Uploaded by User61278

LAPORAN KASUS MINGGU II DIAN

advertisement
LAPORAN ASUHAN PEMBERIAN MANAJEMEN NYERI NON
FARMAKOLOGIKAL PADA NY. SA
DENGAN COLIC ABDOMEN DI RUANG BIMA 7.3
RSUD K.R.M.T WONGSONEGORO KOTA SEMARANG
Disusun Oleh
Nama
: Dian Pratama Anggraini
NIM
: P1337424417029
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
JURUSAN KEBIDANAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG
TAHUN AJARAN 2017/2018
LAPORAN ASUHAN MANAJEMEN NYERI PADA NY. SA
DENGAN COLIC ABDOMEN DI RUANG BIMA 7.3
RSUD K.R.M.T WONGSONEGORO KOTA SEMARANG
BAB I
TINJAUAN TEORI
A. Tinjauan Teori dari Penyakit Klien
1. Pengertian
Nyeri kolik abdomen merupakan nyeri yang dapat terlokalisasi dan dirasakan
seperti perasaan tajam. Mekanisme terjadinya nyeri ini adalah karena
sumbatan baik parsial ataupun total dari organ tubuh berongga atau organ yang
terlibat tersebut dipengaruhi peristaltik.
Kolik merupakan nyeri viseralis akibat spasme otot polos organ berongga
dan biasanya disebabkkan oleh hambatan pasase organ tersebut (obstruksi usus,
batu ureter, batu empedu, peningkatan tekanan intralumen). Nyeri ini timbul
karena hipoksia yang dialami oleh jaringan dinding saluran. Karena kontraksi
ini berjeda, kolik dirasakan hilang timbul. Fase awal gangguan pendarahan
dinding usus juga berupa nyeri kolik (Murnijal 2015).
Nyeri abdomen dapat berasal dari dalam organ abdomen termasuk nyeri verbal
dan dari lapisan
dinding perut (nyeri somatik). Lokasi nyeri abdomen bisa
mengarah pada penyebab nyeri, walaupun sebagian nyeri yang dirasakan
merupakan perjalanan dari tempat lain (Barbara, 2011).
Definisi lainnya menjelaskan nyeri abdomen adalah suatu kegawatan abdomen
dapat terjadi karena masalah bedah dan non bedah. Secara defenisi pasien dengan
akut abdomen datang dengan keluhan nyeri abdomen yang terjadi tiba-tiba dan
berlangsung kurang dari 24 jam pada beberapa pasien dengan abdomen perlu
dilakukan resusitasi dan tindakan segera maka pasien dengan nyeri abdomen yang
berlangsung harus ditangani segera (Daldiyono, Fahrial 2009).
2
Identifikasi awal yang penting adalah apakah kasus yang dihadapi ini suatu
kasus bedah atau non bedah, jika kasus bedah maka tindakan operasi harus segera
dilakukan.
2. Penyebab
a. Mekanis
1) Adhesi/perlengketan pascabedah (90% dari obstruksi mekanik).
2) Karsinoma.
3) Volvulus.
4) Intususepsi.
5) Obstipasi.
6) Polip.
7) Striktur
b. Fungsional (non mekanik)
1) Ileus paralitik.
2) Lesi medula spinalis.
3) Enteritis regional.
4) Ketidakseimbangan elektrolit
5) Uremia
3. Tanda dan Gejala
1) Mekanika sederhana – usus halus atas
Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi,
muntah empedu awal, peningkatan bising usus (bunyi gemerincing
bernada tinggi terdengar pada interval singkat), nyeri tekan difus minimal.
2) Mekanika sederhana – usus halus bawah
Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat,muntah – sedikit
atau tidak ada – kemudian mempunyai ampas, bising usus dan bunyi
“hush” meningkat, nyeri tekan difus minimal.
3) Mekanika sederhana – kolon
Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir,
kemudian terjadi muntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri tekan
difus minimal.
4) Obstruksi mekanik parsial
Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn.
Gejalanya kram nyeri abdomen, distensi ringan dan diare.
3
5) StrangulasI
Gejala berkembang dengan cepat; nyeri parah, terus menerus dan
terlokalisir; distensi sedang; muntah persisten; biasanya bising usus
menurun dn nyeri tekan terlokalisir hebat. Feses atau vomitus menjadi
berwarna gelap atau berdarah atau mengandung darah samar
4. Mekanisme Penyakit
5. Diagnosis
1) Nyeri akut/kronis.
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
3) Ansietas.
Untuk mendiagnosa penyakit kolik abdomen dapat dilakukan dengan cara
