Uploaded by nightkids99

Akuntansi Manajemen - Resume Environmental Cost Management

advertisement
TUGAS MAKALAH MATA KULIAH AKUNTANSI MANAJEMEN
TOPIK BAHASAN: ENVIRONMENTAL COST MANAGEMENT DAN ISU
TANGGUNG JAWAB SOSIAL
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 5 KELAS 7-4 PRODI AKUNTANSI ALIH PROGRAM TA 2019/2020
dengan anggota:
Foto Setengah
Badan
No. Urut
Daftar Hadir
No
Nama Mahasiswa
1
Anisa Anastia
5
2
Diyouva Christa Novith
11
3
Fitriana Januar Arifiana
17
4
Moch Akbar Anugrah Hartono
23
5
Rahmad Budiarto
29
6
Suhendra Baharsyah
35
Paraf
1
TUGAS MAKALAH MATA KULIAH AKUNTANSI MANAJEMEN
TOPIK BAHASAN: ENVIRONMENTAL COST MANAGEMENT DAN ISU
TANGGUNG JAWAB SOSIAL
PERNYATAAN KELOMPOK
Isi resume kami ini telah memenuhi indikator berikut:
No
Kriteria
3
Pilih Salah Satu Baris
di Bawah Ini
(Dicentang 1, 2, atau 3)
Semua isi slide dinarasikan (word), tdk
ada yang terlewat, naskah diketik
ulang (bukan copy paste), plus
pengayaan dari sumber lain (semua
sumber ditampilkan) baik gambar
maupun teks
1
2
Indikator
Uraian word
dari slide
dosen,
termasuk
gambar, tabel,
bagan,
keterangan
sumber, dll
yang ada di
slide
Semua isi slide dinarasikan (word), tdk
ada yang terlewat, naskah diketik
ulang (bukan copy paste), tdk ada
pengayaan dari sumber lain (semua
sumber ditampilkan) baik gambar
maupun teks
Hanya sebagian isi slide dinarasikan
(word), cenderung copy paste
2
BAB III
RESUME MATERI
A. Isu-isu Lingkungan
Sawit Indonesia Dihadang, Perang Dagang Uni Eropa-ASEAN Bisa Meletus
Jakarta, CNBC Indonesia - Hubungan dagang antara Indonesia dan negara produsen kelapa
sawit di ASEAN, dengan Uni Eropa makin panas. Pasalnya, Komisi Uni Eropa sedang
merancang aturan untuk menghapus secara bertahap penggunaan bahan bakar nabati/BBN
(biofuel) berbasis minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) hingga 2030.
Bila aturan ini disetujui oleh parlemen Uni Eropa, maka bakal menjadi malapetaka bagi
Indonesia selaku salah satu produsen kelapa sawit terbesar di dunia. Pemerintah Indonesia
bakal melawan kebijakan ini bila disahkan oleh parlemen Uni Eropa. Bahkan pemerintah
Indonesia menyatakan akan mengajukan protes ke organisasi perdagangan dunia (World
Trade Organization/WTO).
Sanksi Pertamina Atas Tumpahan Minyak di Teluk Balikpapan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) memberikan sanksi kepada PT
Pertamina (Persero) atas tumpahan minyak di Teluk Balikpapan. Sanksi ini diberikan karena
perusahaan itu dianggap lalai terhadap kondisi pipa yang menyebabkan minyak tumpah di
perairan tersebut. Tumpahan itu juga berdampak pada lingkungan. Pertama, terdapat
pasir/tanah yang terkontaminasi minyak sebanyak 12.145 m3 di Kota Balikpapan dan 30.156
m3 di Kabupaten Penajam Paser Utara. Kedua, masih ditemukan jejak minyak di pasir pantai
pada kedalaman yang bervariasi, mulai dari vegetasi pantai, muara sungai, biota, batu karang.
Ketiga, area hutan mangrove yang terkena dampak tumpahan terdapat pada Penajam Paser
Utara dan Kariangau Kota Balikpapan dengan luas area terdampak sekitar 270 hektare (ha).
(Katadata.co.id)
Penyebab dan Akibat Kebakaran Hutan di Kalimantan Hingga Sumatera
tirto.id - Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) meluas di Kalimantan dan Sumatera. Kejadian
saat musim kemarau 2019 tersebut kembali memicu bencana asap di banyak daerah.
Laporan bencana asap pun bermunculan dari Riau, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat
pada bulan ini. Berdasar data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sampai
Senin, 16 September 2019, pukul 16.00 WIB, titik panas ditemukan di Riau sebanyak 58,
Jambi (62), Sumatera Selatan (115), Kalimantan Barat (384), Kalimantan Tengah (513) dan
Kalimantan Selatan (178). Jumlah titik panas atau hotspot itu menurun dibandingkan data
BNPB per 15 September 2019, pukul 16.00 WIB. Pada Minggu kemarin, jumlah titik panas di
Riau ada 59, Jambi (222), Sumatera Selatan (366), Kalimantan Barat (527), Kalimantan
Tengah (954) dan Kalimantan Selatan (119). Sementara luas karhutla di Indonesia selama
2019, sesuai data KLHK, sudah mencapai 328.722 hektare. Dari data itu, kebakaran di
Kalimantan Tengah tercatat seluas 44.769 hektare, Kalbar (25.900 ha), Kalsel (19.490 ha),
Sumsel (11.826 ha), Jambi (11.022 ha) dan Riau (49.266 ha).
Judul berita “8 Perusahaan Diproses Hukum Karena Cemari Citarum” menandakan adanya
potensi biaya lingkungan, terutama jenis biaya : (a) pencegahan; (b) deteksi; (c) kegagalan
eksternal; dan (d) kegagalan internal.
B. Konsep Ekoefisiensi, Siklus Hidup Produk Terkait Isu Lingkungan, dan Jenis-jenis Biaya
Lingkungan
Ekoefisiensi
Mengapa isu lingkungan penting bagi unit bisnis? Pertama dikarenakan peraturan tentang
lingkungan meningkat secara signifikan. Selanjutnya karena keberhasilan produksi yang
memperhatikan masalah lingkungan, persaingan semakin kompetitif. Ekoefisiensi
diperkenalkan oleh World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) pada
tahun 1992 dalam publikasi mereka yang berjudul “Changing Course”. Ecoefficiency berasal
dari kata Ecology & Efficiency. Menurut Hansen & Mowen, ekoefisiensi adalah kemampuan
menghasilkan barang/jasa yang dapat memenuhi kepuasan pelanggan sambal mengurangi
3
dampak negatif pada lingkungan, penggunaan sumber daya, dan biaya. Ekoefisiensi
berimplikasi pada hubungan positif antara kinerja ekonomi entitas dan lingkungan sekitarnya.
