Uploaded by User63029

PERLAKUAN SALAH DAN PENELANTARAN ANAK OLEH ORANG T

advertisement
ISSN 1978-3787 (Cetak)
Media Bina Ilmiah 1739
ISSN 2615-3505 (Online)
………………………………………………………………………………………………………
PERLAKUAN SALAH DAN PENELANTARAN ANAK OLEH ORANG TUA DALAM
PERSPEKTIF HUKUM PIDANA
Oleh
Irma Apriliani1), Rodliyah2) & Any Suryani3)
1,2,3
Universitas Mataram
Email: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan dan menganalisis tanggung jawab hukum dalam perspektif hukum pidana
terhadap perlakuan salah dan penelantaran Anak oleh orang tua terutama Undang-Undang
Perlindungan Anak. Penelitian ini Pemilihan yaitu penelitian hukum normatif. Metode pendekatan
yaitu Pendekatan Perundang-undangan, Pendekatan Konseptual dan Pendekatan Kasus. Tanggung
jawab hukum dalam perspektif hukum pidana terhadap perlakuan salah dan penelantaran Anak oleh
orang tua terutama Undang-Undang Perlindungan Anak yaitu dalam rangka mencapai kepastian
hukum, maka bentuk tanggung jawab orang tua terhadap perlakuan salah dan penelantaran anak dalam
perspektif hukum pidana terutama berdasarkan Undang-Undang Perlindungan Anak adalah dengan
cara Mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi anak; Menumbuh kembangkan anak sesuai
dengan kemampuan, bakat, dan minatnya, Mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak, dan,
memberikan pendidikan karakter dan penanaman nilai budi pekerti pada anak. Sehingga Hak-Hak anak
bisa dilindungi sesuai dengan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dengan
merujuk pada konvensi Hak Anak.
Kata Kunci: Perlakuan Salah, Penelantaran Anak & Hukum Pidana.
PENDAHUALUAN
Anak adalah amanah sekaligus karunia
Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa
membutuhkan perlindungan karena dalam
dirinya melekat harkat, martabat dan hak-hak
sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi.
Selain itu juga, anak merupakan generasi penerus
bangsa dan penerus perjuangan pembangunan
yang ada.
Negara Kesatuan Republik Indonesia
menjamin kesejahteraan tiap warga negaranya,
termasuk perlindungan terhadap hak anak yang
merupakan hak asasi manusia setiap anak berhak
atas kelangsungan hidup, tumbuh dan
berkembang serta berhak atas perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi sebagaimana
diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Menurut Kay Castelle sebagaimana dalam
M. Ghufran dan H. Kordi K bahwa tak satu
negara pun yang mampu melindungi hak-hak
anak atau memberi mereka standar yang layak
dalam kesehatan, pendidikan, pengasuhan, gizi,
http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI
Open Journal Systems
tempat berteduh atau perlindungan agar anak
bebas dari tindak kekerasan, penelantaran, dan
eksploitasi. Untuk itu, negara sangat berperan
dalam menjamin perlindungan terhadap hak-hak
yang melekat pada anak agar terpenuhi.
Kedudukan anak sebagai generasi muda
yang akan meneruskan cita-cita luhur bangsa,
calon-calon pemimpin bangsa di masa
mendatang dan sebagai sumber harapan bagi
generasi terdahulu, perlu mendapatkan seluasluasnya untuk tumbuh dan berkembang dengan
wajar dan baik secara rohani,jasmani, dan sosial.
Mengabaikan perlindungan anak adalah
suatu yang tidak dapat dipertanggung jawabkan,
kurang perhatian, dan tidak diselenggarakannya
perlindungan anak akan membawa akibat yang
sangat merugikan diri sendiri di kemudian hari.
Setiap anak selama dalam pengasuhan orang
tuanya yang bertanggung jawab atas pengasuhan
sudah selayaknya mendapatkan perlindungan dan
perlakuan yang sesuai menurut peraturan yang
berlaku di Indonesia. perlindungan hukum bagi
anak merupakan salah satu sisi pendekatan untuk
Vol.13 No.10 Mei 2019
1740 Media Bina Ilmiah
ISSN No. 1978-3787 (Cetak)
ISSN 2615-3505 (Online)
……………………………………………………………………………………………………....
melindungi anak-anak, oleh sebab itu tidak Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Peradilan
semata-mata bisa didekati secara yuridis tetapi Anak dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun
perlu pendekatan yang lebih luas yaitu ekonomi, 2002 tentang Perlindungan Anak.
sosial, dan budaya.
Bangsa Indonesia sudah selayaknya
Kemerdekaan anak harus dilindungi dalam memberikan perhatian terhadap perlindungan
hal mendapatkan hak atas hidup dan hak anak karena amanat Undang-Undang Dasar 1945
perlindungan, baik dari oang tua, keluarga, terutama pasal 28 B ayat (2) menyatakan bahwa,
masyarakat, bangsa ,dan Negara. Negara kemudian Undang-Undang Nomor 39 Tahun
mempunyai
kewajiban
untuk menjamin 1999 Tentang Hak Asasi Manusia terutama
terpenuhinya hak-hak anak sebagaimana yang Pasal 29 ayat (1) menyatakan bahwa pasal 33 ayat
diamanatkan dalam konstitusi salah satunya (1) menyatakan bahwa. Anak seharusnya menjadi
membuat regulasi yang mengatur tentang hak- rujukan dalam pengambilan kebijakan terhadap
hak anak.
perlindungan anak, namun hanya tinggal
Anak merupakan harta yang tak ternilai harapan, Kenyataannya bahwa kondisi anak
harganya, baik dilihat dari perspektif sosial, Indonesia masih sangat memprihatinkan dan
budaya, ekonomi, politik, hukum maupun menjadi korban dari berbagai bentuk tindakan
perspektif keberlanjutan sebagai generasi kejahatan seperti penelantaran anak yang dapat
keluarga, suku, dan bangsa. Dilihat dari sosial dikatakan sebagai tidak manusiawi terhadap
sebagai kehormatan harkat dan martabat keluarga anak.
tergantung pada sikap dan perilaku anak untuk
Perlindungan terhadap anak tidak terbatas
berprestasi, dari budaya anak merupakan harta pada pemerintah selaku kaki tangan negara akan
dan kekayaan yang harus dijaga sekaligus tetapi harus dilakukan juga oleh masyarakat,
merupakan lambang kesuburan sebuah keluarga, keluarga, dan orang tua khususnya, sebagai unit
dari politik anak merupakan penerus suku dan terkecil dalam masyarakat, dan sebagai tempat
bangsa, dari segi ekonomi ada anggapan bahwa pertama anak memperoleh pendidikan yang
banyak anak banyak rezeki, dan dari segi hukum, dititipkan tanggung jawab untuk menjaga dan
anak mempunyai posisi dan kedudukan strategis memelihara hak asasi anak. Memelihara
di depanhukum, tidak saja sebagai penerus dan kelangsungan hidup anak merupakan tanggung
ahli waris keluarga tetapi juga sebagai bagian dari jawab orang tua, yang tidak boleh diabaikan.
subjek hukum dengan segala hak dan kewajiban Pasal 45 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974
yang mendapat jaminan hukum.
tentang pokok-pokok perkawinan, menentukan
Indonesia sudah memiliki sederet aturan bahwa orang tua wajib memelihara dan mendidik
untuk melindungi, menyejahterakan, dan anak-anak yang belum dewasa sampai anak-anak
memenuhi hak-hak anak. Misalnya saja jauh yang bersangkutan dewasa atau dapat berdiri
sebelum ratifikasi Konvensi Hak Anak (KHA) sendiri.
