Uploaded by User62739

Modul cg-5

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Chuu-Gengogaku
Semantik
Fakultas
Program Studi
Bahasa
S1 Bahasa Jepang
Abstract
Tatap Muka
05
Kode MK
Disusun Oleh
191751010
Ningrum Tresnasari, S.S.,M.A
Kompetensi
Modul ini berisi tentang pengajaran Mahasiswa memiliki kemampuan
teori linguistik bahasa Jepang, dan untuk menjelaskan tentang fonetik
merupakan mata kuliah yang dan semantik dalam bahasa Jepang.
berjenjang sebagai syarat dalam
mengambil MK jyou-gengogaku
pada semester 6 (enam).
‘20
1
Pengantar Linguistik Umum
Ningrum Tresnasari, S.S.,M.A
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
FONETIK BAHASA JEPANG
Batasan dan Ruang Lingkup Fonetik
Istilah fonetik dalam bahasa Jepang disebut onseigaku, yaitu ilmu yang mengkaji tentang
bunyi bahasa (ujaran) yang digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi. Berbicara tentang
bunyi banyak sekali macamnya, Kashima (1997) menggolongkannya seperti berikut:
1. Bunyi yang tidak berhubungan dengan manusia, seperti bunyi angin, kendaraan, binatang
dan lain-lain.
2. Bunyi yang berhubungan dengan manusia, yang terdiri dari:
a. Bunyi yang tidak disengaja/disadari, yaitu
-
Bunyi yang tidak menggunakan alat ucap, seperti bunyi perut, kentut, dan lainlain.
-
Bunyi yang menggunakan alat ucap, seperti batuk, bersin, dan lain-lain.
b. Bunyi yang disengaja/disadari, didalamnya terdiri dari:
-
Bunyi yang tidak menggunakan alat ucap, seperti tepuk tangan, bunyi ketukan,
dan lain-lain.
-
Bunyi yang menggunakan alat ucap yang terdiri dari bunyi bahasa (ujaran), siulan,
batuk-batukan untuk maksud tertentu.
(Kashima, 1997:4)
Objek kajian fonetik adalah bunyi bahasa (ujaran) yang dihasilkan secara disengaja dengan
menggunakan alat ucap dan digunakan untuk menyampaikan suatu makna. Bunyi bahasa
timbul karena ada tiga hal, yaitu aliran udara, artikulator, dan titik artikulasi. Mula-mula,
udara keluar dari paru-paru melewati pita suara yang terkadang bergetar dan terkadang tidak,
kemudian udara tersebut naik ke tenggorokan, lalu masuk ke mulut dan diatur oleh alat ucap
(artikulator dan titik artikulasi), sehingga menimbulkan bunyi bahasa yang membawa suatu
pesan atau suatu makna. Bunyi bahasa yang keluar dari mulut pembicara tadi, disalurkan
melalui udara sampai pada telinga lawan bicara, sehingga makna yang terkandung di
dalamnya bisa dipahami. Jadi, terjadinya bunyi bahasa sebagai alat komunikasi terdiri dari
proses pembuatannya, lalu proses perjalanan menuju telinga, dan proses diterimanya oleh
telinga lawan bicara sehingga bisa memahaminya.
Ketiga hal tersebut dikaji oleh tiga cabang fonetik, yaitu fonetik artikulatoris (chou-on
onseigaku), fonetik akustis (onkyou-onseigaku), dan fonetik auditoris (choukaku-onseigaku).
Fonetik artikulatoris mengkaji tentang bagaimana bunyi bahasa dihasilkan oleh alat ucap
manusia, sedangkan fonetik akustis mengkaji tentang bagaimana bunyi dibawa oleh udara,
hingga sampai ke telinga manusia. Ini merupakan cabang yang erat kaitannya dengan ilmu
‘20
2
Pengantar Linguistik Umum
Ningrum Tresnasari, S.S.,M.A
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
fisika. Adapun fonetik auditoris mengkaji tentang bagaimana telinga seseorang menerima
bunyi bahasa, sehingga ia bisa memahaminya. Bab ini hanya akan membahas tentang fonetik
artikulatoris saja.
Alat Ucap Penghasil Ujaran
Pada pemaparan sebelumnya, telah disinggung bahwa bunyi bahasa dihasilkan karena tiga
hal, yaitu adanya aliran udara yang keluar dari paru-paru, artikulator dan titik artikulasi.
Artikulator adalah alat ucap yang dapat bergerak atau bergeser untuk menghasilkan suatu
bunyi bahasa, seperti bagian lidah dan bibir bawah. Titik artikulasi adalah bagian alat ucap
yang tidak dapat digerakkan yang menjadi sasaran sentuh dari artikulator, seperti gigi atas,
langit-langit dan sebagainya. Diantara ketiga hal tersebut, jika salah satunya terganggu, maka
tidak akan menghasilkan bunyi bahasa yang sempurna.
Alat ucap manusia terdiri dari bibir, gigi, gusi, lidah, langit-langit, tenggorokan, pita suara
dan lain-lain. Udara yang keluar dari paru-paru, ada kalanya keluar melalui rongga mulut, ada
juga yang keluar melalui rongga hidung, sehingga akan melahirkan bunyi yang terdengar
dengan jelas dan bunyi yang terdengar sebagai bunyi sengau. Selain itu, bunyi bahasa bisa
terjadi sebagai hasil letupan atau akibat terhambatnya aliran udara oleh artikulator dan titik
artikulasi. Sebelum melihat tentang proses terjadinya bunyi bahasa, terlebih dahulu mari kita
lihat macam-macam alat ucap manusia, seperti pada gambar berikut.