Dalam penerapan ekoefisiensi, unit bisnis memperhatikan siklus hidup produk dan bertanya:
• Bahan baku apakah yang dibutuhkan untuk setiap jenis produk?
• Berapa energi untuk menghasilkan tiap produk?
• Emisi apa yang dihasilkan?
• Sumber daya apa yang dibutuhkan untuk pembuangan akhir?
Manfaat ekoefisiensi antara lain:
- Pelanggan menyukai produk yang bersih
- Tanggung jawab lingkungan mengakomodasi manfaat eksternal, seperti cost of capital
dan biaya asuransi rendah
- Inovasi dan peluang baru
- Karyawan lebih suka unit bisnis yang memiliki tanggung jawab sosial, sehingga
produktivitas meningkat
- Kinerja lingkungan yang bagus menghasilkan manfaat sosial, misalnya kesehatan
manusia
- Pengurangan biaya dan keunggulan kompetitif
Tahapan penilaian siklus hidup produk:
1. Analisis Persediaan, yaitu analisis jenis dan jumlah input bahan baku dan energi yang
dibutuhkan serta pelepasan ke lingkungan yang dihasilkan dalam bentuk residu padat,
cair dan gas, selama siklus hidup produk.
2. Analisis Dampak, yaitu analisis pengaruh lingkungan dari beberapa desain. Lalu,
3. Analisis Biaya dan Analisis Perbaikan, yaitu analisis untuk mengurangi dampak
lingkungan.
Bahan
Baku
Produk
si
Dikendalikan
oleh
Pemasok
Dikendalikan
oleh
Produsen
Pengem
asan
Daur
Ulang
Penggunaan
dan
pemeliharaan
Pembuangan
Dikendalikan oleh
Pelanggan
Environmental Cost adalah biaya kualitas yang ditanggung akibat dampak kualitas lingkungan
buruk yang terjadi atau kualitas lingkungan buruk yang mungkin terjadi.
4
Jenis-jenis biaya lingkungan:
Prevention Activities (mencegah
diproduksinya limbah atau sampah)
Evaluasi dan pemilihan pemasok dan alat
kendali polusi
Desain proses, desain produk
Studi lingkungan, sertifikasi ISO 14001
Audit risiko lingkungan
Pengembangan sistem manajemen lingkungan
Detection Activities (apakah aktivitas yang
dilakukan telah memenuhi standar lingkungan)
Aktivitas audit lingkungan
Inspeksi produk
Inspeksi proses
Pengembangan pengukuran kinerja lingkungan
Uji kontaminan
Verifikasi kinerja lingkungan pemasok
Pengukuran level kontaminan
Internal Failure Activities (timbulnya limbah
atau sampah pada produk/proses produksi
Pnerapan alat kendali polusi
Penanganan/pembuangan limbah beracun
Pemeliharaan peralatan polutan
Lisensi fasilitas untuk penghasil kontaminan
Daur ulang scrap
External Failure Activities (timbulnya
pelepasan limbah atau sampah ke
lingkungan/masyarakat)
Pembersihan danau terpolusi, tumpahan
minyak, tanah terkontaminasi
Penyelesaian klaim luka akibat lingkungan
Restorasi tanah ke kondisi normal
Kehilangan penjualan akibat reputasi
lingkungan yang buruk
Perawatan akibat polusi udara (S)
Kehilangan danau rekreasi akibat
terkontaminasi (S)
Kerusakan ekosistem akibat buangan
berbahaya (S)
Full environmental costing yang mencakup biaya lingkungan baik private maupun societal
cost (S, pihak ketiga) ke produk, sedangkan full private costing (internal process) mencakup
hanya private costs.
C. Pembebanan Biaya Lingkungan, Pelaporan & Pertanggungjawaban
Baik produk maupun proses adalah sumber dari biaya lingkungan. Proses
menghasilkan produk dapat pula memberikan hasil residu yang berbahaya bagi lingkungan.
Hal ini juga termasuk apa yang disebut sebagai environmental postpurchase cost, yaitu biaya
lingkungan yang diakibatkan oleh konsumsi produk oleh konsumen.
Pada kebanyakan pencatatan akuntnasi di perusahaan, biaya lingkungan dimasukkan
ke dalam komponen overhead produksi. Namun untuk dapat lebih memperhatikan besaran
porsi biayanya, maka biaya lingkungan harus dilaporkan tersendiri. Pembagian perhitungan
biaya lingkungan dibagi menjadi dua, yaitu berdasarkan fungsi dan berdasarkan aktivitas.
Pengenaan biaya berbasis fungsi menggunakan perhitungan berdasarkan jam kerja ataupun
jam mesin. Perhitungan dengan model ini cocok digunakan pada industri yang menghasilkan
jenis produk yang homogen (sejenis). Pada perusahaan dengan produk yang bervariasi,
penggunaan perhitungan biaya lingkungan akan menimbulkan distorsi biaya. Kedua adalah
perhitungan biaya lingkungan berbasis aktivitas. Sama seperti perhitungan biaya berbasis
aktivitas lainnya, biaya lingkungan dinilai berdasarkan kegiatan yang relevan terhadap proses
produksi dan berdampak langsung pada lingkungan.
Dicontohkan oleh Mowen (2018), sebuah perusahaan Thamus memproduksi aksesoris
berupa tempered glass berjenis Gorilla Glass dan Dragontail sebanyak masing-masing
50.000 lembar. Untuk setiap lembarnya, dibutuhkan 1,5 jam mesin. Dalam proses
produksinya, Thamus menghasilkan zat kimia buangan berupa Cadmium yang diatur
perizinannya oleh pemerintah melalui biaya lingkungan sebesar $300.000/tahun dan denda
sebesar $50.000/tahun apabila kadarnya melebihi batas yang ditentukan. Cadmium yang
dihasilkan dari produksi tempered glass di Thamus lebih dari batas yang ditentukan sehingga
denda menjadi bagian dari biaya lingkungan yang harus ditanggung. Berikut adalah simulasi
perhitungan biaya lingkungan yang dihitung berdasarkan fungsi.
