TUGAS MAKALAH MATA KULIAH AKUNTANSI MANAJEMEN TOPIK BAHASAN: ENVIRONMENTAL COST MANAGEMENT DAN ISU TANGGUNG JAWAB SOSIAL DISUSUN OLEH: KELOMPOK 5 KELAS 7-4 PRODI AKUNTANSI ALIH PROGRAM TA 2019/2020 dengan anggota: Foto Setengah Badan No. Urut Daftar Hadir No Nama Mahasiswa 1 Anisa Anastia 5 2 Diyouva Christa Novith 11 3 Fitriana Januar Arifiana 17 4 Moch Akbar Anugrah Hartono 23 5 Rahmad Budiarto 29 6 Suhendra Baharsyah 35 Paraf 1 TUGAS MAKALAH MATA KULIAH AKUNTANSI MANAJEMEN TOPIK BAHASAN: ENVIRONMENTAL COST MANAGEMENT DAN ISU TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERNYATAAN KELOMPOK Isi resume kami ini telah memenuhi indikator berikut: No Kriteria 3 Pilih Salah Satu Baris di Bawah Ini (Dicentang 1, 2, atau 3) Semua isi slide dinarasikan (word), tdk ada yang terlewat, naskah diketik ulang (bukan copy paste), plus pengayaan dari sumber lain (semua sumber ditampilkan) baik gambar maupun teks 1 2 Indikator Uraian word dari slide dosen, termasuk gambar, tabel, bagan, keterangan sumber, dll yang ada di slide Semua isi slide dinarasikan (word), tdk ada yang terlewat, naskah diketik ulang (bukan copy paste), tdk ada pengayaan dari sumber lain (semua sumber ditampilkan) baik gambar maupun teks Hanya sebagian isi slide dinarasikan (word), cenderung copy paste 2 BAB III RESUME MATERI A. Isu-isu Lingkungan Sawit Indonesia Dihadang, Perang Dagang Uni Eropa-ASEAN Bisa Meletus Jakarta, CNBC Indonesia - Hubungan dagang antara Indonesia dan negara produsen kelapa sawit di ASEAN, dengan Uni Eropa makin panas. Pasalnya, Komisi Uni Eropa sedang merancang aturan untuk menghapus secara bertahap penggunaan bahan bakar nabati/BBN (biofuel) berbasis minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) hingga 2030. Bila aturan ini disetujui oleh parlemen Uni Eropa, maka bakal menjadi malapetaka bagi Indonesia selaku salah satu produsen kelapa sawit terbesar di dunia. Pemerintah Indonesia bakal melawan kebijakan ini bila disahkan oleh parlemen Uni Eropa. Bahkan pemerintah Indonesia menyatakan akan mengajukan protes ke organisasi perdagangan dunia (World Trade Organization/WTO). Sanksi Pertamina Atas Tumpahan Minyak di Teluk Balikpapan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) memberikan sanksi kepada PT Pertamina (Persero) atas tumpahan minyak di Teluk Balikpapan. Sanksi ini diberikan karena perusahaan itu dianggap lalai terhadap kondisi pipa yang menyebabkan minyak tumpah di perairan tersebut. Tumpahan itu juga berdampak pada lingkungan. Pertama, terdapat pasir/tanah yang terkontaminasi minyak sebanyak 12.145 m3 di Kota Balikpapan dan 30.156 m3 di Kabupaten Penajam Paser Utara. Kedua, masih ditemukan jejak minyak di pasir pantai pada kedalaman yang bervariasi, mulai dari vegetasi pantai, muara sungai, biota, batu karang. Ketiga, area hutan mangrove yang terkena dampak tumpahan terdapat pada Penajam Paser Utara dan Kariangau Kota Balikpapan dengan luas area terdampak sekitar 270 hektare (ha). (Katadata.co.id) Penyebab dan Akibat Kebakaran Hutan di Kalimantan Hingga Sumatera tirto.id - Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) meluas di Kalimantan dan Sumatera. Kejadian saat musim kemarau 2019 tersebut kembali memicu bencana asap di banyak daerah. Laporan bencana asap pun bermunculan dari Riau, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat pada bulan ini. Berdasar