasi pada bangunan tempat bekerja 6. SKB Menteri Ketenaga Kerjaan dan PU Pada SKB Menaker & PU ini, kita dapat menemukan hal yang berhubungan dengan sistem manajemen K3L,yang di dalamnya meliputi : 1) Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan 2) Pemimpin Pelaksanaan Pekerjaan atau Bagian Pekerjaan dalam pelaksanaan 3) 4) 5) 6) 7) 8) 7. kegiatan konstruksi, wajib memenuhi syarat-syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja Menteri Pekerjaan Umum berwenang memberikan sanksi administrasi terhadap pihak-pihak yang terkait dalam hal tidak mentaati ketentuan. Pembinaan dilaksanakan secara koordinasi oleh Kantor Pusat, Kantor Departemen Tenaga Kerja dan Departemen Pekerjaan Umum setempat. Menteri Tenaga Kerja dapat menunjuk Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja bidang Konstruksi Pengawasan atas pelaksanaan Keputusan Bersama ini, dilakukan secara fungsional oleh Departemen Tenaga Kerja dan Departemen Pekerjaan Umum Menteri yang bersangkutan sesuai dengan kewenangan masing-masing berwenenang membuat keputusan-keputusan yang belum diatur Keputusan Bersama ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Surat Edaran PUPR No. 11 Tahun 2019 Surat Edaran ini dimaksudkan sebagai petunjuk teknis dalam melaksanakan perincian biaya penyelenggaraan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi dan bertujuan untuk mewujudkan tertib penyelenggaraan pekerjaan Konstruksi.