pengalaman ibu hamil risiko tinggi dalam mencegah terjadinya

advertisement
PENGETAHUAN DAN PERILAKU IBU HAMIL RISIKO TINGGI DALAM MENCEGAH
TERJADINYA KOMPLIKASI PERSALINAN DI DESA SIAGA LUMAJANG
JAWA TIMUR
Endah Suprihatin
Prodi D III Keperawatan Sutomo Surabaya
Poltekkes Kemenkes Surabaya
Abstrak
Telah diketahui bahwa tingginya angka kematian ibu (AKI) sebagian besar disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan dan buruknya perilaku ibu hamil pada perawatan kehamilan resiko tinggi. Kondisi ini memberikan
dampak pada tingginya kematian ibu saat persalinan. Melalui program desa siaga, angka kematian di Lumajang
dapat diturunkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan dan tindakan ibu hamil risiko
tinggi dalam mencegah terjadinya komplikasi persalinan di Desa Siaga Lumajang Jawa Timur. Informan pada
penelitian ini adalah para ibu yang telah melahirkan secara fisiologis dengan riwayat kehamilan risiko tinggi.
Jumlah informan dalam penelitian ini sebanyak 6 orang yang ditetapkan berdasarkan tehnik sampling purposif.
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri melalui wawancara mendalam dan direkam menggunakan
tape recorder. Data dianalisis dengan tehnik Colaizzi, dan menghasilkan 12 tema yang menggambarkan
pengetahuan dan perilaku ibu hamil resiko tinggi dalam mencegah komplikasi persalinan sebagai dampak desa
siaga. Pengetahuan informan tentang kehamilan risiko tinggi tergambar dalam enam tema, yaitu: sumber
informasi, faktor risiko kehamilan, tanda-tanda bahaya kehamilan, tindakan yang harus dilakukan pada
kehamilan risiko tinggi, dampak kehamilan risiko tinggi, dan pertolongan persalinan yang harus dilakukan pada
kehamilan risiko tinggi. Perilaku ibu hamil risiko tinggi dalam mencegah terjadinya komplikasi persalinan,
tergambar dalam 6 tema, meliputi: pemeriksaan kehamilan (ANC), menjaga ketahanan tubuh, berserah diri pada
tuhan, persiapan biaya, pemilihan tempat persalinan, dan penolong persalinan.Hasil penelitian ini menyarankan
agar petugas kesehatan perlu meningkatkan usahanya dalam memberikan edukasi kepada ibu hamil resiko tinggi
dengan memberikan contoh konkrit pencegahan komplikasi pada periode persalinan
Kata kunci : pengetahuan, perilaku, ibu hamil resiko tinggi, pencegahan komplikasi persalinan, desa siaga
Abstract
It has been known that the high maternal mortality rate (MMR) in Indonesia is mostly caused by the lack of
knowledge and poor behaviour of high risk pregnant women during their high risk pregnancy care. These
conditions gave impact to the high maternal mortality during childbirth. Through Desa Siaga (alert Village)
Program, Lumajang has been succeeded to decrease MMR. This study was a qualitative research with
descriptive phenomenology design that aims to identify knowledge and behaviour of high risk pregnant women
in preventing childbirth complication as impact about Desa Siaga (alert village) Program in Lumajang, East
Java. The informants were women who have high risk pregnancy’s experience, had physiologic childbirth. The
informants size were six women and was recruited based on purposive sampling. Data were collected through
in-depth interview by researcher her self and it was recorded by tape recorder. The data analyzed with
Colaizzi’s technique, that produced 12 themes showed the knowledge and behaviour of high risk pregnancy in
preventing complication as the impact of Desa Siaga Program. Knowledge of pregnant women about the highrisk pregnancy illustrated in the six themes, namely: the source of information, a risk factor for pregnancy,
danger signs of pregnancy, the actions to be performed on high-risk pregnancies, the impact of high-risk
pregnancy, and childbirth assistance should be done in pregnancy risk high. The behavior of high-risk pregnant
mothers in preventing complications of labor, illustrated in 6 themes include: antenatal care (ANC), keeping the
body's defenses, surrender to God, preparation costs, the selection of labor, and birth attendants. The results of
this study suggest that healthcare workers in "Alert Village" Kenongo needs to increase its efforts in providing
education to high-risk pregnant women by providing concrete examples of prevention of complications in
childbirth period
Keywords: knowledge, behavior, high-risk pregnant women, prevention of complications of childbirth “Desa
Siaga”(alert Village) program
telah dimulai dengan Gerakan membangun
Latar Belakang
Hasil survei kesehatan rumah tangga
(SKRT) tahun
masyarakat
sehat
(Gerbangmas)
yang
2003 mengidentifikasi AKI
dicanangkan sejak tahun 2005. Gerbangmas
secara nasional mencapai 307 per 100.000
merupakan salah satu bentuk operasional lintas
kelahiran hidup. Angka kematian ibu di Jawa
sektoral yang mencakup berbagai upaya dalam
Timur menempati urutan ke-4 di Indonesia.
rangka percepatan penurunan AKI, yaitu suatu
Badan Pusat Statistik Jawa Timur mencatat
tindakan yang terprogram dan terencana dalam
bahwa pada tahun 2005, AKI sebesar 262
rangka membangkitkan kemauan dan semangat
setiap
dari, oleh, dan untuk masyarakat agar terjadi
100.000
kelahiran
hidup.
