i Telaah Ilmiah SICKLE CELL RETINOPATHY Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Mata RSMH Palembang Oleh: Gnanambhikaiy Ganapathi, S.Ked 04084841820003 Pembimbing: dr. H. A. K. Ansyori, Sp.M(K), M.Kes, MARS, Ph-d DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA RUMAH SAKIT DR. MOH. HOESIN PALEMBANG FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2020 HALAMAN PENGESAHAN Judul Referat SICKLE CELL RETINOPATHY Oleh: Gnanambhikaiy Ganapathi, S.Ked 04084841820003 Referatini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Mata RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya periode 30 Maret 2020s.d 15 April 2020. Palembang,April 2020 Pembimbing, dr. H. A. K. Ansyori, Sp.M(K), M.Kes, MARS, Ph-d ii KATA PENGANTAR Pujisyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan berkat-Nya referat yang berjudul “Sickle Cell Retinopathy” ini dapat diselesaikan tepat waktu. Referat ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat ujian kepaniteraan klinik senior di Bagian Ilmu Kesehatan Mata RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. Terima kasih kepadadr. H. A. K. Ansyori, Sp.M(K), M.Kes, MARS, Ph-d yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan penulisan referat ini. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kekeliruan dalam penulisan referat ini. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga referat ini bermanfaat bagi pembacanya. Palembang, April 2020 Penulis iii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. ii KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................v BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1 1.1 Latar Belakang .............................................................................................1 1.2 Tujuan ..........................................................................................................2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................3 2.1 Anatomi dan Fisiologi Mata.........................................................................3 2.1.1 Anatomi Mata............................................................................................7 2.1.2 Fisiologi Mata ...........................................................................................9 2.2 Sickle Cell Retinopathy ..............................................................................10 2.2.1 Definisi ....................................................................................................10 2.2.2 Epidemiologi ...........................................................................................10 2.2.3 Patofisiologi ............................................................................................11 2.2.4 Klasifikasi ...............................................................................................16 2.2.5 Manifestasi Klinis ...................................................................................17 2.2.6 Diagnosis .................................................................................................20 2.2.7 Diagnosis Banding ..................................................................................24 2.2.8 Tatalaksana..............................................................................................25 BAB III KESIMPULAN ....................................................................................28 DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................29 iv DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1. Anatomi Bola Mata ................................................................................................ 3 2. Anatomi kornea ...................................................................................................... 4 3. Gambaran skematik lapisan retina. ........................................................................ 8 4. Pendarahan berwarna oranye-merah yang terjadi pada retina dan pra-retina sehingga mengaburkan vaskularisasi retina ......................................................... 14 5. Dua minggu kemudian, perdarahan semakin kecil, memiliki bagian sentral yang berwarna putih keabu-abuan, dan dikelilingi oleh lingkaran halo kuning .. 14 6. Neovaskularisasi perifer ( Neovaskuarisasi “sea fan”) dengan auto-infark seperti yang diilustrasikan oleh pembuluh darah atrofi yang berwarna ............... 15 7. Proliferasi fibrotik intravitreal mengerahkan traksi pada retina .......................... 16 8. Traksi intravitreal menyebabkan rupturnya retina sehingga terjadi ablasio retina..................................................................................................................... 16 9. Urutan kejadian yang diusulkan dalam Sickle Cell Retinopathy ......................... 17 10. Gambaran Retinopati Anemia. Terlihat adanya perdarahan, dan cotton wool spots. .................................................................................................................... 19 11. Cotton Wool Spots pada oftalmologi dan FA ...................................................... 20 12. A an B gambaran black sunburst pada temporal dan nasal mata kanan, C Angiografik black sunburst, D Pinggiran temporal menunjukkan batas antara zona vaskularisasi dan non-vaskularisasi retina. .................................................. 