Uploaded by User62508

Modul 1 Jalan Raya 2

advertisement
PROGRAM STUDI D3 - TRANSPORTASI
FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
Gedung L5. Jl. Rawamangun Muka – Jakarta 13220
Mulyono,T (2017), Infrastruktur Jalan & Jembatan|
Mulyono,T@2017,
Jalan Raya 2
Modul 1: Perencanaan Drainase Jalan
Jakarta: Program D3 Transportasi Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta
Citied:
Mulyono, Tri (2015), Jalan Raya 2: Modul 1 - Perencanaan Drainase Jalan, Jakarta:
Program D3 Transportasi Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta
Contact: [email protected]
Mulyono,T (2017), Infrastruktur Jalan & Jembatan|
i
Allhamdulillah, atas berkat rahmat dan ridho ALLAH juahlah maka penulis
dapat menyelesaikan Modul ini berisi Meteri untuk Program Studi D3 Transportasi
Fakutas Teknik Universitas Negeri Jakarta, 2017, yang tidak terpisahkan dari Buku
Jalan Raya 2 yang telah dipublikasikan.
Modul 1 merupakan rangkaian Modul untuk materi Jalan Raya 2, dimana
terbagi menjadi:
Modul 1 | Perencanaan Drainase Jalan
Modul 2 | Spesifikasi Tebal Perkerasan
Modul 3 | Lapis Perkerasan Jalan
Modul 4 | Keselamatan Jalan Raya
Harapannya Modul ini dapat digunakan sebagai acuan untuk proses belajarmengajar Matakuliah Jalan Raya 2. Referensi yang digunakan untuk menyusun
Modul berasal dari beberapa referensi yang berhubungan dengan Jalan yang
disesuaikan dengan kebutuhan akademik. Modul ini juga memuat contoh hitungan
dan soal.
Semoga Modul ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan bagi
mahasiswa dan dapat membantu mahasiswa dalam mendalami tentang apa dan
bagaimana Jalan Raya, dan peranannya dalam Industri Transportasi.
Jakarta, September 2017
Penulis
Tri Mulyono
Mulyono,T (2017), Infrastruktur Jalan & Jembatan|
ii
[Blank Page]
Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
| iii
PRAKATA
_________________________________________________________ii
DAFTAR ISI iv
Modul 1
Perencanaan Drainase Jalan __________________________________1
A.
Deskripsi Materi ________________________________________________1
B.
Capaian Pembelajaran Lulusan ____________________________________1
C.
Capaian Pembelajaran Matakuliah (CPMK) ___________________________5
D.
Ringkasan Materi _______________________________________________7
E.
Kegiatan Pembelajaran (Metode) _________________________________10
F.
Tugas (Tagihan) ________________________________________________11
G.
Penilaian _____________________________________________________12
H.
1.
Metode Penilaian _________________________________________12
2.
Instrumen________________________________________________12
3.
Komponen dan Proporsi Penilaian ____________________________12
Peraturan dan Tata Tertib _______________________________________13
I.
Sumber dan Media Pembelajaran _________________________________14
J.
Rincian Rencana Kegiatan Pembelajaran ___________________________14
K.
Materi Pembelajaran ___________________________________________14
10
Drainase Jalan _________________________________________________15
10.1 Tujuan Drainase Jalan ______________________________________16
10.2 Drainase Permukaan Jalan __________________________________17
10.3 Teknis Perencanaan Drainase Permukaan ______________________18
10.3.1
10.3.2
10.3.3
10.3.4
Menentukan Debit Rencana (Q) ___________________________________
Luas Daerah Layanan ___________________________________________
Koefisien Pengaliran (C) _________________________________________
Intensitas Curah Hujan (I) untuk Perencanaan Drainase Jalan ___________
18
22
25
27
10.4 Pematah Arus ____________________________________________28
10.4.1
10.4.2
Daerah Tanjakan/Turunan _______________________________________ 28
Daerah Tikungan _______________________________________________ 29
Soal ________________________________________________________31
Mulyono,T (2017), Infrastruktur Jalan & Jembatan|
iv
11
Saluran Terbuka _______________________________________________33
11.1
11.2
11.3
11.4
11.5
11.6
11.7
11.8
11.9
Bahan Saluran ____________________________________________33
Penampang Saluran________________________________________34
Kemiringan Memanjang Saluran _____________________________37
Waktu Pengaliran Saluran Terbuka ___________________________38
Analisa Hidrologi __________________________________________39
Kemiringan melintang perkerasan dan bahu jalan _______________39
Pengendalian Erosi Untuk Saluran Samping ____________________41
Saluran Samping (Side Ditch) ________________________________42
Gorong-Gorong (Box Culvert) ________________________________44
11.9.1
11.9.2
11.9.3
11.9.4
11.9.5
12
Kapasitas Gorong-Gorong ________________________________________
Bangunan Transisi Dan Kecepatan Aliran ____________________________
Kehilangan Tinggi Tekan (Head Loss) _______________________________
Tipe Gorong-Gorong Dan Ukuran Standar ___________________________
Tebal lapisan tanah penutup _____________________________________
46
48
51
53
58
11.10 Saluran Penangkap (Catch Ditch) _____________________________59
11.11 Perhitungan debit aliran rencana (Q) __________________________61
11.12 Perhitungan Dimensi dan Kemiringan Saluran serta Gorong-Gorong 64
Soal ________________________________________________________98
Saluran Tertutup _____________________________________________ 103
12.1
12.2
12.3
12.4
Waktu Pengaliran Saluran Tertutup _________________________
Kecepatan Aliran dalam Pipa ______________________________
Perhitungan kapasitas ____________________________________
Langkah Pengerjaan Perencanaan __________________________
12.4.1
12.4.2
12.4.3
12.4.4
12.4.5
103
104
107
108
Penentuan Jumlah Lubang Pemasukan ____________________________
Penentuan Kapasitas Rencana ___________________________________
Penentuan Debit, Tekanan, Elevasi dan Dimensi Pipa _________________
Penentuan Kemiringan Garis Hidrolis______________________________
Menghitung hilang tinggi tekan __________________________________
109
109
109
111
112
12.5 Bangunan Pelengkap Saluran ______________________________ 117
12.5.1
12.5.2
12.5.3
12.5.4
13
Saluran penghubung (gutter) ____________________________________
Saluran Inlet _________________________________________________
Bak Kontrol __________________________________________________
Gorong-gorong _______________________________________________
117
118
121
123
Soal ______________________________________________________ 124
Drainase Lereng _____________________________________________ 127
13.1 Jenis Bangunan Drainase Lereng ___________________________ 128
13.1.1
Saluran Puncak (Crown Ditch) ___________________________________ 129
Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
|v
13.1.2
13.1.3
13.1.4
14
Saluran Drain Memanjang ______________________________________ 130
Saluran Banker Atau Penangkap _________________________________ 130
Bangunan untuk membuang bocoran air pada lereng ________________ 130
13.2 Perancangan Bangunan Drainase Lereng _____________________
13.3 Erosi / penggerusan ______________________________________
13.4 Bangunan untuk membuang bocoran air pada lereng __________
Soal ______________________________________________________
Drainase Bawah Permukaan ___________________________________
131
132
139
140
143
14.1 Bangunan drainase bawah permukaan ______________________ 145
14.1.1
14.1.2
14.1.3
Saluran drainase samping jalan __________________________________ 145
Saluran drainase bawah permukaan melintang jalan _________________ 149
Lapisan Lulus Air Di Bawah Base __________________________________ 150
14.2 Penggalian saluran drainase _______________________________ 153
14.3 Pemasangan pipa yang diperforasi__________________________ 153
14.4 Cara pengerjaan_________________________________________ 155
14.4.1
14.4.2
14.4.3
14.4.4
14.4.5
Penentuan permeabilitas tanah __________________________________
Penentuan debit dengan cara analitis _____________________________
Penentuan dimensi ____________________________________________
Pemilihan material untuk filter / lapisan pengering __________________
Pemilihan pipa ________________________________________________
155
157
160
161
162
14.5 Fasilitas penahan air hujan ________________________________ 164
14.6 Sumur resapan air hujan __________________________________ 164
14.7 Kolam drainase tampungan sementara ______________________ 165
14.7.1
14.7.2
14.7.3
15
Jenis kolam __________________________________________________ 165
Komponen kolam _____________________________________________ 165
Penentuan debit yang masuk kolam ______________________________ 167
Soal ______________________________________________________ 173
Aspek Lingkungan ____________________________________________ 175
15.1
15.2
15.3
15.4
Proses pemilihan ________________________________________
Aspek pemeliharaan / perawatan __________________________
Aspek perencanaan manajemen lingkungan __________________
Pemeliharaan Drainase Jalan ______________________________
15.4.1
15.4.2
15.4.3
176
177
177
178
Inspeksi Kerusakan Drainase ____________________________________ 179
Tipe kerusakan _______________________________________________ 180
Prinsip Dasar Penanganan ______________________________________ 184
L.
15.5 Pemilihan Tipe Drainase Jalan _____________________________ 185
Soal 190
Referensi ___________________________________________________ 191
M.
Lampiran ___________________________________________________ 192
vi |
Mulyono,T (2015), Infrastruktur Jalan: Perenc. Geometrik & Drainase Jalan, Jakarta: Transportasi - UNJ
Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
| vii
Mulyono,T (2017), Infrastruktur Jalan & Jembatan|
viii
Setelah mempelajari materi dalam modul ini diharapkan mahasiswa mampu
menjelaskan tentang konsep-konsep teoritik terkait dengan drainase jalan baik
saluran terbuka maupun tertutup dan mahasiswa dapat berpikir secara logis, kritis,
sistematis, dan inovatif dalam konteks pengembangan atau implementasi untuk
drainase jalan serta menunjukkan kinerja mandiri atau kelompok, bermutu, dan
terukur melalui tugas-tugas.
Modul terdiri dari materi yang berisi lima bab 10 sampai bab 15 dari Buku
Jalan Raya 2 mencakup tentang penjelasan tujuan drainase jalan, drainase
permukaan jalan, saluran terbuka (open channel), saluran tetutup, bangunan
pelengkap saluran, drainase lereng, drainase bawah permukaan, fasilitas penahan
air hujan dan aspek lingkungan serta pemeliharaan drainase jalan dan pemilihan tipe
drainase jalan. Contoh hitungan juga disertakan dalam materi ini.
Sesuai dengan dokumen capaian pembelajaran lulusan, seperti Tabel 1, pada
ranah sikap, pengetahuan, ketrampilan umum dan ketrampilan khusus, adalah
sebagai berikut:
Tabel 1: Capaian Pembelajaran Lulusan D3 Transportasi, FT UNJ
Ranah
Capaian Pembelajaran Lulusan
Sikap
1.
2.
3.
4.
Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan
sikap religius;
Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas
berdasarkan agama,moral, dan etika;
Berkontribusi dalam peningkatan mutu kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, bernegara, dan kemajuan peradaban berdasarkan
Pancasila;
Berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah air,
memiliki nasionalisme serta rasa tanggungjawab pada negara dan
bangsa;
Mulyono,T (2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan|
1
Tabel 1: Capaian Pembelajaran Lulusan D3 Transportasi, FT UNJ
Ranah
Capaian Pembelajaran Lulusan
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Pengetahuan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, agama, dan
kepercayaan, serta pendapat atau temuan orisinal orang lain;
Bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial serta kepedulian terhadap
masyarakat dan lingkungan;
Taat hukum dan disiplin dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara;
Menginternalisasi nilai, norma, dan etika akademik;
Menunjukkan sikap bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang
keahliannya secara mandiri;
Menginternalisasi semangat kemandirian, kejuangan, dan
kewirausahaan;
Memahami dirinya secara utuh sebagai pendidik.
Mempunyai ketulusan, komitmen, kesungguhan hati untuk
mengembangkan sikap, nilai, dan kemampuan peserta didik dengan
dilandasi oleh nilai-nilai kearifan lokal dan akhlak mulia serta memiliki
motivasi untuk berbuat bagi kemansyarakatan peserta didik dan
masyarakat pada umumnya.
konsep teoritis kependidikan dan perancangan konstruksi bidang
teknik sipil serta terapannya di sekolah;
prinsip dasar teknologi informasi dan komunikasi untuk
melaksanakan pembelajaran;
konsep teoritis karakteristik perkembangan peserta didik;
konsep teori kurikulum pendidikan kejuruan, strategi, pendekatan,
model, metode, dan media pembelajaran;
prinsip-prinsip perancangan, pelaksanaan pembelajaran, dan
pengembangan bahan ajar serta media pembelajaran;
konsep teori asesmen, instrument tes dan analisis butir soal;
konsep dan prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK);
prinsip dan teknik komunikasi secara lisan dan tulisan;
prinsip dasar metodologi penelitian, analisis data, dan teknik
pengambilan keputusan;
konsep pembelajaran praktik di laboratorium dan di bengkel;
prinsip-prinsip dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dan cara
penerapannya dalam pembelajaran praktik dan dalam pekerjaan
konstruksi di industri;
matematika terapan, prinsip-prinsip fisika dan kimia, prinsip rekayasa,
dan perancangan teknik Sipil;
pengetahuan faktual tentang Analisa Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL) dan konsep dasar pembangunan berwawasan lingkungan,
serta keilmuan tata lingkungan lainnya yang mendukung; dan;
2 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
Tabel 1: Capaian Pembelajaran Lulusan D3 Transportasi, FT UNJ
Ranah
Capaian Pembelajaran Lulusan
14. prinsip dasar pengelolaan konstruksi dan penilaian investasi proyek di
bidang Teknik Sipil.
Keterampil- 1. Mampu menerapkan pemikiran logis, kritis, sistematis, dan inovatif
an umum
dalam konteks pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan
dan teknologi yang memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora
yang sesuai dengan bidang keahliannya;
2. Mampu menunjukkan kinerja mandiri, bermutu, dan terukur;
3. Mampu mengkaji implikasi pengembangan atau implementasi ilmu
pengetahuan teknologi yang memperhatikan dan menerapkan nilai
humaniora sesuai dengan keahliannya berdasarkan kaidah, tata cara
dan etika ilmiah dalam rangka menghasilkan solusi, gagasan, desain
atau kritik seni;
4. Mampu menyusun deskripsi saintifik hasil kajian tersebut di atas
dalam bentuk skripsi atau laporan tugas akhir, dan mengunggahnya
dalam laman perguruan tinggi;
5. Mampu mengambil keputusan secara tepat dalam konteks
penyelesaian masalah di bidang keahliannya, berdasarkan hasil
analisis informasi dan data;
6. Mampu memelihara dan mengembang-kan jaringan kerja dengan
pembimbing, kolega, sejawat baik di dalam maupun di luar
lembaganya;
7. Mampu bertanggungjawab atas pencapaian hasil kerja kelompok dan
melakukan supervisi dan evaluasi terhadap penyelesaian pekerjaan
yang ditugaskan kepada pekerja yang berada di bawah
tanggungjawabnya;
8. Mampu melakukan proses evaluasi diri terhadap kelompok kerja yang
berada dibawah tanggung jawabnya, dan mampu mengelola
pembelajaran secara mandiri; dan
9. Mampu mendokumentasikan, menyimpan, mengamankan, dan
menemukan kembali data untuk menjamin kesahihan dan mencegah
plagiasi.
Keterampil- 1. mampu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran teknologi
an Khusus
kejuruan bidang teknik sipil dengan memanfaatkan IT untuk memberi
pengalaman belajar peserta didik agar mampu berpikir kritis, kreatif,
dan inovatif;
2. mampu memilih dan menerapkan strategi pembelajaran dengan
memperhatikan karakteristik peserta didik agar tercipta proses
pembelajaran yang menyenangkan;
3. mampu memilih dan menetapkan sumber belajar dan media
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik kejuruan bidang
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan - Drainase Jalan
|3
Tabel 1: Capaian Pembelajaran Lulusan D3 Transportasi, FT UNJ
Ranah
Capaian Pembelajaran Lulusan
teknik sipil untuk memberi pengalaman belajar yang bermakna bagi
peserta didik;
4. mampu merancang assessment dan melakukan analisis butir soal
dengan teknik tes dan non tes untuk mengetahui ketercapaian tujuan
pembelajaran;
5. mampu melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan
menuliskannya dalam bentuk kajian untuk memperbaiki strategi
pembelajaran dan meningkatkan proses belajar mengajar dan hasil
belajar;
6. mampu mengatasi masalah pendidikan kejuruan bidang teknik sipil
dan menerapkan hasil penelitian di bidang pendidikan teknik sipil;
7. mampu melaksanakan pembelajaran praktik bidang teknik sipil di
laboratorium dan bengkel sekolah dengan menerapkan standar
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) untuk membudayakan K3 bagi
peserta didik;
8. mampu merencanakan struktur, menggambar, dan menentukan
material untuk bangunan sederhana yang ramah lingkungan dengan
memperhatikan kaidah-kaidah perancangan bidang teknik sipil
sebagai dasar pengembangan materi ajar;
9. mampu merencanakan struktur kayu, beton, dan baja baik secara
teori maupun praktik dengan memperhatikan dasar-dasar konstruksi
bangunan
10. mampu merencanakan pondasi dan bangunan tahan gempa dengan
memperhatikan kaidah ilmu tanah, baik ilmu ukur maupun mekanika
11. mampu menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan konstruksi dengan
menggunakan kaidah kaidah pengelolaan konstruksi dan investasi
untuk memberikan pengalaman belajar mahasiswa dalam mengelola
suatu pekerjaan konstruksi dan menilai investasi sebagai dasar
pengembangan materi ajar; dan;
12. mampu menerapkan etika bisnis konstruksi dengan menggunakan
kaidah-kaidah bisnis rekayasa bidang teknik sipil untuk memberi
pengalaman belajar mahasiswa di bidang wirausaha sebagai dasar
pengembangan materi ajar kewirausahaan.
4 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
Capaian pembelajaran matakuliah (CPMK) adalah kompetensi/kemampuan
yang harus dikuasai oleh mahasiswa setelah selesai mengikuti suatu mata kuliah.
CPMK yang hendak dicapai sesuai modul 1 ini adalah seperti Tabel 2 berikut:
Tabel 2: Capaian Pembelajaran Matakuliah Jalan Raya 2 untuk Modul 1
CPMK
1. Mahasiswa
memahami
konsep teoritik,
prinsip dasar,
assasment dan
prinsip-prinsip
perancangan,
pelaksanaan
serta
pemeliharaan
termasuk tata
lingkungan untuk
perencanaan
Saluran Terbuka
Jalan Raya
SUB-CPMK
1.1 Mahasiswa memahami konsep teoritik, prinsip dasar,
assasment dan prinsip-prinsip perancangan, pelaksanaan
serta pemeliharaan termasuk tata lingkungan yang tercakup
dalam:
1.1.1 jenis-jenis saluran terbuka,
1.1.2 penampang saluran terbuka,
1.1.3 fungsi kemiringan pada saluran terbuka
1.1.4 waktu pengaliran pada saluran terbuka
1.1.5 Pengendalian Erosi Untuk Saluran Samping
1.1.6 Saluran Samping (Side Ditch)
1.1.7 Gorong-Gorong (Box Culvert)
1.1.8 Saluran Penangkap (Catch Ditch)
1.1.9 Prinsip hitungan gorong-gorong/saluran terbuka
1.1.10 Drainase lereng
1.1.11 Drainase bawah permukaan
1.1.12 Aspek lingkungan
1.2 Mahasiswa mampu menjelaskan secara logis, kritis,
sistematis, dan inovatif dalam konteks jalan raya 2 dan
menjelaskan secara deskripsi saintifik serta impikasinya
terkait:
1.2.1 jenis-jenis saluran terbuka,
1.2.2 penampang saluran terbuka,
1.2.3 fungsi kemiringan pada saluran terbuka
1.2.4 waktu pengaliran pada saluran terbuka
1.2.5 Pengendalian Erosi Untuk Saluran Samping
1.2.6 Saluran Samping (Side Ditch)
1.2.7 Gorong-Gorong (Box Culvert)
1.2.8 Saluran Penangkap (Catch Ditch)
1.2.9 Prinsip hitungan gorong-gorong/saluran terbuka
1.2.10 Drainase lereng
1.2.11 Drainase bawah permukaan
1.2.12 Aspek lingkungan
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan - Drainase Jalan
|5
Tabel 2: Capaian Pembelajaran Matakuliah Jalan Raya 2 untuk Modul 1
CPMK
SUB-CPMK
2. Mahasiswa
mampu
merencanakan
dan
melaksanakan
serta merancang
assament untuk
Analisis data
hidrologi
3. Mahasiswa
mampu
merencanakan
dan
melaksanakan
serta merancang
assament untuk
Dimensi Saluran
terbuka
4. Mahasiswa
mampu
menginternalisasi
nilai, norma, dan
etika akademik
serta
mengerjakan
Tugas#1:
Membuat Artikel
dengan Tema
“Drainase Jalan”
secara
bertanggungung
jawab
5. Mahasiswa
mampu
menunjukkan
sikap
tanggungjawab,
memahami
penjelasan
materi, mampu
meringkas dan
tepat waktu
2.1 Mahasiswa mampu merencanakan dan melaksanakan untuk
membuat kurva itensitas curah hujan sesuai dengan data
yang diberikan
2.2 Mahasiswa mampu merancang assessment dan melakukan
analisis data hidrologi untuk digunakan pada saluran terbuka
untuk menghitung debit saluran terbuka
3.1 Mahasiswa mampu merencanakan dan melaksanakan untuk
menghitung dimensi saluran terbuka/gorong-gorong
3.2 Mahasiswa mampu merancang assessment dan melakukan
hitungan dimensi saluran terbuka/gorong-gorong,
3.3 Mahasiswa mampu menggambarkan hasil hitungan saluran
terbuka/gorong-gorong
4.1 Mahasiswa mampu menginternalisasi nilai, norma, dan etika
akademik melalui pencarian sumber pembelajaran dari media
ICT (internet)
4.2 Mahasiwa mampu menunjukkan sikap bertanggungjawab
atas pekerjaan di bidang keahliannya secara mandiri melalui
tugas mandiri;
4.3 Mahasiswa mampu memahami perkembangan drainase jalan
saat ini sesuai dengan pengetahuan factual (internet)
4.4 Mahasiswa mampu menjelaskan perkembangan drainase
jalan terkait prinsip rekayasa, dan perancangan teknik Sipil
saat ini.
4.5 Mahasiswa mampu membuat artikel terkait dengan materi
kuliah “Drainase Jalan”
5.1 Mahasiwa mampu menunjukkan sikap bertanggungjawab
atas pekerjaan di bidang keahliannya secara mandiri melalui
tugas mandiri;
5.2 Mahasiswa mampu memahami penjelasan materi yang
disampaikan terkait dengan konsep teoritik, prinsip dasar,
assasment dan prinsip-prinsip perancangan, pelaksanaan
serta pemeliharaan termasuk tata lingkungan (aspek
lingkungan)
5.3 Mahasiwa mampu menjelaskan materi yang disampaikan
5.4 Mahasiswa mampu meringkas materi yang disampaikan
6 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
Tabel 2: Capaian Pembelajaran Matakuliah Jalan Raya 2 untuk Modul 1
CPMK
mengerjakan
Tugas#2,$3, $5
dan $6:
Meringkas
materi yang
disampaikan
6. Mahasiswa
mampu bekerja
secara kelompok
untuk Tugas#4:
Menghitung
Dimensi GorongGorong dan
Saluran Terbuka
SUB-CPMK
5.5 Mahasiswa mampu mendokumentasikan hasil pembelajaran
5.6 Mahasiswa dapat mengumpulkan tugas tepat waktu
6.1 Mahasiswa mampu menunjukkan sikap bertanggungjawab
atas pekerjaan di bidang keahliannya secara mandiri melalui
kerja kelompok.
6.2 Mahasiswa mampu menghitung dimensi gorong-gorong dan
saluran terbuka sesuai dengan data soal yang diberikan
secara berkelompok.
6.3 Mahasiswa dapat mengumpulkan tugas tepat waktu
Tujuan drainase jalan adalah untuk menjamin bahwa jalan tidak rusak karena
gangguan air sehingga dapat berfungsi sampai batas umur layanannya. Perencanaan
drainase jalan harus memiliki keterpaduan yang dapat dicapai melalui usaha-usaha
yang meliputi : pengumpulan dan pembuangan air permukaan dari perkerasan jalan
dan daerah sekitarya, pengumpulan dan pembuangan air tanah dari bagian pondasi
jalan dan pertemuan antara bagian pondasi dan tanah dasar, melindungi atau
memperlambat terjadinya erosi pada badan jalan, menyalurkan air pada saluran
alami yang memotong rute jalan, sehingga aliran air mengalir dari sisi jatan ke sisi
lain tanpa merusak konstruksi ialan, pada keadaan tertentu dan dibutuhkan untuk
menurunkan muka air tanah.
Drainase permukaan adalah sistem drainase yang berkaitan dengan
pengendalian air permukaan, oleh karena itu harus memenuhi persyaratan antara
lain: Perencanaan drainase harus sedemikian rupa sehingga fungsi fasilitas drainase
sebagai penampung, pembagi dan pembuang air dapat sepenuhnya berdaya guna
dan hasil guna, Pemilihan dimensi dari fasilitas drainase harus mempertimbangkan
faktor ekonomi dan faktor keamanan, Perencanaan drainase harus
mempertimbangkan pula segi kemudahan dan nilai ekonomis terhadap
pemeliharaan sistem drainase tersebut, dan Sebagai bagian sistem drainase yang
lebih besar atau sungai-sungai pengumpul drainase. Perencanaan drainase
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan - Drainase Jalan
|7
permukaan jalan dilakukan perhitungan debit aliran (𝑄) yang merupakan fungsi dari
(𝐢) koefisien pengaliran, (𝐼), intensitas curah hujan dan (𝐴) luas daerah layanan.
Pematah arus untuk mengurangi kecepatan aliran diperlukan untuk saluran
yang panjang dan mempunyai kemiringan cukup besar, dengan jarak pemasangan
pematah arus (𝐿𝑝 ) yang sesuai. Daerah yang lurus pada tanjakan atau turunan
dengan kelandaian >6% perlu dibuat suatu saluran inlet dengan sudut kemiringan
±600 − 700 agar aliran air dapat mengalir ke drainase walaupun tidak akan
seluruhnya. Kebutuhan kemiringan jalan menurut persyaratan alinyemen horisontal
jalan harus dipertimbangkan dalam perencanaan drainase jalan.
Bahan yang digunakan pada bangunan saluran menentukan besarnya
kecepatan rencana aliran air (𝑉) yang mengalir di saluran jalan tersebut.
Penampang saluran terbuka dapat berbentuk persegi, segiempat, trapesium
ataupun lingkaran dengan bahan yang sesuai dengan kondisi tanah dasar dan
kecepatan abrasi air.
Saluran Box Culvert adalah saluran gorong-gorong dari beton bertulang yang
berbentuk kotak yang memiliki sambungan pada setiap segmennya sehingga bersifat
kedap air. Gorong-gorong (culvert) harus direncanakan mampu untuk melewatkan
debit banjir rencana dari daerah pengaliran. Gorong-gorong direncanakan untuk
jenis aliran permukaan bebas (free surface flow), tetapi dalam keadaan tertentu,
misalnya di daerah rata atau dataran rendah, gorong-gorong mungkin direncanakan
sebagai aliran di bawah tekanan/aliran pipa (flow under pressure/pipe flow).
Perpindahan aliran air dari saluran/sungai kecil ke dalam gorong-gorong akan
memerlukan bangunan transisi dari tanah atau pasangan di sisi hulu (inlet) dan hilir
(outlet) gorong-gorong yang berfungsi mengatur perubahan kecepatan secara
berangsur-angsur sehingga tidak terlalu banyak terjadi kehilangan tinggi energi
(head loss).
Saluran samping jalan (side ditch) harus diperhitungkan mampu untuk
menampung dan mengalirkan air hujan dari permukaan perkerasan jalan serta
menampung dan mengalirkan air hujan yang berasal dari daerah penguasaan jalan
dan atau dari daerah pengaliran (catchment area) di sekitar saluran samping jalan.
Jenis saluran tertutup direncanakan sesuai dengan periode ulang curah hujan
untuk kala ulang 5 tahun maka luas penampang basah yang penuh tetapi tanpa
adanya pengaruh tekanan akibat perbedaan tinggi muka air dan curah hujan dengan
kala ulang 50 tahun maka saluran akan beroperasi dalam kondisi dengan tinggi
tekanan akibat perbedaan tinggi muka air dan Manhale akan terendam penuh.
Bangunan pelengkap saluran terdiri dari saluran penghubung (gutter),
saluran inlet, bak kontrol, dan gorong-gorong, yang tahapan perencanaannya akan
diuraikan sebagai berikut.
8 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
Drainase lereng termasuk sebagai drainase permukaan yang diterapkan
untuk melindungi lereng-lereng dari bahaya erosi atau penurunan stabilitas yang
disebabkan oleh air permukaan di daerah galian, urugan dan lereng-lereng alam atau
air tanah yang merembes ke dalam lereng, sehingga dapat mempengaruhi stabilitas
jalan di bawahnya. Perencanaan drainase lereng harus memperhatikan, mengkaji
topografi daerah sekitar alinyemen agar arah dorongn batu, sampah, pasir, dan
kerikil dapat dirubah sehingga jalan dapat terlindungi. Jika diperlukan, bangunan
dilengkapi dengan bedungan (dam) dan bangunan lainnya dengan tujuan meredam
atau mengurangi energi arus dorong atas.
Drainase bawah permukaan bertujuan menjaga subgrade dan base agar
tetap memiliki kandungan air yang diinginkan, dengan cara menurunkan muka air
tanah dalam base, urugan tanah atau tanah sampai ke dalam minimal 1,00 meter di
bawah permukaan tanah dan mencegat air dari daerah sekitar agar tidak merembes
ke dalam urugan tanah.
Aspek lingkungan dalam perencanaan drainase harus diperhatikan terutama
terkai dengan masalah dampak yang mungkin timbul saat pelaksanaan. Proses
pemilihan. Pemilihan dan pelaksanaan pengendalian dampak lingkungan terdiri dari
6 tahap utama, yaitu: (1) Menentukan sasaran isu lingkungan dan kualitas air –
mengidentifikasi sensitifitas lingkungan, sasaran pencapaian kualitas air dan
menetapkan kriteria desain yang tepat; (misalnya: untuk mengurangi dampak dari
endapan dan logam berat); (2) Pengindentifikasian sumber pencemar dan
pengestimasian beban pencemar – mengidentifikasi sumber pencemar dan
menentukan beban pencemar dari koridor jalan untuk menentukan tipe dan jumlah
pencemar yang akan disingkirkan; (3) Mengidentifikasi proses perpindahan zat
pencemar – mengidentifikasi mekanisme perpindahan zat pencemar untuk
membantu dalam pengidentifikasian penyingkiran zat pencemar yang tepat; (4)
Memperkirakan alat kontrol zat pencemar yang potensial – mengidentifikasikan
semua cara yang dapat dilakukan sebagai kunci dasar kriteria pemilihan tempat.
Setiap pengendalian dampak lingkungan dapat diterima atau ditolak atas dasar
setiap kriteria yang dipilih; (5) Memperkirakan penyingkiran zat pencemar yang
potensial – membandingkan semua cara yang dapat ditempuh sebagai dasar untuk
mencapai sasaran kunci pengendalian; dan (6) Mengoptimalkan cara pengendalian
yang potensial – mengidentifikasi dan mengganti evaluasi antara sasaran yang
diinginkan dengan kriteria pemilihan tempat. Menentukan metode-metode
pengendalian dampak lingkungan yang tepat untuk mencapai sasaran.
Materi ini dalam modul ini direncanakan terdiri dari pokok materi dan submateri seperti Tabel 3.
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan - Drainase Jalan
|9
Tabel 3: Pokok dan Sub Materi Matakuliah Jalan Raya 2 untuk Modul 1
POKOK MATERI
1.
Saluran Terbuka Jalan
Raya
2.
Analisis data hidrologi
3.
Dimensi Saluran terbuka
4.
Tugas
SUB-MATERI
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
1.7
1.8
1.9
1.10
1.11
1.12
2.1
2.2
2.3
3.1
3.2
4.1
4.2
Bahan Saluran Terbuka
Penampang Saluran
Kemiringan Memanjang Saluran
Waktu Pengaliran Saluran Terbuka
Kemiringan melintang perkerasan dan bahu
jalan
Pengendalian Erosi Untuk Saluran Samping
Saluran Samping (Side Ditch)
Gorong-Gorong (Box Culvert)
Saluran Penangkap (Catch Ditch)
Drainase Lereng
Drainase Bawah Permukaan
Aspek Lingkungan
Data Analisa Hidrologi
Membuat Kurva Intensitas Curah Hujan (IDF
Curve)
Perhitungan debit aliran rencana (Q)
Perhitungan Dimensi dan Kemiringan Saluran
serta Gorong-Gorong
Penggambaran hasil hitungan
Tugas Mandiri (Individu)
Tugas Kelompok
Pembelajaran akan dilakukan dengan strategi student active learning. Dosen
akan mendorong dan memfasilitasi mahasiswa untuk aktif mencari dan menemukan
berbagai konsep yang harus dikuasai. Untuk memenuhi kondisi tersebut, ada 4
(empat) kegiatan utama yang akan dilaksanakan dalam perkuliahan:
1. Presentasi (penyajian) materi oleh dosen. Dosen mempresentasikan
materi di pertemuan pertama. Materi yang dipresentasikan adalah
kontrak kuliah, garis besar keseluruhan konsep/materi yang akan
dipelajari dalam satu semester. Pembagian tugas (individu dan kelompok)
juga diinformasikan dan disepakati pada pertemuan sebelum tugas
diberikan. Pada setiap diskusi kelas dosen juga mempunyai kewajiban
untuk menyajikan paparan sebagai klarifikasi dan sekaligus penguatan
terhadap konsep/materi yang dibahas dalam diskusi kelas.
2. Penugasan. Mencakup penugasan membuat paper, membuat resume
perkuliahan dan tugas penyelesaian soal (hitungan perencanaan).
3. Diskusi kelas. Setiap mahasiswa mendapat kesempatan untuk
mendiskusikan masalah dalam diskusi kelas. Pada setiap akhir diskusi
10 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
kelas, dosen harus memberikan presentasi untuk mengklarifikasi materi
yang dibahas dalam diskusi.
4. Teleconferences. Pada saat perkuliahan tatap muka tidak dapat
dilangsungkan karena suatu alasan. Pembelajaran dapat dilakukan melalui
pembelajaran jarak jauh (jika memungkinkan melalui internet setidaknya
dengan Satu Arah melalui Web://wordpress.com atau blogspot.com).
Mahasiswa setelah mempelajari materi ini diharapkan membuat tugas tugas
mandiri (individu) dan kelompok dimana komponen dan uraian tugas sesuai
Lampiran 1, dengan tugas mencakup:
Tugas#1: Membuat Artikel dengan Tema “Drainase Jalan” (Individu)
Tugas#2: Meringkas Materi dengan Bahan ringkasan (individu)
1.
2.
3.
4.
5.
Bahan Saluran Terbuka
Penampang Saluran
Kemiringan Memanjang Saluran
Waktu Pengaliran Saluran Terbuka
Data Analisa Hidrologi
Tugas#3: Meringkas Materi dengan Bahan ringkasan (Individu)
1.
2.
3.
4.
5.
Kemiringan melintang perkerasan dan bahu jalan
Pengendalian Erosi Untuk Saluran Samping
Saluran Samping (Side Ditch)
Gorong-Gorong (Box Culvert)
Saluran Penangkap (Catch Ditch)
Tugas#4: Menghitung Dimensi Gorong-Gorong dan Saluran Terbuka sesuai
dengan soal yang diberikan dan dikerjakan secara berkelompok
Tugas#5: Meringkas Materi dengan Bahan ringkasan (Individu)
1. Perhitungan debit aliran rencana (Q)
2. Perhitungan Dimensi dan Kemiringan Saluran serta Gorong-Gorong
Tugas#6: Meringkas Materi dengan Bahan ringkasan (Individu)
1.
2.
3.
Drainase Lereng
Drainase Bawah Permukaan
Aspek Lingkungan
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan - Drainase Jalan
| 11
1.
Metode Penilaian
Menggunakan tes tertulis sebagai bahan pengecekan bagi peserta didik dan
dosen untuk mengetahui sejauh mana penguasaan hasil belajar yang telah dicapai,
sebagai dasar untuk melaksanakan kegiatan berikutnya. Test akan dilaksanakan pada
tengah dan akhir semester dalam bentuk test tertulis pilihan ganda dengan empat
pernyataan satu yang benar. Penilaian lainnya berupa tugas
2.
Instrumen
Instrumen penilaian menggunakan lembar soal, khusus untuk pencapaian
hasil pembelajaran pada materi dalam modul ini menggunakan lembar tugas.
3.
Komponen dan Proporsi Penilaian
Komponen penilaian seperti dalam Lampiran 1 dengan proporsi penilaian
seperti Tabel 4 dan kriteri kelulusan seperti Tabel 5.
Tabel 4: Kriteria Penialan dan Bobot
Kriteria
Kehadiran
Tugas
Tugas#1: Kelompok
Tugas#2: Individu
Tugas#3: Individu
Tugas#4: Kelompok
Tugas#5: Individu
Tugas#6: Individu
Tugas#7: Individu
Tugas#8: Individu
Tugas#9: Individu
Tugas#10: Kelompok
Tugas#11: Individu
Tugas#12: Individu
Tugas#13: Individu
Tugas#14: Individu
Tugas#15: Kelompok
12 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
Bobot Nilai
5
5
2
2
5
2
2
2
2
2
5
2
2
2
2
5
Tabel 4: Kriteria Penialan dan Bobot
Kriteria
Tugas#16: Individu
Tugas#17: Kelompok
Tugas#18: Individu
Tugas#19: Individu
Tugas#20: Individu
Jumlah Total Nilai Tugas
UJIAN TENGAH SEMESTER
UJIAN AKHIR SEMESTER
JUMLAH
Bobot Nilai
2
5
2
2
2
55
15
25
100
Tabel 5: Kriteria Kelulusan
TINGKAT PENGUASAAN (%)
86 – 100
81 – 85
76 – 80
71 – 75
66 – 70
61 – 65
56 – 60
51 – 55
46 – 50
0 – 45
HURUF
A
AB+
B
BC+
C
CD
E
ANGKA
4
3,7
3,3
3,0
2,7
2,3
2,0
1,7
1
0
KETERANGAN
Lulus
Lulus
Lulus
Lulus
Lulus
Lulus
Lulus
Belum Lulus
Belum Lulus
Belum Lulus
Tagihan berupa lembar tugas berupa hard copy atau soft copy sesuai
ketentuan tugas untuk setiap substansi materi.
1. Mahasiswa hadir dalam perkuliahan tatap muka minimal 80% dari jumlah
pertemuan ideal. Setiap mahasiswa harus aktif dan partisipatif dalam
perkuliahan.
2. Dosen dan Mahasiswa tiba di kelas tepat waktu sesuai dengan waktu yang
ditetapkan/disepakati.
3. Ada pemberitahuan jika tidak hadir dalam perkuliahan tatap muka.
4. Selama perkuliahan berlangsung, HP dalam posisi off atau silent.
5. Meminta izin (dengan cara mengangkat tangan) jika ingin berbicara,
bertanya, menjawab, meninggalkan kelas atau keperluan lain.
6. Saling menghargai dan tidak membuat kegaduhan/gangguan/kerusakan
dalam kelas.
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan - Drainase Jalan
| 13
7. Tidak boleh ada plagiat dan bentuk-bentuk pelanggaran norma lainnya.
Sumber dan media pembelajaran menggunakan modul yang sudah disiapkan
sesuai dengan substansi kajian dengan Referensi sesuai dengan Daftar Pustaka.