pemeriksaan radiologi yang di dalamnya terdapat aspirasi abses abdomen dan
terapi antibiotik.
B. Tinjauan Teori Prioritas Kebutuhan Dasar Klien
1. Pengertian manajemen nyeri
4
Managemen nyeri atau pain management adalah salah satu bagian dari
disiplin ilmu medis yang berkaitan dengan upaya-upaya menghilangkan nyeri
atau pain relief.
Management nyeri ini menggunakan pendekatan multidisiplin yang
didalamnya termasuk pendekatan farmakologikal (termasuk pain modifiers),
non farmakologikal dan psikologikal. managemen nyeri non farmakologikal
merupakan upayaupaya mengatasi atau menghilangkan nyeri dengan
menggunakan pendekatan non farmakologi. Upaya-upaya tersebut antara lain
relaksasi, distraksi, massage, guided imaginary dan lain sebagainya.
2. Macam-macam manajemen nyeri non farmakologikal
1) Distraksi
Teknik distraksi adalah teknik yang dilakukan untuk mengalihkan
perhatian klien dari nyeri.
Teknik distraksi yang dapat dilakukan adalah:
a. Melakukan hal yang sangat disukai, seperti membaca buku,
melukis,
menggambar
dan
sebagainya,
dengan
tidak
meningkatkan stimuli pada bagian tubuh yang dirasa nyeri.
b. Melakukan kompres hangat pada bagian tubuh yang dirasakan
nyeri.
c. Bernapas lembut dan berirama secara teratur.
d. Menyanyi berirama dan menghitung ketukannya.
2) Therapy musik
Therapy musik adalah proses interpersonal yang digunakan untuk
mempengaruhi keadaan fisik, emosional, mental, estetik dan spiritual,
untuk membantu klien meningkatkan atau mempertahankan kesehatannya.
Therapy musik digunakan oleh individu dari bermacam rentang usia
dan dengan beragam kondisi; gangguan kejiwaan, masalah kesehatan,
kecacatan
fisik,
kerusakan
sensorik,
gangguan
perkembangan,
penyalahgunaan zat, masalah interpersonal dan penuaan. Therapy ini juga
digunakan untuk mendukung proses pembelajaran, membangun rasa
percaya diri, mengurangi stress, mendukung latihan fisik dan memfasilitasi
berbagai macam aktivitas yang berkaitan dengan kesehatan.
5
3) Massage atau pijatan
Merupakan manipulasi yang dilakukan pada jaringan lunak yang
bertujuan untuk mengatasi masalah fisik, fungsional atau terkadang
psikologi.
Pijatan dilakukan dengan penekanan terhadap jaringan lunak baik
secara terstruktur ataupun tidak, gerakan-gerakan atau getaran, dilakukan
menggunakan bantuan media ataupun tidak.
Beberapa teknik massage yang dapat dilakukan untuk distraksi adalah
sebagai berikut :
a. Remasan
 Mengusap secara bersamaan.
b. Selang-seling tangan
 Memijat dengan tekanan pendek, cepat dan bergantian tangan.
c. Gesekan
 Memijat dengan ibu jari, gerakannya memutar.
d. Eflurasi
 Memijat dengan kedua tangan, tekanan lebih halus dengan
gerakan ke atas.
e. Petriasi
 Menekan secara horizontal. Pindah tangan anda dengan arah
yang berlawanan, menggunakan gerakan meremas.
f. Tekanan menyikat
 Secara halus, menekan dengan ujung-ujung jari untuk
mengakhiri pijatan.
4) Guided Imaginary
Yaitu upaya yang dilakukan untuk mengalihkan persepsi rasa
nyeri dengan mendorong pasien untuk mengkhayal dengan bimbingan.
Tekniknya sebagai berikut :
1) Atur posisi yang nyaman pada klien.
2) Dengan suara yang lembut, mintakan klien untuk memikirkan hal-hal
yang menyenangkan atau pengalaman yang membantu penggunaan
semua indra.
3) Mintakan
klien
untuk
tetap
berfokus
pada
menyenangkan sambil merelaksasikan tubuhnya.
6
bayangan
yang
4) Bila klien tampak relaks, perawat tidak perlu bicara lagi.
5) Jika klien menunjukkan tanda-tanda agitasi, gelisah, atau tidak
nyaman, perawat harus menghentikan latihan dan memulainya lagi
ketika klien siap.
5) Relaksasi
Teknik relaksasi terutama efektif untuk nyeri kronik dan memberikan
beberapa keuntungan, antara lain :

Relaksasi akan menurunkan ansietas yang berhubungan dengan
nyeri atau stres.

