PENGETAHUAN DAN PERILAKU IBU HAMIL RISIKO TINGGI DALAM MENCEGAH TERJADINYA KOMPLIKASI PERSALINAN DI DESA SIAGA LUMAJANG JAWA TIMUR Endah Suprihatin Prodi D III Keperawatan Sutomo Surabaya Poltekkes Kemenkes Surabaya Abstrak Telah diketahui bahwa tingginya angka kematian ibu (AKI) sebagian besar disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan buruknya perilaku ibu hamil pada perawatan kehamilan resiko tinggi. Kondisi ini memberikan dampak pada tingginya kematian ibu saat persalinan. Melalui program desa siaga, angka kematian di Lumajang dapat diturunkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan dan tindakan ibu hamil risiko tinggi dalam mencegah terjadinya komplikasi persalinan di Desa Siaga Lumajang Jawa Timur. Informan pada penelitian ini adalah para ibu yang telah melahirkan secara fisiologis dengan riwayat kehamilan risiko tinggi. Jumlah informan dalam penelitian ini sebanyak 6 orang yang ditetapkan berdasarkan tehnik sampling purposif. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri melalui wawancara mendalam dan direkam menggunakan tape recorder. Data dianalisis dengan tehnik Colaizzi, dan menghasilkan 12 tema yang menggambarkan pengetahuan dan perilaku ibu hamil resiko tinggi dalam mencegah komplikasi persalinan sebagai dampak desa siaga. Pengetahuan informan tentang kehamilan risiko tinggi tergambar dalam enam tema, yaitu: sumber informasi, faktor risiko kehamilan, tanda-tanda bahaya kehamilan, tindakan yang harus dilakukan pada kehamilan risiko tinggi, dampak kehamilan risiko tinggi, dan pertolongan persalinan yang harus dilakukan pada kehamilan risiko tinggi. Perilaku ibu hamil risiko tinggi dalam mencegah terjadinya komplikasi persalinan, tergambar dalam 6 tema, meliputi: pemeriksaan kehamilan (ANC), menjaga ketahanan tubuh, berserah diri pada tuhan, persiapan biaya, pemilihan tempat persalinan, dan penolong persalinan.Hasil penelitian ini menyarankan agar petugas kesehatan perlu meningkatkan usahanya dalam memberikan edukasi kepada ibu hamil resiko tinggi dengan memberikan contoh konkrit pencegahan komplikasi pada periode persalinan Kata kunci : pengetahuan, perilaku, ibu hamil resiko tinggi, pencegahan komplikasi persalinan, desa siaga Abstract It has been known that the high maternal mortality rate (MMR) in Indonesia is mostly caused by the lack of knowledge and poor behaviour of high risk pregnant women during their high risk pregnancy care. These conditions gave impact to the high maternal mortality during childbirth. Through Desa Siaga (alert Village) Program, Lumajang has been succeeded to decrease MMR. This study was a qualitative research with descriptive phenomenology design that aims to identify knowledge and behaviour of high risk pregnant women in preventing childbirth complication as impact about Desa Siaga (alert village) Program in Lumajang, East Java. The informants were women who have high risk pregnancy’s experience, had physiologic childbirth. The informants size were six women and was recruited based on purposive sampling. Data were collected through in-depth interview by researcher her self and it was recorded by tape recorder. The data analyzed with Colaizzi’s technique, that produced 12 themes showed the knowledge and behaviour of high risk pregnancy in preventing complication as the impact of Desa Siaga Program. Knowledge of pregnant women about the highrisk pregnancy illustrated in the six themes, namely: the source of information, a risk factor for pregnancy, danger signs of pregnancy, the actions to be performed on high-risk pregnancies, the impact of high-risk pregnancy, and childbirth assistance should be done in pregnancy risk high. The behavior of high-risk pregnant mothers in preventing complications of labor, illustrated in 6 themes include: antenatal care (ANC), keeping the body's defenses, surrender to God, preparation costs, the selection of labor, and birth attendants. The results of this study suggest that healthcare workers in "Alert Village" Kenongo needs to increase its efforts in providing education to high-risk pregnant women by providing concrete examples of prevention of complications in childbirth period Keywords: knowledge, behavior, high-risk pregnant women, prevention of complications of childbirth “Desa Siaga”(alert Village) program telah dimulai dengan Gerakan membangun Latar Belakang Hasil survei kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun masyarakat sehat (Gerbangmas) yang 2003 mengidentifikasi AKI dicanangkan sejak tahun 2005. Gerbangmas secara nasional mencapai 307 per 100.000 merupakan salah satu bentuk operasional lintas kelahiran hidup. Angka kematian ibu di Jawa sektoral yang mencakup berbagai upaya dalam Timur menempati urutan ke-4 di Indonesia. rangka percepatan penurunan AKI, yaitu suatu Badan Pusat Statistik Jawa Timur mencatat tindakan yang terprogram dan terencana dalam bahwa pada tahun 2005, AKI sebesar 262 rangka membangkitkan kemauan dan semangat setiap dari, oleh, dan untuk masyarakat agar terjadi 100.000 kelahiran hidup. (Ariadi, Rahayu, & Sudarso, 2001; Utomo, 2006). perubahan ke arah yang lebih baik dan lebih Tingginya AKI di Indonesia khususnya di sehat dengan memperhatikan seluruh faktor Jawa Timur saat ini memperlihatkan bahwa yang mempengaruhi kemampuan ibu hamil upaya penurunan angka kematian ibu dan bayi dalam belum maksimal. Hal tersebut dapat disebabkan pengembangan peran posyandu (Kuswandono, karena berbagai program kesehatan yang telah 2007). dicanangkan sepenuhnya Lumajang merupakan pelopor berkembangnya berfilosofi pada paradigma sehat, tetapi masih program desa siaga di Indonesia dan telah dengan pendekatan medis kuratif yang bersifat berhasil secara signifikan menurunkan AKI dan reaktif dan jangka pendek. Selain itu dinilai AKB. Dalam kurun waktu 2004 sampai 2006 bahwa selama ini ibu hamil dan keluarganya AKI telah menurun sebesar 63.4 % dan AKB serta masyarakat kurang diberdayakan dan menurun 41.1% (Kuswandono, 2007). tampak belum dilibatkan secara nyata (Geno, 2007; Utomo, 2006). merawat Melalui Fenomena kesehatannya Gerbangmas, keberhasilan melalui Kabupaten Kabupaten Lumajang sebagai pelopor pengembangan desa Dalam memberdayakan siaga dalam menurunkan AKI secara signifikan masyarakat untuk akselerasi penurunan AKI, menarik untuk ditelusuri secara mendalam. pada membuat Sejauh ini belum terungkap secara jelas tentang terobosan baru dengan mencanangkan program upaya yang telah dilakukan program desa siaga pengembangan ”desa siaga” (Pramudo, 2008; dalam rangka menurunkan AKI. Selain itu Supari, 2007). Desa siaga adalah ”gambaran sampai saat ini belum didapatkan gambaran suatu yang jelas tentang upaya ibu hamil risiko tinggi tahun desa rangka 2006 yang pemerintah penduduknya memiliki kesiapan sumber daya, mampu dan mempunyai dalam kemauan untuk mencegah masalah kesehatan, persalinan bencana, program desa siaga. dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri” (Depkes R I, 2006c hlm 3). mencegah Dengan sebagai terjadinya komplikasi dampak pelaksanaan demikian penelitian tentang Sebelum dicanangkannya program desa pengalaman ibu hamil resiko tinggi dalam siaga secara nasional, di Kabupaten Lumajang mencegah terjadinya komplikasi persalinan di “desa siaga” penting untuk dilakukan. Hasil penelitian ini akan memberikan gambaran Pengetahuan Ibu Resiko Tinggi secara nyata dan mendalam tentang bagaimana upaya pencegahan terjadinya komplikasi Tentang Kehamilan Pengetahuan informan tentang kehamilan risiko tinggi tergambar dalam enam tema, persalinan pada kehamilan resiko tinggi melalui yaitu: pengembangan desa siaga. Melalui penelitian kehamilan, tanda-tanda bahaya kehamilan, ini, dalam rangka percepatan penurunan AKI di tindakan yang harus dilakukan pada kehamilan Indonesia, perawat maternitas akan dapat risiko tinggi, dampak kehamilan risiko tinggi, memberikan sumbangan nyata dan berpeluang dan mengembangkan dilakukan pada kehamilan risiko tinggi. usulan program tentang pelayanan kesehatan ibu hamil di masyarakat (keperawatan maternitas berbasis komunitas). sumber informasi, pertolongan persalinan faktor yang risiko harus Sumber informasi yang didapatkan ibu di desa siaga desa kenongo tentang kehamilan risiko tinggi berasal dari tenaga kesehatan, kader, perangkat desa, dan buku KIA. Faktor- Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode faktor risiko pada kehamilan yang diketahui ibu penelitian adalah: adanya oedem, hipertensi, anemia, kualitatif dengan pendekatan fenomenologi tinggi badan kurang, dan panggul sempit, ibu deskriptif. Informan pada penelitian ini adalah hamil berusia terlalu tua dan terlalu muda, dan ibu yang telah melahirkan anak terakhir secara hamil dengan usia anak terakhir lebih dari 12 spontan tanpa komplikasi dengan riwayat tahun. kehamilan resiko tinggi. Pengumpulan data Adapun tanda-tanda bahaya