(Ariadi,
Rahayu, & Sudarso, 2001; Utomo, 2006).
perubahan ke arah yang lebih baik dan lebih
Tingginya AKI di Indonesia khususnya di
sehat dengan memperhatikan seluruh faktor
Jawa Timur saat ini memperlihatkan bahwa
yang mempengaruhi kemampuan ibu hamil
upaya penurunan angka kematian ibu dan bayi
dalam
belum maksimal. Hal tersebut dapat disebabkan
pengembangan peran posyandu (Kuswandono,
karena berbagai program kesehatan yang telah
2007).
dicanangkan
sepenuhnya
Lumajang merupakan pelopor berkembangnya
berfilosofi pada paradigma sehat, tetapi masih
program desa siaga di Indonesia dan telah
dengan pendekatan medis kuratif yang bersifat
berhasil secara signifikan menurunkan AKI dan
reaktif dan jangka pendek. Selain itu dinilai
AKB. Dalam kurun waktu 2004 sampai 2006
bahwa selama ini ibu hamil dan keluarganya
AKI telah menurun sebesar 63.4 % dan AKB
serta masyarakat kurang diberdayakan dan
menurun 41.1% (Kuswandono, 2007).
tampak
belum
dilibatkan secara nyata (Geno, 2007; Utomo,
2006).
merawat
Melalui
Fenomena
kesehatannya
Gerbangmas,
keberhasilan
melalui
Kabupaten
Kabupaten
Lumajang sebagai pelopor pengembangan desa
Dalam
memberdayakan
siaga dalam menurunkan AKI secara signifikan
masyarakat untuk akselerasi penurunan AKI,
menarik untuk ditelusuri secara mendalam.
pada
membuat
Sejauh ini belum terungkap secara jelas tentang
terobosan baru dengan mencanangkan program
upaya yang telah dilakukan program desa siaga
pengembangan ”desa siaga” (Pramudo, 2008;
dalam rangka menurunkan AKI. Selain itu
Supari, 2007). Desa siaga adalah ”gambaran
sampai saat ini belum didapatkan gambaran
suatu
yang jelas tentang upaya ibu hamil risiko tinggi
tahun
desa
rangka
2006
yang
pemerintah
penduduknya
memiliki
kesiapan sumber daya, mampu dan mempunyai
dalam
kemauan untuk mencegah masalah kesehatan,
persalinan
bencana,
program desa siaga.
dan
kegawatdaruratan
kesehatan
secara mandiri” (Depkes R I, 2006c hlm 3).
mencegah
Dengan
sebagai
terjadinya
komplikasi
dampak
pelaksanaan
demikian
penelitian
tentang
Sebelum dicanangkannya program desa
pengalaman ibu hamil resiko tinggi dalam
siaga secara nasional, di Kabupaten Lumajang
mencegah terjadinya komplikasi persalinan di
“desa siaga” penting untuk dilakukan. Hasil
penelitian ini akan memberikan gambaran
Pengetahuan Ibu
Resiko Tinggi
secara nyata dan mendalam tentang bagaimana
upaya
pencegahan
terjadinya
komplikasi
Tentang
Kehamilan
Pengetahuan informan tentang kehamilan
risiko tinggi tergambar dalam enam tema,
persalinan pada kehamilan resiko tinggi melalui
yaitu:
pengembangan desa siaga. Melalui penelitian
kehamilan, tanda-tanda bahaya kehamilan,
ini, dalam rangka percepatan penurunan AKI di
tindakan yang harus dilakukan pada kehamilan
Indonesia, perawat maternitas akan dapat
risiko tinggi, dampak kehamilan risiko tinggi,
memberikan sumbangan nyata dan berpeluang
dan
mengembangkan
dilakukan pada kehamilan risiko tinggi.
usulan
program
tentang
pelayanan kesehatan ibu hamil di masyarakat
(keperawatan maternitas berbasis komunitas).
sumber
informasi,
pertolongan
persalinan
faktor
yang
risiko
harus
Sumber informasi yang didapatkan ibu di
desa siaga desa kenongo tentang kehamilan
risiko tinggi berasal dari tenaga kesehatan,
kader, perangkat desa, dan buku KIA. Faktor-
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian
ini
adalah
metode
faktor risiko pada kehamilan yang diketahui ibu
penelitian
adalah: adanya oedem, hipertensi, anemia,
kualitatif dengan pendekatan fenomenologi
tinggi badan kurang, dan panggul sempit, ibu
deskriptif. Informan pada penelitian ini adalah
hamil berusia terlalu tua dan terlalu muda, dan
ibu yang telah melahirkan anak terakhir secara
hamil dengan usia anak terakhir lebih dari 12
spontan tanpa komplikasi dengan riwayat
tahun.
kehamilan resiko tinggi. Pengumpulan data
Adapun tanda-tanda bahaya kehamilan
dilakukan melalui wawancara mendalam yang
yang diketahui oleh ibu adalah pusing, oedem,
direkam dengan tape recorder. Data yang
dan adanya perdarahan. Pengetahuan ibu
diperoleh
dianalisa
tentang tindakan yang harus dilakukan oleh ibu
prosedur
fenomenologi
dengan
menggunakan
menurut
Colaizzi
(1978)
hamil risiko tinggi, yaitu: antenatal care
(ANC),
mempersiapkan biaya persalinan,
tertib minum obat, mengkonsumsi nutrisi
adekuat, pembatasan diet, istirahat cukup,
Hasil
Hasil penelitian terdiri dari 19 tema yang
waspada, dan menghindari zat berbahaya.
