LAPORAN ASUHAN PEMBERIAN MANAJEMEN NYERI NON FARMAKOLOGIKAL PADA NY. SA DENGAN COLIC ABDOMEN DI RUANG BIMA 7.3 RSUD K.R.M.T WONGSONEGORO KOTA SEMARANG Disusun Oleh Nama : Dian Pratama Anggraini NIM : P1337424417029 PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN JURUSAN KEBIDANAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG TAHUN AJARAN 2017/2018 LAPORAN ASUHAN MANAJEMEN NYERI PADA NY. SA DENGAN COLIC ABDOMEN DI RUANG BIMA 7.3 RSUD K.R.M.T WONGSONEGORO KOTA SEMARANG BAB I TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori dari Penyakit Klien 1. Pengertian Nyeri kolik abdomen merupakan nyeri yang dapat terlokalisasi dan dirasakan seperti perasaan tajam. Mekanisme terjadinya nyeri ini adalah karena sumbatan baik parsial ataupun total dari organ tubuh berongga atau organ yang terlibat tersebut dipengaruhi peristaltik. Kolik merupakan nyeri viseralis akibat spasme otot polos organ berongga dan biasanya disebabkkan oleh hambatan pasase organ tersebut (obstruksi usus, batu ureter, batu empedu, peningkatan tekanan intralumen). Nyeri ini timbul karena hipoksia yang dialami oleh jaringan dinding saluran. Karena kontraksi ini berjeda, kolik dirasakan hilang timbul. Fase awal gangguan pendarahan dinding usus juga berupa nyeri kolik (Murnijal 2015). Nyeri abdomen dapat berasal dari dalam organ abdomen termasuk nyeri verbal dan dari lapisan dinding perut (nyeri somatik). Lokasi nyeri abdomen bisa mengarah pada penyebab nyeri, walaupun sebagian nyeri yang dirasakan merupakan perjalanan dari tempat lain (Barbara, 2011). Definisi lainnya menjelaskan nyeri abdomen adalah suatu kegawatan abdomen dapat terjadi karena masalah bedah dan non bedah. Secara defenisi pasien dengan akut abdomen datang dengan keluhan nyeri abdomen yang terjadi tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 24 jam pada beberapa pasien dengan abdomen perlu dilakukan resusitasi dan tindakan segera maka pasien dengan nyeri abdomen yang berlangsung harus ditangani segera (Daldiyono, Fahrial 2009). 2 Identifikasi awal yang penting adalah apakah kasus yang dihadapi ini suatu kasus bedah atau non bedah, jika kasus bedah maka tindakan operasi harus segera dilakukan. 2. Penyebab a. Mekanis 1) Adhesi/perlengketan pascabedah (90% dari obstruksi mekanik). 2) Karsinoma. 3) Volvulus. 4) Intususepsi. 5) Obstipasi. 6) Polip. 7) Striktur b. Fungsional (non mekanik) 1) Ileus paralitik. 2) Lesi medula spinalis. 3) Enteritis regional. 4) Ketidakseimbangan elektrolit 5) Uremia 3. Tanda dan Gejala 1) Mekanika sederhana – usus halus atas Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi, muntah empedu awal, peningkatan bising usus (bunyi gemerincing bernada tinggi terdengar pada interval singkat), nyeri tekan difus minimal. 2) Mekanika sederhana – usus halus bawah Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat,muntah – sedikit atau tidak ada – kemudian mempunyai ampas, bising usus dan bunyi “hush” meningkat, nyeri tekan difus minimal. 3) Mekanika sederhana – kolon Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir, kemudian terjadi muntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri tekan difus minimal. 4) Obstruksi mekanik parsial Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn. Gejalanya kram nyeri abdomen, distensi ringan dan diare. 3 5) StrangulasI Gejala berkembang dengan cepat; nyeri parah, terus menerus dan terlokalisir; distensi sedang; muntah persisten; biasanya bising usus menurun dn nyeri tekan terlokalisir hebat. Feses atau vomitus menjadi berwarna gelap atau berdarah atau mengandung darah samar 4. Mekanisme Penyakit 5. Diagnosis 1) Nyeri akut/kronis. 