5
Deskripsi
Gorilla Glass
Dragontail
Jumlah produksi
50.000
50.000
Jumlah jam kerja mesin
20.000
30.000
Biaya perizinan
$100.000
Denda
$50.000
Total biaya lingkungan
$150.000
Biaya lingkungan per jam kerja
[$150.000/(30.000+20.000)]
$3 per unit
Biaya lingkungan berdasarkan fungsi
20.000 x $3
$60.000
30.000 x $3
$90.000
Tabel 1 Perhitungan Biaya Lingkungan Berbasis Fungsi
Sedangkan perhitungan berdasarkan aktivitas membutuhkan keterangan lain berupa
jumlah emisi Cadmium yang dihasilkan dari proses produksi yang kemudian dikalikan dengan
tarif per unit emisi. Hasil simulasi perhitungan ditunjukan melalui perhitungan berikut.
Deskripsi
Gorilla Glass
Dragontail
Jumlah produksi
50.000
50.000
Emisi Cadmium
20.000
0
Biaya perizinan
$100.000
Denda
$50.000
Total biaya lingkungan
$150.000
Biaya lingkungan per aktivitas
($150.000/20.000)
$7,5 per unit
Biaya lingkungan berdasarkan Aktivitas
20.000 x $7,5
$150.000
0 x $7,5
$0
Tabel 2 Perhitungan Biaya Lingkungan Berbasis Aktivitas
Analisis Biaya Lingkungan dengan Aktivitas Ganda
Produksi Cadmium yang dicontohkan sebelumnya adalah proses produksi tunggal,
sedangkan pada kenyataannya aktivitas lingkungan bisa bermacam-macam dan berjalan
bersamaan. Untuk menghitung biayanya, perusahaan perlu menghitung tarif untuk masingmasing kegiatan sehingga biaya keseluruhan dapat dihitung dengan baik. Dicontohkan oleh
Biswan (2020) dalam bahan ajarnya, perusahaan memproduksi dua jenis cairan pembersih
dengan simulasi sebagai berikut.
6
Aktivitas
Jenis
Pembersih A
Pembersih B
Evaluasi dan seleksi supplier
Prevention
2.000
500
Desain proses (kurangi polusi)
Prevention
1.000
1.000
Inspeksi proses (kasus polusi
Detection
2.500
1.500
Penanganan CFC
Failure
500
10.000
Pemeliharaan peralatan
lingkungan
Failure
0
5.000
Pembuangan limbah beracun
Failure
1.000
17.500
Kelebihan penggunaan material
berbahaya
Failure
800
2.500
Biaya Lingkungan per unit
7.800
38.000
Biaya manufaktur lain (nonenvironment)
90.200
162.000
Total unit cost
98.000
200.000
Unit produksi
100.000
100.000
Tabel 3 Perhitungan Biaya Lingkungan Aktivitas Ganda
Ketika diketahui bahwa biaya lingkungan produk Pembersih B lebih besar dari Pembersih A,
maka perusahaan dapat menentukan kebijakan apa yang akan diambil terkait usaha
mengurangi dampak lingkungan yang ditimbulkan proses produksi. Kemudian setelah proses
produksi menjadi lebih ramah lingkungan, hal tersebut akan berpengaruh pada besaran biaya
lingkungan yang harus ditanggung perusahaan. Penentuan jenis biaya aktivitas yang muncul
juga akan membantu perusahaan mengidentifikasi aktivitas apa yang menimbulkan biaya
paling besar.
Laporan Biaya Lingkungan
Laporan biaya lingkungan penting untuk disusun apabila perusahaan ingin lebih serius
dalam pertanggungjawaban lingkungan atas operasinya. Manfaat yang bisa dicapai adalah
(1) mengetahui porsi biaya lingkungan atas profit perusahaan dan (2) jumlah relatif yang
dikeluarkan untuk setiap kategori biaya. Contoh laporan untuk biaya lingkungan dapat dilihat
pada gambar di bawah.
Gambar 1 Contoh Laporan Biaya Lingkungan
7
Sedangkan laporan keuangan lingkungan dapat digunakan untuk mengetahui
penghematan apa yang dapat dilakukan dalam rangka pelaksanaan pengendalian biaya
lingkungan.
D. Akuntansi Pertanggungjawaban Lingkungan Berbasis Strategi
Untuk pengendalian dan pelestarian lingkungan dalam jangka panjang, aspek
lingkungan dapat dimasukkan ke dalam perspektif penyusunan Balanced Score Card. Hal
tersebut juga mendukung pelaksanaan prinsip perusahaan untuk selalu menjaga kualitas
dengan cara doing it right the first time. Perilaku etis unit bisnis jgua tetap diperhatikan dengan
mempertimbangkan biaya kualitas dalam produk selaras dengan tanggung jawab sosial yang
timbul bersamaan dengan penggunaan produk. Tujuan dimasukkannya perpektif lingkungan
ke dalam BSC diantaranya:
a.
b.
c.
d.
e.
Minimalisasi penggunaan material berbahaya (hazardous material)
Minimalisasi penggunaan raw/virgin materials
Minimalisasi energi untuk proses produksi dan produk (untuk konservasi energi)
Minimalisasi pelepasan residu dalam berbagai bentuk (padat, cair, gas)
Maksimalisasi usaha daur ulang (recycle)
Peran Manajemen Aktivitas dalam Perspektif Lingkungan
Analisis aktivitas lingkungan penting untuk sistem pengendalian lingkungan yang baik.
Identifikasi aktivitas lingkungan dan penilaian biayanya merupakan persyaratan untuk
penghitungan biaya lingkungan berbasis aktivitas. Informasi mengenai biaya lingkungan dan
produk atau proses apa yang menyebabkannya merupakan hal yang sangat penting sebagai
langkah pertama untuk pengendalian. Selanjutnya, aktivitas lingkungan harus diklasifikasikan
sebagai bernilai tambah dan tidak bernilai tambah. Aktivitas tidak bernilai tambah adalah
aktivitas yang tidak perlu ada jika perusahaan beroperasi secara optimal dan efisien.