Keterangan gambar:
Bibir bawah
したくちびる
b.
Ujung lidah bagian atas
ぜっせん
c.
Ujung lidah bagian bawah
ぜったん
Bagian depan lidah
ぜんぜつ
e.
Bagian belakang lidah
こうぜつ
‘20
3
a.
d.
Chuu-Gengogaku
Ningrum Tresnasari, S.S.,M.A
,下唇
,舌尖
,舌端
,前舌
,後舌
Pita suara
せいたい
i.
Pangkal tenggorokan
こうとう
j.
Saluran udara
きかん
Paru-paru
はい
Rongga mulut
こうくう
h.
k.
A.
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
,声帯
,喉頭
,気管
,肺
,口腔
f.
Pangkal lidah
ぜんこん
,舌根
咽頭蓋
g.
Epiglotis
1.
Bibir atas
うわくちびる
2.
Gigi atas
うわば
3.
Gusi atas
うわはけい
4.
Langit-langit keras
こうこうがい
,上唇
,上歯
,上歯茎
Pharynx/tekak
いんとう
C.
Rongga hidung
びこう
5.
Langit-langit lunak
軟口蓋
6.
Anak tekak
こうがいすい
7.
Dinding kerongkongan
咽頭壁
B.
,咽頭
,鼻腔
,口蓋垂
,硬口蓋
Variasi bunyi bahasa ditentukan oleh pergeseran artikulator terhadap titik artikulasi, sehingga
melahirkan berbagai jenis bunyi, seperti bunyi vokal, konsonan dan semi vokal. Jenis vokal
ditentukan oleh posisi lidah dan bentuk terbukanya bibir, sedangkan konsonan oleh
merapat/menyempitnya saluran udara akibat bergesernya artikulator.
Lambang Bunyi Bahasa
Setiap bunyi bahasa bisa diubah ke dalam bentuk lambang bunyi. Asosiasi fonetik
internasional yang disebut International Phonetic Association (IPA/Kokusai Onseigaku-kai)
menentukan huruf-huruf sebagai lambang bunyi bahasa yang penulisannya diapit oleh tanda
kurung […]. Huruf tersebut dikeluarkan tahun 1988 dan direvisi pada tahun 1993 dan 1996.
Lambang bunyi bahasa ini disebut International Phonetic Alphabet (IPA/Kokusai Onsei
Jibo), dapat dilihat pada tabel berikut.
(Saito, 1997:198-199)
‘20
4
Chuu-Gengogaku
Ningrum Tresnasari, S.S.,M.A
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Keterangan:
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Bunyi plosive (letupan)
Bunyi nasal (sengau)
Bunyi trill (getar)
Bunyi tap or plat
Bunyi fricative (frikatif)
Bunyi lateral-fricative
Bunyi approximant
Bunyi lateral approximant
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(i)
(j)
(k)
Bilabial
Labio dental
Dental
Alveolar
Postal veolar
Retroflex
Palatal
Velar
(l)
Uvular
(m) Pharyngeal
(n)
glottal
Bagian yang diberi tanda
hitam adalah bunyi yang
tidak bisa diucapkan
Untuk klasifikasi bunyi vokal, IPA menetapkan beberapa lambang seperti pada gambar
berikut. Gambar ini menunjukkan gambar posisi lidah ketika mengucapkan setiap bunyi
vokal.
Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa jumlah vokal untuk semua bahasa yang didata oleh
IPA sebanyak 28 buah, vokal yang ditulis sebelah kiri merupakan jenis vokal yang diucapkan
dengan bibir bulat (terbuka), sedangkan sebelah kanannya diucapkan dengan bibir agak
tertutup (tidak bulat).
Semua bunyi dalam bahasa Jepang juga bisa ditulis dengan lambang-lambang tersebut. Bunyi
dalam bahasa Jepang berbentuk suku kata jika ditulis dengan huruf bahasa Jepang. Suku kata
tersebut merupakan suku kata terbuka, yakni diakhiri dengan vokal. Sehingga keistimewaan
bunyi bahasa Jepang tidak ada bunyi yang diakhiri dengan konsonan (suku kata tertutup).
Kecuali bunyi [ɴ] saja.
Bunyi Vokal Bahasa Jepang
Sebelum mentransfer semua bunyi tersebut, terlebih dahulu perlu diketahui bahwa bunyi
vokal dalam bahasa Jepang hanya lima buah, yaitu vokal あ (a), い (i), う (u), え (e), dan お
(o). Bunyi vokal tersebut meskipun ditulis dengan huruf alfabet yang sama dengan penulisan
vokal dalam bahasa Indonesia, tetapi ada perbedaan. Untuk mengetahui bagaimana
perbedaannya, sebaiknya dilihat dulu bagaimana bunyi vokal dihasilkan.
‘20
5
Chuu-Gengogaku
Ningrum Tresnasari, S.S.,M.A
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Bunyi vokal terjadi karena aliran udara yang keluar dari paru-paru terus naik, sehingga
menggetarkan pita suara. Jenis bunyi vokal dalam bahasa Jepang ditentukan oleh lima hal
berikut.
1. Tinggi rendahnya posisi lidah, yaitu tergantung pada bagaimana bentuk terbukanya
mulut.