2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. 3) Ansietas. Untuk mendiagnosa penyakit kolik abdomen dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan radiologi yang di dalamnya terdapat aspirasi abses abdomen dan terapi antibiotik. B. Tinjauan Teori Prioritas Kebutuhan Dasar Klien 1. Pengertian manajemen nyeri 4 Managemen nyeri atau pain management adalah salah satu bagian dari disiplin ilmu medis yang berkaitan dengan upaya-upaya menghilangkan nyeri atau pain relief. Management nyeri ini menggunakan pendekatan multidisiplin yang didalamnya termasuk pendekatan farmakologikal (termasuk pain modifiers), non farmakologikal dan psikologikal. managemen nyeri non farmakologikal merupakan upayaupaya mengatasi atau menghilangkan nyeri dengan menggunakan pendekatan non farmakologi. Upaya-upaya tersebut antara lain relaksasi, distraksi, massage, guided imaginary dan lain sebagainya. 2. Macam-macam manajemen nyeri non farmakologikal 1) Distraksi Teknik distraksi adalah teknik yang dilakukan untuk mengalihkan perhatian klien dari nyeri. Teknik distraksi yang dapat dilakukan adalah: a. Melakukan hal yang sangat disukai, seperti membaca buku, melukis, menggambar dan sebagainya, dengan tidak meningkatkan stimuli pada bagian tubuh yang dirasa nyeri. b. Melakukan kompres hangat pada bagian tubuh yang dirasakan nyeri. c. Bernapas lembut dan berirama secara teratur. d. Menyanyi berirama dan menghitung ketukannya. 2) Therapy musik Therapy musik adalah proses interpersonal yang digunakan untuk mempengaruhi keadaan fisik, emosional, mental, estetik dan spiritual, untuk membantu klien meningkatkan atau mempertahankan kesehatannya. Therapy musik digunakan oleh individu dari bermacam rentang usia dan dengan beragam kondisi; gangguan kejiwaan, masalah kesehatan, kecacatan fisik, kerusakan sensorik, gangguan perkembangan, penyalahgunaan zat, masalah interpersonal dan penuaan. Therapy ini juga digunakan untuk mendukung proses pembelajaran, membangun rasa percaya diri, mengurangi stress, mendukung latihan fisik dan memfasilitasi berbagai macam aktivitas yang berkaitan dengan kesehatan. 5 3) Massage atau pijatan Merupakan manipulasi yang dilakukan pada jaringan lunak yang bertujuan untuk mengatasi masalah fisik, fungsional atau terkadang psikologi. Pijatan dilakukan dengan penekanan terhadap jaringan lunak baik secara terstruktur ataupun tidak, gerakan-gerakan atau getaran, dilakukan menggunakan bantuan media ataupun tidak. Beberapa teknik massage yang dapat dilakukan untuk distraksi adalah sebagai berikut : a. Remasan Mengusap secara bersamaan. b. Selang-seling tangan Memijat dengan tekanan pendek, cepat dan bergantian tangan. c. Gesekan Memijat dengan ibu jari, gerakannya memutar. d. Eflurasi Memijat dengan kedua tangan, tekanan lebih halus dengan gerakan ke atas. e. Petriasi Menekan secara horizontal. Pindah tangan anda dengan arah yang berlawanan, menggunakan gerakan meremas. f. Tekanan menyikat Secara halus, menekan dengan ujung-ujung jari untuk mengakhiri pijatan. 4) Guided Imaginary Yaitu upaya yang dilakukan untuk mengalihkan persepsi rasa nyeri dengan mendorong pasien untuk mengkhayal dengan bimbingan. Tekniknya sebagai berikut : 1) Atur posisi yang nyaman pada klien. 