menggambarkan tentang pengalaman ibu hamil
risiko
tinggi
komplikasi
dalam
persalinan
mencegah
sebagai
terjadinya
dampak
Pada kehamilan risiko tinggi seharusnya
melakukan ANC dengan frekuensi sering atau
rutin
setiap
bulan
dengan
alasan
demi
pelaksanaan program desa siaga di Lumajang
terpantaunya kesehatan ibu dan bayi dan untuk
Jawa timur.
kesinambungan pengobatan dan meningkatkan
kesehatan ibu serta bayi Menurut ibu, pada
kehamilan risiko tinggi harus melakukan
persiapan
biaya
persalinan
dengan
cara
saat kehamilan berusia antara nol sampai 3
menabung. Menurut ibu seharusnya ibu hamil
bulan atas kesadaran diri sendiri dan dukungan
risiko tinggi memakan makanan yang bergizi,
keluarga.
yaitu makanan dengan komposisi 4 sehat 5
kunjungan selanjutnya (K2-K4) adalah rutin
sempurna dan
setiap bulan dan dipicu oleh kesadaran sendiri,
mengandung garam yodium.
Pada kehamilan risiko tinggi pembatasan
Adapun
frekuensi
ANC
pada
keluarga, tenaga kesehatan, dan kader.
aktifitas yang diketahui oleh informan adalah
Selama
melakukan
ANC,
ibu
bahwa selama hamil tidak boleh melakukan
mendapatkan pelayanan dari tenaga kesehatan
kerja berat.
dan kader. Pelayanan yang di dapatkan ibu dari
Dampak kehamilan risiko tinggi yang
tenaga kesehatan adalah: pemeriksaan fisik,
diketahui ibu, yaitu: kematian baik pada ibu
anamnesa,
pengobatan,
maupun bayinya, yang disebabkan oleh kurang
pendidikan
kesehatan.
tenaga, perdarahan, dan distocia. Selanjutnya
didapatkan ibu hamil risiko tinggi dari kader
dampak kehamilan risiko tinggi yang diketahui
saat ANC di posyandu adalah penimbangan,
ibu adalah bayi mengalami kecacatan dan lahir
motivasi,
dengan berat
makanan sehat, dan penjelasan tentang dasolin
kurang (berat
badan lahir
rendah/BBLR), meningkatnya beban ekonomi
dan psikologis.
pendidikan
imunisasi,
dan
Pelayanan
kesehatan
yang
tentang
Dalam menjaga ketahanan tubuh selama
hamil, perilaku yang dilakukan ibu adalah
Para ibu menyatakan bahwa ibu hamil
pemenuhan
nutrisi,
pembatasan
diet,
risiko tinggi seharusnya melahirkan di rumah
pembatasan aktivitas, konsumsi obat, dan
sakit, polindes, atau di puskesmas dan yang
upaya tradisional. Karena keterbatasan, ibu
menjadi penolong pada persalinan ibu hamil
hamil risiko tinggi di desa kenongo lebih sering
risiko tinggi seharusnya adalah bidan.
mengkonsumsi nasi dan sayuran dalam menu
sehari-hari. Sedangkan sebagai upaya untuk
Perilaku ibu hamil risiko tinggi dalam
mencegah terjadinya komplikasi persalinan
meningkatkan kualitas nutrisi, ibu hamil risiko
tinggi mengkonsumsi jenang (bubur) kacang
Perilaku ibu hamil risiko tinggi dalam
mencegah terjadinya komplikasi persalinan,
tergambar dalam 6 tema, meliputi: pemeriksaan
kehamilan (ANC), menjaga ketahanan tubuh,
berserah diri pada tuhan, persiapan biaya,
pemilihan tempat persalinan, dan penolong
persalinan.
Seluruh
ibu
pada
penelitian
ini
menjelaskan bahwa untuk menjaga ketahanan
tubuh harus mengkonsumsi obat dari bu
bidan.Untuk menjaga kesehatan kehamilannya
dan mempersiapkan kelancaran persalinan,
perlu melakukan upaya tradisional dalam
Pemeriksaan kehamilan (ANC) dilakukan
oleh ibu hamil risiko tinggi di posyandu, di
polindes,
hijau.
dan
di
Puskesmas.
Kunjungan
pertama (K1) sudah dilakukan oleh ibu pada
mencegah terjadinya komplikasi persalinan,
yaitu:
minum
jamu
buatan
sendiri
dan
melakukan oyok (pemijatan pada perut ibu
hamil dengan tujuan agar kelak proses
persalinan berlangsung lancar).
tergambarkan sudah cukup, namun informasi
yang
Seluruh ibu menyatakan bahwa yang
diberikan
instruksi,
lebih
belum
mengarah
ke
arah
kepada
peningkatan
paling penting dan harus dilakukan pada ibu
pemahaman. Informasi yang bersifat instruksi,
hamil risiko tinggi adalah berdo’a dan berserah
menurut
diri kepada Tuhan. Dua ibu menyatakan bahwa
menimbulkan dorongan
pada kehamilan risiko tinggi dalam rangka
seseorang untuk berperilaku sehat. Dampak
menyambut persalinannya perlu melakukan
dari informasi yang bersifat instruksi tersebut
persiapan biaya.
telah tergambar dengan adanya ketidaksesuaian
Pada
penelitian
ini
(2003)
tidak
akan
yang kuat bagi
besar
perilaku ibu dalam merawat kehamilannya
informan menyatakan bahwa ibu hamil risiko
dengan pengetahuan yang telah dimiliki. Jika
tinggi lebih memilih rumah tempat tinggal
ditinjau dari tujuan yang ingin dicapai program
sebagai tempat untuk melahirkan. Alasan
desa siaga, maka hasil temuan penelitian ini
pemilihan rumah sebagai tempat bersalin
menunjukkan bahwa tujuan program desa siaga
adalah
belum
kenyamanan,
pendukung,
dan
sebagian
Notoadmojo
keberadaan
privacy.Satu
ibu
sistem
yang
tercapai.
tersebut,
Untuk
seharusnya
mencapai
sumber
tujuan
informasi
menyatakan Polindes sebagai tempat bersalin
menyediakan
informasi
yang
dapat
dengan
meningkatkan
pemahaman
bukan
sekedar
alasan
kehamilan
bahwa
risiko
persalinan
tinggi
pada
memerlukan
instruksi.