Media pembelajaran dengan menggunakan Laptop/Notebooks, dan LCD Projector
untuk menjelaskan meteri menggunakan presentasi Powerpoint (PPT).
Sesuai dengan capaian pembelajaran untuk matakuliah Jalan Raya 2, rencana
kegiatan penyampaian materi dalam modul ini seperti dalam Lampiran 2.
14 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
Perencanaan sistem drainase jalan didasarkan kepada keberadaan air
permukaan dan bawah permukaan atau drainase permukaan (surface drainage)
seperti Gambar 10.1 dan drainase bawah permukaan (sub surtace drainage) seperti
Gambar 10.2.
Drainase jalan dengan infiltrasi yang tinggi atau lapis perkerasan yang
menggunakan bahan permeabel atau suatu sistem drainase jalan pada daerah yang
memiliki perkerasan yang bersifat lolos air ataupun retak yang memungkinkan air
untuk terserap ke dalam badan jalan, maka tipikal sistem drainase yang digunakan
seperti Gambar 10.3. Tipikal bentuk lapis perkerasan yang menggunakan paving
block seperti Gambar 10.4.
Gambar 10.1: Tipikal sistem drainase jalan
Gambar 10.2: Tipikal sistem drainase untuk muka air rendah
Mulyono,T (2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan|
15
Gambar 10.3: Sistem drainase yang diberlakukan pada kondisi infiltrasi tinggi
Gambar 10.4: Sistem drainase yang diberlakukan pada kondisi infiltrasi tinggi
10.1 Tujuan Drainase Jalan
Perencanaan drainase jalan harus memiliki keterpaduan yang dapat dicapai
melalui usaha-usaha yang meliputi :
(1)
pengumpulan dan pembuangan air permukaan dari perkerasan jalan dan
daerah sekitarya,
(2)
pengumpulan dan pembuangan air tanah dari bagian pondasi jalan dan
pertemuan antara bagian pondasi dan tanah dasar,
(3)
melindungi atau memperlambat terjadinya erosi pada badan jalan,
(4)
menyalurkan air pada saluran alami yang memotong rute jalan, sehingga aliran
air mengalir dari sisi jatan ke sisi lain tanpa merusak konstruksi ialan,
(5)
pada keadaan tertentu dan dibutuhkan untuk menurunkan muka air tanah.
Secara umum perencanaan sistem drainase jalan dimulai dengan memplot
rute jalan yang akan ditinjau di peta topografi yang akan menentukan batas-batas
daerah layanan maupun data data lain untuk mengenal/mengetahui daerah layanan,
16 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
sehingga dapat diperkirakan kebutuhan penempatan bangunan drainase penunjang,
menentukan penempatan awal bangunan seperti saluran samping jalan, fasilitas
penahan air hujan dan bangunan pelengkap (Gambar 10.5). Berikutnya dengan
memperhatikan pengaliran air yang ada di permukaan (drainase permukaan)
maupun yang ada di bawah permukaan sesuai data analisis hidrologi untuk
merencanakan teknis drainase.
Gambar 10.5: Skema perencanaan sistem drainase jalan
10.2 Drainase Permukaan Jalan
Tata cara perencanaan drainase permukaan jalan di indonesia meliputi
persyaratan-persyaratan kemiringan melintang perkerasan dan bahu jalan serta
dimensi, jenis bahan, tipe selokan samping jalan dan gorong-gorong (SNI 03-34241994). Drainase permukaan adalah sistem drainase yang berkaitan dengan
pengendalian air permukaan, oleh karena itu harus memenuhi persyaratan antara
lain:
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan - Drainase Jalan
| 17
(1)
Perencanaan drainase harus sedemikian rupa sehingga fungsi fasilitas
drainase sebagai penampung, pembagi dan pembuang air dapat
sepenuhnya berdaya guna dan hasil guna.
(2)
Pemilihan dimensi dari fasilitas drainase harus mempertimbangkan
faktor ekonomi dan faktor keamanan
(3)
Perencanaan drainase harus mempertimbangkan pula segi kemudahan
dan nilai ekonomis terhadap pemeliharaan sistem drainase tersebut.
(4)
Sebagai bagian sistem drainase yang lebih besar atau sungai-sungai
pengumpul drainase.
Perencanaan drainase permukaan jalan dilakukan perhitungan debit aliran
(𝑄), perhitungan dimensi dan kemiringan selokan dan gorong-gorong. Rumusrumus, tabel, grafik serta contoh perhitungan untuk mendukung perencanaan
menggunakan analisis hidrologi dan hidrolika.
Keberadaan sungai dan bangunan air lainnya yang terdapat di lokasi jalan
juga harus diperhatikan. Badan sungai yang terpotong oleh rute jalan harus
ditanggulangi dengan perencanaan gorong-gorong di mana debit yang dihitung
adalah debit sungai yang menggunakan SNI 03-1724-1989 Tata Cara Perencanaan
Hidrologi dan Hidrolika untuk bangunan di Sungai.
10.3 Teknis Perencanaan Drainase Permukaan
Perencanaan drainase permukaan harus memperhatikan rute jalan, datadata hidrologi dan analisisnya, data existing bangunan air, luas daerah aliran/layanan
dan batas-batasnya, koefisien pengaliran dan waktu konsentrasi.
10.3.1 Menentukan Debit Rencana (Q)
Debit rencana yang akan melalui saluran permukaan ditentukan oleh luas,
intensitas hujan dan koefisien pengaliran, yang dapat menggunakan penghitungan
18 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
debit dengan rumus rasional seperti Persamaan 10.1. Dimana (𝑄) adalah debit aliran
air dalam (π‘š3 /𝑑𝑑), (𝐢) koefisien pengaliran rata-rata dari (𝐢1 ; 𝐢2 ; 𝐢3 ); dan (𝐼)
adalah intensitas curah hujan dalam (π‘šπ‘š/π‘—π‘Žπ‘š) serta (𝐴) merupakan luas daerah
layanan (π‘˜π‘š2 ) terdiri atas 𝐴1 , 𝐴2 , 𝐴3 .
𝑄=
1
𝐢𝐼𝐴
3,6
(10.1)
Bagan alir perhitungan debit aliran rencana (𝑄), dari daerah pelayanan yang
dihubungkan dengan kemampuan saturan yang menampungnya (Gambar 10.6).
Perhitungan dimensi saluran dan kemiringan saluran yang akan digunakan
dilapangan ditunjukkan pada Gambar 10.7.
Penentuan panjang segmen saluran (𝐿) didasarkan pada: kemiringan rute
jalan dimana kemiringan saluran yang disarankan mendekati kemiringan rute jalan.
Panjang segmen saluran ditentukan juga oleh adanya tempat buangan air seperti
badan air (misalnya sungai, waduk, dll). Pemilihan atas beberapa alternatif dimensi
saluran dengan langkah coba-coba, untuk mendapatkan dimensi saluran yang paling
ekonomis.
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan - Drainase Jalan
| 19
Gambar 10.6: Bagan alir perhitungan debit rencana dan debit saluran
20 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan - Drainase Jalan
| 21
Gambar 10.7: Bagan alir perhitungan dimensi saluran dan kemiringan saluran
10.3.2 Luas Daerah Layanan
Peta topografi akan menunjukkan posisi bangunan air exisiting, panjang
saluran, dan daerah layanan. Plot rute jalan rencana pada topografi (𝐿) diperlukan
untuk mengetahui daerah kondisi sepanjang trase jalan yang akan dilalui sehingga
dapat dipelajari berdasarkan kondisi tereain/kemiringan pada daerah layanan yang
diperlukan untuk menentukan bentuk dan kemiringan yang akan mempengaruhi
pola aliran (Gambar 10.8).
Inventarisasi data bangunan drainase (gorong-gorong, jembatan, dll.)
eksisting meliputi lokasi, dimensi, arah aliran pembuangan dan kondisinya. Data ini
digunakan agar perencanaan sistem drainase jalan tidak mengganggu sistem
drainase yang telah ada.
Luas daerah layanan (𝐿) adalah luasan daerah tangkapan air atau basin
(catchment area). Luas daerah layanan didasarkan pada panjang segmen jalan yang
ditinjau untuk saluran samping jalan perlu diketahui agar dapat diperkirakan daya
tampungnya terhadap curah hujan atau untuk memperkirakan volume limpasan
permukaan yang akan ditampung saluran samping jalan. Luas daerah layanan terdiri
atas luas setengah badan jalan (𝐴1 ), luas bahu jalan (𝐴2 ) dan luas daerah di sekitar
(𝐴3 ).
Batasan luas daerah layanan tergantung dari daerah sekitar dan topografi
dan daerah sekelilingnya. Panjang daerah pengaliran yang diperhitungkan terdiri
atas setengah lebar badan jatan (𝐿1 ) yaitu ditetapkan dari as jalan sampai bagian tepi
perkerasan, lebar bahu jalan yang di ukur dari tepi perkerasan sampai tepi bahu jalan
(𝐿2 ), dan daerah sekitar (𝐿3 ) yang terbagi atas daerah perkotaan yaitu ±10 π‘š dan
untuk daerah luar kota (rural area) yang didasarkan pada topografi daerah tersebut
±100 π‘š. Jika diperlukan, pada daerah perbukitan, direncanakan beberapa saluran
untuk menampung limpasan sebagai saluran penangkap dari daerah bukit dengan
Mulyono,T (2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan|
22
batas daerah layanan adalah puncak bukit tersebut tanpa merusak stabilitas lereng,
sehingga saluran tersebut hanya menampung air dari luas daerah layanan daerah
sekitar (𝐴3 ). Ilustrasi penempatan segmen yang dibatasi antar STA (station) jalan
seperti Gambar 10.9 .
Gambar 10.8: Ilustrasi Plotting Rute Jalan
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan - Drainase Jalan
| 23
24 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
Gambar 10.9: Daerah pengatiran saluran samping jalan (a) Tampak atas, (b) Potongan A – A
(b)
(a) Potongan A - A
Tampak Atas
10.3.3 Koefisien Pengaliran (C)
Koefisien pengaliran (𝐢) dipengaruhi kondisi permukaan tanah (tata guna
lahan) pada daerah layanan dan kemungkinan perubahan tata guna lahan. Angka ini
akan mempengaruhi debit yang mengalir, sehingga dapat diperkirakan daya
tampung saluran. Untuk itu diperlukan peta topografi dan melakukan survai
lapangan agar corak topografi daerah proyek dapat lebilh diperjelas.
Sifat erosi dan tanah pada daerah sepanjang trase jalan rencana, antara lain
tanah dengan permeabititas tinggi (sifat lulus air) atau tanah dengan tingkat erosi
permukaan diperlukan. Secara visual akan nampak pada daerah yang menunjukkan
alur-alur pada permukaan.
Merupakan faktor atau angka yang dikalikan dengan koefisien runoff biasa
dengan tujuan agar kinerja saturan tidak melebihi kapasitasnya akibat daerah
pengaliran yang terlalu luas. Harga faktor limpasan (π‘“π‘˜ ) disesuaikan dengan kondisi
permukaan tanah seperti Tabel 10.1.
Daerah pengaliran atau daerah layanan yang terdiri dari beberapa tipe
kondisi permukaan yang mempunyai nilai 𝐢 yang berbeda, maka harga 𝐢 rata-rata
ditentukan dengan Persamaan 10.2. Dimana (𝐢) adalah koefisien pengaliran ratarata dari (𝐢1 ; 𝐢2 ; 𝐢3 ); dan (𝐴) merupakan luas daerah layanan (π‘˜π‘š2 ) terdiri atas
𝐴1 , 𝐴2 , 𝐴3 serta π‘“π‘˜ adalah harga faktor limpasan. Beberapa nilai koefisien hambatan
yang dapat digunakan untuk mencari nilai koefisien pengaliran seperti Tabel 10.2
dan Tabel 10.3.
𝐢=
𝐢1 𝐴1 + 𝐢2 𝐴2 + 𝐢3 𝐴3 π‘“π‘˜
𝐴1 + 𝐴2 + 𝐴3
(10.2)
Mulyono,T (2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan|
25
Tabel 10.1: Harga koefisien pengaliran, π‘ͺ dan faktor limpasan, π’‡π’Œ (DPU, 2006)
koefisien pengaliran, π‘ͺ
faktor limpasan, π’‡π’Œ
Jalan beton & jalan aspal
0,70 – 0,90
-
Jalan kerikif & jalan tanah
0,70 – 0,70
-
Tanah berbutir halus
0,40 – 065
-
Tanah berbutir kasar
0,10 – 0,20
-
Batuan masif keras
0,70 – 0,85
-
Batuan masif lunak
0,60 – 0,75
-
Daerah Perkotaan
0,70 – 0,95
2,0
Daerah pinggir kota
0,60 – 0,70
1,5
Daerah Industri
0,60 – 0,90
1,2
Pemukiman padat
0,40 – 0,65
2,0
Pemukiman tidak padat
0,40 – 0,60
1,5
Taman dan kebun
0,20 – 0,40
0,2
Persawahan
0,45 – 0,60
0,5
Perbukitan
0,70 – 0,80
0,4
Pegunungan
0,75 – 0,90
0,3
Kondisi permukaan
tanah
BAHAN
Bahu
TATA GUNA LAHAN
Catatan:
Harga koefisien pengaliran (𝐢) untuk daerah datar diambil nilai 𝐢 yang terkecil
dan untuk daerah lereng diambil nilai C yang terbesar. Harga faktor limpasan (π‘“π‘˜ )
hanya digunakan untuk guna lahan sekitar saluran selain bagian jalan
26 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
Tabel 10.2: Koefisien Hambatan (𝒏𝒅 ) berdasarkan kondisi permukaan
𝒏𝒅
Kondisi lapis permukaan
Lapisan semen dan aspal beton
0,013
Permukaan licin dan kedap air
0,020
Permukaan licin dan kokoh
0,100
Tanah dengan rumput tipis dan gundul dengan permukaan sedikit
kasar
0,200
Padang rumput dan rerumputan
0,400
Hutan gundul
0,600
Hutan rimbun dan hutan gundul rapat dengan hamparan rumput
jarang sampai rapat
0,800
Tabel 10.3: Kemiringan Melintang Perkerasan dan Bahu Jalan (DPU, 2006)
Jenis Lapis Perkerasan Jalan
Kemiringan Melintang, π’Šπ’Ž (%)
Aspal; Beton
2–3
Japat (jalan yang dipadatkan)
2–4
Kerikil
3–6
Tanah
–6
10.3.4 Intensitas Curah Hujan (I) untuk Perencanaan Drainase Jalan
Debit rencana yang diperkirakan ditentukan oleh intensitas curah hujan.
Intensitas curah hujan adalah jumlah hujan dalam tiap satuan waktu, yang biasanya
dinyatakan dalam milimeter per jam. Besarnya intensitas curah hujan berbeda-beda,
tergantung dengan lamanya curah hujan dan frekuensi kejadian. Pada umumnya
semakin besar durasi hujan 𝑑, intensitas hujannya semakin kecil. Formulasi
perhitungan intensitas curah hujan sesuai SNI 03-2415-1991, Metode perhitungan
Debit Banjir.
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan - Drainase Jalan
| 27
10.4 Pematah Arus
Pematah arus untuk mengurangi kecepatan aliran diperlukan untuk saluran
yang panjang dan mempunyai kemiringan cukup besar (Gambar 10.10), dengan jarak
pemasangan pematah arus (𝐿𝑝 ) sesuai Tabel 10.4.
Tabel 10.4: Kemiringan saluran memanjang (π’Šπ’” ) dan Jarak pematah arus (DPU,
2006; SNI 03-3424-1994)
Kemiringan saluran memanjang
(π’Šπ’” )
Jarak Pematah Arus, 𝑳𝒑 , (π’Ž)
6
16
7
10
8
8
9
7
10
6
Gambar 10.10: Pematah Arus
10.4.1 Daerah Tanjakan/Turunan
Bahu jalan yang terbuat dari tanah dan tidak diperkeras pada daerah datar,
agar pengaliran air hujan lebih cepat maka dibuat saluran-saluran kecil yang
melintang jalan dan air hujan tidak meresap ke dalam bahu jalan (Gambar 10.11).
Daerah yang lurus pada tanjakan atau turunan dengan kelandaian >6% perlu
dibuat suatu saluran inlet dengan sudut kemiringan ±600 − 700 agar aliran air dapat
28 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
mengalir ke drainase walaupun tidak akan seluruhnya hal ini dimaksudkan untuk
menghindari perkerasan jalan tidak rusak oleh aliran air hujan. Saluran tersebut
diletakan di bawah tanah dengan dimensi saluran kecil yang melintang bahu jalan
dengan jarak 15 meter (Gambar 10.12).
Gambar 10.11: Drainase melintang pada bahu jalan yang tidak di perkeras.
Gambar 10.12: Drainase bahu jalan di Daerah tanjakan/turunan
10.4.2 Daerah Tikungan
Kebutuhan kemiringan jalan menurur persyaratan alinyemen horisontal jalan
harus dipertimbangkan. Kemiringan perkerasan jalan harus dimulai dari sisi luar
tikungan menurun atau melandai ke sisi dalam tikungan. Besarnya kemiringan
daerah ini ditentukan oleh nilai maksimum kebutuhan kemiringan menurut
keperluan drainase. Besarnya kemiringan bahu jalan ditentukan dengan kaidah-
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan - Drainase Jalan
| 29
kaidah sebelumnya (Gambar 10.13). Kedalaman saluran di tepi harus
memperhatikan kesesuaian rencana pengaliran sistem drainase salurannya.
Gambar 10.13: Kemiringan melintang pada daerah tikungan
Penentuan kemiringan lahan (𝑖𝑠 ) eksisting pada tokasi pembangunan saluran,
gorong-gorong didapatkan dari hasil pengukuran di lapangan, menggunakan
Persamaan 10.3 yang diilustrasikan seperti Gambar 10.14. Hal ini merupakan salah
satu pertimbangan untuk perencanaan pembuatan bangunan pematah arus. Dimana
𝐸𝑙𝑣1 adalah tinggi tanah di bagian tertinggi (m), 𝐸𝑙𝑣2 tinggi tanah di bagian terendah
(m), dan 𝐿 panjang saluran (m)
𝑖𝑠 =
𝐸𝑙𝑣1 − 𝐸𝑙𝑣2
100
𝐿
Gambar 10.14: Kemiringan Saluran/Lahan
30 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
(10.3)
Soal
10.1 Jelaskan tujuan perencanaan sistem drainase jalan?
10.2 Perencanaan drainase jalan harus memiliki keterpaduan yang dapat dicapai.
Jelaskan usaha-usaha yang harus dilakukan?
10.3 Jelaskan maksud drainase permukaan dan persyaratannya?
10.4 Jelaskan mengapa harus dilakukan inventarisasi data bangunan drainase
(gorong-gorong, jembatan, dll.) yang ada untuk perencanaan drainase jalan?
10.5 Jelaskan fungsi pematah arus pada drainase jalan?
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan - Drainase Jalan
| 31
Mulyono,T (2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan|
32
Perencanaan saluran terbuka secara hidrolika dinamakan aliran terbuka
(open channel) yaitu pengaliran air dengan permukaan bebas atau terbuka. Saluran
terbuka dapat berupa saluran samping jalan ataupun digunakan untuk perencanaan
gorong-gorong.
11.1 Bahan Saluran
Bahan yang digunakan pada bangunan saluran menentukan besarnya
kecepatan rencana aliran air (𝑉) yang mengalir di saluran jalan tersebut. Kemiringan
saluran ditentukan berdasarkan bahan yang digunakan. Hubungan antara bahan
yang digunakan dengan kemiringan saluran arah memanjang dapat dilihat pada
Tabel 11.1. Besarnya rencana kecepatan aliran yang dapat digunakan seperti Tabel
11.2.
Tabel 11.1: Kemiringan saluran memanjang (π’Šπ’” ) berdasarkan Jenis
material (SNI 03-3424-1994)
Jenis Material Saluran
Kemiringan Saluran, π’Šπ’” , (%)
Tanah Asli
0 – 5,0
Kerikil
5,0 – 7,5
Pasangan
7,5
Mulyono,T (2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan|
33
Tabel 11.2: Kecepatan Rencana yang diijinkan berdasarkan Jenis Material (SNI 033424-1994)
Jenis Material Saluran
Kecepatan aliran air yang diijinkan,
𝑽, (π’Ž/π’…π’†π’•π’Šπ’Œ)
Pasir halus
0,45
Lempung kepasiran
0,50
Lanau Aluvial
0,60
Kerikil halus
0,75
Kerikil kasar
1,20
Lempung kokoh
0,75
Lempung padat
1,10
Batu-batu besar
1,50
Pasangan Batu
1,50
Beton atau Beton bertulang
1,50
11.2 Penampang Saluran
Penampang saluran terbuka dapat berbentuk persegi, segiempat, trapesium
ataupun lingkaran dengan bahan yang sesuai dengan kondisi tanah dasar dan
kecepatan abrasi air (Tabel 11.3). Dimensi minimal saluran terbuka adalah 0,5 π‘š2 .
Saluran Box Culvert adalah saluran gorong-gorong dari beton bertulang yang
berbentuk kotak yang memiliki sambungan pada setiap segmennya sehingga bersifat
kedap air. Box Culvert ini umumnya digunakan untuk saluran drainase. Ukuran yang
besar bisa digunakan sebagai jembatan.
Kemiringan talud pada penampang saluran trapesium tergantung dari
besarnya debit dan dalamnya galian, seperti Tabel 11.4. Kemiringan talud yang lebih
landai mungkin diperlukan untuk menambah kestabilan saluran jika kondisi lapisan
tanah di lokasi pekejaan kurang memadai.
34 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
Tabel 11.3: Penampang Drainase Jalan
Potongan Melintang & Tipe Saluran Samping
Bahan Yang Dipakai
Tanah Asli
Bentuk Trapesium
Pasangan batu kali atau
tanah asli
Bentuk Segitiga
Pasangan batu kali
Bentuk Trapesium
Pasangan batu kali
Bentuk Segi empat
Beton bertulang pada
bagian dasar diberi
lapisan pasir + 10 cm
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan - Saluran Terbuka
| 35
Tabel 11.3: Penampang Drainase Jalan
Potongan Melintang & Tipe Saluran Samping
Bahan Yang Dipakai
Bentuk Segi empat Beton bertulang
Beton bertulang pada
bagian dasar diberi
lapisan pasir + 10 cm,
pada bagian atas
ditutup dengan plat
beton bertulang
Bentuk segi empat Beton bertulang tertutup
Pasangan batu kali pada
bagian dasar diberi
lapisan pasir + 10 cm,
pada bagian atas
ditutup dengan plat
beton bertulang
Bentuk Segi empat Pasangan batu kali
Pasangan batu kali atau
beton bertulang
Bentuk Setengah Lingkaran
36 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
Tabel 11.3: Penampang Drainase Jalan
Potongan Melintang & Tipe Saluran Samping
Bahan Yang Dipakai
Metal gelombang,
beton bertulang atau
beton tumbuk, besi cor
dan lain-lain.
Pipa Tunggal atau lebih
Metal gelombang
Pipa lengkung tunggal atau lebih
Beton bertulang
Gorong-gorong persegi (Box Culvert)
Tabel 11.4: Kemiringan Talud berdasarkan Debit
Debit (π’ŽπŸ‘ /
π’…π’†π’•π’Šπ’Œ)
Kemiringan
talud
(𝟏: π’Ž)
Kedalaman
galian, D (meter)
Kemiringan
talud (𝟏: π’Ž)
0,00 – 0,75
1:1
D<1
1:1
0,75 – 15
1 : 1,5
1<D<2
1 : 1,5
15 – 80
1:2
D>2
1:2
11.3 Kemiringan Memanjang Saluran
Sesuai dengan Rumus Manning, didapatkan kemiringan saluran memanjang
(𝑖𝑠 ) sesuai Persamaan 11.1 dengan 𝑉𝑠 adalah kecepatan saluran arah memanjang; 𝑅
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan - Saluran Terbuka
| 37
jari-jari hidrolis yang dicari dari luas penampang hidrolis (𝐹) dibagi dengan keliling
hidrolis (𝑃), 𝑅 = 𝐹/𝑃; 𝑛, koefisien kekasaran manning.
𝑖𝑠 = [
𝑉𝑠 𝑛
2
(11.1)
2]
𝑅3
Kemiringan memanjang dapat juga dihitung berdasarkan perbedaan elevasi
menggunakan Persamaan 10.3 yang diilustrasikan seperti Gambar 10.14.
Bandingkan kemiringan rencana dan lapangan (yang umumnya dikaji atas perbedaan
elevasi), jika kemiringan rencana lebih besar dari lapangan, maka saluran
direncanakan dengan pemetah arus atau peredam energi pada jarak tertentu jika
tidak saluran tidak memerlukan pematah arus.
11.4 Waktu Pengaliran Saluran Terbuka
Waktu pengaliran di saluran terbuka sesuai dengan yang telah diuraikan di
bagian 4 atau 𝑇𝑐 dapat dinyatakan sebagai Persamaan 11.2, dimana waktu untuk
mencapai awal saluran dari titik terjauh (menit), 𝑑1 , dihitung menggunakan
Persamaan 11.3 dan Waktu aliran dalam saluran tertutup sepanjang 𝐿 atau jarak
dari ujung saluran sampai dengan titik yang ditinjau dari ujung saluran(menit), 𝑑2
yang dihitung dengan Persamaan 11.4. 𝑛𝑑 π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘’ 𝑛 merupakan koefisien hambatan
atau koefisien kekasaran Manning untuk jenis permukaan yang sesuai dengan
daerah pengaliran. Kecepatan air saluran dihitung dengan Persamaan Manning
1
2
(π‘‰π‘˜ = 𝑛 𝑅 3 √𝑖𝑠 )
𝑇𝑐 = 𝑑1 + 𝑑2
(11.2)
0,467
2
𝑛𝑑
𝑑1 = ( 3,28𝐿0
)
3
√𝑖𝑠
38 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
(11.3)
𝑑2 =
𝐿
60𝑉
(11.4)
11.5 Analisa Hidrologi
Data curah hujan diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG)
yaitu stasiun curah hujan yang tedetak pada daerah layanan saluran samping jalan.
Jika daerah layanan tidak memiliki data curah hujan, maka dapat digunakan data dari
stasiun di luar daerah layanan yang dianggap rnasih dapat mewakili. Jumlah data
curah hujan yang diperlukan minimal 10 tahun terakhir. Periode ulang karakteristik
hujan menunjukkan bahwa hujan yang besar tertentu mempunyai periode ulang
tertentu. Periode ulang untuk pembangunan saluran drainase ditentukan 5 tahun,
disesuaikan dengan peruntukannya.
Intensitas curah hujan adalah ketinggian curah hujan yang terjadi pada suatu
kurun waktu dimana air tersebut berkonsentrasi. Formulasi perhitungan intensitas
curah hujan Perhitungan ini dilakukan sesuai SNI 03-2415-1991, Metode perhitungan
Debit Banjir. Debit banjir rencanan dihitung sebagai debit aliran air (Q) menggunakan
rumus rasional Error! Reference source not found..
11.6 Kemiringan melintang perkerasan dan bahu jalan
Kemiringan melintang harus memenuhi ketentuan untuk daerah jalan yang
datar dan lurus; daerah yang lurus pada tanjakan atau turunan; daerah tikungan
serta pemeriksaan kemiringan lahan eksisting.
Kemiringan perkerasan dan bahu jalan mulai dari tengah perkerasan (as
jalan) menurun/melandai ke arah saluran drainase jalan (Gambar 11.1) untuk daerah
jalan yang datar dan lurus. Besamya kemiringan bahu jalan diambil 2% lebih besar
daripada kemiringan permukaan jalan. Kemiringan melintang normal pada
perkerasan jalan dapat dilihat pada Tabel 11.5.
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan - Saluran Terbuka
| 39
Gambar 11.1: Kemiringan melintang normal pada daerah datar dan lurus
Tabel 11.5: Kemiringan melintang perkerasan dan bahu jalan (DPU, 2006)
Jenis lapisan perkerasan jalan
Kemiringan melintang
Aspal, Beton
2–3
Japat (jalan yang dipadatkan)
2–4
Kerikil
3–6
Tanah
4–6
Pada bahu jalan di daerah datar (kemiringan 0 – 6%) yang terbuat dari tanah
lempung atau lanau dan tidak diperkeras, air hujan agar tidak meresap ke dalam
bahu jalan dibuat saluran-saluran kecil yang melintang bahu jalan (Gambar 10.11)
Daerah yang lurus pada tanjakan atau turunan perlu dibuat suatu saluran
inlet dengan sudut kemiringan sekitar 60-75 derajat (Gambar 10.12) agar aliran air
dapat mengalir ke drainase (waliupun tidak akan seluruhnya). Untuk menentukan
kemiringan perkerasan jalan, gunakan nilai-nilai dari Tabel 3. Untuk menghindari
perkerasan jalan tidak rusak oleh aliran air hujan, maka pada badan jalan, pada jarak
tertentu dibuat saluran kecil melintang bahu jalan.
Daerah tikungan harus mempertimbangkan kebutuhan kemiringan jalan
menurut persyaratan alinyemen horisontal jalan (menurut ketentuan yang berlaku).
Kemiringan perkerasan jalan harus dimulai dari sisi luar tikungan menurun/melandai
ke sisi dalam tikungan. Besarnya kemiringan daerah ini ditentukan oteh nilai
maksimurn kebutuhan kemiringan menurut keperluan drainase. Besarnya
40 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
kemiringan bahu jalan ditentukan sebelurnnya (Gambar 10.13) dengan kaidahkaidah untuk drainase menurun/tanjakan. Kedalaman saluran di tepi luar jalan pada
tikungan memperhatikan kesesuaian rencana drainase.
Penentuan kemiringan lahan eksisting pada tokasi pembangunan saluran,
goorong-gorong didapatkan dari hasil pengukuran di lapangan untuk elevasi di hulu
dan hilir kemudian dihitung dengan (Persamaan 10.3) sesuai Gambar 10.14, untuk
melihat apakah jalan memerlukan perencanaan pembuatan bangunan pematah
arus.
11.7 Pengendalian Erosi Untuk Saluran Samping
Ketentuan-ketentuan berikut perlu diikuti untuk melakukan pengendalian
erosi saluran drainase samping jalan (side ditch), yaitu
(1)
Apabila kelandaian dasar saluran samping antara 0 - 5 % diberi gebalan
rumput, dan tidak perlu tindakan pencegahan erosi secara khusus. Apabila
kelandaian dasar saluran samping antara 5 - 10% maka ada 2 (dua) alternatif
yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan, yaitu : (a) Saluran samping
diberi lapisan pasangan batu atau beton, sepanjang kecepatan aliran yang
dihasilkan kurang dari batas kecepatan aliran maksimum (b) Buat bangunan
pematah arus dengan kriteria yang sesuai.
(2)
Apabila kelandaian dasar saluran samping lebih besar dari 10% maka saluran
harus direncanakan dengan diberi lapisan pasangan batu atau beton, serta
dikombinasikan dengan pembuatan bangunan pematah arus sehingga
kecepatan aliran di saluran tetap
dapat direncanakan kurang dari 1,50
m/detik.
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan - Saluran Terbuka
| 41
11.8 Saluran Samping (Side Ditch)
Perencanaan
sistern
drainase
permukaan,
dengan
tujuan
untuk
memperrnudah operasi dan pemeliharaannya, maka jenis aliran yang terjadi sedapat
mungkin harus direncanakan sebagai aliran bebas atau aliran saluran tarbuka (free
surface flow).
Asumsi perencanaannya adalah aliran yang terjadi merupakan aliran seragam
(uniform flow), yaitu suatu kondisi aliran dengan ciri utama memiliki kedalaman,
luas basah, kecepatan dan debi tpada setiap penampang di bagian saluran yang lurus
adalah tetap dan garis energi, rnuka air dan dasar saluran adalah saling sejajar,
berarti kemiringan saluran dianggap sejajar dengan kemiringan muka air dan
kemiringan garis energi.
Pengaruh gaya tarik bumi (gravitasi) pada saluran terbuka menyebabkan
terjadinya beberapa jenis aliran, yaitu : aliran kritis, aliran sub kritis dan super kritis.
Batas aliran kritis dinyatakan dengan bilangan Froude sesuai Error! Reference source
not found. (Error! Reference source not found.).
Aliran sub kritis (𝐹 < 1, terjadi aliran sub-kritis) adalah aliran dengan
kedalaman air di atas kedalaman kritis, aliran ini biasanya ditandai dengan kecepatan
aliran yang lambat serta landai saluran yang kecil.
Aliran super kritis (𝐹 > 1, terjadi aliran super kritis) adalah aliran dengan
kedalaman air di bawah/kurang dari kedalaman kritis. Aliran super kritis ditandai
dengan aliran yang sangat cepat serta kemiringan saluran yang curam. Aliran ini
biasanya terjadi pada pada saluran di daerah pegunungan atau di saluran pada
lokasi-lokasi yang mempunyai lereng alami yang curam. Perencanaan saluran
dengan aliran super kritis harus sedapat mungkin dihindarkan, karena akan
menyebabkan ketidakstabilan saluran dan biaya konstruksi yang mahal. Jika suatu
saluran alirannya berubah dari sub kritis menjadi super kritis kemudian berubah lagi
42 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
menjadi sub kritis, maka pada ruas saluran tersebut akan tejadi Ioncatan hidrolis.
Kondisi perubahan aliran seperti itu biasanya terjadi di peredam energi, yang
digunakan dengan maksud agar pengaruh erosi di saluran dapat lokalisir.
struktur perkerasan jalan agar dampak drainase terhadapnya memadai,
maka kedalaman mininum saluran samping harus 50 cm di bawah permukaan
pondasi jalan dengan lebar dasar minimum 50 cm (Gambar 11.2). Untuk menjamin
agar air tidak menggenang di saluran samping, maka kelandaian minimum dasar
saluran samping hendaknya direncanakan 1 : 200 (0,50%).
Menggunakan bentuk standar penampang melintang tersebut dan dengan
kedalaman air di saluran sebesar 60 cm, maka persyaratan-persyaratan untuk debit
maksirnum dan panjang maksimum antar outlet drainase untuk berbagai harga
kelandaian dasar saluran, dapat ditentukan seperti pada Tabel 11.6, di dalam tabel
tersebut ditinjau untuk 2 (dua) tipikal medan lapangan, yaitu medan rata dan
bergelombang, serta medan berbukit dan pegunungan.
Tabel 11.6: Kapasitas saluran drainase sarnping jalan yang tidak dilapis
Kelandaian dasar saluran
Panjang maksimum antar outlet
(meter
%
Perbandingan
(Vertikal :
Horizontal)
Debit Maksium
di Outlet
Saluran
(m3/detik)
Medan rata
dan
bergelombang
Medan berbukit
& pegunungan
0,5
1 : 200
0,277
150
400
1,0
1 : 100
0,392
200
600
2,0
1 : 50
0,554
300
900
4,0
1 : 25
0,783
400
1200
5,0
1 : 20
0,876
450
1300
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan - Saluran Terbuka
| 43
Gambar 11.2: Standar penampang melintang saluran drainase samping jalan (DPU,
2005c)
11.9 Gorong-Gorong (Box Culvert)
Gorong-gorong (culvert) adalah saluran tertutup yang berfungsi mengalirkan
air dari jalan ke kanal penampungan, biasanya memiliki posisi melintang jalan dan
ditempatkan di bagian
bawah badan jalan. Dilihat dari fungsinya, dalam
perencanaan drainase jalan raya dikenal 2 (dua) macam gorong-gorong, yaitu : (1)
Gorong-gorong untuk mengalirkan air yang telah terkumpul pada bak penampung
saluran samping, dan (2) Gorong-gorong untuk mengalirkan air alur alam atau sungai
kecil.
Gorong-gorong mempunyai penampang melintang yang lebih kecil dari pada
luas penampang basah saluran hulu maupun hilir. Sebagian dari potongan melintang
gorong-gorong mungkin berada di atas muka air. Dalam kondisi tersebut maka
gorong-gorong berfungsi sebagai saluran terbuka dengan aliran bebas. Pada goronggorong aliran bebas, benda-benda yang hanyut bersama aliran air dapat lewat
dengan mudah, tetapi biaya pembuatannya umumnya lebih mahal dibanding
gorong-gorong tenggelam. Dalam kondisi gorong-gorong tenggelam, maka jenis
aliran yang terjadi adalah aliran tekan (aliran pipa) dimana seluruh potongan
melintang berada di bawah permukaan air (tidak ada ruang bebas). Biaya pembuatan
44 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
gorong-gorong tenggelam umumnya lebih murah, tetapi bahaya tersumbat lebih
besar.
Gambar 11.3: Bagian konstruksi gorong-gorong
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan - Saluran Terbuka
| 45
Gorong-gorong harus cukup besar untuk melewatkan debit air rencana
secara maksimal dari daerah pengaliran dan mengalirkannya secara efisien.
Pembangunannya terdiri dari tiga konstruksi utama (Gambar 11.3), yaitu:
(1)
Pipa kanal air utama yang berfungsi untuk mengalirkan air dari bagian hulu ke
bagian hilir secara langsung;
(2)
Apron (dasar) dibuat pada tempat masuk untuk mencegah terjadinya erosi dan
dapat berfungsi sebagai dinding penyekat lumpur;
(3)
Bak penampung diperlukan pada kondisi pertemuan antara gorong-gorong
dan saluran tepi dan pertemuan lebih dari dua arah aliran.
11.9.1 Kapasitas Gorong-Gorong
Gorong-gorong (culvert) harus direncanakan mampu untuk melewatkan
debit banjir rencana dari daerah pengaliran. Gorong-gorong jalan raya, direncanakan
minimal mampu mengalirkan debit rencana dengan periode ulang 10 tahunan dan
atau periode ulang banjir yang ditetapkan berdasarkan pertimbangan derajat resiko
yang masih dapat diterima sesuai dengan desain umur rencana tipe dan bahan
gorong-gorong permanen untuk periode ulang atau kala ulang hujan untuk
perencanaan gorong-gorong disesuaikan dengan fungsi jalan tempat gorong-gorong
berada dengan hitungan seperti saluran terbuka dengan Periode ulang seperti Tabel
11.7.
Pada umumnya gorong-gorong direncanakan untuk jenis aliran permukaan
bebas (free surface flow), tetapi dalam keadaan tertentu, misalnya di daerah rata
atau dataran rendah, gorong-gorong mungkin direncanakan sebagai aliran di bawah
tekanan/aliran pipa (flow under pressure/pipe flow).
46 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
Tabel 11.7: Fungsi Jalan dan Periode Ulang Perencanaan Gorong-Gorong
Fungsi Jalan
Periode Ulang (T)
Jalan Tol
Jalan Arteri
Jalan Kolektor
Jalan Lokal
25 Tahun
10 Tahun
7 Tahun
5 Tahun
Desain kapasitas gorong-gorong untuk aliran bebas (free surface flow) dapat
menggunakan Persamaan 11.5 dan aliran tekan/aliran pipa (flow under pressurelpipe
flow) menggunakan Persamaan 11.6
𝑄 = 𝐴𝑉 = 𝐴
2𝑔𝑆𝐿
√1,5 + 2𝑔𝐿
4
𝐾𝑠 2 𝑅 3
𝑄 = π΄π‘”π‘Ÿ 𝑉 = π΄π‘”π‘Ÿ
2𝑔(β„Ž1 − β„Žπ‘”π‘Ÿ )
√ 1,5 + 2𝑔𝐿
4
𝐾𝑠 2 𝑅 3
(11.5)
(11.6)
dimana :
𝑄 = debit rencana (m3/det)
𝐴 = luas penampang basah (m2)
𝑉 = kecepatan aliran (m/detik)
𝑔 = percepatan gravitasi (9,81 m/det2)
𝑆 = kemiringan memanjang gorong-gorong
𝐿 = panjang gorong-gorong (meter)
𝐾𝑠 = koefisien kekasaran "Strickler (m1/3/det) (Tabel 11.8)
𝑅 = jari-jari hidrolis (m)
𝑃 = keliling penampang basah (m)
π΄π‘”π‘Ÿ = luas penampang gorong-gorong (m2)
β„Ž1 = kedalaman muka air di bagian masuk (inlet) gorong-gorong (meter)
β„Žπ‘”π‘Ÿ = diameter/tinggi penarnpang melintang gorong-gorong (meter).
