Formulasi dan Teknologi Sediaan Liquid (1) Aurelia Da Silva S. Fraga, S.Farm., M.Farm., Apt RPS 1. Kontrak perkuliahan 2. Pengantar sediaan liquid - Definisi - Macam- macam sediaan liquid - Evaluasi sediaan liquid SEDIAAN LIQUID Macam- macam sediaan liquid Larutan Sediaan Liquid Suspensi Emulsi Larutan Larutan adalah sediaan cair yang dibuat dengan melarutkan satu jenis obat atau lebih di dalam pelarut, dimaksudkan ke dalam organ tubuh (Formularium Nasional: 322) Solution atau larutan adalah sediaan yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut (FI IV :17) Sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut kecuali dinyatakan lain, sebagai pelarut digunakan air suling (FI III : 32) Kesimpulan: larutan adalah sediaan yang mengandung satu atau lebih obat dalam pelarut ( dengan zat pelarut yang sesuai ) & digunakan sebagai obat dalam ataupun obat luar. Larutan Penggolongan Larutan Cara pemberian (Lar. oral, Lar. Topikal) Sistem pelarut dan zat terlarut (Spirit, Tingtur dan air aromatik) Penggolongan menurut cara pemberiannya a. Larutan oral adalah sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung satu atau lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis, atau pewarna yang larut dalam air atau campuran kosolven – air. Misalnya sirup, elixir. b. Larutan topikal adalah larutan yang biasanya mengandung air, tetapi seringkali mengandung pelarut lain seperti etanol dan poliol untuk penggunaan pada kulit, atau dalam larutan lidokain oral topikal untuk penggunaan pada permukaan mukosa mulut. Misalnya lotio, larutan otik. Penggolongan berdasarkan sistem pelarut dan zat terlarut a. Spirit adalah larutan yang mengandung etanol atau hidroalkohol dari zat mudah menguap umumnya digunakan sebagai bahan pengaroma. b. Tingtur adalah larutan mengandung etanol atau hidroalkohol yang dibuat dari bahan tumbuhan atau senyawa kimia. c. Air aromatik adalah larutan jernih dan jenuh dalam air, dari minyak mudah menguap atau senyawa aromatik, atau bahan mudah menguap lainnya. Macam – macam sediaan Larutan obat 1. Larutan oral - Potiones (obat minum). Potiones atau obat minum adalah larutan yang dimaksudkan untuk pemakaian dalam (per oral). Selain berbentuk larutan, potio dapat juga berbentuk emulsi atau suspense. - Eliksir. Eliksir adalah larutan oral yang mengandung etanol 90% yang berfungsi sebagai kosolven (pelarut) dan untuk mempertinggi kelarutan obat - Sirup. Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain yang berkadar tinggi (sirup simpleks adalah sirup yang hampir jenuh dengan sukrosa). Eliksir Sirup - Netralisasi. Netralisasi adalah obat minum yang dibuat dengan mencampurkan bagian asam dan bagian basa sampai reaksi selesai dan larutan bersifat netral. - Saturatio. Saturatio adalah obat minum yang dibuat dengan mereaksikan asam dengan basa tetapi gas yang terbentuk ditahan dalam wadah sehingga larutan menjadi jenuh dengan gas. - Potio Effervescent. Potio Effervescent adalah saturatio dengan gas CO2 yang lewat jenuh. 2. Larutan untuk mulut - Collutorium (obat cuci mulut). Collutorium adalah larutaan pekat dalam air yang mengandung deodorant, antiseptic, anestetik lokal, dan adstringensia yang digunakan untuk obat cuci mulut. - Gargarisma/gargle (obat kumur). Gargarisma/gargle (obat kumur) adalah sediaan berupa larutan, umumnya dalaam larutan pekat yang harus diencerkan lebih dahulu sebelum digunakan, dimaksudkan untuk digunakan sebagai pencegahan atau pengobatan infeksi tenggorokan atau jalan nafas - Litus oris (obat oles bibir). Litus oris atau obat oles bibir adalah cairan agak kental yang pemakaiannya disapukan pada mulut. - Guttae oris (obat tetes mulut). Guttae oris atau obat tetes mulut adalah obat tetes yang digunakan untuk mulut dengan cara mengencerkan lebih dahulu dengan air untuk dikumur – kumurkan, tidak untuk ditelan (Syamsuni, A. 2006) Obat tetes mulut 3. Larutan untuk telinga - Solutio Otic/Guttae Auriculares. Larutan otik adalah larutan yang mengandung air atau gliserin atau pelarut lain dan bahan pendispersi, untuk penggunaan telinga luar solutio otic guttae auriculares (obat tetes telinga) 4. Larutan untuk hidung - Collunarium (obat cuci hidung). Collunarium adalah larutan yang digunakan untuk obat cuci hidung. Biasanya berupa larutan dalam air yang ditujukan untuk membersihkan rongga hidung. - Guttae nasales/Nose drops (obat tetes hidung). Guttae nasales/Nose drops (obat tetes hidung) adalah obat tetes yang digunakan untuk hidung dengan cara meneteskan obat ke dalam rongga hidung, dapat mengandung zat pensuspensi, pendapar, dan pengawet - Nebula/Inhalationes/Nose spray (obat semprot hidung).Inhalations adalah sediaan yang dimaksudkan untuk disedot melalui hidung atau muulut, atau disemprotkan (nose spray) dalam bentuk kabut ke dalam saluran pernapasan Nasal Spray Collunarium Inhalation Nasal guttae nasales 5. Larutan topikal - Ephitema(obat kompres). Ephitema atau obat kompres adalah cairan yang dipakai untuk mendatangkan rasa dingin pada tempat yang sakit dan panas karena radang atau sifat perbedaan tekanan osmosis yang digunakan untuk mengeringkan luka bernanah. - Lotio. Lotio atau obat gosok adalah sediaan cair berupa suspense atau disperse, digunakan sebagai