Kualitas
pemberian
informasi
pengawasan yang ketat oleh penolong. Satu ibu
terhadap ibu hamil risiko tinggi merupakan hal
menyatakan melahirkan di Puskesmas dengan
yang sangat penting dan mendasar. Berbekal
alasan
pemahaman tersebut, ibu hamil risiko tinggi
dikhawatirkan
mengalamai
komplikasi
persalinannya
sehingga
perlu
tindakan antisipasi.
akan lebih waspada, mandiri, dan berupaya
kuat untuk merawat kehamilannya sesuai
Seluruh ibu menjelaskan bahwa penolong
persalinan yang dipilih adalah tenaga kesehatan
dengan apa yang sudah diketahui (Bobak et al,
2004; Lowdermik, Perry & Bobak, 2000).
bersama dengan dukun. Alasan pemilihan
Pada hasil penelitian tergambar bahwa
tenaga kesehatan sebagai penolong adalah
pengetahuan ibu di desa Kenongo tentang
keahlian, kelengkapan alat yang dimiliki, dan
faktor risiko kehamilan sangat baik. Hal ini
kecepatan pengambilan keputusan. Sedangkan
dibuktikan dengan adanya persamaan antara
alasan memilih bersama dengan dukun adalah
faktor-faktor risiko yang diketahui oleh ibu
kepuasan terhadap layanan dukun.
dengan indikator faktor risiko yang ditemukan
pada literatur dan hasil penelitian lain. Namun
Pembahasan
Variasi
demikian hasil penelitian ini juga menunjukkan
sumber
informasi
yang
didapatkan ibu hamil risiko tinggi di desa siaga
bahwa ada beberapa faktor risiko yang belum
diketahui dan yang dipersepsi kurang benar
oleh ibu.
Berdasarkan hal-hal tersebut seharusnya
pemberi asuhan ibu hamil di desa siaga
Fenomena tersebut dapat terjadi, karena
memberikan informasi yang lengkap kepada
faktor-faktor risiko yang diketahui oleh ibu di
semua
desa kenongo adalah berdasarkan pengalaman
kehamilan risiko tinggi dengan menggunakan
yang pernah dialami, sehingga faktor risiko
bahasa yang mudah dimengerti dan dilakukan
yang tidak diketahui adalah faktor resiko yang
secara berkali-kali.
belum pernah dialami. Hal ini menunjukkan
lengkap, dan mudah dimengerti tersebut , maka
bahwa
belum
sejak awal ibu hamil dapat mendeteksi adanya
sepenuhnya diberikan informasi yang lengkap
faktor risiko, tanpa menunggu adanya keluhan
tentang faktor-faktor risiko kehamilan yang
yang lebih memburuk (May & Mahlmeister,
kemungkinan dapat terjadi pada seluruh ibu
1990; Philips, 1996).
ibu
hamil
didesa
siaga
hamil.
ibu
hamil
mengenai
karakteristik
Dengan informasi yang
Selain itu pengetahuan tentang tanda-
Jika ditinjau dari tujuan pengembangan
tanda bahaya pada kehamilan juga sangat
desa siaga, yaitu meningkatkan kewaspadaan
penting diberikan pada ibu hamil risiko tinggi.
terhadap adanya faktor risiko dan tanda bahaya
Hal ini berdasarkan pemahaman bahwa ibu
yang dapat mengganggu kesehatan (Giatno,
hamil risiko tinggi sangat rentan mengalami
2006; Depkes RI, 2006c); maka strategi
komplikasi akibat faktor risiko yang dimiliki
pemberian informasi terhadap ibu hamil di desa
(Buckley and Kulb, 1993). Keterlambatan dan
Kenongo belum menggambarkan pencapaian
kesalahan dalam mengenali tanda bahaya
tujuan tersebut, sehingga dapat dikatakan ibu
kehamilan dapat berdampak sangat buruk,
hamil
sepenuhnya
dimana hal ini telah dibuktikan dengan
diberdayakan dalam mengenali adanya faktor
ditemukannya fenomena ”3 terlambat” yang
risiko.
merupakan penyebab tidak langsung dari
di
desa
siaga
belum
Kurangnya pemberdayaan ibu dalam
tingginya angka kematian ibu di Indonesia
melakukan deteksi dini faktor risiko, menurut
(Irdjiati, 2004; Giatno, 2007; Miftah, 2004;
Andrianz (2007) merupakan penyebab dari
Suparmanto, 2006).
tingginya AKI di Indonesia, sebab kurangnya
Selanjutnya
pada
penelitian
ini
kemampuan ibu melakukan deteksi dini dapat
teridentifikasi bahwa ibu hamil risiko tinggi
menyebabkan
untuk
harus melakukan persiapan biaya persalinan
mendapatkan penanganan yang adekuat. Hal ini
dengan cara menabung. Pengetahuan ini sangat
didukung dengan data Direktorat jenderal
mendukung
upaya
Pelayanan Medik, yang menyebutkan bahwa
komplikasi
persalinan.
