Uploaded by User63976

BAB 1 BAB 2 BAB 3

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perekonomian suatu wilayah pada dasarnya tidak akan bisa lepas dari sistem
infrastruktur yang merupakan sebuah sistem pengungkit perekonomian. Hal ini terjadi
karena sifat infrastruktur yang memiliki efek langsung dalam perekonomian.
Infrastruktur sendiri bisa dikatakan sebagai aset fisik yang dibuat dengan tujuan untuk
meningkatkan efisiensi dan menurunkan biaya atas kegiatan ekonomi yang terjadi.
Pembangunan perekonomian yang merata sangat penting mengingat efisien atau
tidaknya sebuah perekonomian juga dipengaruhi oleh infrastruktur. Hal ini menjadi
penting karena infrastruktur menentukan sebuah lokasi dari kegiatan ekonomi dan jenis
kegiatan atau sektor apa saja yang bisa dilakukan dalam wilayah tersebut. Infrastruktur
yang berkembang dengan baik akan mengurangi efek jarak antar daerah,
mengintegrasikan pasar secara luas dan menghubungkan wilayah antar negara yang
memiliki harga input yang rendah. Selain itu ketersediaan dan kualitas infrastruktur
secara signifikan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan mengurangi kesenjangan
pendapatan di berbagai wilayah tersebut. Jaringan infrastruktur yang terbentuk akan
memudahkan terjadinya pendistribusian hasil aktivitas ekonomi yang kompetitif di
pasar.
Kualitas infrastruktur dalam sebuah negara menjadi penting mengingat
efektivitas pendistribusian output ekonomi tergantung dari ketersediaan infrastruktur
tersebut. Perkembangan infrastruktur sebagai pengungkit ekonomi ini tidak terlepas
dari perkembangan teknologi yang terus memberikan solusi untuk mendapatkan
rumusan yang paling efisien dalam kegiatan ekonomi. Koordinasi dalam
pengembangan infrastruktur perekonomian juga dituntut untuk merespon keinginan
pasar yang lebih cepat. Economic linkage yang terwujud haruslah memiliki fondasi
infrastruktur yang kuat. Informasi sebagai sebuah komoditas ekonomi yang memiliki
nilai, kini menjadi bagian yang penting dalam sebuah ekonomi. Sehingga dibutuhkan
infrastruktur telekomunikasi yang memadai untuk mendistribusikan informasi tersebut
dan memiliki nilai dalam perekonomian.
Perkembangan ekonomi global ini menuntut terjadinya transisi dari masyarakat
industri menuju masyarakat informasi. Menurut Naisbitt dan Aburdene (1990)
menyimpulkan ada lima mega-trends yang terjadi dalam masa transisi masyarakat
industri ke masyarakat informasi yaitu perubahan pada lingkup sosial yang luas,
ekonomi, politik, dan perubahan teknologi. Seiring terjadinya transisi ini maka struktur
ekonomi pun secara struktural juga akan mengikuti perubahan yang terjadi. Masuda
(1980:104) menambahkan pada masyarakat informasi, perkembangan pada batasan
pengetahuan akan mengakibatkan terciptanya pasar informasi.
1.2. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk
mengetahuiapakah
terdapat
hubungan
antara
Infrastruktur
Telekomunikasi dan Pertumbuhan Ekonomi.
2. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi
dan Infrastruktur Telekomunikasi.
1.3. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian studi ini yaitu:
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan penelitian dan
menambah wawasan bagi khasanah ilmu pengetahuan, khususnya bidang ilmu
ekonomi.
2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan gagasan
mengenai
upaya
yang
harus
dilakukan
untuk
meningkatkan
dan
mempertahankan pertumbuhan ekonomi di masa mendatang serta untuk
memperbaiki
kinerja
agar
kesejahteraan
masyarakat
dapat
tercapai
sebagaimana mestinya.
3. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi bagi mahasiswa dan
masyarakat yang ingin melakukan penelitian dalam bidang yang berkaitan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Konsep Infrastruktur Telekomunikasi
Stone dalam Kodoatie (2003:157) mendefinisikan infrastruktur sebagai
fasilitas-fasilitas fisik yang dikembangkan atau dibutuhkan oleh agen-agen
publik untuk fungsi-fungsi pemerintahan dalam penyediaan air, tenaga listrik,
pembuangan limbah, transportasi dan pelayanan-pelayanan lainnya untuk
memfasilitasi tujuan-tujuan ekonomi dan sosial. Infrastruktur merupakan
keseluruhan elemen yang berguna untuk berfungsinya perekonomian dengan
memfasilitasi sirkulasi barang, manusia dan ide. Setiap usaha untuk
meningkatkan dan mendiversifikasi produksi, memperluas perdagangan,
menyebarkan penduduk, mengurangi kemiskinan, serta memperbaiki kondisi
lingkungan membutuhkan prasarana infrastruktur. Grigg (2000) mendefinisikan
infrastruktur
sebagai
fasilitas-fasilitas/struktur-struktur
dasar,
peralatan-
peralatan, instalasiinstalasi yang dibangun dan dibutuhkan untuk berfungsinya
sistem sosial dan ekonomi masyarakat. Todaro (2006:519) juga mendefinisikan
infrastruktur sebagai salah satu faktor penting yang menentukan pembangunan
ekonomi.
Infrastruktur telekomunikasi adalah struktur fisik yang mendasari
jaringan komunikasi yang terbentuk dan merupakan pendukung komunikasi
jarak jauh. Infrastruktur telekomunikasi terdiri dari dua kata yakni infrastruktur
dan telekomunikasi dimana masing-masing memiliki makna etimologis.
Infrastruktur berasal dari Bahasa Latin “infra” yang bermakna di bawah dan
“structura” yang berarti bangunan, sedangkan telekomunikasi berasal dari
Bahasa Yunani, yaitu “tele” yang berarti jauh dan Bahasa Latin
“communicationem” yang berarti proses penyampaian dan penerimaan pesan.
Apabila digabungkan, telekomunikasi dapat diartikan sebagai penyampaian dan
penerimaan informasi yang dilakukan dari satu pihak ke pihak lainnya tanpa
adanya keterbatasan jarak dan waktu.
2.1.2. Konsep Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan dalam Product
Domestic Bruto (PDB). Tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau
lebih kecil daripada tingkat pertumbuhan penduduk atau perubahan struktur
ekonomi terjadi atau tidak. Ada empat faktor yang dianggap menyebabkan
pertumbuhan ekonomi (Samuelson, 2005: 569-572), yaitu:
1. Sumber Daya Manusia
Kualitas input tenaga kerja, atau sumberdaya manusia merupakan faktor
terpenting bagi keberhasilan ekonomi. Faktor produksi lainnya, yakni
barang modal, bahan mentah serta teknologi, bisa dibeli atau dipinjam
dari negera lain. Namun penerapan teknik-teknik produktivitas tinggi
atas kondisi-kondisi lokal menurut tersedianya manajemen, ketrampilan
produksi, dan keahlian yang dapat diperoleh melalui angkatan kerja
terampil yang terdidik.
2. Sumber Daya Alam
Faktor produksi kedua adalah tanah. Tanah yang dapat ditanami
merupakan faktor yang paling berharga. Selain tanah, sumber daya alam
yang juga penting antara lain minyak-minyak gas, hutan, air dan bahan
mineral lainnya.
3. Pembentukan Modal
Pembentukan modal dapat dicapai melalui pengorbanan berupa
pengurangan konsumsi, yang mungkin berlangsung selama beberapa
puluh tahun. Pembentukan modal dan investasi ini sebenarnya sangat
dibutuhkan untuk kemajuan cepat di bidang ekonomi.
4. Perubahan Teknologi dan Inovasi
Perekonomian akan sulit untuk maju apabila tidak menerapkan teknologi
dan inovasi yang baru, menghadapi berbagai hambatan usaha, sehingga
perlu adanya kegiatan untuk mengimpor berbagai cara dan teknik usaha
yang lebih maju.
Teori Pertumbuhan Ekonomi Solow
Model pertumbuhan ekonomi yang biasa digunakan sebagai acuan dalam
era ekonomi modern ini adalah exogeneous growth model atau Solow growth
model. Model Solow mengasumsikan bahwa pertumbuhan ekonomi hanya
dipengaruhi oleh perubahan faktor produksi modal fisik yaitu tabungan dan
investasi dan tenaga kerja atau pertumbuhan populasi. Sementara itu, teknologi
yang menggambarkan tingkat efisiensi dalam perekonomian merupakan variabel
eksogen
dan
dianggap
sebagai
residual.