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan - Saluran Terbuka
| 47
Tabel 11.8: Nilai Kekasaran Strickler
Kondisi Saluran
Saluran lama dengan dinding-dinding sangat kasar
koefisien kekasaran
"Strickler (m1/3/det),
𝑲𝒔
> 36
Saluran lama dengan dinding-dinding kasar
38
Saluran drainase yang akan diberi tanggul dan saluran
tersier
40
Saluran drainase baru
Saluran Primer dan sekunder dengan Debit < 7,5
m3/det
43,5
45 – 47,5
Saluran terpelihara baik dengan Debit > 10 m3/det
50
Saluran dengan pasangan batu kosong
50
Saluran dengan pasangan batu bela yang baik dan
beton tidak dihaluskan termasuk gorong-gorong
pasangan batu
60
gorong-gorong beton
70
gorong-gorong baja bergelombang
80
Saluran dengan dinding halus, Dinding kayu
90
11.9.2 Bangunan Transisi Dan Kecepatan Aliran
Perpindahan aliran air dari saluran/sungai kecil ke dalam gorong-gorong akan
memerlukan bangunan transisi dari tanah atau pasangan di sisi hulu (inlet) dan hilir
(outlet) gorong-gorong. Fungsi bangunan transisi adalah mengatur perubahan
kecepatan secara berangsur-angsur sehingga tidak terlalu banyak terjadi kehilangan
tinggi energi (head loss).
Kecepatan aliran yang dipakai dalam perencanaan gorong-gorong, terutama
tergantung pada jenis bangunan transisi yang dipilih agar tidak terjadi erosi,
geometri bangunan transisi serta jumlah kehilangan tinggi energi yang diharapkan
48 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
terjadi. Apabila bangunan transisi dibuat dari tanah maka kecepatan aliran yang
diijinkan di dalam gorong-gorong adalah 1,00 m/detik, sedangkan kalau diplilih
bangunan transisi dari pasangan batu atau beton maka kecepatan aliran yang
diijinkan mengalir di dalam gorong-gorong adalah 1.50 m/detik. Dimensi minimum
gorong-gorong berdiamater 80 cm, dengan kedalaman dari permukaan jalan
tergantung tipe dan minimal antar 1,0 – 1,5 m. Kecepatan rencana minimum agar
tidak terjadi sedimentasi sebesar 0,7 m/detik, dan kecepatan maksimum tergantung
bahan dasarnya (Tabel 11.9). Kecepatan yang melebih batas maksimum dapat
diijinkan sepanjang ada jenis perlindungan pada keluarannya atau dengan bangunan
peredam energi ataupun pencegah erosi pada daerah hilir gorong-gorong.
Tabel 11.9: Kecepatan maksimum gorong-gorong yang diijinkan
Kondisi Material Dasar Saluran
V maksimum, (m/detik)
Lumpur
<0,3
Pasir halus
<0,3
Pasir kasar
0,4 – 0,6
Kerikil (Gravel)
>6 mm
0,6 – 0,9
>25 mm
1,3 – 1,5
>100 mm
2,0 – 3,0
Lempung
Lunak
0,3 – 0,9
Kenyal
1,0 – 1,2
Keras
1,5 – 2,0
Batu-batuan
>150 mm
2,5 – 3,0
>300 mm
4,0 – 5,0
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan - Saluran Terbuka
| 49
Kemiringan rnemanjang gorong-gorong (S) disarankan antara 0,50% - 2,00%
dengan pertimbangan faktor-faktor lain yang dapat rnengakibatkan terjadinya
pengendapan dan erosi di inlet dan outlet gorong-gorong. Kemiringan dan kekasaran
gorong-gorong merupakan faktor utama yang mempengaruhi kecepatan. Ukuran
dan jenis gorong-gorong dipilih setelah debit rencana dan lokasi gorong-gorong
ditentukan. Gorong-gorong dapat berbentuk tunggal atau lebih tergantung debit
rencana.
Gambar 11.4: Tembok kepala (head wall) dan tembok sayap (wing wall) (a) dan (b)
Dinding ujung gorong-gorong, dinding sisi dan apron beton (c) Dinding ujung
gorong-gorong batu (d) Dinding ujung gorong-gorong bata dan apron beton
(pemasukan menyudut pada aliran)
50 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
Penggunaan gorong-gorong bulat berganda, jarak antar gorong-gorong
dibuat agar adukan pasangan atau beton dapat dengan mudah dikerjakan. Tebal
bantalan untuk pemasangan gorong-gorong, tergantung pada kondisi tanah dasar
dan berat gorong-gorong dan beban yang bekerja di atasnya. Bantalan dapat dibuat
dari Beton non-struktural atau Pasir urug. Urugan minimum di atas gorong-gorong
yang diijinkan tergantung dari kekuatan ijin bahan konstruksi gorong-gorong dan
beban yang bekerja di atasnya.
Pemasangan tembok sayap (wing wall) dan kepala (head wall) pada goronggorong (Gambar 11.4) dimaksudkan untuk melindungi gorong-gorong dari bahaya
longsoran tanah yang terjadi di atas dan samping gorong-gorong akibat adanya erosi
atau bahan lalulintas yang berada di atas gorong-gorong.
Jarak gorong-gorong pada daerah datar maksimum 100 meter, untuk daerah
pegunungan besarnya bisa dua kali lipat. Kemiringannya antara 0,5% - 2% dengan
pertimbangan faktor-faktor antara lain sedimentasi di inlet, Untuk daerah daerah
yang berpasir, bak kontrol dibuat/direncanakan sesuai kondisi setempat.
11.9.3 Kehilangan Tinggi Tekan (Head Loss)
Perbedaan kecepatan di saluran/sungai kecil dan gorong-gorong serta
gesekan mengakibatkan aliran air di gorong-gorong akan menyebabkan terjadinya
kehilangan tinggi energi (head loss). Kehilangan tinggi energi di gorong-gorong tejadi
pada 3 (tiga) bagian. yaitu
(1) bagian transisi inlet (βˆ†π»π‘€π‘Žπ‘ π‘’π‘˜ ),
(2) bagian transisi outiet (βˆ†π»πΎπ‘’π‘™π‘’π‘Žπ‘Ÿ ), dan
(3) di sepanjang aliran di dalam goronggorong (βˆ†π»π‘‘ ),
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan - Saluran Terbuka
| 51
Kehilangan tinggi energi pada bagian transisi inlet dan outlet dapat dihitung
dengan menggunakan 'Rumus Borda" (DPU, 2005c; DPU, 1986) menggunakan
Persamaan 11.7 dan 11.8.
βˆ†π»π‘€π‘Žπ‘ π‘’π‘˜
(π‘‰π‘Ž − 𝑉1 )2
= πœ€π‘šπ‘Žπ‘ π‘’π‘˜
2𝑔
(11.7)
(π‘‰π‘Ž − 𝑉2 )2
2𝑔
(11.8)
βˆ†π»πΎπ‘’π‘™π‘’π‘Žπ‘Ÿ = πœ€π‘˜π‘’π‘™π‘’π‘Žπ‘Ÿ
dimana :
βˆ†π»π‘€π‘Žπ‘ π‘’π‘˜ , βˆ†π»πΎπ‘’π‘™π‘’π‘Žπ‘Ÿ = kehilangan tinggi energi di inlet dan outlet (m)
πœ€π‘šπ‘Žπ‘ π‘’π‘˜ , πœ€π‘˜π‘’π‘™π‘’π‘Žπ‘Ÿ
= faktor kehilangan energi yang tergantung pada bentuk
hidrolis peralihan di bagian inlet dan outlet
π‘‰π‘Ž
= kecepatan aliran di gorong-gorong (m/det)
𝑉1, 𝑉2 = kecepatan aliran di saluran hulu dan saluran hilir (m/det)
Harga-harga faktor kehilangan tinggi energi di bagian peralihan dengan
permukaan air bebas seperti pada Tabel 6.5. Pada gambar tersebut ditunjukkan 3
(tiga) tipe bagian peralihan/transisi yang dianjurkan, dengan pertirnbangan
kemudahan dalam pembuatannya dan kekuatan konstruksi serta paling
menguntungkan ditinjau dari aspek hidrolis.
Kehilangan tinggi energi di peralihan masuk dan peralihan keluar untuk
gorong-gorong dengan aliran pipa, lain dengan kehilangan tinggi energi untuk
gorong-gorong dengan aliran bebas. Harga-harga πœ€π‘šπ‘Žπ‘ π‘’π‘˜ , dan πœ€π‘˜π‘’π‘™π‘’π‘Žπ‘Ÿ untuk
peralihan-peralihan yang biasa digunakan dari saluran trapesium ke pipa, dan
sebaliknya, seperti pada Tabel 11.10.
Kehilangan tinggi energi akibat gesekan dapat dihitung dengan Persamaan
11.9 dan 11.10 untuk Total kehilangan tinggi energi untuk aliran di gorong-gorong:
52 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
βˆ†π»π‘“ = 𝐢𝑓
𝑉 2 𝑉 2𝐿
=
2𝑔 𝐢 2 𝑅
(11.9)
βˆ†π» = βˆ†π»π‘šπ‘Žπ‘ π‘’π‘˜ + βˆ†π»π‘“ + βˆ†π»π‘˜π‘’π‘™π‘’π‘Žπ‘Ÿ
(11.10)
dimana:
βˆ†π»π‘“ = kehilangan tinggi energi akibat gesekan (meter)
𝑉 = kecepatan aliran dalam gorong-gorong (m/detik)
𝐿 = panjang gorong-gorong (meter)
𝐢 = 𝐾𝑠 𝑅1/6
𝐾𝑠 = koefisien kekasaran "Strickler (m1/3/det) (Tabel 11.8)
1
𝑅 = jari-jari hidrolis (meter), untuk pipa dengan diameter D maka, 𝑅 = 4 𝐷
11.9.4 Tipe Gorong-Gorong Dan Ukuran Standar
Pemilihan tipe gorong-gorong permanen umumnya ditentukan oleh tempat
yang tersedia di lokasi pekerjaan dan tingginya timbunan. Tiga tipe gorong-gorong
perrnanen yaitu:
(1) gorong-gorong pipa beton;
(2) gorong-gorong pipa baja bergelombang; dan
(3) gorong-gorong persegi (box culvert).
Dimensi gorong-gorong pipa beton berdiameter minimal diambil 80 cm
dengan maksud agar gorong-gorong tidak mudah tersumbat dan memudahkan
dalam pemeliharaan. Rekomendasi untuk pekerjaan jalan adalah gorong-gorong
dengan diameter 80, 100, 120 cm.
Gorong-gorong pipa beton dengan diameter lebih dari 1 meter harus
diperkuat dengan tulangan, sesuai dengan standar-standar Bina Marga yang ada
untuk perencanaan gorong-gorong pipa. Keuntungan dan kerugian penggunaan
gorong-gorong seperti Tabel 11.11.
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan - Saluran Terbuka
| 53
Tabel 11.10: Koefisien kehilangan tinggi energi untuk peralihan – peralihan dari
bentuk trapesium ke segi empat dengan permukaan air bebas dan
sebaliknya (Bos & Reinink, 1981; Idel'Cik, 1960; DPU, 1986)
Deskripsi
Peralihan
Gambar Ilustrasi
Kehilangan Energi
πœΊπ’Žπ’‚π’”π’–π’Œ
πœΊπ’Œπ’†π’π’–π’‚π’“
Pipa goronggorong sampai ke
Peralihan Samping
Saluran
0,50
1,00
Pipa goronggorong sampai di
dinding hulu
melalui saluran
(Dianjurkan)
0,50
1,00
peralihan
punggung patah
dengan sudut
pelebaran 1:1
atau 1:2
0,30
0,60
Dinding hulu
dengan peralihan
yang di bulatkan
dengan jari-jari
lebih dari 0,1 y.
(Dianjurkan)
0,25
0,50
Peralihan
punggung patah
dengan sudut
pelebaran sekitar
1:5 (Dianjurkan)
0,20
0,40
Peralihan
berangsur antara
potongan
melintang segi
empat dan
trapesium
0,10
0,20
Dianjurkan: Dipandang dari segi konstruksi tipe-tipe itu mudah dibuat dan kuat.
54 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
Tabel 6.5: Koefisien kehilangan tinggi energi untuk peralihan – peralihan dari saluran
trapesium ke pipa dan sebaliknya dengan aliran tekan (Simmons, 1964;
Idel'Cik, 1960; DPU, 1986)
Deskripsi Peralihan
Gambar Ilustrasi
Kehilangan Energi
πœΊπ’Žπ’‚π’”π’–π’Œ
πœΊπ’Œπ’†π’π’–π’‚π’“
Saluran Pipa sampai ke
Peralihan Samping
Saluran (Dianjurkan)
0,65
1,00
Barel Saluran pipa
dihubungkan dengan
dinding hulu melalui
saluran (Dianjurkan)
0,55
1,10
Barel Saluran pipa
dihubungkan dengan
0,50
0,65
Peralihan pipa panjang
6D menghubungkan
saluran pipa dengan
dinding hulu melalui
saluran (bulat sampai
segi empat)
(Dianjurkan)
0,40
0,10
Barel saluran pipa
dihubungkan dengan
peralihan mulut
teropet, elips dengan
sumbu D:1,5D
0,10
0,30
peralihan punggung
patah dengan sudut
pelebaran 1:4
Dianjurkan: Dipandang dari segi konstruksi tipe-tipe itu mudah dibuat dan kuat.
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan - Saluran Terbuka
| 55
Tabel 11.11: Keuntungan dan Kerugian Gorong-gorong
Tipe GorongGorong
goronggorong pipa
beton
Keuntungan
• Dapat menahan beban
kendaraan yang agak berat.
• Pengangkutan ke lokasi
pekerjaan cukup sulit.
• Tersedia dalam beragam
ukuran di pasaran, khususnya
untuk pipa-pipa dengan
diameter kecil (< 1 m).
• Kapasitasnya terbatas
untuk rnenampung debit
aliran yang besar.
• Dapat dilaksanakan
pengecoran di tempat (insitu).
Gorong• Pemasangan dapat dilakukan
gorong pipa
di ternpat pekerjaan
baja
• Pengangkutan lebih rnudah
bergelombang
dibanding pipa beton.
Goronggorong
persegi (box
culvert)
Kerugian
• Pemeliharaannya cukup
sulit, karena diarneternya
tidak besar.
• Tidak terdapat di pasaran
bebas dan harus dipesan
ke pabrik.
• a Dapat terjadi korosi.
• Kapasitas mengalirkan debit
lebih besar dari pipa beton
• Pernasangannya perlu
keahlian khusus
• Tidak ada kendala dalarn
menarnpung debit rencana
yang besar.
• Pekejaan harus
dilaksanakan oleh orang
yang berpengalaman
dengan pengawasan yang
ketat.
• Tidak ada kendala terhadap
tinggi tirnbunan ilntuk
penutup gcrong-gorong.
• Perneliharaan relatif mudah.
• Pengecoran dapat dilakukan
di lokasi pekerjaan (in-situ)
atau di ternpat lain yang
kemudian diangkut ke lokasi
pekerjaan. Hal tersebut
tergantung dari kondisi lokasi
pekerjaan.
• Dapat dilalui kendaraan berat
• Untuk daerah terpencil,
terdapat kemungkinan
sulitnya untuk
mendapatkan material
yang dibutuhkan.
• Untuk dapat dilalui
kendaraan, maka harus
menunggu proses
pengeringan sesuai
ketentuan umur beton
yang diperlukan
Dimensi gorong-gorong pipa baja bergelombang yang direkornendasi untuk
pekerjaan jalan adalah gorong-gorong dengan diameter 80 crn, 100 cm, 120 cm dan
56 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
140 cm. Bila dibutuhkan dimensi yang lebih besar, maka dapat digunakan goronggorong baja bergelombang berbentuk ellips atau pipa lengkung. Gorong-gorong
dengan bahan baja bergelombang umumnya adalah buatan pabrik.
Gorong-gorong persegi sangat berguna dalam keadaan dirnana debit yang
harus dilewatkan rnelintasi jalan adalah besar dan permukaan alirannya mendekati
permukaan jalan karena tinggi timbunan badan jalan yang sangat terbatas.
Standar Gorong-gorong Persegi Beton Bertulang (Box Culvert) untuk tipe-tipe
single, double dan triple, yang diterbitkan oleh "Direktorat Bina Program Jalan,
Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum dapat digunakan
untuk keperluan perencanaan dimensi dan struktur gorong-gorong persegi. Panjang
box culvert adalah sebesar lebar jalan ditambah 2 (dua) kali bahu jalan dan 2 (dua)
kali tebal dinding sayap. Adapun dimensi-dimensi standar untuk masing-masing tipe
box culvert, menurut buku standar tersebut, adalah seperti ditunjukkan pada
Gambar 11.5 serta Tabel 11.12 untuk ukuran dan dimensi Box Culvert.
(a)
(b)
(c)
Gambar 11.5: box culvert (a) Single; (b) Double; (c) Triple
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan - Saluran Terbuka
| 57
Tabel 11.12: Dimensi Box Culvert Beton Bertulang Sesuai Standar Bina Marga
Single Box Culvert
Double Box Culvert
Triple Box Culvert
L (cm)
T (cm)
h (cm)
L (cm)
T (cm)
h (cm)
L (cm)
T (cm)
h (cm)
100
100
16
150
100
20
150
100
16
100
150
17
200
100
24
150
250
17
100
200
18
200
150
24
150
200
18
200
100
22
200
200
24
150
250
22
200
150
23
200
250
25
150
300
26
200
200
25
200
300
26
200
100
20
200
250
26
250
150
26
200
150
22
300
300
28
250
200
26
200
200
25
300
150
28
250
250
26
200
250
26
300
200
30
250
300
28
200
300
30
300
250
30
300
150
30
250
150
28
300
300
30
300
200
30
250
200
28
300
250
30
250
250
28
300
300
30
250
300
30
300
150
30
300
200
30
300
250
30
300
300
30
11.9.5 Tebal lapisan tanah penutup
Tebal lapisan tanah penutup di atas gorong-gorong pipa yang terletak di
bawah jalan atau tanggul yang menahan beban berat kendaraan paling tidak harus
sama dengan diameternya, dengan batas minimum ketebalan lapisan tanah penutup
seperti Tabel 11.13. Apabila tebal minimum lapisan tanah penutup tersebut
diperkirakan tidak akan terpenuhi, maka pertimbangkan untuk menaikkan timbunan
badan jalan
58 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
Tabel 11.13: Tebal lapisan penutup gorong-gorong
Jenis Gorong-gorong
Tebal lapisan penutup Minimum
Gorong-gorong pipa beton tidak bertulang
1,00 meter
Gorong-gorong pipa beton bertulang
0,70 meter
Gorong-gorong pipa baja bergelombang
0,60 meter
11.10 Saluran Penangkap (Catch Ditch)
Saluran samping jalan (side ditch) harus diperhitungkan mampu untuk
menampung dan mengalirkan air hujan dari permukaan perkerasan jalan serta
menampung dan mengalirkan air hujan yang berasal dari daerah penguasaan jalan
dan atau dari daerah pengaliran (catchment area) di sekitar saluran samping jalan.
Kadang-kadang air yang berasal dari catchment area di sekitar saluran samping jalan
yang harus ditampung oleh side ditch terlalu besar. Hal itu dapat terjadi pada jalan
yang berada di daerah-daerah dataran tinggi (perbukitan/pegunungan).
Menghasilkan dimensi saluran samping jalan yang masih cukup tepat dan
atau tidak terlampau besar serta untuk menghindari terjadinya erosi pada lereng
tebing di samping jalan, maka tidak seluruh aliran air ditampung ke dalam saluran
samping jalan, tapi ditangkap/dicegat dulu oleh saluran penangkap/pencegat (catch
ditch) yang dibuat di sebelah atas saluran samping/di bagian atas lereng galian. Air
dari saluran penangkap selanjutnya dibuang ke tempat lain.
Seperti saluran samping, jenis aliran di dalam saluran penangkap sedapat
mungkin harus direncanakan sebagai aliran bebas atau aiiran saluran terbuka, yaitu
aliran air dengan perrnukaan bebas (free surface flow). Perencanaan saluran
penangkap dengan aliran super kritis harus sedapat mungkin dihindarkan, karena
akan menyebabkan ketidakstabilan saluran dan biaya konstruksi yang mahal.
Kelandaian
minimum dasar
saluran penangkap
hendaknya direncanakan
sebagaimana ketentuan untuk saluran samping, yaitu 1 : 200 (0,50%).
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan - Saluran Terbuka
| 59
Debit maksimum dan panjang maksimum antar outlet saluran penangkap
untuk berbagai harga kelandaian dasar saluran, dapat ditentukan maksimal 0,75 kali
ketentuan untuk saluran sarnping Tabel 11.6: Kapasitas saluran drainase sarnping
jalan yang tidak dilapis. Outlet saluran penangkap yang membuang air dari saluran
penangkap ke saluran samping atau bak penampung atau ke alur-alur alam biasanya
adalah berupa konstruksi pelimpah samping atau bangunan terjun. Bilamana
catchment area berada pada ketinggian tebing yang tebing dari 3 meter maka
disarankan saluran penangkap dibuat pada setiap ketinggian 3-5 meter tergantung
kondisi tanah, dengan alasan mempertahankan kestabilan tebing dan saluran dari
bahaya longsor (Gambar 11.6).
Gambar 11.6: Saluran penangkap (catch ditch)
Kelandaian dasar saluran penangkap harus diatur supaya dapat
mempertahankan kecepatan aliran maksimum yang diijinkan. Untuk mengendalikan
erosi di saluran penangkap bilamana kecepatan aliran yang direncanakan cukup
besar, adalah dengan memberi pasangan pada saluran, yaitu pasangan bronjong
atau pasangan batu kali. Bilamana kecepatan aliran tidak terlalu tinggi, maka saluran
diberi gebalan rumput.
60 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
11.11 Perhitungan debit aliran rencana (Q)
Langkah perhitungan debit aliran rencana (Q) yaitu sesuai diagram alir
Gambar 11.7 dengan penjelasan sebagai berikut:
(1)
Plot rute jalan di peta topografi.
(2)
Tentukan panjang segmen, daerah pengaliran, luas (A), kemiringan lahan (ip)
dari peta topografi
(3)
ldentifikasi jenis penutup permukaan daerah pengaliran
(4)
Tentukan koefisien aliran (C) berdasarkan kondisi permukaan kemudian
kalikan dengan harga faktor limpasan sesuai Tabel 10.1. atau Tabel 10.2 dan
atau Tabel 10.3.
(5)
Hitung koefisien aliran rata-rata dengan Persamaan 10.2.
(6)
Tentukan kondisi permukaan berikut koefisien hambatan, (nd) sesuai Tabel
10.2 .
(7)
Hitung waktu konsentrasi (𝑇𝑐 ) dengan Persamaan 11.2, 𝑑1 Persamaan 11.3 dan
𝑑2 Persamaan 11.4.
(8)
Siapkan data curah hujan dari Badan Meteorologi dan Geofisika. Tentukan
preriode ulang rencana untuk saluran drainase, yaitu 5 tahun.
(9)
Hitung intensitas curah hujan sesuai standar SNI 03-2415-1991, Metode
perhitungan debit banjir.
(10) Hitung debit banjir menggunakan Persamaan 10.1.
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan - Saluran Terbuka
| 61
Gambar 11.7: Bagan alir perhitungan debit rencana dan debit saluran
62 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan - Saluran Terbuka
| 63
Gambar 11.8: Bagan alir perhitungan dimensi saluran dan kemlrlngan saluran
11.12 Perhitungan Dimensi dan Kemiringan Saluran serta Gorong-Gorong
Perhitungan dimensi saluran dapat disesuaikan dengan kondisi yang ada
yaitu berdasarkan penentuan bahan yang digunakan, sehingga terdapat batasan
kecepatan (V) dan kemiringan saluran (is) yang dljinkan serta ketersediaan ruang di
tepi jalan, sehingga perhitungan dimulai dengan penentuan dimensi. Langkah
perhitungannya sesuai diagram alir Gambar 11.8 yaitu sebagai berikut:
(1)
Langkah awal perhitungan
(a) Penentuan awal bahan saluran. Penentuan bahan saluran, koefisien
Manning (n) sesuai Error! Reference source not found. atau Error!
Reference source not found., dan kecepatan (V) pada saluran yang
diijinkan (
(b)
(c)
(d) Tabel 11.2: Kecepatan Rencana yang diijinkan berdasarkan Jenis Material
(e) , bentuk saluran (Tabel ), dan penentuan kemiringan saluran i, yang
diijinkan (Tabel 11.).
(f) Tentukan kecepatan saluran < kecepatan saluran yang diijinkan
(g) Hitung tinggi jagaan (W) saluran dengan Error! Reference source not
found. atau Error! Reference source not found..
(2)
Penentuan awal dimensi saluran
(a) Menentukan perkiraan dimensi saluran sesuai ruang yang tersedia,
dengan koefisien Manning yang sesuai.
(b) Tentukan kemiringan saluran berdasarkan bahan atau mengikuti
kemiringan perkerasan jalan untuk menentukan kecepatan air dalam
saluran
(c) Tentukan kecepatan saluran dengan Persamaan Manning sesuai Error!
Reference source not found..
64 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
(d) Hitung tinggi jagaan (W) saluran dengan Error! Reference source not
found. atau Error! Reference source not found..
(3)
Cek debit saluran harus Iebih kecil dari debit aliran, Jika tidak sesuai, maka
perhitungan dimensi harus diulang.
(4)
Hitung kemiringan saluran menggunakan Persamaan 11.1
(5)
Periksa kemiringan tanah di lokasi yang akan dibangun saluran dengan
menggunakan Persamaan 10.3.
(6)
Bandingkan kemiringan saluran hasil perhitungan (is hitungan) dengan
kemiringan tanah yang diukur di lapangan (ip lapangan)
(a) Jika (is hitungan) < (ip lapangan) artinya bahwa kemiringan saluran yang
direncanakan sesuai dengan i perhitungan;
(b) Jika (is hitungan) > (ip lapangan) berarti saluran harus dibuatkan pematah
arus, sesuai Tabel 10.4., untuk perencanaan gorong-gorong, bandingkan
kemiringan gorong-gorong dengan kemiringan yang diijinkan.
Contoh C11.1:
Gambar C11.1: Rencana Drainase Jalan
Ruas jalan antara kota A dan kota B seperti Gambar C6.1 mempunyai datadata sebagai berikut :
•
panjang jalan = 20 km
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan - Saluran Terbuka
| 65
•
lebar perkerasan = 6 m
•
lebar bahu jalan kanan dan kiri = 2 x 1,50 m
Direncanakan saluran drainase samping jalan di ruas jalan tersebut dan perlu
dibangun gorong-gorong baru untuk mengalirkan alur sungai kecil melintasi bagian
lain dari ruas jalan tersebut.
Catchment area dari samping jalan (side ditch) sepanjang 5 km2 tersebut
adalah 0,5 km2, dengan lokasi titik terjauh aliran air yang akan ditampung saluran
samping sejauh 150 m sepanjang 5 km. Kemiringan lereng sebesar 6,5% dan area
catchment merupakan tanah kohesif tertutup rumput. Jalan relatif datar dengan
kelandaian vertikal dari 2% sampai 3,5%.
Tabel C11.1: Data Curah Hujan
Tahun
Pengamatan
Stasiun Stasiun
A
B
Tahun
Pengamatan
Stasiun Stasiun
A
B
1995
112
130
2005
85
97
1996
130
140
2006
116
99
1997
125
110
2007
120
115
1998
95
100
2008
129
126
1999
75
84
2009
145
132
2000
98
92
2010
160
136
2001
105
106
2011
120
145
2002
115
112
2012
130
108
2003
135
120
2013
90
170
2004
140
125
2014
95
195
Data-data alur sungai kecil yang melintasi jalan yang akan dibuat goronggorong adalah sebagai berikut :
•
Jarak horisontal antara bagian hulu sungai dengan lokasi perpotongan
sungai dan jalan raya, L = 7,5 km.
66 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
•
Elevasi tertinggi berada di ketinggian + 105 m dan di inlet goronggorong dengan elevasi +78 m
•
Catchment area seluas 4,5 km2, dengan tata guna lahan (land use)
terdiri dari Ladang/huma.
Terdapat 2 stasiun pengamat curah hujan yang berpengaruh terhadap
catchment area dari side ditch dan alur sungai kecil, yaitu stasiun A dan stasiun B,
dengan distritbusi curah hujannya merata/seragam (uniform distribution) masingmasing dengan data pengarnatan selama 1995-2014. Data curah hujan harian
maksimum dari kedua stasiun tersebut, seperti pada Tabel C11.1.
Ditanyakan :
1.
Curah hujan rencana rerata daerah dengan periode ulang 5 tahun dan 10
tahun, serta kurva "intensitas-durasi-frekwensi curah hujan (IDF curve)" untuk
kedua periode ulang curah hujan rencana tersebut dengan menggunakan
Metode Distribusi Gumbel I serta data-data pengamatan Weduwen dan rumus
Mononobe.
2.
Tentukan Debit banjir rencana untuk perencanaan side ditch dengan periode
ulang 5 tahun dengan Weduwen dan Mononobe, serta dimensi side ditch yang
direncanakan dengan saluran terbuka galian tanpa lapisan (saluran tanah)
yang merupakan lempung padat berbentuk trapesium dengan saluran yang
direncanakan dibuat menggunakan excavator dimana tingkat pekerjaan
dengan hasil yang baik.
3.
Debit banjir rencana untuk perencanaan gorong-gorong beton berbentuk BoxCulvert dengan permukaan bebas untuk periode ulang 10 tahun?, serta
dimensi gorong-gorong yang diperlukan jika panjang rencana gorong-gorong
10 meter dan jika menggunakan bangunan peralihan gunakan peralihan tipe V
- Peralihan punggung patah dengan sudut pelebaran sekitar 1:5.
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan - Saluran Terbuka
| 67
Penyelesaian:
1.
Analisa frekwensi data curah hujan
•
Hasil hitungan rata-rata dan standar deviasi populasi:
πœ‡ = 𝑋̅𝐴 = 116 π‘šπ‘š dan 𝑠𝑋𝐴 = 21,272 π‘šπ‘š
𝑋̅𝐡 = 122,10 π‘šπ‘š dan 𝑠𝑋𝐡 = 26,079 π‘šπ‘š
Dengan jumlah sampel dan populasi yang sama 𝑛 = 20, menggunakan
Metode Distribusi Gumbel Type I, dari Error! Reference source not found.,
didapatkan nilai π‘Œπ‘› = 0,5236 dan 𝑠𝑛 = 1,0628.
•
Stasiun A:
π‘Ž=
𝑋 = 𝑋̂ +
𝑠𝑋𝐴 21,272
=
= 20,015
𝑠𝑛
1,0628
𝑠π‘₯𝐴
(Y − Y𝑛 ) = 116,00 + 20,015(π‘Œ − 0,5236)
𝑆𝑛
= 116,00 + 20,015π‘Œ − 10,48
𝑋 = 105,52 + 20,015π‘Œ
•
Stasiun B:
π‘Ž=
𝑋 = 𝑋̂ +
𝑠𝑋𝐡 26,079
=
= 24,538
𝑠𝑛
1,0628
𝑠π‘₯𝐴
(Y − Y𝑛 ) = 122,10 + 24,538(π‘Œ − 0,5236)
𝑆𝑛
= 122,10 + 24,538π‘Œ − 12,85
𝑋 = 109,25 + 24,538π‘Œ
68 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
Menggunakan Error! Reference source not found. didapatkan untuk kala
ulang tertentu
Tabel C11.2: Curah Hujan Maksimum (𝑋 = 105,52 + 20,015π‘Œ) untuk Periode Ulang,
𝑻 dengan Gumbel Type-I
Peluang
Y
Curah Hujan Maksimum, 𝑿𝑻
2
0,500
0,366
112,85
5
0,800
1,510
135,74
10
0,900
2,250
150,55
20
0,950
2,970
164,96
50
0,980
3,900
183,58
100
0,990
4,600
197,59
200
0,995
5,290
211,40
500
0,998
6,210
229,81
1000
0,999
6,900
243,62
Periode Ulang, T (Tahun)
Tabel C11.3: Curah Hujan Maksimum (𝑋 = 109,25 + 24,538π‘Œ) untuk
Periode Ulang, 𝑻 dengan Gumbel Type-I
Peluang
Y
Curah Hujan Maksimum, 𝑿𝑻
2
0,500
0,366
118,23
5
0,800
1,510
146,30
10
0,900
2,250
164,46
20
0,950
2,970
182,13
50
0,980
3,900
204,95
100
0,990
4,600
222,12
200
0,995
5,290
239,06
500
0,998
6,210
261,63
1000
0,999
6,900
278,56
Periode Ulang, T (Tahun)
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan - Saluran Terbuka
| 69
Selanjutnya persamaan garis regresi linier tersebut digambarkan (diplot) di
atas "extreme probability paper (Gumbel's type I)" secara manual atau dapat
menggunakan bantuan excel, yang hasilnya seperti Gambar C11.2. Berdasarkan
grafik garis regresi yang telah dibuat pada "extreme probability paper" untuk
masing-masing stasiun A dan stasiun B, dapat dibaca nilai-nilai "extreme rainfall
depth" untuk periode ulang 5 tahun dan 10 tahun, atau dari Tabel C11.2 dan Tabel
C11.3 yaitu seperti Tabel C11.4.
Gambar C11.2: Hasil Ploting Curah Hujan
Tabel C11.4: Curah Hujan Maksimum R24 Stasiun A dan B untuk Periode Ulang 5 dan
10 Tahun
Periode Ulang, T (Tahun)
Peluang
Y
5
0,800
10
0,900
Curah Hujan Maksimum, 𝑿𝑻
Stasiun A
Stasiun B
1,510
135,74
146,30
2,250
150,55
164,46
Tinggi rata-rata curah hujan di dalam suatu daerah aliran dengan cara
arithmatic mean merupakan salah satu cara yang sangat sederhana. Biasanya cara
ini dipakai pada daerah yang datar dan banyak stasiun curah hujannya, dengan
70 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
anggapan bahwa di daerah tersebut sifat curah hujannya adalah sama rata (uniform
distribution). Tinggi rata-rata curah hujan didapatkan dengan mengambil nilai ratarata pengukuran hujan di pos penakar hujan di dalam areal tersebut. Cara
perhitungannya menggunakan Error! Reference source not found..
𝑛
𝑅1 + 𝑅2 + 𝑅3 … 𝑅𝑛
𝑅𝑖
𝑅=
=∑
𝑛
𝑛
𝑖=1
Dimana: 𝑅 = tinggi curah hujan rata-rata (mm); 𝑅1 ; 𝑅2 ; 𝑅3 … 𝑅𝑛 = tinggi curah
hujan di stasiun 1,2,3,..., 𝑛 (mm); dan 𝑛 = banyaknya stasiun penakar hujan, 𝑛 = 2.
Didapatkan, untuk periode ulang 5 tahun dan 10 Tahun untuk curah hujan 24 jam
(harian)
𝑅5 =
𝑅10 =
𝑅1 + 𝑅2 135,74 + 146,30
=
= 141,02 π‘šπ‘š/24 π‘—π‘Žπ‘š
𝑛
2
𝑅1 + 𝑅2 150,55 + 164,46
=
= 157,51 π‘šπ‘š/24 π‘—π‘Žπ‘š
𝑛
2
Tabel C11.5: Perhitungan intensitas curah hujan (mm/jam) dengan data-data
Weduwen untuk 𝑅5 dan 𝑅10
Durasi
(Jam)
Prosentase Curah
Hujan Harian
Berdasarkan Data
Weduwen (%)
Prosentase per
jam dari curah
hujan harian (%)
(1)
(2)
(3)=(2)/(1)
(4)=(3)x(𝑅5 )
(4)=(3)x(𝑅10 )
1
40
40,00
56,41
88,85
2
56
28,00
39,49
62,19
3
67,5
22,50
31,73
49,98
4
76
19,00
26,79
42,20
5
81,5
16,30
22,99
36,21
6
83,5
13,92
19,63
30,91
9
87,5
9,72
13,71
21,60
12
89
7,42
10,46
16,47
15
90
6,00
8,46
13,33
18
91,98
5,11
7,21
11,35
lntensitas curah
hujan (mm/jam)
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan - Saluran Terbuka
| 71
21
92
4,38
6,18
9,73
24
100
4,17
5,88
9,26
Pengamatan yang dilakukan deh Ir. JP. Der Weduwen untuk daerah Jakarta
(tahun 1937) memberikan hubungan antara durasi (dalam Jam) dengan prosentase
terhadap curah hujan harian dan berdasarkan Rumus Mononobe, sesuai Error!
Reference source not found., hasilnya seperti Dari Tabel C11.5 dan Tabel C11.6.
Tabel C11.6: Perhitungan intensitas curah hujan (mm/jam) dengan data-data
Mononobe untuk 𝑅5 dan 𝑅10
Durasi
(Jam)
Prosentase Curah Hujan
Harian Berdasarkan
Data Mononobe (%)
Prosentase
per
jam dari curah
hujan harian
(%)
lntensitas curah
hujan (mm/jam)
(1)
(2)
(3)=(2)/(1)
(4)=(3)x(𝑅5 ) (4)=(3)x(𝑅10 )
1
34,70
34,70
48,94
77,08
2
43,60
21,80
30,74
48,42
3
50,10
16,70
23,55
37,09
4
55,04
13,76
19,40
30,56
5
59,30
11,86
16,73
26,34
6
63,00
10,50
14,81
23,32
9
72,20
8,02
11,31
17,82
12
79,40
6,62
9,33
14,70
15
85,50
5,70
8,04
12,66
20
94,00
4,70
6,63
10,44
21
95,60
4,55
6,42
10,11
24
100,0
4,17
5,88
9,26
Selanjutnya dapat digambarkan "kurva intensitas-durasi-frekwensi curah
hujan" untuk kedua periode ulang curah hujan rencana (5 tahun dan 10 tahun), baik
untuk kurva dengan menggunakan datadata pengamatan Weduwen (Gambar
72 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
C11.3), maupun kurva yang didasarkan pada hasil-hasil rumus Mononobe (Gambar
C11.4). Nilai-nilai pada kurva tersebut, selanjutnya akan digunakan untuk menetapkan
intensitas yang dipakai dalam perhitungan debit banjir rencana untuk perencanaan side
ditch dan gorong-gorong.
Gambar C11.3: Kurva Intensitas Durasi Frekuensi (IDF) dengan cara Weduwen
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan - Saluran Terbuka
| 73
Gambar C11.4: Kurva Intensitas Durasi Frekuensi (IDF) dengan cara Mononobe
2.
Debit banjir rencana untuk perencanaan side ditch dengan periode ulang 5
tahun, serta dimensi side ditch.