hanya 22% ibu hamil dengan komplikasi yang
penelitian Ariadi, Rahayu, dan Sudarso (2001)
dapat ditangani di rumah sakit, selebihnya tidak
tentang identifikasi penyebab kematian ibu dan
tertangani karena keterlambatan (Supari, 2006)
merumuskan
keterlambatan
upaya
pencegahan
terjadinya
Berdasarkan
menurunkan
hasil
angka
kematian ibu (maternal mortality rate) pada
masyarakat
nelayan,
bahwa
risiko tinggi. Pengetahuan ibu hamil risiko
tinggi
tinggi tentang dampak tersebut sangat sesuai
menjangkau pelayanan kesehatan disebabkan
dengan yang dikatakan oleh Haeman dan
karena ketersediaan biaya yang kurang. Dengan
Maureen (1998), bahwa masalah yang dapat
persiapan biaya persalinan yang adekuat, maka
terjadi pada kehamilan risiko tinggi adalah
penyebab keterlambatan tersebut diharapkan
psikologis, sosial, emosional, morbiditas, dan
dapat dieliminasi.
mortalitas.
keterlambatan
ibu
disebutkan
dampak yang dapat terjadi akibat kehamilan
hamil
risiko
Pada penelitian ini juga teridentifikasi
Kejadian morbiditas yang teridentifikasi
bahwa ibu hamil risiko tinggi harus melakukan
pada pengetahuan ibu hamil risiko tinggi
pembatasan aktivitas. Menurut Affonso, (1981
adalah bayi dapat mengalami kecacatan dan
dalam Bobak et, al, 2004), bahwa ibu hamil
lahir kecil (Berat Bayi Lahir Rendah/BBLR).
risiko tinggi dianjurkan untuk tetap aktif,
Pengetahuan
berjalan, dan terlibat dalam aktivitas-aktivitas
terjadinya BBLR pada kehamilan risiko tinggi
normal tetapi tidak melelahkan. Aktivitas yang
sesuai
membutuhkan keseimbangan yang baik harus
(1996). Setyowati menyatakan bahwa terdapat
dikurangi, terutama pada pertengahan kedua
4 variabel yang mempengaruhi kejadian BBLR,
kehamilan,
distensi
yaitu frekuensi ANC kurang dari 3 kali, umur
abdomen membuat panggul miring ke depan
ibu kurang dari 20 tahun, pendidikan ibu SD ke
dan pusat gravitasi bergeser ke depan. (Bobak,
bawah atau tidak sekolah, dan status ekonomi
et al, 2004).
rendah.
sebab
peningkatan
Pengetahuan tentang pembatasan aktivitas
tersebut, perlu diklarifikasi berdasarkan hasil
temuan Schroeder (1996). Hasil penelitian
tersebut
menyebutkan
dengan
hasil
Adapun
tentang
kemungkinan
penelitian
empat
Setyowati
variabel
yang
ditemukan oleh Setyowati tersebut merupakan
karakteristik ibu hamil dengan risiko tinggi.
Perasaan takut pada ibu hamil risiko
pembatasan
tinggi juga ditemukan McCain dan Deatrick
aktivitas pada ibu hamil dirasakan sebagai
(1994) yang menemukan bahwa ibu hamil
sesuatu
dan
risiko tinggi mengalami respon emosional
sehingga
berupa peningkatan kecemasan (heightened
Schroeder menarik kesimpulan bahwa prosedur
anxiety). Peningkatan kecemasan terjadi karena
obstetric yang secara rutinitas memberlakukan
kekhawatiran ibu akan buruknya kondisi pada
terapi bedrest perlu ditinjau ulang, akan lebih
saat persalinan dan bayi yang akan dilahirkan.
yang
meningkatkan
tidak
beban
bahwa
ibu
menyenangkan,
ekonomi,
efektif jika ibu diberikan informasi yang
Selanjutnya hasil penelitian literature
adekuat tentang aktifitas-aktifitas apa saja yang
yang dilakukan oleh Lutz dan May (2007) yang
dapat menimbulkan komplikasi.
menyebutkan bahwa kehamilan risiko tinggi
Dari hasil penelitian teridentifikasi bahwa
merupakan sumber stress situasional yang
ibu hamil risiko tinggi mengetahui tentang
dapat mengganggu proses adaptasi keluarga.
Dengan demikian kehamilan risiko tinggi
dapat meningkatkan stress pada ibu.
Frekuensi ANC yang dilakukan oleh ibu
hamil risiko tinggi
di desa Kenongo pada
Pada penelitian ini teridentifikasi perilaku
kunjungan selanjutnya (K2-K4) adalah rutin
kesehatan yang dilakukan ibu hamil risiko
setiap bulan. Hal ini menunjukkan bahwa
tinggi dalam mencegah terjadinya komplikasi
selama hamil, ibu melakukan kunjungan antara
persalinan
6 sampai 9 kali. Menurut Roeshadi (2000), di
adalah
pemeriksaan
dengan
di
negara maju setiap wanita hamil memeriksakan
Puskesmas.
diri sekitar 15 kali selama kehamilannya,
Didapatkan pula bahwa ibu hamil risiko tinggi
sedangkan di Indonesia pada kehamilan risiko
di Desa Kenongo telah melakukan kunjungan
rendah dianggap cukup bila memeriksakan diri
pertama (K1) pada saat kehamilan berusia 3
4-5 kali. Berdasarkan hal tersebut frekuensi
bulan ke bawah.