data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sampai Senin, 16 September 2019, pukul 16.00 WIB, titik panas ditemukan di Riau sebanyak 58, Jambi (62), Sumatera Selatan (115), Kalimantan Barat (384), Kalimantan Tengah (513) dan Kalimantan Selatan (178). Jumlah titik panas atau hotspot itu menurun dibandingkan data BNPB per 15 September 2019, pukul 16.00 WIB. Pada Minggu kemarin, jumlah titik panas di Riau ada 59, Jambi (222), Sumatera Selatan (366), Kalimantan Barat (527), Kalimantan Tengah (954) dan Kalimantan Selatan (119). Sementara luas karhutla di Indonesia selama 2019, sesuai data KLHK, sudah mencapai 328.722 hektare. Dari data itu, kebakaran di Kalimantan Tengah tercatat seluas 44.769 hektare, Kalbar (25.900 ha), Kalsel (19.490 ha), Sumsel (11.826 ha), Jambi (11.022 ha) dan Riau (49.266 ha). Judul berita “8 Perusahaan Diproses Hukum Karena Cemari Citarum” menandakan adanya potensi biaya lingkungan, terutama jenis biaya : (a) pencegahan; (b) deteksi; (c) kegagalan eksternal; dan (d) kegagalan internal. B. Konsep Ekoefisiensi, Siklus Hidup Produk Terkait Isu Lingkungan, dan Jenis-jenis Biaya Lingkungan Ekoefisiensi Mengapa isu lingkungan penting bagi unit bisnis? Pertama dikarenakan peraturan tentang lingkungan meningkat secara signifikan. Selanjutnya karena keberhasilan produksi yang memperhatikan masalah lingkungan, persaingan semakin kompetitif. Ekoefisiensi diperkenalkan oleh World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) pada tahun 1992 dalam publikasi mereka yang berjudul “Changing Course”. Ecoefficiency berasal dari kata Ecology & Efficiency. Menurut Hansen & Mowen, ekoefisiensi adalah kemampuan menghasilkan barang/jasa yang dapat memenuhi kepuasan pelanggan sambal mengurangi 3 dampak negatif pada lingkungan, penggunaan sumber daya, dan biaya. Ekoefisiensi berimplikasi pada hubungan positif antara kinerja ekonomi entitas dan lingkungan sekitarnya. Dalam penerapan ekoefisiensi, unit bisnis memperhatikan siklus hidup produk dan bertanya: • Bahan baku apakah yang dibutuhkan untuk setiap jenis produk? • Berapa energi untuk menghasilkan tiap produk? • Emisi apa yang dihasilkan? • Sumber daya apa yang dibutuhkan untuk pembuangan akhir? Manfaat ekoefisiensi antara lain: - Pelanggan menyukai produk yang bersih - Tanggung jawab lingkungan mengakomodasi manfaat eksternal, seperti cost of capital dan biaya asuransi rendah - Inovasi dan peluang baru - Karyawan lebih suka unit bisnis yang memiliki tanggung jawab sosial, sehingga produktivitas meningkat - Kinerja lingkungan yang bagus menghasilkan manfaat sosial, misalnya kesehatan manusia - Pengurangan biaya dan keunggulan kompetitif Tahapan penilaian siklus hidup produk: 1. Analisis Persediaan, yaitu analisis jenis dan jumlah input bahan baku dan energi yang dibutuhkan serta pelepasan ke lingkungan yang dihasilkan dalam bentuk residu padat, cair dan gas, selama siklus hidup produk. 2. Analisis Dampak, yaitu analisis pengaruh lingkungan dari beberapa desain. Lalu, 3. Analisis Biaya dan Analisis Perbaikan, yaitu analisis untuk mengurangi dampak lingkungan. Bahan Baku Produk si Dikendalikan oleh Pemasok Dikendalikan oleh Produsen Pengem asan Daur Ulang Penggunaan dan pemeliharaan Pembuangan Dikendalikan oleh Pelanggan Environmental Cost adalah biaya kualitas yang ditanggung akibat dampak kualitas lingkungan buruk yang terjadi atau kualitas lingkungan buruk yang mungkin terjadi. 