22 v 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sickle Cell Retinopathy merupakan komplikasi yang paling sering ditemukan pada Sickle Cell Disease. Faktor esensialnya adalah pembentukan haemoglobin abnormal yang menyebabkan sel darah merah mengubah bentuk menjadi bentuk sabit.1,2 Dari 28,3% pasien yang di diagnosa menderita retinopati anemia secara keseluruhan, ditemukan adanya lesi pada fundus yang erat dikatikan dengan anemia berat dimana kehadiran(Hb <8 g/dL) dan trombositopenia berat (PLT <50 x109/L). Dari pasien yang menderita anemia dan trombositopenia secara keseluruhan didapatkan angka persentase kejadian retinopathy adalah 38%.3 Secara global, angka kejadian sickle cell anemia ini cukup tinggi dan bervariasi dari 5% hingga 40%.1 Sel darah yang berbentuk sabit pada pasien dengan sickle cell disease tidak dapat melewati pembuluh darah kecil dengan mudah sehingga ada kecenderungan untuk terjadi trombosis dan perdarahan.2 Manifestasi okular Sickle Cell Disease melibatkan kerusakan dariorbital, konjungtiva, uveal, papiler, dan terutama perubahan retina.4,5 Sickle Cell Retinopathy dapat digolongkan ke dalam dua golongan yaitu Non-Proliferative Sickle Cell Retinopathy dan Proliferative Sickle Cell Retinopathy (PSCR). Komplikasi Proliferative Sickle Cell Retinopathy merupakan penyebab utama terjadinya kehilangan penglihatan pada 10-20% kasus Sickle Cell Disease. 1 Apabila kelainan ini tidak segera dideteksi dan ditatalaksana maka dapat menyebabkan prognosis yang sangat buruk pada fungsi pengelihatan yang secara langsung dapat menurunkan kualitas hidup penderita.3 2 1.2. Tujuan Tujuan penulisan ilmiah ini adalah untuk membahas mengenai definisi, etiologi, epidemiologi, patofisiologi, klasifikasi, gambaran klinis, cara menegakan diagnosis serta tatalaksana yang dapat dilakukan pada penderita sickle cell retinopathy yang membutuhkan perhatian dari spesialis mata dan praktisi lainnya sebagai upaya pencegahan dan minimalisasi timbulnya komplikasi. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Mata 2.1.1 Anatomi Mata Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bola mata di bagian depan (kornea) mempunyai kelengkungan yang lebih tajam sehingga terdapat bentuk dengan 2 kelengkungan yang berbeda.6 Gambar 1. Anatomi Bola Mata7 Bola mata dibungkus oleh 3 lapis jaringan, yaitu :6 1. Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada mata, merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian terdepan sklera disebeut kornea yang bersifat transparan yang memudahkan sinar masuk ke dalam bola mata. Kelengkungan kornea lebih besar dibanding sklera. 2. Jaringan uvea merupakan jaringan vaskular. Jaringan sklera dan uvea dibatasi oleh ruang yang potensial mudah dimasuki 4 darah bila terjadi perdarahan pada ruda paksa yang disebut perdarahan suprakoroid. 3. Badan siliar yang terletak di belakang iris menghasilkan cairan bilik mata (akuous humor), yang dikeluarkan melalui trabekulum yang terletak pada pangkal iris di batas kornea dan sklera. 4. Lapis ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling dalam dan mempunyai susunan lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan lapis membran neurosensoris yang akan merubah sinar menjadi rangsangan pada saraf optik dan diteruskan ke otak. Lapisan-lapisan bola mata terdiri atas : 1. Kornea Kornea adalah komponen pembiasanmata yang utama. Transparansi dan avaskularitas kornea memberikan transmisi cahaya yang optimal. Permukaan anterior korneaditutupi oleh film air mata, dan permukaan posterior membatasi ruang anterior yang berisi aquous. Pada bagian perifer kornea, kornea berhubung dengan konjungtiva dan sklera. Dari anterior ke posterior, lima lapisan yang membentuk kornea adalah lapisan epitel, lapisan Bowman, stroma kornea, membran Descemet, dan lapisan endotelium. Gambar 2. Anatomi kornea9 5 2. Humor aqueous Humor aqueous diproduksi oleh badan siliaris. Setelah memasuki camera oculi posterior, humor aqueous melalui pupil dan masuk ke camera oculi anterior dan kemudian ke perifer menuju ke sudut camera oculi anterior.Humor aqueous difiltrasi dari darah, dimodifikasi komposisinya, baru disekresikan oleh badan siliaris di camera oculi posterior. Humor aqueous diproduksi dengan kecepatan 2-3 μL/menit dan mengisi kamera okuli anterior sebanyak 250 μL serta camera oculi posterior sebanyak 60 μL.6 Humor aqueous mengalir di sekitar lensa dan melewati pupil ke ruang anterior. Sebagian air keluar mata melalui lorong-lorong dari trabecular meshwork. Trabecular meshwork adalah saluran seperti saringan yang mengelilingi tepi luar dari iris dalam sudut ruang anterior, dibentuk di mana menyisipkan iris ke dalam badan siliaris. Jumlah yang lebih sedikit masuk ke dalam badan siliaris yang terbuka dan ke iris, di mana ia akhirnya berdifusi ke dalam pembuluh darah di sekitar bola mata.6 3. Lensa Jaringan ini berasal dari ektoderm permukaan yang berbentuk lensa di dalam mata dan bersifat bening. Lensa di belakang bola mata terletak di belakang iris yang terdiri dari zat tembus cahaya terbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan menipis pada saat terjadinya akomodasi.6 Lensa berbentuk lempeng cakram bikonveks dan terletak didalam bilik mata belakang. Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat lensa di dalam kapsul lensa. Epitel lensa akan membentuk serat lensa terus menerus sehinggamengakibatkan memadatnya serat lensa di bagian sentral lensa sehingga membentuk nukleus lensa.Bagian sentral lensa merupakan serat lensa yang paling dahulu dibentuk atau serat lensa yang tertua di dalam kapsul lensa. Di dalam lensa dapat dibedakan nukleus embrional, fetal dan dewasa. Di bagian luar nukleus ini terdapat serat lensa yang lebih muda dan disebut sebagai korteks lensa. Korteks yang terletak di 6 sebelah depan nukleus lensa disebut sebagai korteks anterior sedangkan di belakangnya adalah korteks posterior. Nukleus lensa mempunyai konsistensi lebih keras dibanding korteks lensa yang lebih muda. Di bagian perifer kapsul lensa terdapat zonula Zinn yang menggantungkan lensa diseluruh ekuator nya pada badan siliar.6 Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan Kenyal atau lentur karena memegang peran terpenting dalam akomodasi untuk menjadi cembung Terletak ditempatnya Keadaan patologik