•
Menghitung debit
Catchment area < 30 km2 (3000 Ha) atau luas pengalirannya menurut (DPU,
2005c) kurang dari 25 km2 (2500 ha) dapat menggunakan rumus rasional dengan
Persamaan 10.1.
𝑄𝑝 =
•
1
𝐢𝐼𝐴 = 0,278𝐢𝐼𝐴 atau 𝑄𝑝 = 0,278𝐢𝐼𝐴
3,6
Waktu konsentrasi (time of concentration, 𝑇𝑐 ) menggunakan Error!
Reference source not found. atau menggunakan Persamaan 11.2
𝑇𝑐 = 𝑑1 + 𝑑2
𝑑1 , inlet time dihitung menggunakan Persamaan 11.3 dan 𝑑2 yang dihitung
dengan Persamaan 11.4
0,467
2
𝑛𝑑
𝑑1 = ( 3,28𝐿0
)
3
√𝑖𝑠
dan
𝑑2 =
𝐿
60𝑉
Jarak di inlet untuk saluran samping 𝐿0 = 150 π‘š; 𝑛𝑑 π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘’ 𝑛 merupakan
koefisien hambatan atau koefisien kekasaran Manning untuk jenis permukaan tanah
kohesif tertutup rumput, dari Tabel 10.2. Koefisien Hambatan (𝒏𝒅 ) berdasarkan
kondisi permukaan, 𝒏𝒅 = 0,4, Kemiringan lereng sebesar 𝑖𝑠 = 6,5% = 0,065 area
catchment.
Sehingga
74 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
2
𝑛𝑑
𝑑1 = ( 3,28𝐿0
)
3
√ 𝑖𝑠
0,467
0,467
2
0,4
= ( 3,28(150)
)
3
√0,065
= 18,46 π‘šπ‘’π‘›π‘–π‘‘
Bahan yang digunakan pada bangunan saluran menentukan besarnya
kecepatan rencana aliran air (𝑉) yang mengalir di saluran jalan tersebut. Besarnya
rencana kecepatan aliran untuk saluran tanah lempung padat dari Tabel 10.1
didapatkan 𝑉 = 1,10 π‘š/π‘‘π‘’π‘‘π‘–π‘˜ .
Panjang saluran terbuka/saluran samping/side ditch direncanakan sepanjang
𝐿 = 5 π‘˜π‘š, sehingga didapatkan
𝑑2 =
𝐿
5000 π‘š
=
= 75,76 π‘šπ‘’π‘›π‘–π‘‘
60𝑉 (60)1,10 π‘š/𝑑𝑒𝑑
𝑇𝑐 = 𝑑1 + 𝑑2 = 18,46 + 75,75 = 94,22 π‘šπ‘’π‘›π‘–π‘‘
Dari Gambar C11.5, untuk IDF menggunakan Weduwen dengan 𝑇𝑐 =
94,22 π‘šπ‘’π‘›π‘–π‘‘ = 1,57 π‘—π‘Žπ‘š didapatkan Intensitas curah hujan sekitar I = 44 mm/
jam. Dari Gambar C11.6, untuk IDF menggunakan Mononobe dengan 𝑇𝑐 =
94,22 π‘šπ‘’π‘›π‘–π‘‘ = 1,57 π‘—π‘Žπ‘š didapatkan Intensitas curah hujan sekitar I = 36 mm/
jam. Secara analitis hitungan Itensitas Monobe dapat dicari dengan Error! Reference
source not found.
𝐼=
𝑅24 24 2/3 141,02 π‘šπ‘š 24 2/3
( ) =
(
) = 36,19 π‘šπ‘š/π‘—π‘Žπ‘š
24 𝑑
24
1,57
Maka dengan 𝐴 = 0,5 π‘˜π‘š2 ; area catchment merupakan tanah kohesif
tertutup rumput. Jalan relatif datar dengan kelandaian vertikal dari 2% sampai 3,5%,
menggunakan Tabel 10.1 𝐢 = 0,18 − 0,22 dalam hal ini digunakan nilai maksimum
sebesar 𝐢 = 0,22
Menggunakan 𝐼 = 52 π‘šπ‘š/π‘—π‘Žπ‘š (Weduwen) didapatkan
𝑄𝑝=5 π‘‘π‘Žβ„Žπ‘’π‘› =
1
𝐢𝐼𝐴 = 0,278 (0,22)(44)(0,5) = 1,34 π‘š3 /π‘‘π‘’π‘‘π‘–π‘˜
3,6
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan - Saluran Terbuka
| 75
Menggunakan 𝐼 = 52 π‘šπ‘š/π‘—π‘Žπ‘š (Mononober) didapatkan
𝑄𝑝=5 π‘‡π‘Žβ„Žπ‘’π‘› =
1
𝐢𝐼𝐴 = 0,278 (0,22)(36,19)(0,5) = 1,11 π‘š3 /π‘‘π‘’π‘‘π‘–π‘˜
3,6
Gambar C11.5: Ploting 𝑇𝑐 = 94,22 π‘šπ‘’π‘›π‘–π‘‘ (1,57 π‘—π‘Žπ‘š) Kurva Intensitas Durasi
Frekuensi (IDF) dengan cara Weduwen
Gambar C11.6: Ploting 𝑇𝑐 = 94,22 π‘šπ‘’π‘›π‘–π‘‘ (1,57 π‘—π‘Žπ‘š) Kurva Intensitas Durasi
76 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
Frekuensi (IDF) dengan cara Mononobe
Perhitungan dimensi side ditch atau saluran samping menggunakan nilai
terbesar yaitu dengan cara Weduwen dengan debit 𝑄 = 1,34 π‘š3 /π‘‘π‘’π‘‘π‘–π‘˜. Saluran
direncanakan berbentuk Trapesium, didapatkan luas melintang saluran
𝐴=
•
𝑄 1,34 π‘š3 /π‘‘π‘’π‘‘π‘–π‘˜
=
= 1,22 π‘š2
𝑉
1,10 π‘š/π‘‘π‘’π‘‘π‘–π‘˜
Kemiringan Saluran
Sesuai dengan Tabel 11.4 𝑄 = 1,34 π‘š3 /π‘‘π‘’π‘‘π‘–π‘˜, maka kemiringan talud 1:1,5
(Debit 0,75 – 15 π‘š3 /π‘‘π‘’π‘‘π‘–π‘˜). Dari Error! Reference source not found., untuk
Trapesium, π‘š = 𝑧 = 1,5, sesuai Gambar C11.7
Gambar C11.7: Rencana Geometri Saluran
Luas Penampang (A)=(𝑏 + 𝑧𝑦)𝑦 = (𝑏 + 1,5𝑦)𝑦 = 1,22
Dicoba untuk 𝑏 = 𝑦, menjadi (2,5𝑦)𝑦 = 1,22, 𝑦 = 0,7 π‘š sehingga
didapatkan lebar dasar saluran 𝑏 = 0,7 π‘š
𝑏=
0,485
= 0,693 ~0,7 π‘š
0,7
𝐴 = 1,22 π‘š2
Perhitungan kemiringan saluran yang diijinkan herdasarkan kecepatan aliran
maksimuin di saluran yarlg diijinkan, dengan rumus Manning Error! Reference
source not found. sebagai berikut
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan - Saluran Terbuka
| 77
𝑉=
1 2 1
𝑅3 𝑆 2
𝑛
Berdasarkan Error! Reference source not found., untuk saluran buatan
dengan saluran tanah yang dibuat dengan excavator dengan tingkat pekerjaan baik,
didapatkan nilai 𝑛 = 0,020; kecepatan yang diijinkan 𝑉 = 1,10 π‘š/π‘‘π‘’π‘‘π‘–π‘˜
𝑅=
(0,7 + 1,5(0,7))0,7
𝐴
(𝑏 + 𝑧𝑦)𝑦
=
=
= 0,38 π‘š
𝑃 𝑏 + 2𝑦√1 + 𝑧 2 0,7 + 2(0,7)√1 + (1,5)2
1,1 =
2 1
1
(0,38)3 𝑆 2
0,02
𝑆 = 0,001759 ~0,18%
Kemiringan saluran hasil hitungan 𝑆 = 0,001759 ~0,18% karena Jalan
relatif datar dengan kelandaian vertikal dari 2% sampai 3,5%, dan sesuai dengan
Tabel 11.5, yang memerlukan pematah arus jika kemiringan jalan > 6%, jadi tidak
diperlukan bangunan pematah arus.
•
Pemeriksaan jenis aliran yang terjadi dilakukan dengan menghitung
angka Froude
Menggunakan Error! Reference source not found. sebagai berikut
𝐹
=
𝑉
√𝑔𝐷
=
1,10
√9,81 (0,7)
= 0,42
𝐹 = 1, terjadi aliran kritis
𝐹 < 1, terjadi aliran sub-kritis
𝐹 > 1, terjadi aliran super kritis
𝐹 = 0,42 < 1 terjadi aliran sub-kritis, kecepatan aliran memenuhi (ok)
•
Tinggi Jagaan
78 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
Error! Reference source not found. sebagai berikut:
π‘Š = √0,5 𝑦 = π‘Š = √0,5 (0,7) = 0,59 ~0,6 π‘š
•
Dimensi Saluran
Didapatkan dimensi saluran sesuai Gambar C11.8
Gambar C11.8: Dimensi Saluran
Apabila dimensi side ditch yang telah diperoleh dengan perhitungan tersebut
di atas masih dianggap terlampau besar, maka perlu dipasang gorong-gorong
(culvert) tambahan. Sebagai percobaan awal, dapat direncanakan tambahan goronggorong (box culvert) yang diletakkan di antar ruas side ditch.
Alternatif 1:
Dicoba dibuat sebuah gorong-gorong yang diletakan di tengah saluran
rencana, sehingga rencana saluran samping menjadi seperti Gambar C11.9
Gambar C11.9: Alternatif-1 Penambahan Gorong-Gorong
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan - Saluran Terbuka
| 79
Dengan penambahan 1 buah culvert/gorong-gorong ditengah, maka luas
1
catchment area side ditch sekarang rnenjadi 𝐴 = 2 0,5 π‘˜π‘š2 = 0,25 π‘˜π‘š2
𝑑2 =
𝐿
2500 π‘š
=
= 37,88 π‘šπ‘’π‘›π‘–π‘‘
60𝑉 (60)1,10 π‘š/𝑑𝑒𝑑
𝑇𝑐 = 𝑑1 + 𝑑2 = 18,46 + 37,88 = 56,34 π‘šπ‘’π‘›π‘–π‘‘ atau 0,94 π½π‘Žπ‘š
Diperoleh Intensitas Curah hujan dengan menggunakan Kurva IDF Weduwen,
𝐼 = 58 π‘šπ‘š/π‘—π‘Žπ‘š (Weduwen) didapatkan
𝑄𝑝=5 π‘‘π‘Žβ„Žπ‘’π‘› =
1
𝐢𝐼𝐴 = 0,278 (0,22)(58)(0,25) = 0,87 π‘š3 /π‘‘π‘’π‘‘π‘–π‘˜
3,6
Kapasitas saluran untuk debit 𝑄 = 0,87 π‘š3 /π‘‘π‘’π‘‘π‘–π‘˜
𝐴=
𝑄 0,87 π‘š3 /π‘‘π‘’π‘‘π‘–π‘˜
=
= 0,81 π‘š2
𝑉
1,10 π‘š/π‘‘π‘’π‘‘π‘–π‘˜
Dicoba untuk 𝑏 = 𝑦, menjadi (2,5𝑦)𝑦 = 0,81, 𝑦 = 0,57 π‘š sehingga
didapatkan lebar dasar saluran 𝑏 = 0,57 π‘š digunakan lebar dasar saluran 0,6 m
(𝑏 + 𝑧𝑦)𝑦 = 𝐴 = (0,6 + 1,5𝑦)𝑦 = 0,81
1,5𝑦 2 + 0,6𝑦 − 0,81 = 0
π‘₯=
−𝑏±√𝑏 2 −4π‘Žπ‘
2π‘Ž
; maka 𝑦 = 0,56 π‘š
𝑃 = 𝑏 + 2𝑦√1 + 𝑧 2 = 0,6 + 2(0,56)√1 + 1,52 = 2,62 π‘š
𝐴
𝑅 = 𝑃 = 0,31 π‘š; 𝑆 = 0,002314~0,23%
𝐹
=
𝑉
√𝑔𝐷
=
1,10
√9,81 (0,56)
= 0,47 < 1 aliran sub kritis (𝑂𝐾)
π‘Š = √0,5 𝑦 = π‘Š = √0,5 (0,56) = 0,53 ~0,5 π‘š
Tinggi saluran = 0,56 + 0,53 = 1,09~1,1 π‘š dan Lebar dasar = 0,6 m
80 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
Alternatif 2:
Dicoba dibuat sebuah gorong-gorong yang diletakan di ¼ panjang saluran
rencana, sehingga rencana saluran samping menjadi seperti Gambar C11.10
Gambar C11.10: Alternatif-2 Penambahan Gorong-Gorong
Dengan penambahan 3 buah culvert/gorong-gorong setiap ¼ bagian panjang
sisi saluran samping, maka luas catchment area side ditch sekarang rnenjadi 𝐴 =
1
4
0,5 π‘˜π‘š2 = 0,125 π‘˜π‘š2
𝑑2 =
𝐿
1250 π‘š
=
= 18,94 π‘šπ‘’π‘›π‘–π‘‘
60𝑉 (60)1,10 π‘š/𝑑𝑒𝑑
𝑇𝑐 = 𝑑1 + 𝑑2 = 18,46 + 18,94 = 37,40 π‘šπ‘’π‘›π‘–π‘‘ atau 0,63 π½π‘Žπ‘š
Diperoleh Intensitas Curah hujan dengan menggunakan Kurva IDF Weduwen,
sekitar 𝐼 = 64 π‘šπ‘š/π‘—π‘Žπ‘š (Weduwen) didapatkan
𝑄𝑝=5 π‘‘π‘Žβ„Žπ‘’π‘› =
1
𝐢𝐼𝐴 = 0,278 (0,22)(64)(0,125) = 0,489 π‘š3 /π‘‘π‘’π‘‘π‘–π‘˜
3,6
Kapasitas saluran untuk debit 𝑄 = 0,489 π‘š3 /π‘‘π‘’π‘‘π‘–π‘˜
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan - Saluran Terbuka
| 81
𝐴=
𝑄 0,489 π‘š3 /π‘‘π‘’π‘‘π‘–π‘˜
=
= 0,44 π‘š2
𝑉
1,10 π‘š/π‘‘π‘’π‘‘π‘–π‘˜
Dicoba untuk 𝑏 = 𝑦, menjadi (2,5𝑦)𝑦 = 0,44, 𝑦 = 0,42 π‘š
Dengan mengambil lebar dasar saluran 𝑏 = 0,5 π‘š
(𝑏 + 𝑧𝑦)𝑦 = 𝐴 = (0,5 + 1,5𝑦)𝑦 = 0,44
1,5𝑦 2 + 0,5𝑦 − 0,44 = 0
π‘₯=
−𝑏 ± √𝑏 2 − 4π‘Žπ‘
2π‘Ž
𝑦 = 0,40 π‘š
𝑃 = 𝑏 + 2𝑦√1 + 𝑧 2 = 0,5 + 2(0,40)√1 + 1,52 = 1,94 π‘š
𝑅=
𝐴
= 0,23 π‘š
𝑃
𝑆 = 0,003505~0,35%
𝐹
=
𝑉
√𝑔𝐷
=
1,10
√9,81 (0,4)
= 0,47 < 1 aliran sub kritis (𝑂𝐾)
π‘Š = √0,5 𝑦 = π‘Š = √0,5 (0,4) = 0,44 ~0,40 π‘š
Tinggi saluran = 0,4 + 0,4 = 0,8 π‘š~80 π‘π‘š dan Lebar dasar = 0,5 π‘š~50 π‘π‘š.
Hitungan alternatif-2 dianggap efisien dengan dimensinya (Gambar C11.11)
Gambar C11.11: Dimensi Saluran
82 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
Jika di anggap masih tidak efisien dapat ditambahkan gorong-gorong untuk
memecahkan debit aliran.
Perencanaan Gorong-gorong untuk saluran samping:
Kapasitas saluran untuk debit 𝑄 = 0,489 π‘š3 /π‘‘π‘’π‘‘π‘–π‘˜
Direncanakan Gorong-gorong menggunakan Beton Lingkaran, untuk saluran
beton dari
Tabel 11.2:
Kecepatan Rencana yang diijinkan berdasarkan Jenis Material
𝑉 = 1,5 π‘š/π‘‘π‘’π‘‘π‘–π‘˜
𝐴=
𝑄 0,489 π‘š3 /π‘‘π‘’π‘‘π‘–π‘˜
=
= 0,326 π‘š2
𝑉
1,50 π‘š/π‘‘π‘’π‘‘π‘–π‘˜
1
Luas Penampang (A), luas penampang penuh 𝐴 = 4 πœ‹π‘‘ 2 = 0,326,
didapatkan 𝑑 = 0,65 π‘š, dicoba menggunakan 𝑑0 = 0,8 π‘š
Tinggi jagaan lingkaran sesuai Error! Reference source not found.
π‘Š = 0,2 𝑑0 = 0,2(0,8) = 0,16 π‘š
Sehingga tinggi air 𝑦 = 0,8 − 0,16 = 0,64 π‘š, yang sesuai Gambar C6.12
Gambar C11.12: Rencana Dimensi Gorong-Gorong
Lebar Permukaan Air (T)
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan - Saluran Terbuka
| 83
2
2
1
1
𝑇 = 2√( 𝑑0 ) − (𝑦 − 𝑑0 ) = 2√0,16 − 0,06 = 0,64 π‘š
2
2
Sudut yang terbentuk di AOB = 2 cos
−1
1
2
(𝑦− 𝑑0 )
𝛼 =[
1
𝑑
2 0
] = 0,6
𝛼 = 2 (53,130 ) = 106,260
didapatkan πœƒ = 360 − 𝛼 = 253,740
𝐴=
253,740 1
πœ‹(0,8)2 = 0,354 π‘š2 > 0,326 π‘š2 − −𝑂𝐾
3600 4
𝑄 0,489 π‘š3 /π‘‘π‘’π‘‘π‘–π‘˜
𝑉= =
= 1,38 π‘š/𝑑𝑒𝑑
𝐴
0,354 π‘š2
𝑉 = 1,38 π‘š/𝑑𝑒𝑑 < 𝑉 𝑖𝑗𝑖𝑛 = 1,5 π‘š/𝑑𝑒𝑑 (π‘œπ‘˜)
πœƒ
𝐴
Keliling basah 𝑃 = 360 πœ‹π‘‘0 = 1,77 π‘š sehingga 𝑅 = 𝑃 =
0,354
1,77
= 0,2 π‘š
Kemiringan gorong-gorong:
𝑉=
1 2 1
𝑅 3 𝑆 2 = 1,38 = 1/0,2
𝑛
1,38 =
2 1
1
(0,2)3 𝑆 2
0,02
𝑆 = 0,00652 ~0,65%
𝐹
3.
=
𝑉
√𝑔𝐷
=
1,5
√9,81 (0,64)
= 0,60 < 1 terjadi aliran sub kritis (OK)
Debit banjir rencana untuk perencanaan gorong-gorong dengan periode
ulang 10 tahun? serta dimensi gorong-gorong yang diperlukan
Catchment area
<
30 km2 (30 Ha) atau luas pengalirannya menurut (DPU,
2005c) kurang dari 25 km2 (25 ha) dapat menggunakan rumus rasional dengan
Persamaan 5.37.
84 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
𝑄𝑝 =
1
𝐢𝐼𝐴 = 0,278𝐢𝐼𝐴 atau 𝑄𝑝 = 0,278𝐢𝐼𝐴
3,6
Data-data alur sungai kecil yang melintasi jalan yang akan dibuat goronggorong adalah:
•
Catchment area seluas 𝐴 = 4,5 π‘˜π‘š2 , dengan tata guna lahan (land
use) terdiri dari Ladang/huma, menggunakan Error! Reference source
not found.𝐢 = 0,10 – 0,30 dalam hal ini digunakan nilai maksimum
sebesar 𝐢 = 0,2 (nilai tengah)
•
Jarak horisontal antara bagian hulu sungai dengan lokasi perpotongan
sungai dan jalan raya, 𝐿 = 7,5 π‘˜π‘š.
•
Elevasi tertinggi berada di ketinggian + 105 m dan di inlet goronggorong dengan elevasi +78 m sehingga beda tinggi = 27 m = 𝐻 =
0,027 π‘˜π‘š
•
Error! Reference source not found..
𝐻 0,6
0,027 0,6
𝑉 = 72 ( ) = 72 (
) = 2,46 π‘˜π‘š/π‘—π‘Žπ‘š
𝐿
7,5
𝑑𝑐 =
𝐿
7,5
=
= 3,048 π½π‘Žπ‘š
𝑉 2,46
Dari Grafik pada Gambar C11.3: Kurva Intensitas Durasi Frekuensi (IDF)
dengan cara Weduwen, untuk 𝑑𝑐 = 3,048 π‘—π‘Žπ‘š didapatkan Intensitas untuk periode
ulang 10 tahun sebesar, 𝐼 = 50 π‘šπ‘š/π‘—π‘Žπ‘š, Jadi debit puncak banjir
𝑄𝑝 =
1
1
(0,2)(50)(4,5) = 12,5 π‘š3 /𝑑𝑒𝑑
𝐢𝐼𝐴 =
3,6
3,6
Perpindahan pengaliran air dari sungai kecil kedalam gorong-gorong (culvert)
akan memerlukan bangunan transisi dari tanah atau beton di sisi inlet (hulu) dan di
sisi outlet (hilir). Fungsi dari bangunan transisi adalah mengatur perubahan
kecepatan secara berangsur-angsur sehingga tidak terlalu banyak terjadi "head loss”.
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan - Saluran Terbuka
| 85
Kecepatan aliran didalam culvert dibatasi oleh jenis bangunan transisi yang dipilih
agar tidak terjadi erosi pada bangunan transisi. Apabila bangunan transisi dibuat dari
tanah, maka kecepatan aliran yang diijinkan di dalam culvert ialah 1 m/detik,
sedangkan kalau dipilih bangunan transisi pasangan batu atau beton, maka
kecepatan aliran yang diijinkan di dalam culvert adalah 1,5 m/detik dari Tabel 11.2:
Kecepatan Rencana yang diijinkan berdasarkan Jenis Material .
Gorong-gorong direncanakan berbentuk “Box Culvert” dari beton sebagai
aliran bebas (free surface flow). Dengan rnempertimbangkan debit sungai yang ada,
maka
𝑄𝑝 = 12,5 π‘š3 /𝑑𝑒𝑑
𝑉𝑖 = 1,5 m/𝑑𝑒𝑑
π΄π‘π‘’π‘Ÿπ‘™π‘’ =
12,5
= 8,33 π‘š2
1,5
Dicoba tipe gorong-gorong dengan double box culvert dengan sketsa
penampang seperti Gambar C11.13 dengan 𝐿 = 250 π‘π‘š; 𝑇 = 200 π‘π‘š dan β„Ž =
28 π‘π‘š
Gambar C11.13: Rencana Dimensi Double Box Culvert
Luas bersih gorong-gorong
π΄π‘Ÿπ‘’π‘›π‘π‘Žπ‘›π‘Ž = 2{(𝐿π‘₯𝑇) − (2π‘₯β„Žπ‘₯β„Ž)} = 2{(2,5π‘₯2,0) − (2π‘₯0,28π‘₯0,28)} = 9,686 π‘š2
π΄π‘Ÿπ‘’π‘›π‘π‘Žπ‘›π‘Ž > π΄π‘π‘’π‘Ÿπ‘™π‘’ (𝑂𝐾)
86 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
π‘ƒπ‘Ÿπ‘’π‘›π‘π‘Žπ‘›π‘Ž = 2{4(β„Ž√2) + 2(𝐿 − 2β„Ž) + (𝑇 − 2β„Ž)}
π‘ƒπ‘Ÿπ‘’π‘›π‘π‘Žπ‘›π‘Ž = 2{4(2√0,28) + 2(2,5 − 2(0,28) + (2 − 2(0,28)} = 16,688 π‘š
𝑅=
𝐴
9,686
=
= 0,580 π‘š
𝑃 16,688
12,5 π‘š3 /𝑑𝑒𝑑
π‘‰π‘Ÿ =
= 1,290 m/𝑑𝑒𝑑 < 𝑉𝑖 = 1,5 m/𝑑𝑒𝑑
9,686 π‘š2
Kemiringan box culvert dihitung berdasarkan rumus untuk "free surface
flow”, untuk aliran bebas (free surface flow) dapat menggunakan
𝑄 = 𝐴𝑉 = 𝐴
2𝑔𝑆𝐿
√1,5 + 2𝑔𝐿
4
𝐾𝑠 2 𝑅 3
Dari Tabel 11.8: Nilai Kekasaran Strickler untuk gorong-gorong beton, 𝐾𝑠 =
70, panjang rencana gorong-gorong (box culvert) 𝐿 = 10 π‘š, dan 𝑔 = 9,81 π‘š/𝑑𝑒𝑑 2
12,5 = (9,686)
(1,290)2 (1,5 +
2(9,81)𝑆(10)
√1,5 + 2(9,81)(10)
4
(70)2 (0,58)3
2(9,81)(10)
4)
= 2(9,81)𝑆(10)
(70)2 (0,58)3
𝑆 = 0,013434
Kemiringan box culvert didapatkan sebesar 1,34%
Menghitung kehilangan tinggi energi :
Kehilangan tinggi energi yang akan terjadi karena mengalirnya air di dalam
culvert (Gambar C11.14), adalah sebagai berikut :
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan - Saluran Terbuka
| 87
Gambar C11.14: Ilustrasi Box Culvert
•
Kehilangan energi akibat hambatan (kontraksi) pada waktu masuk atau
Kehilangan tinggi energi pada bagian transisi inlet dan outlet dapat dihitung
dengan menggunakan 'Rumus Borda" menggunakan Persamaan 11.7 dan
βˆ†π»π‘€π‘Žπ‘ π‘’π‘˜ = πœ€π‘šπ‘Žπ‘ π‘’π‘˜
πœ€π‘šπ‘Žπ‘ π‘’π‘˜ , πœ€π‘˜π‘’π‘™π‘’π‘Žπ‘Ÿ
(π‘‰π‘Ž − 𝑉1 )2
2𝑔
= faktor kehilangan energi yang tergantung pada
bentuk hidrolis peralihan di bagian inlet dan outlet (Gambar C11.15), sesuai Tabel
11.10: Koefisien kehilangan tinggi energi untuk peralihan – peralihan dari bentuk
trapesium ke segi empat dengan permukaan air bebas dan sebaliknya didapatkan
πœ€π‘šπ‘Žπ‘ π‘’π‘˜ = 0,2 dan πœ€π‘˜π‘’π‘™π‘’π‘Žπ‘Ÿ = 0,4.
Gambar C11.15: Peralihan punggung patah dengan sudut pelebaran sekitar 1:5
π‘‰π‘Ž = 1,290 π‘š/𝑑𝑒𝑑 (kecepatan aliran di gorong-gorong) dan kecepatan aliran
di saluran hulu dan saluran hilir ditentukan 𝑉1 = 𝑉2 = 1,1 π‘š/𝑑𝑒𝑑
βˆ†π»π‘€π‘Žπ‘ π‘’π‘˜
•
(1,29 − 1,1)2
= 0,2
= 0,001942 π‘š
2(9,81)
Kehilangan tinggi energi akibat gesekan di sepanjang culvert
88 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
Kehilangan tinggi energi akibat gesekan dapat dihitung dengan Persamaan
11.9 dan
𝑉 2 𝑉 2𝐿
βˆ†π»π‘“ = 𝐢𝑓
=
2𝑔 𝐢 2 𝑅
𝐢𝑓 = 𝐾𝑠 𝑅1/6
Panjang rencana gorong-gorong (box culvert) 𝐿 = 10 π‘š, dan 𝑔 = 9,81 π‘š/
𝑑𝑒𝑑 2 . 𝐾𝑠 = koefisien kekasaran "Strickler (m1/3/det) dari Tabel 11.8 didapatkan 𝐾𝑠 =
70 (culvert beton) dan 𝑅 = 0,580 π‘š serta kecepatan aliran dalam gorong-gorong
π‘‰π‘Ž = 𝑉 = 1,290 π‘š/𝑑𝑒𝑑
𝐢𝑓 = 𝐾𝑠 𝑅1/6 = 70 (0,580)1/6 = 63,933
(1,290)2 (10)
βˆ†π»π‘“ =
= 0,007019 m = 0,7 cm
(63,933)2 (0,580)
•
Kehilangan tinggi energi akibat hambatan pada waktu keluar
βˆ†π»πΎπ‘’π‘™π‘’π‘Žπ‘Ÿ
•
(π‘‰π‘Ž − 𝑉2 )2
(1,29 − 1,1)2
= πœ€π‘˜π‘’π‘™π‘’π‘Žπ‘Ÿ
= 0,4
= 0,003883 π‘š
2𝑔
2(9,81)
Kehilangan tinggi energi total
βˆ†π» = βˆ†π»π‘šπ‘Žπ‘ π‘’π‘˜ + βˆ†π»π‘“ + βˆ†π»π‘˜π‘’π‘™π‘’π‘Žπ‘Ÿ = 0,012844 π‘š ~ 1,28 π‘π‘š
Jadi, elevasi dasar outlet = elevasi dasar inlet - pengaruh kemiringan pipa kehilangan tinggi energi
inlet gorong-gorong dengan elevasi +78 m (elevasi dasar inlet)
pengaruh kemiringan pipa = SxL = 1,34% x 10 m = 13,4 cm
kehilangan tinggi energi = 1,28 cm
= 78 m - (13,4 cm + 1,28 cm) = 76,58 m
Contoh C11.2:
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan - Saluran Terbuka
| 89
Hitung dan rencanakan saluran samping jalan tanpa aliran bawah permukaan
dengan data (Gambar C11.16 dan C11.17) sebagai berikut:
Gambar C11.16: Potongan Melintang Jalan
Gambar C11.17: Tampak Atas Melintang Jalan
•
Daaerah layanan
Hasil Plot rute jalan di peta topografi panjang segmen 1 saluran (L) = 250 m
ditentukan dari rute jalan yang memungkinkan adanya pembuangan di ujung
segmen. Diasumsikan bahwa saluran yang akan dibuat merupakan saluran awal
sehingga tidak ada debit lain yang masuk selain dari areal A1; A2; dan A3, dengan
daerah perumahan tidak padat dengan kemiringan 3% dan permukaan licin dan
kokoh. Gorong-gorong merupakan pipa terbuat dari beton direncanakan diujung
90 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
segmen aliran air akan dibuang ke sungai melalui gorong-gorong melintang badan
jalan.
Perencanaan gorong-gorong, menampung debit air dari segmen 1 dan
segmen 2 dengan debit sebesar 0,500 m3/detik yang ditinjau dan segmen sesudah
itu.
•
Kondisi eksisting permukaan jalan dengan kemiringan memanjang 3%.
Panjang saluran drainase (L) = 250 m
perkerasan jalan (aspal) lebar 2 x 3,5 meter dengan kemiringan 2%
bahu jalan lebar 2 meter dengan Tanah berbutir halus dengan kemiringan 2%
Jarak titik terjauh ke perumahan (luar jalan) = 10 meter
•
Data curah hujan dari pos pengamatan adalah sesuai Tabel C11.7.
Tabel C11.7: Pengamatan Data Curah Hujan
Tahun
Data Curah Hujan Maksium
Rata-rata Pertahun (mm)
Tahun
Data Curah Hujan Maksium
Rata-rata Pertahun (mm)
1993
175
2004
110
1994
100
2005
130
1995
125
2006
95
1996
38
2007
85
1997
157
2008
75
1998
85
2009
115
1999
125
2010
156
2000
150
2011
124
2001
92
2012
109
2002
110
2013
65
2003
128
2014
181
Penyelesaian:
•
Analisa frekwensi data curah hujan
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan - Saluran Terbuka
| 91
Hasil
hitungan
rata-rata
dan
standar
deviasi
populasi:
πœ‡ = 𝑋̅ =
115 π‘šπ‘š dan 𝑠𝑋 = 34,6213 π‘šπ‘šDengan jumlah sampel dan populasi yang
sama 𝑛 = 22, menggunakan Metode Distribusi Gumbel Type I, dari Error!
Reference source not found., didapatkan nilai π‘Œπ‘› = 0,5268 dan 𝑠𝑛 = 1,0754.
π‘Ž=
𝑋 = 𝑋̂ +
𝑠𝑋 34,6213
=
= 32,6213
𝑠𝑛
1,0754
𝑠π‘₯𝐴
(Y − Y𝑛 ) = 115,00 + 32,6213(π‘Œ − 0,5268)
𝑆𝑛
= 115,00 + 32,6213π‘Œ − 16,9598
𝑋 = 98,0402 + 32,6213π‘Œ
Menggunakan Error! Reference source not found. Nilai Variabel Reduksi
Gumbel didapatkan untuk kala ulang tertentu seperti Tabel berikut.
Tabel C11.8: Curah Hujan Maksimum (𝑋 = 98,0402 + 32,6213π‘Œ) untuk Periode
Ulang, 𝑻 dengan Gumbel Type-I
Peluang
Y
Curah Hujan Maksimum,
𝑿𝑻
2
0,500
0,366
109,82
5
0,800
1,510
146,65
10
0,900
2,250
170,48
20
0,950
2,970
193,66
50
0,980
3,900
223,60
Periode Ulang, T (Tahun)
Menggunakan Tabel C11.8 didapatkan untuk periode ulang, T dan
berdasarkan Rumus Mononobe, dihitung durasi-curah hujan, seperti Tabel C11.9.
Selanjutnya dapat digambarkan "kurva intensitas-durasi-frekwensi curah hujan"
untuk kedua periode ulang curah hujan rencana.
as
es
n
e
Ct
a
u
sr
e
a
p
h
e
H
ur
j
a
m
n
d
H
a
ri
ac
u
n
Br
ae
hr
h
d
u
a
D
u
Pr
ar
si
o
(J
s
ae
P
m
nr
ot)
Tabel C6.9: Perhitungan intensitas curah hujan (mm/jam) dengan data-data
Mononobe
92 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
lntensitas curah hujan (mm/jam)
(5)=(3)x(𝑅5 )
(6)=(3)x(𝑅10 )
(7)=(3)x(𝑅20 )
(8)=(3)x(𝑅50 )
π‘ΉπŸ“πŸŽ = πŸπŸπŸ‘, πŸ”πŸŽ
(4)=(3)x(𝑅2 )
π‘ΉπŸπŸŽ = πŸπŸ—πŸ‘, πŸ”πŸ”
(3)=(2)/(1)
π‘ΉπŸπŸŽ = πŸπŸ•πŸŽ, πŸ’πŸ–
(2)
π‘ΉπŸ“ = πŸπŸ’πŸ”, πŸ”πŸ“
(1)
π‘ΉπŸ = πŸπŸŽπŸ—, πŸ–πŸ
•
1
34,7
34,70
38,11
50,89
59,16
67,20
77,59
2
43,6
21,80
23,94
31,97
37,16
42,22
48,74
3
50,1
16,70
18,34
24,49
28,47
32,34
37,34
4
55,04
13,76
15,11
20,18
23,46
26,65
30,77
5
59,3
11,86
13,03
17,39
20,22
22,97
26,52
6
63
10,50
11,53
15,40
17,90
20,33
23,48
9
72,2
8,02
8,81
11,76
13,68
15,54
17,94
12
79,4
6,62
7,27
9,70
11,28
12,81
14,79
15
85,5
5,70
6,26
8,36
9,72
11,04
12,74
20
94
4,70
5,16
6,89
8,01
9,10
10,51
21
95,6
4,55
5,00
6,68
7,76
8,82
10,18
24
100
4,17
4,58
6,11
7,10
8,07
9,32
Luas daerah pengaliran
•
Luas areal permukaan jalan
𝐴1 = πΏπ‘’π‘π‘Žπ‘Ÿ π‘—π‘Žπ‘™π‘’π‘Ÿ π‘₯ π‘ƒπ‘Žπ‘›π‘—π‘Žπ‘›π‘” π‘ π‘’π‘”π‘šπ‘’π‘› = 3,5 π‘₯ 250 = 875 π‘š2
•
Luas areal bahu jalan
𝐴2 = πΏπ‘’π‘π‘Žπ‘Ÿ π‘π‘Žβ„Žπ‘’ π‘₯ π‘ƒπ‘Žπ‘›π‘—π‘Žπ‘›π‘” π‘ π‘’π‘”π‘šπ‘’π‘› = 2,0 π‘₯ 250 = 500 π‘š2
•
Luas areal luar jalan (perumahan)
𝐴3 = π½π‘Žπ‘Ÿπ‘Žπ‘˜ π‘‘π‘–π‘‘π‘–π‘˜ π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘—π‘Žπ‘’β„Ž π‘₯ π‘ƒπ‘Žπ‘›π‘—π‘Žπ‘›π‘” π‘ π‘’π‘”π‘šπ‘’π‘› = 10,0 π‘₯ 250 = 2500 π‘š2
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan - Saluran Terbuka
| 93
Dari Tabel 10.1: Harga koefisien pengaliran, π‘ͺ dan faktor limpasan, π’‡π’Œ
didapatkan nilai koefisien 𝐢1 = 0,70 − 0,90 digunakan nilai 𝐢1 = 0,90
(untuk perkerasan aspal) koefisien 𝐢2 = 0,40 − 0,65 digunakan nilai tengah 𝐢2 =
0,65 (untuk tanah berbutir halus) koefisien 𝐢3 = 0,40 − 0,60 digunakan nilai tengah
𝐢3 = 0,60 (untuk tanah berbutir halus) dan faktor limpasan, π’‡π’Œ = 1,5
•
Koefisien pengaliran rata-rata:
𝐢=
𝐴1 𝐢1 + 𝐴2 𝐢2 + +𝐴3 𝐢3 π‘“π‘˜ 875(0,9) + 500(0,65) + 2500(0,6)(1,5)
=
𝐴1 + 𝐴2 + 𝐴3
875 + 500 + 2500
= 𝟎, πŸ–πŸ”πŸ–
Gambar C11.18: Kurva Intensitas Durasi Frekuensi (IDF) dengan cara Mononobe
•
Waktu konsentrasi (𝑇𝑐 )
•
𝑇𝑐 = 𝑑1 + 𝑑2
•
𝑑1 , inlet time dihitung menggunakan Persamaan 6.6 dan 𝑑2 yang
dihitung dengan Persamaan 6.7
94 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
2
𝑑1 = (3 3,28𝐿0
•
𝑛𝑑
√𝑖𝑠
0,467
)
𝐿
dan 𝑑2 = 60𝑉
Permukaan Aspal (𝐿0 = 3,5 π‘š), Koefisien Hambatan Tabel 10.2:
Koefisien Hambatan (𝒏𝒅 ) berdasarkan kondisi permukaan aspal
(𝑛𝑑 = 0,013) dan 𝑖𝑠 = 2%
2
0,013 0,467
𝑑1 = ( 3,28(3,5)
)
= 0,849 π‘šπ‘’π‘›π‘–π‘‘
3
√0,02
•
Dari Bahu dengan 𝐿0 = 2,0 π‘š), Koefisien Hambatan Tabel 10.2:
Koefisien Hambatan (𝒏𝒅 ) berdasarkan kondisi permukaan tanah
(𝑛𝑑 = 0,02) dan 𝑖𝑠 = 2%
2
0,02 0,467
𝑑1 = ( 3,28(2,0)
)
= 0,799 π‘šπ‘’π‘›π‘–π‘‘
3
√0,02
•
Dari Perumahan dengan 𝐿0 = 10,0 π‘š), Koefisien Hambatan Tabel
10.2: Koefisien Hambatan (𝒏𝒅 ) berdasarkan kondisi permukaan
tanah diasumsikan licin dan kokoh (𝑛𝑑 = 0,10) dan 𝑖𝑠 = 3%
2
0,10 0,467
𝑑1 = ( 3,28(10)
)
= 3,268 π‘šπ‘’π‘›π‘–π‘‘
3
√0,03
Total 𝑑1 = 4,915 π‘šπ‘’π‘›π‘–π‘‘
•
Waktu di dalam salauran dengan 𝑉 = 1,5 π‘š/𝑑𝑒𝑑
𝑑2 =
𝐿
250
=
= 2,78 π‘šπ‘’π‘›π‘–π‘‘
60𝑉 60(1,5)
𝑇𝑐 = 𝑑1 + 𝑑2 = 4,915 + 2,78 = 7,693 π‘šπ‘’π‘›π‘–π‘‘ = 0,13 π‘—π‘Žπ‘š
Menggunakan Gambar C11.18 dengan memplot 𝑇𝑐 didapatkan
intensitas curah hujan atau dapat menggunakan rumus Mononobe
dengan Error! Reference source not found., untuk periode ulang 5
tahun 𝑅24 = 146,65 mm
𝑅24 24 2/3 146,65 π‘šπ‘š 24 2/3
𝐼=
( ) =
(
) = 199,947 π‘šπ‘š/π‘—π‘Žπ‘š
24 𝑑
24
0,13
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan - Saluran Terbuka
| 95
•
Besar debit
Luas (𝐴 = 3362,5 π‘š2 ); 𝐢 = 0,868; 𝐼 = 199,947 π‘šπ‘š/π‘—π‘Žπ‘š
𝑄=
1
1
(0,0033625 )(0,868)(199,947)
𝐢𝐼𝐴 =
3,6
3,6
= 0,162056 π‘š3 /𝑑𝑒𝑑
•
Menentukan dimensi saluran
Penentuan dinmensi direncanakan menggunakan bahan beton dengan
kecepatan saluran direncanakan 1,5 m/det dengan bentuk penampang segiempat.