kehamilan dilakukan melalui wawancara mendalam yang yang diketahui oleh ibu adalah pusing, oedem, direkam dengan tape recorder. Data yang dan adanya perdarahan. Pengetahuan ibu diperoleh dianalisa tentang tindakan yang harus dilakukan oleh ibu prosedur fenomenologi dengan menggunakan menurut Colaizzi (1978) hamil risiko tinggi, yaitu: antenatal care (ANC), mempersiapkan biaya persalinan, tertib minum obat, mengkonsumsi nutrisi adekuat, pembatasan diet, istirahat cukup, Hasil Hasil penelitian terdiri dari 19 tema yang waspada, dan menghindari zat berbahaya. menggambarkan tentang pengalaman ibu hamil risiko tinggi komplikasi dalam persalinan mencegah sebagai terjadinya dampak Pada kehamilan risiko tinggi seharusnya melakukan ANC dengan frekuensi sering atau rutin setiap bulan dengan alasan demi pelaksanaan program desa siaga di Lumajang terpantaunya kesehatan ibu dan bayi dan untuk Jawa timur. kesinambungan pengobatan dan meningkatkan kesehatan ibu serta bayi Menurut ibu, pada kehamilan risiko tinggi harus melakukan persiapan biaya persalinan dengan cara saat kehamilan berusia antara nol sampai 3 menabung. Menurut ibu seharusnya ibu hamil bulan atas kesadaran diri sendiri dan dukungan risiko tinggi memakan makanan yang bergizi, keluarga. yaitu makanan dengan komposisi 4 sehat 5 kunjungan selanjutnya (K2-K4) adalah rutin sempurna dan setiap bulan dan dipicu oleh kesadaran sendiri, mengandung garam yodium. Pada kehamilan risiko tinggi pembatasan Adapun frekuensi ANC pada keluarga, tenaga kesehatan, dan kader. aktifitas yang diketahui oleh informan adalah Selama melakukan ANC, ibu bahwa selama hamil tidak boleh melakukan mendapatkan pelayanan dari tenaga kesehatan kerja berat. dan kader. Pelayanan yang di dapatkan ibu dari Dampak kehamilan risiko tinggi yang tenaga kesehatan adalah: pemeriksaan fisik, diketahui ibu, yaitu: kematian baik pada ibu anamnesa, pengobatan, maupun bayinya, yang disebabkan oleh kurang pendidikan kesehatan. tenaga, perdarahan, dan distocia. Selanjutnya didapatkan ibu hamil risiko tinggi dari kader dampak kehamilan risiko tinggi yang diketahui saat ANC di posyandu adalah penimbangan, ibu adalah bayi mengalami kecacatan dan lahir motivasi, dengan berat makanan sehat, dan penjelasan tentang dasolin kurang (berat badan lahir rendah/BBLR), meningkatnya beban ekonomi dan psikologis. pendidikan imunisasi, dan Pelayanan kesehatan yang tentang Dalam menjaga ketahanan tubuh selama hamil, perilaku yang dilakukan ibu adalah Para ibu menyatakan bahwa ibu hamil pemenuhan nutrisi, pembatasan diet, risiko tinggi seharusnya melahirkan di rumah pembatasan aktivitas, konsumsi obat, dan sakit, polindes, atau di puskesmas dan yang upaya tradisional. Karena keterbatasan, ibu menjadi penolong pada persalinan ibu hamil hamil risiko tinggi di desa kenongo lebih sering risiko tinggi seharusnya adalah bidan. mengkonsumsi nasi dan sayuran dalam menu sehari-hari. Sedangkan sebagai upaya untuk Perilaku ibu hamil risiko tinggi dalam mencegah terjadinya komplikasi persalinan meningkatkan kualitas nutrisi, ibu hamil risiko tinggi mengkonsumsi jenang (bubur) kacang Perilaku ibu hamil risiko tinggi dalam mencegah terjadinya komplikasi persalinan, tergambar dalam 6 tema, meliputi: pemeriksaan kehamilan (ANC), menjaga ketahanan tubuh, berserah diri pada tuhan, persiapan biaya, pemilihan tempat persalinan, dan penolong persalinan. Seluruh ibu pada penelitian ini menjelaskan bahwa untuk menjaga ketahanan tubuh harus mengkonsumsi obat dari bu bidan.Untuk menjaga kesehatan kehamilannya dan mempersiapkan kelancaran persalinan, perlu melakukan upaya tradisional dalam Pemeriksaan kehamilan (ANC) dilakukan oleh ibu hamil risiko tinggi di posyandu, di polindes, hijau. dan di Puskesmas. Kunjungan pertama (K1) sudah dilakukan oleh ibu pada mencegah terjadinya komplikasi persalinan, yaitu: minum jamu buatan sendiri dan melakukan oyok (pemijatan pada perut ibu hamil dengan tujuan agar kelak proses persalinan berlangsung lancar). tergambarkan sudah cukup, namun informasi yang Seluruh ibu menyatakan bahwa yang diberikan instruksi, lebih belum mengarah ke arah kepada peningkatan paling penting dan harus dilakukan pada ibu pemahaman. Informasi yang bersifat instruksi, hamil risiko tinggi adalah berdo’a dan berserah menurut diri kepada Tuhan. Dua ibu menyatakan bahwa menimbulkan dorongan pada kehamilan risiko tinggi dalam rangka seseorang untuk berperilaku sehat. Dampak menyambut