41. Antiretroviral dengan efek samping rendah adalah a. Lamivudin b. Zidovudin c. Efavirenz d. Nevirapin e. Stavudin Lamivudine merupakan obat antiretroviral yang termasuk dalam golongan nucleoside reverse transcriptase inhibitors (NRTI). Dari semua obat antiretroviral, Lamivudine merupakan obat yang ditoleransi dengan baik oleh tubuh. Efek sampingnya hanya berupa insomnia dan fatigue (A). Sedangkan, jika kita melihat opsi lainnya: a. b. c. d. Zidovudine : memiliki efek mielosupresi, juga anemia. Efavirenz : memiliki efek di serebrospinal, skin rash, bahkan teratogenik jika digunakan pada ibu hamil. Nevirapin : memiliki efek hepatotoksik Stavudin : memiliki efek pankreatitis, asidosis laktat. Obat ini sudah ditarik dari pasaran. Sumber: Slide 25 (Antiviral – Prof Rianto) 42. Obat ART yang tidak dapat diberikan pada trimester pertama kehamilan adalah a. Zidovudin b. Lamivudin c. Nevirapin d. Efavirenz e. – Seperti penjelasan nomor 41, efavirenz mempunyai efek komplikasi di serebrospinal, skin rash, dan teratogenik pada saat diujikan pada hewan coba. Sehingga efavirenz dikontraindikasikan pada trimester pertama kehamilan (D). Sumber: K25 (Antiviral – Prof. Rianto) 43. Manfaat kebijakan restriksi penggunaan antimikroba di RS adalah... a. Mengurangi kemungkinan superinfeksi jamur b. Mengurangi biaya c. Mengurangi kemungkinan terjadi interaksi antar obat d. – e. Mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap terhadap semua antimikroba di RS Penggunaan antimikroba di Rumah Sakit harus digunakan secara rasional. Di rumah sakit, penggunaan antimikroba ini dilakukan seperlunya, tidak berlebihan. Tujuan dari penetapan kebijakan penggunaan antimikroba rasional ini, salah satunya adalah untuk mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap antimikroba di Rumah Sakit (E). Sumber: K26 (Penggunaan Antimikroba Rasional – Prof Rianto) 44. Obat hepatitis C adalah... a. Ribavirin Obat untuk Hepatitis C adalah Ribavirin yang dikombinasikan dengan interferon alfa. Mekanisme Ribavirin ini adalah dengan menghambat sintesis dari guanosine triphosphate. Pemberian obat ini dilakukan secara oral, teruma setelah makan makanan yang berlemak. Sumber: K25 (Antiviral – Prof Rianto) 45. Mekanisme kerja oseltamivir adalah... a. Menghambat protease b. Menghambat neuraminidase c. Menghambat adsorbsi virion ke membran sel host d. Menghambat uncoating e. Menghambat reverse transkriptase Zanamivir dan Oseltamivir merupakan obat anti viral yang digunakan untuk mengobati influenza. Caranya adalah dengan menghambat neuraminidase pada virus. Baik oseltamivir, maupun zanamivir aktif untuk melawan virus influenza A dan B. Zanamivir diberikan secara inhalasi, sedangkan oseltamivir diberikan secara oral. Oseltamivir juga dapat diberikan untuk mengobati flu burung (B). Sumber: K25 (Antiviral – Prof Rianto) 46. Peggunaan ART harus dihentikan jika a. Jumlah CD4 diatas 350 b. Jumlah CD4 diatas 500 c. Pemberian ART tidak boleh dihentikan d. Koinfeksi infeksi TB sudah sembuh e. Sudah 3 bulan tanpa gejala penyakit Pemberian antiretroviral (ART) sebagai obat HIV/AIDS harus dilakukan seumur hidup. Sekali ART ini digunakan, maka seumur hidup harus diteruskan. Walaupun efek samping sudah dirasakan oleh penderita HIV/AIDS ini, pengobatan ART harus terus dilakukan (C). Sumber: K25 (Antiviral – Prof Rianto) 47. Yang tersedia hanya dalam bentuk