lensa ini dapat berupa: Tidak kenyal pada orang dewasa yang akan mengakibatkan presbiopia Keruh atauyang disebut katarak Tidak berada di tempat atau subluksasi dan dislokasi Lensa orang dewasa di dalam perjalanan hidupnya akan menjadi bertambah besar dan berat.6 4. Badan kaca Badan kaca merupakan suatu jaringan seperti kaca bening yang terletak antara lensa dengan retina. Badan kaca bersifat semi cair di dalam bola mata. Mengandung air sebanyak 90% sehingga tidak dapat lagi menyerap air. Sesungguhnya fungsi badan kaca sama dengan fungsi cairan mata yaitu mempertahankan bola mata agar tetap bulat. Peranannya mengisi ruang untuk meneruskan sinar dari lensa ke retina.Badan kaca melekat pada bagian tertentu jaringan bola mata. Perlekatan itu terdapat pada bagian yang disebut ora serata, pars plana dan papil saraf optik. Kebeningan badan kacadisebabkan tidak terdapatnya pembuluh darah dan sel. Pada pemeriksaan tidak terdapatnya kekeruhan badan kaca akan memudahkan melihat bagian retina pada pemeriksaan funduskopi.6 7 5. Retina Retina atau selaput jala, merupakan bagian mata yang mengandung reseptor yang menerima rangsangan cahaya.6 Retina berbatas dengan koroid dengan sel pigmen epitel retina, dan terdiri atas lapisan : 1. Lapis fotoreseptor, merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel batang yang mempunyai bentuk ramping dan sel kerucut. 2. Membran limitan eksterna yang merupakan membran ilusi. 3. Lapis nukleus luar, merupakan susunan lapisan nukleus sel kerucut dan batang. Ketiga lapis diatas avaskular dan mendapat metabolisme dari kapiler koroid. 4. Lapis fleksiform luar, merupakan lapis aselular dan merupakan tempat asinapsis sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal. 5. Lapis nukleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal dan sel muller lapis ini mendapat metabolisme dari arteri retina sentral. 6. Lapis fleksiform dalam, merupakan lapis aselular merupakan tempat sinaps bipolar, sel amakrin dengan sel ganglion. 7. Lapis sel ganglion yang merupakan lapis badan sel daripada neuron kedua. 8. Lapis serabut saraf, merupakan lapis akson sel ganglion menuju saraf optik. Di dalam lapisan-lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh darah retina. 9. Membran limitan interna, merupakan membran hialin antara retina dan badan kaca. Pembuluh darah di dalam retina merupakan cabang arteri oftalmika, arteri retina sentral masuk retina melalui papil saraf optik 8 yang akan memberikan nutrisi pada retina dalam.6 Lapisan luar retina atau sel kerucut dan batang mendapat nutrisi dan koroid. Untuk melihat fungsi retina maka dilakukan pemeriksaan subyektif retina seperti: tajam penglihatan, penglihatan warna, dan lapangan pandang. Pemeriksaan obyektif adalah elektroretinografi (ERG), elektrookulografi (EOG), dan visual evoked respons (VER).6 Gambar 3 . Gambaran skematik lapisan retina8 6. Saraf Optik Saraf optik yang keluar dari polus posterior bola mata membawa 2 jenis serabut saraf, yaitu : saraf penglihat dan serabut pupilomotor. Kelainan saraf optik menggambarkan gangguan yang diakibatkan tekanan langsung atau tidak langsung terhadap saraf optik ataupun perbuatan toksik dan anoksik yang mempengaruhi penyaluran aliran listrik 7. Sklera Bagian putih bola mata yang bersama-sama dengan kornea merupakan pembungkus dan pelindung isi bola mata. Sklera berjalan dari papil saraf optik sampai kornea. 9 2.1.2 Fisiologi Mata Proses visual mata dimulai saat cahaya memasuki mata, terfokus pada retina dan menghasilkan sebuah bayangan yang kecil dan terbalik. Ketika dilatasi maksimal, pupil dapat dilalui cahaya sebanyak lima kali lebih banyak dibandingkan ketika sedang kontraksi maksimal. Diameter pupil ini sendiri diatur oleh dua elemen kontraktil pada iris yaitu papillary constrictor yang terdiri dari otot-otot sirkuler dan papillary dilator yang terdiri dari sel-sel epithelial kontraktil yang telah termodifikasi. Sel-sel tersebut dikenal juga sebagai myoephitelial cells. 8,9,10 Jika sistem saraf simpatis teraktivasi, sel-sel ini berkontraksi dan melebarkan pupil sehingga lebih banyak cahaya yang dapat memasuki mata. Kontraksi dan dilatasi pupil terjadi pada kondisi dimana intensitas cahaya berubah dan ketika memindahkan arah pandangan kita ke benda atau objek yang dekat atau jauh. Pada tahap selanjutnya, setelah cahaya memasuki mata, pembentukan bayangan pada retina bergantung pada kemampuan refraksi mata.8,9,10 Beberapa media refraksi mata yaitu kornea (n=1.38), aqueous humor (n=1.33), dan lensa (n=1.40). Kornea merefraksi cahaya lebih banyak dibandingkan lensa. Lensa hanya berfungsi untuk menajamkan bayangan yang ditangkap saat mata terfokus pada benda yang dekat dan jauh. Setelah cahaya mengalami refraksi, melewati pupil dan mencapai retina, tahap terakhir dalam proses visual adalah perubahan energi cahaya menjadi aksi potensial yang dapat diteruskan ke korteks serebri. Proses perubahan ini terjadi pada retina. 8,9,10 Retina memiliki dua komponen utama yakni pigmented retina dan sensory retina. Pada pigmented retina, terdapat selapis sel-sel yang berisi pigmen melanin yang bersama-sama dengan pigmen pada choroid membentuk suatu matriks hitam yang mempertajam penglihatan dengan mengurangi penyebaran cahaya dan mengisoloasi fotoreseptor-fotoreseptor yang ada. Pada sensory retina, terdapat tiga lapis neuron yaitu lapisan fotoreseptor, bipolar dan ganglionic. Badan sel dari setiap neuron ini dipisahkan oleh plexiform layer dimana neuron dari berbagai lapisan bersatu. Lapisan pleksiformis luar berada diantara lapisan sel bipolar dan ganglionic sedangkan lapisan pleksiformis dalam terletak diantara lapisan sel bipolar dan ganglionic. 8 10 Setelah aksi potensial dibentuk pada lapisan sensori retina, sinyal yang terbentuk akan diteruskan ke nervus optikus, optic chiasm, optic tract, lateral geniculate dari thalamus, superior colliculi dan korteks serebri. 