4 Jenis-jenis biaya lingkungan: Prevention Activities (mencegah diproduksinya limbah atau sampah) Evaluasi dan pemilihan pemasok dan alat kendali polusi Desain proses, desain produk Studi lingkungan, sertifikasi ISO 14001 Audit risiko lingkungan Pengembangan sistem manajemen lingkungan Detection Activities (apakah aktivitas yang dilakukan telah memenuhi standar lingkungan) Aktivitas audit lingkungan Inspeksi produk Inspeksi proses Pengembangan pengukuran kinerja lingkungan Uji kontaminan Verifikasi kinerja lingkungan pemasok Pengukuran level kontaminan Internal Failure Activities (timbulnya limbah atau sampah pada produk/proses produksi Pnerapan alat kendali polusi Penanganan/pembuangan limbah beracun Pemeliharaan peralatan polutan Lisensi fasilitas untuk penghasil kontaminan Daur ulang scrap External Failure Activities (timbulnya pelepasan limbah atau sampah ke lingkungan/masyarakat) Pembersihan danau terpolusi, tumpahan minyak, tanah terkontaminasi Penyelesaian klaim luka akibat lingkungan Restorasi tanah ke kondisi normal Kehilangan penjualan akibat reputasi lingkungan yang buruk Perawatan akibat polusi udara (S) Kehilangan danau rekreasi akibat terkontaminasi (S) Kerusakan ekosistem akibat buangan berbahaya (S) Full environmental costing yang mencakup biaya lingkungan baik private maupun societal cost (S, pihak ketiga) ke produk, sedangkan full private costing (internal process) mencakup hanya private costs. C. Pembebanan Biaya Lingkungan, Pelaporan & Pertanggungjawaban Baik produk maupun proses adalah sumber dari biaya lingkungan. Proses menghasilkan produk dapat pula memberikan hasil residu yang berbahaya bagi lingkungan. Hal ini juga termasuk apa yang disebut sebagai environmental postpurchase cost, yaitu biaya lingkungan yang diakibatkan oleh konsumsi produk oleh konsumen. Pada kebanyakan pencatatan akuntnasi di perusahaan, biaya lingkungan dimasukkan ke dalam komponen overhead produksi. Namun untuk dapat lebih memperhatikan besaran porsi biayanya, maka biaya lingkungan harus dilaporkan tersendiri. Pembagian perhitungan biaya lingkungan dibagi menjadi dua, yaitu berdasarkan fungsi dan berdasarkan aktivitas. Pengenaan biaya berbasis fungsi menggunakan perhitungan berdasarkan jam kerja ataupun jam mesin. Perhitungan dengan model ini cocok digunakan pada industri yang menghasilkan jenis produk yang homogen (sejenis). Pada perusahaan dengan produk yang bervariasi, penggunaan perhitungan biaya lingkungan akan menimbulkan distorsi biaya. Kedua adalah perhitungan biaya lingkungan berbasis aktivitas. Sama seperti perhitungan biaya berbasis aktivitas lainnya, biaya lingkungan dinilai berdasarkan kegiatan yang relevan terhadap proses produksi dan berdampak langsung pada lingkungan. Dicontohkan oleh Mowen (2018), sebuah perusahaan Thamus memproduksi aksesoris berupa tempered glass berjenis Gorilla Glass dan Dragontail sebanyak masing-masing 50.000 lembar. Untuk setiap lembarnya, dibutuhkan 1,5 jam mesin. Dalam proses produksinya, Thamus menghasilkan zat kimia buangan berupa Cadmium yang diatur perizinannya oleh pemerintah melalui biaya lingkungan sebesar $300.000/tahun dan denda sebesar $50.000/tahun apabila kadarnya melebihi batas yang ditentukan. Cadmium yang dihasilkan dari produksi tempered glass di Thamus lebih dari batas yang ditentukan sehingga denda menjadi bagian dari biaya lingkungan yang harus ditanggung. Berikut adalah simulasi perhitungan biaya lingkungan yang dihitung berdasarkan fungsi. 