8
Tujuan
Meminimalkan penggunaan bahan berbahaya
Ukuran
Jenis dan jumlah (total dan per unit)
Persentase total biaya bahan baku
Ukuran produktivitas (output/input)
Meminimalkan penggunaan bahan baku
Jenis dan jumlah (total dan per unit)
atau bahan yang masih asli
Ukuran produktivitas (output/input)
Meminimalkan kebutuhan energi
Jenis dan jumlah (total dan per unit)
Ukuran produktivitas (output/input)
Meminimalkan pelepasan residu
Berat limbah beracun yang diproduksi
Volume pembuangan cairan
Jumlah gas kaca yang diproduksi
Persentase pengurangan bahan baku kemasan
Memaksimalkan peluang untuk daur ulang
Berat bahan baku yang didaur ulang
Jumlah komponen yang berbeda-beda
Persentase unit yang dibuat ulang
Energi yang diproduksi dari pembakaran
Tabel 4 Tujuan dan Ukuran: Perspektif Lingkungan
Sumber: Don R. Hansen dan Maryanne M. Mowen, 2007, Managerial Accounting 8th Edition. USA:
Thompson South Western pg. 793
Biaya lingkungan tidak bernilai tambah adalah biaya dari aktivitas tidak bernilai tambah. Biaya
ini mewakili keuntungan yang dapat ditangkap dengan cara memperbaiki kinerja lingkungan.
Kunci untuk menangkap keuntungan ini adalah mengidentifikasi akar penyebab aktivitas yang
tidak bernilai tambah, kemudian mendesain ulang produk dan proses untuk meminimalkan
dan akhirnya menghilangkan aktivitas yang tidak bernilai tambah tersebut.
Desain untuk Lingkungan dan Ukuran Keuangan
Pendekatan desain khusus ini disebut juga design for the environment. Desain ini
menyentuh produk, proses, bahan baku, energi, dan daur ulang. Dengan kata lain,
keseluruhan daur hidup produk dan pengaruhnya terhadap lingkungan harus
dipertimbangkan. Sebagai contoh, proses manufaktur adalah sumber langsung dari berbagai
residu padat, cair, dan gas yang banyak dilepaskan ke lingkungan. Desain ulang suatu proses
dapat menghilangkan produksi residu tersebut. Desain produk juga dapat mengurangi
degradasi lingkungan. Contohnya, Eastman Kodak telah mendesain kamera khususnya untuk
memfasilitasi daur ulang. Kamera tersebut memiliki komponen yang diberi kode dengan
warna. Komponen tersebut dapat dipisahkan dan digunakan untuk membuat kamera baru.
Sekitar 86 persen dari setiap kamera baru dibuat dari bahan daur ulang. Sebanyak 5.000.000
unit diperkirakan telah didaur ulang sejak produk tersebut dipasarkan.
Perbaikan lingkungan harus menghasilkan keuntungan keuangan yang signifikan. Hal ini
berarti perusahaan telah mencapai trade-off yang menguntungkan antara aktivitas yang gagal
dan aktivitas pencegahan. Jika keputusan ekoefisien dibuat, maka total biaya lingkungan
harus terhapus bersama dengan perbaikan kinerja lingkungan. Jadi, tren biaya lingkungan
merupakan ukuran kinerja yang penting. Satu kemungkinan adalah mempersiapkan laporan
biaya lingkungan yang tidak bernilai tambah dari periode berjalan dan membandingkannya
dengan periode sebelumnya. Contoh laporan seperti ini ditunjukkan pada tabel berikut ini:
Aktivitas Lingkungan Tidak Bernilai
Tambah
Proses pemeriksaan
Pengoperasian peralatan polusi
Pemeliharaan peralatan polusi
Pembersihan polusi air
Klaim kerusakan properti
Total
Tahun
2008
2007
$ 200.000
$ 240.000
350.000
400.000
200.000
200.000
700.000
900.000
300.000
400.000
$1.750.000
$2.140.000
Tabel 5 Tren Biaya Tidak Bernilai Tambah: Biaya Lingkungan
Sumber: Don R. Hansen dan Maryanne M. Mowen, 2007, Managerial Accounting 8th Edition. USA:
Thompson South Westertn pg. 795
9
E. Isu Tanggung Jawab Sosial
Prinsip Dasar Corporate Social Responsibility
Ide awal tentang tanggung jawab sosial perusahaan muncul di Amerika Serikat pada awal
abad kedua puluh. Pada masa itu perusahaan dikritik karena dianggap anti sosial dan
melakukan praktik-praktik yang anti kompetitif. Kritikan tersebut dilanjutkan dengan usahausaha untuk mengekang kekuasaan perusahaan melalui undang-udang anti trust, kebijakan
perbankan, dan hukum perlindungan konsumen. Beberapa pengamat bisnis menyarankan
kepada komunitas bisnis untuk menggunakan kekuasaan dan pengaruhnya untuk tujuantujuan sosial yang lebih luas, tidak hanya sekedar untuk memaksimalkan keuntungan (profit)
perusahaan. Ide inilah yang akhirnya menjadi konsep Corporate Social Responsibility.
Beberapa pebisnis handal seperti Andrew Carnegie menjadi dermawan besar yang memberi
banyak sumbangan untuk institusi pendidikan dan yayasan sosial. Selain itu, Henry Ford
mengembangkan program paternalistik untuk mendukung kebutuhan rekreasi dan kesehatan
bagi para pegawainya. Para pemimpin bisnis menilai bahwa komunitas bisnis memiliki
tanggung jawab terhadap masyarakat yang dapat bersamaan dengan usaha mereka untuk
menghasilkan laba. Sebagai hasil dari ide awal mengenai peranan bisnis dalam masyarakat,
lahirlah dua prinsip dasar yaitu Charity Principle dan Stewardship Principle.
1. The Charity Principle
Charity principle merupakan pandangan bahwa kelompok yang lebih sejahtera dalam
masyarakat harus memberikan sumbangan kepada kelompok yang lebih membutuhkan. Hal
ini sebenarnya merupakan pandangan yang sudah berakar lama dalam masyarakat. Bagi
sebagian kelompok bisnis sekarang, tanggung jawab sosial perusahaan dimaknai hanya
sebatas berpartisipasi dalam masyarakat, melakukan kontribusi berupa sumbangansumbangan sesuai dengan charity principle ini. Sebagian besar perusahaan mengartikan
kegiatan pemberian sumbangan sebagai satu-satunya bentuk tanggung jawab sosial
perusahaan kepada masyarakat. Keterlibatan mereka secara sukarela dalam berbagai
bantuan kepada kelompok yang membutuhkan seperti mereka yang tertimpa bencana alam
dianggap sebagai pemenuhan kewajiban perusahaan terhadap komunitas.