9,10 2.2 Sickle Cell Retinopathy 2.2.1 Definisi Sickle Cell Retinopathy adalah komplikasi yang paling sering ditemukan dari Sickle Cell Disease. Faktor esensial dari ini adalah pembentukan haemoglobin abnormal yang menyebabkan sel darah merah mengubah bentuk menjadi bentuk sabit. Sel darah yang berbentuk sabit ini tidak dapat melewati pembuluh darah kecil dengan mudah sehingga ada kecenderungan untuk terjadi trombosis dan perdarahan.1 2.2.2 Epidemiologi Hemoglobinopati sel sabit dengan jumlah manifestasi klinis yang paling banyak adalah tipe SS, yang menyebabkan hemolisis dan membentuk sel menjadi sabit. Pasien dengan genotip SC, yang biasanya muncul dengan komplikasi sistemik, dan dengan manifestasi retinal yang paling berat.11 Frekuensi retinopati paling banyak pada usia dewasa, namun dapat juga muncul pada anak-anak. Untuk pasien dengan genotip SC, risiko berkembangnya proliferatif sickle cell retinopathy (PSR) merupakan yang paling tinggi di usia 15-24 tahun pada laki-laki dan usia 25-39 tahun pada perempuan. Sementara untuk genotip SS, paling tinggi di usia 25-39 tahun pada kedua jenis kelamin. 11 Hemoglobinopati Sickle Cell paling umum ditemukan pada populasi Afrika Amerika. Sickle Cell Trait (Hb AS) mempengaruhi 8% orang Afrika Amerika; 0,4% memiliki Sickle Cell Disease (Hb SS) dan 0,2% memiliki Sickle Cell Disease tipe Hb SC. Sickle Cell Diseasetipe Thalassemia (S Thal), yaitu penyakit yang terjadi akibat kerusakan polipeptida α dan β jarang terjadi, namun sering menyebabkan retinopati.12 11 Tabel 1. Insidensi Hemoglobinopati Sickle Cell di Amerika Utara12 Hemoglobinopati Insidensi populasi (%) Semua Sickle Hemoglobin Sickle Cell Trait (Hb AS) Hemoglobin C Trait (AC) Sickle Cell Homozygote (SS) Sickle Cell Hemoglobin C (SC) Sickle Cell Thalassemia (S Thal) Homozygous C (CC) * Perkiraan 10 dalam Insidensi Retinopati Proliferatif dalam subkelompok - 8 2 0,4 Jarang Jarang 3%* 0,2 33%* 0,03 14%* 0,016 Tidak diketahui Dari 28,3% pasien yang di diagnose menderita retinopati anemia secara keseluruhan, ditemukan adanya lesi pada fundus yang erat dikatikan dengan anemia berat dimana kehadiran(Hb <8 g/dL) dan trombositopenia berat (PLT <50 x109/L). Dari pasien yang menderita anemia dan trombositopenia secara keseluruhan didapatkan angka persentase kejadian retinopathy adalah 38%. Faktor yang mempengaruhi ini secara signifikan dikaitkan dengan umur, rendahnya tingkat hemoglobin, jumlah trombosit, RDW-CV, dan peningkatan MCV,MPVdan P-LCR dengan adanya lesi pada fundus retina.3 2.2.3 Patofisiologi Manifestasi okular pada sickle cell anemia termasuk pada bola mata, konjungtiva, uvea, papilary, dan terutama pada retina. Perubahan pada retina dikarakteristikkan sickle cell retinopathy, yang mana menyebabkan retinopati nonproliferatif atau proliferatif dan dibagi menjadi 5 stadium.13 Diantara berbagai bentuk sickle cell anemia, pasien dengan tipe SS biasanya memiliki gambaran klinis yang lebih parah dibanding tipe SC. Selain itu, dampak oklusi okuler lebih dominan pada pasien SC, yang biasanya hanya bermanifest 12 dengan anemia derajat sedang dan viskositas darah yang lebih tinggi. Vasooklusi ini terjadi pada pasien yang lebih muda dan pertama kali dapat ditemui pada retina dibagian perifer, yang menyebabkan menurunnya perfusi dan iskemik. Neovessel retina cenderung berkembang pada daerah ini. Pasien dengan sickle cell anemia memiliki risiko peningkatan tekanan intraokuler dan biasanya pasien datang dengan hifema (perdarahan pada bilik mata depan). HbF berkaitan dengan peningkatan sickling intravaskuler dan menyebabkan beberapa komplikasi vasooklusif pada homozigot SS. Selain itu, terdapat hubungan antara retinopati proliferatif dengan kadar HbF yang rendah. 13 Kemungkinan perubahan lain akibat sickle cell anemia adalah glaukoma akibat tekanan intraokuler yang tinggi yang dikarenakan penyumbatan trabekular meshwork dan inflow aqueos humor. Vasookulusi menyebabkan kerusakan nervus optik, sehingga terjadi gangguan pengelihatan bahkan sebelum terjadinya perubahan retina. 13 Retinopati proliferatif dapat terjadi pada perdarahan intraretinal, yang kemungkinan disebabkan oleh iskemik dinding pembuluh darah, yang dikenal sebagai salmon patches, perdarahan ini kemudian menjadi berwarna kuning dan putih, yang kemudian menghilang. Lesi hiperpigmentasi juga dapat muncul pada perdarahan sub-retinal atau retinal bagian dalam, yang disebut black sunburst. Makulopati terjadi sebagai akibat perubahan kronis pada kapiler perifoveal. 13 Meskipun retinopati proliferatif memiliki patologi yang sama seperti nonproliferatif retinopati, namun prosesnya berbeda. Goldberg membaginya dalam 5 stadium, yang berhubungan dengan urutan kejadiannya: stadium 1 yang dikarakteristikan dengan adanya oklusi arteriolar dengan hipoksia retina dan kapiler yang berdekatan. Stadium 2 mulai terjadi budding vessel, dengan adanya dilatasi antar retina yang vaskuler dan avaskuler. Pada stadium 3, terjadi angogenetik dengan adanya pembentukan neovaskularisasi retina yang disebut retinal sea fans. Pembuluh darah baru ini berkembang menjadi arteriovenous yang saling bersebrangan (crossing) dan sering menyebabkan infark. Neovaskularisasi ini bersifat rapuh, 13 imatur, dan adheren terhadap vitreus. Hal ini menyebabkan terjadinya perdarahan vitreus dan merupakan gambaran retinopati stadium 5. Ketika perdarahan mencapai aksis visual, maka dapat menyebabkan skotoma dan amurosis. Repetisi dari fenomena hemoragik ini menyebabkan ruptur, ablasi retina dan hilangnya pengelihatan yang merupakan stadium 5 dari retinopati proliferaitf pada sickle cell retinopathy. 13 Sickle cell retinopathy berkembang pada 42% pasien dengan sickle cell anemia pada dekade kedua kehidupan. Vaskularisasi yang berliku ini merupakan temuan yang paling sering didapatkan yaitu pada 30-50% kasus. 