2. Posisi lidah, yaitu pada bagian depan atau bagian belakang.
3. Bulat tidaknya bentuk bibir.
4. Berhubungan tidaknya dengan rongga hidung.
5. Bergetarnya pita suara.
(Kashima, 1997:16-18)
Bunyi vokal sangat ditentukan oleh posisi lidah apakah ke atas atau ke bawah, apakah lidah
bagian depan, tengah, atau bagian belakang. Dalam bahasa Jepang vokal ditentukan pula
dengan bulat-tidaknya bentuk bibir ketika mengucapkan bunyi tersebut. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Jenis Vokal
Terbukanya Mulut
Bagian Lidah
Bentuk Bibir
い /i/ [i]
Menyempit
Depan
Tidak bulat
え /e/ [e]
Agak menyempit
Depan
Tidak bulat
あ /a/ [a]
Lebar
Tengah
Tidak bulat
お /o/ [o]
Agak menyempit
Belakang
bulat
う /u/ [ɯ]
Menyempit
Belakang
Tidak bulat
(Kashima, 1997:21)
Dengan demikian, posisi lidah ketika mengucapkan vokal bahasa Jepang jika dibandingkan
dengan vokal yang dikemukakan oleh IPA, letaknya dapat dilihat pada gambar berikut.
‘20
6
Chuu-Gengogaku
Ningrum Tresnasari, S.S.,M.A
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Ciri bunyi vokal dalam bahasa Jepang adalah sebagai berikut.
1. Vokal 「い」/i/ [i]
Diucapkan dengan mulut terbuka menyempit, pada lidah bagian depan, dan bentuk bibir
tidak bulat.
2. Vokal 「え」/e/ [e]
Diucapkan dengan mulut sedikit menyempit, pada lidah bagian belakang, dan bentuk
bibir tidak bulat.
3. Vokal「あ」/a/ [a]
Diucapkan dengan mulut terbuka dengan melebar, pada lidah bagian tengah, dan bentuk
bibir tidak bulat.
4. Vokal「お」/o/ [o]
Diucapkan dengan mulut terbuka agak menyempit, pada lidah bagian belakang, dan
bentuk bibir bulat.
5. Vokal「う」/u/ [ɯ]
Diucapkan dengan mulut terbuka menyempit, pada lidah bagian belakang, dan posisi
bibir tidak bulat.
Dari kelima buah vokal di atas, yang sangat mencolok perbedaannya dengan vokal dalam
bahasa Indonesia, yaitu vokal /u/ dengan lambang fonetik [ɯ]. Karena vokal /u/ dalam
bahasa Jepang diucapkan dengan bentuk bibir tidak bulat, sedangkan dalam bahasa Indonesia
pada umumnya diucapkan dengan bentuk bibir bulat.
Keistimewaan lainnya yang terdapat dalam vokal bahasa Jepang, yaitu terkadang diucapkan
tidak bersuara (museika). Misalnya, vokal /u/ pada kata 「くし」/kusi/ ‘sisir’, diucapkan
secara tidak bersuara (pita suara tidak bergetar) menjadi [kɯʃi]; dan terjadi pula pada vokal
/i/, seperti pada kata 「あした」/asita/ ‘besok’ diucapkan [aʃita]. Hal ini terjadi karena
diapit oleh dua konsonan yang tidak bersuara. Selain itu, terkadang terjadi pula pada vokal /a/
dan vokal /o/ seperti pada kata /katana/ ‘pedang’ dan kata /kokoro/ ‘hati’, karena pengaruh
aksen diucapkan menjadi [katana] dan [kokoɾo]. Khusus untuk vokal /u/ dan /i/, jika
posisinya diakhir kata atau mengikuti konsonan yang tidak bersuara, karena tidak ada aksen,
biasanya diucapkan secara tidak bersuara. Misalnya, vokal /i/ pada kata「いち」/ichi/ ‘satu’
dan vokal /u/ pada kata「いきます」/ikimasu/ ‘pergi’, masing-masing diucapkan dengan
[iʧi] dan [ikimasɯ]. Dalam bahasa Jepang bunyi vokal ada yang panjang (sampai dua
ketukan), ada juga yang pendek yang keduanya berfungsi sebagai pembeda arti.
‘20
7
Chuu-Gengogaku
Ningrum Tresnasari, S.S.,M.A
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Bunyi Konsonan Bahasa Jepang
Berdasarkan pada tabel 2.2 pada pertemuan sebelumnya, konsonan dalam bahasa Jepang
secara fonemik terdiri dari konsonan /k, g, s, z, t, d, n, h, b, p, m, r/ dan /ɴ/ di akhir kata atau
suku kata. Setiap konsonan tersebut jika menghadapi vokal tertentu ada yang mengalami
perubahan. Pada bagian ini akan dibahas tentang setiap konsonan berdasarkan pada daerah
abjad dalam bahasa Jepang.
1. Konsonan /k/(カ行)
Bunyi [k] dalam bahasa Jepang terdapat dalam deretan bunyi (ka, ki, ku, ke,
ko)[か、き、く、け、こ]. Bunyi ini merupakan bunyi plosive (letupan) yang terjadi
pada langit-langit lunak secara tidak bersuara (musei-on). Ketika menghadapi vokal (a, i,
u, e, o) tidak mengalami perubahan.