5 Deskripsi Gorilla Glass Dragontail Jumlah produksi 50.000 50.000 Jumlah jam kerja mesin 20.000 30.000 Biaya perizinan $100.000 Denda $50.000 Total biaya lingkungan $150.000 Biaya lingkungan per jam kerja [$150.000/(30.000+20.000)] $3 per unit Biaya lingkungan berdasarkan fungsi 20.000 x $3 $60.000 30.000 x $3 $90.000 Tabel 1 Perhitungan Biaya Lingkungan Berbasis Fungsi Sedangkan perhitungan berdasarkan aktivitas membutuhkan keterangan lain berupa jumlah emisi Cadmium yang dihasilkan dari proses produksi yang kemudian dikalikan dengan tarif per unit emisi. Hasil simulasi perhitungan ditunjukan melalui perhitungan berikut. Deskripsi Gorilla Glass Dragontail Jumlah produksi 50.000 50.000 Emisi Cadmium 20.000 0 Biaya perizinan $100.000 Denda $50.000 Total biaya lingkungan $150.000 Biaya lingkungan per aktivitas ($150.000/20.000) $7,5 per unit Biaya lingkungan berdasarkan Aktivitas 20.000 x $7,5 $150.000 0 x $7,5 $0 Tabel 2 Perhitungan Biaya Lingkungan Berbasis Aktivitas Analisis Biaya Lingkungan dengan Aktivitas Ganda Produksi Cadmium yang dicontohkan sebelumnya adalah proses produksi tunggal, sedangkan pada kenyataannya aktivitas lingkungan bisa bermacam-macam dan berjalan bersamaan. Untuk menghitung biayanya, perusahaan perlu menghitung tarif untuk masingmasing kegiatan sehingga biaya keseluruhan dapat dihitung dengan baik. Dicontohkan oleh Biswan (2020) dalam bahan ajarnya, perusahaan memproduksi dua jenis cairan pembersih dengan simulasi sebagai berikut. 6 Aktivitas Jenis Pembersih A Pembersih B Evaluasi dan seleksi supplier Prevention 2.000 500 Desain proses (kurangi polusi) Prevention 1.000 1.000 Inspeksi proses (kasus polusi Detection 2.500 1.500 Penanganan CFC Failure 500 10.000 Pemeliharaan peralatan lingkungan Failure 0 5.000 Pembuangan limbah beracun Failure 1.000 17.500 Kelebihan penggunaan material berbahaya Failure 800 2.500 Biaya Lingkungan per unit 7.800 38.000 Biaya manufaktur lain (nonenvironment) 90.200 162.000 Total unit cost 98.000 200.000 Unit produksi 100.000 100.000 Tabel 3 Perhitungan Biaya Lingkungan Aktivitas Ganda Ketika diketahui bahwa biaya lingkungan produk Pembersih B lebih besar dari Pembersih A, maka perusahaan dapat menentukan kebijakan apa yang akan diambil terkait usaha mengurangi dampak lingkungan yang ditimbulkan proses produksi. Kemudian setelah proses produksi menjadi lebih ramah lingkungan, hal tersebut akan berpengaruh pada besaran biaya lingkungan yang harus ditanggung perusahaan. Penentuan jenis biaya aktivitas yang muncul juga akan membantu perusahaan mengidentifikasi aktivitas apa yang menimbulkan biaya paling besar. Laporan Biaya Lingkungan Laporan biaya lingkungan penting untuk disusun apabila perusahaan ingin lebih serius dalam pertanggungjawaban lingkungan atas operasinya. Manfaat yang bisa dicapai adalah (1) mengetahui porsi biaya lingkungan atas profit perusahaan dan (2) jumlah relatif yang dikeluarkan untuk setiap kategori biaya. Contoh laporan untuk biaya lingkungan dapat dilihat pada gambar di bawah. Gambar 1 Contoh Laporan Biaya Lingkungan 7 Sedangkan laporan keuangan lingkungan dapat digunakan untuk mengetahui penghematan apa yang dapat dilakukan dalam rangka pelaksanaan