persalinannya perlu melakukan dari informasi yang bersifat instruksi tersebut persiapan biaya. telah tergambar dengan adanya ketidaksesuaian Pada penelitian ini (2003) tidak akan yang kuat bagi besar perilaku ibu dalam merawat kehamilannya informan menyatakan bahwa ibu hamil risiko dengan pengetahuan yang telah dimiliki. Jika tinggi lebih memilih rumah tempat tinggal ditinjau dari tujuan yang ingin dicapai program sebagai tempat untuk melahirkan. Alasan desa siaga, maka hasil temuan penelitian ini pemilihan rumah sebagai tempat bersalin menunjukkan bahwa tujuan program desa siaga adalah belum kenyamanan, pendukung, dan sebagian Notoadmojo keberadaan privacy.Satu ibu sistem yang tercapai. tersebut, Untuk seharusnya mencapai sumber tujuan informasi menyatakan Polindes sebagai tempat bersalin menyediakan informasi yang dapat dengan meningkatkan pemahaman bukan sekedar alasan kehamilan bahwa risiko persalinan tinggi pada memerlukan instruksi. Kualitas pemberian informasi pengawasan yang ketat oleh penolong. Satu ibu terhadap ibu hamil risiko tinggi merupakan hal menyatakan melahirkan di Puskesmas dengan yang sangat penting dan mendasar. Berbekal alasan pemahaman tersebut, ibu hamil risiko tinggi dikhawatirkan mengalamai komplikasi persalinannya sehingga perlu tindakan antisipasi. akan lebih waspada, mandiri, dan berupaya kuat untuk merawat kehamilannya sesuai Seluruh ibu menjelaskan bahwa penolong persalinan yang dipilih adalah tenaga kesehatan dengan apa yang sudah diketahui (Bobak et al, 2004; Lowdermik, Perry & Bobak, 2000). bersama dengan dukun. Alasan pemilihan Pada hasil penelitian tergambar bahwa tenaga kesehatan sebagai penolong adalah pengetahuan ibu di desa Kenongo tentang keahlian, kelengkapan alat yang dimiliki, dan faktor risiko kehamilan sangat baik. Hal ini kecepatan pengambilan keputusan. Sedangkan dibuktikan dengan adanya persamaan antara alasan memilih bersama dengan dukun adalah faktor-faktor risiko yang diketahui oleh ibu kepuasan terhadap layanan dukun. dengan indikator faktor risiko yang ditemukan pada literatur dan hasil penelitian lain. Namun Pembahasan Variasi demikian hasil penelitian ini juga menunjukkan sumber informasi yang didapatkan ibu hamil risiko tinggi di desa siaga bahwa ada beberapa faktor risiko yang belum diketahui dan yang dipersepsi kurang benar oleh ibu. Berdasarkan hal-hal tersebut seharusnya pemberi asuhan ibu hamil di desa siaga Fenomena tersebut dapat terjadi, karena memberikan informasi yang lengkap kepada faktor-faktor risiko yang diketahui oleh ibu di semua desa kenongo adalah berdasarkan pengalaman kehamilan risiko tinggi dengan menggunakan yang pernah dialami, sehingga faktor risiko bahasa yang mudah dimengerti dan dilakukan yang tidak diketahui adalah faktor resiko yang secara berkali-kali. belum pernah dialami. Hal ini menunjukkan lengkap, dan mudah dimengerti tersebut , maka bahwa belum sejak awal ibu hamil dapat mendeteksi adanya sepenuhnya diberikan informasi yang lengkap faktor risiko, tanpa menunggu adanya keluhan tentang faktor-faktor risiko kehamilan yang yang lebih memburuk (May & Mahlmeister, kemungkinan dapat terjadi pada seluruh ibu 1990; Philips, 1996). ibu hamil didesa siaga hamil. ibu hamil mengenai karakteristik Dengan informasi yang Selain itu pengetahuan tentang tanda- Jika ditinjau dari tujuan pengembangan tanda bahaya pada kehamilan juga sangat desa siaga, yaitu meningkatkan kewaspadaan penting diberikan pada ibu hamil risiko tinggi. terhadap adanya faktor risiko dan tanda bahaya Hal ini berdasarkan pemahaman bahwa ibu yang dapat mengganggu kesehatan (Giatno, hamil risiko tinggi sangat rentan mengalami 2006; Depkes RI, 2006c); maka strategi komplikasi akibat faktor risiko yang dimiliki pemberian informasi terhadap ibu hamil di desa (Buckley and Kulb, 1993). Keterlambatan dan Kenongo belum menggambarkan pencapaian kesalahan dalam mengenali tanda bahaya tujuan tersebut, sehingga dapat dikatakan ibu kehamilan dapat berdampak sangat buruk, hamil sepenuhnya dimana hal ini telah dibuktikan dengan diberdayakan dalam mengenali adanya faktor ditemukannya fenomena ”3 terlambat” yang risiko. merupakan penyebab tidak langsung dari di desa siaga belum Kurangnya pemberdayaan ibu dalam tingginya angka kematian ibu di Indonesia melakukan deteksi dini faktor risiko, menurut (Irdjiati, 2004; Giatno, 2007; Miftah, 2004; Andrianz (2007) merupakan penyebab dari Suparmanto, 2006). tingginya