カ行
:
[か、き、く、け、こ]
/ka, ki, ku, ke, ko/
/ka, ki, kɯ, ke, ko/
2. Konsonan /g/(ガ行)
Bunyi [g] terdapat dalam deretan bunyi (ga, gi, gu, ge, go) [が、ぎ、ぐ、げ、ご]
yang juga merupakan bunyi plosive yang terjadi pada langit-langit lunak. Bedanya
dengan bunyi [k], bunyi ini termasuk ke dalam kononan bersuara (yuusei-on). Bunyi ini
terkadang diucapkan menjadi bunyi sengau, seperti dalam partikel GA atau bila posisinya
bukan di awal kata. Jadi untuk deretan bunyi ini cara bacanya dua, yaitu [g] dan [ŋ]
seperti berikut.
ガ行
:
[が、ぎ、ぐ、げ、ご]
/ga, gi, gu, ge, go/
/ga, gi, gɯ, ge, go/
3. Konsonan /s/(サ行)
Bunyi [s] terdapat dalam deretan bunyi (sa, shi, su, se, so) [さ、し、す、せ、そ].
Bunyi ini merupakan bunyi fricative (gesekan) tidak bersuara, jika menghadapi vokal /a,
u, e, o/ terjadi pada gusi, tetapi jika menghadapi vokal /i/ terjadi pada gusi bagian atas
(belakang). Jadi fonem /s/ dalam bahasa Jepang ada dua macam, yaitu [s] dan [ʃ] seperti
berikut.
サ行
‘20
8
:
[さ、し、す、せ、そ]
/sa, si, su, se, so/
/sa, ʃi, sɯ, se, so/
Chuu-Gengogaku
Ningrum Tresnasari, S.S.,M.A
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
4. Konsonan /z/(ザ行)
Konsonan /z/ terdapat dalam deretan bunyi (za, zu, ze, zo) [ざ、ず、ぜ、ぞ] sebagai
bunyi fricative bersuara. Bunyi ini terjadi pada bagian gusi jika menghadapi vokal /a, u, e,
o/ saja, sedangkan jika menghadapi vokal /i/ titik artikulasinya bergeser ke belakang,
yaitu pada langit-langit keras, sehingga menjadi [ʒ]. Deretan fonem /z/ dalam bahasa
Jepang ada dua yaitu [z] dan [ʒ] seperti berikut.
ザ行
:
[ざ、じ、ず、ぜ、ぞ]
/za, zi, zu, ze, zo/
/za, ʒi, zɯ, ze, zo/
Jika bunyi tersebut letaknya di awal kata, maka akan berubah menjadi bunyi plosivefricative dan artikulatornya menjadi ganda, yaitu gusi dan langit-langit keras, sehingga
menjadi [dz] dan [dʒ]. Setiap bunyi tersebut masing-masing diucapkan seperti berikut.
ザ行
:
[ざ、じ、ず、ぜ、ぞ]
/za, zi, zu, ze, zo/
/dza, dʒi, dzɯ, dze, dzo/
5. Konsonan /t/(タ行)
Konsonan /t/ terdapat dalam deretan bunyi (ta, chi, tsu, te, to) [た、ち、つ、て、と].
Jika menghadapi vokal /a, e, o/, maka termasuk ke dalam bunyi plosive tidak bersuara
yang terjadi pada gusi. Tetapi jika menghadapi vokal /i/ dan /u/, berubah menjadi bunyi
plosive-fricative, yaitu bunyi [t] dengan bunyi [s] dan [ʃ], menjadi [ts] dan [tʃ] seperti
berikut.
タ行
:
[た、ち、つ、て、と]
/ta, ti, tu, te, to/
/ta, tʃi, tsɯ, te, to/
6. Konsonan /d/(ダ行)
Konsonan /d/ terdapat dalam deretan bunyi (da, ji, zu, de, do) [だ、ぢ、づ、で、ど].
Konsonan ini jika menghadapi vokal /a, e, o/ merupakan bunyi plosive bersuara pada
gusi. Jika menghadapi vokal /i dan /ɯ/ akan mengalami perubahan bunyi menjadi
plosive-fricative, yaitu [dʒ] dan [dz] seperti berikut.
ダ行
‘20
9
:
[だ、ぢ、づ、で、ど]
/da, di, du, de, do/
/da, dʒi, dzɯ, de, do/
Chuu-Gengogaku
Ningrum Tresnasari, S.S.,M.A
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
7. Konsonan /n/(ナ行)
Konsonan
/n/
terdapat
dalam
deretan
bunyi
(na,
ni,
nu,
ne,
no)
[な、に、ぬ、ね、の]. Ini merupakan bunyi nasal yang terjadi pada gusi sebagai
konsonan bersuara. Jika menghadapi vokal /i/, tempatnya mundur ke arah langit-langit
keras, sehingga menjadi [ɲ] agak lain kedengarannya.
ナ行
:
[な、に、ぬ、ね、の]
/na, ni, nu, ne, no/
/na, ɲi, nɯ, ne, no/
8. Konsonan //h/(ハ行)
Konsonan /h/ terdapat dalam deretan bunyi (ha, hi, fu, he, ho) [は、ひ、ふ、へ、ほ]
merupakan bunyi fricative tidak bersuara dan terjadi pada glottal. Ketika menghadapi
vokal /ɯ/, bunyi ini mengalami perubahan artikulator, yaitu pada kedua bibir sehingga
menjadi [ɸ], dan jika menghadapi vokal /i/ bergeser ke langit-langit lunak menjadi [ç].