tahun 1990, Indonesia telah mengesahkan
Pengabaian hak anak sangat jelas terlihat
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 04 ketika menyadari masivenya kekerasan terhadap
Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak tetapi anak, banyaknya anak yang menjadi korban
belum bisa melindungi semua hak-hak anak. human trafficking, banyaknya jumlah anak yang
Sampai
akhirnya
meratifikasi
Konvensi tidak dapat mengikuti pendidikan dasar, karena
Internasional mengenai Hak Anak (Convention kemiskinan dan juga banyaknya anak yang tidak
on the right of the child), konvensi yang memiliki akta kelahiran. Semua kenyataan
diratifikasi melalui Keputusan Presiden Nomor tersebut hanya sebagaian dari persoalan besar
36 Tahun 1990 ternyata belum mampu mengenai pemenuhan hak asasi anak. Hak asasi
mengangkat keterpurukan situasi anak-anak anak tersebut merupakan bagian dari hak asasi
Indonesia. Selain meratifikasi Konvensi Hak manusia yang mendapat jaminan dan
Anak, Indonesia juga mengesahkan Undang- perlindungan hukum, bahkan hak asasi anak
Vol.13 No.10 Mei 2019
http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI
Open Journal Systems
ISSN 1978-3787 (Cetak)
Media Bina Ilmiah 1741
ISSN 2615-3505 (Online)
………………………………………………………………………………………………………
harus diperlakukan khusus/unik atau sui generis ideology “jaga praja” atau menjaga ketat
dengan orang dewasa, karena anak sejak dalam ideology keluarga, khususnya dalam budaya jawa
kandungan kemudian dilahirkan, tumbuh dan “membuka aib keluarga berarti membuka aib
berkembang masih belum mandiri (bergantung) sendiri”, situasi demikian menurut Harkristuti
dalam banyak hal kebutuhannya. Perlakuan Harkisnowo dalam berbagai kesempatan
khusus tersebut berupa perlindungan hukum menyebabkan tingginya “ durk number” karena
dalam mendapatkan hak sipil, hak politik, hak tidak dilaporkan.
ekonomi, hak sosial dan hak budaya sesuai
Hingga saat ini masih ada sekitar 4,1 juta
dengan apa yang diharapkan dalam ketentuan anak terlantar di Indonesia. Diantaranya 5.900
hukum yang telah ditetapkan.
anak yang menjadi
korban perdagangan
Undang-Undang Dasar 1945 jelas manusia, 3.600 anak bermasalah dengan hukum,
menyatakan bahwa Negara memberikan 1,2 juta balita terlantar dan 34.000 anak jalanan.
perlindungan kepada fakir miskin dan anak-anak Seiring dengan maraknya penelantaran anak,
terlantar. Kemiskinan mempunyai kontribusi perlindungan terhadap anak sangat diperlukan
yang besar dalam tindakan perlakuan salah dan agar hak-haknya tidak dirugikan oleh siapapun,
penelantaran anak oleh orang tua kandung yang tak terkecuali oleh kedua orang tuanya. Orang
terus menerus muncul menjadi penyakit di tua yang sejatinya bertanggung jawab untuk
Negara ini, termasuk berbagai kejahatan yang memberikan kasih sayang, perhatian, dan
terjadi menimpa anak-anak salah satunya pengasuhan, justru tega menelantarkan anaknya.
kekerasan terhadap anak, Kekerasan sangat dekat
Penelantaran terhadap anak semakin
dengan kehidupan anak, pengalaman anak-anak tampak dalam situasi minimnya ketersediaan
berhadapan dengan kekerasan sangat beraneka sumber daya yang dimiliki oleh keluarga dan
ragam, baik dari bentuk-bentuk kekerasan yang masyarakat untuk mengatasi permasalahan
dialami, pelaku kekerasan, tempat kejadian, dan sosial, tidak bisa dipungkiri justru menjadi potret
sebab-sebab terjadinya kekerasan. Orang tua realitas masyarakat dengan tingkat kesejahteraan
memarahi anaknya sampai memukul dengan rendah, itulah mengapa Kementrian Sosial
sabuk, sapu, dan benda-benda lainya.
sendiri mengategorikan anak terlantar ke dalam
Kurangnya tanggung jawab orang tua kelompok Penyandang Masalah Kesejahteraan
terhadap pola pengasuhan dan perawatan anak Sosial (PMKS). Arif Gosita mengatakan bahwa
dengan kata lain perlakuan salah dari orang tua anak wajib dilindungi agar mereka tidak menjadi
saat mendidik anak, kecenderungan orang tua korban tindakan siapa saja (individu atau
melepaskan tanggung jawab pengasuhan atas kelompok,
organisasi
swasta
maupun
anak mereka ketika beban ekonomi menghimpit. pemerintah), baik secara langsung maupun secara
Masalah penelantaran anak semakin meningkat tidak langsung. Selain itu anak terlantar rentan
karena kelalaian atau ketidak mampuan orang tua terhadap perlakuan diskriminasi dan eksploitasi,
atau
keluarga
dalam
melaksanakan karena persoalan anak terlantar bukan sematakewajibannya, sehingga kebutuhan jasmaniah mata tanggung jawab pemerintah, tetapi
dan rohani, maupun sosial mereka tidak terpenuhi masyarakat, baik
secara individu maupun
secara wajar.
kelompok memilki kewajiban moral untuk peduli
Hal ini tentunya menjadi suatu perhatian dan berperan serta dalam mengentaskan anakluas bagi setiap orang untuk meletakan posisi anak terlantar sesuai dengan kemampuan masinganak sebagai suatu insan yang perlu untuk masing.
diperhatikan dan mendapat segala kebutuhan
Permasalahan yang dialami oleh anak
yang sesuai kebutuhan anak itu sendiri. Banyak terlantar dapat dirumuskan sebagai beikut : 1).
anak yang mengalami kasus perlakuan salah dan Anak terlantar yang turun ke jalan karena adanya
penelantaran oleh orang tuanya seperti tindak desakan ekonomi keluarga, 2). Rendahnya
kekerasan, situasi ini semakin diperparah dengan pendidikan orang tua anak terlantar, 3). Belum
http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI
Vol.13 No.10 Mei 2019
Open Journal Systems
1742 Media Bina Ilmiah
ISSN No. 1978-3787 (Cetak)
ISSN 2615-3505 (Online)
……………………………………………………………………………………………………....
adanya payung kebijakan mengenai anak yang
Sehingga, menarik untuk dikaji tentang
turun ke jalan, 4). Belum optimalnya sosial “Perlakuan Salah Dan Penelantaran Anak Oleh
kontrol di dalam masyarakat, 5). Belum Orang Tua Dalam Perspektif Hukum Pidana”
berperannya lembaga-lemabag organisasi sosial, agar dapat diketahui secara spesifik maksud dari
6). Lingkungan sosial tempat anak terlantar kata perlakuan salah dan Penelantaran Anak
tinggal tidak mendukung mereka dari sisi mental berdasarkan Undang-Undang Perlindungan
psikologi untuk masuk sekolah formal, dan 7). Anak.
Kurangnya apresisasi masyarakat terhadap
Berdasarkan paparan di atas maka penulis
potensi dan kreativitas dari anak terlantar.”
merumuskan permasalahan yaitu bagaimana
Anak-anak hendaknya diberi perlindungan, tanggung jawab hukum dalam perspektif hukum
perawatan dan pemberian nafkah termasuk pidana terhadap perlakuan salah dan penelantaran
perlindungan hukum dan bantuan yang Anak oleh orang tua terutama Undang-Undang
diperlukan
sehingga
keluarga
mampu Perlindungan Anak?
mengemban tanggung jawabnya di dalam
masyarakat. Oleh karena itu, negara memberikan LANDASAN TEORI
perlindungan khusus bagi anak korban perlakuan Perlakuan Salah
salah dan penelantaran sebagiaman diatur dalam
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
konvensi Hak Anak Pasal 19, Pasal 37, Pasal 39 ‘Perlakuan’ berasal dari kata ‘laku’ yang berarti
dan Pasal 40 KUHP, hukum materilnya Pasal 45, “perbuatan;
gerak-gerik;
tindakan;
cara
Pasal 46 dan Pasal 47, selain itu pengaturan menjalankan atau berbuat”. ‘Perlakuan’, berarti
terhadap perlindungan terhadap hak anak juga “perbuatan yang dikenakan terhadap sesuatu atau
diatur dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun orang”.Sedangkan ‘salah’ adalah “tidak benar,
2014 tentang perubahan atas Undang-Undang keliru, atau menyimpang dari seharusnya”.
Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Sedangkan kesalahan menurut para ahli
Anak Pasal 59 ayat (2) huruf m, dan Undang- hukum pidana mengartikan kesalahan secara
Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang beragam, tapi secara umum pengertian yang
Kekerasan Dalam Rumah Tangga Pasal 5 huruf dikemukakan mengarah pada dua macam, yaitu
d.
kesalahan psikologis dan kesalahan normatif.
Kata penelantaran sebagaiamana yang Pengertian kesalahan secara psikologis yang
diatur dalam Pasal 59 ayat (2) huruf m Undang- menitikberatkan pada keadaan batin (psychis)
Undang Nomor 23 Tahun 2002 jo. Undang- yang tertentu dari si pembuat dan hubungan
Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang antara keadaan batin tersebut dengan
Perlindungan Anak, dan Undang-Undang Nomor perbuatannya sedemikian rupa, sehingga
23 Tahun 2004 Tentang Kekerasan Dalam pembuat dapat dipertanggungjawabkan atas
Rumah Tangga Pasal 5 huruf d, memiliki batasan perbuatannya.
atau
cakupan
yang
berbeda
dalam
Dalam pengertian kesalahan secara
mengkategorikan
penelantaran
hal
ini normatif terdapat tiga komponen utama yang
menimbulkan ketidakpastian hukum dalam perlu dijelaskan, yaitu dapat dicela, dilihat dari
memberikan perlindungan terhadap hak-hak segi masyarakat, dan dapat berbuat lain. Pertama
anak. Disini peneliti tidak hanya memfokuskan dapat dicela. Dapat dicela di sini mempunyai dua
untuk membahas kata penelantaran terhadap anak pengertian, yaitu dapat dicela berarti dapat
saja tetapi juga membahas perlakuan salah dari dipertanggungjawabkan dalam hukum pidana,
orang tua terhadap anak untuk itu peneliti fokus dan dapat dicela berarti dapat dijatuhi pidana.
membahas perlakuan salah dan penelantaran Dalam arti yang pertama, kesalahan diberi
anak dari sudut pandang
Undang-Undang makna dalam hubungannya dengan
fungsi
Perlindungan Anak.
preventif hukum pidana. Kata ‘dapat’ di sini
menunjukan bahwa celaan atau pertaanggung
Vol.13 No.10 Mei 2019
http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI
Open Journal Systems
ISSN 1978-3787 (Cetak)
Media Bina Ilmiah 1743
ISSN 2615-3505 (Online)
………………………………………………………………………………………………………
jawaban pidana itu hilang, jika pembuat melakukan tindak pidana. Inti pengertian
mempunyai alasan penghapus kesalahan.
kesalahan justru terletak pada penilaian hukum
Dalam arti yang kedua, kesalahan diberi terhadap kenyataan bahwa pembuat dapat
makna dalam hubungannya dengan fungsi berbuat lain. Ketiadaan kemungkinan pembuat
represif hukum pidana. Kata ‘dapat’ dalam hal ini dapat berbuat lain. Selain melakukan tindak
menunjukan bahwa celaan atau penjatuhan pidana, menyebabkan dapat dilepaskan dari
pidana tidak harus dilakukan hakim. Hakim keadaan bersalah. Oleh karena itu, ada kesalahan,
dapat saja hanya mengenakan tindakan, sekalipun jika kelakuan tidak sesuai dengan norma yang
tindak pidana terbukti dan terdakwa bersalah harus diterapkan.
melakukannya. Selain itu, dapat saja celaan atau Penelantaran Anak
pidana tidak dilakukan, jika hakim memutuskan
Berdasarkan kamus Besar Bahasa
untuk memberi pengampunan.
Indonesia Penelantaran memiliki asal kata
Dalam keputusannya, hakim dapat saja ‘telantar’ yang memiliki arti “tidak terpelihara;
menyatakan seseorang terbukti melakukan tindak tidak terawat; tidak terurus; terbengkalai”.
pidana dengan kesalahan, tetapi tidak Kemudian kata ‘menelantarkan’ yakni “membuat
menjatuhkan pidana terhadapnya. Kedua adalah telantar; membiarkan telantar”. ‘Penelantaran’
dilihat dari segi masyarakat. Roeslan Saleh yakin proses, cara, perbuatan menelantarkan.
mengatakan
bahwa
komponen
tersebut Sedangkan Menurut W.J.S. Poerwodarmonto
merupakan penegasan penilaian normatif anak adalah manusia yang masih kecil.
terhadap kesalahan.Pada subjek hukum manusia,
Menurut Undang-Undang yang termasuk
ada tidaknya kesalahan tidaklah ditentukan dalam tindakan atau perbuatan penelantaran
bagaimana dalam keadaan senyatanya batin meliputi :
terdakwa, tetapi tergantunng pada batin itu,
1.
Tindakan yang mengakibatkan
apakah dipernilai ada ataukah tidak ada tidak terpenuhinya kebutuhan anak secara wajar,
kesalahan.
baik fisik, mental, spiritual maupun sosial (Pasal
Jadi, titik tekannya terletak pada penilaian 1 butir 6 Undang-Undang Perlindungan Anak);
normatif terhadap keadaan batin pembuat dan
2.
Tindakan
atau
perbuatan
hubungan antara keadaan batin tersebut dengan mengabaikan dengan sengaja kewajiban untuk
tindak pidananya, sehingga orang itu dapat dicela memelihara, merawat, atau mengurus anak
karena perbuatannya itu.Singkatnya, yang dinilai sebagaimana mestinya (Pasal 13 ayat (1) huruf c,
bukan pada keadaan batin orang itu, tetapi Undang-Undang Perlindungan Anak).
bagaiamana hakim mempernilai keadaan Konsep Orang Tua
batinnya dan menilai fakta-fakta yang ada.
Kata orang tua terdiri dari orang dan tua.
Dengan demikian, sepanjang terhadap ‘Orang’ menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
subjek hukum manusia, pengertian kesalahan adalah “manusia; kata penggolong untuk
yang normatif berpangkal tolak pada penilaian manusia; rakyat (dari suatu negara); warga
hukum terhadap psikologi pembuat. Bukan negara”. Sedangkan ‘tua’ ialah “sudah lama
psikologisnya yang penting, tetapi penilaian hidup; lanjut usia (tidak muda lagi)”. Orang tua
normatif terhadap keadaan psikologi pembuat, adalah ayah atau ibu kandung, ayah atau ibu tiri
ketika melakukan tindak pidana.Pengertian atau ayah dan ibu angkat.
kesalahan yang normatif di dalamnya Tanggung Jawab Pidana
mengandung pengertian psikologis.