2. The Stewardship Principle
Pemberian sumbangan seperti yang dijelaskan dalam charity principle di atas bukanlah satusatunya bentuk tanggung jawab sosial perusahaan. Saat ini banyak eksekutif perusahaan
yang memandang dirinya sebagai steward (pengurus) atau trustee (wali) yang bertindak
berdasarkan kepentingan publik. Meskipun perusahaan tempat mereka bekerja adalah
perusahaan privat dan sekalipun mereka juga mencari laba bagi pemilik, pengelola bisnis
yang mengikuti stewardship principle ini berkeyakinan bahwa mereka juga memiliki kewajiban
agar masyarakat secara umum mendapatkan manfaat dari aktivitas yang dilakukan oleh
perusahaan. Para manajer memiliki tanggung. jawab untuk menggunakan sumber-sumber
dengan cara yang baik yang ditujukan tidak hanya bagi pemilik namun juga bagi masyarakat
secara umum.
Pendapat Pro Corporate Social Responsibility
1. Menyeimbangkan Kekuatan Perusahaan dengan Tanggungjawabnya
Bisnis masa kini banyak dipengaruhi oleh banyak kekuatan dan pengaruh. Banyak
orang beranggapan bahwa tanggungjawab disertai oleh kekuatan, baik siapapun yang
memegangnya, disebut iron law of responbility. Para pebisnis menyadari bahwa jika
mereka menyalahgunakan kekuasaan yang mereka punyai, mereka mungkin
kehilangannya.
2. Mengurangi Pengaturan Oleh Pemerintah
Ada beberapa regulasi yang dapat mengurangi kebebasan bisnis dan sosial,
sedangkan kebebasan adalah hal yang diinginkan oleh publik. Pada kasus bisnis ini,
regulasi cenderung mengurangi fleksibilitas dalam pengambilan keputusan dan
menambah biaya ekonomi. Pada intinya kebebasan dalam pengambilan keputusan
mengijinkan bisnis untuk bertemu antara pasar dan sosial. Oleh sebab itu, jika bisnis
10
dapat
bertingkah
laku
secara
bertanggung
jawab
dan
mampu
mempertanggungjawabkan kepada pemerintah, maka kebutuhan publik akan berjalan
dengan baik sesuai dengan private publik itu sendiri.
3. Mendorong Laba Jangka Panjang Untuk Perusahaan
Pemberian dana untuk pembiayaan jangka panjang, seperti: pemberian sumbangan
ke sekolahan, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, dan lain sebagainya.
4. Meningkatkan Nilai dan Reputasi Perusahaan
Reputasi sosial pada perusahaan sering kali dipandang sebagai elemen penting dalam
membangun kepercayaan antara perusahaan dan para stakeholders. Reputasi
merujuk pada hal yang diinginkan ke hal yang tidak diinginkan terhadap kualitas
gabungan dengan sebuah perusahaan dimana dapat mempengaruhi hubungan
perusahaan dengan para stakeholders. Reputasi pada sebuah perusahaan sangat
berharga, dinyatakan sebagai asset yang tidak berwujud yang dapat menambah
kemakmuran perusahaan. Reputasi baik pada suatu perusahaan dapat meningkatkan
ketertarikan pegawainya.
5. Memperbaiki Masalah Sosial Akibat Dari Perusahaan
Banyak orang beranggapan bahwa bisnis bertanggung jawab terhadap kompesansi
sosial atas kejadian akan sesuatu yang berdampak negatif bagi sosial. Jika konsumen
terluka akibat dari produk suatu perusahaan, maka perusahaan yang memproduksi
produk tersebut lah yang bertanggung jawab. Jika bisnis tidak secara sukarela
bertanggung jawab akan hal tersebut, maka pengadilan akan bertindak mewakili sosial
dan kepentingan sosial tersebut. Jika bisnis menyebabkan polusi lingkungan, maka ia
bertanggung jawab terhadap hal itu juga.
Pendapat Kontra Corporate Social Responsibility
Menurut beberapa pendapat yang radikal, tanggung jawab sosial dalam dunia bisnis
dianggap tidak ada, tetapi bagi beberapa pihak yang pandai memanfaatkan, tanggung jawab
sosial dapat dipakai sebagai tabir untuk menyembunyikan tujuan sebenarnya perusahaan
yaitu memperoleh uang sebanyak mungkin. Berikut beberapa argumen pertentangan
terhadap CSR:
1. Penurunan laba dan efisiensi ekonomi
Berdasarkan argumen ini, kapanpun perusahaan menggunakan sumber dayanya
untuk tujuan sosial, resikonya adalah penurunan efisiensi. Sebagai contoh jika
perusahaan memutuskan untuk tetap mempertahankan pabrik yang tidak produktif,
karena ingin menghindari efek sosial yang negatif dari penutupan pabrik. Maka kinerja
keuangan perusahaan akan menderita. Biaya perusahaan akan menjadi lebih tinggi
dari biasanya, sehingga menghasilkan laba yang rendah. Pemegang saham juga akan
menerima return yang lebih rendah atas investasinya. Kondisi ini membuat
perusahaan lebih sulit untuk mendapatkan tambahan modal bagi pertumbuhan
perusahaan di masa mendatang,
2. Pengenaan dasar biaya yang tidak sama di antara pesaing
Argumen yang lain mengatakan bahwa pengenaan biaya yang lebih besar terhadap
tanggung jawab perusahaan, akan menyebabkan pada posisi yang tidak
menguntungkan. Jika sebuah negara menetapkan standar kontrol yang lebih
memakan biaya dan tinggi, seperti: peraturan keselamatan pekerja atau uji awal pasar
terhadap aturan pakai obat-obatan dibandingkan negara yang lain, maka hal ini dapat
menimbulkan biaya perusahaan yang tinggi. Kerugian akibat biaya ini berarti
persaingan yang tidak seimbang.
3. Pengenaan biaya tersembunyi yang ditanggung pemegang saham.
Beberapa proposal sosial yang ditawarkan perusahaan tidak mencerminkan cara
mereka sendiri dalam kepekaan ekonomi, oleh karena itu harus ada seseorang yang
harus melunasi. Akhirnya, masyarakat yang membayar semua biaya tersebut.
Beberapa orang percaya bahwa manfaat sosial adalah biaya yang sia-sia, tapi
11
tanggung jawab perusahaan secara sosial akan mencoba untuk memperbaiki semua
biaya mereka dalam beberapa cara.