ハ行
:
[は、ひ、ふ、へ、ほ]
/ha,
hi, hu, he,
ho/
/ha, çi, ɸɯ, he, ho/
9. Konsonan /b/ (バ行)
Konsonan
ini
terdapat
dalam
deretan
bunyi
(ba,
bi,
bu,
be,
bo)
[ば、び、ぶ、べ、ぼ], sebagai bunyi plosive bersuara yang terjadi pada kedua bibir.
バ行
:
[ば、び、ぶ、べ、ぼ]
/ba, bi, bu, be, bo/
/ba, bi, bɯ, be, bo/
10. Konsonan /p/(パ行)
Konsonan
/p/
terdapat
dalam
deretan
bunyi
(pa,
pi,
pu,
pe,
po)
[ぱ、ぴ、ぷ、ぺ、ぽ], merupakan bunyi plosive tidak bersuara, terjadi pada kedua
bibir.
パ行
:
[ぱ、ぴ、ぷ、ぺ、ぽ]
/pa, pi, pu, pe, po/
/pa, pi, pɯ, pe, po/
11. Konsonan /m/(マ行)
Konsonan
ini
terdapat
dalam
deretan
bunyi
(ma,
mi,
mu,
me,
[ま、み、む、め、も], merupakan bunyi nasal yang terjadi pada kedua bibir.
マ行
‘20
10
:
[ま、み、む、め、も]
/ma, mi, mu, me, mo/
/ma, mi, mɯ, me, mo/
Chuu-Gengogaku
Ningrum Tresnasari, S.S.,M.A
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
mo)
12. Konsonan /r/(ラ行)
Konsonan /r/ terdapat dalam deretan bunyi (ra, ri, ru, re, ro) [ら、り、る、れ、ろ].
Konsonan ini berbeda dengan /r/ dalam bahasa Indonesia (trill), karena tidak bergetar.
Hal ini disebabkan karena jenisnya berbeda. Konsonan /r/ dalam bahasa Jepang adalah
bunyi tap or plat (hajiki-on), terjadi pada bagian gusi, dan merupakan konsonan bersuara.
ラ行
:
[ら、り、る、れ、ろ]
/ra, ri, ru, re, ro/
/ɾa, ɾi, ɾɯ, ɾe, ɾo/
13. Semi vokal /y/ dan /w/(ヤ行danワ行)
Bunyi semi vokal /y/ terdapat dalam deretan bunyi (ya, yu, yo) [や、ゆ、よ],
merupakan bunyi palatal secara approximant yaitu mendekatnya artikulator pada titik
artikulasi.
ヤ行
:
[や、ゆ、よ]
/ya, yu, yo/
/ja, jɯ, jo/
Bunyi semi vokal /w/ dalam bahasa Jepang hanya ada dua macam, yaitu (wa, wo)
[わ、を]saja. Bunyi ini dihasilkan pada kedua bibir dan langit-langit keras sebagai
bunyi approximant.
ワ行
:
[わ、を]
/wa, wo/
/wa, wo/
Dalam bahasa Jepang tidak terdapat buyni [ji] (yi) dan [je] (ye) seperti bahasa Indonesia,
karena bunyi tersebut diganti dengan bunyi (i) dan (e). Begitu pula untuk bunyi [wi] (wi)
dan [we] (we) biasanya diganti dengan vokal ganda seperti [ɯi] dan [ɯe]. Hal ini
menunjukkan bahwa bunyi tersebut merupakan bunyi semi vokal.
14. Konsonan /ɴ/(ン)
Konsonan ini merupakan salah satu keistimewaan dalam konsonan bahasa Jepang, karena
sebagai alomorf ditulis sebagai fonem yang berlainan (akan dibahas lebih dalam pada bab
III). Bunyi ini dihasilkan pada uvular sebagai bunyi sengau. Setiap perubahan pada bunyi
ini dipengaruhi oleh bunyi yang mengikutinya. Perhatikan contoh berikut.
「ん」 /ɴ/
‘20
[ɴ]
三倍
/saɴbai/
[sambai]
三台
/saɴdai/
[sandai]
三回
/saɴkai/
[saŋkai]
犯人
/haɴniɴ/ [haŋɲin]
11
Chuu-Gengogaku
Ningrum Tresnasari, S.S.,M.A
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
15. Konsonan rangkap /q/(ッ)
Keistimewaan lain dalam bunyi bahasa Jepang, yaitu adanya konsonan rangkap (sokuon).
Konsonan rangkap sebagai fonem dilambangkan dengan huruf /q/ dan terjadi jika diikuti
bunyi berikut.
[p]
:
一杯
[ippai]
[t]
:
一体
[ittai]
[s]
:
一切
[issai]
[ʃ]
:
一生
[iʃʃo:]
[k]
:
一回
[ikkai]
(Koizumi, 1993:71)
Bunyi-bunyi bahasa Jepang jika dilengkap dengan lambang fonetiknya, dapat dilihat pada
tabel berikut.