Model
Solow
merupakan
pengembangan dari model Harrod-Domar dengan menambahkan faktor tenaga
kerja dan teknologi ke dalam persamaan pertumbuhan. Tenaga kerja dan model
diasumsikan mengalami diminishing returns jika keduanya dianalisis secara
terpisah dan constant returns to scale apabila keduanya dianalisis secara
bersama-sama (Todaro & Smith,2006)
Model pertumbuhan ekonomi Solow memakai fungsi agregat, yaitu:
π‘Œ = 𝐴𝐾 𝛼 𝐿1−𝛼
Dengan:
Y
: Produk Domestik Bruto (PDB)
K
: Stok modal fisik dan modal manusia
L
: Tenaga kerja
A
: Tingkat kemajuan teknologi
α
: Elastisitas output terhadap modal
Persamaan (1) diatas apabila dinyatakan dalam per tenaga kerja maka:
π‘Œ
𝐾 𝐿
= 𝐴( )π‘Ž ( )1−𝛼
𝐿
𝐿 𝐿
k: pendapatan per tenaga kerja
y: akumulasi kapital per tenaga kerja
Dengan demikian, model pertumbuhan Solow menekankan pentingnya
peranan investasi dalam akumulasi modal fisik (physical capital). Laju
pertumbuhan ekonomi akan ditentukan oleh tingkat akumulasi kapital per tenaga
kerja. Berdasarkan model ini, daerah yang memiliki akumulasi kapital lebih baik
akan tumbuh lebih tinggi. Stok kapital didefinisikan sebagai fungsi dari investasi
(I) dan depresiasi (D) .
Dengan demikian, jika rasio investasi meningkat maka steady state
output per tenaga kerja akan semakin tinggi. Daerah dengan kapital awal yang
sama namun rasio investasi lebih tinggi akan memiliki steady state pendapatan
per kapita lebih tinggi, sehingga ketimpangan (disparitas) antar daerah akan
semakin lebar. Sementara itu, daerah dengan kapital awal lebih rendah namun
dengan rasio investasi lebih tinggi akan tumbuh lebih tinggi.
Selain itu, terdapat asumsi bahwa mobilitas faktor produksi baik modal
maupun tenaga kerja pada awal proses pembangunan kurang lancar sehingga
modal dan tenaga kerja ahli cenderung terkonsentrasi di daerah yang lebih maju.
Akibatnya terjadi ketimpangan regional yang lebar. Akan tetapi, dengan semakin
baiknya prasarana dan fasilitas komunikasi di antara daerah-daerah seiring
dengan proses pembangunan berkelanjutan maka mobilitas modal dan tenaga
kerja akan semakin lancar. Apabila negara semakin maju, ketimpangan
pembangunan regional akan berkurang. Perkiraan ini merupakan kesimpulan
kedua dari model ini dan kemudian dikenal sebagai Hipotesis Neoklasik.
2.2. Penelitian Terdahulu
Canning dan Pedroni (1999) melakukan penelitian uji kausalitas Granger antara
investasi dalam tiga jenis infrastruktur ekonomi yaitu, jumlah telepon, kilometer jalan
beraspal dan kilowatt kapasitas pembangkit listrik berdasarkan data panel 67 negara
untuk periode 1960-1990. Mereka menemukan bukti kuat yang mendukung kausalitas
berjalan di kedua arah antara masing-masing dari tiga variabel infrastruktur dan PDB
di antara sejumlah besar negara yang diselidiki.
Penelitian tentang investasi dalam infrastruktur telekomunikasi, pertumbuhan
dan perkembangan ekonomi juga ada dan mengidentifikasi ketersediaan layanan
telekomunikasi sebagai elemen penting dalam akumulasi faktor-faktor yang
mendorong pertumbuhan dan perkembangan ekonomi baik di tingkat regional dan
sektoral (Yilmaz, dkk, 2001; Datta, dkk, 2004).
Penelitian Zahra et al. (2008) menunjukkan bahwa telekomunikasi dapat secara
aktif berpartisipasi dalam pertumbuhan ekonomi. Di sebagian besar negara
berkembang, sektor telekomunikasi sedang menghadapi; teledensitas rendah terutama
di daerah pedesaan, rendahnya standar layanan dan kekurangan sumber daya manusia
yang berkualitas di sektor teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Studi ini
menggunakan hipotesis konvergensi Granger Kausalitas dan model autoregresif untuk
negara-negara dunia yang dikategorikan ke dalam kelompok pendapatan: rendah,
sedang dan tinggi.