13 2.2.4 Klasifikasi Pada Sickle Cell Disease, stasis dan oklusi pada pembuluh darah kecil dalam mata oleh Sickle erythrocyte (eritrosit berbentuk sabit) dapat menyebabkan lesi okular. Sickle Cell Retinopathy dapat diklasifikasi kepada dua golongan, yaitu:1 a) Non-Proliferative Sickle Cell Retinopathy Perubahan retina yang ditemukan pada Sickle Cell Retinopathy disebabkan oleh oklusi pada arteriol dan kapiler. Hal ini mirip dengan infark putih atau hemoragik yang terjadi pada sistem saraf pusat. Pada daerah perifer akan terjadi, anastomosis dan remodeling sementara di daerah infark akan terjadi resorpsi. Kelainan pada retina yang ditemukan pada Non-Proliferative Sickle Cell Retinopathy termasuk: 12 i. Perdarahan Salmon patch ii. Refractile (iridescent) deposits atau spots iii. Lesi Black “sunburst” Penelitian secara klinis dan histologi menunjukkan bahwa perdarahan Salmon patch mewakili area perdarahan intraretinal yang terjadi setelah oklusi arteriole retina perifer. Refractile spots adalah perdarahan lama yang telah diresorbsi dengan deposisi hemosiderin di dalam retina, tepat di bawah Inner Limiting Membrane. Lesi Black “sunburst” adalah area lokal di epitel pigmen retina yang 14 mengalami hipertrofi dan hiperplasia serta merupakan area di mana terjadinya migrasi pigmen ke dalam retina. Lesi ini sering memiliki penampilan berspekulasi dan biasanya ditemukan pada lokasi perivaskular di perifer. 12 Oklusi kapiler dan arteriole parafoveal adalah salah satu penyebab terjadinya penurunan ketajaman penglihatan pada Sickle Cell Retinopathy. Pada pasien dengan hemoglobinopati Sickle Cell dapat terjadi oklusi spontan di retina sentral. Oklusi vaskular yang tidak dapat dihindari merupakan penyebab terjadinya infark pada Sickle Cell Retinopathy. 12 Gambar-gambar berikut menunjukkan perubahan di retina yang ditemukan pada Non-Proliferative Sickle Cell Retinopathy: 12 Gambar 4. Pendarahan berwarna oranye-merah yang terjadi pada retina dan pra-retina sehingga mengaburkan vaskularisasi retina12 Gambar 5. Dua minggu kemudian, perdarahan semakin kecil, memiliki bagian sentral yang berwarna putih keabu-abuan, dan dikelilingi oleh lingkaran halo kuning12 15 b) Proliferative Sickle Cell Retinopathy Didasarkan pada adanya proliferasi vaskular (yaitu neoangionesis yang dapat diikuti oleh Viterous Hemorrhage (Perdarahan Viterous).Berdasarkan klasifikasi Goldberg dan Penman, tingkat keparahan retinopati pada pasien Sickle Cell Disease dapat diklasifikasikan ke dalam lima stadium. Empat decade yang lalu, Goldberg mengklasifikasikan Proliferative Sickle Cell Retinopathy ke dalam lima tahap, yaitu3: 1. Oklusi arteri perifer 2. Anastomosis arteriovenous perifer yang mewakili kapiler yang sudah ada sebelumnya (hairpin loop) 3. Proliferasi neovaskular dan fibrosa (sea fan) yang terjadi di pembatasan posterior yang tidak berperfusi. Tampilan white sea fan yang terjadi selanjutnya adalah karena auto-infark dari neovaskular. 4. Viterous Hemorrhage (Perdarahan Viterous) 5. Tractional Retinal Deattachment Gambar 6.Neovaskularisasi perifer ( Neovaskuarisasi “sea fan”) dengan auto-infark seperti yang diilustrasikan oleh pembuluh darah atrofi yang berwarna putih12 16 Gambar 7. Proliferasi fibrotik intravitreal mengerahkan traksi pada retina14 Gambar 8. Traksi intravitreal menyebabkan rupturnya retina sehingga terjadi ablasio retina14 17 Gambar 9. Urutan kejadian yang diusulkan dalam Sickle Cell Retinopathy12 2.3.1 Manifestasi Klinis Vaso-oklusi pembuluh konjungtiva mengarah pada pengembangan pembuluh darah berbentuk "koma" karena akumulasi sel darah merah sabit di ujung distal kapiler. Perubahan vaskular pada diskus optikus bersifat sementara, tetapi tampak sebagai lesi merah gelap yang juga terlihat sebagai pembuluh kapiler gelap yang melebar pada pemeriksaan angiografi fluorescein. Pasien mungkin melihat kilatan, benda yang melayang atau bayangan gelap, yang mungkin menunjukkan traksi vitreoretinal atau perlekatan.4,5 Manifestasi okular Sickle Cell Disease melibatkan kerusakan dariorbital, konjungtiva, uveal, papiler, dan terutama perubahan retina.4,5 a. Segmen Anterior o Konjungtiva Pembuluh darah berwarna merah gelap dan berbentuk koma, khususnya pada konjungtiva bulbi inferior. 18 o Iris Atrofi dan neovaskularisasi iris fokal. o Angle Sickled erythrocyte (Eritrosit berbentuk sabit) di ruang anterior dapat meningkatkan tekanan intraokular mata. o Hifema b. Segmen Posterior a. Retina 1. Angiod streaks 2. Koleksi fokal dari perdarahan superfisial atau pretinal yang awalnya berwarna merah terang tetapt terdegradasi membentuk perdarahan salmonpatch. Residual haemosiderin dapat menghasilkan refractile bodies (iridescent spots) dan migrasi Retinal Pigmented Epithelium sekunder dapat meninggalkan pigmen intraretinal. b. Pembuluh darah 1. Venous tortuosity 2. Oklusi arteri retina sentral dan cabangnya 3. Microhemorrhages peripheral ischaemia 4. Vascular loops 5. Pembesaran zona foveal yang avaskular 6. Penipisan dan iskemia macula 7. Proliferative Retinopathy c. Choroid Vaso-oklusi yang dapat menghasilkan Retinal Pigmented Epithelium sekunder dan kerusakan retina. 4,5 Berikut adalah gejala objektif dari retinopati anemia, adalah sebagai berikut: 3,5 1. Mikroaneurismata, merupakan penonjolan dinding kapiler, terutama daerah vena dengan bentuk berupa bintik merah kecil yang terletak dekat pembuluh darah terutama polus posterior. Kadang-kadang pembuluh darah ini demikian 19 kecilnya sehingga tidak terlihat sedang dengan bantuan angiografi fluorescein lebih mudah dipertunjukkan adanyamikroaneurismata ini. 2. Dilatasi pembuluh darah balik dengan lumennya irregular dan berkelok-kelok bentuk ini seakan-akan dapat memberikan perdarahan tapi hal ini tidaklah demikian. Hal ini terjadi akibat kelainan sirkulasi dan juga akibat eksudasi plasma. 