あ
[a]
/a/
か
[ka]
/ka/
さ
[sa]
/sa/
た
[ta]
/ta/
な
[na]
/na/
は
[ha]
/ha/
ま
[ma]
/ma/
や
[ja]
/ya/
‘20
12
い
[i]
/i/
き
[ki]
/ki/
し
[ʃi]
/si/
ち
[tʃi]
/ti/
に
[ɲi]
/ni/
ひ
[çi]
/hi/
み
[mi]
/mi/
う
[ɯ]
/u/
く
[kɯ]
/ku/
す
[sɯ]
/su/
つ
[tsɯ]
/tu/
ぬ
[nɯ]
/nu/
ふ
[ɸɯ]
/hu/
む
[mɯ]
/mu/
ゆ
[jɯ]
/yu/
Chuu-Gengogaku
Ningrum Tresnasari, S.S.,M.A
え
[e]
/e/
け
[ke]
/ke/
せ
[se]
/se/
て
[te]
/te/
ね
[ne]
/ne/
へ
[he]
/he/
め
[me]
/me/
お
[o]
/o/
こ
[ko]
/ko/
そ
[so]
/so/
と
[to]
/to/
の
[no]
/no/
ほ
[ho]
/ho/
も
[mo]
/mo/
よ
[jo]
/yo/
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
きゃ
[kja]
/kya/
しゃ
[ʃa]
/sya/
ちゃ
[tʃa]
/tya/
にゃ
[ɲa]
/nya/
ひゃ
[çja]
/hya/
みゃ
[mja]
/mya/
きゅ
[kjɯ]
/kyu/
しゅ
[ʃɯ]
/syu/
ちゅ
[tʃɯ]
/tyu/
にゅ
[ɲɯ]
/nyu/
ひゅ
[çjɯ]
/hyu/
みゅ
[mjɯ]
/myu/
きょ
[kjo]
/kyo/
しょ
[ʃo]
/syo/
ちょ
[tʃo]
/tyo/
にょ
[ɲo]
/nyo/
ひょ
[çjo]
/hyo/
みょ
[mjo]
/myo/
ら
[ɾa]
/ra/
わ
[wa]
/wa/
り
[ɾi]
/ri/
る
[ɾɯ]
/ru/
れ
[ɾe]
/re/
ろ
[ɾo]
/ro/
を
[wo]
/wo/
りゃ
[ɾja]
/rya/
りゅ
[ɾjɯ]
/ryu/
りょ
[ɾjo]
/ryo/
ぎゃ
[ŋja]
/gya/
じゃ
[ʒa]
[dʒa]
/zya/
ぎゅ
[ŋjɯ]
/gyu/
じゅ
[ʒɯ]
[dʒɯ]
/zyu/
ぎょ
[ŋjo]
/gyo/
じょ
[ʒo]
[dʒo]
/zyo/
びゃ
[bja]
/bya/
ぴゃ
[pja]
/pya/
びゅ
[bjɯ]
/byu/
ぴゅ
[pjɯ]
/pyu/
びょ
[bjo]
/byo/
ぴょ
[pjo]
/pyo/
ん
[ɴ]
/n/
が
[ŋa]
/ga/
ざ
[za]
[dza]
/za/
だ
[da]
/da/
ば
[ba]
/ba/
ぱ
[pa]
/pa/
‘20
13
ぎ
[ŋi]
/gi/
じ
[ʒi]
[dʒi]
/zi/
ぢ
[ʒi]
/di/
び
[bi]
/bi/
ぴ
[pi]
/pi/
ぐ
[ŋɯ]
/gu/
ず
[zɯ]
[dzɯ]
/zu/
づ
[zɯ]
/du/
ぶ
[bɯ]
/bu/
ぷ
[pɯ]
/pu/
Pengantar Linguistik Umum
Ningrum Tresnasari, S.S.,M.A
げ
[ŋe]
/ge/
ぜ
[ze]
[dze]
/ze/
で
[de]
/de/
べ
[be]
/be/
ぺ
[pe]
/pe/
ご
[ŋo]
/go/
ぞ
[zo]
[dzo]
/zo/
ど
[do]
/do/
ぼ
[bo]
/bo/
ぽ
[po]
/po/
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
FONOLOGI BAHASA JEPANG
Batasan dan Ruang Lingkup Fonologi
Istilah fonologi dalam bahasa Jepang yaitu ‘on-inron’ merupakan cabang linguistik yang
mengkaji tentang lambang bunyi bahasa berdasarkan pada fungsinya. Dalam bahasa Jepang
kajian fonologi mencakup fonem (音素‘onso’), aksen dan tinggi nada (Kazama 1998).
Tetapi, karena aksen dan intonasi sudah dbahas pada bab sebelumnya, bahasan fonologi pada
bab ini hanya terbatas pada fonem, silabis dan mora saja.
Fonem (onso) merupakan satuan bunyi terkecil yang berfungsi untuk membedakan arti. Salah
satu cara untuk mengidentifikasi suatu fonem dapat dicari pasangan minimalnya
(最小対‘saishoutai’). Misalnya, fonem /k/, /s/, /t/, /h/, /d/ akan terlihat perbedaannya jika
digunakan pada awal kata seperti berikut.
(1) 書く
/k-aku/
<menulis>
咲く
/s-aku/
<mekar/berkembang>
炊く
/t-aku/
<menanak (nasi)>
泣く
/n-aku/
<menangis>
履く
/h-aku/
<memakai sepatu dll>
抱く
/d-aku/
<memeluk/mendekap>
Cara lain untuk membedakan fonem, yaitu dengan menggunakan teori fitur distingtif yang
dalam bahasa Jepang disebut 「弁別素性 ‘benbetsu-sosei’」. Misalnya, untuk membedakan
fonem /p/ dan fonem /n/ dapat dilihat melalui ciri pembedanya seperti pada tabel berikut.