AKI di Indonesia, sebab kurangnya Selanjutnya pada penelitian ini kemampuan ibu melakukan deteksi dini dapat teridentifikasi bahwa ibu hamil risiko tinggi menyebabkan untuk harus melakukan persiapan biaya persalinan mendapatkan penanganan yang adekuat. Hal ini dengan cara menabung. Pengetahuan ini sangat didukung dengan data Direktorat jenderal mendukung upaya Pelayanan Medik, yang menyebutkan bahwa komplikasi persalinan. hanya 22% ibu hamil dengan komplikasi yang penelitian Ariadi, Rahayu, dan Sudarso (2001) dapat ditangani di rumah sakit, selebihnya tidak tentang identifikasi penyebab kematian ibu dan tertangani karena keterlambatan (Supari, 2006) merumuskan keterlambatan upaya pencegahan terjadinya Berdasarkan menurunkan hasil angka kematian ibu (maternal mortality rate) pada masyarakat nelayan, bahwa risiko tinggi. Pengetahuan ibu hamil risiko tinggi tinggi tentang dampak tersebut sangat sesuai menjangkau pelayanan kesehatan disebabkan dengan yang dikatakan oleh Haeman dan karena ketersediaan biaya yang kurang. Dengan Maureen (1998), bahwa masalah yang dapat persiapan biaya persalinan yang adekuat, maka terjadi pada kehamilan risiko tinggi adalah penyebab keterlambatan tersebut diharapkan psikologis, sosial, emosional, morbiditas, dan dapat dieliminasi. mortalitas. keterlambatan ibu disebutkan dampak yang dapat terjadi akibat kehamilan hamil risiko Pada penelitian ini juga teridentifikasi Kejadian morbiditas yang teridentifikasi bahwa ibu hamil risiko tinggi harus melakukan pada pengetahuan ibu hamil risiko tinggi pembatasan aktivitas. Menurut Affonso, (1981 adalah bayi dapat mengalami kecacatan dan dalam Bobak et, al, 2004), bahwa ibu hamil lahir kecil (Berat Bayi Lahir Rendah/BBLR). risiko tinggi dianjurkan untuk tetap aktif, Pengetahuan berjalan, dan terlibat dalam aktivitas-aktivitas terjadinya BBLR pada kehamilan risiko tinggi normal tetapi tidak melelahkan. Aktivitas yang sesuai membutuhkan keseimbangan yang baik harus (1996). Setyowati menyatakan bahwa terdapat dikurangi, terutama pada pertengahan kedua 4 variabel yang mempengaruhi kejadian BBLR, kehamilan, distensi yaitu frekuensi ANC kurang dari 3 kali, umur abdomen membuat panggul miring ke depan ibu kurang dari 20 tahun, pendidikan ibu SD ke dan pusat gravitasi bergeser ke depan. (Bobak, bawah atau tidak sekolah, dan status ekonomi et al, 2004). rendah. sebab peningkatan Pengetahuan tentang pembatasan aktivitas tersebut, perlu diklarifikasi berdasarkan hasil temuan Schroeder (1996). Hasil penelitian tersebut menyebutkan dengan hasil Adapun tentang kemungkinan penelitian empat Setyowati variabel yang ditemukan oleh Setyowati tersebut merupakan karakteristik ibu hamil dengan risiko tinggi. Perasaan takut pada ibu hamil risiko pembatasan tinggi juga ditemukan McCain dan Deatrick aktivitas pada ibu hamil dirasakan sebagai (1994) yang menemukan bahwa ibu hamil sesuatu dan risiko tinggi mengalami respon emosional sehingga berupa peningkatan kecemasan (heightened Schroeder menarik kesimpulan bahwa prosedur anxiety). Peningkatan kecemasan terjadi karena obstetric yang secara rutinitas memberlakukan kekhawatiran ibu akan buruknya kondisi pada terapi bedrest perlu ditinjau ulang, akan lebih saat persalinan dan bayi yang akan dilahirkan. yang meningkatkan tidak beban bahwa ibu menyenangkan, ekonomi, efektif jika ibu diberikan informasi yang Selanjutnya hasil penelitian literature adekuat tentang aktifitas-aktifitas apa saja yang yang dilakukan oleh Lutz dan May (2007) yang dapat menimbulkan komplikasi. menyebutkan bahwa kehamilan risiko tinggi Dari hasil penelitian teridentifikasi bahwa merupakan sumber stress situasional yang ibu hamil risiko tinggi mengetahui tentang dapat mengganggu proses adaptasi keluarga. Dengan demikian kehamilan risiko tinggi dapat meningkatkan stress pada ibu. Frekuensi ANC yang dilakukan oleh ibu hamil risiko tinggi di desa Kenongo pada Pada penelitian ini teridentifikasi perilaku kunjungan selanjutnya (K2-K4) adalah rutin kesehatan yang dilakukan ibu hamil risiko setiap bulan. Hal ini menunjukkan bahwa tinggi dalam mencegah terjadinya komplikasi selama hamil, ibu melakukan kunjungan antara persalinan 6 sampai 9 kali. Menurut Roeshadi (2000), di adalah pemeriksaan dengan di negara maju setiap wanita hamil memeriksakan Puskesmas. diri sekitar 15 kali selama kehamilannya, Didapatkan pula bahwa ibu hamil risiko tinggi sedangkan di Indonesia pada kehamilan