Kemiringan saluran diijinkan sampai dengan 7,8%. Angka kekasaran permukaan
saluran Manning (n=0,013). Kemiringan memanjang jalan 3%, kemiringan saluran
menyesuaikan kemiringan jalan, jadi sebesar 3%. Diambil nilai kecepatan 𝑉 =
1,25 π‘š/𝑑𝑒𝑑
𝑉=
𝐴=
1 2 1
𝑅 3 𝑆 2 = 1,25 π‘š/𝑑𝑒𝑑
𝑛
𝑄 0,162056
=
= 0,130 π‘š2
𝑉
1,25
Saluran berbentuk segi empat A= bh, diambil b=0,5 didapatkan tinggi saluran
h=0,2593 dibulatkan menjadi 0,25 meter, jadi 𝐴 = 0,140 π‘š2 dan Kecepatan didalam
saluran
𝑄
𝑉=𝐴=
0,162056
0,125
= 1,30 π‘š/π‘‘π‘’π‘‘π‘–π‘˜ < 1,5 π‘š/π‘‘π‘’π‘‘π‘–π‘˜
Tinggi jagaan π‘Š = √0,5β„Ž = √0,5(0,25) = 0,353 ~ 0,35 maka Tinggi
saluran β„Ž + π‘Š = 0,25 + 0,35 = 0,6 π‘š, Didapatkan dimensi saluran segi empat
lebar dasar 0,5 m tinggi 0,6 m.
Perencanaan gorong-gorong
Debit dari segment 1 = 𝑄 = 0,162056 π‘š3 /𝑑𝑒𝑑 ; dan Debit dari segment 2
= 𝑄 = 0,5 π‘š3 /𝑑𝑒𝑑 maka Total debit yang ditampung = 𝑄 = 0,662 π‘š3 /𝑑𝑒𝑑. Gorong96 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
gorong dianggap saluran terbuka digunakan gorong-gorong beton dengan diameter
80 cm dengan n=0,012 (angka kekasaran Manning).
β„Ž = 0,8𝐷 = 0,8(80 π‘π‘š) = 0,64 π‘š
sudut yang terbentuk dengan β„Ž
πœƒ = cos −1 (
β„Ž − 0,5𝐷
) = 53,1301
0,5𝐷
Luas Penampang Basah bentuk lingkaran
πœ‹π·2
πœƒ
𝐴=
(1 −
) + (β„Ž − 0,5𝐷)2 tan πœƒ
4
180
πœ‹π·2
53,1301
=
(1 −
) + (0,64 − 0,5(0,8))2 tan 53,1301
4
180
= 0,4311 π‘š2
Keliling Basah (P)
𝑃 = πœ‹π· (1 −
πœƒ
πœƒ53,1301
) = πœ‹(0,8) (1 −
) = 1,771 π‘š
180
180
𝑅=
𝐴
= 0,243 π‘š
𝑃
Kecepatan didalam gorong-gorong
𝑉=
𝑄
0,662
=
= 1,535781 π‘š/𝑑𝑒𝑑
𝐴 0,4311
1
2
1
Kemiringan gorong-gorong = 1,535781 = 0,012 (0,243)3 𝑆 2
𝑆 = 0,002235 ~ 0,2% lebih kecil dari batas ijin OK
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan - Saluran Terbuka
| 97
Soal
11.1 Jelaskan pengaruh penggunaan Bahan pada kecepatan aliran di saluran
terbuka?
11.2 Penampang saluran terbuka dapat berbentuk persegi, segiempat, trapesium
ataupun lingkaran dengan bahan yang sesuai dengan kondisi tanah dasar dan
kecepatan abrasi air dengan dimensi minimal saluran terbuka adalah 0,5 π‘š2.
Jelaskan pengaruh penampang saluran pada kecepatan air untuk debit
tertentu?
11.3 Apa pengaruh kemiringan saluran memanjang (𝑖𝑠 ) pada kecepatan air pada
saluran terbuka?
11.4 Jelaskan fungsi saluran samping jalan (side ditch)?
11.5 Jelaskan
ketentuan-ketentuan
yang
perlu
diikuti
untuk
melakukan
pengendalian erosi saluran drainase samping jalan (side ditch)?
11.6 Jelaskan tiga konstruksi utama gorong-gorong?
11.7 Ruas jalan antara kota X dan kota Y seperti Gambar S11.1 mempunyai datadata sebagai berikut :
•
panjang jalan = 15 km
•
lebar perkerasan = 6 m
•
lebar bahu jalan kanan dan kiri = 2 x 1,50 m
Direncanakan saluran drainase samping jalan di ruas jalan tersebut dan perlu
dibangun gorong-gorong baru untuk mengalirkan alur sungai kecil melintasi
bagian lain dari ruas jalan tersebut. Catchment area dari samping jalan (side
ditch) sepanjang 3,5 km tersebut adalah 0,35 km2, dengan lokasi titik terjauh
aliran air yang akan ditampung saluran samping sejauh 175 m sepanjang 3,5
km. Kemiringan lereng sebesar 5,5% dan area catchment merupakan tanah
kohesif tertutup rumput. Jalan relatif datar dengan kelandaian vertikal dari 2%
sampai 3,5%.
98 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
Gambar S11.1: Rencana Drainase Jalan
Tabel S11.1: Data Curah Hujan
Tahun
Pengamatan
Stasiun Stasiun
A
B
Tahun
Pengamatan
Stasiun Stasiun
A
B
1995
112
130
2005
85
97
1996
130
140
2006
116
99
1997
125
110
2007
120
115
1998
95
100
2008
129
126
1999
75
84
2009
145
132
2000
98
92
2010
160
136
2001
105
106
2011
120
145
2002
115
112
2012
130
108
2003
135
120
2013
90
170
2004
140
125
2014
95
195
Data-data alur sungai kecil yang melintasi jalan yang akan dibuat goronggorong adalah sebagai berikut :
•
Jarak horisontal antara bagian hulu sungai dengan lokasi perpotongan
sungai dan jalan raya, L = 7,25 km.
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan - Saluran Terbuka
| 99
•
Elevasi tertinggi berada di ketinggian + 103,5 m dan di inlet goronggorong dengan elevasi +79 m
•
Catchment area seluas 3,5 km2, dengan tata guna lahan (land use)
terdiri dari Ladang/huma.
Terdapat 2 stasiun pengamat curah hujan yang berpengaruh terhadap
catchment area dari side ditch dan alur sungai kecil, yaitu stasiun A dan stasiun B,
dengan distritbusi curah hujannya merata/seragam (uniform distribution) masingmasing dengan data pengarnatan selama 1995-2014. Data curah hujan harian
maksimum dari kedua stasiun tersebut, seperti pada Tabel C11.1.
Ditanyakan :
a.
Curah hujan rencana rerata daerah dengan periode ulang 5 tahun dan 10
tahun, serta kurva "intensitas-durasi-frekwensi curah hujan (IDF curve)" untuk
kedua periode ulang curah hujan rencana tersebut dengan menggunakan
Metode Distribusi Gumbel I serta data-data pengamatan Weduwen dan rumus
Mononobe.
b.
Tentukan Debit banjir rencana untuk perencanaan side ditch dengan periode
ulang 5 tahun dengan Weduwen dan Mononobe, serta dimensi side ditch yang
direncanakan dengan saluran terbuka galian tanpa lapisan (saluran tanah)
yang merupakan lempung padat berbentuk trapesium dengan saluran yang
direncanakan dibuat menggunakan excavator dimana tingkat pekerjaan
dengan hasil yang baik.
c.
Debit banjir rencana untuk perencanaan gorong-gorong beton berbentuk BoxCulvert dengan permukaan bebas untuk periode ulang 10 tahun?, serta
dimensi gorong-gorong yang diperlukan jika panjang rencana gorong-gorong
10 meter dan jika menggunakan bangunan peralihan gunakan peralihan tipe V
- Peralihan punggung patah dengan sudut pelebaran sekitar 1:5.
100 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
Jenis saluran tertutup direncanakan sesuai dengan periode ulang curah hujan
untuk kala ulang 5 tahun maka luas penampang basah yang penuh tetapi tanpa
adanya pengaruh tekanan akibat perbedaan tinggi muka air (Gambar 12.1) dan curah
hujan dengan kala ulang 50 tahun maka saluran akan beroperasi dalam kondisi
dengan tinggi tekanan akibat perbedaan tinggi muka air dan Manhale akan terendam
penuh (Gambar 12.2).
Gambar 12.1: Kondisi pengaliran luas tampang penuh dan tanpa tekanan
Gambar 12.2: Kondisi pengaliran luas tampang penuh dan dengan tekanan
12.1 Waktu Pengaliran Saluran Tertutup
Waktu pengaliran saluran tertutup dihitung dengan menggunakan
Persamaan 12.1 dimana waktu untuk mencapai awal saluran dari titik terjauh
(menit), 𝑑1 , dihitung menggunakan Persamaan 11.3.
Mulyono,T (2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan|
101
Waktu untuk mencapai inlet saluran, π‘‘π‘β„Ž , dapat diperkirakan dari Gambar
12.3 untuk bentuk segitiga, Gambar 12.4 aliran pada Box Culvert atau Gambar 12.5
aliran pada pipa atau menggunakan rumus Manning (Persamaan 12.2), dimana 𝐿𝑖
1
2
adalah jarak antar inlet dan π‘‰π‘˜ kecepatan air pada kerb (π‘‰π‘˜ = 𝑛 𝑅 3 √𝑖𝑗 ). Waktu aliran
dalam saluran tertutup sepanjang 𝐿 atau jarak dari ujung saluran sampai dengan titik
yang ditinjau dari ujung saluran(menit), 𝑑2 dihitung dengan Persamaan 12.3 dengan
𝑉 menggunakan rumus Manning
𝑇𝑐 = 𝑑1 + π‘‘π‘β„Ž + 𝑑2
(12.1)
π‘‘π‘β„Ž =
𝑙𝑖
π‘‰π‘˜
(12.2)
𝑑2 =
𝐿
𝑉
(12.3)
12.2 Kecepatan Aliran dalam Pipa
Nilai kecepatan (𝑉) dapat diperkirakan seperti pada Tabel 6.6 selanjutnya
dilakukan pergecekan pada debit yang direncanakan dengan menggunakan Gambar
12.3 untuk bentuk segitiga atau menggunakan Gambar 12.4 aliran pada Box Culvert
dan Gambar 12.5 aliran pada pipa.
102 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
Gambar 12.3: Diagram debit aliran pada saluran bentuk segitiga
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan - Saluran Tertutup
| 103
Keterangan:
• Contoh kemiringan gorong-gorong 1/z( seperti 1/2,1/100, 1/1000m), maka koordina X
adalah angka z
• Untuk gorong-gorong kolak yang aliran mengalir penuh tetapi tidak di bawah tekanan
• Kemiringan gorong-gorong adalah paralel dengan kemirinqan air
Gambar 12.4: Diagram debit aliran pada box culvert
Tabel 12.1: Kecepatan berdasarkan diametar pipa dan kemiringan
Kecepatan pipa, 𝑽𝒑 (m/detik)
Diameter (m)
Kemiringan Saluran, π’Šπ’” (%)
1
3
5
0,375
2,0
3,0
4,0
0,600
2,5
4,0
4,5
104 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
12.3 Perhitungan kapasitas
Komponen yang harus diperhitungkan adalah saluran (gutter), inlet dan
manhole serta saluran utama. Saluran tertutup direncanakan dengan penampang
pipa terisi penuh pada saat hujan rencana, untuk menghitung kapasitas Gambar 12.4
aliran pada Box Culvert atau Gambar 12.5 aliran pada pipa.
Kemiringan tanah yang sangat curam atau pada daerah berbukit-bukit,
kadang-kadang pipa direncanakan dengan penampang yang terisi sebagian dengan
menggunakan Gambar 12.6, grafik debit dan kecepalan air dalam pipa yang terisi
sebagian.
Keterangan:
• Contoh kemiringan gorong-gorong 1/z (seperti 1/2,1/100,1/1000m), maka koordina X
adalah angka z
• Untuk gorong-gorong kolak yang aliran mengalir penuh tetapi tidak di bawah tekanan
• Kemiringan gorong-gorong adalah paralel dengan kemirinqan air
Gambar 12.5: Diagram debit aliran pada Pipa
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan - Saluran Tertutup
| 105
Keterangan:
𝑨𝒇 = Luas pipa
𝑨𝒑 = Luas arus saat sebagian penuh
𝑸𝒇 = Debit saat pipa penuh
𝑸𝒑 = Debit saat pipa penuh sebagian
𝑽𝒇 = Kecepatan arus saat pipa penuh
𝑽𝒑 = Kecepatan arus saat pipa sebagian penuh
𝒅𝒇 = diameter pipa atau ketinggian arus penuh
𝒅𝒑 = Ketinggian arus ketika pipa penuh sebagian
Gambar 12.6: Debit dan kecepatan air dalam pipa yang terisi sebagian
12.4 Langkah Pengerjaan Perencanaan
Langkah hitungan pengerjaan perencanaan mengikuti tahapan sebagai
berikut:
106 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
12.4.1 Penentuan Jumlah Lubang Pemasukan
Penentuan jumlah lubang pemasukan yang dipasang untuk mengalirkan air
ke dalam saluran tertutup dari side inlet atau dari manhole, dihitung dengan
menggunakan Persamaan 12.4 dengan debit kapasitas gutter diperoleh dari Gambar
12.3 untuk bentuk segitiga dan kapasitas inlet dari Gambar 12.7, Kapasitas lubang
pemasukan samping.
π½π‘’π‘šπ‘™π‘Žβ„Ž πΏπ‘’π‘π‘Žπ‘›π‘” 𝑆𝑖𝑑𝑒 𝐼𝑛𝑙𝑒𝑑 =
𝐷𝑒𝑏𝑖𝑑 π‘˜π‘Žπ‘π‘Žπ‘ π‘–π‘‘π‘Žπ‘  π‘”π‘’π‘‘π‘‘π‘’π‘Ÿ
80% π‘˜π‘Žπ‘π‘Žπ‘ π‘–π‘‘π‘Žπ‘  𝐼𝑛𝑙𝑒𝑑
(12.4)
12.4.2 Penentuan Kapasitas Rencana
Kapasitas pipa direncanakan dengan asumsi pipa akan terisi penuh pada saat
banjir rencana lima tahunan (𝑅5 π‘‘π‘Žβ„Žπ‘’π‘›), dan kondisi tertentu/banjir besar
(𝑅50 π‘‘π‘Žβ„Žπ‘’π‘›), manhole akan penuh dan aliran dalam pipa akan beroperasi dengan
tekanan (under pressure) dalam waktu singkat.
12.4.3 Penentuan Debit, Tekanan, Elevasi dan Dimensi Pipa
Langkah Perencanaan sesuai Gambar 12.8 adalah sebagai berikut:
(1) Hitung debit rencana dengan 𝑅50 π‘‘π‘Žβ„Žπ‘’π‘›;
(2) Tentukan elevasi dasar pipa bagian hilir (𝐼𝐿1 ) dan hulu (𝐼𝐿2 ); dan
(3) Tentukan elevasi muka air di outlet saluran atau manhole hilir(π‘ŠπΏ1 ); serta
(4) Tentukan diameter pipa (𝐷) dan panjang pipa (𝐿).
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan - Saluran Tertutup
| 107
Catatan :
1. l = L (pada grafik) = Lebar bukaan inlet = 1 m
2. ib = S (pada grafik) = kemiringan bahu = 0,05; 0,025-0,010 m/m
3. Kemiringan saluran (is)diperkirakan dengan interpolasi secara logaritmik
Gambar 12.7: Kapasitas lubang pemasukan samping
108 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
Gambar 12.8: Komponen sistem saluran tertutup
12.4.4 Penentuan Kemiringan Garis Hidrolis
Prosedur perhitungan Hydraulic Grade Line (HGL), dengan merujuk kondisi
yang mungkin terjadi Gambar 12.9 sebagai berikut:
Gambar 12.9: Kondisl HGL di hilir pipa
(1)
Kondisi A : π‘ŠπΏ1 di atas elevasi atas pipa (π‘ŠπΏ1 > 𝑂𝐿1 ); Nilai π‘ŠπΏ1 , sebagai HGL
hilir.
(2)
Kondisi B: π‘ŠπΏ1 di atas tinggi kritis dengan menggunakan Gambar 12.10 dan
Gambar 12.11, Tinggi kritis aliran dalam pipa dan atau dalam box culvert. Jika
π‘ŠπΏ1 di atas (𝐼𝐿1 + 𝑑𝑐 ), hitung nilai elevasi menggunakan Persamaan 12.5 dan
Nilai HGL hilir diambil dari nilai terbesar π‘ŠπΏ1 atau π‘ŠπΏ2 .
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan - Saluran Tertutup
| 109
𝑑𝑐 + 𝐷
(12.5)
2
Kondisi C: π‘ŠπΏ1 di bawah tinggi kritis maka hitung nilai 𝑑𝑐 dari Gambar 12.10
π‘ŠπΏ2 = 𝐼𝐿1 +
(3)
dan Gambar 12.11, Tinggi kitis aliran dalam pipa dan atau dalam box culvert.
Jika π‘ŠπΏ1 di bawah π‘ŠπΏ1 = 𝐼𝐿1 + 𝑑𝑐 , maka nilai HGL= π‘ŠπΏ2
(4)
Kondisi D: π‘ŠπΏ1 di bawah elevasi dasar pipa (π‘ŠπΏ1 < 𝐼𝐿1 ) maka hitung nilai 𝑑𝑐
dari tinggi kritis aliran dalam pipa dan atau box culvert. Ambil nilai 𝐻𝐺𝐿 =
𝐼𝐿1 + 𝑑𝑐 , kecuali jika kondisi pengaliran pada pipa yang dicek pada langkah ke(2), beroperasi tanpa tekanan, dan kedalaman air 𝑑𝑝 dibawah 𝑑𝑐 , nilai 𝐻𝐺𝐿 =
𝐼𝐿1 + 𝑑𝑝
12.4.5 Menghitung hilang tinggi tekan
Menghitung tinggi hilang karena gesekan dalam pipa( friction losses) dengan
langkah sebagai berikut:
(1)
Hitung nilai kekasaran relatif dan angka Reynold dari pipa dengan Persamaan
12.6 dan Persamaan 12.7
Dengan:
π‘˜π‘
𝐷
(12.6)
𝑒=
π‘›π‘Ÿ =
𝐷𝑉
𝑣
(12.7)
𝑑 = diameter pipa (π‘š)
𝑒 = kekasaran relatif (π‘š/π‘š)
π‘˜π‘ = angka kekasaran pipa (Tabel 6.7 Nilai kekasaran pipa)
π‘›π‘Ÿ = angka Reynold
𝑉 = rala-rata kecepatan aliran (π‘š/𝑑𝑒𝑑)
𝑣 = kinetic viscosits dari air = 𝑣 = 1,0 π‘₯ 10−6 π‘š/𝑑𝑒𝑑.
(2)
Baca nilai faktor kekasaran, 𝑓 dari Gambar 12.12, grafik diagram moody nilai
kekasaran pipa terlekan.
110 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
Gambar 12.10: Tinggi kritis aliran dalam pipa
Mulyono,T (2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan|
111
Gambar 12.11: Tinggi kritis aliran datam box culvert
112 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
Tabel 12.2: Nilai kekasaran pipa, π‘˜π‘ (π‘š/π‘š)
Nilai kekasaran pipa, π’Œπ’‘
Jenis Bahan dan Kondisi
Beton
60 π‘₯ 10−6
150 π‘₯ 10−6
600 π‘₯ 10−6
Baik
Normal
Buruk
Beton Fibre-Reinforced
Baik
Normal
Plastik
Sambungan Semen
Spigot & Socket
(3)
15 π‘₯ 10−6
30 π‘₯ 10−6
30 π‘₯ 10−6
60 π‘₯ 10−6
Hitung nilai kehilangan tekanan pada pipa dengan Persamaan 12.8
β„Žπ‘“ =
𝑓𝐿𝑉 2
2𝑔𝐷
(12.8)
Dimana:
β„Žπ‘“ = tinggi tekanan yang hilang (m)
𝑓 = faktor kekasaran (Gambar 12.12: Grafik Moody)
𝐿 = panjang pipa (m)
𝑉 = kecepatan rata-rata (π‘š/𝑑𝑒𝑑)
𝑔 = kecepatan gravitasi (9,81 π‘š/𝑑𝑒𝑑2 )
𝐷 = diameter pipa ( m)
(4)
Hitung elevasi muka air pada hulu pipa dengan Persamaan 12.9
π‘ŠπΏ2 = π‘ŠπΏ1 − β„Žπ‘“
(12.9)
Jika nilai π‘ŠπΏ2 < 𝐼𝐿2 , kondisi yang terjadi adalah aliran pipa tanpa tekanan
(a) Menggunakan Gambar 12.4 aliran pada Box Culvert dan Gambar 12.5
aliran pada pipa untuk menghitung nilai 𝑄𝑃 (penampang penuh)
𝑄
(b) Menggunakan rasio 𝑄 untukmenghitung 𝑑𝑝 , dari Gambar 12.12 debit
𝑝
dan kecepatan air dalam pipa yang terisi sebagian.
(c) Hitung: π‘ŠπΏ2 dengan Persamaan 12.10
π‘ŠπΏ2 = 𝐼𝐿2 + 𝑑𝑝
(12.10)
Saluran Tertutup
| 113
Gambar 12.12: Diagram Moody untuk nilai kekasaran pipa tertekan
114 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
12.5 Bangunan Pelengkap Saluran
Bangunan pelengkap saluran terdiri dari saluran penghubung (gutter),
saluran inlet, bak kontrol, dan gorong-gorong, yang tahapan perencanaannya akan
diuraikan sebagai berikut.
12.5.1 Saluran penghubung (gutter)
Merupakan saluran kecil (gutter) yang dibuat antara kereb dan badan jalan
untuk menyalurkan air hujan yang jatuh di atas permukaan jalan ke saluran samping
jalan.
Gambar 12.13: Tinggi dan lebar genangan pada kereb
Kapasitas saluran yang akan menampung air tergenang pada kereb (Gambar
12.13) yang akan di salurankan ke saluran samping jalan dapat diperkirakan dari
rumus Manning, yaitu dengan Persamaan 12.11 dan 𝑧𝑖 dihitung dengan Persamaan
12.12 .
𝑄 = 0,375
𝑧𝑖 =
𝑧𝑖 1 8
𝑖 2 𝑑3
𝑛 𝑗
1
π‘–π‘š
(12.11)
(12.12)
dimana
𝑄 = debit saluran
𝑑 kedalaman genangan air di saluran
π‘–π‘š = kemiringan melintang jalan atau bahu jalan ( i5)
𝑖𝑗 = kemiringan memanjang jalan atau bahu jalan
𝑛 = koefisien Manning dasar saluran
Saluran Tertutup
| 115
𝑧𝑖 =1/π‘–π‘š atau 1/𝑖𝑏
𝑧𝑑 = lebar genangan
Lebar genangan (𝑧𝑑 ) dibatasi yaitu maksimum 2,0 m dan hujan yang terjadi
adalah hujan kala ulang 5 tahun. Perhitungan (𝑧𝑑 ) dapat dilakukan dengan
menggunakan, Gambar 12.3 untuk bentuk segitiga.
12.5.2 Saluran Inlet
Merupakan saluran yang menghubungkan aliran air dari perkerasan jalan
menuju
saluran.
Adapun
ketentuan
yang
bisa
dilakukan
seperti
yang
direkomendasikan oleh Road Drainage Design Manual, Queensland Goverment,
Department of Main Road, Edisi Juni 2002, adalah ditentukan berdasarkan waktu
konsentrasinya Seperti pada Tabel 12.1.
Tabel 12.3: Standar Waktu Konsentrasi Inlet
Lokasi
Waktu (Menit)
Area perkerasan jalan
5
Area Perkotaan dan Perumahan dengan
kemiringan rata-rata > 15%
5
Area Perkotaan dan Perumahan dengan
kemiringan rata-rata > 10 - 15%
8
Area Perkotaan dan Perumahan dengan
kemiringan rata-rata > 6 - 10%
10
Area Perkotaan dan Perumahan dengan
kemiringan rata-rata > 3 - 6%
13
Area Perkotaan dan Perumahan dengan
kemiringan rata-rata < 3%
15
Jenis Inlet adalah ada dua yaitu lnlet got tepi (gutter inlet), lubang bukaan
terletak mendatar secara melintang pada dasar got tepi, berbatasan dengan batu
tepi; dan Inlet kereb tepi (curb inlet), lubang bukaan terletak pada bidang batu/kereb
tepi dengan arah masuk tegak lurus pada aliran got tepi, sehingga kereb bekerja
sebagai pelimpah samping.
116 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
Jumlah inlet direkomendasikan maksimal tiap 5 meter. Untuk mengetahui
kapasitas inlet samping (side inlet) didapat dari 80% kapasitas yang didapatkan dari
Gambar 12.12, Grafik kapasitas lubang pemasukan samping. Data yang digunakan
adalah lebar bukaan (𝑙) = 1 meter; kemiringan melintang (𝑖𝑏 ) bahu jalan/jalan;
kemiringan memanjang gutter yang diketahui.
Lokasi inlet saluran ditempatkan pada titik terendah dari kemiringan
memanjang jalan (longitudinal) atau pada antara titik terendah dan tertinggi pada
kemiringan memanjang jalan (Gambar pada Tabel 12.2). Jika inlet saluran berbentuk
manhole dan air pada saluran langsung jatuh ke bawah (drop inlet) maka kapasitas
diperkirakan dengan Tabel 12.2 ukuran lubang pemasukan dan Gambar 12.12
kapasitas pemasukan samping.
(a) Tampak atas
(b) Tampak samping
Gambar 12.14: lnlet untuk kemiringan memanjang jalan lebih besar 4 %
Perencanaan bentuk ataupun dimensi saluran inlet tergantung kondisi
lapangan (datar, turunan/tanjakan). Berikut ditampilkan beberapa contoh Gambar
12.14 dan Gambar 12.15 untuk saluran inlet pada jalan menurun/tanjakan serta
Gambar 12.16 untuk bentuk bentuk inlet.
Saluran Tertutup
| 117
(a) Tampak Atas
(b) Tampak Depan/Potongan Memanjang
(c) Tampak Samping/Potongan Melintang
Gambar 12.15: lnlet untuk kemiringan memanjang jalan kurang dari 4 %
Tabel 6.6: ukuran lubang pemasukan samping
Ukuran (mm)
Lubang
pemasukan
(Lebar x Panjang)
1000 x 750
1000 x 1000
1000 x 1500
1000 x 2000
1000 x 2500
π’ŽπŸ‘
Pada kemiringan (𝐝𝐞𝐭)
0,1
0,13
0,20
0,26
0,31
118 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
π’ŽπŸ‘
Pada tempat terendah (𝐝𝐞𝐭)
0,20
0,26
0,40
0,52
0,62
Inlet kombinasi
Gambar 12.16: Bentuk-Bentuk Inlet (Brown, et al., 2013)
12.5.3 Bak Kontrol
Bak kontrol merupakan tempat masuknya air (inlet) dan saluran untuk
menampung aliran air permukaan yang akan disalurkan ke sistem drainase saluran
tertutup dan merupakan ruang akses bagi jaringan pipa serta untuk pemeliharaan
(Gambar 12.17).
Ukuran bak kontrol disesuaikan dengan kondisi lapangan dan juga mudah,
aman dalam melakukan inspeksi dan pemeliharaan rutin (bak kontrol mudah dibuka
Saluran Tertutup
| 119
dan ditutup) serta aman bagi pejalan kaku (untuk saluran tertutup yang berada di
trotoar.
Gambar 12.17: Ilustrasi bentuk bak kontrol
120 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
12.5.4 Gorong-gorong
Seperti yang diuraikan di sub bab sebelumnya. Gorong-gorong yang
menampung kecepatan lebih dari 1 m/detik harus dibuat bangunan transisi. Pada
bangunan transisi terjadi perubahan kecepatan aliran air dari alur sungai kecil ke 'box
culvert". Apabila bangunan transisi dibuat dari tanah, perlu dibuat lindungan
terhadap erosi. Tabel 12.3 dapat dipakai sebagai referensi perlu tidaknya
perlindungan terhadap erosi di bangunan transisi yang di ilustrasikan seperti Gambar
12.18.
Tabel 12.4: Perlindungan terhadap erosi di bangunan transisi
Kedalaman
air normal
Saluran (m)
0 – 1,00
1,00 – 2,00
Perlindungan erosi saluran (m)
Inlet
Outlet
Tidak perlu
15 cm tebal kerikil kasar
30 cm tebal kerikil kasar
15 cm tebal kerikil kasar+ 30 cm rip-rap
Gambar 12.18: Ilustrasi Perlindungan Bangunan Transisi
Saluran Tertutup
| 121
Soal
10.1 Jelaskan jenis saluran tertutup?
10.2 Bangunan pelengkap saluran terdiri dari saluran penghubung (gutter), saluran
inlet, bak kontrol, dan gorong-gorong, jelaskan secara singkat.
10.3 Kapasitas saluran yang akan menampung air tergenang pada kereb (Gambar
12.19) yang akan di salurankan ke saluran samping jalan dapat diperkirakan
dari rumus Manning, yaitu dengan Persamaan 𝑄 = 0,375
1
π‘–π‘š
𝑧𝑖
𝑛
1
8
𝑖𝑗 2 𝑑 3 dan 𝑧𝑖 =
. Hitung debit saluran, 𝑄 jika pada kedalaman genangan air di saluran, 𝑑 =
0,9 π‘š. Kemiringan melintang jalan atau bahu jalan, π‘–π‘š = 2% dan kemiringan
memanjang jalan atau bahu jalan , 𝑖𝑗 = 0,002% serta koefisien Manning dasar
saluran, 𝑛 = 0,012.
Gambar 12.19: Tinggi dan lebar genangan pada kereb
10.4
Jelaskan tentang saluran inlet dan jenisnya serta bak control?
122 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
Mulyono,T (2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan|
123
Mulyono,T (2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan|
124
Proses infiltrasi yang menjadikan aliran antara (interflow) atau sebagai aliran
dasar (base flow) pada suatu media permukaan tanah akan mempengaruhi stabilitas
permukaan tanah tersebut, kondisi ini akan menjadi masalah jika permukaan tanah
mempunyai kemiringan tertentu apa lagi jika lereng terpotong dengan jalan.
Stabilitas permukaan lereng baik pada tanah asli ataupun tanah bentukan rekayasa
akan sangat dipengaruhi oleh sistem peresapan air tersebut sesuai tujuan drainase.
Drainase lereng termasuk sebagai drainase permukaan yang diterapkan
untuk melindungi lereng-lereng dari bahaya erosi atau penurunan stabilitas yang
disebabkan oleh air permukaan di daerah galian, urugan dan lereng-lereng alam atau
air tanah yang merembes ke dalam lereng, sehingga dapat mempengaruhi stabilitas
jalan di bawahnya. Perencanaan drainase lereng harus memperhatikan, mengkaji
topografi daerah sekitar alinyemen agar arah dorongn batu, sampah, pasir, dan
kerikil dapat dirubah sehingga jalan dapat terlindungi. Jika diperlukan, bangunan
dilengkapi dengan bedungan (dam) dan bangunan lainnya dengan tujuan meredam
atau mengurangi energi arus dorong atas. Perencanaan bangunan drainase lereng
dilakukan sama dengan perhitungan saluran terbuka. Beberapa contoh sistem
drainase lereng untuk berbagai jenis perkerasan dan kondisi lapangan seperti
Gambar 13.1.
Mulyono,T (2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan|
125
Gambar 13.1: Tipikal drainase lereng dengan lapisan permeabel (a) instalasi untuk
Perkerasan PCC atau Aspal Beton dengan Bahu Jalan lapis Aspal (b) Instalasi untuk
perkerasan PCC dengan bahu dari lapis beton (Christopher & McGuffe, Pavement
Subsurface Drainage Systems: A Synthesis of Highway Practice 239, 1997)
13.1 Jenis Bangunan Drainase Lereng
Jenis perencanaan bangunan drainase lereng antara lain terasering lereng,
dan penempatan saluran perlu memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut:
(1) Kemiringan lereng;
(2) Jenis tanah, sudut geser; dan
126 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
(3) Kestabilan lereng. Pembagian jenis bangunan drainase lereng seperti
Gambar 13.2.
Gambar 13.2: Sketsa lereng dengan daerah pengallran
13.1.1 Saluran Puncak (Crown Ditch)
Saluran puncak harus dibuat untuk mencegah air hujan dan air rembesan
tidak masuk ke lereng yang sedang dibuat (digali atau diurug) dan perancangan harus
memperhitungkan topografi daerah sekitar, banyaknya aliran yang turun dari lereng,
sifat-sifat tanah dan lain-lain.
Saluran puncak yang umumnya mempunyai
kemiringan yang curam. Pengaliran air pada saluran ini dapat menyebabkan gerusan
di luar saluran akibat loncatan air. Jenis saluran puncak antara lain: (1) Saluran tanpa
lapisan pelindung (unlined ditch); (2) Saluran semen tanah (soil cement ditch); dan
(3) Saluran beton tulang bentuk “U”
Kriteria saluran puncak: Luas penampang basah yang besar; Ujung hilir
saluran harus mempunyai luas penampang basah yang besar; dan Ujung hilir saluran
harus dirancang dengan memperhitungkan kondisi topografi secara cermat agar
tidak merusak stabilitas lereng.
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan - Drainase Lereng
| 127
13.1.2 Saluran Drain Memanjang
Saluran memanjang dipasang sepanjang lereng untuk membuang air dari
saluran samping bahu jalan ke dalam saluran di kaki lereng, atau dari saluran puncak
atau saluran banket ke dalam saluran samping jalan.
13.1.3 Saluran Banker Atau Penangkap
Saluran ini bermanfaat untuk mencegah erosi lereng akibat air yang mengalir
di permukaan lereng.
13.1.4 Bangunan untuk membuang bocoran air pada lereng
Bangunan untuk membuang bocoran air pada lereng merupakan bangunan
yang dibuat untuk mengendalikan erosi. Jenisnya dapat berupa guludan - guludan
bersaluran, parit/saluran pengelak , Teras, balong/waduk, dam penghambat, rorak,
dan tanggul .
Guludan merupakan tumpukan tanah yang dibuat memanjang menurut arah
kontur (memotong lereng). Tinggi tumpukan dan lebar dasar dibuat sekitar 25-30
cm. Jarak antar guludan tergantung kecuraman lereng (0 – 6%), kepekaan erosi tanah
dan erosivitas hujan. Guludan diperkuat dengan rumput atau pohon perdu (rendah).
Guludan bersaluran pada lereng yang lebih curam (6% - 12%) atau tanah
yang lebih peka terhadap erosi dibangun memanjang searah kontur, dengan saluran
di bagian lereng atas sepanjang guludan.
Ukuran guludan sama dengan guludan biasa. Kedalaman saluran 25-30 cm
dan lebar atas saluran 30 cm. Guludan diperkuat rumput dan pohon perdu. Saluran
dibuat dengan kemiringan 1% ke arah saluran pembuangan, agar air yang tidak
meresap dapat segera dibuang.
128 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
Parit/Saluran Pengelak (diversion ditch) dibuat dengan memotong arah
lereng dengan kemiringan kecil sehingga kecepatan air tidak lebih dari 0,5 m/dt.
Selanjutnya dialirkan ke saluran pembuangan yang telah ada. Umumnya untuk tanah
dengan permeabilitas rendah. Ukuran dan kemiringan parit berdasarkan perkiraan
laju puncak aliran.
Teras berfungsi untuk megurangi panjang lereng dan menahan air sementara
untuk mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan serta memaksimalkan
pengendapan sedimen dan penyerapan air oleh tanah. Dua tipe yaitu teras
tangga/bangku (bench terrace) dan teras berdasar lebar (broadbase terrace).
Balong/waduk, dam penghambat, rorak, dan tanggul berfungsi untuk mengurangi
jumlah dan kecepatan aliran permukaan, sehingga air dapat meresap ke dalam
tanah. Selain itu air yang tertampung juga bisa dimanfaatkan untuk keperluan lain.
13.2 Perancangan Bangunan Drainase Lereng
Perancangan drainase lereng perlu diperhatikan masalah pengurugan yang
harus dilakukan dengan hati-hati termasuk erosi di bagian hilir dicegah dengan
pemasangan lempengan rumput . Pada titik transisi lereng saluran diberi lapis
penutup dan di tempat-tempat dimana lereng menjadi curam, dianjurkan
menggunakan saluran yang lengkap dengan “socket”, serupa dengan saluran
drainase memanjang.
Contoh sarana drainase lereng sesuai peruntukan perancangan ditunjukkan
pada Tabel 13.1 dan pemasangan/pelaksanaan saluran drainase lereng ditunjukkan
pada Tabel 13.2. Jenis saluran dan kriteria saluran puncak ditunjukan pada Tabel
13.3 dan saluran memanjang pada Tabel 13.4.
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan - Drainase Lereng
| 129
13.3 Erosi / penggerusan
Desain drainase jalan harus mencakup evaluasi mengenai erosi tanah yang
akan mempengaruhi jalan. Penanggulangan erosi permukaan lereng jalan dapat
dilakukan denan menanami lereng dengan tanaman sesuai Pt T-04-2002-B, Tata Cara
Penanggulangan Erosi Permukaan Lereng Jalan dengan Tanaman. Penanganan yang
dilakukan dapat dengan mengganti tanah dan longsoran tanah yang terjadi harus
dibersihkan dan dibuang dari sarana atau saluran drainase, untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Tabel 13.5.