Pengertian tanggung jawab secara umum
Ketiga adalah kesalahan dapat berbuat lain. adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau
Yang dimaksud dengan frase tersebut adalah perbuatan baik yang disengaja maupun yang
selalu terbuka bagi pembuat untuk menghindari tidak di sengaja. Tanggung jawab juga berarti
terjadinya tindakan pidana, dalam arti sebenarnya berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan
pembuat dapat berbuat lain jika tidak ingin kewajiban. Adapun definisi tanggung jawab
http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI
Vol.13 No.10 Mei 2019
Open Journal Systems
1744 Media Bina Ilmiah
ISSN No. 1978-3787 (Cetak)
ISSN 2615-3505 (Online)
……………………………………………………………………………………………………....
secara harafiah dapat diartikan sebagai keadaan
Pertanggung jawaban pidana (criminal
wajib menanggung segala sesuatunya jika terjadi responsibility) adalah suatu mekanisme untuk
apa-apa
boleh
dituntut,
dipersalahkan, menentukan apakah seseorang terdakwa atau
diperkarakan atau juga berarti hak yang berfungsi tersangka dipertanggung jawabkan atas suatu
menerima pembebanan sebagai akibat sikapnya tindakan pidana yang terjadi atau tidak. Untuk
oleh pihak lain.
dapat dipidananya si pelaku, disyaratkan bahwa
Jadi, tanggung jawab adalah sebuah tindak pidana yang dilakukannya itu memenuhi
perbuatan yang dilakukan oleh setiap individu unsur-unsur yang telah ditentukan dalam undangyang berdasarkan atas kewajiban maupun undang
panggilan hati seseorang. Yaitu sikap yang
Pertanggung jawaban pidana mengandung
menunjukkan bahwa seseorang tersebut memiliki makna bahwa setiap orang yang melakukan
sifat kepedulian dan kejujuran yg sangat tinggi.
tindak pidana atau melawan hukum, sebagaimana
Tanggung jawab bersifat kodrati, artinya dirumuskan dalam undang-undang, maka orang
sudah merupakan bagian dati kehidupan manusia, tersebut patut mempertanggung jawabkan
bahwa setiap manusia pasti dibebani dengan perbuatan sesuai dengan kesalahannya. Dengan
tanggung jawab. Apabila ia tidak mau kata lain orang yang melakukan perbuatan pidana
bertanggung jawab, maka ada pihak lain yang akan mempertanggung jawabkan perbuatan
memaksakan tanggung jawab itu. Dengan tersebut dengan pidana apabila ia mempunyai
demikian, maka tanggung jawab dapat dilihat kesalahan, seseorang mempunyai kesalahan
dari dua sisi, yaitu dari sisi pihak yang berbuat apabila pada waktu melakukan perbuatan dilihat
dan dari sisi kepentingan pihak lain.
dari segi masyarakat menunjukan pandangan
Menurut KBBI (Kamus Umum Bahasa normatif mengenai kesalahan yang telah
Besar Indonesia) Pengertian tanggung jawab dilakukan orang tersebut
adalah keadaan dimana wajib menanggung
segala
sesuatu,
sehingga
berkewajiban METODE PENELITIAN
menanggung, memikul jawab, menanggung
Jenis penelitian yang digunakan adalah
segala sesuatunya atau memberikan jawab dan jenis penelitian normatif. Pemilihan penelitian
menanggung akibatnya.
hukum (legal research) ini dilakukan dengan
metode sesuai dengan karakter yang khas dari
Pertanggungjawaban Pidana
Mengandung asas kesalahan (asas ilmu hukum (jurisprudence) yang berberda
culpabilitas),
yang
didasarkan
pada dengan metode dalam ilmu sosial (social science)
keseimbangan mono dualistik bahwa asas atau metode dalam ilmu alam (natural
kesalahan yang didasarkan pada nilai keadilan science).Penelitian hukum normatif yakni suatu
harus disejajarkan berpasangan dengan asas penelitian yang terutama mengkaji ketentuanlegalitas yang didasarkan pada nilai kepastian. ketentuan hukum positif maupunasas-asas
Walaupun
Konsep berprinsip bahwa hukum dengan melakukan penjelasan secara
pertanggung jawaban pidana
berdasarkan sistematis ketentuan hukum dalam sebuah
kesalahan, namun dalam beberapa hal tidak kategori hukum tertentu, menganalisis hubungan
menutup kemungkinan adanya pertanggung antara ketentuan hukum, menjelaskan dan
jawaban pengganti (vicarious liability) dan memprediksi pengembangan hukum ke depan.
pertanggungjawaban yang ketat (strict liability).
Metode pendekatan dalam masalah yaitu
Masalah kesesatan (error) baik kesesatan Pendekatan
Perundang-undangan
(statute
mengenai keadaannya (error facti) maupun approach), Pendekatan Konseptual (conceptual
kesesatan mengenai hukumnya sesuai dengan approach), dan Pendekatan Kasus (Case
konsep merupakan salah satu alasan pemaaf Approach). Dalam penelitian ini menggunakan
sehingga pelaku tidak dipidana kecuali bahan yang terdiri dari 1). Bahan Hukum Primer,
kesesatannya itu patut dipersalahkan kepadanya. yaitu bahan hukum yang terdiri dari peraturan
Vol.13 No.10 Mei 2019
http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI
Open Journal Systems
ISSN 1978-3787 (Cetak)
Media Bina Ilmiah 1745
ISSN 2615-3505 (Online)
………………………………………………………………………………………………………
perundang-undangan atau peraturan tertulis, merupakan sifat subjektif dari tindak pidana
memuat norma-norma hukum,
dibuat dan karena berada di dalam diri pelaku.
ditetapkan oleh Lembaga Negara yang memiliki
Oleh karena kesalahan merupakan unsur
kewenangan, 2). Bahan Hukum Sekunder, yaitu yang bersifat subjektif dari tindak pidana, maka
bahan hukum yang diperoleh dari buku, jurnal, kesalahan juga memiliki dua segi, yaitu segi
hasil penelitian hukum, pendapat para sarjana, psikologi dan segi yuridis. Ditinjau dari segi
dan putusan pengadilan, dan 3) Bahan Hukum psikologis kesalahan itu harus dicari di dalam
Tersier, bahan hukum yang memberikan petunjuk batin pelaku, yaitu adanya hubungan batin
dan/atau penjelasan terhadap bahan hukum dengan perbuatan yang dilakukan, sehingga ia
primer dan sekunder, seperti Kamus Besar dapat dipertanggungjawabkan atas perbuatannya.
Bahasa Indonesia dan Kamus Hukum.
Persoalan selanjutya adalah bagaimana
Peneliti menggunakan analisa bahan cara kita mengetahui sikap batin seseorang yang
hukum Antinomi hukum, antinomi hukum yaitu melakukan tindak pidana. Tentu saja kita tidak
diselesaikan dengan asas prefensi hukum yaitu dapat memakai pendirian yang ekstrem bahwa
dengan menggunakan asas lex spesialis drogat hanya Tuhanlah yang tahu batin orang. Oleh
legi generalis. Asas penafsiran hukum yang karena itu harus dipakai cara untuk
menyatakan bahwa hukum yang bersifat khusus mengetahuinya dengan menggesarkan pengertian
(lex specialis) yakni Undang-Undang Nomor kesalahan secara psikologis menjadi kesalahan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 yang normative, artinya menurut ukuran yang
Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang- biasanya dipakai di dalam masyarakat, dipakai
undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang ukuran dari luar untuk menetapkan ada tidaknya
Perlindungan Anak, mengesampingkan hukum hubungan batin antara pelaku dengan
yang bersifat umum (lex generalis) dalam hal ini perbuatannya.
KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana).