ANC bagi ibu hamil risiko tinggi di Desa
Polindes,
kehamilan
melakukan
Posyandu,
(ANC)
dan
di
baik
Hasil penelitian ini sesuai dengan temuan
Kenongo dapat dikatakan sudah cukup, tetapi
Hildingson, Waldenstrom, dan Radestad (2002)
agar lebih optimal dapat ditingkatkan sampai
yang menyatakan bahwa wanita hamil yang
sekitar 15 kali, dengan perincian trimester I
merasakan adanya ketidaknormalan akan lebih
sebanyak 3 kali, trimester II sebanyak 4 kali,
awal mengunjungi pelayanan kesehatan akibat
dan trimester III sebanyak 8 kali.
kekhawatiran
yang
berlebih
terhadap
kesehatannya.
Dalam penelitian ini tergambar, bahwa
pelayanan
Hasil temuan ini menunjukkan bahwa
tenaga
kesehatan
dalam
hal
pemeriksaan fisik, pengobatan dan imunisasi
kegiatan ANC yang dilakukan oleh ibu hamil
sudah
risiko
anamnese dan pendidikan kesehatan tampak
tinggi
di
desa
Kenongo
sangat
cukup
baik.
Namun
pada
aspek
mendukung upaya peningkatan kesehatan ibu
belum tergambarkan secara optimal.
hamil risiko tinggi. Dengan dilakukannya
penelitian ini didukung dengan hasil penelitian
kunjungan ANC secara dini, maka adanya
Permata (2004) yang menyatakan bahwa pada
faktor risiko akan segera dapat diidentifikasi,
pelayanan ANC, bidan kurang memberikan
dan selanjutnya akan segera mendapatkan
informasi kesehatan dan lebih sering hanya
intervensi. Dengan dilakukannya intervensi
melakukan pemeriksaan dan memberikan obat.
lebih awal maka kejadian komplikasi pada ibu
Dari hasil kedua penelitian ini menunjukkan
hamil risiko tinggi dapat diminimalkan. Hal ini
bahwa sebagian besar proporsi pelayanan
sesuai dengan tujuan perawatan pada ibu hamil
kesehatan
risiko tinggi, yaitu menemukan komplikasi
kesehatan pada pelayanan ANC di komunitas
sedini mungkin (skrining), mencegah terjadinya
adalah pemeriksaan dan pengobatan, dan
komplikasi, dan merencanakan intervensi yang
sedikit memberikan pendidikan kesehatan, dan
cepat dan tepat (Pilliterri, 2003).
ini dirasakan kurang memuaskan bagi ibu
yang
hamil risiko tinggi.
dilakukan
oleh
Hasil
tenaga
Pada
hasil
penelitian
kurang
menyatakan pasrah dan merasa bahwa apapun
tergambar kader memberikan konseling tentang
yang terjadi adalah kehendak Tuhan. Dampak
kehamilan
risiko
hasil
dari berdo’a dan pasrah, ibu hamil merasa lebih
penelitian
ini
bahwa
tenang dan merasa aman dengan kehamilannya.
pelayanan kader yang diberikan kepada ibu
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian tentang
hamil risiko tinggi belum optimal. Hal ini
The spiritual experience of high pregnancy
senada dengan hasil penelitian Handajani,
yang dilakukan oleh Price, et al (2007), yang
Rukmini, dan Muzzakkiroh (2006) tentang
menyatakan bahwa ibu hamil yang terdiagnosa
studi pengembangan posyandu mandiri di
risiko tinggi lebih mendekatkan diri pada upaya
Kabupaten
bahwa
spiritual, dan dengan kekuatan spiritual ibu
penyuluhan kelompok atau perorangan belum
merasa lebih nyaman dan merasa yakin dapat
sepenuhnya dilaksanakan.
melewati kehamilannya dengan baik.
tinggi,
sehingga
menggambarkan
Lumajang
Seluruh
ini
ibu
menemukan,
pada
penelitian
ini
Selanjutnya
hasil
penelitian
ini
menjelaskan bahwa untuk menjaga ketahanan
menunjukkan bahwa tempat persalinan yang
tubuh harus mengkonsumsi obat dari bu bidan.
dipilih oleh sebagian besar ibu hamil risiko
Hal ini dapat terjadi karena proporsi pelayanan
tinggi adalah rumah tempat tinggal dengan
yang diberikan tenaga kesehatan kepada ibu
alasan melahirkan di rumah lebih nyaman,
hamil risiko tinggi lebih mengarah kepada
dekat keluarga, dan terhindar dari rasa malu
tindakan pengobatan.
(privacy). Persalinan di rumah bagi ibu hamil
Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan
risiko tinggi merupakan hal yang beresiko. Hal
bahwa persepsi ibu hamil risiko tinggi tentang
ini mengacu pada hasil penelitian Yakin
obat adalah segala sesuatu yang menyebabkan
(1997),
kehamilannya sehat. Persepsi tersebut akan
persalinan yang bukan fasilitas kesehatan
menyebabkan ibu hamil risiko tinggi merasa
merupakan faktor yang berhubungan dengan
sangat menggantungkan kesehatannya pada
kejadian komplikasi persalinan (OR1,17). Hasil
obat,
kurang
temuan ini kurang sesuai dengan pengetahuan
memperhatikan aspek lain. Kondisi ini kurang
yang dimiliki ibu hamil risiko tinggi, bahwa
sesuai
tidak satupun yang menyatakan ibu hamil
dan
sebaliknya
dengan
ibu
paradigma
hamil
sehat,
yaitu
penanganan kesehatan yang bukan sekedar
pada
pengobatan,
perlindungan,
tetapi
lebih
pencegahan,
dan
ke
arah
promosi
kesehatan.
yang
menyatakan
bahwa
tempat
risiko tinggi melahirkan di rumah.