3. Soft exudate, yang sering disebut cotton wool patches merupakan iskemia retina. Pada pemeriksaan oftalmoskopi akan terlihat bercak berwarna kuning bersifat difus dan berwarna putih. Biasanya terletak dibagian tepi daerah nonirigasi dan dihubungkan dengan iskemia retina. 4. Edema retina dengan tanda hilangnya gambaran retina terutama daerah macula sehingga sangat menganggu tajam penglihatan pasien. 5. Penyempitan spasmepembuluh darah tampak sebagai: pembuluh darah terutama arterior retina berwarna lebih pucat. Kaliber pembuluh darah menjadi lebih kecil atau irregular karena spasme local, percabangan arterior yang tajam. Gambar 10. Gambaran Retinopati Anemia. Terlihat adanya perdarahan, dan cotton wool spots. 3,5 20 Soft exudate yang sering disebut cotton wool patches merupakan iskemia retina. Pada pemeriksaan oftalmoskopi akan terlihat bercak berwarna kuning bersifat difus dan berwarna putih. Biasanya terletak dibagian tepi daerah nonirigasi dan dihubungkan dengan iskemia retina3,5 Gambar 11. Cotton Wool Spots pada oftalmologi dan FA Edema retina dengan tanda hilangnya gambaran retina terutama daerah makula (macula edema) sehingga sangat mengganggu tajam penglihatan.Edema retina awalnya terjadi antara lapisan pleksiform luar dan lapisan nucleus dalam. 3,5 2.3.2 Diagnosis Pada tahap awal, penyakit ini tidak menunjukkan gejala, dan harus dilakukan pemantauan oftalmologis dengan teliti. Diagnosis dibuat dengan retinografi dan angiografi fluoresceindalam kasus dengan perubahan fundoskopi, serta pengukuran ketajaman visual dan tekanan intraokular. 11 Tahap awal sickle-cell disease seringtidak dapat terdeteksi, maka diperlukan pemeriksaan mata yang lebih teliti. Pemeriksaan harus dilakukan berkala yaitu mencakup pengukuran ketajaman visual, tekanan intraokular dan evaluasistruktur segmen anterior/ posterior dengan angiografi fluorescein. Temuan okular diwakili 21 oleh orbital, konjungtiva, perubahan uvea, papiler dan retina.Kelainan yang paling relevan pada segmen anterior adalah tanda pada konjungtiva dan atrofi iris, yang mana keduanya merupakan indikator diagnostik sickle cell disease, dan hifema,di mana ada pendekatan terapeutik tertentu di pasien-pasien ini. 11 Perubahan pada retina Manifestasi retina pada sickle cell disease dapat menjadi non-proliferatif (menghasilkan nilai diagnostik) atau proliferatif; dalam kasus terakhir, terdapat risiko nyata morbiditas okular. Baik manifestasi non-proliferatifatau proliferatif disebabkan oleh eritrostasis sekunder akibat sabit.15,16 i. Retinopati non-proliferatif Tortuositas vena Tortuositas vaskular adalah tanda yang dijelaskan pada anemia; prevalensinya dalamgangguan sel sabit homozigot mencapai 50%. Namun, tortuositas vaskular adalah tanda spesifik yang umum untuk beberapa penyakit terkaitdengan hiperviskositas darah. Perdarahan, iridescent bodies dan black sunburst Ketika arteriol ukuran sedang tersumbat (tersumbat) oleh sepasang eritrosit sabit, perdarahan dapat terjadi, disebabkan oleh nekrosis iskemik pada dinding pembuluh darah. Jenis perdarahan ini berbentuk bulat atau oval, merah cerah dan berukuran ¼-1 diameter diskus. Dalam beberapa hari atau minggu, terjadi modifikasi warna oranye-merah yang kontrasdengan warna gelap dari epitel pigmen retina (RPE); daerah perdarahan kemudian tampak berwarna salmon. Hal ini disebut sebagai salmon patch. Seiring waktu, degradasi hemoglobin terjadi. Kerusakan hemoragik kemudian muncul sebagai titik kuning cerah di beberapa tingkat sensorik retina; ini dikenal sebagai iridescent bodies. 15,16 Jika perdarahan terjadi di lapisan luar retina,hal itu merangsang proliferasi RPE, mengarah pada pembentukan gelap, oval atau lesi chorioretinal berdiameter 22 ¼-2diskus. Lesi ini, yang mana mirip dengan bekas luka chorioretinitis, dikenal sebagai black sunburst. 15,16 Gambar 12. A an B gambaran black sunburst pada temporal dan nasal mata kanan, C Angiografik black sunburst, D Pinggiran temporal menunjukkan batas antara zona vaskularisasi dan non-vaskularisasi retina. 15,16 Perdarahan bersifat sementara, danterjadi di belakang bagian mata yang sulit diamati. Tanda lanjutnya seperti iridescent bodies dan black sunburstdapat diamati pada sekitar 25-40% kasus dan lebih sering pada hemoglobinopati SC. 15,16 Perubahan makula Makulopati sel sabit terjadi sebagai akibat dari perubahan kronis pada jaringan kapiler perifoveal. Hal ini dapat pada 10-40% pasien. Genotipe SS adalah yang paling terpengaruh. Perubahan iskemik bersifat kronis dan berbahaya, dan pasien dapat melakukannya tidak menunjukkan gejala. Biasanya ada beberapa perbedaan antara temuan angiografi dan gejala visual. Ketajaman visual normaldapat hidup berdampingan dengan zona avaskular foveal yang sangat besar, dan 23 keberadaandaerah iskemik akan dideteksi hanya dengan visual pusat pengujian lapangan. Namun, beberapa pasien menunjukkan ketajaman visual yang rendah danperfusijaringan kapiler makulabaik. 15,16 Perubahan makula iskemik jarang terjadi pada angiogram pasiendengan hemoglobinopati sabit. Dengan diperkenalkannya optical coherence tomography (OCT), atrofi lapisan retina dalam dapat ditunjukkan pada pasien dengan infark makula (31); bahkan tanpa perubahan angiografi, tipe atrofi ini ditunjukkandengan domain spektral OCT (SD-OCT) 15,16 Angioid streaks Insiden angioid streaks pada populasi yang tidak dengan sickle celladalah 12% . Perubahan vaskular lainnya Penyumbatan arteri retina sentral mungkin jarang terjadi pada pasien ini. Tanda saraf optik Perubahan vaskular pada saraf optik bersifat sementara dan terdiri dari kapiler yanggelap, kecil dan melebar gelapyang menunjukkan oklusi pada fluorescein angiografi, tanpa dampak pada ketajaman. 