Tabel 13.1: Perancangan dan contoh sarana drainase lereng
Peruntukan perancangan drainase lereng
Jenis
Menghentikan air hujan atau aliran permukaan
dari lereng
- Saluran puncak (crown ditch)
- Saluran pada bagian atas lereng
- Saluran pencegat
Membelokkan aliran permukaan yang turun
dari lereng atau aliran air tanah di bawah
permukaan ke sarana drainase di luar daerah
lereng dengan cara yang aman
Bangunan pelindung lereng yng
disemprot dengan adukan (semen) atau
lempengan rumuh
Tabel 13.2: Pelaksanaan saluran drainase lereng
Cara pemasangan
Kondisi aliran
menjeram (cepat)
Pelaksanaan
drainase lereng
Bagian pekerjaan
galian
• Tertanam
dengan kokoh di
dalam tanah asli
• Diurug secara
hati-hati dengan
bahan kedap air,
agar daya
angkut saluran
yang diinginkan
dapat tercapai
• Harus dilapisi untuk
mencegah timbulnya
loncatan air sehingga
bagian luarnya akan
terlindungi dari
bahaya gerusan
akibat loncatanloncatan air kecil
• Dilapisi gebalan
rumput
• Diberi lapisan
pelindung
pemasangan batu
• Harus
diselesaikan
secepat mungkin
• Saluran puncak
harus dibuat
sebelum
pekerjaan galian
dimulai
• Jika perlu, sarana
darurat harus
dirancang
sebagai saluran
pencegar atau
saluran lainnya
• Harus mengkaji
sifat batuan dan
arah lapisanlapisan, karena
ada kaitannya
dengan
kebocoran pada
lereng
130 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
Tabel 13.3: Jenis saluran dan Kriteria Saluran Puncak
Saluran tanpa lapisan pelindung (unlined ditch) (Gambar 13.3)
Tanah tidak peka terhadap infiltrasi air
Debit kecil dan dapat langsung dialirkan ke lereng alami yang berdekatan dengan lereng
yang sedang dibuat
Saluran sederhana berupa urugan yang dilapisi lempengan rumput
Saluran semen-tanah (Gambar 13.3)
Tanah peka terhadap infiltrasi air
Debit besar dan tidak diperbolehkan ada infiltrasi air ke dalam tanah
Saluran beton-tulang precast bentuk “U” (Gambar 13.4)
Debit besar dan saluran drainas panjang
Ukuran saluran precast tergantung pada daerah pengaliran (catchment area) dan kondisi
permukaan tanah, umumnya 30 cm x 30 cm
Bentuk “U” atau setengah lingkaran
Tabel 13.4: Jenis saluran dan Kriteria Saluran Drainase Memanjang
Saluran beton-tulang bentuk “U” atau pipa setengah lingkaran
•
Pemasangan langsung pda permukaan lereng. Dilengkapi dengan socket.
Pemasangan pada jarak interval 3 m, harus ditempatkan sarana anti-slip.
•
Untuk mencegah erosi tebing akibat loncatan air:
•
Bagian atas saluran harus digali + 10 cm dan, Diberi lapisan pelindung dari
pasangan batu atau lempengan rumput (Gambar 13.5)
•
Luas penmpang ditentukan oleh perhitungan debit. Ukuran yang sering
digunakan 24cm x 24cm atau 30cm x 30cm
•
Harus disediakan kolam penangkapan air (catch basin) di:
•
Pertemuan antara saluran memanjang dan saluran lain
•
Kemiringan atau arah aliran berubah
•
Kolam harus memiliki “sumuran” pasir dengan kedalaman > 15 cm untuk
meredam energi dari air yang mengalir
•
Saluran dan kolam harus diberi tutup pada:
•
Kemiringan lebih curam dari 1:1
•
Titik transisi perubahan kemiringan pada jarak 1 – 2 m dari kaki lereng.
Saluran beton-tulang
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan - Drainase Lereng
| 131
Tabel 13.4: Jenis saluran dan Kriteria Saluran Drainase Memanjang
•
Saluran pipa beton atau pipa keramik digunakan dengan dilengkapi kolam
penangkapan air di titik-titik perubahan kemiringan saluran atau perubahan
arah aliran
•
Digunakan pada setiap ketinggian 5 – 10 m (ketinggian interval) dan jika
lereng cukup panjang atau digunakan jika kemiringan memanjang jalan
0,3% - 5%
•
Kemiringan banket disamakan dengan kemiringan lereng (Gambar 13.6)
•
Banket yang dilengkapi denagn saluran drainase (saluran pencegat) maka
arah kemiringan melintang banket harus berlawanan dengan kemiringan
lereng (Gambar 13.6)
•
Saluran beton-tulang atau saluran semen-tanah yang dibuat pada banket
dihubungkan dengan saluran puncak atau saluran memanjang
Tabel 13.5: Penyebab dan sarana untuk menghindari erosi/penggerusan
Penyebab
•
•
Air tanah atau air
hujan
menginfiltrasi ke
dalam tanah
Kandungan air
tanah dalam tanah
itu sendiri
Dampak
•
Menggerus
lereng
•
Menyebabkan
keruntuhan
lereng karena
terbentuk
bidang-bidang
gelincir
sepanjang
lapisan bocoran
(Gambar 13.7)
132 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
Sarana memindahkan
bocoran air dari lereng
•
Bronjong kawat,
saluran pencegat,
lapisan horisontal
yang diisi dan
menggunakan
lubang tetes/sulingsuling (Gambar
13.7)
Gambar 13.3: Saluran tanpa lapisan pelindung dan saluran semen-tanah
Gambar 13.4: Sketsa saluran beton tulangan (a) bentuk “U” dan (b) bentuk
setengah lingkaran
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan - Drainase Lereng
| 133
Gambar 13.5: Sketsa saluran beton tulangan bentuk “U” pada saluran drain
memanjang
Gambar 13.6: Sketsa penampang melintang suatu banket
134 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
(a)
(b)
Gambar 13.7: Sketsa bocoran lambat (Oozing) pada lereng
Gambar 13.8: Sketsa galian yang disi batu beserta tata letak
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan - Drainase Lereng
| 135
Tabel 13.6: Uraian bangunan untuk membuang bocoran air pada lereng
Galian yang diisi batu-batu
•
Bertujuan untuk mengumpulkan dan membuang air rembesan dari daerah
sekitar permukaan tanah dengan memanfaatkan permeabilitas bahanbahan kasar.
•
Bahan yang dipilih harus memiliki permeabilitas tinggi. Bahan di bagian
luar dengan diameter kecil digunakan untuk mencegah infiltrasi pasir dan
penyumbatan.
•
Pencegahan infiltrasi dapat dilakukan dengan menutup galian dengan serat
resin atau serat gelas (glass fiber) dengan lubang saringan yang cocok.
•
Susunan aliran: Tipe-W atau tipe “knockhead” (Gambar 13.8), di lokasi
bocoran air bervolume tinggi atau di lokasi galian saluran saling bertemu.
Jika diperlukan dibuat pula saluran-saluran drainase pencegat dengan pipa
perforasi di dalmnya
Bronjong kawat pada lereng
•
Bronjong kawat dikombinasikan dengan galian yang diisi dengan batu,
dipasang pada lereng-lereng yang mengalami bocoran-bocoran berat
(Gambar 13.9).
•
Pemasangan dilakukan pada kaki lereng pelindung drainase dan kaki
pelindung lereng.
•
Pada lereng pendek, bronjong kawat dipasang di tempat galian yang diisi
dengan batu.
Lubang tetes / suling-suling
•
Panjang lubang tetes / suling-suling > 50 sm.
•
Pada lokasi bocor, dibuat lubang samping (lubang lateral) yang diisi
dengan pipa perforasi atau ikatan bambu untuk membuang air
rembesan.
•
Jenis pipa yang diberi perforasi: pipa vinyl keras, pipa jaringan resin
sintetik, resin sintetik yang bersifat porous dan pipa beton yang lulus air
(porous).
•
Pada lokasi bocor di dalam, maka harus dilakukan pemboran secara
horisontal. Untuk membuang air bocoran, dimasukkan pipa drain yang
dilengkapi dengan saringan ke dalam lubang bor tersebut. (Gambar
13.10)
136 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
Gambar 13.9: Sketsa bronjong kawat pada lereng
Gambar 13.10: Sketsa suling-suling
13.4 Bangunan untuk membuang bocoran air pada lereng
Air rembesan dan air bocoran (oozing water) yang merusak kestabilan lereng
harus segera dibuang melalui galian yang diisi dengan batu-batu, bronjong kawat
pada kaki lereng maupun “suling-suling”. Perencanaan lebih rinci tidak dijelaskan
pada pedoman perencanaan drainase ini. Uraian bangunan ditunjukkan pada Tabel
13.6 hanyalah uraian bangunan untuk meneruskan air yang ada ke saluran.
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan - Drainase Lereng
| 137
Soal
13.1 Jelaskan proses infiltrasi yang menjadikan aliran antara (interflow) atau
sebagai aliran dasar (base flow) pada suatu media permukaan tanah?
13.2 Jelaskan tujuan dari drainase lereng?
13.3 Jenis perencanaan bangunan drainase lereng antara lain terasering lereng, dan
penempatan saluran. Aspek-aspek apa yang perlu diperhatikan?
13.4 Jelaskan tujuan saluran memanjang yang dipasang sepanjang lereng?
13.5 Bangunan untuk membuang bocoran air pada lereng merupakan bangunan
yang dibuat untuk mengendalikan erosi. Jelaskan jenis-jenisnya?
13.6 Apa yang perlu diperhatikan pada perancangan drainase lereng?
13.7 Bagaimana penanggulangan erosi permukaan lereng jalan?
13.8 Jelaskan mengapa air rembesan dan air bocoran (oozing water) dapat merusak
kestabilan lereng?
138 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
Mulyono,T (2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan|
139
Mulyono,T (2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan|
140
Drainase bawah permukaan bertujuan menjaga subgrade dan base agar
tetap memiliki kandungan air yang diinginkan, dengan cara menurunkan muka air
tanah dalam base, urugan tanah atau tanah sampai ke dalam minimal 1,00 meter di
bawah permukaan tanah dan mencegat air dari daerah sekitar agar tidak merembes
ke dalam urugan tanah.
Sistem drainase bawah permukaan diperlukan untuk melindungi kekuatan
dan keawetan perkerasan dan formasi jalan dengan cara :
(1)
merninimalkan kemungkinan masuknya air tanah ke dalam badan jalan;
(2)
mengumpulkan dan membawa rembesan air pada badan jalan ke selokan
samping atau ternpat buangan lainnya;
(3)
rnernbuang air tanah yang terdapat pada lereng timbunan/galian, perkerasan
dan badan jalan selarna dan sesudah rnasa pelaksanaan pernbangunan jalan;
(4)
rnembuang air pada daerah-daerah yang basah di bawah perkerasan atau
bahu jalan;
(5)
memotong dan membuang rembesan air tanah yang rnelintasi badan jalan;
(6)
rnenurunkan tinggi muka air tanah sarnpai ke ketinggian yang diperkirakan
tidak membahayakan kekuatan badan jalan.
Umumnya drainase bawah permukaan dibedakan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu
: (1) Untuk memotong aliran rembesan air tanah yang akan melintasi badan jaian,
dan (2) Untuk mencegah air kapiler dari tanah dasar mencapai perkerasan jalan.
Drainase bawah permukaan yang dimaksudkan untuk memotong aliran
rembesan air tanah yang akan melintasi badan jaian, biasanya dibuat saluran
penangkap (interception drain) di samping bahu jalan, yaitu pipa berlubang-lubang
Mulyono,T (2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan|
141
(porous) yang dipasang di dalarn galian dan dilapisi ijuk serta ditimbun kembali
dengan kerikil dan batu-batu pecah, dan pada bagian paling atas ditutup dengan
lapisan tanah yang kedap air (impermiable). Interception drain ini perlu dibuat
bilamana tekanan hidrostatis air tanah yang akan melintasi jalan cukup besar.
Ilustrasinya seperti Gambar 14.1.
Gambar 14.1: Ilustrasi interception drain
Pergerakan air kapiler dengan tekanan hidrostatis yang relatif kecil sering
terjadi pada lokasi-lokasi dimana badan jalan/tanah dasar (sub base) terdiri dari
material lanau atau lempung. Pada umumnya di bawah pondasi jalan (sub base)
dibuat "lapisan pengering (drainage layer)". Ilustrasinya seperti Gambar 14.2.
142 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
Gambar 14.2: Ilustrasi lapisan drainage
14.1 Bangunan drainase bawah permukaan
Jenis drainase bawah permukaan yaitu saluran drainase samping jalan;
Saluran drainase bawah permukaan melintang; lapisan lulus air di bawah base.
terdapat 2 (dua) hal penting yang harus diperhatikan, yaitu : (1) Kapasitas saluran
drainase harus cukup untuk mengalirkan air yang meresap ke dalam struktur
perkerasan jalan secara cepat; dan (2) Kapasitas saluran drainase harus mampu
untuk melayani air resapan pada badan jalan selama umur jalan yang direncanakan.
14.1.1 Saluran drainase samping jalan
Saluran drainase samping diterapkan di daerah yang bertaraf muka air tanah
tinggi dan merupakan sarana yang paling berguna bagi drainase bawah permukaan
(Gambar 14.3, 14.4, dan 14.5)
Gambar 14.3: Drainase samping jalan untuk daerah datar
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan - Drainase Bawah Permukaan
| 143
Gambar 14.4: Drainase samping jalan untuk daerah lereng
Gambar 14.5: Drainase samping jalan untuk jalan yang sangat lebar
Adanya saluran drainase bawah permukaan jalan di samping jalan ditujukan
agar mengeringkan subgrade dan base, tanpa merubah perencanaan. Lokasi lebih
khusus ditunjukkan pada Tabel 14.1. Perletakan pipa perforasi pada dasar saluran
diuraikan pada Tabel 14.2.
Tahap penyusunan saluran:
(1) Penempatan saluran bawah permukaan;
(2) Kain tenunan tipis menutup atau melapisi saluran bawah permukaan
(untuk bahan sintetis: glass fiber atau fiber polymer tinggi)
(3) Batu kerikil diurug, dimana pipa dipasang di dasar saluran (diameter
standar pipa yang diperforasi adalah 20-30 cm);
(4) Lembar tenunan diselimutkan sampai di atas urugan kerikil, berfungsi
sebagai filter pencegah butiran tanah halus masuk;
(5) Tanah diurug untuk menutup.
144 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
Tabel 14.1: Pemasangan saluran bawah permukaan samping jalan pada daerah
tertentu
Kondisi
Pemasangan
saluran
Keterangan
Kedalaman
Daerah datar
Kedua sisi jalan
Permukaan air
tanah juga kurang
dasar
Daerah lereng
Suatu sisi tertinggi
pada jalan
Air tanah mengalir
hanya dalam satu
arah
Jalan sangat
lebar
Di bawah median dan juga kedua sisi
Daerah yang
banyak
mengandung
air tanah
Selain saluran drainase samping, perlu
lapisan tak kedap air yang dipasang di
sepanjang batas antara subgrade dan
base atau di dalam urugan tanah atau
subgrade untuk membawa aliran
rembesan ke saluran samping
Harus berkisar 1,5 –
3,0 meter tetapi
kedalaman ini dapat
berubah menurut
topografi, geologi,
dan taraf muka air
tanah setempat
Tabel 14.2: Sifat dan pemasangan pipa perforasi
Komponen
Sifat
Uraian
Pipa
perforasi
Pemasangan
Dasar saluran, celah antara, di sambungan
pipa jika tidak terdapat lubang
Lubang
perforasi
Jenis
Tidak boleh terlalu besar karena butiran
tanah dapat masuk ke dalam pipa
Sambungan
pipa
Ukuran celah pipa Harus diliput dengan pecahan genting atau
+ 3 mm
bahan lain yang dapat mencegah masuknya
tanah
Kemiringan
pipa
Penempatan
Tidak bolah kurang dari 2‰ untuk
menghasilkan kecepatan + 0,3 m/detik
Kriteria pemasangan pipa pada jenis kemiringan tanah ditunjukkan pada
Tabel 14.3 sedangkan jarak anta pipa ditunjukkan pada Tabel 14.4.
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan - Drainase Bawah Permukaan
| 145
Tabel 14.3: Kondisi kemiringan tanah
Kondisi kemiringan / Pemasangan
Panjang
Daerah datar dengan kemiringan
minimum s = 2‰
Maks. 150 m
Ada penurunan 0,30 meter untuk
panjang 150 m
Daerah dengan kemiringan yang
memungkinan pipa dipasang sejajar
dengan permukaan tanah
Panjang pipa tidak terbatas
Daerah lebih curam
<600 m
Tabel 14.4: Jarak interval antara pipa-pipa drain
Jarak interval antara pipa-pipa (meter)
Uraian
15 – 50
Umum digunakan
> 50
Tanah sangan permeabel
< 15
Biaya tinggi
Pipa perforasi membutuhkan bahan pelindung atau filter yang memiliki
distribusi diameter butiran yang diuraikan pada Tabel 14.5. Uraian lokasi
penempatan saluran bawah permukaan ditunjukkan pada Tabel 14.6
Tabel 14.5: Penempatan bahan filtrasi
Komponen
Kegiatan
Uraian
Pipa perforasi
Penempatan Diliput oleh bahan filter sebagai pelindung, yang
didistribusikan diameter butirannya
Bahan filtrasi
kurang baik
Penempatan Perforasi dibuat hanya bagian bawah pipa yaitu
sepanjang 1/3 keliling pipa
Bahan urugan
Pengurugan
Pada saluran drain harus diiringi dengan
pemadatan (compaction) yang baik, agar aman
terhadap penurunan atau deformasi di kemudian
hari
Tabel 14.6: Lokasi saluran bawah permukaan
146 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
Lokasi saluran
bawah permukaan
Uraian
Di bawah saluran
samping atau
perkerasan jalan
Permukaan atas urugan masih dianggap kedap air atau air
permukaan dianggap tidak melakukan infiltrasi ke dalam
saluran bawah permukaan
Di bawah bahu jalan
Permukaan atau urugan bahan filter harus dilapisi dengan
lapisan (tanah) setebal 30 cm dengan permeabilitas yang
sangat kecil dan cukup padat, utuk mencegah infiltrasi air
permukaan
14.1.2 Saluran drainase bawah permukaan melintang jalan
Kondisi muka air tanah tinggi atau muka air tanah yang berdekatan dengan
muka tanah, maka air rembesan yang seringkali mengalir keluar dari permukaan
sehingga memerlukan penempatan saluran transversal. Apabila syarat-syarat
drainase tidak dapat dipenuhi oleh saluran drainase memanjang maka perlu
melakukan saluran drainase melintang. Saluran melintang ditempatkan di daerahdaerah transisi antara galian dan urugan (Gambar 14.6).
Gambar 14.6: Sketsa saluran drainase melintang
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan - Drainase Bawah Permukaan
| 147
Infiltrasi
dari
subgrade
dapat
dicegah
secara
efektif
dengan
mengkombinasikan saluran drainase dengan lapisan lulus air di bawah base. Posisi
saluran dapat dipasang tegak lurus sumbu jalan atau jika jalan memiliki kemiringan
memanjang, saluran melintang harus dipasang menurut arah diagonal (Gambar
14.7). Pipa perforasi dapat ditempatkan pada dasar saluran drainase atau sisi
saluran. Saluran drainase melintang dihubungkan dengan saluran drainase samping.
Gambar 14.7: Saluran drain yang dipasang tegak lurus sumbu jalan
14.1.3 Lapisan Lulus Air Di Bawah Base
Kondisi tanah apabila tidak baik untuk drainase dan subgrade bersifat kedap
air atau apabila letak muka air tanahnya tinggi serta air rembesan sangat banyak,
maka di bawah base perlu dipasang suatu lapisan yang lulus air (permeable). Lapisan
lulus air diterapkan apabila subgrade lunak. Dalam hal ini, lapisan lulus air terdiri dari
148 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
pasir dengan ketebalan 50 cm. Drainase dengan menerapkan lapisan lulus air dapat
bekerja lebih baik apabila di dalam dipasang pipa perforasi, seperti terlihat pada
Gambar 14.8.
(a)
(b)
Gambar 14.8: Pipa yang diperforasi ditempatkan pada kedua tepi lapisan lulus air
(a) Tipikal Perkerasan Aspal Beton dengan Pipa Perforasi (b) Elemen rencana sistem
drainase perkerasan (Christopher, Schwartz, & Boudreau, 2006)
Suatu lapisan lulus air terdiri dari tanah dengan butiran kasar dan cegah
kenaikan air akibat kapilaritas, sehingga dapat melihat kondisi baik dari perkerasan
jalan dengan persyaratan yang ditunjukkan pada Tabel 14.7. Agar material tidak
tersumbat oleh partikel-partikel halus yang masuk dari subgrade maka harus
dipenuhi persamaan seperti yang ditunjukkan pada Tabel 14.8.
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan - Drainase Bawah Permukaan
| 149
Tabel 14.7: Persyaratan bahan filter
Penggunaan bahan filter
• Mengisi atau
mengurug saluran
drainase apabila pipa
perforasi sudah
dipasang di dasar
saluran
• Lapisan lulus air sudah
dipasang di subgrade
Persyaratan
• Harus benar-benar lulus air dan terdiri dari pasir
alam bergradasi baik, atau kerikil atau batu pecah
dengan gradasi yang terkontrol
• Bahan harus memiliki stabilitas butiran yang
sangat baik
• Tahan cuaca
• Tidak larut
• Memiliki kurva distribusi butiran subgrade, butiran
lubang subgrade dan diameter lubang pipa
perforasi
Tabel 14.8: Persyaratan diameter butir
Kondisi
Persyaratan
Material filter tidak tersumbat partikel halus yang masuk dari
subgrade
𝐷15 (π‘“π‘–π‘™π‘‘π‘’π‘Ÿ)
𝐷85 (𝑠𝑒𝑏 π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘’)
≤5
𝐷15 (π‘“π‘–π‘™π‘‘π‘’π‘Ÿ)
Material filter cukup lulus air terhadap subgrade
𝐷85 (𝑠𝑒𝑏 π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘’)
>5
Dengan:
π‘«πŸπŸ“ 15% diameter material pada kurva distribusi diameter butiran
π‘«πŸ–πŸ“ 85% diameter material pada kurva distribusi diameter butiran
Diameter butiran dari bahan filter ditentukan oleh Diameter lubang perforasi
atau Jarak interval pipa-pipa (apabila digunakan pipa yang tidak diperforasi, tetapi
ada lubang di sambungan) dengan persyaratan sesuai Persamaan 14.1 .
𝐷85 (π‘“π‘–π‘™π‘‘π‘’π‘Ÿ)
𝐷(π‘‘π‘–π‘Žπ‘šπ‘’π‘‘π‘’π‘Ÿ π‘™π‘’π‘π‘Žπ‘›π‘” π‘π‘’π‘Ÿπ‘“π‘œπ‘Ÿπ‘Žπ‘ π‘ π‘– π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘’ π‘™π‘’π‘π‘Žπ‘›π‘” π‘ π‘Žπ‘šπ‘π‘’π‘›π‘”π‘Žπ‘› π‘π‘–π‘π‘Ž)
(14.1)
>2
Bentuk kurva distribusi butiran yang baik adalah kurva berbentuk mulus dan
kurang lebih sejajar dengan kurva distribusi diameter. Utuk butiran subgrade
150 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
(Gambar 14.9). Subgrade mengandung kerikil dengan diameter butiran yang sangat
besar, maka kurva dibuat dengan tanpa mencakup partikel-partikel berdiameter >
25 mm
Gambar 14.9: Kurva distribusi diameter butiran dari bahan filter
14.2 Penggalian saluran drainase
Hal-hal yang perlu diperhatikan menyangkut bentuk galian saluran drainase
tergantung pada air tanah, kondisi tanah, jenis peralatan, dan metode pelaksanaan
serta lainnya. Lebar penggalian untuk saluran diusahakan 30 cm lebih besar dari
diameter luar pipa drainase. Dimaksudkan untuk pemasangan pipa perforasi dan
pemadatan bahan pada saat pengurugan kembali dapat dikerjakan dengan mudah.
Pembentukan dinding saluran dibuat se-vertikal mungkin. Penggalian saluran
pada kaki lereng harus disediakan jarak-antara yang layak antara kaki lereng dan
galian untuk saluran drainase. Dimaksudkan untuk menghindari keruntuhan lereng.
14.3 Pemasangan pipa yang diperforasi
Saluran drainase yang apabila bahan dari terdiri dari tanah berpasir yang
baik, maka saluran dapat diurug kembali setelah tanah berpasir diratakan menurut
ketinggian yang diinginkan dan sesudah pipa perforasi ditaruh di atasnya.
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan - Drainase Bawah Permukaan
| 151
Pemasangan pipa disesuaikan dengan jenis tanah pada Tabel 14.9 dan Gambar
14.10. Umumnya pipa outlet tidak diperforasi karena untuk mengalirkan air dari
bagian struktur ke saluran. Pipa outlet dilindungi dan ditandai (Gambar 14.11)
dengan marka atau tanda setelah pemasangan selesai.
Tabel 14.9: Pemasangan pipa yang diperforasi sesuai jenis tanah
Jenis tanah
Pemasangan
Bahan dari saluran
Saluran dapat diurug kembali setelah tanah berpasir
drain terdiri atas tanah diratakan menurut ketinggian yang diinginkan dan
berpasir yang baik
sesudah pipa perforasi ditaruh di atasnya
Dasar saluran terdiri
dari lapisan batuan
yang keras
Saluran harus digali kembali ke bawah sampai
bertambah kedalamannya + 10 cm, kemudian diisi
dengan kerikil dan batu pecah dan dipadatkan dengan
seragam
Tanah lunak dan tidak
stabil
Dasar saluran harus dilapisi batu pecah, kerikil, atau pasir
dengan ketebalan yang layak
Saluran drain diurug kembali dengan bahan filter sampai
ketebalan 15cm
Bahan pengurugan harus dari pasir yang tidak
mengandung kerikil dengan butiran >10cm
Pemadatan bahan urugan dilakukan dengan hati-hati
Jika ujung pipa dihubungkan dengan pipa drain utama,
atau berhubungan dengan udara bebas, maka pipa harus
ditutup dengan tirai pelindung dari logam atau dipagar
Diameter perforasi < 30cm, dan dipasang dari suatu
galian
152 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
Gambar 14.10: Tipikal pemasangan pipa porous
Gambar 14.11: Contoh detail pipa outlet dengan tanda
14.4 Cara pengerjaan
Cara pengerjaan utamanya menyangkut penentuan koefisien permeabilitas
sebagai dasar untuk menentukan debit bawah permukaan. Setelah debit diketahui
ditentukan dimensi saluran dengan memperhatikan bahan dan bentuknya.
14.4.1 Penentuan permeabilitas tanah
Koefisien permeabilitas diperlukan dan didapat dengan berbagai cara seperti
yang ditunjukkan pada Tabel 14.10 berikut. Sedangkan pada koefisien permeabilitas
pada Tabel 14.11 merupakan koefisien permeabilitas bahan yang lolos saringan no.
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan - Drainase Bawah Permukaan
| 153
75 atau pada Tabel 14.12 merupakan koefisien permeabilitas hasil perkiraaan sesuai
jenis bahan.
Tabel 14.10: Penentuan permeabilitas tanah
Jenis penentuan
Uraian
Perkiraan koefisien
permeabilitas
Perkiraan permeabilitas
berdasar kurva distribusi
diameter butiran
Dari
Tabel 14.11 perkiraan koefisien di bawah ini
Perkiraan ini dapat memberikan hasil yag baik apabila
diterapkan pada pasir yang memiliki diameter butiran yang
hampir sama. Formula empiris dari Hazen yang dapat
digunakan tersebut:
π‘˜ = 𝐢𝐻 𝐷10 2
Dengan π‘˜ = koefisien permeabilitas (cm/detik); 𝐢𝐻 =
konstanta antara 100 dan 150 (1/cm.dtk); dan 𝐷10
=diameter efektif (10% diameter dari kurva distribusi
diameter butiran) (cm)
- Uji permeabilitas dengan tinggi tekan yang konstan
(constant head permeability test)
- Uji permeabilitas dengan tinggi tekan yang berubah
(variable head permeability test)
- Test pemompaan
- Test permeabilitas dengan luban auger
Percobaan permeabilitas
laboratorium
Test permeabilitas
lapangan
Tabel 14.11: Koefisien permeabilitas sesuai % lolos saringan No.75
Material dari lapisan “base”
Batu pecah atau kerikil
% lolos saringan No.75
PI = 0
1 < PI < 6
Bahan yang distabilkan dengan semen atau kapur
Bahan yang distabilkan dengan bitumen
Bahan yang distabilkan dengan semen, tetapi
dengan gradas yang kurang baik
154 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
5
10
15
5
10
15
Lebih dari 15
Kurang dari
10
Permeabilitas
(cm/detik)
1,0 − 10−1
10−2 − 10−3
10−4 − 10−5
10−1 − 10−3
10−2 − 10−5
10−4 − 10−7
10−6 − 10−8
1,0 − 10−2
10−7 − 10−8
10−1 − 10−4
Tabel 14.12: Perkiraan koefisien perrneabilitas
Jenis tanah
Koefisilen Permeabilitas (cm/det)
Permeabilitas
0,1
0,1 – 10-3
10-3 – 10-5
10-5 – 10-7
10-7
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat rendah
Kedap Air
Kerikil
Pasir
Tanah Berpasir
Tanah Bertanah Liat
Tanah Liat
14.4.2 Penentuan debit dengan cara analitis
Lapisan kedap air dengan kemiringan curam (Gambar 14.12) dengan pipa
drain dipasang pada lapisan kedap air, debit aliran di dalam pipa drain per meter lari
(m’) atau debit rembesan, π‘ž (π‘π‘š3 /π‘‘π‘’π‘‘π‘–π‘˜. π‘π‘š) dengan kemiringan lapisan kedap air
(π‘–π‘˜π‘Ž ); dan koefisien permeabilitas, π‘˜ (cm/detik) serta penurunan muka air tanah, 𝐻0
(cm) diperoleh dari Persamaan 14.2 .
π‘ž = π‘–π‘˜π‘Ž 𝐻0 π‘˜
(14.2)
Gambar 14.12: Lapisan kedap air dengan kemiringan curam
Lapisan kedap air sangat dalam (Gambar 14.13) atau Jika kedalaman lapisan
kedap air sangat besar dan air mengalir ke dalam pipa drain hanya dari satu sisi, debit
dalam pipa (per meter lari) dengan π‘ž (π‘π‘š3 /π‘‘π‘’π‘‘π‘–π‘˜. π‘π‘š) pada kemiringan lapisan
kedap air (π‘–π‘˜π‘Ž ); dan koefisien permeabilitas, π‘˜ (cm/detik) serta penurunan muka air
tanah, 𝐻0 (cm) dan jarak horisontal pengaruh pipa drain pada permukaan air tanah
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan - Drainase Bawah Permukaan
| 155
dalam cm (π‘…β„Ž ) setengah (1/2) lebar saluran drain dalam cm (π‘Ÿπ‘‘ ) diperoleh dari
Persamaan 14.3.
πœ‹π‘˜π»0
πœ‹π‘˜π»0
π‘ž=
=
2𝑅
2𝑅
2 ln ( π‘Ÿ β„Ž ) 4,6 log ( π‘Ÿ β„Ž )
𝑑
𝑑
(14.3)
Gambar 14.13: Lapisan kedap air sangat dalam
Pipa terletak pada lapisan kedap air (impervious) seperti Gambar 14.14. Debit
air tanah yang dialirkan oleh pipa dengan lubang-lubang di samping. Dimana debit
rembesan (π‘ž); kemiringan permukaan air tanah (π‘–π‘Žπ‘‘ ); koefisien permeabilitas (π‘˜);
panjang pipa (𝐿); tinggi air dalam pipa = ½ diameter pipa (β„Ž) Jika lubang-lubang pipa
terletak di atas maka β„Ž = diameter pipa; Tinggi muka air tanah ke lapisan kedap air
(𝐻) dan jarak horisontal pengaruh pipa drain pada permukaan air tanah dalam cm
(π‘…β„Ž ), yaitu dengan dari Persamaan 14.4 dan dari Persamaan 14.5. Pipa terletak di
atas lapisan kedap air (impervious) dihitung dengan (Gambar 14.15) menggunakan
dari Persamaan 14.6.
π‘˜πΏ(𝐻 2 − β„Ž2 )
π‘ž=
π‘…β„Ž
(14.4)
(𝐻 2 − β„Ž2 )
π‘…β„Ž =
2 π‘–π‘Žπ‘‘ 𝐻
(14.5)
156 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
π‘ž=
π‘˜πΏ
=
π‘…β„Ž
(𝐻 2 − 𝐻𝑝 2 )
0,5
(
𝐻𝑝
)
β„Ž + 0,5π‘Ÿπ‘‘
(14.6)
𝐻𝑝
(
) 0,25
2𝐻𝑝 − β„Ž
Dimana:
π‘ž = debit rembesan
π‘˜ = koefisien permeabilitas
𝐿 = panjang pipa
β„Ž = kedalaman air pada pipa. Jika pipa berlubang-lubang samping h = ½ diameter
pipa, jika pipa berlubang-lubang di bagian atas h = diameter pipa
𝐻 = tinggi muka air tanah ke lapisan kedap air
𝐻𝑝 = kedalaman dari permukaan air tanah ke lapisan kedap air
π‘Ÿπ‘‘ = ½ lebar saluran drain (cm)
π‘…β„Ž = jarak horisontal pengaruh pipa drain pada permukaan air tanah (cm)
Gambar 14.14: Pipa pada lapisan kedap air
Gambar 14.15: Pipa terletak di atas lapisan kedap air
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan - Drainase Bawah Permukaan
| 157
Jarak Rh tidak ditentukan dengan tetap, karena dipengaruhi oleh faktor-faktor
setempat, misalnya koefisien permeabilitas, penurunan muka air tanah, tebal dari
lapisan yang tidak kedap air. Untuk Rh dapat digunakan nilai perkiraan (nilai
pendekatan) yang dipilih dari Tabel 14.13.
Tabel 14.13: Jarak horisontal berdasarkan jenis tanah
Jenis tanah
Jarak horisontal (Rh)*
Pasir dengan butiran halus
Pasir dengan butiran sedang
Pasir dengan butiran kasar
25 – 500 m
100 – 500 m
500 – 1000 m
* angka tersebut di atas merupakan radius dari pengaruh muka air
tanah, apabila muka air di sumuran turun antara 2 dan 3 meter
14.4.3 Penentuan dimensi
Tebal lapisan pengering (𝑇) dihitung dengan Persamaan 14.7, seperti contoh
Gambar 14.16 ditentukan menggunakan persamaan dimana π‘ž, debit rembesan
(m3/detik/m’); π‘˜, koefisien permeabilitas bahan lapisan pengering (m/detik) dan
kemiringan ke arah melintang lapisan pengering, 𝑖𝑙𝑝
𝑇=
π‘ž
π‘˜ 𝑖𝑙𝑝
(14.7)
Kapasitas pipa porous dihitung sama seperti perhitungan aliran air pada
saluran terbuka Debit pipa (𝑄𝑠 ), dengan kecepatan (𝑉) menggunakan rumus
Manning (Persamaan 14.8), maka untuk kapasitas maksimum pipa dengan diameter
(𝑑) dan Jari-jari hidrolis (𝑅) serta keliling basah (𝑃), luas penampang basah (𝐹) atau
(𝐴) menggunakan Persamaan 14.9
π‘‰π‘˜ =
2
1
1
(𝑅)3 (π‘–π‘š )2
𝑛
158 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
(14.8)
𝑅=
(14.9)
𝐹 1
= 𝑑
𝑃 4
Gambar 14.16: Tebal lapisan pengering (T)
14.4.4 Pemilihan material untuk filter / lapisan pengering
Material alam yang digunakan untuk material lapisan filter/pengering
di dasarkan atas gradasi dengan Persamaan 14.10 atau Persamaan 14.11. Kapasitas
drainase dari lapisan filter/pengering mencukupi maka memenuhi Persamaan 14.12
sebagai berikut:
𝐷15 (π‘šπ‘Žπ‘‘π‘’π‘Ÿπ‘–π‘Žπ‘™ π‘™π‘Žπ‘π‘–π‘ π‘Žπ‘› π‘“π‘–π‘™π‘‘π‘’π‘Ÿ/π‘π‘’π‘›π‘”π‘’π‘Ÿπ‘–π‘›π‘”)
≤5
𝐷85 (π‘šπ‘Žπ‘‘π‘’π‘Ÿπ‘–π‘Žπ‘™ π‘¦π‘Žπ‘›π‘” 𝑑𝑖𝑙𝑖𝑛𝑑𝑒𝑛𝑔𝑖)
𝐷15 (π‘šπ‘Žπ‘‘π‘’π‘Ÿπ‘–π‘Žπ‘™ π‘™π‘Žπ‘π‘–π‘ π‘Žπ‘› π‘“π‘–π‘™π‘‘π‘’π‘Ÿ/π‘π‘’π‘›π‘”π‘’π‘Ÿπ‘–π‘›π‘”)
𝐷50 (π‘šπ‘Žπ‘‘π‘’π‘Ÿπ‘–π‘Žπ‘™ π‘¦π‘Žπ‘›π‘” 𝑑𝑖𝑙𝑖𝑛𝑑𝑒𝑛𝑔𝑖)
≤ 25
𝐷15 (π‘šπ‘Žπ‘‘π‘’π‘Ÿπ‘–π‘Žπ‘™ π‘™π‘Žπ‘π‘–π‘ π‘Žπ‘› π‘“π‘–π‘™π‘‘π‘’π‘Ÿ/π‘π‘’π‘›π‘”π‘’π‘Ÿπ‘–π‘›π‘”)
≥5
𝐷50 (π‘šπ‘Žπ‘‘π‘’π‘Ÿπ‘–π‘Žπ‘™ π‘¦π‘Žπ‘›π‘” 𝑑𝑖𝑙𝑖𝑛𝑑𝑒𝑛𝑔𝑖)
(14.10)
(14.11)
(14.12)
Dimana
𝐷15 = 15% diameter material pada kurva distribusi diameter butiran
𝐷50 = 50% diameter material pada kurva distribusi diameter butiran
𝐷85 = 85% diameter material pada kurva distribusi diameter butiran
Material buatan/fabrikasi untuk bahan lapisan filter atau lapisan pengering
yang digunakan untuk lapisan drainase di bawah badan jalan dapat menggunakan
bahan produksi pabrik seperti geotextile. Pemakaian geotextile untuk pengendalian
air tanah biasanya adalah kedap air dan lolos air.