Menurunkan nyeri.

Menolong individu untuk melupakan nyeri.

Meningkatkan periode istirahat dan tidur.

Meningkatkan keefektifan terapi nyeri lain.

Menurunkan perasaan tak berdaya dan depresi yang timbul akibat
nyeri.
Stewart (1976: 959), menganjurkan beberapa teknik relaksasi antara
lain sebagai berikut :

Klien menarik nafas dalam dan menahannya di dalam paru.

Secara perlahan-lahan keluarkan udara dan rasakan tubuh menjadi
kendor dan rasakan betapa nyaman hal tersebut.

Klien bernafas dengan irama normal dalam beberapa waktu.

Klien mengambil nafas dalam kembali dan keluarkan secara perlahan lahan, pada saat ini biarkan telapak kaki relaks. Perawat minta kepada
klien untuk mengkonsentrasikan pikiran pada kakinya yang terasa
ringan dan hangat.

Ulangi langkah diatas dan konsentrasikan pikiran pada lengan, perut,
punggung dan kelompok otot-otot yang lain.

Setelah klien merasa relaks, klien dianjurkan bernafas secara perlahan.
Bila nyeri menjadi hebat klien dapat bernafas secara dangkal dan
cepat.
7
6) Akupuntur
Akupuntur adalah tehnik pengobatan tradisional yang berasal dari Cina
untuk memblok chi dengan menggunakan jarum dan menusukkannya ke
titik-titik
tubuh
tertentu
yang
bertujuan
untuk
menciptakan
keseimbangan yin dan yang.
3. Intensitas nyeri dalam melakukan pemberian manajemen nyeri non
farmakologikal
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri
dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan
individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan
sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda oleh dua orang yang berbeda.
Menurut smeltzer, S.C bare B.G (2002) adalah sebagai berikut :
1) Skala intensitas nyeri deskritif.
2) Skala identitas nyeri numeric.
3) Skala analog visual.
4) Skala nyeri menurut bourbanis.
Keterangan :
0
: Tidak nyeri
1-3
: Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan
baik.
4-6
: Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti
perintah dengan baik.
7-9
: Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti
perintah
tapi
masih
respon
terhadap
tindakan,
dapat
menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak
dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi.
10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi,
memukul.
8
4. Wong-Baker FACES Pain Rating Scale
Skala nyeri yang satu ini tergolong mudah untuk dilakukan karena
hanya dengan melihat ekspresi wajah pasien pada saat bertatap muka tanpa
kita menanyakan keluhannya. Berikut skala nyeri yang kita nilai berdasarkan
ekspresi

wajah:
Penilaian
Skala
nyeri
dari
kiri
ke
kanan:
Wajah Pertama : Sangat senang karena ia tidak merasa sakit sama
sekali.

Wajah Kedua : Sakit hanya sedikit.

Wajah ketiga : Sedikit lebih sakit.

Wajah Keempat : Jauh lebih sakit.

Wajah Kelima : Jauh lebih sakit sekali.