Pradhan dkk (2014) menggambarkan bahwa pembangunan infrastruktur
telekomunikasi, pertumbuhan ekonomi dan pembangunan secara signifikan terkait di
negara-negara G-20 untuk periode 1981-2012. Studi ini mengungkapkan bahwa ada
hubungan dua arah antara pengembangan infrastruktur telekomunikasi dan
pertumbuhan ekonomi di negara-negara G-20 dan model autoregresif vektor panel
digunakan untuk mendeteksi kausalitas Granger. Ditetapkan dalam penelitian ini
bahwa dalam jangka panjang, ada hubungan sebab akibat dua arah antara
pengembangan infrastruktur telekomunikasi dan pertumbuhan ekonomi di negaranegara berkembang dan maju dari G-20.
Pradhan et al. (2016), mengevaluasi hubungan sebab akibat antara indeks
pembangunan telekomunikasi, perkembangan keuangan dan pertumbuhan ekonomi di
21 negara Asia dari 1991 hingga 2012. Penelitian ini menggunakan PVAR untuk
mendeteksi arah kausalitas, membangun keseimbangan jangka pendek dan jangka
panjang. Uji kausalitas mengungkapkan bahwa ada kausalitas Granger baik dalam
jangka pendek maupun jangka panjang di negara-negara Asia yang diteliti, meskipun
sifat kausalitas yang tepat berbeda di setiap negara di kawasan Asia.
David
(2019)
meneliti
hubungan
sebab
akibat
antara
infrastruktur
telekomunikasi, pertumbuhan ekonomi dan pembangunan di negara-negara Afrika
terpilih. Analisis ini mempertimbangkan panel dari empat puluh enam negara Afrika
dari tahun 2000 hingga 2015. Hasil empiris menunjukkan adanya hubungan jangka
panjang dua arah antara infrastruktur telekomunikasi, pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan. Uji kausalitas mengungkapkan bahwa ada umpan balik kausalitas antara
infrastruktur telekomunikasi, pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. Infrastruktur
telekomunikasi mempromosikan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan di Afrika
dan sebaliknya.
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Pendekatan Penelitian
Berdasarkan variabel-variabel dan model penelitian yang telah disusun, maka
penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif inferensial. Pendekatan kuantitatif
inferensial digunakan untuk menjabarkan hasil estimasi dari hasil regresi dengan
menggunakan data panel VAR yang kemudian akan diintepretasikan dan diperoleh
suatu kesimpulan tertentu dari hasil penelitian yang dilakukan.
3.2. Identifikasi Variabel
Berdasarkan model yang telah dirumuskan, maka penelitian ini menggunakan
dua variabel yang bersifat endogen. Variabel tersebut adalah infrastruktur
telekomunikasi dan variabel pertumbuhan ekonomi.
3.3. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional berisi tentang penjelasan variabel yang digunakan. Berikut ini
penjelasan masing-masing variabel yang digunakan:
1. Laju Pertumbuhan Ekonomi
Laju pertumbuhan ekonomi merupakan proses perubahan (peningkatan atau
penurunan). Produk Domestik Bruto (PDB) suatu negara dalam kurun waktu satu
tahun. Sedangkan, pertumbuhan ekonomi disini diukur dengan nilai Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi -provinsi yang ada di Indonesia, yaitu
total nilai produksi barang dan jasa yang diproduksi di Provinsi-provinsi di
Indonesia dalam waktu tertentu. Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai tolak
ukur adalah laju pertumbuhan PDRB Provinsi-provinsi di Indonesia dari tahun ke
tahun atas dasar harga konstan 2010.