Dalam Undang-undang perlindungan anak
tidak menjelasakan mengenai konsep perlakuan
salah dan penelantaran anak oleh orang tua, akan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tanggung Jawab Hukum Dalam Perspektif tetapi terdapat dalam KBBI, dan diperkuat oleh
Hukum Pidana Terhadap Perlakuan Salah pendapat oleh ahli dalam
Menurut Suratman (Unicef Consultant),
Dan Penelantaran Anak
1. Konsep
Perlakuan
Salah
dan Dalam istilah perlindungan anak mencangkup 4
komponen perlindungan, yakni abuse (perlakuan
Penelantaran Anak
Selain sifat melawan hukum unsur salah), eksploitasi, neglect (penelantaran), dan
kesalahan, merupakan unsur utama yang violence (kekerasan). Perlakuan salah terhadap
berkaitan dengan pertanggungjawaban pelaku anak memiliki penafsiran yang sangat luas, yakni
terhadap perbuatannya, termasuk perbuatan segala macam perilaku atau tindakan yang
pidana atau tindak pidana/delik. Unsur tersebut disengaja yang dapat merugikan atau mungkin
sedemikian pentingnya, sehingga ada adegium membahayakan keselamatan, kesejahteraan,
yang terkenal, yaitu “tiada pidana tanpa martabat dan perkembangan anak. Atau dengan
kesalahan” yang di dalam bahasa Belanda dikenal kata lain, adanya suatu tindakan yang
dengan istilah “geen straf zonder schuld” dan di mengakibatkan anak dirugikan.
dalam bahasa Jerman dikenal dengan istilah
Berdasarkan konsep tersebut mengenai
“keine strafe ohne schulde “, selain itu juga ada pertanggungjawab pidana terhadap orang tua
adegium yang berbunyi “Actus non facit, misi melakukan pelantaran anak dapat diancam
mens sit rea” yang artinya perbuatan tidak UUPA, karena melakukan abuse (perlakuan
membuat orang bersalah, kecuali jika terdapat salah), eksploitasi, neglect (penelantaran), dan
sikap batin yang salah, jadi batin yang salah atau violence (kekerasan).
guilty mind atau mens rea inilah kesalahan yang
http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI
Vol.13 No.10 Mei 2019
Open Journal Systems
1746 Media Bina Ilmiah
ISSN No. 1978-3787 (Cetak)
ISSN 2615-3505 (Online)
……………………………………………………………………………………………………....
Sedangkan Penelantaran anak merupakan
Pasal 44 ayat (1) Kitab Undang-Undang
praktik melepaskan tanggung jawab dan klaim Hukum Pidana (KUHP) merumuskan, menurut
atas keturunan dengan cara ilegal. Hal ini Pasal tersebut, maka hal tidak mampu
disebabkan oleh berbagai faktor seperti faktor bertanggung jawab adalah karena hal-hal
ekonomi dan sosial, serta penyakit mental. tertentu,
yaitu
jiwanya
cacat
dalam
Artinya setiap anak mempunyai hak terhadap pertumbuhannya
atau
terganggu
karena
perlakuan yang layak oleh orang tua atau penyakitnya, dan sebagai akibatnya, ia tidak
walinya. Sesuai dengan prinsip-prinsip dasar mampu
untuk
mempertanggungjawabkan
Konvensi hak anak, yang meliputi: Non perbuatannya itu.
diskriminasi; Kepentingan terbaik bagi anak; hak
Pada waktu Kitab Undang-Undang Hukum
untuk
hidup, kelangsungan hidup dan Pidana dinyatakan berlaku di Indonesia belum
perkembangan; serta penghargaan terhadap memiliki hukum pidana yang khusus untuk anakpendapat anak, yang mana menjadi acuan dalam anak atau orang yang belum dewasa. Hanya
upaya perlindungan harkat dan martabat anak. terdapat Pasal 45, 46, dan 47 Kitab UndangHal ini merujuk pada teori keadilan Jown Raws Undang Hukum Pidana yang mengatur tentang
bahwa yang perlu dilindungi dalam prinsip pemidanaan terhadap mereka yang belum
keadilan yaitu terhadap orang belum mampu berumur 16 (enam belas) tahun.
secara emosional dan atau cakap melakukan
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
hubungan hukum. Seharusnya dalam pemenuhan menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
hak-haknya lebih diutamakan, agar setara dengan (KUHP) batasan umur seorang anak telah
orang dewasa. Sehingga anak mendapatkan dikatakan dewasa apabila telah mencapai umur
keadilan yang seimbang.
16 (enam belas) tahun. Pengertian anak dalam
Menurut Jown Raws Keadilan adalah aspek hukum pidana menimbulkan aspek hukum
struktur dasar masyarakat atau lebih tepatnya cara positif terhadap proses normalisasi anak dari
lembaga-lembaga sosial utama mendistribusikan perilaku menyimpang untuk membentuk
hak-hak dan kewajiban fundamental serta keperibadian dan tanggung jawab yang pada
menentukan pembagian keuntungan dari kerja akhirnya menjadikan anak tersebut berhak atas
sama sosial. Oleh sebab itu Jown Raws, melihat kesejahteraan yang layak dan masa depan yang
keadilan mengedepan hak-hak dan kewajiban baik.
termasuk dalam kebeasan yang sama di dalam
Oleh karena itu, jika anak tersebut
masyarakat.
tersangkut dalam perkara pidana hakim boleh
2. Tanggung Jawab Terhadap Perlindungan memerintahkan supaya si tersalah itu
dikembalikan kepada kedua orang tuanya,
Anak
Kemampuan
bertanggung
jawab walinya atau pemeliharannya dengan tidak
merupakan salah satu unsur kesalahan yang dikenakan suatu hukuman atau memerintahkan
tid’ak dapat dipisahkan dengan dua unsur tindak supaya diserahkan kepada pemerintah dengan
pidana lain. Istilah dalam bahasa Belanda adalah tidak dikenakan hukuman.
“toerekeningsvatbaar”. Pertanggung jawaban
Pada hakikatnya, pengertian anak dan
yang merupakan inti dari kesalahan yang status kedudukan anak dalam hukum pidana
dimaksud di dalam hukum pidana adalah meliputi dimensi-dimensi pengertian sebagai
pertanggung jawaban menurut hukum pidana. berikut:
1).
Ketidakmampuan
untuk
Walaupun sebenarnya menurut etika setiap orang pertanggungjawaban
tindak
pidana,
2).
bertanggung jawab atas segala perbuatannya, Pengembalian hak-hak anak dengan jalan
tetapi dalam hukum pidana yang menjadi pokok mensubsitusikan hak-hak anak yang timbul dari
permasalahan hanyalah tingkah laku yang lapangan hukum keperdataan. Tata Negara, dan
mengakibatkan hakim menjatuhkan pidana.
hukum
kebiasaan
dengan
maksud
menyejahterakan anak, 3). Rehabilitasi, yaitu
Vol.13 No.10 Mei 2019
http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI
Open Journal Systems
ISSN 1978-3787 (Cetak)
Media Bina Ilmiah 1747
ISSN 2615-3505 (Online)
………………………………………………………………………………………………………
anak berhak untuk mendapat perbaikan mental telah berusaha untuk mewujudkan peraturanspiritual akibat dari tindakan hukum pidana yang peraturan yang baik sesuai dengan keadaan dan
dilakukan anak itu sendiri, 4). Hak-hak menerima situasi anak, dalam arti memenuhi syarat keadilan
pelayanan dan pengasuhan, 4). Hak anak dalam dan daya guna untuk kepentingan anak.
acara hukum pidana.
Kebijakan dari Negara melalui badanDalam kepastian hukum yaitu, terjaminnya badan yang berwenang, terutama hakim apabila
penegakan hukum yang sesuai dengan proses anak tersangkut dalam perkara pidana, hakim
hukum yang baik dan benar, agar dapat mengatur boleh memerintahkan supaya si tersalah itu
serta melindungi warga negara dalam pemenuhan dikembalikan kepada kedua orang tuanya,
hak-haknya. Dengan demikian di dalam walinya atau pemeliharannya dengan tidak
ketentuan hukum pidana telah memberikan dikenakan suatu hukuman atau memerintahkan
perlindungan terhadap hak-hak anak yang supaya diserahkan kepada pemerintah dengan
kehilangan
kemerdekaan.