2) Dengan suara yang lembut, mintakan klien untuk memikirkan hal-hal yang menyenangkan atau pengalaman yang membantu penggunaan semua indra. 3) Mintakan klien untuk tetap berfokus pada menyenangkan sambil merelaksasikan tubuhnya. 6 bayangan yang 4) Bila klien tampak relaks, perawat tidak perlu bicara lagi. 5) Jika klien menunjukkan tanda-tanda agitasi, gelisah, atau tidak nyaman, perawat harus menghentikan latihan dan memulainya lagi ketika klien siap. 5) Relaksasi Teknik relaksasi terutama efektif untuk nyeri kronik dan memberikan beberapa keuntungan, antara lain : Relaksasi akan menurunkan ansietas yang berhubungan dengan nyeri atau stres. Menurunkan nyeri. Menolong individu untuk melupakan nyeri. Meningkatkan periode istirahat dan tidur. Meningkatkan keefektifan terapi nyeri lain. Menurunkan perasaan tak berdaya dan depresi yang timbul akibat nyeri. Stewart (1976: 959), menganjurkan beberapa teknik relaksasi antara lain sebagai berikut : Klien menarik nafas dalam dan menahannya di dalam paru. Secara perlahan-lahan keluarkan udara dan rasakan tubuh menjadi kendor dan rasakan betapa nyaman hal tersebut. Klien bernafas dengan irama normal dalam beberapa waktu. Klien mengambil nafas dalam kembali dan keluarkan secara perlahan lahan, pada saat ini biarkan telapak kaki relaks. Perawat minta kepada klien untuk mengkonsentrasikan pikiran pada kakinya yang terasa ringan dan hangat. Ulangi langkah diatas dan konsentrasikan pikiran pada lengan, perut, punggung dan kelompok otot-otot yang lain. Setelah klien merasa relaks, klien dianjurkan bernafas secara perlahan. Bila nyeri menjadi hebat klien dapat bernafas secara dangkal dan cepat. 7 6) Akupuntur Akupuntur adalah tehnik pengobatan tradisional yang berasal dari Cina untuk memblok chi dengan menggunakan jarum dan menusukkannya ke titik-titik tubuh tertentu yang bertujuan untuk menciptakan keseimbangan yin dan yang. 3. Intensitas nyeri dalam melakukan pemberian manajemen nyeri non farmakologikal Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda oleh dua orang yang berbeda. Menurut smeltzer, S.C bare B.G (2002) adalah sebagai berikut : 1) Skala intensitas nyeri deskritif. 2) Skala identitas nyeri numeric. 3) Skala analog visual. 4) Skala nyeri menurut bourbanis. Keterangan : 0 : Tidak nyeri 1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik. 4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik. 7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi. 10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul. 8 4. Wong-Baker FACES Pain Rating Scale Skala nyeri yang satu ini tergolong mudah untuk dilakukan karena hanya dengan melihat ekspresi wajah pasien pada saat bertatap muka tanpa kita menanyakan keluhannya. Berikut skala nyeri yang kita nilai berdasarkan ekspresi wajah: Penilaian Skala nyeri dari kiri ke kanan: Wajah Pertama : Sangat senang karena ia tidak merasa sakit sama sekali. Wajah Kedua : Sakit hanya sedikit. Wajah ketiga : Sedikit lebih sakit. Wajah Keempat : Jauh lebih sakit. Wajah Kelima : Jauh lebih sakit sekali. Wajah Keenam : Sangat sakit luar biasa sampai-sampai menangis. Penilaian skala nyeri ini dianjurkan untuk usia 3 tahun ke atas. Skala Nyeri 0-10 (Comparative Pain Scale) 0 = Tidak ada rasa sakit. Merasa normal. 1 = nyeri hampir tak terasa (sangat ringan). Sangat ringan, seperti gigitan nyamuk. 2 = (tidak menyenangkan) = nyeri ringan, seperti cubitan ringan pada kulit. 3 = (bisa ditoleransi) = nyeri Sangat terasa, seperti pukulan ke hidung menyebabkan hidung berdarah, atau suntikan oleh dokter. 