risiko di Desa Kenongo telah melakukan kunjungan rendah dianggap cukup bila memeriksakan diri pertama (K1) pada saat kehamilan berusia 3 4-5 kali. Berdasarkan hal tersebut frekuensi bulan ke bawah. ANC bagi ibu hamil risiko tinggi di Desa Polindes, kehamilan melakukan Posyandu, (ANC) dan di baik Hasil penelitian ini sesuai dengan temuan Kenongo dapat dikatakan sudah cukup, tetapi Hildingson, Waldenstrom, dan Radestad (2002) agar lebih optimal dapat ditingkatkan sampai yang menyatakan bahwa wanita hamil yang sekitar 15 kali, dengan perincian trimester I merasakan adanya ketidaknormalan akan lebih sebanyak 3 kali, trimester II sebanyak 4 kali, awal mengunjungi pelayanan kesehatan akibat dan trimester III sebanyak 8 kali. kekhawatiran yang berlebih terhadap kesehatannya. Dalam penelitian ini tergambar, bahwa pelayanan Hasil temuan ini menunjukkan bahwa tenaga kesehatan dalam hal pemeriksaan fisik, pengobatan dan imunisasi kegiatan ANC yang dilakukan oleh ibu hamil sudah risiko anamnese dan pendidikan kesehatan tampak tinggi di desa Kenongo sangat cukup baik. Namun pada aspek mendukung upaya peningkatan kesehatan ibu belum tergambarkan secara optimal. hamil risiko tinggi. Dengan dilakukannya penelitian ini didukung dengan hasil penelitian kunjungan ANC secara dini, maka adanya Permata (2004) yang menyatakan bahwa pada faktor risiko akan segera dapat diidentifikasi, pelayanan ANC, bidan kurang memberikan dan selanjutnya akan segera mendapatkan informasi kesehatan dan lebih sering hanya intervensi. Dengan dilakukannya intervensi melakukan pemeriksaan dan memberikan obat. lebih awal maka kejadian komplikasi pada ibu Dari hasil kedua penelitian ini menunjukkan hamil risiko tinggi dapat diminimalkan. Hal ini bahwa sebagian besar proporsi pelayanan sesuai dengan tujuan perawatan pada ibu hamil kesehatan risiko tinggi, yaitu menemukan komplikasi kesehatan pada pelayanan ANC di komunitas sedini mungkin (skrining), mencegah terjadinya adalah pemeriksaan dan pengobatan, dan komplikasi, dan merencanakan intervensi yang sedikit memberikan pendidikan kesehatan, dan cepat dan tepat (Pilliterri, 2003). ini dirasakan kurang memuaskan bagi ibu yang hamil risiko tinggi. dilakukan oleh Hasil tenaga Pada hasil penelitian kurang menyatakan pasrah dan merasa bahwa apapun tergambar kader memberikan konseling tentang yang terjadi adalah kehendak Tuhan. Dampak kehamilan risiko hasil dari berdo’a dan pasrah, ibu hamil merasa lebih penelitian ini bahwa tenang dan merasa aman dengan kehamilannya. pelayanan kader yang diberikan kepada ibu Hal ini sesuai dengan hasil penelitian tentang hamil risiko tinggi belum optimal. Hal ini The spiritual experience of high pregnancy senada dengan hasil penelitian Handajani, yang dilakukan oleh Price, et al (2007), yang Rukmini, dan Muzzakkiroh (2006) tentang menyatakan bahwa ibu hamil yang terdiagnosa studi pengembangan posyandu mandiri di risiko tinggi lebih mendekatkan diri pada upaya Kabupaten bahwa spiritual, dan dengan kekuatan spiritual ibu penyuluhan kelompok atau perorangan belum merasa lebih nyaman dan merasa yakin dapat sepenuhnya dilaksanakan. melewati kehamilannya dengan baik. tinggi, sehingga menggambarkan Lumajang Seluruh ini ibu menemukan, pada penelitian ini Selanjutnya hasil penelitian ini menjelaskan bahwa untuk menjaga ketahanan menunjukkan bahwa tempat persalinan yang tubuh harus mengkonsumsi obat dari bu bidan. dipilih oleh sebagian besar ibu hamil risiko Hal ini dapat terjadi karena proporsi pelayanan tinggi adalah rumah tempat tinggal dengan yang diberikan tenaga kesehatan kepada ibu alasan melahirkan di rumah lebih nyaman, hamil risiko tinggi lebih mengarah kepada dekat keluarga, dan terhindar dari rasa malu tindakan pengobatan. (privacy). Persalinan di rumah bagi ibu hamil Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan risiko tinggi merupakan hal yang beresiko. Hal bahwa persepsi ibu hamil risiko tinggi tentang ini mengacu pada hasil penelitian Yakin obat adalah segala sesuatu yang menyebabkan (1997), kehamilannya sehat. Persepsi tersebut akan persalinan yang bukan fasilitas kesehatan menyebabkan ibu hamil risiko tinggi merasa merupakan faktor yang berhubungan dengan sangat menggantungkan kesehatannya pada kejadian komplikasi persalinan (OR1,17). Hasil obat, kurang temuan ini kurang sesuai dengan pengetahuan memperhatikan aspek lain. Kondisi ini kurang yang dimiliki ibu hamil risiko tinggi, bahwa sesuai