pengendalian biaya lingkungan. D. Akuntansi Pertanggungjawaban Lingkungan Berbasis Strategi Untuk pengendalian dan pelestarian lingkungan dalam jangka panjang, aspek lingkungan dapat dimasukkan ke dalam perspektif penyusunan Balanced Score Card. Hal tersebut juga mendukung pelaksanaan prinsip perusahaan untuk selalu menjaga kualitas dengan cara doing it right the first time. Perilaku etis unit bisnis jgua tetap diperhatikan dengan mempertimbangkan biaya kualitas dalam produk selaras dengan tanggung jawab sosial yang timbul bersamaan dengan penggunaan produk. Tujuan dimasukkannya perpektif lingkungan ke dalam BSC diantaranya: a. b. c. d. e. Minimalisasi penggunaan material berbahaya (hazardous material) Minimalisasi penggunaan raw/virgin materials Minimalisasi energi untuk proses produksi dan produk (untuk konservasi energi) Minimalisasi pelepasan residu dalam berbagai bentuk (padat, cair, gas) Maksimalisasi usaha daur ulang (recycle) Peran Manajemen Aktivitas dalam Perspektif Lingkungan Analisis aktivitas lingkungan penting untuk sistem pengendalian lingkungan yang baik. Identifikasi aktivitas lingkungan dan penilaian biayanya merupakan persyaratan untuk penghitungan biaya lingkungan berbasis aktivitas. Informasi mengenai biaya lingkungan dan produk atau proses apa yang menyebabkannya merupakan hal yang sangat penting sebagai langkah pertama untuk pengendalian. Selanjutnya, aktivitas lingkungan harus diklasifikasikan sebagai bernilai tambah dan tidak bernilai tambah. Aktivitas tidak bernilai tambah adalah aktivitas yang tidak perlu ada jika perusahaan beroperasi secara optimal dan efisien. 8 Tujuan Meminimalkan penggunaan bahan berbahaya Ukuran Jenis dan jumlah (total dan per unit) Persentase total biaya bahan baku Ukuran produktivitas (output/input) Meminimalkan penggunaan bahan baku Jenis dan jumlah (total dan per unit) atau bahan yang masih asli Ukuran produktivitas (output/input) Meminimalkan kebutuhan energi Jenis dan jumlah (total dan per unit) Ukuran produktivitas (output/input) Meminimalkan pelepasan residu Berat limbah beracun yang diproduksi Volume pembuangan cairan Jumlah gas kaca yang diproduksi Persentase pengurangan bahan baku kemasan Memaksimalkan peluang untuk daur ulang Berat bahan baku yang didaur ulang Jumlah komponen yang berbeda-beda Persentase unit yang dibuat ulang Energi yang diproduksi dari pembakaran Tabel 4 Tujuan dan Ukuran: Perspektif Lingkungan Sumber: Don R. Hansen dan Maryanne M. Mowen, 2007, Managerial Accounting 8th Edition. USA: Thompson South Western pg. 793 Biaya lingkungan tidak bernilai tambah adalah biaya dari aktivitas tidak bernilai tambah. Biaya ini mewakili keuntungan yang dapat ditangkap dengan cara memperbaiki kinerja lingkungan. Kunci untuk menangkap keuntungan ini adalah mengidentifikasi akar penyebab aktivitas yang tidak bernilai tambah, kemudian mendesain ulang produk dan proses untuk meminimalkan dan akhirnya menghilangkan aktivitas yang tidak bernilai tambah tersebut. Desain untuk Lingkungan dan Ukuran Keuangan Pendekatan desain khusus ini disebut juga design for the environment. Desain ini menyentuh produk, proses, bahan baku, energi, dan daur ulang. Dengan kata lain, keseluruhan daur hidup produk dan pengaruhnya terhadap lingkungan harus dipertimbangkan. Sebagai contoh, proses manufaktur adalah sumber langsung dari berbagai residu