Laju pertumbuhan ekonomi suatu bangsa dapat diukur dengan menggunakan
laju pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK). Berikut ini adalah
rumus untuk menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi (Sukirno, 2007):
𝐺=
𝑃𝐷𝑅𝐡𝑑 − 𝑃𝐷𝑅𝐡𝑑−1
× 100%
𝑃𝐷𝑅𝐡𝑑−1
Dimana:
G = Laju pertumbuhan ekonomi
PDRBt = PDRB ADHK pada satu tahun
PDRBt-1 = PDRB ADHK pada tahun sebelumnya
2. Infrastruktur Telekomunikasi
Infrastruktur Telekomunikasi dapat dilihat dari DTI index (Development
Telecommunicatin Infrastructure) index merupakan pembentukan indeks dari
fixed-telephone subscriptions per 100 inhabitants dan mobile-cellular telephone
subscriptions per 100 inhabitants. Pembentukan indeks ini didasarkan pada metode
penghitungan Digital Access Index (DAI) oleh International Telecommunication
Union (ITU). Cara penghitungan indeks infrastruktur telekomunikasi tersebut
adalah sebagai berikut:
𝐷𝑇𝐼 𝐼𝑛𝑑𝑒π‘₯ =
𝐹𝑇: 100 𝑀𝐢: 100
+
2
2
Dimana :
FT : Fixed Telephone Subcriptions per 100 Inhabitants
MC : Mobile-cellular Telephone Subsctription per 100 Inhabitants
Dalam perhitungan indeks infrastruktur ini ITU menggunakan angka dasar atau
goal post. Goal post merupakan capaian tertinggi suatu negara dari variabelvariabel telekomunikasi. Angka ini digunakan oleh ITU untuk mengkonversi
masing-masing indikator untuk memperoleh nilai riil nya.
3.4. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
merupakan data panel (gabungan antara data time series dan cross section) dalam
bentuk tahunan. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan atau diperoleh dari
instansi yang berhubungan dengan penelitian ini, atau data yang sudah dipublikasikkan
dan dapat diambil dari instansi yang bersangkutan.
3.5. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa
tahapan, yaitu:
1. Studi kepustakaan, yang dilakukan dengan cara mengumpulkan berbagai macam
bentuk informasi berupa teori dan data yang berasal dari buku-buku pustaka,
jurnal-jurnal ekonomi, serta bahan lainnya yang masih berkaitan dengan
permasalahan yang sedang diteliti.
2. Pengumpulan data sekunder, yang diperoleh dari instansi yang terkait atau
sumber-sumber yang relevan terhadap permasalahan yang sedang diteliti
3.6. Teknik Analisis
3.6.1. Metode Panel VAR (Vector Auto Regressive)
Penelitian ini menggunakan teknik analisis panel VAR. Panel VAR
merupakan suatu bentuk pengembangan dari teknik analisis VAR dimana alat
analisis tersebut tidak lagi hanya menggunakan data time series tetapi juga
menambahkan data cross section di dalamnya. Panel VAR digunakan untuk
memecahkan suatu masalah peramalan yang tidak hanya terdiri dari unsure
waktu tetapi juga unsure keberagaman objek secara individu (misalnya firm,
wilayah atau area) (Canova dan Ciccarelli, 2013; Hayakawa, 2015; Love dan
Zicchino, 2006; Abrigo dan Love, 2015).
Metode yang ditekankan pada penerapan model VAR adalah (Gujarati,
2003:853) :
1. Kemudahan dalam penggunaan, tidak perlu mngkhawatirkan tentang
penentuan variabel endogen dan variabel eksogen. Semua variabel
dianggap sebagai variabel endogen.
2. Kemudahan dalam estimasi, metode Ordinary Least Square (OLS) dapat
diaplikasikan pada tiap persamaan secara terpisah.
3. Variabel yang tergabung pada model VAR harus stationer. Apabila tidak
stationer, perlu dilakukan transformasi bentuk data, misalnya melalui
first difference.
Secara prosedur olah data, treatment data panel VAR berbeda dengan
model panel pada umumnya. Dalam pendekatan model panel statis uji
pemilihan model terbaik yang berupa pemilihan model PLS (Pooled Least
Square), REM (Random Effect Model) atau FEM (Fixed Effect Model) perlu
di dilakukan. Sebaliknya, dalam panel VAR model yang digunakan sudah di
asumsikan menggunakan model FEM (fixed effect model). Hal ini terjadi
karena dalam panel VAR peneliti memperhatikan adanya keberagaman
(heterogeneity) dari perilaku data cross-section yang digunakan.Oleh sebab
itu, untuk menangkap keberagaman data cross-section tersebut maka PVAR
memasukkan unsur fixed effect.