Wajah Keenam : Sangat sakit luar biasa sampai-sampai menangis.
Penilaian skala nyeri ini dianjurkan untuk usia 3 tahun ke atas.
Skala Nyeri 0-10 (Comparative Pain Scale)
0
= Tidak ada rasa sakit. Merasa normal.
1
= nyeri hampir tak terasa (sangat ringan). Sangat ringan, seperti gigitan
nyamuk.
2
= (tidak menyenangkan) = nyeri ringan, seperti cubitan ringan pada
kulit.
3
= (bisa ditoleransi) = nyeri Sangat terasa, seperti pukulan ke hidung
menyebabkan hidung berdarah, atau suntikan oleh dokter.
4
= (menyedihkan) = Kuat, nyeri yang dalam, seperti sakit gigi atau rasa
sakit dari sengatan lebah.
5
= (sangat menyedihkan) = Kuat, dalam, nyeri yang menusuk, seperti
pergelangan kaki terkilir.
9
6
= (intens) = Kuat, dalam, nyeri yang menusuk begitu kuat sehingga
tampaknya
sebagian
mempengaruhi
sebagian
indra
Anda,
menyebabkan tidak fokus, komunikasi terganggu.
7
= (sangat intens) = Sama seperti 6 kecuali bahwa rasa sakit benarbenar
mendominasi
indra
Anda
menyebabkan
tidak
dapat
berkomunikasi dengan baik dan tak mampu melakukan perawatan diri.
8
= (benar-benar mengerikan) = Nyeri begitu kuat sehingga Anda tidak
lagi dapat berpikir jernih, dan sering mengalami perubahan
kepribadian yang parah jika sakit datang dan berlangsung lama.
9
= (menyiksa tak tertahankan) = Nyeri begitu kuat sehingga Anda tidak
bisa mentolerirnya dan sampai-sampai menuntut untuk segera
menghilangkan rasa sakit apapun caranya, tidak peduli apa efek
samping atau risikonya.
10 = (sakit tak terbayangkan tak dapat diungkapkan) = Nyeri begitu kuat
tak sadarkan diri. Kebanyakan orang tidak pernah mengalami sakala
rasa sakit ini. Karena sudah keburu pingsan seperti mengalami
kecelakaan parah, tangan hancur, dan kesadaran akan hilang sebagai
akibat dari rasa sakit yang luar biasa parah.
Pengelompokan:

Skala nyeri 1-3 berarti Nyeri Ringan (masih bisa ditahan, aktifitas
tak terganggu).

Skala nyeri 4-6 berarti Nyeri Sedang (menganggu aktifitas fisik).

Skala nyeri 7-10 berarti Nyeri Berat (tidak dapat melakukan
aktifitas secara mandiri) Jika kedua skala nyeri di atas digabungkan
maka akan menjadi seperti ini:
10
5. Komponen-komponen nyeri
Untuk
memudahkan
memahami
fisiologi
nyeri,
maka
perlu
mempelajari 3 (tiga) komponen fisiologis berikut ini:

Resepsi
: proses perjalanan nyeri.

Persepsi
: kesadaran seseorang terhadap nyeri.

Reaksi
: respon fisiologis & perilaku setelah mempersepsikan nyeri.
6. Teori Pengontrolan Nyeri (Gate Control Theory)
Teori gate control dari Melzack dan Wall (1965) mengusulkan bahwa
impuls nyeri dapat diatur atau dihambat oleh mekanisme pertahanan di
sepanjang sistem saraf pusat. Teori ini mengatakan bahwa impuls nyeri
dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat sebuah
pertahanan tertutup. Upaya menutup pertahanan tersebut merupakan dasar
teori menghilangkan nyeri.
Gate control theory :

Menjelaskan tentang transmisi nyeri.

Transmisi impuls nyeri dapat dikendalikan dengan pintu gerbang
(gate mekanism) dimana saat terbuka impuls dapat transmisi.