tidak satupun yang menyatakan ibu hamil dan sebaliknya dengan ibu paradigma hamil sehat, yaitu penanganan kesehatan yang bukan sekedar pada pengobatan, perlindungan, tetapi lebih pencegahan, dan ke arah promosi kesehatan. yang menyatakan bahwa tempat risiko tinggi melahirkan di rumah. Tenaga kesehatan dianggap lebih memiliki keahlian, kelengkapan alat yang dimiliki, dan kecepatan pengambilan Seluruh informan menyatakan bahwa keputusan, tetapi segera meninggalkan ibu yang paling penting dan harus dilakukan pada setelah proses persalinan selesai. Penelitian ibu hamil risiko tinggi adalah berdo’a dan tentang peningkatan kesadaran ibu dalam berserah meilih penolong persalinan diri kepada Tuhan. Informan tergambar pada penelitian Harrison, et al, (2003) yang menyatakan adanya peningkatan tanggung yang melahirkan ditolong dukun tanpa kehadiran tenaga kesehatan. jawab pada ibu hamil risiko tinggi terhadap kesejahteraan janinnya, sehingga mereka akan lebih mempercayakan kesehatannya pada perawat dan dokter yang memiliki keahlian. Sedangkan dukun, meskipun tidak kehadirannya dianggap memberikan kepuasan terhadap ibu. Kondisi ini terjadi karena selama ini masyarakat Desa Kenongo sudah sangat dan percaya dengan kekuatan supranatural yang dimiliki oleh dukun, dan dianggap memberikan kemudahan dalam proses persalinan. Masyarakat menganggap bahwa selain ketrampilan, keahlian, dan kelengkapan alat, dalam proses persalinan yang utama dibutuhkan adalah jaminan keselamatan. Do’a atau ritual yang dilakukan dukun dianggap sebagai hal yang memperlancar persalinan, sehingga masyarakat enggan untuk meninggalkan dukun pada saat proses persalinan. merupakan gerbangmas salah satu program yang bertujuan meningkatkan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan, dengan tanpa melakukan tindakan ini telah mengidentifikasi mencegah terjadinya komplikasi persalinan sebagai yang meresahkan masyarakat. Upaya tersebut sudah memberikan hasil secara angka, yaitu angka pencapaian pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Kecamatan Gucialit mencapai 90%. Sedangkan untuk Desa Kenongo menurut studi dokumentasi yang dilakukan peneliti, dalam kurun waktu antara tahun 2007 sampai saat penelitian dilakukan hanya ada satu ibu dampak Pengalaman program tersebut desa secara siaga. mendalam tergambarkan dalam pengetahuan yang dimiliki ibu tentang kehamilan risiko tinggi, perilaku ibu dalam merawat kehamilan dan persalinan, persepsi ibu tentang dampak program desa siaga, dan harapan ibu terhadap pelaksanaan program desa siaga. Pengetahuan ibu tentang kehamilan risiko tinggi, meliputi factor-fakor risiko kehamilan, tanda dan gejala kehamilan, tindakan yang seharusnya dilakukan pada saat hamil dan persalinan, serta dampak kehamilan risiko tinggi. Pengetahuan yang dimiliki tersebut adalah sebatas pada pengalaman yang dimiliki, sehingga Kemitraan antara tenaga kesehatan dan dukun Penelitian pengalaman ibu hamil risiko tinggi dalam diperkenankan menolong persalinan, tetapi yakin Simpulan dan Saran disimpulkan belum efektifnya pemberian informasi di Desa Kenongo dan belum diberdayakannya ibu hamil dalam mengenali adanya faktor risiko dan tanda bahaya kehamilan. Perilaku ibu dalam mencegah komplikasi persalinan adalah pemeriksaan kehamilan (ANC), menjaga ketahanan tubuh, berserah diri pada tuhan, persiapan biaya, pemilihan tempat persalinan, dan penolong persalinan. Khusus perilaku ibu hamil risiko tinggi dalam menjaga ketahanan tubuh dan pemilihan tempat persalinan, tampak kurang sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki tentang hal tersebut. Selain itu sebagian besar proporsi pelayanan hamil risiko tinggi dalam mencegah terjadinya kesehatan yang didapatkan oleh ibu hamil komplikasi risiko tinggi pelayanan ANC di desa siaga grounded theory. Adapun topik penelitian adalah dan kuantitatif yang disarankan adalah tentang pelayanan yang diberikan kader kepada ibu faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan hamil risiko tinggi pada pelayanan ANC di tempat persalinan bagi ibu hamil risiko tinggi, posyandu belum optimal. efektifitas pendidikan kesehatan tentang nutrisi pemeriksaan dan pengobatan kehamilan melalui metode Mengingat kompleksnya permasalahan bagi ibu hamil risiko tinggi dalam pemenuhan yang terjadi dalam peningkatan kesehatan ibu nutrisi ibu hamil di desa siaga, dan perbedaan hamil risiko tinggi pada pelaksanaan program tingkat kepuasan