4. Kebutuhan akan keahlian bisnis yang kurang.
Pelaku bisnis tidaklah secara khusus dilatih untuk menyelesaikan masalah-masalah
sosial. Mereka mungkin memiliki pengetahuan tentang produksi, pemasaran,
accounting, keuangan, teknologi informasi, dan kinerja personel, tetapi apa yang
mereka ketahui tentang isu-isu sosial seperti kemiskinan dunia atau kekerasan di
sekolah? Pelaku bisnis dapat membiayai penyelesaian masalah sosial tersebut
dengan sangat mahal, tetapi pendekatan yang mereka lakukan sangatlah rendah.
5. Penempatan tanggung jawab perusahaan dibandingkan individual
Seluruh ide dari tanggung jawab perusahaan tidak terarah, menurut beberapa kritikan.
Hanya pelaku individu yang dapat bertanggung jawab terhadap tindakan mereka.
Pelaku-pelaku membuat keputusan, sedangkan organisasi tidak. Sebuah perusahaan
tidak dapat bertanggung jawab atas tindakannya, hanya individu-individu yang terlibat
dalam promosi atau penyelenggaraan kebijakan. Jika manajer perusahaan individu
ingin berkontribusi dengan uang pribadi mereka untuk masalah sosial, biarkan mereka
melakukannya, tetapi suatu hal yang salah bila mereka berkontribusi dengan memakai
dana perusahaan atas nama corporate sosial responsibility.
Social and Environmental Reporting
Selain melakukan pengukuran kinerja sosial secara luas, beberapa organisasi telah
melaporkan upaya mereka dalam laporan perusahaan atas tindakan sosial dan lingkungan
hidup
Berdasarkan Survei yang dilakukan pada tahun 1993 hingga 2002: pelaporan CSR terus
meningkat. Isi dari Pelaporan CSR tersebut meliputi publikasi kinerja sosial dan lingkungan
perusahaan. Dibuat dengan menggunakan Balance Scorecard dan Three Bottom Line:
• People
• Profit
• Planet
Award for Corporate Citizenship
Sejak tahun 2000 para akademisi bekerjasama dengan KLD Research and Analytics
melakukan penilaian “100 Best Corporate Citizens”. Pada tahun 2006, nilai tertinggi yang
dicapai oleh Green Mountain Coffee, Hewlett-Packard, Advanced Micro Devices, Motorola,
dan Agilent Technologies. Selain dari penilaian masyarakat, perusahaan juga melakukan
penilaian untuk rekan perusahaannya
UPS memuncaki daftar pada tahun 2005 untuk tahun ketiga berturut-turut. UPS berusaha
untuk meningkatkan efisiensi bahan bakar dan mengurangi emisi dari armada transportasi,
memanfaatkan kendaraan berbahan bakar alternatif. Selain itu, perusahaan menyumbangkan
$43.000.000 pada tahun 2005 untuk amal yang berfokus pada kelaparan dan buta huruf.
Pelaporan Sosial dan Lingkungan
Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Social Investment Research Analis Network (Siran)
pada tahun 2006, 79 perusahaan dari Standard and Poor (S & P) 100 Index memiliki bagian
khusus dari situs Web mereka didedikasikan untuk berbagi informasi tentang kebijakan dan
kinerja sosial dan lingkungan mereka. Lebih dari sepertiga melaporkan bahwa laporan mereka
didasarkan pada pedoman Global Reporting Initiative Sustainability Reporting. Empat puluh
tiga perusahaan dalam Indeks S & P mengeluarkan laporan tanggung jawab sosial
perusahaan, naik dari 39% pada 2005.
Praktik CSR di Indonesia
Dilihat dari asal katanya, Corporate Social Responsibility berasal dari literatur etika
bisnis di Amerika Serikat dikenal sebagai Corporate Social Responsibility atau Social
Responsibility Of Corporation. Secara umum istilah CSR diterjemahkan menjadi tanggung
jawab sosial perusahaan. Kata Corporate dipahami sebagai perusahaan besar. Sedangkan
12
perusahaan merupakan badan hukum yang didirikan untuk melayani kepentingan umum
disamping keuntungan. (Achmad Daniri dalam jurnal Nancy S. Haliwela) Menurut Darwin
(2004) Corporate Responsibility adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara
sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya
dan interaksinya dengan stakeolders, yang melebihi tanggung jawab organisasi dibidang
hukum. (Rachmawati, 2012 : ) Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas, tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah komitmen
perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna
meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan
sendiri, komunitas setempat maupun masyarakat pada umumnya.
The
World
Business
Council
for
Sustainable
Devolopment (WBCSD)
mendefinisikan corporate social responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan
sebagai komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi
berkelanjutan, melalui kerja sama dengan para karyawan serta perwakilan mereka, keluarga
mereka, komunitas setempat maupun masyarakat umum untuk meningkatkan kualitas
kehidupan dengan cara yang bermanfaat, baik dari segi bisnis maupun untuk pembangunan.
(Nancy S. Haliwela, 2011) Lebih lanjut, Nancy S. Haliwela, mengatakan CSR sebagai bentuk
tanggung jawab moral suatu organisasi bisnis terhadap stakeolders. Dalam pengertian
terbatas tanggung jawab sosial suatu perusahaan dipahami sebagai upaya untuk tunduk dan
memenuhi hukum, seperti tanggung jawab sosial bisnis. Sedangkan secara luas, Corporate
Social Responsibility dipahami sebagai konsep yang lebih manusiawi, yang menjunjung tinggi
moralitas. Setiap perusahaan menentukan sendiri bentuk tanggung jawab sosial yang akan
dilakukannya sesuai dengan kemampuan perusahaan tersebut. (2011)
Tanggung jawab sosial ini dapat berupa tanggung jawab terhadap kebersihan dan
kesehatan lingkungan, keadaan ekonomi masyarakat pada umumnya, pertisipasi perusahaan
pada pembangunan lingkungannya. (Ernie Tisnawati dan Kurniawan, 2005:76) Jadi, dari
beberapa definisi yang diungkapkan diatas, penulis menyimpulkan bahwa Corporate
Responsibility atau tanggung jawab perusahaan yaitu mekanisme sebuah perusahaan
berbentuk komitmen bisnis yang diintegrasikan melalui perhatian dan pemberian kontribusi
perusahaan kepada masyarakat dan lingkungan sebagai bentuk partisipasi perusahaan
(dunia bisnis) untuk mewujudkan pembangunan ekonomi berkelanjutan.
Beberapa pandangan yang diungkapkan oleh M. Taufik Amir (2011) dalam bukunya
Manajemen Strategik Konsep dan Aplikasi diantaranya :
1.
