BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kesehatan dewasa ini diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Upaya ini harus dimulai sedini mungkin. Arah kebijakan pembangunan sosial budaya dalam GBHN 1999 di antaranya adalah mencegah turunnya kualitas generasi muda. Upaya ini ditujukan bagi remaja yang merupakan modal bagi kemajuan bangsa yang akan datang (Baron, 2006). Dewasa ini di seluruh dunia diperkirakan terdapat 1,26 miliar perokok, lebih dari 200 juta di antaranya adalah wanita. Data WHO menyebutkan, di negara berkembang jumlah perokoknya 800 juta orang, hampir tiga kali lipat negara maju. Hingga tahun 2000 konsumsi rokok per kapitanya mencapai 1370 batang per tahun, dengan kenaikan 12 persen. Setiap tahun tidak kurang dari 700 juta anak-anak terpapar asap rokok dan menjadi perokok pasif. Setiap tahun ada empat juta orang yang meninggal akibat kebiasaan merokok, sekitar 70 persen diantaranya terjadi di negara-negara maju. Kerugian ekonomi akibat rokok setahunnya adalah tidak kurang dari 200 miliar dolar Amerika. Kalau tidak ada penanganan memadai, maka di tahun 2030 akan ada 1,6 miliar perokok (15% di antaranya tinggal di negara-negara maju), 10 juta kematian (70% di antaranya terjadi di negara berkembang) dan sekitar 770 juta anak yang menjadi perokok 1 1 pasif dalam setahunnya 20 sampai 25% kematian di tahun itu dapat terjadi akibat rokok (Aditama, 2005). Perilaku merokok telah menjadi suatu hal yang biasa dilakukan di berbagai tempat, bahkan di tempat umum. Rokok pun dapat dengan mudah didapatkan. Hanya ada beberapa tempat yang telah memberlakukan batasan umur dalam hal pembelian rokok. Pemerintah Indonesia melalui Peraturan Pemerintah (PP) nomor 19 tahun 2003 menyatakan perlunya tercipta kawasan bebas rokok pada tempattempat yang menjadi akses umum. Kawasan yang dimaksud adalah tempat umum, sarana kesehatan, tempat kerja, tempat belajar mengajar, tempat ibadah dan angkutan umum. Rata-rata orang Indonesia menggunakan 15% uangnya untuk membeli rokok. Biaya yang harus dikeluarkan seorang perokok tiap tahunnya sangat besar. Dengan asumsi sehari rata-rata seorang perokok menghabiskan sebungkus rokok dengan harga Rp 5.000,- perbungkus, dalam sebulan ia harus mengeluarkan uang Rp 150.000,- dan dalam setahun Rp 1.825.000,- (WHO, 2006). Prevalensi merokok di Indonesia pada orang dewasa (usia 15 tahun ke atas) yakni pria 63,1% (naik 1,4% dibandingkan tahun 2001) dan wanita 4,5% (tiga kali lipat dibandingkan tahun 2001). Sementara prevalensi merokok pada anakanak (usia 13-15 tahun) perinciannya pada anak laki-laki 24,5% dan anak perempuan 2,3%. Sebanyak 30,9% dari anak-anak yang merokok ini telah mulai merokok sebelum berumur 10 tahun (Purwanto, 2008). 2 Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah perokok pemula (usia 5-9 tahun) naik secara signifikan. Hanya dalam kurun waktu tiga tahun (2001-2004) persentase perokok pemula naik dari 0,4 menjadi 2,8%. Delapan puluh persen golongan pemula ini akan menjadi perokok tetap. Rokok yang banyak dikonsumsi di Indonesia adalah rokok kretek yaitu sekitar 80% dari semua rokok yang beredar di pasaran. Rokok kretek mempunyai kadar nikotin dan tar 2-3 kali lebih besar dari rokok putih (Purwanto, 2008). Indonesia menempati urutan terbesar ketujuh di dunia sebagai Negara penghasil tembakau ± 144.700 ton ( 2,3%) dan menempati urutan ke 5 sebagai Negara konsumen rokok di dunia ± 181,958 milyar batang perhari. Data lain menunjukkan bahwa dari 14 propinsi yang ada di Indonesia, 59,04% laki-laki usia 10 tahun ke atas dan 4,83% wanita pada usia yang sama saat ini adalah perokok (Aditama, 2005). Data ini memberikan gambaran bahwa angka perokok di Indonesia dikategorikan tinggi. Hasil survey yang dilakukan oleh Global Youth Tobacco (2006), prevalensi merokok remaja usia 13-15 tahun laki-laki adalah 24,5% sedangkan remaja perempuan mencapai 2,3%. Sulawesi Tenggara sendiri, prevalensi perokok pasif adalah sebesar 49,4% (Suhardi, 2006). Menurut Rice & Dolgin (2007) masa remaja adalah periode perkembangan antara masa anak-anak sampai masa