Tetapi bila sebagian / seluruhnya tertutup, transmisi dihambat
sebagian / seluruhnya.
7. Hal-hal
yang perlu dikaji dalam pemberian manajemen nyeri non
farmakologikal
1) Ekspresi klien terhadap nyeri
Banyak
klien
tidak
melaporkan/mendiskusikan
kondisi
ketidaknyamanan. Untuk itulah perawat harus mempelajari cara verbal
dan nonverbal klien dalam mengkomunikasikan rasa ketidaknyamanan.
Klien yang tidak mampu berkomunikasi efektif seringkali membutuhkan
perhatian khusus ketika pengkajian.
2) Klasifikasi pengalaman nyeri
Perawat mengkaji apakah nyeri yang dirasakan klien akut atau kronik.
Apabila akut, maka dibutuhkan pengkajian yang rinci tentang karakteristik
nyeri dan apabila nyeri bersifat kronik, maka perawat menentukan apakah
nyeri berlangsung intermiten, persisten atau terbatas.
11
3) Karakteristik nyeri
1) Onset dan durasi
Perawat mengkaji sudah berapa lama nyeri dirasakan,
seberapa sering nyeri kambuh, dan apakah munculnya nyeri itu pada
waktu yang sama
2) Lokasi
Perawat meminta klien untuk menunjukkan dimana nyeri
terasa, menetap atau terasa pada menyebar.
3) Keparahan
Perawat meminta klien menggambarkan seberapa parah nyeri yang
dirasakan. Untuk memperoleh data ini perawt bias menggunakan
alatbantu, skala ukur. Klien ditunjukkan skala ukur, kemudian disuruh
memilih yang sesuai dengan kondisinya saat ini yang mana. Skala ukur
bis berupa skala numerik, deskriptif, analog visual. Untuk anak-anak
skala yangdigunakan adalah skala oucher yang dikembangkan oleh
Beyer dan skala wajah yang dikembangkan oleh Wong & Baker. Pada
skala oucher terdiri dari skala dengan nilai 0-100 pada sisi sebelah kiri
untuk anak-anak yang lebih besar dan skala fotografik enam gambar
pada sisi kanan untuk anak yang lebih kecil. Foto wajah seorang anak
dengan peningkatan rasa ketidaknyamanan dirancang sebagai petunjuk
untuk memberi anak-anak pengertian sehingga dapat memahami
makna dan keparahan nyeri. Anak bisa diminta untuk mendiskripsikan
nyeri yang dirasakan dengan memilih gambar yang ada. Skala wajah
terdiri dari enam wajah dengan profil kartun yang menggambarkan
wajah dari wajah yang sedang tersenyum (tidak merasa nyeri),
kemudian secara bertahap meningkat sampai wajah yang sangat
ketakutan (nyeri yang sangat).
8. Tindakan keperawatan untuk pemberian manajemen nyeri non farmakologikal
A. Relaksasi
1. Alat dan bahan
1) 2. Tujuan
Mengurangi nyeri dan memberikan rasa nyaman.
12
3. Persiapan
1) Melakukan verifikasi data sebelumnya.
2) Mencuci tangan.
3) Mengucapkan salam.
4) Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada pasien atau
keluarga.
5) Validasi kondisi pasien.
6) Menanyakan kesiapam pasien sebelum tindakan dilakukan.
7) Menjaga privasi pasien.
4. Cara kerja dan rasionalisasi
Cara kerja :
1) Memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya bila ada
sesuatu yang kurang jelas.
2) Mengatur posisi pasien agar rileks.
3) Memberikan instruksi kepada pasien untuk tarik nafas dalam.
4) Menginstruksikan
pasien
dengan
cara
perlahan
dan
menghembuskan udara dan membiarkannya keluar dari setiap
anggota tubuh pada saat bersamaan meminta pasien untuk
memusatkan perhatiannya pada sesuatu hal yang indah dan
merasakan betapa nikmat rasanya.
5) Menginstruksikan pasien untuk membuat nafas irama normal
beberapa saat.
6) Mengulangi langkah 4-5 sebanyak sesuai kebutuhan pasien.
7) Menginstruksikan kepada pasien untuk melakukan langkah 4-5
apabila mersakan rasa nyeri kembali.
8) Setelah pasien tenang, mengatur posisi pasien agar rileks
kembali.
9) Melakukan evaluasi tindakan.
10) Berpamitan dengan pasien.
11) Mencuci tangan.
12) Mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.
13
Rasionalisasi : tindakan yang sesuai cara kerja dalam pemberian
manajemen nyeri non farmakologikal relaksasi ini untuk mengurangi rasa
sakit yang ditimbulkan oleh nyeri, memberikan ketenangan, perasaan
rileks dan rasa nyaman kepada pasien.
5. Pembahasan
Dalam melakukan praktik tindakan keperawatan pemberian
manajemen nyeri non farmakologikal relaksasi terhadap pasien tidak
ada kesenjangan antara praktik dengan teori. Secara keseluruhan,
semua langkah-langkahnya telah sesuai dengan teori pemberian
manajemen nyeri non farmakologikal relaksasi.
B. Massage
1. Alat dan bahan
1) Minyak untuk massage.
2. Tujuan

Meningkatkan sirkulasi pada daerah yang di massage.