Karena
anak tidak dikenakan hukuman, sehingga apabila
dipandang sebagai subjek hukum yang berada dilihat dari bagian politik hukum pidana, hakim
pada usia yang belum dewasa. Oleh karena itu telah berusaha merumuskan suatu perudangharus tetap dilindungi segala kepentingan terbaik undangan pidana yang baik.
dan perlu mendapatkan hak-hak khusus yang 3. Pihak-Pihak yang Bertanggung Jawab
diberikan oleh Negara ataupun pemerintah.
Terhadap
Perlindungan
Anak
Perlindungan anak diusahakan oleh setiap
Pemerintah dan Negara
orang baik orang tua, keluarga, masyarakat,
Pemerintah, Pemerintah daerah dan negara
pemerintah maupun negara. Pasal 20 Undang- bertanggung jawab terhadap perlindungan anak
Undang Nomor 23 Tahun 2002 menentukan: sebagaimana dimuat dalam Undang-Undang
“Negara, pemerintah, masyarakat, keluarga, dan Tentang Perlindungan Anak sebagai berikut: 1).
orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab Menghormati dan menjamin hak asasi setiap anak
terhadap penyelenggaraan perlindungan anak.”
tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan,
Jadi yang mengusahakan perlindungan jenis kelamin, etnik, budaya, dan bahasa, status
terhadap anak adalah setiap anggota masyarakat hukum anak, urutan kelahiran anak dan kondisi
sesuai dengan kemampuannya dengan berbagai fisik dan/ atau mental (Pasal 21); 2). Memberikan
macam usaha dalam situasi dan kondisi tertentu. dukungan sarana dan prasarana dalam
Setiap warga negara ikut bertanggungjawab penyelenggaraan perlindungan anak ( Pasal 22);
terhadap dilaksanakannya perlindungan anak 3). Menjamin perlindungan, pemeliharan, dan
demi kesejahteraan anak. Kebahagiaan anak kesejahteraan anak dengan memperhatikan hak
merupakan kebahagiaan bersama, kebahagiaan dan kewajiban orang tua, wali, atau orang lain
yang dilindungi adalah kebahagiaan yang yang secara umum bertanggungjawab terhadap
melindungi. Tidak ada keresahan pada anak anak
dan
mengawasi
penyelnggaraan
karena perlindungan anak dilaksanakan dengan perlindungan anak (Pasal 23); dan 4). Menjamin
baik, anak menjadi sejahtera. Kesejahteraan anak anak untuk mempergunakan haknya dalam
mempunyai pengaruh positif terhadap orang tua, menyampaikan pendapat sesuai dengan usia dan
keluarga, masyarakat, pemerintah, dan negara. tingkat kecerdasan anak (Pasal 24).
Koordinasi kerjasaama kegiatan perlindungan
Konvensi Hak Anak yang telah diratifikasi
anak perlu dilakukan dalam rangka mencegah dengan Keputusan Presiden No. 36 tahun 1990
ketidakseimbangan kegiatan perlindungan anak terdiri dari 10 (sepuluh) asas, menginstruksikan
secara keseluruhan.
kaidah hukum yang terdapat dalam konvensi
Ditinjau dari segi teori kebijakan hukum tersebut ke dalam hukum nasional. Dengan
pidana, bahwa batasan umur seorang anak telah perkataan lain terdapat kewajiban pemerintah
dikatakan dewasa apabila telah mencapai umur sebagai negara peserta (state party) mengikatkan
16 (enam belas) tahun. Dalam hal ini Pemerintah diri dan sekaligus menggunakan konvensi
http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI
Vol.13 No.10 Mei 2019
Open Journal Systems
1748 Media Bina Ilmiah
ISSN No. 1978-3787 (Cetak)
ISSN 2615-3505 (Online)
……………………………………………………………………………………………………....
tersebut sebagai sumber hukum nasional yang dilaksanakan oleh BPHN dan kantor UNICEF
berkenaan dengan pelaksanaan konvensi hak perwakilan Indonesia, menyarankan melakukan
anak, mempunyai 2 (dua) konsekuensi hukum, langkah-langkah harmonisasi hukum nasional
yaitu: 1). Mengakui hak-hak anak (legislation of terhadap Konvensi Hak Anak, dengan membuat
children right), 2). Kewajiban negara untuk atau melakukan hal-hal sebagai berikut: 1).
melaksanakan dan menjamin terlaksananya hak- Mengintroduksikan hak-hak anak dalam
hak anak (enforcement of children right).
Konvensi Hak Anak ke dalam peraturan
Perlu diketahui bahwa Pemerintah perundang-undangan nasional atau hukum
Indonesia meratifikasi Konvensi Hak Anak positif; 2).Peninjauan kembali hukum positif
tersebut menggunakan instrumen hukum melalui yang tidak sesuai dengan Konvensi Hak Anak; 3).
Keputusan Presiden yang lebih rendah derajatnya Mengidentifikasi
kemungkinan
perlunya
daripada Undang-Undang. Hal demikian akan penyususnan peraturan perundang-undangan,
berimplikasi secara hukum pada waktu prosedur/lembaga yang dapat membantu
mengimplementasikan Konvensi Hak Anak pelaksanaan Konvensi Hak Anak.”
dalam tataran operasionalitas. Dalam legislatife
Oleh karena itu dalam pembentukan hukum
drafting, Konvensi Hak Anak tentu tidak dapat positif, maka Konvensi Hak Anak merupakan
dipakai sebagai konsideran hukum, Kemudian sumber kaidah hukum yang berkenaan dengan
dalam
tataran Praktek hakim jarang hak-hak anak. Artinya secara hukum, pemerintah
menggunakan Konvensi Hak Anak karena derajat (sebagai negara peserta) yang telah mengikatkan
hukumnya lebih rendah daripada Undang- diri dengan Konvensi Hak Anak wajib
Undang. Asas hukum lex superior derogat legi menerapkan ke dalam hukum nasional, dengan
inferiori dapat menjadi amunisi hakim untuk cara melakukan harmonisasi hukum nasional,
mengesampingkan Konvensi Hak Anak.
dengan cara harmonisasi hukum, yaitu: 1).
Ada 3 (tiga) hal yang berkaitan antara Memeriksa dan menganalisi perundangkonsekunesi perativikasi suatu perjanjian undangan yang ada dan yang masih/ sedang
internasional
terhadap
pembentukan dalam
perencanaan/pembentukannya;
perkembangan hukum nasional, dapat sebagai: 2).Meninjau ulang lembaga-lembaga yang ada
1). Kewajiban dan tanggungjawab masyarakat hubungannya dengan pelaksanaan Konvensi Hak
terhadap perlindungan anak dilaksanakan melalui Anak; 3.)Mengusulkan langkah-langkah pintas
kegiatan
peran
masyarakat
dalam penyelarasan ketentuan Konvensi Hak Anak
penyelenggaran perlindungan anak (Pasal 25); 2). dengan Undang-Undang yang ada; 4).Meninjau
Kewajiban dan tanggungjawab orang tua dalam ulang bagian-bagian perundang-undangan yang
usaha perlindungan anak diatur dalam Pasal 26 masih berlaku namun perlu penyempurnaan atau
yaitu a). Mengasuh, memelihara, mendidik, dan pelaksanaan yang tepat; dan 5).Memprioritaskan
melindungi anak; b). Menumbuh kembangkan acara
pembuatan Undang-Undang
yang
anak sesuai dengan kemampuan bakat, dan diperlukan
untuk
mengefektifkan
minatnya; c). Mencegah terjadinya perkawinan pelaksanaan/penyelarasan Konvensi Hak Anak
pada usia anak-anak.
dalam hukum nasional yang diimplementasikan,
Untuk mengimplementasikan Konvensi namun sebelum meratifikasi Konvensi Hak Anak
Hak Anak, pembentukan hukum (legislasi) atas telah terdapat hukum nasional yang selaras
hak-hak anak, kewajiban negara dituangkan dengan Konvensi Hukum Anak, misalnya dalam
dalam hukum nasional, apakah Undang-Undang, bidang perburuhan telah terdapat UndangPeraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Undang nomor 1 Tahun 1952 tentang pernyataan
Peraturan Menteri ataupun produk hukum positif berlakunya Undang-Undang Kerja Tahun 1948
lainnya.