Fonem
/p/
/n/
Ciri Pembeda (fitur distingtif)
konsonan
konsonan
tidak
tanpa
bukan
bersuara
aspiran
sengau
bersuara
tanpa
sengau
aspiran
letupan
kedua
bibir
letupan
gigi dan
gusi
Fonem /z/ dalam bahasa Jepang terdiri dari bunyi [dz] dan [z]. kedua bunyi (varian) ini bukan
merupakan dua fonem, melainkan satu fonem. Dalam satu fonem memunculkan beberapa
bunyi akibat letak fonem tersebut dalam suatu kata, yang dipengaruhi oleh fonem yang ada di
depan atau di belakangnya. Hal seperti ini disebut ion (異音) <alofon>. Contoh lainnya
dalam fonem /h/ terdapat tiga varian, yaitu [h], [ç], dan [ɸ], tetapi ketiga varian tersebut
sudah memiliki posisi masing-masing. Varian [h] muncul ketika diikuti oleh vokal [a, e, o]
saja; varian [ç] muncul hanya diikuti oleh [i] saja; sedangkan varian [ɸ] muncul ketika diikuti
‘20
14
Pengantar Linguistik Umum
Ningrum Tresnasari, S.S.,M.A
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
oleh [ɯ] saja. Hal seperti ini yang disebut dengan istilah souho-bunpu (相補分布) <distribusi
komplementer>. Di samping itu, dalam bahasa Jepang terdapat pula jiyuu hen-i (自由変異)
<variansi bebas>, yaitu variasi bunyi yang terdapat dalam lingkungan yang sama dan tidak
mengubah arti. Variansi yang terdapat dalam fonem /z/ yang disinggung di atas merupakan
salah satu contoh variansi bebas (jiyuu-hen-i). contoh lainnya kata baka <dungu> baik
diucapkan [baka] maupun [ßaka], variansi pada fonem /b/ tersebut tidak mengubah arti. Hal
ini akan dibahas pada bagian berikutnya.
Fonem Bahasa Jepang
Sebelumnya telah diuraikan tentang bunyi dalam bahasa Jepang yang dibedakan atas vokal
(V), konsonan (C), dan semi vokal (Sv). Dalam bunyi tersebut ada yang termasuk ke dalam
fonem, dan ada pula yang termasuk ke dalam alofon. Jenis fonem (onso) yang terdapat dalam
bahasa Jepang terdiri dari empat macam seperti berikut.
: /a, i, ɯ, e, o/
(2) a. vokal (V)
b. Konsonan (C)
: /k, g, s, z, t, d, c, n, h, p, b, n, r/
c. Semi Vokal (Sv)
: /w, j/
d. Fonem Khusus
: /Q, ɴ, R/
Dalam bahasa Jepang terdapat fonem khusus yang dilambangkan dengan /Q/, /ɴ/, /R/. Fungsi
fonem /Q/ digunakan untuk menyatakan konsonan rangkap 「促音 ’soku-on’」<bunyi
rangkap>, kecuali /n/ yang dirangkapkan digunakan /ɴ/ didepannya. Fonem /ɴ/ sebenarnya
digunakan untuk melambangkan huruf「ん」dengan berbagai variannya; dan fonem /R/
merupakan lambang bunyi vokal panjang yang dalam tanda fonetik (IPA) ditulis degan
lambang [:]. Distribusi komplementer dari beberapa fonem bahasa Jepang, antara lain:
(3)
fonem

a. /s/
‘20
b. /z/

c. /t/

d. /d/

e. /n/

f. /h/

15
[s]
[ʃ]
[z]
[ʒ]
[t]
[ʧ]
[ʦ]
[d]
[ʤ]
[dz]
[n]
[ɲ]
[h]
[ç]
[ɸ]
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
Chuu-Gengogaku
Ningrum Tresnasari, S.S.,M.A
alofon
[a, ɯ, e, o]
[i]
[a, ɯ, e, o]
[i]
[a, e, o]
[i]
[ɯ]
[a, e, o]
[i]
[ɯ]
[a, ɯ, e, o]
[i]
[a, e, o]
[i]
[ɯ]
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id

g. /ɴ/
h.
/Q/
[m]
+
[n]
+
[ɲ]
+
[ŋ]
+
[ɴ]
[ũ]
+
[p]
[t]
[t]
[t]
[s]
[ʃ]
[k]
+
+
+
+
+
+
+
[p, b, m]
さんぽ
[sampo]
かんばん [kamban]
あんみん [ammin]
[t, d, ʦ, (dz), ʧ, , n, r]
はんたい [hantai]
せんだい [sendai]
[ɲ]
こんにゃく [koɲɲaku]
[k, g, ŋ]
けんか [keŋka]
あんがい [aŋŋai]
{…ɴ}  本 [hoɴ]
[a, o, ɯ, w, s, z, ʒ, ʃ]
電話 [denwa]
恋愛 [ren-ai]
[p] いっぱい : [ippai]
[t] いったい
: [ittai]
[ʦ] いっつう : [itʦɯ:]
[ʧ] ばっちり : [baʧiri]
[s] べっそう : [bessoɯ]
[ʃ] いっしょう : [isʃoɯ]
[k] いっかい : [ikkai]
Mora dan Silabis dalam Bahasa Jepang
Setiap bunyi dalam bahasa Jepang jika ditulis dengan huruf Kana (Hiragana atau Katakana)
kecuali you-on (kya, kyu, kyo dan yang lainnya), setiap satu hurufnya dianggap sebagai satu
mora 「拍‘haku’」<ketukan>. Kata bi-yo-u-i-n (びよういん) <salon kecantikan> terdiri
dari lima huruf Hiragana dan dianggap sebagai lima mora. Tetapi, untuk kata byouin
(びょういん) <rumah sakit> meskipun terdiri dari lima huruf hiragana, karena huruf byo
(びょ) merupakan you-on (satu bunyi), maka dianggap empat mora. Jadi, untuk menentukan
mora dalam bahasa Jepang yang dijadikan acuannya, yaitu ketukan dalam satu kata. Satuan
mora dalam bahasa Jepang terdiri dari struktur mora sebagai berikut.