ibu bersalin di rumah dalam desa siaga sebagai upaya percepatan penurunan mendapatkan pelayanan dari tenaga kesehatan AKI, dan dukun. maka bagi pemangku kepentingan pengemangan program desa siaga disarankan untuk melibatkan perawat spesialis maternitas dalam penyusunan kebijakan program yang lebih komprehensif dan berdasarkan kondisi masyarakat yang telah teridentifikasi. Dalam mempercepat penurunan AKI di Daftar Pustaka Ariadi, S., Rahayu, T. B., & Sudarso. (2001). Mengidentifikasi penyebab kematian ibu dan merumuskan upaya menurunkan angka kematian ibu (maternal mortality rate) pada masyarakat nelayan. Jurnal Penelitian Dinamika Sosial, 2, (1), 2 – 10 Lumajang, maka kepada pelaksana program desa siaga disarankan untuk meningkatkan upaya pemberdayaan ibu hamil dalam mendeteksi faktor risiko dan tanda bahaya Azhar, T.N., Setiawan, E., Marhaeni, D., & Hasanbasri. (2007). Pelaksanaan desa siaga percontohan di Cibatu Purwakarta. http://lrc-kmpk.ugm.ac.id.pdf Diambil pada 5 Februari 2008 kehamilan dan disarankan kepada kader yang sudah terlatih agar meningkatkan pemberian konseling tentang kehamilan risiko tinggi sesuai dengan kewenangan yang diberikan. Coffman, S. & Ray, M.A. (2002) African American women describe support processes during high risk pregnancy and post partum, Journal of Obstetric, Gynecologic, & Neonatal Nursing, 31 (5) 536-544 Dalam meningkatkan kualitas asuhan persalinan di rumah, maka kepada tenaga kesehatan di Desa Kenongo disarankan agar lebih intensif mengenali kebutuhan dan harapan ibu serta lebih meningkatkan kunjungan rumah. Bagi peneliti selanjutnya disarankan agar meneliti secara kualitatif tentang fenomena budaya yang mempengaruhi perawatan kehamilan risiko tinggi masyarakat pedesaan dengan pendekatan ethnografi, dan upaya ibu Geno, R.P. (2006). Faktor sukses menuju desa siaga. http://www.d-infokomjatim.go.id/news.php?id=2894 Diambil pada 17 Desember 2007 Heaman and Maureen, (1998) Psychosocial impact of high-risk pregnancy: hospital and home care http://www. clinicalobgyn.com, diperoleh pada tanggal 20 Juni 2008 Handajani, A., Muzakkiroh, U., Rukmini, & Sarwanto. (2006). Studi pengembangan posyandu madya dan purnama menjadi posyandu mandiri di Kabupaten Lumajang Jawa Timur dan Karang Anyar Jawa Tengah. http://www.litbang.depkes.go.htm, Diambil pada 3 Februari 2008 Harrison, M. J., Kushner, K. E, Benzies, K., Rempel, G., Kimak, C. (2003). Women's Satisfaction with Their Involvement in Health Care Decisions During a High-Risk Pregnancy. Birth, 30 (2) 109-115 Hildingsson, Waldenstrom, dan Radestad (2002), Women’s expectations on antenatal care as assessed in early pregnancy: number of visits, continuity of caregiver and general content, http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/utils /fref.fcgi?Prld, diperoleh pada 2 Juli 2008 Kuswandono. (2007). Gerakan membangun masyarakat sehat, http://www.lumajang.go.id Diambil pada 15 Januari 2008 Lutz, K. & May, K. A.(2007). The impact of high-risk pregnancy on the transition to parenthood. International Journal of Childbirth Education, 22, (3), 20-23, McCain, G. C & Deatrick, J. A. (1994). The experience of high risk pregnancy, Journal obstetric Gynecology Neonatal & Nursing, 23 (5), 421-427 Moleong, L. J. (2007). Dasar-dasar penelitian kualitatif. Bandung: Penerbit Remaja Rosdakarya Pathmanathan (2003), Investing effectively in maternal and new born health in Malaysia and Sri Langka, Washington DC: World Bank Permata, S. P. (2004). Akses perempuan miskin terhadap pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA) dan upaya peningkatannya. Jurnal Penelitian UNIB, 10, (1), 62-66. Price, Margaret, Glenn, Quinn, O'Connor, & Thomas. (2007).The Spiritual Experience of High-Risk Pregnancy Journal of Obstetric, Gynecologic, & Neonatal Nursing, 36 (1), 63-70 Schroeder, C.A (1996). Women’s experience of bed rest in high risk pregnancy. Journal of Nursing Scolarship, 28 (3) 253-258 Setyowati, T. (1996). Faktor-faktor yang mempengaruhi bayi lahir dengan berat badan rendah. http://digilib.litbang .depkes.go.id. Diperoleh pada 2 Juli 2008 Utomo,I. (2006). Perlu strategi turunkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB), http://www.jatim. go.id/news.php?id=5199, Diambil 12 Desember 2007 dari Yakin (1997), Hubungan antara pelayanan ANC dengan kejadian persalinan, http://152.118.80.2/opac /libri2/detail. jsp?id=73042&lokasi=lokal, diperoleh pada 3 Juli 2008)