15,16 ii. Retinopati proliferatif Keterlibatan penglihatan dalam setiap tahap kehidupan pasien dengansickle- cell disease dilaporkan sebesar 10-20%.Retinopati proliferatif merupakan penyebab utama penurunan ketajaman visual pada pasiendengan risiko yang belum diketahui. Kemunculan dan perkembangan PSR biasanya berbahaya pada dekade pertama kehidupan. Kondisi ini tetap tanpa gejala hingga timbul komplikasi seperti vitreous hemorrhage (VH) atau retinal detachment (RD) terjadi biasanya antara 20-30 tahun. PSR sebagai penyebab berkurangnya ketajaman visual disebabkan oleh regresi spontan dari kompleks neovaskular, yang telah dijelaskan dalam 20-60% kasusdan sering terjadi kira-kiradua tahun setelah perkembangan lesi proliferatif.17,18 24 Retina perifer, terutama bagian temporal, sangat tinggi atau rentan terhadap efek sabit intravaskular. Penyumbatan vaskular yang ireversibeldi retina perifer menjadi ciri stage I. Segmen yang tersumbat dapat menampilkan tampilan "silver wire", tetapi fenomena iskemik lebih mudah diamati oleh fluorescein angiografi. Setelah itu, terdapat arteriol tortous dan pelebaran kapiler yang terbentukdari komunikasi arteriovenous dalam batas antara vaskulardan retina iskemik, yang menjadi ciri stage II.Neovessels terbentuk dari anastomosisdan berasal dari venadi samping sirkulasi. Kehadiran neovessels merupakan ciri-ciri stage III. Istilah "sickle cell retinopathy proliferative" sering digunakan untuk retinopati stage III. 17,18 2.3.3 Diagnosis Banding Spektrum luas dari penyakit yang menghasilkan iskemia makula, atau neovaskularisasi retina perifer, harusdipertimbangkan dalam diagnosis banding(Tabel 1).Di sisi lain, sickle retinopathyharus dipertimbangkan sebagai diagnosis banding pada penyakit pembuluh darah retina. Riwayat penyakit sel sabit dapat menyingkirkan banyak kondisi lain, meskipun beberapa kondisi lain mungkin terjadi secara bersamaan dengannon-proliferative sickle retinopathy (NPSR)/proliferative sickle cell retinopathy (PSR). 19,20,21 Tabel 1. Diagnosis Banding Sickle Cell Retinopathy19,20,21 Diagnosis Banding Iskemikmacula Penyakit pembuluh iskemik Retinopati diabetikum Oklusi pembuluh retina; trombosis arteri siliaris posterior Embolisasi retina; retinopati talk, emboli arteri carotis internal Retinopati infeksius; toksoplasmosis, dengue Retinopati diabetikum proliferatif Oklusi vena retina sentral/ cabang Sindrom iskemik okular Retinopati radiasi Prematur retinopati 25 Penyakit inflamatori iskemik Lainnya 2.3.4 Vitreoretinopati eksudatif familial Eale’s disease Dikrasia perdarahan; leukimia myeloid kronik, defisiensi protein C atau S Sarcoidosis Vaskulitis retina Uveitis intermediet Nekrosis retina akut Incontinentia pigmenti. Fenomena oklusif pembuluh menyebabkan pembuluh kecil retina perifer avaskular dan neovaskularisasi perifer Autosomal vitreoretinochoroidopati dominan. Kelainan vaskular terkait; mikroaneurisma, kebocoran pembuluh darah, atenuasi arteriolar, vena manik-manik, selubung vena, oklusi vena, pewarnaan vena fokal, dan neovaskularisasiretina Perlengketan retina rhegmatogenik kronis dengan pembentukan makrokista, perifer non-perfusi kapiler, telangiektasis, dan neovaskularisasi retina. Neovaskularisasi posterior ke lubang retina, yang dapat memiliki konfigurasi seafan Perlengketan retina non-rhegmatogen dengan neovaskularisasi sekunder; Penyakit coats, retinoschisis perifer Scleral buckle. Lingkaran yang ketat dapat merusak arteri siliaris posterior dandrainase vena koroid Retinitis pigmentosa Tatalaksana VH yang terjadi akibat Proliferative Sickle Retinopathy adalah penyebab utama terjadinya penurunan ketajaman penglihatan. Oleh karena itu, strategi penatalaksanaan didasarkan pada penutupan Sea Fan. Pasien yang didiagnosa dengan stadium I dan II tidak ditatalaksana karena penatalaksanaan pada retina yang iskemik tidah mencegah terjadinya Sea Fan, dan kebanyakan kasus tidak berkembang menjadi Sea Fan atau komplikasinya. Penatalaksaanaan masih kontroversi karena kebanyakan kasus Sea Fan akan pulih secara spontan, terutama pada golongan pasien SS yang lebih tua, dimana insidensi terjadi kebutaan adalah sangat kecil. Oleh karena itu, 26 pendekatan yang direkomendasikan adalah untuk mengobati Sea Fan pada semua pasien SC dan SS di bawah usia 40 tahun dengan teknik sectoral. Pasien dengan perdarahan vitreous dan gangguan ketajaman visual baru-baru ini biasanya dievaluasi selama enam bulan untuk memungkinkan pembersihan spontan. Photocoagulation atau cryotherapy dapat dilakukan apabila visibilitas memungkinkan.11,20,22 a) Photocoagulation Photocoagulation dianggap aman dan efektif dalam pengobatan Proliferative Sickle Retinopathy, karena mempertahankan kualitas hidup dan mempertahankan penglihatan dengan mencegah komplikasi yang mengancam penglihatan. Pendekatan teraputik yang dilakukan untuk Proliferative Sickle Retinopathy termasuk diathermy, cryopexy dan photocoagulation. Peripheral scatter photocoagulation dilakukan dengan menerapkan light burns berintensitas rendah pada bagian perifer retina yang mengalami iskemia. Hal ini dapat menyebabkan regresi neovaskular yang kemudian dapat menurunkan resiko terjadinya perdarahan vitreous.Teknik ini terutamadigunakan untuk mengobati Proliferative Diabetic Retinopathy. Oleh karena photocoagulation terhadap retina iskemik pada Proliferative Diabetic Retinopathymenghasilkan regresi barupembuluh darah di mata, teknik ini diadaptasi untuk pengobatan Proliferative Sickle Retinopathy.Keputusan unutk melakukan terapi dengan menggunakan Peripheral scatter photocoagulation harus dibuat dengan hati-hati karena robekan retina dan rhegmatogenous retinal deattachment sering terjadi pada Proliferative Sickle Retinopathy.11 b) Tindakan operasi Tindakan operasi dianjurkan untuk perdarahan vitreous yang tidak pulih dan untuk ablasio retina rhegmatogenous, tractional, schisis atau kombinasi. Ablasio