Tenaga
kesehatan
dianggap
lebih
memiliki keahlian, kelengkapan alat yang
dimiliki,
dan
kecepatan
pengambilan
Seluruh informan menyatakan bahwa
keputusan, tetapi segera meninggalkan ibu
yang paling penting dan harus dilakukan pada
setelah proses persalinan selesai. Penelitian
ibu hamil risiko tinggi adalah berdo’a dan
tentang peningkatan kesadaran ibu dalam
berserah
meilih penolong persalinan
diri
kepada
Tuhan.
Informan
tergambar pada
penelitian Harrison, et al, (2003) yang
menyatakan adanya peningkatan tanggung
yang
melahirkan
ditolong
dukun
tanpa
kehadiran tenaga kesehatan.
jawab pada ibu hamil risiko tinggi terhadap
kesejahteraan janinnya, sehingga mereka akan
lebih
mempercayakan
kesehatannya
pada
perawat dan dokter yang memiliki keahlian.
Sedangkan
dukun,
meskipun
tidak
kehadirannya dianggap memberikan kepuasan
terhadap ibu. Kondisi ini terjadi karena selama
ini masyarakat Desa Kenongo sudah sangat
dan
percaya
dengan
kekuatan
supranatural yang dimiliki oleh dukun, dan
dianggap
memberikan
kemudahan
dalam
proses persalinan. Masyarakat menganggap
bahwa
selain
ketrampilan,
keahlian,
dan
kelengkapan alat, dalam proses persalinan yang
utama dibutuhkan adalah jaminan keselamatan.
Do’a
atau
ritual
yang dilakukan
dukun
dianggap sebagai hal yang memperlancar
persalinan, sehingga masyarakat enggan untuk
meninggalkan
dukun
pada
saat
proses
persalinan.
merupakan
gerbangmas
salah
satu
program
yang bertujuan meningkatkan
cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan,
dengan
tanpa
melakukan
tindakan
ini
telah
mengidentifikasi
mencegah terjadinya komplikasi persalinan
sebagai
yang
meresahkan masyarakat. Upaya tersebut sudah
memberikan hasil secara angka, yaitu angka
pencapaian pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan di Kecamatan Gucialit mencapai
90%. Sedangkan untuk Desa Kenongo menurut
studi dokumentasi yang dilakukan peneliti,
dalam kurun waktu antara tahun 2007 sampai
saat penelitian dilakukan hanya ada satu ibu
dampak
Pengalaman
program
tersebut
desa
secara
siaga.
mendalam
tergambarkan dalam pengetahuan yang dimiliki
ibu tentang kehamilan risiko tinggi, perilaku
ibu dalam merawat kehamilan dan persalinan,
persepsi ibu tentang dampak program desa
siaga, dan harapan ibu terhadap pelaksanaan
program desa siaga.
Pengetahuan ibu tentang kehamilan risiko
tinggi, meliputi factor-fakor risiko kehamilan,
tanda dan gejala kehamilan, tindakan yang
seharusnya dilakukan pada saat hamil dan
persalinan, serta dampak kehamilan risiko
tinggi. Pengetahuan yang dimiliki tersebut
adalah sebatas pada pengalaman yang dimiliki,
sehingga
Kemitraan antara tenaga kesehatan dan
dukun
Penelitian
pengalaman ibu hamil risiko tinggi dalam
diperkenankan menolong persalinan, tetapi
yakin
Simpulan dan Saran
disimpulkan
belum
efektifnya
pemberian informasi di Desa Kenongo dan
belum diberdayakannya ibu hamil dalam
mengenali adanya faktor risiko dan tanda
bahaya kehamilan.
Perilaku ibu dalam mencegah komplikasi
persalinan
adalah
pemeriksaan
kehamilan
(ANC), menjaga ketahanan tubuh, berserah diri
pada tuhan, persiapan biaya, pemilihan tempat
persalinan, dan penolong persalinan. Khusus
perilaku ibu hamil risiko tinggi dalam menjaga
ketahanan
tubuh
dan
pemilihan
tempat
persalinan, tampak kurang sesuai dengan
pengetahuan yang dimiliki tentang hal tersebut.
Selain itu sebagian besar proporsi pelayanan
hamil risiko tinggi dalam mencegah terjadinya
kesehatan yang didapatkan oleh ibu hamil
komplikasi
risiko tinggi pelayanan ANC di desa siaga
grounded theory. Adapun topik penelitian
adalah
dan
kuantitatif yang disarankan adalah tentang
pelayanan yang diberikan kader kepada ibu
faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan
hamil risiko tinggi pada pelayanan ANC di
tempat persalinan bagi ibu hamil risiko tinggi,
posyandu belum optimal.
efektifitas pendidikan kesehatan tentang nutrisi
pemeriksaan
dan
pengobatan
kehamilan
melalui
metode
Mengingat kompleksnya permasalahan
bagi ibu hamil risiko tinggi dalam pemenuhan
yang terjadi dalam peningkatan kesehatan ibu
nutrisi ibu hamil di desa siaga, dan perbedaan
hamil risiko tinggi pada pelaksanaan program
tingkat kepuasan ibu bersalin di rumah dalam
desa siaga sebagai upaya percepatan penurunan
mendapatkan pelayanan dari tenaga kesehatan
AKI,
dan dukun.
maka
bagi
pemangku
kepentingan
pengemangan program desa siaga disarankan
untuk melibatkan perawat spesialis maternitas
dalam penyusunan kebijakan program yang
lebih komprehensif dan berdasarkan kondisi
masyarakat yang telah teridentifikasi.