injeksi adalah a. Penicilin G b. Peniciln V c. Amoxicilin d. Amfisilin e. Tetrasiklin Penicillin G akan tidak aktif jika terkena asam lambung. Ketika terkena asam lambung, cincin beta laktam yang terdapat dalam Penicillin akan rusak. Maka dari itu, pemberian Penicillin G ini diberikan secara parenteral. saat ini yang tersedia adalah injeksi intramuskular 1.200.000 IU/ml dan injeksi intramuskular 2.400.000 IU/ml (A). Sumber: K27 (Dosis dan Bentuk Obat – dr. Adisti dari Farmasi) 48. Sediaan antibiotik yang tersedia dalam bentuk fixed dose combination... a. zidovudine-lamivudine loh ini bukan antibiotik loooh! Tetapi antiviral hehe b. nystatin-metronidazole sediaan kombinasinya ada, tapi kan nistatin itu antifungal c. Isoniazid-streptomycin dua-duanya antibiotik. Isoniazid ini ada dalam bentuk tablet oral, tetapi streptomycin adanya dalam bentuk injeksi. Terus bagaimana mereka bisa disatukan? T__T d. Pyrazinamide-ethambutol dua-duanya antibiotik untuk tuberkulosis, tetapi satahu saya tidak ada sediaan kombinasi untuk hanya kedua obat ini. e. trimetroprim-sulfametoksazole Beberapa antimikroba terdapat dalam fixed dose combination. Artinya, antimikroba tersebut disatukan dalam satu obat. Jadi dalam satu obat, dapat mengandung lebih dari satu antimikroba. Sediaan yang sekarang ada adalah: Trimethophrim dan sulfamethoxazol disatukan menjadi Co-trimoxazol. Tersedia dalam bentuk tablet Amoxicillin dan asam clavulanat. Tersedia dalam bentuk tablet. Asam benzoat dan Asam salisilat. Tersedia dalam bentuk oinment. Nistatin (antifungal) dan Metronidazole (antibakteri). Tersedia dalam bentuk vaginal ovula. Maka dari itu, jawaban pertanyaan ini adalah E Sumber: Slide 42 K27 (Dosis dan Bentuk Obat – dr. Adisti Farmasi) 49. Pemberian kombinasi antibiotik ini benar karena... a. – b. TMP-SMX hanya larut dalam air sehingga terdapat dalam bentuk tablet c. Pemberian hanya salah satu antibiotik hanya akan memberikan efek bakteriostatik d. TMP-SMX tidak dieksresikan melalui ginjal sehingga aman untuk menangani UTI e. Pemberian TMP akan meningkatkan efek bakterisidal dari SMX Ingat pembahasan soal 48. Trimetroprim (TMP) dapat dikombinasikan dengan sulfametoksazol (SMX) membentuk co-trimoksazol. Sediaan obat ini ada dalam bentuk tablet, kaplet, dan suspensi. Nah, ternyata baik TMP maupin SMX mempunyai efek bakteriostatik. Jadi, kalau diberikan secara sendiri-sendiri, obat ini akan memberikan efek bakteriostatik. Namun, jika diberikan secara kombinasi, obat ini akan memberikan efek bakterisidal. Sumber: K27 (Dosis dan Sediaan Obat – dr. adisti Farmasi) 50. Anak usia 1 tahun dibawa ibunya dalam keadaan sehat. Sudah pernah imunisasi BCG, polio dan HepB saat lahir. Apa tindakan yang bisa dilakukan sekarang? a. Polio harus diulang b. Hep B sebelumnya gagal harus diulang dari awal c. Jika bekas BCG negatif, ulangi BCG d. Ketiga vaksin itu diulang e. Ketiga imunisasi tsb diperhitungkan untuk jadwal imunisasi selanjutya Jika telah dilakukan imunisasi sebelumnya, walaupun sudah terlambat untuk melakukan imunisasi di jadwal selanjutnya, tetap harus dilakukan imunisasi lanjutan. Jadi ketika anak ini telah dilakukan imunisasi BCG, polio, dan hepatitis B sebelumnya, maka ketika dia datang lagi, harus dilakukan imunisasi polio yang kedua dan hepatitis B yang kedua. Imunisasi BCG cukup dilakukan satu kali saja pada 3 bulan pertama kehidupan (E).