4 = (menyedihkan) = Kuat, nyeri yang dalam, seperti sakit gigi atau rasa sakit dari sengatan lebah. 5 = (sangat menyedihkan) = Kuat, dalam, nyeri yang menusuk, seperti pergelangan kaki terkilir. 9 6 = (intens) = Kuat, dalam, nyeri yang menusuk begitu kuat sehingga tampaknya sebagian mempengaruhi sebagian indra Anda, menyebabkan tidak fokus, komunikasi terganggu. 7 = (sangat intens) = Sama seperti 6 kecuali bahwa rasa sakit benarbenar mendominasi indra Anda menyebabkan tidak dapat berkomunikasi dengan baik dan tak mampu melakukan perawatan diri. 8 = (benar-benar mengerikan) = Nyeri begitu kuat sehingga Anda tidak lagi dapat berpikir jernih, dan sering mengalami perubahan kepribadian yang parah jika sakit datang dan berlangsung lama. 9 = (menyiksa tak tertahankan) = Nyeri begitu kuat sehingga Anda tidak bisa mentolerirnya dan sampai-sampai menuntut untuk segera menghilangkan rasa sakit apapun caranya, tidak peduli apa efek samping atau risikonya. 10 = (sakit tak terbayangkan tak dapat diungkapkan) = Nyeri begitu kuat tak sadarkan diri. Kebanyakan orang tidak pernah mengalami sakala rasa sakit ini. Karena sudah keburu pingsan seperti mengalami kecelakaan parah, tangan hancur, dan kesadaran akan hilang sebagai akibat dari rasa sakit yang luar biasa parah. Pengelompokan: Skala nyeri 1-3 berarti Nyeri Ringan (masih bisa ditahan, aktifitas tak terganggu). Skala nyeri 4-6 berarti Nyeri Sedang (menganggu aktifitas fisik). Skala nyeri 7-10 berarti Nyeri Berat (tidak dapat melakukan aktifitas secara mandiri) Jika kedua skala nyeri di atas digabungkan maka akan menjadi seperti ini: 10 5. Komponen-komponen nyeri Untuk memudahkan memahami fisiologi nyeri, maka perlu mempelajari 3 (tiga) komponen fisiologis berikut ini: Resepsi : proses perjalanan nyeri. Persepsi : kesadaran seseorang terhadap nyeri. Reaksi : respon fisiologis & perilaku setelah mempersepsikan nyeri. 6. Teori Pengontrolan Nyeri (Gate Control Theory) Teori gate control dari Melzack dan Wall (1965) mengusulkan bahwa impuls nyeri dapat diatur atau dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat. Teori ini mengatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat sebuah pertahanan tertutup. Upaya menutup pertahanan tersebut merupakan dasar teori menghilangkan nyeri. Gate control theory : Menjelaskan tentang transmisi nyeri. Transmisi impuls nyeri dapat dikendalikan dengan pintu gerbang (gate mekanism) dimana saat terbuka impuls dapat transmisi. Tetapi bila sebagian / seluruhnya tertutup, transmisi dihambat sebagian / seluruhnya. 7. Hal-hal yang perlu dikaji dalam pemberian manajemen nyeri non farmakologikal 1) Ekspresi klien terhadap nyeri Banyak klien tidak melaporkan/mendiskusikan kondisi ketidaknyamanan. Untuk itulah perawat harus mempelajari cara verbal dan nonverbal klien dalam mengkomunikasikan rasa ketidaknyamanan. Klien yang tidak mampu berkomunikasi efektif seringkali membutuhkan perhatian khusus ketika pengkajian. 2) Klasifikasi pengalaman nyeri Perawat mengkaji apakah nyeri yang dirasakan klien akut atau kronik. Apabila akut, maka dibutuhkan pengkajian yang rinci tentang karakteristik nyeri dan apabila nyeri bersifat kronik, maka perawat menentukan apakah nyeri berlangsung intermiten, persisten atau terbatas. 11 3) Karakteristik nyeri 1) Onset dan durasi Perawat mengkaji sudah berapa lama nyeri dirasakan, seberapa sering nyeri kambuh, dan apakah munculnya nyeri itu pada waktu yang sama 2) Lokasi Perawat meminta klien untuk menunjukkan dimana nyeri terasa, menetap atau terasa pada menyebar. 