Pandangan Tradisional
Membicarakan tanggung jawab perusahaan ada dua konsep awal yang sejak dulu
menjadi landasan perusahaan-perusahaan dalam menjalankan praktik tanggung jawab
sosial. Ada pihak yang mengatakan bahwa urusan bisnis adalah menjalankan bisnis saja.
Menurut Friedman dalam buku M. Taufiq Amir bahwa hanya ada satu tanggung jawab social
perusahaan, yaitu menggunakan sumber daya dengan aktivitas-aktivitas yang biasa
mendapatkan dan meningkatkan laba perusahaan, sepanjang semuanya sesuai aturan yang
ada, terbuka, dan bersaing bebas tanpa kecurangan. (2011:266)
Lebih jelas M. Taufik Amir menjelaskan bahwa pandangan ini sekaligus menyiratkan
bahwa upaya perusahaan motifnya bukan ekonomi (misalnya untuk kesejahteraan
masyarakat sekitar), suatu saat perusahaan bias memiliki kemungkinan merugi karena
meningkatnya biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan.
2.
Pandangan Sosioekonomi
Ada pandangan yang menyebutkan bahwa kalangan bisnis selayaknya memiliki
tanggung jawab lebih. Ada empat pokok pikiran dari pandangan ini, yaitu:
a. Tanggung jawab perusahaan lebih dari sekedar menciptakan laba, yaitu perusahaan
juga terlibat untuk urusan menjaga dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
secara keseluruhan.
b. Perusahaan pada dasarnya bukan pihak independen yang hanya bertanggung jawab
kepada pemegang sahamnya.
c. Perusahaan seharusnya memiliki tanggung jawab moral kepada masyarakat yang
lebih luas, baik untuk urusan sosial, hukum, dan berbagai masalah perpolitikan.
13
d. Perusahaan haruslah melakukan hal-hal yang baik dan benar dan bermanfaat bagi
masyarakat dalam menjalankan usahanya.
Tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility) memiliki beberapa
pandangan dilihat dari segi mendukung atau tidaknya penerapan CSR oleh beberapa pihak
yaitu adanya pro dan kontra. Artinya, adanya pendangan yang mendukung konsep ini dan
ada yang menolak untuk menerapkan konsep tanggung jawab sosial perusahaan.
No
1.
Pandangan kelompok yang pro
terhadap
tanggung
jawab
sosial dari organisasi bisnis
Kegiatan bisnis sering kali
menimbulkan masalah, oleh
karena itu sudah semestinya
perusahaan bertanggung jawab
atas apa yang dilakukannya
Pandangan kelompok yang contra
terhadap tanggung jawab sosial dari
organisasi bisnis
Perusahaan tidak memiliki ahli yang
mengkhususkan dalam bidang sosial
dan kemasyarakatan, oleh karena itu
sulit bagi perusahaan bertanggung
jawab
2.
Perusahaan adalah bagian dari Perusahaan yang ikut berpartisipasi
lingkungan sosial masyarakat, dan bertanggung jawab dalam
oleh karena itu sudah semestinya lingkungan sosial masyarakat justru
ikut
berpartisipasi
dan akan
memiliki
kekuatan
untuk
bertanggung jawab atas apa mengontrol masyarakat dan itu
yang terjadi di masyarakat
indikasi yang kurang baik secara sosial
3. Perusahaan biasanya memiliki Akan
banyak
terdapat
konflik
sumber
daya
untuk kepentingan di masyarakat jika
menyelesaikan
masalah perusahaan terlibat dalam aktivitas
dilingkungan sosial masyarakat
sosial
4. Perusahaan adalah pertner dari Tujuan perusahaan bukan untuk motif
lingkungan
sosial sosial, akan tetapi untuk memperoleh
kemasyarakatan, sebagaimana profit dan mencapai tujuan yang
halnya juga pemerintah dan diharapkan
oleh
para
pemilik
masyarakat lain pada umumnya
perusahaan
Tabel 6 Pandangan Pro dan Kontra terhadap Corporate Social Responsibility
Sumber: (Ricky dan Hauton dalam buku Ernie dan Kurniawan, 2005:76)
Jadi,
dapat
disimpulkan
bahwa
konsep
penerapan Corporate
Social
Responsibility oleh perusahaan dapaat dlihat dari sisi diterima atau ditolaknya oleh berbagai
pihak dan dapat juga dilihat dari sifat perusahaan itu sendiri yang meliputi pandangan
tradisional dan pandangan sosioekonomi. Tolak ukur dari berbagai pandangan ini tetap saja
pada konsep perusahaan sebagai kegiatan bisnis yang profit oriented yang merasa tak perlu
memikirkan tanggung jawab sosial yang pada dasarnya itu merupakan kewajiban dan
tanggung jawab pemerintah.
Manfaat dan Tujuan
Menurut Wibisono (2008) corporate responsibility memiliki kemanfaatan untuk
meningkatkan reputasi perusahaan, menjaga image dan strategi perusahaan. Tanggung
jawab sosial sebagai konsekuensi logis keberadaan perusahaan di sebuah lingkungan
masyarakat mendorong perusahaan untuk lebih proaktif dalam mengambil inisiatif terhadap
tanggung jawab sosial. Karena ada manfaat jangka panjang bagi semua pihak, diantaranya:
(Ernie & Kurniawan, 2005 :81)
1. Bagi Perusahaan
Manfaat yang jelas bagi perusahaan jika perusahaan memberikan tanggung jawab sosial
adalah munculnya citra positif dari masyarakat akan kehadiran perusahaan dilingkungannya.
Selain itu perusahaan dalam jangka panjang akan dianggap memberikan kontribusi yang
positif bagi masyarakat, sehingga perusahaan akan lebih mudah menawarkan atau
memasarkan produk kepada masyarakat.
2. Bagi Masyarakat
14
Yaitu adanya kepentingan masyarakat yang diperhatikan oleh perusahaan, timbulnya
pandangan baru dalam hubungan masyarakat dengan dunia bisnis yang bersifat kemitraan
dalam membangun masyarakat lingkungan yang lebih baik.
3. Bagi Pemerintah
Pemerintah pada akhirnya mendapatkan partner pada meujudkan tatanan masyarakat
yang lebih baik karena, pemerintah sebagai pihak legitimasi. Artinya sebahagian tugas
pemerintah dapat dijalankan oleh anggota masyarakat, dalam hal ini perusahaan atau
organisasi bisnis.