Namun, karena antara fixed effects dan regressors saling berkorelasi
yang mengakibatkan koefisien menjadi bias, maka untuk mengatasinya
panel VAR menerapkan dua tahapan prosedur. Tahap pertama, yaitu
menerapkan forward mean-differencing, dimana prosedur ini menghapus
nilai rata-rata dari semua observasi yang tersedia di masa depan untuk setiap
firm-year. Selanjutnya, untuk tahap kedua yaitu dengan menggunakan
estimasi GMM (Generelized Method of Moment) dimana estimasi ini
menggunakan lag dari regressor sebagai instrumen (Jawadi, et.al., 2015).
Selain itu, panel VAR juga memasukkan unsure specific time effects
yang digunakan untuk menangkap aggregate global shock (seperti oil shock)
yang mungkin dapat memengaruhi semua firm dengan cara yang sama.
Untuk menghilangkan permasalahan ini panel VAR menghapus variable
dummies tersebut dengan mengurangi rata-rata dari perhitungan masingmasing variable untuk masing-masing country-year (Lovedan Zicchino,
2006). Teknik analisis panel VAR juga memiliki beberapa asumsi yang harus
dipenuhi. Hayakawa (2015) membagi asumsi tersebut menjadi empat, yaitu:
1.Data harus stabil
2.Variabel shock merupakan variable bebas dan didistribusikan
secara identic (identically distributed) selama periode i dan t.
3.Dampak secara individu merupakan distribusi yang identik.
4.Kondisi awal dari model harus memuaskan. Asumsi ini
digunakan untuk memperoleh kondisi yang berkaitan dengan
stasioneritas data.
Selanjutnya menurutAbrigodan Love (2015) terdapat beberapa
metode yang harus diterapkan dalam model analisis panel VAR. Metode
tersebut terdiri dari:
1. Uji Stationer (Unit Root Test)
2. Estimasihasil VAR dengan menerapkan teknik estimasi GMM
3. Pemilihan model dengan melihat lag optimalnya
4. Uji hubungan antar variable dengan menggunakan uji
Kausalitas Granger
3.6.2. Uji Stasioneritas
Teknik analisis panel VAR mengharuskan data berada dalam kondisi
stasioner.Hal itu dilakukan dengan tujuan supaya hasil yang diperoleh dari
penelitian ini memiliki tingkat validasi yang tinggi. Selanjutnya data dikatakan
stasioner jika data tersebut nilai variansnya tidak terlalu besar dan cenderung
mendekati rata-ratanya, atau dengan kata lain data tersebut tidak mengandung
akar unit (unit root) (Enders, 2003:225). Jika data yang diteliti mengandung
unsure unit root maka tren dari data tersebut akan cenderung berfluktuasi tidak
di sekitar nilai rata-ratanya, sehingga peneliti akan mengalami kesulitan untuk
mengestimasi model tersebut.
Uji stasioneritas data pada penelitian ini menggunakan Phillips-Perron
(PP). Dalam metode PP nilai p-value yang digunakan terdiri dari inverse
chisquared, inverse-normal, inverse-logit transformation, dan inverse chi-square
transformation. Dari kesemua nilai p-value tersebut selanjutnya akan
dibandingkan dengan nilai critical value 1%, 5%, dan 10%.
3.6.3. Penentuan Lag Optimum
Penentuan lag optimal merupakan salah satu hal terpenting dalam teknik
analisis panel VAR. Jika lag yang digunakan terlalu pendek atau sedikit maka
model tidak dapat diestimasi secara tepat karena akan menimbulkan bias
spesifikasi. Akan tetapi, jika lag yang digunakan terlalu panjang atau banyak
maka akan cenderung mengurangi kemampuan model untuk menolak H0 atau
hasil estimasi menjadi tidak efisien, karena semakin bertambahnya parameter
akan mengurangi tingkat derajat bebas dari model tersebut.
Penelitian ini menggunakan metode Moment and Model Selection
Criteria (MMSC) yang dikembangkan oleh Andrews and Lu (2001) untuk
menetukan lag optimal dari model yang digunakan. Andrews and Lu (2001)
mengembangkan metode MMSC berdasarkan Hansen’s J statistic, dimana
metode ini cenderung mendorong jumlah dari moment conditions yang lebih
besar daripada jumlah variabel endogen. Dalam metode MMSC ini terdapat
beberapa kriteria-kriteria untuk menetukan struktur lag optimalnya. Kriteriakriteria tersebut yaitu: MMSC-Akaike Information Criteria (MAIC), MMSCBayesian Information Criteria (MBIC), dan MMSC-Hannan-Quin Information
Criteria (MHQIC). Selanjutnya dari ketiga criteria tersebut, akan dipilih nilai
yang paling terkecil di antara nilai dari lag yang diajukan.