retina sering bermula pada bagian perifer retina yang iskemik. Robekan umumnya terjadi pada dasar sea fandan sering diendapkan oleh terapiphotocoagulation. Iskemia atau nekrosis pada segmen anterior yang berkaitan dengan prosedur 360⁰ Scleral Buckling 27 telah dilaporkan. Hal ini terutama terjadi apabila dikombinasikan dengan diathermy dan cryopexy.Karena morbiditas okular yang tinggi yang ditunjukkan pasien ini selama operasi, terdapat masa tunggu 6 bulan untuk reabsorpsi VH, setelah itu SF dirawat dengan laser atau cryotherapy.17 28 BAB IV KESIMPULAN Sickle Cell Retinopathy merupakan komplikasi yang paling sering ditemukan dari Sickle Cell Disease akibat pembentukan hemoglobin abnormal yang menyebabkan sel darah merah mengubah bentuk menjadi bentuk sabit sehingga memiliki cenderungan untuk terjadi trombosis dan perdarahan. Prevalensi retinopati paling banyak pada usia dewasa, namun dapat juga muncul pada anak-anak. Manifestasi okular pada sickle cell anemia termasuk pada bola mata, konjungtiva, uvea, papilary, dan terutama pada retina. Pasien dengan tipe SS biasanya memiliki gambaran klinis yang lebih parah dibanding tipe SC. Sickle Cell Retinopathy dapat diklasifikasi kepada dua golongan, yaitu NonProliferative Sickle Cell Retinopathy dan Proliferative Sickle Cell Retinopathy. Perubahan retina yang ditemukan pada Sickle Cell Retinopathy disebabkan oleh oklusi pada arteriol dan kapiler. Kelainan yang ditemukan adalah perdarahan Salmon patch, refractile (iridescent) deposits atau spots dan lesi Black “sunburst”. Proliferative Sickle Cell Retinopathy didasarkan pada adanya proliferasi vaskular (yaitu neoangionesis yang dapat diikuti oleh Viterous Hemorrhage)..Berdasarkan klasifikasi Goldberg dan Penman, tingkat keparahan retinopati pada pasien Sickle Cell Disease dapat diklasifikasikan ke dalam lima stadium, yaitu oklusi arteri perifer, anastomosis arteriovenous perifer yang mewakili kapiler yang sudah ada sebelumnya (hairpin loop), proliferasi neovaskular dan fibrosa (sea fan) yang terjadi di pembatasan posterior yang tidak berperfusi, viterous Hemorrhage (Perdarahan Viterous) dan Tractional Retinal Deattachment. Pendekatan teraputik yang dilakukan untuk Proliferative Sickle Retinopathy termasuk diathermy, cryopexy dan photocoagulation. Tindakan operasi dianjurkan untuk perdarahan vitreous yang tidak pulih dan untuk ablasio retina rhegmatogenous, tractional, schisis atau kombinasi. 29 DAFTAR PUSTAKA 1. Meena F., Khan B.A., Uzair B., Meena A.. Sickle cell retinopathy : improving care tith a multidisciplinary approach. J Multidiscip Healthc. 2017 August 30;10:335-346. 2. Crick R.P., Khaw P.T.. A Textbook of Clinical Opthalmology. World Scientific Publishing Ptd. Ltd. Singapor. 2003. 3. Weiss J. Retina and Vitreous : Retinal Vascular Disease. Section 12 Chapter 5. Singapore: American Academy of Ophtalmology; 2008. p 107-128 4. Gurgel R., Cuevas L.E.. Ocular manifestations of sickle cell disease. Annals of Tropical Paediatrics. 2009 November;2010(30):19-26. 5. Jackson T.L., Egan C., Bird A.C.. Moorfields of Opthalmology. Chapter 10 : Medical Retina. Elsevier. 2008. 6. Ilyas, S. Yulianti, SR. 2014. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: FKUI. 7. Tortora, G. J., &amp; Derrickson,Joussen A.M. Retinal Vascular Diseease. New York: Springer; 2007. p. 3-5, 66-70, 129-132, ,228-31, 309, 291-331 8. Eroschenko V.P.. diFiore’s Atlas of Histology with Functional Correlations. Wolters Kluwer. Philadelphia. 2013. 9. Remington L.A.. Clinical Anatomy of the Visual System. Elsevier Inc. Missouri. 2005. 10. Zhu J., Rio-Tsonis K.D.. Eye Anatomy. John Wiley &amp; Sons, Ltd. 2012 November. 11. Bonanomi MTBC, Lavezzo MM. Sickle cell retinopathy: diagnosis and treatment. Arq Bras Oftalmol. 2013; 76(5):320-7. 12. Cantor L.B., Rapuano C.J., Ciffoi G.A..Retina and Viterous. American Academy of Opthalmology. Italy. 2014. 13. Ribeiro, M. V. M. R., Jucá, J. V. de O., Alves, A. L. C. dos S., Ferreira, C. V. O., Barbosa, F. T. Ê. A. N. (2017). Sickle cell retinopathy: A literature review. Revista Da Associação Médica Brasileira, 63(12), 1100–1103.Nia J, Lam WC, 30 Kleinman DM, Kirby M, Liu ES, Eng KT. Retinopathy in sickle cell trait: does it exist? Canadian journal of ophthalmology Journal canadien d'ophtalmologie 2003;38:46-51. 14. Okun E.. Development of Sickle Cell Retinopathy. Kluwer AcademicPublishers. December;26(1):574-581. 15. Emerson GG, Lutty GA. Effects of sickle cell disease on the eye: clinical features and treatment. Hematol Oncol Clin North Am. 2005;19(5):957-73, ix. 16. Witkin AJ, Rogers AH, Ko TH, Fujimoto JG, Schuman JS, Duker JS. Optical coherence tomography demonstration of macular infarction in sickle cell retinopathy. Arch Ophthalmol. 2006;124(5):746-7. 17. Fine LC, Petrovic V, Irvine AR, Bhisitkul RB. Spontaneous central retinal artery occlusion in hemoglobin sickle cell disease. Am J Ophthalmol. 2000;129(5):6801. 18. Downes SM, Hambleton IR, Chuang EL, Lois N, Serjeant GR, Bird AC. Incidence and natural history of proliferative sickle cell retinopathy: observations from a cohort study. Ophthalmology. 2005;112(11):1869-75. 19. Georgalas I, Paraskevopoulos T, Symmeonidis C et al (2014) Peripheral sea-fan retinal neovascularization as a manifestation of chronic rhegmatogenous retinal detachment and surgical management. BMC Ophthalmol 14:112 20. Yip V, Sanjay S, Koh YT (2012) Ophthalmic complications ofdengue fever: a systematic review. Ophthalmol Therapy. https:// doi.org/10.1007/s40123-0120002-z 21. Kadayifçilar S, Eldem B, Kiratli H (2000) Retinitis pigmentosa associated with peripheral sea fan neovascularization. Acta Ophthalmol Scand 78:593–595 22. Myint K.T., Sahoo S., Moe S., Ni H.. Laser therapy for retinopathy in sickle cell disease (Protocol). John Wiley & Sons, Ltd. 2013 October.