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan - Drainase Bawah Permukaan
| 159
14.4.5 Pemilihan pipa
Pemilihan dimensi berdasarkan kapasitas debit rembesan yang akan
dialirkan. Pemilihan jenis/bahan pipa ditentukan berdasarkan kekuatan dan
keawetan jenis/bahan pipa. Di bawah ini ditunjukkan kondisi pemasangan pipa
(Gambar 14.17), yang stabilitasnya dihitung dengan Persamaan 14.13, 14.14 dan
14.15 sebagai berikut:
𝐡𝑑2
π‘žπ‘‘ = 𝐢𝑑 𝛾
𝐡𝑐
𝐢𝑑 =
𝐾=
1−
𝐻
−πΎπœ‡ ′ π‘‘π‘š
𝐡𝑑
𝑒
(14.13)
(14.14)
2πΎπœ‡′
√πœ‡2 − 1 − πœ‡
√πœ‡2 + 1 + πœ‡
Gambar 14.17: Pipa yang dipasang di galian
Dimana:
π‘žπ‘‘ =tekanan tanah vertikal yang bekerja pada pipa (𝑑/π‘š2 ),
𝛾 = berat volume tanah timbunan per m’ (𝑑/π‘š2 ), dan 𝛾 = 1
𝐢𝑑 = koefisien beban tekanan tanah
𝐡𝑑 = lebar galian di atas pada elevasi pipa (m)
𝐡𝑐 = diameter luar pipa (m)
160 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
(14.15)
π»π‘‘π‘š = tinggi timbunan di atas pipa (m)
πœ‡′ = koefisien gesekan antara tanah asli (atau tanah timbunan) dengan urugan tanah
di atas pipa, umumnya πœ‡′ = πœ‡ , dimana πœ‡ = tan πœƒ dan πœƒ sudut geser dalam
tanah (Tabel 14.14)
𝐾 = koefisien Rankine
Tabel 14.14: Sudut geser (πœƒ ) dalam tanah urugan
Jenis material tanah urugan Sudut geser dalam (𝜽)
100
Tanah kohesif bagus
Pasir
300 − 400
Tanah berbutir halus
200 − 300
Catatan
πœ‡ = tan πœƒ
πœ‡ = sudut geser dalam,
tanah urugan yang
digunakan
Pipa dipasang pada tanah asli atau timbunan yang dipadatkan (Gambar
14.18) dan nilai tekanan tanah vertikal yang bekerja pada pipa dihitung dengan
Persamaan 14.16 dan 14.17.
Gambar 14.18: Pipa dipasang pada tanah asli atau timbunan
π‘žπ‘‘ = 𝐢𝑐 𝛾𝐡𝑐
(14.16)
Dimana
π‘žπ‘‘ =tekanan tanah vertikal yang bekerja pada pipa (𝑑/π‘š2 ),
𝛾 = berat volume tanah timbunan per m’ (𝑑/π‘š2 ), dan 𝛾 = 1
𝐢𝑐 = koefisien beban tekanan tanah
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan - Drainase Bawah Permukaan
| 161
𝐡𝑐 = diameter luar pipa (m)
𝐻
πΎπœ‡ 𝑒
𝑒 𝐡𝑐
(14.17)
𝐻𝑒
− 2πΎπœ‡
= 2πΎπœ‡π›Ύπ‘ π‘‘ 𝑃 + 1
𝐡𝑐
Dengan:
𝐻𝑒 = kedalaman dari elevasi atas pipa sampai dengan permukaan penurunan tanah
di bawah pipa (m)
𝑃 = proyeksi rasio, tergantung dari perbandingan antara tinggi β„Ž dan 𝐡𝑐
𝛾𝑠𝑑 = rasio penurunan tanah (settlement ratio), umumnya 0,7 untuk pipa beton
(Tabel 14.15)
Tabel 14.15: Rasio penurunan tanah (settlement ratio, 𝛾𝑠𝑑 )
Kondisi penempatan pipa
πœΈπ’”π’…
Pipa beton di atas tanah keras atau batuan
1,0
Pipa beton di atas tanah normal
0,5 – 0,08
Jika tanah dasar relatif lunak dibandingkan dengan tanah
sekitar
0 – 0,5
14.5 Fasilitas penahan air hujan
Fasilitas resapan air hujan adalah prasarana untuk menampung dan
meresapkan air hujan ke dalam tanah. Fasilitas ini digunakan jika daerah stabil, jika
jenuh air dan memiliki tingkat permeabilitas yang tinggi dan pengisian air tanah tidak
mengganggu stabilitas geologi. Fasilitasnya dapat berupa sumur resapan, kolam
tampungan
14.6 Sumur resapan air hujan
Kedalaman sumur resapan harus lebih dalam daripada elevasi subgrade jalan
yaitu 1 – 1,5 meter di bawah permukaan jalan. Hal ini dimaksudkan agar tidak
mengganggu stabilitas konstruksi jalan raya. Perencanaan sumur resapan dilakukan
sesuai SNI 03-2453-2002 Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan untuk
162 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
Lahan Pekarangan dan SNI 06-2459-2002 Spesifikasi Sumur Resapan Air Hujan untuk
Lahan Pekarangan.
14.7 Kolam drainase tampungan sementara
Prinsipnya air yang masuk ke dalam kolam drainase tampungan air
sementara dibatasi hanya untuk air dari saluran samping jalan. Manfaat kolam
drainase adalah menampung air limpasan yang idak dapat ditampung oleh goronggorong maupun saluran yang terpasang (selisih debit yang masuk dan debit yang
dialirkan oleh gorong-gorong pada waktu banjr) sehingga debit puncak air banjir
tidak menggenangi sampai di kawasan permukiman di hulu saluran atau di sisi jalan.
Setelah hujan reda volume air pada kolam akan dialirkan melewati gorong-gorong.
Manfaat lainnya sebagai tempat resapan air (sesuai jenis material pada dasar dan
dinding kolam) dan rekreasi masyarakat.
Penempatan kolam dapat ditempatkan pada atau di luar aliran air seperti
sungai dan kebijakan penempatan kolam drainase harus dikonsultasikan sesuai
kebutuhan data dan ukuran dan konstruksi kolam drainase.
14.7.1 Jenis kolam
Jenis kolam terbagi atas Kolam kering yang hanya sementar menampung air
limpasan dapat berupa lapangan sepak bola atau lapangan bermain yang dilapisi
rumput; dan Kolam basah yang merupakan kolam permanen menampung air
limpasan yang tidak memerlukan rencana besar seperti dam kecuali jika tinggi, atau
jenis tanah yang bermasalah.
14.7.2 Komponen kolam
Tipikal bentuk kolam ditunjukkan pada Gambar 14.19 menunjukkan bentuk
kemiringan dinding kolam pada sudut yang tepat pada kedalaman kolam dan sesuai
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan - Drainase Bawah Permukaan
| 163
dengan stabilitas tanah. Hal ini mempertahankan dinding kolam dari kelongsoran.
Jika memungkinkan, batu pecah (crushed sone) dapat ditempatkan pada dasar kolam
dan sebagian sisi ke atas untuk memfasilitasi drainase dan untuk mempersiapkan sisi
intact. Komponen-komponen yang perlu diperhatikan diuraikan pada Tabel 14.16.
Tabel 14.16: Uraian komponen kolam drainase
Komponen
Uraian
Fasilitas inlet dan
outlet
Tergantung pada penggunaan kolam
Jika tidak ada fasilitas rekreasi yang akan disediakan, aliran air
dibendung (dammed) oleh emankment dan aliran air mengalir
ke penampungan tempat struktur inlet khusus.
Daerah
penyimpanan air
Jika digunakan sebagai lapangan bermain:
- Permukaan tempat bermain harus dibuat bertahap
- Disediakan saluran untuk memindahkan air hujan
Saluran masukan
kolam
Jenis saluran terbuka, struktur inlet tidak diperlukan
Arus masuk
Melalui pipa special pits dan struktur penyebaran pengaliran
air harus dapat menghindari erosi
Pipa (weir) banjir
yang besar
Elevasi dari spillway harus disediakan kurang lebih 0,5 meter
lebih rendah dari ketinggian embankment
Aliran yang keluar - Bawah kolam ( a low level pipe) oleh pipa
- Bagian tertinggi oleh gorong-gorong dan spillway
Sambungan pipa
Menggunakan karet ring
Tanah
Pemadatan sesuai standard yang berlaku
Jenis permukaan saluran pada daerah yang khusus untuk menghindari erosi
ditunjukkan pada Tabel 14.17. Kemiringan talud (sisi kolam) dan spillway yang
dilapisi rumput ditunjukkan pada Tabel 14.18.
164 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
Gambar 14.19: Tipikal bentuk kolam drainase
Tabel 14.17: Jenis permukaan salran berdasarkan daerah tertentu
Jenis permukaan saluran
Lokasi
Semen, rip-rap atau
pelindung
Daerah puncak dan turunan / keluaran
(downstream)
Rumput
Kemiringan spillway relatif datar
Tabel 14.7: Kemiringan untuk permukaan bahan lapisan rumput
Kemiringan
Persyaratan Keterangan
Sisi kolam
Maks 1 : 6
Spillway (pada downstream side) Maks 1 : 6
Kemiringan datar lebih baik
teruama yang sering digunakan
14.7.3 Penentuan debit yang masuk kolam
Volume air banjir dihitung dari debit air yang masuk ke dalam kolam, gunakan
hidrograf banjir. Dengan perhiungan Metode Rasional, bentuk hidrograf adalah garis
lurus, seperti Gambar 14.20 dan rumus di bawah ini. Besarnya volume banjir pada
saat 𝑑 = 𝑑𝑐 (Persamaan 14.18)
1
𝑉𝑏 = π‘„π‘šπ‘Žπ‘₯ 𝑑𝑐
2
(14.18)
15 saat 𝑑 = 𝑑𝑐 + 𝑑2 (Persamaan 14.19)
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan - Drainase Bawah Permukaan
| 165
𝑉𝑏 =
1
𝑄
(2𝑑 + 𝑑2 )
2 π‘šπ‘Žπ‘₯ 𝑐
(14.19)
16 Dimana:
17 𝑉𝑏 = volume banjir
18 π‘„π‘šπ‘Žπ‘₯ = debit maksimum saat banjir
19 𝑑𝑐 = waktu konsentrasi
20 𝑑2 = waktu aliran dalam saluran
Gambar 14.20: Hidrograf rasional
Luas kolam drainase dihitung untuk menentukan luas kolam sementara
dengan mengetahui volume banjir yang masuk dan volume air yang keluar lewat
gorong-gorong dengan metode penelusuran banjir. Selisih volume air yang masuk
dan keluar dari gorong-gorong dengan menggambar garis lengkung massa debit
(mass curve) seperti contoh Gambar 14.21. Perhitungan banjir dengan metode
Rasional bentuk lengkungan massa hidrograf mendekati huruf S. Lengkungan massa
menggambarkan jumlah kumulatif volume air banjir menurut waktu.
166 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
Gambar 14.21: Kumulatif inflow, outflow, dan volume tampungan
Langkah-langkah perencanaan tampungan air sementara:
(1)
Hitung debit puncak banjir yang masuk dan buat hidrograf;
(2)
Hitung volume kumulatif dengan selang waktu sebesar t menit;
(3)
Asumsikan bahwa debit yang keluar dari gorong-gorong atau kapasitas
saluran di hilir gorong-gorong konstan;
(4)
Buat hidrograf serta hitung volume air kumulatif dengan selang waktu t
menit;
(5)
Dengan membuat grafik kurva massa dari volume air yang masuk dan keluar
serta membuat garis sejajar dengan garis kumulatif air yang keluar dan
bersinggungan di puncak kurva dari garis kumulatif air yang masuk,
didapatkan total volume air yang harus ditampung dalam kolam (Gambar
14.22)
(6)
Tentukan luas kolam yang dibutuhkan dengan batasan tinggi muka air
maksimum yang diijinkan pada kolam;
(7)
Jika dianggap segiempat, luas kolam didapatkan dari volume air yang
ditampung dlam kolam dibagi dengan tinggi air maksimum yang diijinkan.
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan - Drainase Bawah Permukaan
| 167
Gambar 14.22: Skema penentuan luas kolam drainase
Contoh C14.3:
Perencanaan Drainase Bawah Permukaan
Rencanakan 'interception drain" dengan gradien hidrolis muka air tanah
(π‘–π‘Žπ‘‘ = 0,01), lapisan pengering menggunakan Batu pecah atau kerikil ber-indeks
plastisitas (PI=0) serta prosentase lolos saringan No.75 sebesar 5% dan dengan
kemiringan ke arah melintang lapisan pengering, 𝑖𝑙𝑝 = 2%. Pipa porous
menggunakan Beton dengan kemiringan memanjang 2% sepanjang 240 m untuk
jalan yang di pasang pengering, serta data lainnya sebagai berikut:
168 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
Gambar C14.1: Rencana Interception Drain
Penyelesaian
Pipa terletak pada lapisan kedap air (impervious) seperti Gambar C14.1.
koefisien permeabilitas, π‘˜ = 10−5 π‘š/𝑑𝑒𝑑
panjang pipa, 𝐿 = 240 π‘š
Dicoba pipa diameter 20 cm, 𝑑 = β„Ž = 0,2 π‘š
β„Ž = kedalaman air pada pipa berlubang-lubang di bagian atas h = diameter
pipa, β„Ž = 0,2 π‘š
tinggi muka air tanah ke lapisan kedap air, 𝐻 = 3,5 π‘š
gradien hidrolis muka air tanah (π‘–π‘Žπ‘‘ = 0,01)
Menggunakan Persamaan 6.29 dan dari Persamaan 6.30
π‘ž=
π‘…β„Ž =
π‘ž=
π‘˜πΏ(𝐻 2 − β„Ž2 )
π‘…β„Ž
(𝐻 2 − β„Ž2 ) (3,52 − 0,22 )
=
= 174,4286 π‘š
2 π‘–π‘Žπ‘‘ 𝐻
2 (0,01)3,5
(10−5 )(240)(3,52 − 0,22 )
= 16,8 π‘₯ 10−5 π‘š3 /𝑑𝑒𝑑/π‘š
174,4286
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan - Drainase Bawah Permukaan
| 169
•
Lapisan pengering
Tebal lapisan pengering (𝑇) dihitung dengan Persamaan 14.7 dimana π‘ž =
16,8 π‘₯ 10−5 π‘š3 /𝑑𝑒𝑑, π‘˜, koefisien permeabilitas bahan lapisan pengering batu pecah
atau kerikil dari Tabel 6.38, π‘˜ = 0,1 − 10−1 π‘π‘š/π‘‘π‘’π‘‘π‘–π‘˜ digunakan π‘˜ = 10−2 π‘š/π‘‘π‘’π‘‘π‘–π‘˜
dan kemiringan ke arah melintang lapisan pengering, 𝑖𝑙𝑝 = 2%
𝑇=
π‘ž
π‘˜ 𝑖𝑙𝑝
digunakan π‘˜ = 10−2 π‘š/π‘‘π‘’π‘‘π‘–π‘˜
16,8 π‘₯ 10−5 π‘š3 /𝑑𝑒𝑑
𝑇=
= 0,840 π‘š
π‘š
(10−2
) (2%)
π‘‘π‘’π‘‘π‘–π‘˜
digunakan π‘˜ = 10−3 π‘š/π‘‘π‘’π‘‘π‘–π‘˜
16,8 π‘₯ 10−5 π‘š3 /𝑑𝑒𝑑
𝑇=
= 8,4 π‘š (π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘™π‘Žπ‘™π‘’ 𝑑𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖)
π‘š
(10−3
) (2%)
π‘‘π‘’π‘‘π‘–π‘˜
Jadi digunakan π‘˜ = 10−2 π‘š/π‘‘π‘’π‘‘π‘–π‘˜ dengan 𝑇 = 0,84 π‘š
Kapasitas Pipa
Menggunakan pipa beton diamater d meter kapasitas yang dapat ditampung
1
𝐴
1
𝐴 = 4 πœ‹π‘‘ 2 ; 𝑃 = πœ‹π‘‘; 𝑅 = 𝑃 = 4 𝑑; 𝑛 = 0,02; 𝑆 = 2%
2
1
1 2 1
1
1 3
𝑉 = 𝑅3 𝑆 2 =
( 𝑑) (2%)2
𝑛
0,02 4
2
1
8
1
1
1 3
𝑄 = 𝐴𝑉 = ( πœ‹π‘‘2 ) (
( 𝑑) (2%)2 ) = 2,203949 𝑑 3
4
0,02 4
Panjang jalan yang lapisan pengering sepanjang 240 m, π‘ž = 16,8 π‘₯ 10−5 π‘š3 /
𝑑𝑒𝑑, didapatkan sehingga
𝑄 = π‘žπΏ = 16,8 π‘₯ 10−5 π‘š3 /𝑑𝑒𝑑/π‘š (240 π‘š) = 0,04032 π‘š3 /𝑑𝑒𝑑
170 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
8
0,04032 = 2,203949 𝑑 3
8
𝑑3 = 7,623 π‘₯ 10−5
𝑑 = 0,02856 π‘š
Pipa pengering kurang besar, 𝑑 = 0,2 > 𝑑 = 0,03 π‘š, cukup dengan 𝑉 =
0,96 π‘š/π‘‘π‘’π‘‘π‘–π‘˜, hasilnya digambarkan sesuai Gambar C14.2.
Gambar C6.2: Hasil Perencanaan Interception Drain
Soal
14.1 Jelaskan tentang tujuan drainase bawah permukaan?
14.2 Sistem drainase bawah permukaan diperlukan untuk melindungi kekuatan dan
keawetan perkerasan dan formasi jalan. Jelaskan caranya?
14.3 Sebutkan jenis drainase bawah permukaan?
14.4 Kondisi muka air tanah tinggi atau muka air tanah yang berdekatan dengan
muka tanah, maka air rembesan yang seringkali mengalir keluar dari
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan - Drainase Bawah Permukaan
| 171
permukaan dapat merusak jalan. Jelaskan mengapa hal ini dapat terjadi?
Bagaimana menanggulanginya?
14.5 Jelaskan pengertian tentang:
a. fasilitas resapan air hujan?
b. Kedalaman sumur resapan
c. Kolam drainase tampungan sementara
14.6 Rencanakan 'interception drain" dengan gradien hidrolis muka air tanah (π‘–π‘Žπ‘‘ =
0,015), lapisan pengering menggunakan Batu pecah atau kerikil ber-indeks
plastisitas (PI=0) serta prosentase lolos saringan No.75 sebesar 4,5% dan
dengan kemiringan ke arah melintang lapisan pengering, 𝑖𝑙𝑝 = 2%. Pipa
porous menggunakan Beton dengan kemiringan memanjang 2% sepanjang
250 m untuk jalan yang di pasang pengering, serta data lainnya seperti Gambar
S15.1 sebagai berikut:
Gambar S15.1: Rencana Interception Drain
172 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
Rencana kajian lingkungan perlu dipertimbangkan dalam hubungannya
dengan aliran permukaan jalan adalah menyingkirkan zat pencemar dan dampak
resultan terhadap kualitas air. Aliran permukaan yang berasal dari koridor jalan
berpotensi untuk menimbulkan dampak negatif terhadap kualitas air dan biota
aquatik dalam memperoleh air. Hal tersebut dapat berdampak dalam jangka pendek
atau jangka panjang. Hal yang signifikan dalam upaya menyingkirkan zat pencemar
akan tergantung pada sensitifitas relatif yang diterima oleh lingkungan.
Aspek lingkungan dalam perencanaan drainase harus diperhatikan terutama
terkai dengan masalah dampak yang mungkin timbul saat pelaksanaan. Penanganan
dampak yang timbul seperti masalah polusi yang ditimbulkan oleh aliran permukaan
(runoff) yang akan berakibat negatif baik terhadap saluran secara fisik, terhadap
organisme, maupun terhadap kualitas air yang akan dibuang ke saluran. Salah satu
cara yang dapat digunakan adalah dengan mengontrol bahan pencemar dengan
melakukan kontrol polusi yang mungkin diperlukan untuk memastikan bahwa aliran
permukaan jala (road runoff) tidak berdampak negatif terhadap habitat aquatik yang
sensitif dan aliran air. Cakupan untuk pengontrolan dan meminimalisasi dampak
polutan dalam aliran air adalah lebih sering ditekankan untuk jalan baru daripada
jalan yang sudah ada. Kualitas air permukaan yang berasal dari aliran permukaan
jalan dapat disalurkan di dalam tahap perencanaan sistem drainase jalan. Kajian
kontrol polusi yang tercakup dalam perencanaan sistem drainase jalan
memungkinkan pengaruh polutan terhadap aliran dan lingkungan di sekitarnya
dapat dicegah atau dikurangi.
Mulyono,T (2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan|
173
Terdapat beberapa pilihan penanganan yang dapat dilakukan untuk
mengurangi beban pencemar dan untuk tujuan mencapai kualitas air yang
dibutuhkan. Ketentuan ini merupakan pertimbangan perencanaan dan prosedur
desain. Pelaksanaan pengukuran kontrol pencemar dilakukan pada sarana sebagai
berikut: Jeruji sampah; Bak kontrol; dan Saluran inlet.
15.1 Proses pemilihan
Pemilihan dan pelaksanaan pengendalian dampak lingkungan terdiri dari 6
tahap utama, yaitu:
(1)
Menentukan sasaran isu lingkungan dan kualitas air – mengidentifikasi
sensitifitas lingkungan, sasaran pencapaian kualitas air dan menetapkan
kriteria desain yang tepat; (misalnya: untuk mengurangi dampak dari endapan
dan logam berat);
(2)
Pengindentifikasian sumber pencemar dan pengestimasian beban pencemar –
mengidentifikasi sumber pencemar dan menentukan beban pencemar dari
koridor jalan untuk menentukan tipe dan jumlah pencemar yang akan
disingkirkan;
(3)
Mengidentifikasi proses perpindahan zat pencemar – mengidentifikasi
mekanisme
perpindahan
zat
pencemar
untuk
membantu
dalam
pengidentifikasian penyingkiran zat pencemar yang tepat;
(4)
Memperkirakan
alat
kontrol
zat
pencemar
yang
potensial
–
mengidentifikasikan semua cara yang dapat dilakukan sebagai kunci dasar
kriteria pemilihan tempat. Setiap pengendalian dampak lingkungan dapat
diterima atau ditolak atas dasar setiap kriteria yang dipilih;
(5)
Memperkirakan penyingkiran zat pencemar yang potensial – membandingkan
semua cara yang dapat ditempuh sebagai dasar untuk mencapai sasaran kunci
pengendalian; dan
174 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
(6)
Mengoptimalkan cara pengendalian yang potensial – mengidentifikasi dan
mengganti evaluasi antara sasaran yang diinginkan dengan kriteria pemilihan
tempat. Menentukan metode-metode pengendalian dampak lingkungan yang
tepat untuk mencapai sasaran.
15.2 Aspek pemeliharaan / perawatan
Pemeliharaan / perawatan saluran tidak lepas dari kondisi saluran itu sendiri.
Kondisi saluran tergantung dari bahan yang dapat dibuat dan seberapa sering
pemeliharaan / perawatan itu dilakukan. Kerusakan saluran akan berdampak negatif
terhadap lingkungan di sekitarnya apabila tidak dilakukan pemeliharaan / perawatan
yang baik. Beberapa dampak negatif yang umum terjadi termasuk:
(1)
Gangguan terhadap tumbuh-tumbuhan (langsung terhadap tanah
dimana tumbuhan itu tumbuh dan kehilangan habitat aquatik);
(2)
Erosi tanah dan sedimentasi;
(3)
Berubahnya siklus hidrologi;
(4)
Berubahnya jalur aliran di permukaan tanah yang menyebabkan
berubahnya kelembaban lapisan tanah; dan
(5)
Merambahnya rumput liar.
15.3 Aspek perencanaan manajemen lingkungan
Merencanakan manajemen linkungan untuk suatu perencanaan sistem
drainase jalan, yang perlu diperhatikan adalah dampak dari pembangunan saluran
drinase dari pra-konstruksi, masa konstruksi dan pasca-konstruksi. Terutama pada
masalah lingkungan yang dapat mengurangi aau merusak kinerja saluran drainase,
seperti erosi dan sedimentasi. Karena masalah utama sebagian besar saluran
drainase yang ada di kota-kota besar di Indonesia adalah erosi dan sedimentasi yang
disebabkan karena berubahnya tata guna lahan di sekitar saluran yang
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan – Aspek Lingkungan
| 175
menyebabkan daya tampung saluran sudah tidak sesuai lagi dengan desain rencana,
sehingga kinerja saluran tidak akan berfungsi lagi sebagaimana mestinya. Oleh
karena itu, perlu mengantisipasi masalah tersebut pada saat merencanakan prakonstruksi tadi dan mengadakan evaluasi terhadap kinerja saluran pada masa
konstruksi dan pasca-konstruksi. Apakah masih ada kekurangan-kekurangan yang
perlu diperbaharui, sehingga dampak-dampak negatif yang mungkin ditimbulkan
dapat dikurangi.
Hal lain yang juga penting bahwa dalam manajemen lingkungan sistem
drainase jalan semua instansi terkait (terutama Dinas-dinas terkait) harus
terintegrasi dan bersinergi sehingga tidak ada pihak-pihak atau Dinas-dinas terkait
saling melempar tanggung jawab terutama dalam pemeliharaan dan perbaikan.
Selain itu juga peran serta masyarakat mempunyai andil besar dalam pemeliharaan
saluran secara individu (kemauan sendiri) maupun bersama-sama dengan aparat
pemerintahan setempat, seperti RT, RW dan Kelurahan.
15.4 Pemeliharaan Drainase Jalan
Pemeliharaan merupakan konsekuensi dari suatu pembangunan bahwa apa
yang dibangun harus dipelihara sebaik-baiknya jika menginginkan umur dan manfaat
yang dibangun itu sesuai dengan perencanaan.
Salah satu penyebab utama cepatnya kerusakan saluran samping jalan adalah
akibat kurang terpeliharanya sistem drainase jalan. Aliran air dalam saluran drainase
terhambat akibat sampah yang terbawa oleh limpasan air hujan, dan endapan yang
berasal dari material organik dan anorganik, mengakibatkan semakin kecilnya luas
penampang basah saluran.
Faktor tersebut mengakibatkan saluran drainase tidak mampu menampung
volume air sehingga melimpas ke badan jalan, sehingga sering dijumpai saat hujan
176 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
datang badan jalan mempunyai ‘dwifungsi’ yaitu menampung volume lalu lintas
kendaraan dan menampung volume air hujan (DPU, 2005a).
Pemeliharaan untuk infrastruktur drainase memerankan peranan penting
agar kinerja drainase berjalan secara efektif. Tindakan ini akan mengurangi biaya
pemeliharaan, meminimalisir kerusakan lingkungan, dan menyediakan suatu tingkat
keselamatan bagi pengguna jalan. Tujuan pemeliharaan secara garis besar adalah
suatu proses pengidentifikasian kerusakankerusakan terhadap kinerja drainase dan
menyiapkan langkah-langkah perbaikan dari masalah-masalah atau kekurangankekurangan yang ada.
Pekerjaan pemeliharaan pada dasarnya adalah tindakan perbaikan yang
tergantung dari besarnya kerusakan yang ditemukan pada saat dilakukan inspeksi
rutin maupun inspeksi khusus. Sasaran pekerjaan pemeliharaan/perbaikan adalah
mengembalikan kondisi drainase sesuai dengan desain/perencanaan yang telah
dibuat, paling tidak untuk memenuhi kebutuhan yang terjadi.
15.4.1 Inspeksi Kerusakan Drainase
Inspeksi merupakan hal yang penting dilakukan dan merupakan bagian dari
pemeliharaan, karena pada dasarnya kegiatan pemeliharaan merupakan
pelaksanaan dari kegiatan inspeksi. Secara umum inspeksi merupakan kegiatan
pengamatan secara langsung untuk mengetahui secara visual dengan mencatat
kondisi saluran dan kondisi bangunan beserta sarana pelengkapnya.
Inspeksi rutin dilaksanakan minimum dua kali satu tahun, pada awal musim
hujan dan akhir musim hujan. Hasil inspeksi perlu dicatat dengan cara yang mudah,
jelas dan standar/baku, sehingga dapat dipakai sebagai bahan/data untuk evaluasi
dalam penyusunan program kegiatan pemeliharaan dengan memperhatikan aspek
efisiensi dan koordinasi; aspek keselamatan; aspek kelancaran lalulintas.
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan – Aspek Lingkungan
| 177
Inspektor atau personil pelaksanaan inspeksi harus mempunyai kemampuan
yang luas dalam menilai kinerja dan kondisi bangunan drainase jalan, sehingga hasil
inspeksi dapat di evaluasi dengan cepat serta rinci sehingga diketahui hal-hal apa
saja yang terjadi pada saluran. Selain itu memperhatikan keselamatan kerja.
Inspeksi khusus dapat dilakukan jika adanya peristiwa/kejadian tertentu (luar
biasa) seperti: bencana alam, kecelakaan lalulintas dan atau informasi dari
masyarakat sekitarnya.
15.4.2 Tipe kerusakan
Kerusakan saluran secara fisik dikategorikan menjadi tiga ringan, sedang dan
berat. Kerusakan ringan, yaitu kerusakan saluran yang dapat diperbaiki saat itu dan
tidak memerlukan waktu yang lama.
Kerusakan sedang, yaitu kerusakan saluran yang dapat diperbaiki saat itu,
namun memerlukan material dan waktu yang lama dari kerusakan ringan.
Kerusakan berat, yaitu kerusakan saluran yang diakibatkan oleh kencelakaan
kendaraan atau bencana alam sehingga dalam perbaikannya memerlukan
penanganan khusus dengan waktu perbaikan yang relatif lama.
Kerusakan yang terjadi sesuai dengan konstruksi dan penyebabnya seperti
Tabel 15.1 Kerusakan saluran inlet terbuka/tertutup dan Tabel 15.2 Kerusakan
gorong-gorong dan Tabel 15.3 Bak Kontrol.
178 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
Gambar 15.1: Saluran di tutupi
sampah
Gambar 15.2: Saluran di tumbuhi rumput liar
Gambar 15.3: Talud Saluran
Runtuh
Gambar 15.4: Runtuh akibat beban berat
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan – Aspek Lingkungan
| 179
Tabel 15.1: Penyebab Kerusakan Pada Saluran samping dan saluran inlet terbuka
atau tertutup (DPU, 2005a)
Jenis
Konstruksi
Penyebab Kerusakan
Ringan dan Sedang
Tanah
• Endapan lumpur
• Tanah ekspansif
• Timbunan sampah
(Gambar 15.1)
• Beban lalulintas pada jalan
yang bahunya kurang lebar
atau akibat kendaraan yang
parkir di bahu jalan (Gambar
15.4)
• Rumput liar (Gambar
15.2)
• Longsoran talud (Gambar
15.3)
Pasangan
batu kali
dan bata
merah
Berat
• Bencana alam
• Kemiringan memanjang
saluran agak datar,
sehingga air tidak
mengalir dengan lancar,
mempercepat
sedimentasi.
• Kecelakaan kendaraan
• Aliran air membawa
banyak material endapan.
• Tanah ekspansif
• Saluran tertimbun
longsoran dari talud tepi
jalan.
• Beban lalulintas pada jalan
yang bahunya kurang lebar
atau akibat kendaraan yang
parkir di bahu jalan
• Bencana alam
Beton
bertulang
/tidak
bertulang
• Aliran air membawa banyak
material endapan
• Saluran tertimbun
longsoran dari talud tepi
jalan
• Tanah ekspansif
• Turbulensi air deras
menyebabkan penggerusan
scouring) pada dasar saluran
maupun dinding konstruksi
• Beban lalulintas pada jalan yang
bahunya kurang lebar Uplift
(gaya angkat) dari air tanah
menyebabkan kerusakan dasar
saluran (retak dan pecah)
• Bencana alam
• Kecelakaan kendaraan
180 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
Tabel 15.2: Penyebab Kerusakan Pada Gorong-Gorong (DPU, 2005a)
Jenis Konstruksi
Penyebab Kerusakan
Ringan dan
Sedang
Berat
Pipa besi
berombak
(corrugated
steel pipe)
• Karat
• Beban berat
• Endapan
• Bencana alam
• Sampah
• Kecelakaan kendaraan
• Batang kayu
• Inlet gorong-gorong tidak dilengkapi
dengan bak penampung (catch basin)
sehingga air langsung mengalir masuk ke
goronggorong dengan benda-benda yang
hanyut terbawa air
Beton
bertulang/tidak
bertulang
• Endapan
• Beban berat
• Sampah
• Bencana alam
• Batang
• Kecelakaan kendaraan
• kayu
• Inlet gorong-gorong tidak dilengkapi
dengan bak penampung (catch basin)
sehingga air langsung mengalir masuk ke
goronggorong dengan benda-benda yang
hanyut terbawa air
• Dasar gorong-gorong tergerus air
(scouring)
• Sambungan gorong-gorong (joint) kurang
sempurna pemasangan nya
• Konstruksi gorong-gorongnya sendiri
sudah lecet pada awal pemasangannya,
sehingga kerusakan semakin
mengembang setelah difungsikan.
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan – Aspek Lingkungan
| 181
Tabel 15.3: Penyebab Kerusakan Pada Bak Kontrol (DPU, 2005a)
Jenis Konstruksi
Penyebab Kerusakan
Ringan dan Sedang
Berat
Konstruksi
pasangan batu
kali dan bata
merah
• Endapan lumpur
• Tanah ekspansif
• Timbunan sampah
• Vibrasi kendaraan berat
• Erosi/gerusan
• Bencana alam
Kontruksi beton
bertulang/tidak
bertulang
• Endapan lumpur
• Tanah ekspansif
• Timbunan sampah
• Vibrasi kendaraan berat
• Erosi/gerusan
• Bencana alam
• Kecelakaan kendaraan
• Kecelakaan kendaraan
15.4.3 Prinsip Dasar Penanganan
Prinsip dasar penanganan pemeliharaan, antara lain pemeliharaan saluran
dengan menggali timbunan/sedimen tanah, sampah, brangkal, dan lain-lain
kemudian mengangkut dan membuang galian ke daerah yang tepat dan tidak
mengganggu lingkungan sekitar kelancaran lalulintas dengan memperhatikan cara
menyimpan bahan/brangkal dimana perbaikan saluran dilakukan sesuai dengan
tingkat kerusakan yang terjadi.
Material yang digunakan dalam kegiatan pekerjaan pemeliharaan secara
umum harus memenuhi ketentuan sesuai standar penggunaan bahan untuk
konstruksi yang berlaku dan terbaru. Material-material yang diperlukan sesuai
standar SNI seperti Tabel 15.4.
Faktor kemiringan dan elevasi dasar saluran harus dipertahankan sesuai
dengan desain perencanaan untuk mencegah terjadinya backwater.
182 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
Tabel 15.4: Persyaratan material berdasarkan SNI
Material
Standar
Air
SNI 03-6861.1-2002
Semen
SNI 15-2530-1991;
SNI 03-6820-2002
Batu belah
SNI 03-6861.1-2002
Pasir pasang
SNI 03-6861.1-2002
Bata merah
SNI 03-6861.1-2002
SNI 03-6862-2002
Agregat beton
SNI 03-6861.1-2002
Pasir beton
SNI 03-6861.1-2002
Besi beton
SNI 03-6861.2-2002
Gorong-gorong beton
SNI 03-6861.1-2002;
SNI 03-3976-1995;
SNI 03-2914-1992
Bahan kayu
SNI No. 03-6861.1-2002
Bahan baja atau aluminium
03-6861.2-2002;
SNI No.03-6861.3-2002
Bahan Adukan
SNI No.03-6861.1-2002.
Campuran beton (Semua bangunan
beton bertulang; Campuran pengisi;
Beton tumbuk)
SNI N0.03-2914-1992;
Slum Beton (Kekentalan adukan)
SNI 03-3976-1995
Perawatan beton
SNI No.03-2914-1992;
SNI No.03-3976-1995
15.5 Pemilihan Tipe Drainase Jalan
Pemilihan tipe drainase jalan pada kondisi dimana muka air tanah tanah (jauh
di bawah lapisan tanah dasar/sub grade), tidak terdapat rembesan atau mata air
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan – Aspek Lingkungan
| 183
akibat tekanan hidrostatis aliran bawah permukaan di tempat-tempat tertentu
konstruksi jalan (Gambar 15.5) maka menggunakan sistem drainase permukaan
(surface drainage). Jika muka air tanah dangkal (dekat permukaan jalan atau <1m di
bawah lapisan tanah dasar/sub grade), atau terdapat indikasi rembesan atau adanya
mata air akibat tekanan hidrostatis aliran bawah permukaan di tempat-tempat
tertentu konstruksi jalan maka menggunakan sistem drainase bawah permukaan
(sub-surface drainage) seperti Gambar 15.6.
Gambar 15.5: Drainase Permukaan
Gambar 15.6: Drainase Bawah Permukaan
Sistem drainase jalan yang diperlukan hingga penentuan jenis, bentuk dan
bahan fasilitas drainase tersebut, disesuaikan dengan parameter-parameter kondisi
fisik yang ada di lokasi pekerjaan, pemilihan tipe sistem drainase permukaan (surface
drainage) antara lain mengikuti pertimbangan (Gambar 15.7) sebagai berikut:
(1) Saluran samping (side ditch): Jalan di daerah topografi datar atau perbukitan
catchment area tidak terlampau besar dengan titik terjauh kurang dari 100
m dari side ditch (Gambar 15.7.a).
184 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
(2) Saluran Penangkap (catch ditch): Jalan di daerah perbukitan/pegunungan, air
yang harus ditampung oleh side ditch berasal dari catchment area yang
terlampau besar dengan titik tejauh > 100 m dari side ditch (Gambar 15.7.b).
(3) Bangunan perlintasan (cross drain): Adanya aliran alur alam/buatan yang
melintasi jalan atau adanya perpindahan aliran dari side ditch di satu sisi jalan
ke sisi jalan yang lain (Gambar 15.7.c).
Gambar 15.7: sistem drainase permukaan (surface drainage)
Pemilihan tipe sistem drainase bawah permukaan (sub surface drainage)
antara lain mengikuti pertimbangan (Gambar 15.8) sebagai berikut:
(1)
Saluran penangkap (interception drain): adanya aliran rembesan air tanah yang
memotong badan jalan (Gambar 15.8.a).
(2)
Lapisan pengering (drainage layer): adanya tekanan hidrostatis aliran bawah
permukaan/air kapiler dari bawah tanah dasar ke arah perkerasan jalan
(Gambar 15.8.b).
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan – Aspek Lingkungan
| 185
(3)
Kombinasi Saluran penangkap (interception drain) dan Lapisan pengering
(drainage layer) jika adanya aliran rembesan air tanah yang memotong badan
jalan dan tekanan hidrostatis aliran bawah permukaan/air kapiler dari bawah
tanah dasar ke arah perkerasan jalan.
Gambar 15.8: sistem drainase bawah permukaan (sub surface drainage)
Pemilihan tipe material saluran samping (side ditch) dan saluran penangkap
(catch ditch) pada saluran tanpa pasangan (unlined canal) jika kemiringan dasar
saluran landai (slope< 5%) dan atau kecepatan aliran < 1 m/detik atau kemiringan
dasar saluran agak curam (5% < slope < 7.5%) dan atau kecepatan allran kurang dari
1 m/det dengan kondisi tanah dasar stabil (kerikil, lempung kokoh/lempung padat).
Saluran dengan pasangan (lined canal) dibuat jika kemiringan dasar saluran curam (>
7,5%) dan atau kecepatan aliran > 1 m/detik.
Pemilihan bentuk saluran samping (side ditch) dan saluran perlintasan (cross
drain) seperti Tabel 15.5.