3.6.4. Uji Kausalitas Granger
Uji Kausalitas Granger merupakan sebuah metode untuk mengetahui di
mana suatu variabel dependen (variabel tidak bebas) dapat dipengaruhi oleh
variabel lain (variabel independen) dan di sisi lain variabel independen tersebut
dapat menempati posisi dependen variabel. Hubungan seperti ini disebut
hubungan kausal atau timbal balik. Variabel pertumbuhan ekonomi dan indeks
pembangunan manusia diformulasikan di bawah ini :
𝑛
π‘Œπ‘–π‘‘ = ∑
𝑛
𝑖=1
π‘Žπ‘– π‘Œπ‘–π‘‘−1 + ∑
𝑗=1
𝛽𝑗 𝑋𝑖𝑑−1 + 𝑒𝑖𝑑
Dimana:
Xit = Variabel Infrastruktur Telekomunikasi
Yit = Variabel Pertumbuhan Ekonomi
n = Jumlah lag
uit = Variabel Pengganggu
α,β,λ,δ = Koefisien masing-masing variabel
Regresi kedua bentuk model ini akan menghasilkan empat kemungkinan
mengenai nilai koefisien-koefisien yaitu :
1. ∑𝑛𝑖=1 π‘Žπ‘– ≠ 0 dan ∑𝑛𝑗=1 𝛽𝑗 = 0
Maka terdapat kausalitas satu arah dari variabel X terhadap Y .
2. ∑𝑛𝑖=1 π‘Žπ‘– = 0 dan ∑𝑛𝑗=1 𝛽𝑗 ≠ 0
Maka terdapat kausalitas satu arah dari variabel Y terhadap X.
3. ∑𝑛𝑖=1 π‘Žπ‘– = 0 dan ∑𝑛𝑗=1 𝛽𝑗 = 0
Maka tidak terdapat kausalitas baik antara variabel X terhadap Y maupun Y
terhadap X.
4. ∑𝑛𝑖=1 π‘Žπ‘– ≠ 0 dan ∑𝑛𝑗=1 𝛽𝑗 ≠ 0
Maka terdapat kausalitas dua arah baik antara X terhadap Y maupun antara
variabel Y terhadap X.
Pengujian Arah Kausalitas
Berdasarkan rumus yang telah dijabarkan diatas, maka model dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut: Pengujian Arah Kausalitas Pertumbahan
Ekonomi terhadap Infrastruktur Teelekomunikasi
Infrastruktrur Telekomunikasi → LP
LP → Infrastruktrur Telekomunikasi
Model dasar :
𝑛
𝐼𝑇𝑖𝑑 = ∑
𝑖=1
𝑛
π‘Žπ‘– 𝐿𝑃𝑖𝑑−1 + ∑
𝑗=1
𝑛
𝐿𝑃𝑖𝑑 = ∑
𝑖=1
𝛽𝑗 𝐼𝑇𝑖𝑑−1 + 𝑒1𝑑
𝑛
π‘Žπ‘– 𝐿𝑃𝑖𝑑−1 + ∑
Dimana :
IT
= Infrastruktur Telekomunikasi
LP
= Laju Pertumbuhan Ekonomi
𝑗=1
𝛽𝑗 𝐼𝑇𝑖𝑑−1 + 𝑒2𝑑
n
= Jumlah Lag
uit
= Variabel Pengganggu
Ι‘, β, λ, δ = Koefisien
t
= Waktu (tahun)
Hasil-hasil regresi dari model ini akan menghasilkan
Model I :
1. H0 :IT memiliki hubungan dengan LP : ∑𝑛𝑖=1 π‘Žπ‘– = 0
2. H1 : IT tidak memiliki hubungan dengan LP : ∑𝑛𝑗=1 𝛽𝑗 ≠ 0
Model II :
1. H0 :LP memiliki hubungan dengan IT : ∑𝑛𝑖=1 π‘Žπ‘– = 0
2. Ha : LP tidak memiliki hubungan dengan IT : ∑𝑛𝑗=1 𝛽𝑗 ≠ 0
Download