Manfaat program CSR bagi pemberdayaan masyarakat secara berkelanjutan kalau
dilaksanakan secara sistematis, terintegrasi dan berkesinambunga, agar program-program
CSR bisa tepat sasaran dan dapat dipantau tingkat efektivitas dan kinerjanya. (Nancy
S.Haliwela, 2011) Lebih jauh M. Taufik Amir (2011:269) menyatakan manfaat-manfaat CSR
dapat menjaga kelanggengan operasi perusahaan di masa depan. Misalnya soal citra
perusahaan pada publik. Dengan citra yang baik, perusahaan bisa menjadi tempat pilihan
untuk bekerja bagi karyawan-karyawan yang bertalenta baik, menjadi suatu kepercayaan
yang baik bagi rekan bisnis termasuk investor.
Jadi, dari beberapa penjelasan diatas dapat penulis simpulkan bahwa manfaat
dari Corporate Social Responsibility ini sangat berpengaruh besar terhadap perusahaan,
pemerintah dan masyarakat. Terjadi hubungan yang saling menguntungkan antara
perusahaan, pemerintah dan masyarakat. Secara khusus, bagi perusahaan yang mendukung
CSR ini cenderung memperoleh manfaat yang lebih besar dari program CSR baik secara
jangka pendek, maupun jangka panjang, langsung maupun tidak langsung.
15
BAB IV
CONTOH SOAL
Soal Environmental Cost
1. Di akhir tahun 2008, Lemmon Pharmaceuticals (LP) mengimplementasikan program
menajemen kualitas lingkungan. Pada taham awal, LP mengidentifikasi biaya-biaya
berikut untuk tahun yang sudah berakhir sebagai berikut:
2008
$2.400.000
9.600.000
3.600.000
1.200.000
1.970.000
720.000
240.000
120.000
150.000
Inefficient materials usage
Treating and disposing of toxic waste
Cleanup of chemically contaminated soil
Testing for contamination
Operating pollution control equipment
Maintaining pollution control equipment
Performing environmental studies
Measuring contamination levels
Training
Buatlah Environmental cost report per kategori, dengan asumsi total operating cost
sebesar $120.000.000
Jawab:
Quality Costs Report
For The Year Ended 2008
Environmental costs
Prevention cost:
Environmental studies
Environmental training
Appraisal costs:
Testing for contamination
Measuring
contamination
levels
Internal Failure costs:
Treating toxic waste
Operation equipment
Maintaining equipment
External failure costs:
Inefficient materials usage
Cleanup of soil
Total quality costs
Percentage
(%)
240.000
150.000
390.000
1.200.000
120.000
1.320.000
1,10
12.290.00
0
10.24
6.000.000
20.000.00
0
5,00
16,67%
9.600.000
1.970.000
720.000
2.400.000
3.600.000
0,33%
16
2. Identifikasikan core invorenmental objective yang berhubungan dengan
masalah berikut:
a. Tons of greenshouse gas emissions
b. Tons of hazardous waste delivered for off-site management
c. Pounds of plastic recycled
d. British thermal units
e. Cars produced/pounds of steel used
f. Precentage of vehicles powered by propane gas
g. Percentage of recycled paper used (green purchasing)
h. Pounds of chemical releases
i. Hazardous waste cost
j. Pound of nonhazardous waste
k. Percentage reduction in packaging materials
l. Pounds of organic chemicals in effluents sent to local river
m. Percentage of nonhazardous waste recycled
masalah-
Jawab:
a. Minimalisasi pengeluaran bahan-bahan sisa (residu)
b. Minimalisasi penggunaan material yang berbahaya
c. Maksimalisasi kesempatan untuk mendaur ulang plastik tersebut
d. Minimalisasi kebutuhan energi
e. Minimalisasi material yang belum diolah
f. Minimalisasi pelepasan residu
g. Maksimalisasi kesempatan untuk daur ulang
h. Minimalisasi pelepasan residu
i. Meinmalisasi material berbahaya
j. Minimalisasi material belum diolah (raw)
k. Menimalisasi pelepasan bahan residu yang solid
l. Minimalisasi pelepasan residu
m. Maksimalisasi kesempatan untuk mendaur ulang
17
3. Faraday chem. Memproduksi dua produk kimia : herbisida dan insektisida. Manajer
pengendalian lingkungan mengidentifikasi aktivitas dan biaya lingkungan sebagai
berikut:
Herbisida
Insektisida
Pounds produced
12.000.000
30.000.000
Packaging materials
3.600.000
18.000.000
Energy usage
1.200.000
600.000
Toxin releases
3.000.000
600.000
Pollution control
480.000
120.000
Costs of activities:
Using
packaging 5.400.000
materials
Using energy
1.440.000
Operating pollution ctrl
1.680.000
Hitung biaya lingkungan untuk tiap produk, mana yang paling mmempengaruhi
lingkungan?
Jawab:
Activity rates:
Packaging rates
5.400.000/5.400.000 = 1,00 per pound
Energi rate
1.440.000/1.800.000 = 0,80 per kwh
Toxin release rate
720.000/3.600.000
= 0,20 per pound
Pollution rate
1.680.000/600.000
= 2,80 per machine hour
Unit costs:
Herbicide
Packaging:
1,00 x 3.600.000
1,00 x 1.800.000
Energi:
0,80 x 1.200,000
0,80 x 600.000
Toxin releases:
0,20 x 3.000.000
0,20 x 600.000
Pollution control:
2,80 x 480.000
2,80 x 120.000
Total
Unit cost per pound
Insecticide
3.600.000
1.800.000
960.000
480.000
600.000
120.000
1.344.000
6.504.000
/12.000.000
0,542
336.000
2.736.000
/30.000.000
0,0912
Berdasarkan penghitungan di atas produk herbisida memiliki environmental cost
tertinggi dibanding insektisida, sehingga produk herbisida menyebabkan masalah
lingkungan lebih besar dibanding insektisida.
18
DAFTAR PUSTAKA
Biswan, Ali Tafriji. 2018. Short & Brief: Akuntansi Manajemen | Terapan pada Dunia Bisnis
dan Sektor Publik. Tangerang Selatan: Ihsan Media.
Crosson, Susan V., dkk. 2011. Managerial Accounting 9th Edition. Canada: South-western
Cengage Learning
Hansen, Don R., dkk. 2007. Managerial Accounting 8th Edition. United States of America:
Thomson South-western.
19
Scan Cover Referensi
20
21
22
Download