186 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
Tabel 15.5: pemilihan bentuk saluran
Parameter
Bentuk Saluran
Saluran Samping (side ditch)
Tanah dasar banyak mengandung lempung kokoh
(clay), Kecepatan aliran rendah-sedang (0,4 – 1,0
m/det)
Trapesium, tanpa
pasangan
Tanah dasar banyak mengandung lempung kokoh
(clay), Kecepatan aliran tinggi (1,0 – 1,5 m/det)
Trapesium, dengan
pasangan batu kali
Tanah dasar Stabil, lokasi sempit, Kecepatan aliran
rendah-sedang (0,4 – 1,0 m/det)
Segi empat, tanpa
pasangan
Tanah dasar Stabil, lokasi sempit, Kecepatan aliran
tinggi (1,0 – 1,5 m/det)
Segi empat, dengan
pasangan batu kali
Tanah dasar lunak dan kurang stabil, medan/lokasi
sempit, Kecepatan aliran tinggi (1,0 – 1,5 m/det)
Segi empat, dengan
pasangan beton
Saluran perlintasan (cross drain)
Debit yang disalurkan melintasi jalan relatif kecil tidak
terlampau besar, elevasi muka air yang melintas jalan
tidak terlalu tinggi sehingga tidak ada kendala terhadap
tinggi tanah timbunan untuk penutup gorong- gorong,
tidak ada kendala pengangkutan dan pemasangannya
gorong-gorong bentuk
lingkaran bahan beton
Debit yang disalurkan melintasi jalan relatif besar,
elevasi muka air yang melintas jalan cukup tinggi
gorong-gorong bentuk
segi empat (box
culvert) bahan beton
Debit yang dlsalurkan melintasi jalan cukup besar
sehingga mernbutuhkan dlameter gorong-gorong >
1,20 m, ada kendala pengangkutan dan pemasangan
gorong-gorong beton
gorong-gorong
lingkaran, bahan baja
bergelombang
Debit yang disalurkan melintasi jalan cukup besar,
sehingga membutuhkan diameter gorong-gorong > 2,0
m, ada kendala ketersediaan material, pengangkutan
dan pengecoran gorong-gorong segi empat (box
culvert)
gorong-gorong bentuk
ellips/pipa lengkung,
bahan baja
bergelombang
Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan – Aspek Lingkungan
| 187
Soal
15.1 Jelaskan mengapa aspek lingkungan perlu diperhatikan pada perencanaan
drainase jalan?
15.2 Jelaskan pemilihan dan pelaksanaan pengendalian dampak lingkungan pada
drainase jalan?
15.3 Apa pengaruh aspek pemeliharaan / perawatan pada lingkungan untuk
drainase jalan?
15.4 Dampak dari pembangunan saluran drinase dari pra-konstruksi, masa
konstruksi dan pasca-konstruksi. Jelaskan hal ini dari sisi perencanaan
manajemen linkungan?
15.5 Inspeksi merupakan hal yang penting dilakukan dan merupakan bagian dari
pemeliharaan, karena pada dasarnya kegiatan pemeliharaan merupakan
pelaksanaan dari kegiatan inspeksi. Jelaskan kegiatannya?
15.6 Jelaskan tipe kerusakan yang terjadi pada drainase jalan?
188 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
Bos, M., & Reinink, Y. (1981). Required Head Loss over long-throated flumes. Journal of
Irrigation and drainage Division, ASCE, 107(IR1), 87-102.
Brown, S., Schall, J., Morris, J., Doherty, C., Stein, S., & Warner, J. (2013). Urban Drainage
Design Manual: Hydraulic Engineering Circular No. 22, Third Edition . Washington,
D.C. 20590 : Federal Highway Administration National Highway Institute . Diambil
kembali dari
http://www.fhwa.dot.gov/engineering/hydraulics/pubs/10009/10009.pdf
Christopher, B. R., & McGuffe, V. C. (1997). Pavement Subsurface Drainage Systems: A
Synthesis of Highway Practice 239. Washington, D.C: Transportation Research
Board - National Research Council - National Academy Press.
Christopher, B. R., Schwartz, C., & Boudreau, R. (2006). Geotechnical Aspects of Pavements
Reference Manual Publication No. FHWA NHI-05-037 (Chapter 7.0 Design Details
And Construction Conditions Requiring Special Design Attention). Washington, D.C:
National Highway Institute - Federal Highway Administration - U.S. Department of
Transportation Publication.
DPU. (1986). Standar Perencanaan Irigasi: Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan KP - 04
Bangunan. Jakarta: Direktorat Jenderal Sumber Daya Air - Departemen Pekerjaan
Umum.
DPU. (2005a). Pedomanan Konstruksi Bangunan (Pd T-14-2005-B) Inspeksi dan
pemeliharaan drainase jalan. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum.
DPU. (2005c). Manual: Hidrolika untuk pekerjaan jalan dan jernbatan (No:01-2/BM/2005),
Buku 2 : Perencanaan Hidroiika. Jakarta: Direktur Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum.
DPU. (2006). Perencanaan Sistem Drainase Jalan (Pd T-02-2006-B). Jakarta: Departemen
Pekerjaan Umum.
Idel'Cik, I. (1960). Memento des Pertes de Charge, Editions Eyrolles, Paris, France. Also
published in 1994 as “Handbook of Hydraulic Resistance”, CRC Press, Boca Raton,
USA.
Simmons, W. (1964). A Waterresources Technical Publication- Engineering Monograph No.
33: Hydraulic Design of Transitions for Small Canals. Washington: Division of
Research Office of Chief Engineer, Denver, Colorado - United States Department of
the Interior - BUREAU OF RECLAMATION.
SNI 03-3424-1994. (1994). Tata Cara Perencanaan Drainase Permukaan Jalan. Jakarta:
Badan Standarisasi Nasional.
Topik#6: Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan
| 189
Lampiran 1:
Komponen dan Uraian Tugas#1
1. Tugas#1: Membuat Artikel (Kelompok)
a. Membuat Artikel dengan Tema “Drainase Jalan”
b. Jumlah Maksimum Kelompok 5 orang
c. Tugas di kerjakan dengan menggunakan MS-word dengan ketentuan
1) Menggunakan Kertas A4
2) Menggunakan Huruf Arial 12pt dengan paragrap 1,5 Spasi, justify
3) Margin/Batas atas 4 cm, bawah 3 cm , kiri 4 cm dan kanan 3 cm
4) Judul menggunakan huruf arial 14pt Bold rata tengah
5) Nama kelompok dan No. Registrasi di letakan di Bawah Judul
d. Batas Waktu 7 x 24 Jam
e. Dikumpulkan pada 11 September 2017 Sebelum perkuliahan di Mulai
f. File Soft Copy di kirim ke [email protected] dan cc ke
[email protected] dikumpulkan sebelum Jam 23.59 WIB tanggal 11
September 2017
g. Sistematika penulisan
JUDUL
Nama dan No.Reg
Abstraksi
PENDAHULUAN (Berisi tentang latar belakang, masalah dan penjelasan
singkat teori)
ISI (Berisi tentang pokok masalah, detail teori terkait, dan pembahasannya
dapat dilengkapi dengan Photo ataupun tabel tabel)
KESIMPULAN (Berisi tentang kesimpulan artikel)
DAFTAR PUSTAKA (Berisi tentang rujukan yang digunakan
h. Ketentuan Penilaian
Kriteria
Membuat artikel sesuai ketentuan
Membuat artikel sesuai Tema
Membuat Artikel dengan Judul, Pendahuluan serta Isi
berhubungan
Membuat kesimpulan yang sesuai
Membuat daftar pustaka yang sesuai
Jumlah
Skor
20
30
30
10
10
100
Topik#1: Perkembangan Infrastuktur Jalan & Jembatan
| 190
2. Tugas: Membuat Ringkasan untuk Setiap Materi Kuliah (INDIVIDU)
a. Tugas MANDIRI
b. Tugas di kerjakan dengan menggunakan Tulis Tangan dengan
ketentuan
1) Menggunakan Kertas A4 BUKAN kertas bergaris
2) Menuliskan Nama dan Nomor Registrasi
3) Mengisi Daftar Absen Pengumpulan Tugas di Bu. Eka (Gedung L.5
Lt.2)
4) Meringkas sesuai urutan materi
5) Jumlah halaman tidak dibatasi
c. Batas Waktu
1) 3 x 24 Jam
2) Sebelum Jam 12.00 WIB
3) Tidak ada Tambahan Waktu
d. Nomor Tugas, Bahan Ringkasan, dan Batas Waktu Pengumpulan
Tugas
Bahan Ringkasan
Batas Waktu
Pengumpulan
Tugas#2
Tugas#3
Tugas#5
Tugas#6
Bahan Saluran Terbuka
Penampang Saluran
Kemiringan Memanjang Saluran
Waktu Pengaliran Saluran Terbuka
Data Analisa Hidrologi
Kemiringan melintang perkerasan dan bahu
jalan
Pengendalian Erosi Untuk Saluran Samping
Saluran Samping (Side Ditch)
Gorong-Gorong (Box Culvert)
Saluran Penangkap (Catch Ditch)
Perhitungan debit aliran rencana (Q)
Perhitungan Dimensi dan Kemiringan Saluran
serta Gorong-Gorong
Drainase Lereng
Drainase Bawah Permukaan
Aspek Lingkungan
07 September
2017
14 September
2017
21 September
2017
28 September
2017
e. Ketentuan Penilaian
Kriteria
Membuat ringkasan sesuai ketentuan
Membuat urutan materi ringkasan sesuai
Meringkas dengan tepat dan padat (bahasa baku)
Membuat ringkasan dengan rapi dan terbaca
Jumlah
Skor
20
30
30
20
100
Topik#6: Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan
| 191
Ketentuan Tugas#4: Kelompok
a. Tugas Menghitung Dimensi Gorong-Gorong dan Saluran Terbuka
b. Ketentuan Tugas
1) Maksimum Anggota Kelompok 5 Orang
2) Dikerjakan dengan tulis tangan di atas kertas A4 bukan bergaris
3) Soal diberikan pada satu minggu Sebelumnya (Tanggal 18 September
2017 melalui Website)
4) Dikumpulkan pada Tanggal 25 September 2017 Sebelum Kuliah di
Mulai
c. Ketentuan Penilaian
Kriteria
Membuat Tugas sesuai ketentuan
Mengerjakan Tugas dengan Benar
Dimensi Gorong-Gorong
Saluran Terbuka
Membuat Tugas dengan rapi dan terbaca
Jumlah
192 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
Skor
20
30
30
20
100
Lampiran 2: Satuan Acara Perkuliahan
Pertemuan Ke
CPMK
Materi
1/
04 September
2017
Pendahuluan
Kontrak dan
orientasi
perkuliahan:
membahas tujuan,
materi, strategi,
sumber dan
evaluasi, tugas dan
tagihan dalam
perkuliahan
Saluran
Terbuka Jalan
Raya
Bahan Saluran
Terbuka
Penampang Saluran
Kemiringan
Memanjang
Saluran
Waktu Pengaliran
Saluran Terbuka
Data Analisa
Hidrologi
Indikator
• Mahasiswa
memperoleh/
memiliki RPS
• Menyepakati kontrak
perkuliahan (RPS)
• Menyepakati tugas
Mahasiswa memahami
jenis-jenis saluran
terbuka
Mahasiswa memahami
penampang saluran
terbuka
Mahasiswa memahami
fungsi kemiringan pada
saluran terbuka
Mahasiswa memahami
waktu pengaliran pada
saluran terbuka
Mahasiswa memahami
penggunaan data
hidrologi pada saluran
terbuka
Kegiatan
(Strategi/metode)
• Dosen
menyajikan dan
mendiskusikan
kontrak kuliah
(RPS) bersama
mahasiswa.
• RPS dishare
kepada
mahasiswa.
• Membagi dan
menyepakati
tugas
• Menjelaskan
dalam kelas
tentang materi
• membuka sesi
diskusi
Alokasi
Waktu
(Menit)
Sumber &
Media
15
• RPS.
• Laptop,
LCD
• Literatur
yang akan
digunakan
15
Tagihan/Penilaian
• Laptop,
LCD
• Literatur
yang akan
digunakan
15
15
25
25
Topik#1: Perkembangan Infrastuktur Jalan & Jembatan
| 193
Lampiran 2: Satuan Acara Perkuliahan
Pertemuan Ke
CPMK
Tugas#1
Tugas#2
2/
11 September
2017
Drainase
Jalan
Materi
Membuat Artikel
dengan Tema
“Drainase Jalan”
Meringkas materi
yang disampaikan
Kemiringan
melintang
perkerasan dan
bahu jalan
Pengendalian Erosi
Untuk Saluran
Samping
Saluran Samping
(Side Ditch)
Gorong-Gorong
(Box Culvert)
194 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
Indikator
Mahasiswa mampu
membuat artikel
terkait dengan materi
kuliah “Drainase Jalan”
Kegiatan
(Strategi/metode)
Tugas Kelompok
Maksimum
Anggota
Kelompok 3
Orang
Mahasiswa mampu
meringkas materi yang
disampaikan
Tugas Mandiri
Mahasiswa mampu
menjelaskan
kemiringan untuk
drainase jalan
Mahasiswa mampu
menjelaskan erosi
pada drainase saluran
samping
Mahasiswa mampu
menjelaskan detail
drainase saluran
samping
Mahasiswa mampu
menjelaskan detail
gorong-gorong
• Menjelaskan
dalam kelas
tentang materi
• membuka sesi
diskusi
Alokasi
Waktu
(Menit)
Sumber &
Media
7 x 24
Jam
3 x 24
Jam
• Internet,
Buku
Referensi,
Journal
• Hardcopy:
Print-out
• Materi
kuliah
• Hardcopy:
Print-out
15
• Laptop,
LCD
• Literatur
yang akan
digunakan
15
15
35
Tagihan/Penilaian
Tugas#1
Tugas#2
Lampiran 2: Satuan Acara Perkuliahan
Pertemuan Ke
CPMK
Tugas#3
3/
18 September
2017
Drainase
Jalan
Tugas#4
Tugas#5
4/
25 September
2017
Drainase
Jalan
Materi
Indikator
Saluran Penangkap
(Catch Ditch)
Mahasiswa mampu
menjelaskan detail
drainase saluran
penangkap
Mahasiswa mampu
meringkas materi yang
disampaikan
Meringkas materi
yang disampaikan
Perhitungan debit
aliran rencana (Q)
Perhitungan
Dimensi dan
Kemiringan Saluran
serta GorongGorong
Menghitung
Dimensi GorongGorong dan Saluran
Terbuka
Meringkas materi
yang disampaikan
DRAINASE LERENG
Kegiatan
(Strategi/metode)
Alokasi
Waktu
(Menit)
Sumber &
Media
Tagihan/Penilaian
30
Tugas Mandiri
3 x 24
Jam
Mahasiswa mampu
menghitung Debit
Aliran Rencana
Mahasiswa mampu
menghitung Dimensi
Gorong-gorong
• Menjelaskan
dalam kelas
tentang materi
• membuka sesi
diskusi
• Mengumpulkan
Tugas Tepat Waktu
• Mampu
mengerjakan tugas
Tugas Kelompok
Maksimum
Anggota
Kelompok 3
Orang
Tugas Mandiri
55
• Materi
kuliah
• Hardcopy:
Print-out
Tugas#3
• Laptop,
LCD
• Literatur
yang akan
digunakan
55
Mahasiswa mampu
meringkas materi yang
disampaikan
Mahasiswa mampu
menjelasakan drainase
lereng
• Hardcopy:
Print-out
Tugas#4
7 x 24
Jam
3 x 24
Jam
• Materi
kuliah
• Hardcopy:
Print-out
Tugas#5
• Laptop,
LCD
40
Topik#6: Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan
| 195
Lampiran 2: Satuan Acara Perkuliahan
Pertemuan Ke
CPMK
Indikator
DRAINASE BAWAH
PERMUKAAN
Mahasiswa mampu
menjelasakan drainase
bawah permukaan
Mahasiswa mampu
menjelasakan aspek
lingkungan untuk
drainase
Mahasiswa mampu
meringkas materi yang
disampaikan
• Menjelaskan
dalam kelas
tentang materi
• membuka sesi
diskusi
Mahasiswa mampu
menjelaskan
Konstruksi Perkerasan
Jalan
Mahasiswa mampu
menjelaskan Spesifikasi
Lapis Perkerasan
Lentur Jalan
Mahasiswa mampu
menjelaskan spesifikasi
LAPEN
Campuran Aspal Dingin
• Menjelaskan
dalam kelas
tentang materi
• membuka sesi
diskusi
Aspek Lingkungan
Tugas#6
5/
02 Oktober
2017
Spesifikasi
Teknis Bahan
Perkerasan
Jalan
Kegiatan
(Strategi/metode)
Materi
Meringkas materi
yang disampaikan
Konstruksi
Perkerasan Jalan
Spesifikasi Lapis
Perkerasan Lentur
Jalan
Lapis Panetrasi
Makadam (LAPEN)
Campuran Aspal
Dingin
Lapis Asbuton
Campuran Dingin
(LASBUTAG)
196 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
Alokasi
Waktu
(Menit)
Sumber &
Media
40
• Literatur
yang akan
digunakan
30
Tugas Mandiri
3 x 24
Jam
• Materi
kuliah
• Hardcopy:
Print-out
15
10
10
10
Mahasiswa mampu
menjelaskan spesifikasi
LASBUTAG
Tagihan/Penilaian
10
• Laptop,
LCD
• Literatur
yang akan
digunakan
Tugas#6
Lampiran 2: Satuan Acara Perkuliahan
Pertemuan Ke
CPMK
Materi
Indikator
Campuran Panas
(Hot-Mix) Lapis
Asbuton Berbutir
Campuran Beraspal
Panas (Hot-Mix)
dengan Asbuton
Olahan
Lapis Aspal Beton
(Laston)
Mahasiswa mampu
menjelaskan spesifikasi
Hot-Mix
Mahasiswa mampu
menjelaskan spesifikasi
Hot-Mix dengan
Asbuton Olahan
Mahasiswa mampu
menjelaskan spesifikasi
Laston
Mahasiswa mampu
menjelaskan spesifikasi
HRS-WC
Mahasiswa mampu
menjelaskan spesifikasi
BURAS
Mahasiswa mampu
menjelaskan spesifikasi
LATASIR
Mahasiswa mampu
meringkas materi yang
disampaikan
Lataston atau Lapis
Tipis Aspal Beton
(HRS-WC)
Laburan Aspal
(BURAS)
Lapis Tipis Aspal
Pasir (LATASIR)
Tugas#7
6/
09 Oktober
2017
Spesifikasi
Teknis Bahan
Perkerasan
Jalan
Meringkas materi
yang disampaikan
Spesifikasi Lapis
Perkerasan Kaku
Mahasiswa mampu
menjelaskan Spesifikasi
Lapis Perkerasan Kaku
Kegiatan
(Strategi/metode)
Alokasi
Waktu
(Menit)
Sumber &
Media
Tagihan/Penilaian
10
10
10
10
10
5
Tugas Mandiri
3 x 24
Jam
• Materi
kuliah
• Hardcopy:
Print-out
Tugas#7
• Laptop,
LCD
• Menjelaskan
dalam kelas
tentang materi
10
Topik#6: Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan
| 197
Lampiran 2: Satuan Acara Perkuliahan
Pertemuan Ke
CPMK
Materi
Klasifikasi Beton
Bahan Penyusun
Beton
Bahan Perkerasan
Kaku Lainya
Desain Campuran
Alat Pengelolaan
Beton
Pengolahan
Perkerasan Beton
Pengendalian Mutu
Di Lapangan
Tugas#8
Meringkas materi
yang disampaikan
198 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
Indikator
Mahasiswa mampu
menjelaskan Klasifikasi
Beton
Mahasiswa mampu
menjelaskan Bahan
Penyusun Beton
Mahasiswa mampu
menjelaskan Bahan
Perkerasan Kaku
Lainya
Mahasiswa mampu
menjelaskan Desain
Campuran
Mahasiswa mampu
menjelaskan Alat
Pengelolaan Beton
Mahasiswa mampu
menjelaskan
Pengolahan Perkerasan
Beton
Mahasiswa mampu
menjelaskan
Pengendalian Mutu Di
Lapangan
Mahasiswa mampu
meringkas materi yang
disampaikan
Kegiatan
(Strategi/metode)
Alokasi
Waktu
(Menit)
• membuka sesi
diskusi
10
Sumber &
Media
Tagihan/Penilaian
• Literatur
yang akan
digunakan
10
10
30
15
15
10
Tugas Mandiri
3 x 24
Jam
• Materi
kuliah
• Hardcopy:
Print-out
Tugas#8
Lampiran 2: Satuan Acara Perkuliahan
Pertemuan Ke
CPMK
7/
16 Oktober
2017
Spesifikasi
Teknis Bahan
Perkerasan
Jalan
Materi
Indikator
Lapis Pondasi
Mahasiswa mampu
menjelaskan Lapis
Pondasi Jalan
Lapis Pondasi
Agregat
Mahasiswa mampu
menjelaskan Lapis
Pondasi Agregat
Mahasiswa mampu
menjelaskan Lapis
Pondasi Semen Tanah
Mahasiswa mampu
menjelaskan Lapis
Pondasi Agregat
Semen
Mahasiswa mampu
menjelaskan BPG/RCC
Lapis Pondasi
Semen Tanah
Lapis Pondasi
Agregat Semen
Lapis pondasi
beton padat giling
(BPG/RCC)
Lapis pondasi
Tanah Kapur
Tanah Dasar
Konstruksi Jalan di
Tanah Ekspansif
Kegiatan
(Strategi/metode)
• Menjelaskan
dalam kelas
tentang materi
• membuka sesi
diskusi
Alokasi
Waktu
(Menit)
15
Sumber &
Media
Tagihan/Penilaian
• Laptop,
LCD
• Literatur
yang akan
digunakan
10
10
10
10
Mahasiswa mampu
menjelaskan Lapis
pondasi Tanah Kapur
Mahasiswa mampu
menjelaskan Tanah
Dasar Jalan Raya
Mahasiswa mampu
menjelaskan
Konstruksi Jalan di
Tanah Ekspansif
10
15
10
Topik#6: Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan
| 199
Lampiran 2: Satuan Acara Perkuliahan
Pertemuan Ke
CPMK
Materi
Stabilisasi Tanah
Ekspansif
Tugas#9
Tugas#10
8/
23 Oktober
2017
UJIAN
TENGAH
SEMESTER
9/
30 Oktober
2017
Perencanaan
Tebal
Perkerasan
Lentur
dengan
AASTHO
Membran untuk
Tanah Ekspansif
Meringkas materi
yang disampaikan
Membuat
Spesifikasi Teknis
untuk Jalan
Indikator
Mahasiswa mampu
menjelaskan Stabilisasi
Tanah Ekspansif
Membran untuk Tanah
Ekspansif
Mahasiswa mampu
meringkas materi yang
disampaikan
• Mengumpulkan
Tugas Tepat Waktu
• Mampu
mengerjakan tugas
Materi pertama.1
s.d 7
Mampu mengerjakan
tugas dengan benar
PERENCANAAN
TEBAL
PERKERASAN
LENTUR JALAN
CARA AASHTO
Mahasiswa mampu
menjelaskan secara
umum tebal
perkerasan AASHTO
200 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
Kegiatan
(Strategi/metode)
Alokasi
Waktu
(Menit)
Sumber &
Media
Tagihan/Penilaian
10
10
Tugas Mandiri
3 x 24
Jam
Tugas Kelompok
Maksimum
Anggota
Kelompok 5
Orang
• Ujian Tertulis
• Sifat Ujian
Tertutup
• Soal Pilihan
Ganda dengan
4 pernyataan
• Jumlah Soal 40
soal
• Menjelaskan
dalam kelas
tentang materi
• membuka sesi
diskusi
• Materi
kuliah
• Hardcopy:
Print-out
• Hardcopy:
Print-out
Tugas#9
Tugas#10
7 x 24
Jam
Materi kuliah
100
• Laptop,
LCD
• Literatur
yang akan
digunakan
Lembar
Jawaban Soal
Lampiran 2: Satuan Acara Perkuliahan
Pertemuan Ke
CPMK
Materi
Tanah Dasar
Lapis Pondasi
Bawah
Lapis Pondasi Atas
Lapis Permukaan
Tugas#11
Kriteria
Perencanaan
Metode AASHTO,
1993
Meringkas materi
yang disampaikan
Indikator
Mahasiswa mampu
menjelaskan Tanah
Dasar untuk
Perenc.AASHTO
Mahasiswa mampu
menjelaskan Lapis
Pondasi Bawah untuk
Perenc.AASHTO
Mahasiswa mampu
menjelaskan Lapis
Pondasi Atas untuk
Perenc.AASHTO
Mahasiswa mampu
menjelaskan Lapis
Permukaan untuk
Perenc.AASHTO
Mahasiswa mampu
menjelaskan Kriteria
Perencanaan Metode
AASHTO, 1993
Mahasiswa mampu
meringkas materi yang
disampaikan
Kegiatan
(Strategi/metode)
Alokasi
Waktu
(Menit)
Sumber &
Media
Tagihan/Penilaian
15
25
25
25
20
Tugas Mandiri
3 x 24
Jam
• Materi
kuliah
• Hardcopy:
Print-out
Tugas#11
Topik#6: Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan
| 201
Lampiran 2: Satuan Acara Perkuliahan
Pertemuan Ke
10/
06 November
2017
CPMK
Perencanaan
Tebal
Perkerasan
Lentur
dengan
AASTHO
Materi
Indikator
Structural Number
(SN)
Mahasiswa mampu
menjelaskan Structural
Number (SN) untuk
Perenc.AASHTO
Lalu Lintas
Mahasiswa mampu
menjelaskan Lalu
Lintas untuk
Perenc.AASHTO
Mahasiswa mampu
menjelaskan
Reliabilitas untuk
Perenc.AASHTO
Mahasiswa mampu
menjelaskan Faktor
Lingkungan untuk
Perenc.AASHTO
Mahasiswa mampu
menjelaskan
Serviceability untuk
Perenc.AASHTO
Mahasiswa mampu
menjelaskan Lalu
Lintas Pada Lajur
Rencana untuk
Perenc.AASHTO
Kegiatan
(Strategi/metode)
Alokasi
Waktu
(Menit)
• Laptop,
LCD
• Literatur
yang akan
digunakan
• Menjelaskan
dalam kelas
tentang materi
• membuka sesi
diskusi
30
Reliabilitas
Faktor Lingkungan
Serviceability
Lalu Lintas Pada
Lajur Rencana
202 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
Sumber &
Media
15
15
15
10
15
Tagihan/Penilaian
Lampiran 2: Satuan Acara Perkuliahan
Pertemuan Ke
CPMK
Materi
Koefisien Drainase
Tugas#12
11/
13 November
2017
Perencanaan
Tebal
Perkerasan
Lentur
dengan
AASTHO
Meringkas materi
yang disampaikan
Indikator
Mahasiswa mampu
menjelaskan Koefisien
Drainase untuk
Perenc.AASHTO
Mahasiswa mampu
meringkas materi yang
disampaikan
Indeks Permukaan
(IP)
Mahasiswa mampu
menjelaskan Indeks
Permukaan (IP) untuk
Perenc.AASHTO
Koefisien Kekuatan
Relatif (a)
Mahasiswa mampu
menjelaskan Koefisien
Kekuatan Relatif (a)
untuk Perenc.AASHTO
Mahasiswa mampu
menjelaskan Batasbatas Minimum Tebal
Lapisan Perkerasan
untuk Perenc.AASHTO
Kegiatan
(Strategi/metode)
Alokasi
Waktu
(Menit)
Sumber &
Media
Tagihan/Penilaian
10
Tugas Mandiri
3 x 24
Jam
• Materi
kuliah
• Hardcopy:
Print-out
Tugas#12
• Laptop,
LCD
• Literatur
yang akan
digunakan
• Menjelaskan
dalam kelas
tentang materi
• membuka sesi
diskusi
15
Batas-batas
Minimum Tebal
Lapisan Perkerasan
15
15
Topik#6: Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan
| 203
Lampiran 2: Satuan Acara Perkuliahan
Pertemuan Ke
CPMK
Materi
Indikator
Prosedur
Perencanaan
Perkerasan Baru
dan Pentahapan
Konstruksi dengan
Metode AASHTO,
1993
Menentukan Angka
Struktural
(Structural
Number, SN)
Mahasiswa mampu
menjelaskan Prosedur
Perencanaan
Perkerasan Baru dan
Pentahapan Konstruksi
dengan Metode
AASHTO, 1993
Mahasiswa mampu
Menentukan Angka
Struktural (Structural
Number, SN) untuk
Perenc.AASHTO
Mahasiswa mampu
menjelaskan
Konstruksi Bertahap
untuk Perenc.AASHTO
Mahasiswa mampu
menjelaskan Pelapisan
tambah untuk
Perenc.AASHTO
Mahasiswa mampu
meringkas materi yang
disampaikan
Konstruksi
Bertahap
Pelapisan tambah
Tugas#13
Meringkas materi
yang disampaikan
204 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
Kegiatan
(Strategi/metode)
Alokasi
Waktu
(Menit)
Sumber &
Media
Tagihan/Penilaian
15
15
20
15
Tugas Mandiri
3 x 24
Jam
• Materi
kuliah
• Hardcopy:
Print-out
Tugas#13
Lampiran 2: Satuan Acara Perkuliahan
Pertemuan Ke
12/
20 November
2017
CPMK
Perencanaan
Tebal
Perkerasan
Lentur
dengan
AASTHO
Materi
Indikator
Modulus resilien
tanah dasar
Mahasiswa mampu
menjelaskan Modulus
resilien tanah dasar
untuk Perenc.AASHTO
Temperatur
perkerasan
Mahasiswa mampu
menjelaskan
Temperatur
perkerasan untuk
Mahasiswa mampu
menjelaskan
Perenc.AASHTO
Modulus efektif
perkerasan (Ep) untuk
Perenc.AASHTO
Mahasiswa mampu
menjelaskan Indeks
tebal perkerasan masa
datang (ITPf) untuk
Perenc.AASHTO
Mahasiswa mampu
menjelaskan Indeks
tebal perkerasan
efektif (ITPeff) untuk
Perenc.AASHTO
Kegiatan
(Strategi/metode)
Alokasi
Waktu
(Menit)
Sumber &
Media
Tagihan/Penilaian
• Laptop,
LCD
• Literatur
yang akan
digunakan
• Menjelaskan
dalam kelas
tentang materi
• membuka sesi
diskusi
25
Modulus efektif
perkerasan (Ep)
Indeks tebal
perkerasan masa
datang (ITPf)
Indeks tebal
perkerasan efektif
(ITPeff)
15
15
20
20
Topik#6: Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan
| 205
Lampiran 2: Satuan Acara Perkuliahan
Pertemuan Ke
CPMK
Tugas#14
Tugas#15
13/
27 November
2017
Perkerasan
Kaku
Materi
Indikator
Hitungan tebal lapis
tambah
Mahasiswa mampu
menhitung tebal lapis
tambah untuk
Perenc.AASHTO
Mahasiswa mampu
meringkas materi yang
disampaikan
Meringkas materi
yang disampaikan
Mengerjakan Tugas
Mahasiswa mampu
mengerjakan tugas
secara kelompok
PERKERASAN KAKU
Mahasiswa mampu
menjelaskan definisi
perkerasan kaku
Jenis-Jenis
Perkerasan Kaku
Mahasiswa mampu
menjelaskan JenisJenis Perkerasan Kaku
Mahasiswa mampu
menjelaskan
Keuntungan dan
Kerugian Penggunaan
Perkerasan Kaku
Keuntungan dan
Kerugian
Penggunaan
Perkerasan Kaku
206 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
Kegiatan
(Strategi/metode)
Alokasi
Waktu
(Menit)
Sumber &
Media
Tagihan/Penilaian
15
3 x 24
Jam
• Materi
kuliah
• Hardcopy:
Print-out
Tugas#14
7 x 24
Jam
• Materi
kuliah
• Hardcopy:
Print-out
Tugas#15
Tugas Mandiri
Tugas Kelompok
tentang Hitungan
tebal perkerasan
dengan Cara
AASHTO
• Menjelaskan
dalam kelas
tentang materi
• membuka sesi
diskusi
• Laptop,
LCD
• Literatur
yang akan
digunakan
15
15
Lampiran 2: Satuan Acara Perkuliahan
Pertemuan Ke
CPMK
Materi
Parameter Desain
Perkerasan Kaku
Struktur
Perkerasan Kaku
Tanah dasar
Pondasi bawah
Data-data
perencanaan
Lalu-lintas
Lajur rencana dan
koefisien distribusi
Indikator
Mahasiswa mampu
menjelaskan
Parameter Desain
Perkerasan Kaku
Mahasiswa mampu
menjelaskan Struktur
Perkerasan Kaku
Mahasiswa mampu
menjelaskan Tanah
dasar untuk
perkerasan kaku
Mahasiswa mampu
menjelaskan Pondasi
bawah untuk
perkerasan kaku
Mahasiswa mampu
menjelaskan Data-data
perencanaan untuk
perkerasan kaku
Mahasiswa mampu
menjelaskan Lalu-lintas
untuk perkerasan kaku
Mahasiswa mampu
menjelaskan Lajur
rencana dan koefisien
distribusi untuk
perkerasan kaku
Kegiatan
(Strategi/metode)
Alokasi
Waktu
(Menit)
Sumber &
Media
Tagihan/Penilaian
10
10
10
10
10
10
• Menjelaskan
dalam kelas
tentang materi
10
• Laptop,
LCD
• Literatur
yang akan
digunakan
Topik#6: Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan
| 207
Lampiran 2: Satuan Acara Perkuliahan
Pertemuan Ke
CPMK
Materi
Umur rencana
Tugas#16
Tugas#17
14/
04 Desember
2017
Perkerasan
Kaku
Meringkas materi
yang disampaikan
Mengerjakan Tugas
Indikator
Mahasiswa mampu
menjelaskan Umur
rencana untuk
perkerasan kaku
Mahasiswa mampu
meringkas materi yang
disampaikan
Mahasiswa mampu
mengerjakan tugas
secara kelompok
Pertumbuhan lalulintas
Mahasiswa mampu
menjelaskan
Pertumbuhan lalulintas untuk
perkerasan kaku
Lalu-lintas rencana
Mahasiswa mampu
menjelaskan Lalu-lintas
rencana untuk
perkerasan kaku
Mahasiswa mampu
menjelaskan Faktor
keamanan beban
untuk perkerasan kaku
Kegiatan
(Strategi/metode)
Alokasi
Waktu
(Menit)
208 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
Tagihan/Penilaian
• membuka sesi
diskusi
10
Tugas Mandiri
3 x 24
Jam
Tugas Kelompok
membuat Artikel
dengan Tema
“Jalan Beton”
• Menjelaskan
dalam kelas
tentang materi
• membuka sesi
diskusi
7 x 24
Jam
• Materi
kuliah
• Hardcopy:
Print-out
• Materi
kuliah
• Hardcopy:
Print-out
• Laptop,
LCD
• Literatur
yang akan
digunakan
20
Faktor keamanan
beban
Sumber &
Media
20
10
Tugas#16
Tugas#17
Lampiran 2: Satuan Acara Perkuliahan
Pertemuan Ke
CPMK
Materi
Bahu
Sambungan
Perkerasan beton
semen untuk
kelandaian yang
curam
Prosedur
perencanaan
Perencanaan tebal
pelat
Perencanaan
tulangan
Tugas#18
Meringkas materi
yang disampaikan
Indikator
Mahasiswa mampu
menjelaskan Bahu
untuk perkerasan kaku
Mahasiswa mampu
menjelaskan
Sambungan
Mahasiswa mampu
menjelaskan
Perkerasan beton
semen untuk
kelandaian yang curam
untuk perkerasan kaku
Mahasiswa mampu
menjelaskan Prosedur
perencanaan untuk
perkerasan kaku
Mahasiswa mampu
menjelaskan
Perencanaan tebal
pelat untuk perkerasan
kaku
Mahasiswa mampu
menjelaskan
Perencanaan tulangan
Mahasiswa mampu
meringkas materi yang
disampaikan
Kegiatan
(Strategi/metode)
Alokasi
Waktu
(Menit)
Sumber &
Media
Tagihan/Penilaian
10
10
10
10
10
10
Tugas Mandiri
3 x 24
Jam
• Materi
kuliah
• Hardcopy:
Print-out
Tugas#18
Topik#6: Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan
| 209
Lampiran 2: Satuan Acara Perkuliahan
Pertemuan Ke
15/
11 Desember
2017
CPMK
Perkerasan
Kaku
Materi
Indikator
Perencanaan lapis
tambah
Mahasiswa mampu
menjelaskan
Perencanaan lapis
tambah untuk
perkerasan kaku
Pelapisan
tambahan
perkerasan beton
semen di atas
perkerasan beton
aspal
Pelapisan
tambahan
perkerasan beton
semen di atas
perkerasan beton
semen
Pelapisan
tambahan langsung
Mahasiswa mampu
menjelaskan Pelapisan
tambahan perkerasan
beton semen di atas
perkerasan beton aspal
Kegiatan
(Strategi/metode)
Alokasi
Waktu
(Menit)
• Laptop,
LCD
• Literatur
yang akan
digunakan
• Menjelaskan
dalam kelas
tentang materi
• membuka sesi
diskusi
50
Pelapisan
tambahan
perkerasan beton
aspal di atas
perkerasan beton
semen
210 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
20
Mahasiswa mampu
menjelaskan Pelapisan
tambahan perkerasan
beton semen di atas
perkerasan beton
semen
Mahasiswa mampu
menjelaskan Pelapisan
tambahan langsung
Mahasiswa mampu
menjelaskan Pelapisan
tambahan perkerasan
beton aspal di atas
perkerasan beton
semen
Sumber &
Media
20
10
10
Tagihan/Penilaian
Lampiran 2: Satuan Acara Perkuliahan
Pertemuan Ke
CPMK
Tugas#19
16/
18 Desember
2017
Keselamatan
Materi
Meringkas materi
yang disampaikan
Indikator
Kegiatan
(Strategi/metode)
Mahasiswa mampu
meringkas materi yang
disampaikan
Tugas Mandiri
Rambu-Rambu dan
Marka
Mahasiswa mampu
menjelaskan RambuRambu dan Marka
• Menjelaskan
dalam kelas
tentang materi
• membuka sesi
diskusi
Defenisi
Mahasiswa mampu
menjelaskan Definisi
Mahasiswa mampu
menjelaskan Jenis dan
Informasi Yang
Disampaikan
Mahasiswa mampu
menjelaskan Alat
Pengendali Lalu Lintas
Yang Efektif
Mahasiswa mampu
menjelaskan Rambu –
Rambu Lalulintas
Mahasiswa mampu
menjelaskan Marka
Jalan
Alokasi
Waktu
(Menit)
3 x 24
Jam
Sumber &
Media
• Materi
kuliah
• Hardcopy:
Print-out
Tagihan/Penilaian
Tugas#19
• Laptop,
LCD
• Literatur
yang akan
digunakan
30
Jenis dan Informasi
Yang Disampaikan
Alat Pengendali
Lalu Lintas Yang
Efektif
Rambu – Rambu
Lalulintas
Marka Jalan
10
15
15
10
10
Topik#6: Topik#6: Perencanaan Drainase Jalan
| 211
Lampiran 2: Satuan Acara Perkuliahan
Pertemuan Ke
CPMK
Materi
Alat Pemberi
Isyarat Lalulintas
Fasilitas
Pendukung
Tugas#20
18/
01 Januari
2018
UJIAN AKHIR
SEMESTER
Meringkas materi
yang disampaikan
Materi pertama
sampai terakhir
212 | Mulyono,T.,(2017), Infrastruktur Jalan dan Jembatan
Indikator
Mahasiswa mampu
menjelaskan Alat
Pemberi Isyarat
Lalulintas
Mahasiswa mampu
menjelaskan Fasilitas
Pendukung
Mahasiswa mampu
meringkas materi yang
disampaikan
Mampu mengerjakan
tugas dengan benar
Kegiatan
(Strategi/metode)
Alokasi
Waktu
(Menit)
Sumber &
Media
Tagihan/Penilaian
10
10
Tugas Mandiri
3 x 24
Jam
• Ujian Tertulis
• Sifat Ujian
Tertutup
• Soal Pilihan
Ganda dengan
4 pernyataan
• Jumlah Soal 40
soal
100
• Materi
kuliah
• Hardcopy:
Print-out
Materi kuliah
Tugas#20
Lembar
Jawaban Soal
Download