3) Keparahan Perawat meminta klien menggambarkan seberapa parah nyeri yang dirasakan. Untuk memperoleh data ini perawt bias menggunakan alatbantu, skala ukur. Klien ditunjukkan skala ukur, kemudian disuruh memilih yang sesuai dengan kondisinya saat ini yang mana. Skala ukur bis berupa skala numerik, deskriptif, analog visual. Untuk anak-anak skala yangdigunakan adalah skala oucher yang dikembangkan oleh Beyer dan skala wajah yang dikembangkan oleh Wong & Baker. Pada skala oucher terdiri dari skala dengan nilai 0-100 pada sisi sebelah kiri untuk anak-anak yang lebih besar dan skala fotografik enam gambar pada sisi kanan untuk anak yang lebih kecil. Foto wajah seorang anak dengan peningkatan rasa ketidaknyamanan dirancang sebagai petunjuk untuk memberi anak-anak pengertian sehingga dapat memahami makna dan keparahan nyeri. Anak bisa diminta untuk mendiskripsikan nyeri yang dirasakan dengan memilih gambar yang ada. Skala wajah terdiri dari enam wajah dengan profil kartun yang menggambarkan wajah dari wajah yang sedang tersenyum (tidak merasa nyeri), kemudian secara bertahap meningkat sampai wajah yang sangat ketakutan (nyeri yang sangat). 8. Tindakan keperawatan untuk pemberian manajemen nyeri non farmakologikal A. Relaksasi 1. Alat dan bahan 1) 2. Tujuan Mengurangi nyeri dan memberikan rasa nyaman. 12 3. Persiapan 1) Melakukan verifikasi data sebelumnya. 2) Mencuci tangan. 3) Mengucapkan salam. 4) Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada pasien atau keluarga. 5) Validasi kondisi pasien. 6) Menanyakan kesiapam pasien sebelum tindakan dilakukan. 7) Menjaga privasi pasien. 4. Cara kerja dan rasionalisasi Cara kerja : 1) Memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya bila ada sesuatu yang kurang jelas. 2) Mengatur posisi pasien agar rileks. 3) Memberikan instruksi kepada pasien untuk tarik nafas dalam. 4) Menginstruksikan pasien dengan cara perlahan dan menghembuskan udara dan membiarkannya keluar dari setiap anggota tubuh pada saat bersamaan meminta pasien untuk memusatkan perhatiannya pada sesuatu hal yang indah dan merasakan betapa nikmat rasanya. 5) Menginstruksikan pasien untuk membuat nafas irama normal beberapa saat. 6) Mengulangi langkah 4-5 sebanyak sesuai kebutuhan pasien. 7) Menginstruksikan kepada pasien untuk melakukan langkah 4-5 apabila mersakan rasa nyeri kembali. 8) Setelah pasien tenang, mengatur posisi pasien agar rileks kembali. 9) Melakukan evaluasi tindakan. 10) Berpamitan dengan pasien. 11) Mencuci tangan. 12) Mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan. 13 Rasionalisasi : tindakan yang sesuai cara kerja dalam pemberian manajemen nyeri non farmakologikal relaksasi ini untuk mengurangi rasa sakit yang ditimbulkan oleh nyeri, memberikan ketenangan, perasaan rileks dan rasa nyaman kepada pasien. 5. Pembahasan Dalam melakukan praktik tindakan keperawatan pemberian manajemen nyeri non farmakologikal relaksasi terhadap pasien tidak ada kesenjangan antara praktik dengan teori. Secara keseluruhan, semua langkah-langkahnya telah sesuai dengan teori pemberian manajemen nyeri non farmakologikal relaksasi. B. Massage 1. Alat dan bahan 1) Minyak untuk massage. 2. Tujuan Meningkatkan sirkulasi pada daerah yang di massage. Meningkatkan relaksasi. 3. Persiapan 1) Melakukan verifikasi data sebelumnya. 2) Mencuci tangan. 3) Mengucapkan salam. 4) Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada pasien atau keluarga. 5) Validasi kondisi pasien. 6) Menanyakan kesiapam pasien sebelum tindakan dilakukan. 7) Menjaga privasi pasien. 4. Cara kerja dan rasionalisasi Cara kerja : 1) Memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya bila ada sesuatu yang kurang jelas. 2) Mengatur posisi pasien agar rileks. 3) Melakukan massage pada daerah yang dirasakan nyeri selama 5-10 menit. 14 4) Melakukan massage dengan menggunakan telapak tangan dan jari dengan tekanan halus. 5) Melakuan beberapa teknik massage pada area yang nyeri seperti : a. Remasan Mengusap secara bersamaan. b. Selang-seling tangan Memijat dengan tekanan pendek, cepat dan bergantian tangan. c. Gesekan Memijat dengan ibu jari, gerakannya memutar. d. Eflurasi Memijat dengan kedua tangan, tekanan lebih halus dengan gerakan ke atas. e. Petriasi Menekan secara horizontal. Pindah tangan anda dengan arah yang berlawanan, menggunakan gerakan meremas. f. Tekanan menyikat Secara halus, menekan dengan ujung-ujung jari untuk mengakhiri pijatan. 6) Mengulangi langkah 3-5 sebanyak sesuai kebutuhan pasien. 7) Menginstruksikan kepada pasien untuk melakukan langkah 3-5 apabila mersakan rasa nyeri kembali. 8) Setelah pasien merasa nyaman dan tenang, mengatur posisi pasien agar rileks kembali. 9) Melakukan evaluasi tindakan. 10) Berpamitan dengan pasien. 11) Mencuci tangan. 12) Mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan. Rasionalisasi : tindakan yang sesuai cara kerja dalam pemberian manajemen nyeri non farmakologikal massage ini untuk memperlancar sirkulasi darah, mengurangi rasa sakit yang ditimbulkan oleh nyeri, memberikan ketenangan, perasaan rileks dan rasa nyaman kepada pasien. 15 5. Pembahasan Dalam melakukan praktik tindakan keperawatan pemberian manajemen nyeri non farmakologikal massage terhadap pasien tidak ada kesenjangan antara praktik dengan teori. Secara keseluruhan, semua langkah-langkahnya telah sesuai dengan teori pemberian manajemen nyeri non farmakologikal massage, namun untuk bahan yang dibutuhkan yaitu minyak diperoleh dari pasien sendiri dikarenakan pihak Rumah Sakit belum menyediakan bahan minyak untuk terapi massage. 16 REFRENSI http://doktersehat.com/diagnosis-dan-penatalaksanaan-kolik-abdomen/ https://www.scribd.com/doc/53520624/Kolik-Abdomen-Emergency https://mediskus.com/penyakit/menilai-skala-nyeri https://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk/article/viewFile/148/113 https://nanopdf.com/download/5306_pdf Baresford, Larry.1998. A piece of pain Relief. Chicago.Hospital and Health Network. Hilton. A.P.2004.Fundamental Nursing Skills. USA: Whurr Publisher Ltd Khalsa,Singh M.D., Cameron Stauth.2004. A Journey down the Pain Pathway ; The Pain Cure : The Proven Medical Program that Helps End Your Chronic Pain. Kozier,et.al.2004. Fundamentals of nursing ; concepts, process and practice Seventh edition. United States: Pearson Prentice Hall Parrott T.2002. Pain Management in Primary-Care Medical Practice. In: Tollison CD, Satterthwaithe JR, Tollison JW, eds. Practical Pain Management. 3rd ed. Philadelphia, PA: Lippincott Williams & Wilkins Potter, P.A & Perry, A.G.(1993). Fundamental of Nursing Concepts, Process and Practice. Third edition. St.Louis: Mosby Year Book Taylor, Lilis & LeMone.(1993). Fundamental of Nursing; the art and science of nursing care. Third edition. Philadelphia: Lippincot-Raven Publication http://www.galeripustaka.com/2013/03/manajemen-nyeri.html 17