No.12 dari Republik Indonesia untuk seluruh
Dalam lokakarya tentang implementasi Indonesia Pasal 1 huruf d dan Pasal 2 yang
hukum dari Konvensi Hak Anak yang melarang Anak berusia 14 (empat belas) tahun ke
Vol.13 No.10 Mei 2019
http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI
Open Journal Systems
ISSN 1978-3787 (Cetak)
Media Bina Ilmiah 1749
ISSN 2615-3505 (Online)
………………………………………………………………………………………………………
bawah menjalankan pekerjaan, Undang-Undang pun yang bertanggung jawab atas pengasuhan,
No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak. berhak mendapat perlindungan dari perlakuan:
Sementara untuk menerapkan Konvensi Hak
a. Diskriminasi;
Anak secara keseluruhan, pemerintah (Indonesia)
b. Eksploitasi,
baik
ekonomi
menerapkan secara bertahap, kewajiban negara
maupun seksual;
untuk mengadakan peradilan khusus untuk anak,
c. Penelantaran;
sebagaimana diamanatkan Pasal 40 Konvensi
d. Kekejaman,
kekerasan,
dan
Hak Anak, hal demikian diwujudkan dengan
penganiyaan;
diundangkan Undang-Undang No. 1 Tahun 2012
e. Ketidakadilan; dan
tentang Sistem Peradilan Pidana Anak sebagai
f. Perlakuan salah lainnya.
pengganti Undang-Undang No. 3 Tahun 1997
2)
Dalam hal orang tua, wali atau
tentang Pengadilan Anak. Undang-Undang ini pengasuh anak melakukan segala bentuk
relevan dengan sumber kaidah hukum yang perlakuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
terdapat dalam Konvensi Hak Anak yang maka pelaku dikenakan pemberatan hukuman.”
mengatur masalah children in conflict with law
(anak yang berkonflik dengan hukum).”
Pasal 26;
Tanggung jawab pemerintah menurut
1)
Orang tua berkewajiban dan
Konvensi Hak Anak diatur pada Pasal 2 angka 2; bertanggugjawab untuk:
Negara-negara peserta akan mengambil langkaha. Mengasuh,
memelihara,
langkah yang layak untuk menjamin bahwa anak
mendidik, dan melindungi anak;
dilindungi terhadap semua bentuk diskriminasi
b. Menumbuhkembangkan
anak
atau hukuman yang didasarkan pada status,
sesuai dengan kemampuan, bakat,
kegiatan, pendapat yang dikukuhkan atau
dan minatnya;
kepercayaan orang tua anak, walinya yang sah,
c. Mencegah terjadinya perkawinan
atau anggota keluarganya.
pada uisa anak-anak, dan;
Adapun merujuk kerangka Teori tanggung
d. Memberikan pendidikan karakter
jawab Negara bahwa Negara memiliki kewajiban
dan penanaman nilai budi pekerti
untuk melindungi seluruh warga negaranya tidak
pada anak.
terkecuali anak-anak, Amandemen Undang2)
Dalam hal orang tua tidak ada atau
Undang Dasar mengatur hak asasi manusia dalam tidak diketahui keberadaanya atau karena suatu
Pasal 28 huruf A sampai J. Salah satu jaminan sebab tidak dapat dilaksanakn kewajiban dan
yang diberikan oleh Negara adalah kelangsungan tanggung jawabnya, kewajiban dan tangggung
hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas jawab sebagaiamana dimaksud pada ayat (1)
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. dapat beralih kepada keluarga, yang dilaksanakan
Berdasarkan uraian di atas, negara menjamin sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.”
hak-hak warga negaranya (anak) dalam institusi
Tanggung jawab orang tua menurut
sosial. Sejalan dengan Konvensi Hak Anak dan Konvensi Hak Anak diatur dalam Pasal 3 angka
UUD’45.
2 yang berbunyi sebagai berikut:
“Negara-negara peserta berupaya untuk
Orang Tua dan Keluarga
Orang tua dan keluarga bertanggung jawab menjamin adanya perlindungan dan perawatan
terhadap perlindungan anak seperti yang sedemikian rupa yang diperlukan untuk
tercantum dalam Undang-Undang Perlindungan kesejahteraan anak, dengan memperhatikan hak
Anak yaitu dalam Pasal:
dan kewajiban orang tua anak, walinya yang sah,
Pasal 13;
atau orang lain, secara hukum bertanggung jawab
1)
Setiap anak selama dalam atas anak yang bersangkutan, dan untuk maksud
pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain mana ini, akan mengambil semua tindakan legislatif
dan administratif.”
http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI
Vol.13 No.10 Mei 2019
Open Journal Systems
1750 Media Bina Ilmiah
ISSN No. 1978-3787 (Cetak)
ISSN 2615-3505 (Online)
……………………………………………………………………………………………………....
Sehingga guna kelangsungan eksitensi subjek
Adapun
kerangka
teoritik
dari hukum yang dijamin dilindungi maka
permasalahan mengenai tanggung jawab orang keterlibatan semua pihak sangat dibutuhkan baik
tua terhadap pemenuhan hak-hak anak adalah Negara, orang tua, maupun masyarakat
teori kepastian hukum dalam hal ini pemerintah PENUTUP
telah mengeluarkan peraturan perundang- Kesimpulan
undangan yang memberikan kepastian hukum
Tanggung jawab hukum dalam perspektif
terhadap tanggug jawab sepenuhnya terhadap hukum pidana terhadap perlakuan salah dan
anak diberikan kepada orang tua, sebagaimana penelantaran Anak oleh orang tua terutama
yang tercantum dalam Pasal 26 Undang-Undang Undang-Undang Perlindungan Anak yaitu dalam
Perlindungan Anak.
rangka mencapai kepastian hukum, maka bentuk
tanggung jawab orang tua terhadap perlakuan
Masyarakat
Masyarakat juga ikut memiliki andil salah dan penelantaran anak dalam perspektif
tanggung jawab dalam memberikan perlindungan hukum pidana terutama berdasarkan Undangterhadap perlindungan anak sebagaiman Undang Perlindungan Anak adalah dengan cara
tercantum dalam Pasal 25 Undang-Undang Mengasuh,
memelihara,
mendidik,
dan
Perlindungan Anak yang berbunyi sebagai melindungi anak; Menumbuh kembangkan anak
berikut;
sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya,
Mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak1. Kewajiban dan tanggung jawab
anak, dan, memberikan pendidikan karakter dan
Masyarakat terhadap Perlindungan Anak
penanaman nilai budi pekerti pada anak.
dilaksanakan melalui kegiatan peran
Sehingga Hak-Hak anak bisa dilindungi sesuai
Masyarakat dalam penyelenggaraan
dengan yang diamanatkan oleh Undang-Undang
Perlindungan Anak.
Dasar Tahun 1945 dengan merujuk pada
2. Serta Kewajiban dan tanggungjawab
konvensi Hak Anak.
Masyarakat
dilaksanakan
dengan
melibatkan organisasi kemasyarakatan,
DAFTAR PUSTAKA
akademisi, dan pemerhati Anak.
Tanggung jawab masyarakat juga diatur [1] Amiruddin, ZainalAsikin.Pengantar Metode
Penelitian Hukum Edisi Revisi, Cet. 9,
dalam Konvensi Hak Anak diatur dalam Pasal 5;
Rajawali Pers, Jakarta, 2016.