1. /V (R)/
:「あ、い、う、え、お」{a, I, u, e, o} termasuk bunyi panjang;
2. /CV/
:「か、き、く、け、こ」{ka, ki, ku, ke, ko} dan sebagainya;
3. /CSvV/:「きゃ、きゅ、きょ」{kya, kyu, kyo} dan sebagainya;
4. /SvV/
:「や、ゆ、よ、わ」{ya, yu, yo, wa}; dan
5. /Q/, /ɴ/
:「っ、ん」{Q} konsonan rangkap, dan {ɴ} di akhir kata.
‘20
16
Chuu-Gengogaku
Ningrum Tresnasari, S.S.,M.A
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Silabis dalam bahasa Jepang disebut onsetsu (音節), identik dengan suku kata dalam bahasa
Indonesia. Banyaknya huruf Kana yang digunakan dalam suatu kata tidak sama dengan
jumlah silabis dalam kata tersebut. Misalnya, kata sakka (サッカー) <sepak bola>, meskipun
terdiri dari empat huruf dan empat ketukan (empat mora), tetapi hanya memiliki dua silabis,
yaitu: {sak} dan {kaa}. Kata byouin (びょういん) <rumah sakit> yang telah disinggung
sebelumnya, terdiri dari empat mora, tetapi hanya memiliki dua silabis, yaitu {byou} dan
{in}. Dengan demikian, struktur silabis dalam bahasa Jepang terdiri dari beberapa bentuk
sebagai berikut:
a. V :「あ、い、う、え、お」/a, i, u, e, o/
b. VN :「あん、いん、うん、えん、おん」/aɴ, iɴ, uɴ, eɴ, oɴ/
c. VQ :「あっ、おっ、えっ」/aQ, eQ, oQ/ dst
d. VR :「ああ、いい、おう」/aR, iR, oR/ dst
e. CV :「か、さ、た」/ka, sa, ta/ dst
f. CVɴ
:「かん、さん」/kaɴ , saɴ/ dst
g. CVQ
:「かっ、さっ」/kaQ, saQ/ dst
h. CVR
:「かあ、きい」/kaR, kiR/ dst
i. SvV
:「や、ゆ、よ、わ」/ja, ju, jo, wa/
j. SvVɴ
:「やん、ゆん、よん、わん」/jaɴ , juɴ , joɴ , waɴ/
k. SvVQ
:「よっ、ゆっ」/joQ, juQ/ dst
l. SvVR
:「やあ、よう、ゆう」/jaR, joR, juR/
m. CSvV
:「きゃ、きゅ、きょ」/kja, kju, kjo/ dst
n. CSvVɴ
:「きゃん、きょん」/kjaɴ, kjoɴ/ dst
o. CSvVQ:「きゃっ、きょっ」/kjaQ, kjoQ/ dst
p. CSvVR:「きょう、きゅう」/kjaR, kjuR/ dst
‘20
17
Chuu-Gengogaku
Ningrum Tresnasari, S.S.,M.A
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Dengan melihat struktur silabis di atas, bisa kita ketahui bahwa dalam bahasa Jepang jumlah
struktur silabis lebih banyak dibanding jumlah struktur mora. Tetapi, dalam suatu kata jumlah
mora bisa lebih banyak daripada jumlah silabisnya. Untuk lebih jelasnya mari kita lihat
beberapa contoh pada tabel berikut.
Struktur
V
CV
SvV
CSvV
V
CV
SvV
CSvV
‘20
18
+
+
+
ɴ
Q
R
Mora
1
1
1
1
2
2
2
2
3
2
4
3
3
4
4
Pengantar Linguistik Umum
Ningrum Tresnasari, S.S.,M.A
Silabis
1
1
1
1
1
1
1
1
3
1
2
3
2
2
2
Contoh
「胃」/i/ <usus>,「絵」/e/ <gambar>
「蚊」/ka/ <nyamuk>,「田」/ta/ <sawah>
「矢」/ya/ <anak panah>,「輪」/wa/ <ring>
「朱」/sju/ <saham>,「書」/sjo/ <tulisan>
「オン」/oɴ/,「オッ」/oQ/,「オー」/oR/
「カン」/kaɴ/,「カッ」/kaQ/,「カー」/kaR/
「ヨン」/yoɴ/,「ヨッ」/yoQ/,「ヨー」/yoR/
「サン」/saɴ/,「サッ」/saQ/,「サー」/saR/
カメラ /kamera/ <kamera>
カン /kaɴ/ <kaleng>
命令 /meRreR/ <perintah>
絵入り /eiri/ <lukisan>
ショック /sjoQku/ <kaget>
グリーン /guriRɴ/ <hijau>
通った /toRQta/ <lewat>
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Daftar Pustaka
Sutedi, Dedi. 2008. Dasar-Dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung : Humaniora.
‘20
19
Pengantar Linguistik Umum
Ningrum Tresnasari, S.S.,M.A
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Download