Meningkatkan relaksasi.
3. Persiapan
1) Melakukan verifikasi data sebelumnya.
2) Mencuci tangan.
3) Mengucapkan salam.
4) Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada pasien atau
keluarga.
5) Validasi kondisi pasien.
6) Menanyakan kesiapam pasien sebelum tindakan dilakukan.
7) Menjaga privasi pasien.
4. Cara kerja dan rasionalisasi
Cara kerja :
1) Memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya bila ada
sesuatu yang kurang jelas.
2) Mengatur posisi pasien agar rileks.
3) Melakukan massage pada daerah yang dirasakan nyeri selama
5-10 menit.
14
4) Melakukan massage dengan menggunakan telapak tangan dan
jari dengan tekanan halus.
5) Melakuan beberapa teknik massage pada area yang nyeri
seperti :
a. Remasan
 Mengusap secara bersamaan.
b. Selang-seling tangan
 Memijat dengan tekanan pendek, cepat dan bergantian
tangan.
c. Gesekan
 Memijat dengan ibu jari, gerakannya memutar.
d. Eflurasi
 Memijat dengan kedua tangan, tekanan lebih halus
dengan gerakan ke atas.
e. Petriasi
 Menekan secara horizontal. Pindah tangan anda dengan
arah yang berlawanan, menggunakan gerakan meremas.
f. Tekanan menyikat
 Secara halus, menekan dengan ujung-ujung jari untuk
mengakhiri pijatan.
6) Mengulangi langkah 3-5 sebanyak sesuai kebutuhan pasien.
7) Menginstruksikan kepada pasien untuk melakukan langkah 3-5
apabila mersakan rasa nyeri kembali.
8) Setelah pasien merasa nyaman dan tenang, mengatur posisi
pasien agar rileks kembali.
9) Melakukan evaluasi tindakan.
10) Berpamitan dengan pasien.
11) Mencuci tangan.
12) Mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.
Rasionalisasi : tindakan yang sesuai cara kerja dalam pemberian
manajemen nyeri non farmakologikal massage ini untuk memperlancar
sirkulasi darah, mengurangi rasa sakit yang ditimbulkan oleh nyeri,
memberikan ketenangan, perasaan rileks dan rasa nyaman kepada pasien.
15
5. Pembahasan
Dalam melakukan praktik tindakan keperawatan pemberian
manajemen nyeri non farmakologikal massage terhadap pasien tidak
ada kesenjangan antara praktik dengan teori. Secara keseluruhan,
semua langkah-langkahnya telah sesuai dengan teori pemberian
manajemen nyeri non farmakologikal massage, namun untuk bahan
yang dibutuhkan yaitu minyak diperoleh dari pasien sendiri
dikarenakan pihak Rumah Sakit belum menyediakan bahan minyak
untuk terapi massage.
16
REFRENSI
http://doktersehat.com/diagnosis-dan-penatalaksanaan-kolik-abdomen/
https://www.scribd.com/doc/53520624/Kolik-Abdomen-Emergency
https://mediskus.com/penyakit/menilai-skala-nyeri
https://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk/article/viewFile/148/113
https://nanopdf.com/download/5306_pdf
Baresford, Larry.1998. A piece of pain Relief. Chicago.Hospital and Health Network.
Hilton. A.P.2004.Fundamental Nursing Skills. USA: Whurr Publisher Ltd
Khalsa,Singh M.D., Cameron Stauth.2004.
A Journey down the Pain Pathway ;
The Pain Cure : The Proven Medical Program that Helps End Your Chronic Pain.
Kozier,et.al.2004. Fundamentals of nursing ; concepts, process and practice
Seventh edition. United States: Pearson Prentice Hall
Parrott T.2002. Pain Management in Primary-Care Medical Practice. In: Tollison CD,
Satterthwaithe JR, Tollison JW, eds. Practical Pain Management. 3rd ed. Philadelphia, PA:
Lippincott Williams & Wilkins
Potter, P.A & Perry, A.G.(1993). Fundamental of Nursing Concepts, Process and
Practice. Third edition. St.Louis: Mosby Year Book
Taylor, Lilis & LeMone.(1993). Fundamental of Nursing; the art and science of nursing care.
Third edition. Philadelphia: Lippincot-Raven Publication
http://www.galeripustaka.com/2013/03/manajemen-nyeri.html
17
Download