“Negara–negara peserta akan menghormati
tanggung jawab, hak dan kewajiban orang tua, [2] Arief, Barda Nawawi, Bunga Rampai
Kebijakan Hukum Pidana Perkembangan
bila dapat diterapkan, para anggota keluarga
Penyusunan
Konsep
KUHP
Baru,
besar luas atau masyarakat sebagaimana yang
Prenadamedia
Group,
Jakarta,
2016.
ditentukan oleh adat istiadat setempat, wali yang
Sigit
Pramukti
&
Fuady
sah atau orang lain secara hukum bertanggung [3] Angger
Primaharsya.Sistem Peradilan Pidana Anak,
jawab atas anak yang bersangkutan untuk
Cet. Pertama, Pustaka Yustisia, 2015.
memberi pengetahuan dan bimbingan yang layak
kepada anak dalam penerapan hak-haknya yang [4] Ali, Mahrus. Dasar-Dasar Hukum Pidana,
Sinar Grafika, Cetakan Kedua, Jakarta, 2012.
diakui dalam Konvensi Hak Anak, dengan cara
[5] Friedman, Lawrence M. Sistem Hukum
yang sesuai dengan kemampuannya.”
Perspektif Ilmu Sosial, Cetakan II, Nusa
Media, Bandung, 2009.
Ditinjau dari teori perlindungan hukum
[6]
Gultom, Maidin. Perlindungan Hukum
bahwa salah satu fungsi hukum adalah untuk
Terhadap Anak,Cetakan Ketiga,Reifika
memberikan perlindungan kepada masyarakat,
Aditama,Bandung, 2008.
terutama yang berada posisi yang paling lemah
yang dalam hal ini adalah anak baik akibat hukum
maupun kedudukan yang tidak seimbang.
Vol.13 No.10 Mei 2019
http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI
Open Journal Systems
ISSN 1978-3787 (Cetak)
Media Bina Ilmiah 1751
ISSN 2615-3505 (Online)
………………………………………………………………………………………………………
[7] ----------, Perlindungan hukum terhadap [22] Tongat, Dasar-Dasar Hukum Pidana
Anak dan Perempuan, Cetakan Ketiga, PT
Indonesia dalam Perspektif Pembaharuan,
Reifka Aditama, Bandung, 2014.
UMM Press,Malang,2008.
[8] Gosita,
Hadiwijo,
Suryo
Sakti, [23] Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta,
Pengarusutmaan Hak Anak Dalam Anggaran
Balai Pustaka, 1999.
Publik, Cetakan Pertama, Graha Ilmu, [24] Amiruddin,Teori Metode Ilmu Hukum
Yogakarta, 20015.
(catatan kuliah Prof Dr. Philipus M. Hadjon,
[9] J.J.H, Bruggink (1995).Rechtsreflecties,
SH ), Universitas Airlangga, 2008.
terjemahan Arief Sidharta.Bandung :Citra [25] Brian A. Garner,Black’s Law Dictionary,
Aditya Bakti.
Eight Edition, St. Paul : Thomson West,
[10] Kalsen,Hans.Teori Umum Tentang Hukum
1999.
dan Negara,
Cetakan IV,Nusa Media, [26] Hadjon, P.M. (1997). Pengkajian Ilmu
Bandung, 2010.
Hukum. Paper Pelatihan Metode Hukum
[11] Koro, Abdi. Perlindunga Anak di Bawah
Normatif. Surabaya : UNAIR.
Umur Dalam Perkawinan Usia Muda Dan [27] Fatahillah, Perlindungan Hukum Terhadapa
Perkawinan siri, Cet.1., P.T. Alumni,
Anak Sebagai Korban Tindak
Pidana
Bandung, 2012.
Kesusilaan yang Dilakukan Oleh Anak,
[12] Lamintang Dan Fransiscus Theojunior
(skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Hukum
Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana di
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
Indonesia, Cet. 2. Sinar Grafika, Jakarta,
2010.
2016.
[28] M. Riadhussyah, Tanggung Jawab Indonesia
[13] Menski,Warner.Perbandingan
Hukum
Sebagai Negara Transit Bagi Pengungsi
Dalam Konteks Global: Sistem Eropa, Asia,
Anak
Berdasarkan
Hukum
dan Afrika, Cetakan II, Nusa Media,
Internasional,Tesis, Malang, Universitas
Bandung, 2014.
Brawijaya, 2016.
[14] M. Ghufran dan H. Kordi K, Durhaka [29] Fifik Wiryani, Perlindungan Hukum Bagi
Kepada Anak Refleksi Mengenai Hak &
Pekerja Anak, Jurnal Legality, Vol. 11, No.
Perlindungan Anak, Cetakan Pertama,
2, September 2003 – Februari 2004.
Pustaka Baru Perss,Yogyakarta, 2015.
[30] Supriyadi Eddyono, W. Seri Bahan Bacaan
[15] Mohammad Taufik Makaro, Et All, Hukum
Kursus HAM untuk Pengacara XI, Jakarta,
Perlindungan Anak Dan Penghapusan
Tahun2007.
kekerasan Dalam Rumah Tangga,Cetekan [31] Suratman, “Pengasuhan Positif Bagi Anak”,
Pertama, Jakarta, Mei 2014.
Makalah yang dibawakan pada Pelatihan
[16] Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana,
Fasilitator Temu Penguatan Anak dan
Cetakan IX, Reneka Cipta, Jogjakarta, 2015.
Keluarga (TEPAK), LPA NTB, Mataram,
[17] Marzuki,Peter Mahmud.Penelitian Hukum,
Juni 2019.
Prenanda Media Grup,Jakarta, 2014.
[32] W.J.S. Poerdarminto,Kamus Umum Bahasa
[18] Prakoso, Abintoro.Hukum Perlindungan
Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1976.
Anak, Cetakan I, LaksBang PRESSindo, [33] https://www.republika.co.id/berita/koran/ur
Jogjakarta, 2016.
bana/17/01/12/ojnyk14-kpai-bekasi-tangani[19] Prasetyo,Teguh.Hukum
Pidana,
Edisi
13-kasus-penelantaran-anak, diakses Pukul
Revisi, Cetakan 5, RajaGrafindo Persada,
3.19 wita, Tanggal 28 Juni 2018.
Jakarta, 2014.
[34] Undang-Undang dasar Negara Republik
[20] Rawls,John.Teori Keadilan, Cetakan III,
Indonesia Tahun 1945.
Pustaka Pelajar, Jogjakarta, 2019.
[35] Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
[21] Rahardjo,Satjipto.Hukum Dalam Jagat
tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran
Ketertiban, UKI Press, Jakarta, 2006.
Negara Republik Indonesia Tahun 1999
http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI
Vol.13 No.10 Mei 2019
Open Journal Systems
1752 Media Bina Ilmiah
ISSN No. 1978-3787 (Cetak)
ISSN 2615-3505 (Online)
……………………………………………………………………………………………………....
Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3886).
[36] Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979
tentang Kesejahteraan Anak (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1979
Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3143 ).
[37] Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak (Lembaran
Negara Tahun 2002 Nomor 4235).
[38] Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008
tentang Peghapusan Diskriminasi Ras dan
Etnis (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 170 ).
[39] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
23 Tahun 2004 tentang Kekerasan Dalam
Rumah Tangga (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 95)
[40] Undang-Undang 35 Tahun 2014 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 nomor 297, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5606).
[41] Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 165).
[42] Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990
Tentang Pengesahan Convention On The
Right Of The Child (Konvensi Tentang HakHak Anak) (Lembaran Negara Tahun 1990
Nomor 57).
Vol.13 No.10 Mei 2019
http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI
Open Journal Systems
Download