Dalam mempercepat penurunan AKI di
Daftar Pustaka
Ariadi, S., Rahayu, T. B., & Sudarso. (2001).
Mengidentifikasi penyebab kematian ibu dan
merumuskan upaya menurunkan angka
kematian ibu (maternal mortality rate) pada
masyarakat nelayan. Jurnal Penelitian
Dinamika Sosial, 2, (1), 2 – 10
Lumajang, maka kepada pelaksana program
desa siaga disarankan untuk meningkatkan
upaya
pemberdayaan
ibu
hamil
dalam
mendeteksi faktor risiko dan tanda bahaya
Azhar, T.N., Setiawan, E., Marhaeni, D., &
Hasanbasri. (2007). Pelaksanaan desa siaga
percontohan
di
Cibatu
Purwakarta.
http://lrc-kmpk.ugm.ac.id.pdf Diambil pada 5
Februari 2008
kehamilan dan disarankan kepada kader yang
sudah terlatih agar meningkatkan pemberian
konseling tentang kehamilan risiko tinggi
sesuai dengan kewenangan yang diberikan.
Coffman, S. & Ray, M.A. (2002) African
American women describe support processes
during high risk pregnancy and post partum,
Journal of Obstetric, Gynecologic, &
Neonatal Nursing, 31 (5) 536-544
Dalam meningkatkan kualitas asuhan
persalinan di rumah, maka kepada tenaga
kesehatan di Desa Kenongo disarankan agar
lebih intensif mengenali kebutuhan dan harapan
ibu serta lebih meningkatkan kunjungan rumah.
Bagi peneliti selanjutnya disarankan agar
meneliti secara kualitatif tentang fenomena
budaya
yang
mempengaruhi
perawatan
kehamilan risiko tinggi masyarakat pedesaan
dengan pendekatan ethnografi, dan upaya ibu
Geno, R.P. (2006). Faktor sukses menuju desa
siaga.
http://www.d-infokomjatim.go.id/news.php?id=2894 Diambil pada
17 Desember 2007
Heaman and Maureen, (1998) Psychosocial
impact of high-risk pregnancy: hospital and
home care http://www. clinicalobgyn.com,
diperoleh pada tanggal 20 Juni 2008
Handajani, A., Muzakkiroh, U., Rukmini, &
Sarwanto. (2006). Studi pengembangan
posyandu madya dan purnama menjadi
posyandu mandiri di Kabupaten Lumajang
Jawa Timur dan Karang Anyar Jawa Tengah.
http://www.litbang.depkes.go.htm,
Diambil
pada 3 Februari 2008
Harrison, M. J., Kushner, K. E, Benzies, K.,
Rempel, G., Kimak, C. (2003). Women's
Satisfaction with Their Involvement in
Health Care Decisions During a High-Risk
Pregnancy. Birth, 30 (2) 109-115
Hildingsson, Waldenstrom, dan Radestad
(2002), Women’s expectations on antenatal
care as assessed in early pregnancy: number
of visits, continuity of caregiver and general
content,
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/utils
/fref.fcgi?Prld, diperoleh pada 2 Juli 2008
Kuswandono. (2007). Gerakan membangun
masyarakat sehat, http://www.lumajang.go.id
Diambil pada 15 Januari 2008
Lutz, K. & May, K. A.(2007). The impact of
high-risk pregnancy on the transition to
parenthood. International Journal of
Childbirth Education, 22, (3), 20-23,
McCain, G. C & Deatrick, J. A. (1994). The
experience of high risk pregnancy, Journal
obstetric Gynecology Neonatal & Nursing,
23 (5), 421-427
Moleong, L. J. (2007). Dasar-dasar penelitian
kualitatif. Bandung: Penerbit Remaja
Rosdakarya
Pathmanathan (2003), Investing effectively in
maternal and new born health in Malaysia
and Sri Langka, Washington DC: World
Bank
Permata, S. P. (2004). Akses perempuan miskin
terhadap pelayanan kesehatan ibu dan anak
(KIA) dan upaya peningkatannya. Jurnal
Penelitian UNIB, 10, (1), 62-66.
Price, Margaret, Glenn, Quinn, O'Connor, &
Thomas. (2007).The Spiritual Experience of
High-Risk Pregnancy Journal of Obstetric,
Gynecologic, & Neonatal Nursing, 36 (1),
63-70
Schroeder, C.A (1996). Women’s experience of
bed rest in high risk pregnancy. Journal of
Nursing Scolarship, 28 (3) 253-258
Setyowati, T. (1996). Faktor-faktor yang
mempengaruhi bayi lahir dengan berat badan
rendah. http://digilib.litbang .depkes.go.id.
Diperoleh pada 2 Juli 2008
Utomo,I. (2006). Perlu strategi turunkan angka
kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi
(AKB),
http://www.jatim.
go.id/news.php?id=5199,
Diambil
12
Desember 2007 dari
Yakin (1997), Hubungan antara pelayanan
ANC
dengan
kejadian
persalinan,
http://152.118.80.2/opac
/libri2/detail.
jsp?id=73042&lokasi=lokal, diperoleh pada
3 Juli 2008)
Download