obat luar (Syamsuni, A. 2006) ephitema Lotio 6. Larutan untuk mata - Collyrium Adalah sediaan berupa larutan steril, jernih, bebas pirogen, isotonis, digunakan untuk membersihkan mata. - Guttae Ophthalmicae (Tetes mata) adalah larutan steril bebas partikel asing merupakan sediaan yang dibuat dan dikemas sedemikian rupa hingga sesuai digunakan pada mata. Tetes mata juga tersedia dalam bentuk suspensi. collyrium (obat cuci mata) guttae ophtalmicae (obat tetes mata) 7. Larutan parenteral: injectiones (injeksi, obat suntik), infus intravena/infundabila, serum dan vaksin 8. Larutan untuk rektal: digunakan melalui anus/rektal seperti clysma/enema 9. Larutan untuk vagina: digunakan melalui vagina seperti douche Douch Enema clysma Injeksi Evaluasi Sediaan Larutan Berikut ini merupakan beberapa evaluasi sediaan cair oral yang tertera dalam FI IV: 1. Evaluasi Kimia a. Penetapan kadar obat dalam sediaan b. Penetapan pH sediaan c. Stabilitas kimia 2. Evaluasi Fisik a. Organoleptik b. Kejernihan larutan (untuk sediaan larutan) c. Penetapan kekentalan d. Volume terpindahkan e. Berat jenis f. Stabilitas fisika 3. Evaluasi Biologi a.Uji batas mikroba b.Uji potensi antibiotik secara mikrobiologi (untuk sediaan antibiotik) c.Uji efektivitas pengawet antimikroba d.Stabilitas biologi Suspensi Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa (Anief, Moh. 2004: 149) Suspensiones (suspensi) adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap. Kekentalan suspensi tidak boleh terlali tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang. (Anonim a. 1979: 32) Kesimpulan: Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut yang terdispersi ke dalam fase cair serta kekentalan suspense tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang. Macam-macam suspensi 1. 2. 3. Suspensi oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat dalam bentuk halus yang terdispersi dalam fase cair dengan bahan pengaroma yang sesuai ditujukan untuk penggunaan oral. Suspensi topikal adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat dalam bentuk halus yang terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan kulit. Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair mengandung partikelpartikel halus yang ditujukan untuk diteteskan pada telinga bagian luar (Syamsuni, A. 2006). Ear suspension Suspensi oral 4. Suspensi ophtalmik adalah sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel sangat halus yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata. 5. Suspensi untuk injeksi terkonstitusi adalah sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa yang sesuai (Syamsuni, A. 2006). Ophtalmic suspension Suspensi injeksi Syarat suspensi 1. Zat terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap. 2. Jika dikocok harus segera terdispersi kembali. 3. Dapat mengandung zat dan bahan menjamin stabilitas suspense. 4. Kekentalan suspensi tidak bolah terlalu tinggi agar mudah dikocok atau sedia dituang Evaluasi Sediaan Suspensi Suspensi kemudian dievaluasi dengan parameter 1. diameter partikel, 2. volume sedimentasi, 3. redispersibilitas dan 4. waktu tuang (Sugihartini, 2018) Emulsi Emulsi adalah suatu dispersi dimana fase terdispersinya terdiri9 dari bulatan-bulatan kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak bercampur. (Ansel, Howard. 2005 : 376 ) Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok. (Anonim a. 1979 : 9 ) Kesimpulan: emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan pembawa yang membentuk butiran-butiran kecil dan distabilkan dengan zat pengemulsi/surfaktan yang cocok. Macam-macam Emulsi Berdasarkan penggunaannya emulsi dibagi menjadi 2 golongan Emulsi Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi sebagai fase internal ataupun eksternal Emulsi untuk pemakaian dalam Emulsi untuk pemakaian luar (topikal) Emulsi tipe O/W / M/A Emulsi tipe W/O / A/M Emulsi oral Injeksi emulsi Emulsi topikal Komponen emulsi Komponen dasar yaitu bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat di dalam emulsi, terdiri atas: 1. Fase dispersi: zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil di dalam zat cair lainnya. 2. Fase pendispersi: zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar (bahan pendukung) emulsi tersebut. 3. Emulgator: bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi. Evaluasi Sediaan Emulsi Emulsi yang diperoleh selanjutnya dievaluasi 1. Penentuan tipe emulsi, 2. distribusi granulometrik, 3. penentuan sifat alir 4. uji stabilitas. (Sugihartini, 2018) Daftar pustaka 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Anonim a. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia:Jakarta. Anonim b. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia:Jakarta. Handbook Of Pharmaceutical Exipient. Syamsuni, A. 2006. Ilmu Resep. Penerbit Buku Kedokteran EGC:Jakarta. Anief, Moh. (2004). Ilmu Meracik Obat, Gadjah Mada University Press: Yogyakarta. Voigt, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Gadjah Mada University Press: Yogyakarta. Ansel, Howard. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. Erlangga: Jakarta. Sugihartini, N. 2018. Pembuatan Dan Evaluasi Sediaan Cair Dan Semi Padat. Ristekdikti TERIMA KASIH