dewasa. Lebih lanjut dikemukakan bahwa masa remaja dibedakan menjadi remaja awal, berada pada rentang pada usia 1114 tahun dan masa remaja akhir dengan rentang usia 15-19 tahun. Menurut Smet, 3 (2005) dalam penelitian ”Perilaku merokok pelajar SMP Surakarta tahun 2004” menunjukkan kekerapan merokok pelajar SMP di Surakarta sebesar 16%, berdasarkan jenis kelamin kekerapan merokok pelajar laki-laki 30,2% dan perempuan 3,1%. Usia pertama kali merokok di bawah 10 tahun sebesar 36,9%, pelajar paling banyak menghabiskan rokok <1 batang per hari 45,8% dan jumlah rokok yang dihisap ≥ 6 batang per hari sebesar 3,13% (Smet, 2005). Perilaku merokok merupakan perilaku yang berbahaya bagi kesehatan, tetapi masih banyak orang yang melakukannya. Bahkan mereka mulai merokok pada usia remaja. Para ahli mengemukakan berbagai alasan mengapa seseorang merokok. Menurut Suhardi, (2006) yang menyatakan bahwa seseorang merokok karena faktor sosial kultural seperti kebiasaan budaya, kelas sosial, gengsi dan tingkat pendidikan. Menurut Laventhal perilaku merokok tahap awal yang dilakukan bersama teman-teman 46%, seorang anggota keluarga bukan orang tua 23%, dan orang tua 14% (Suhardi, 2006). Ada beberapa alasan yang membuat remaja merokok diantaranya : pengaruh orang tua, keluarga yang tidak harmonis dan mencontoh dari orang tua yang juga perokok, pengaruh teman, kebanyakan remaja pertama kali merokok karena pengaruh teman. Remaja perokok akan mempunyai teman yang sebagian besar adalah perokok juga. Pengaruh diri sendiri, remaja merokok dengan alasan ingin tahu atau melepaskan diri dari masalah dan rasa bosan. Pengaruh iklan, 4 banyaknya iklan rokok di media cetak, elektronik, dan media luar telah mendorong rasa ingin tahu remaja tentang produk rokok (Anna, 2006). Kota Kendari dengan luas wilayah 295,89 Km2, mempunyai 10 Kecamatan dan 64 Desa/Kelurahan yang mayoritas penduduknya mempunyai mata pencarian sebagai petani, pedagang, nelayan, dan lain-lain. Kota Kendari mempunyai 23 Sekolah Lanjutan Atas dan 26 buah Sekolah Lanjutan Pertama. Penelitian tentang Rokok pada remaja belum pernah dilakukan di sekolah tersebut, sehingga data pasti prevalensi merokok dikalangan remaja belum ada. Hal inilah yang mendasari peneliti ingin mengetahui faktor risiko perilaku merokok remaja di SMU Hasrati Kendari sebagai langkah awal upaya preventif terhadap perilaku merokok remaja di Kota Kendari. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang maka yang menjadi rumusan masalah adalah : 1. Apakah pengetahuan berhubungan dengan perilaku merokok pada remaja SMU Hasrati Kota Kendari? 2. Apakah sikap permisif orang tua berhubungan dengan perilaku merokok pada remaja SMU Hasrati Kota Kendari? 3. Apakah lingkungan teman sebaya berhubungan dengan perilaku merokok pada remaja SMU Hasrati Kota Kendari? 5 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok remaja SMU Hasrati Kota Kendari. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui hubungan antara pengetahuan terhadap perilaku merokok remaja SMU Hasrati Kota Kendari. b. Mengetahui hubungan antara sikap permisif orang tua terhadap perilaku merokok remaja SMU Hasrati Kota Kendari. c. Mengetahui hubungan antara pengaruh lingkungan dan teman sebaya terhadap perilaku merokok remaja SMU Hasrati Kota Kendari D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat ilmiah a. Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi hasil temuan mengenai faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok remaja di SMU Hasrati Kota Kendari b. Bagi institusi sebagai bahan bacaan dan dan dapat dijadikan masukan sebagai pertimbangan dalam membuat kebijakan-kebijakan dibidang kesehatan khususnya bidang kesehatan dalam hal upaya menyelamatkan generasi muda sebagai penerus bangsa. 6 c. Bagi pengelola SMU Hasrati Kota Kendari untuk memperoleh gambaran secara umum mengenai perilaku merokok siswa, sehingga bisa diupayakan tindakan penanggulangan. 2. Manfaat praktis Peneliti dapat menerapkan dan memanfaatkan ilmu yang didapat selama pendidikan dan menambah wawasan serta pengetahuan dalam penelitian. 7