padat, cair, dan gas yang banyak dilepaskan ke lingkungan. Desain ulang suatu proses dapat menghilangkan produksi residu tersebut. Desain produk juga dapat mengurangi degradasi lingkungan. Contohnya, Eastman Kodak telah mendesain kamera khususnya untuk memfasilitasi daur ulang. Kamera tersebut memiliki komponen yang diberi kode dengan warna. Komponen tersebut dapat dipisahkan dan digunakan untuk membuat kamera baru. Sekitar 86 persen dari setiap kamera baru dibuat dari bahan daur ulang. Sebanyak 5.000.000 unit diperkirakan telah didaur ulang sejak produk tersebut dipasarkan. Perbaikan lingkungan harus menghasilkan keuntungan keuangan yang signifikan. Hal ini berarti perusahaan telah mencapai trade-off yang menguntungkan antara aktivitas yang gagal dan aktivitas pencegahan. Jika keputusan ekoefisien dibuat, maka total biaya lingkungan harus terhapus bersama dengan perbaikan kinerja lingkungan. Jadi, tren biaya lingkungan merupakan ukuran kinerja yang penting. Satu kemungkinan adalah mempersiapkan laporan biaya lingkungan yang tidak bernilai tambah dari periode berjalan dan membandingkannya dengan periode sebelumnya. Contoh laporan seperti ini ditunjukkan pada tabel berikut ini: Aktivitas Lingkungan Tidak Bernilai Tambah Proses pemeriksaan Pengoperasian peralatan polusi Pemeliharaan peralatan polusi Pembersihan polusi air Klaim kerusakan properti Total Tahun 2008 2007 $ 200.000 $ 240.000 350.000 400.000 200.000 200.000 700.000 900.000 300.000 400.000 $1.750.000 $2.140.000 Tabel 5 Tren Biaya Tidak Bernilai Tambah: Biaya Lingkungan Sumber: Don R. Hansen dan Maryanne M. Mowen, 2007, Managerial Accounting 8th Edition. USA: Thompson South Westertn pg. 795 9 E. Isu Tanggung Jawab Sosial Prinsip Dasar Corporate Social Responsibility Ide awal tentang tanggung jawab sosial perusahaan muncul di Amerika Serikat pada awal abad kedua puluh. Pada masa itu perusahaan dikritik karena dianggap anti sosial dan melakukan praktik-praktik yang anti kompetitif. Kritikan tersebut dilanjutkan dengan usahausaha untuk mengekang kekuasaan perusahaan melalui undang-udang anti trust, kebijakan perbankan, dan hukum perlindungan konsumen. Beberapa pengamat bisnis menyarankan kepada komunitas bisnis untuk menggunakan kekuasaan dan pengaruhnya untuk tujuantujuan sosial yang lebih luas, tidak hanya sekedar untuk memaksimalkan keuntungan (profit) perusahaan. Ide inilah yang akhirnya menjadi konsep Corporate Social Responsibility. Beberapa pebisnis handal seperti Andrew Carnegie menjadi dermawan besar yang memberi banyak sumbangan untuk institusi pendidikan dan yayasan sosial. Selain itu, Henry Ford mengembangkan program paternalistik untuk mendukung kebutuhan rekreasi dan kesehatan bagi para pegawainya. Para pemimpin bisnis menilai bahwa komunitas bisnis memiliki tanggung jawab terhadap masyarakat yang dapat bersamaan dengan usaha mereka untuk menghasilkan laba. Sebagai hasil dari ide awal mengenai peranan bisnis dalam masyarakat, lahirlah dua prinsip dasar yaitu Charity Principle dan Stewardship Principle. 1. The Charity Principle Charity principle merupakan pandangan bahwa kelompok yang lebih sejahtera dalam masyarakat harus memberikan sumbangan kepada kelompok yang lebih membutuhkan. Hal ini sebenarnya merupakan pandangan yang sudah berakar lama dalam masyarakat. Bagi sebagian kelompok bisnis sekarang, tanggung jawab sosial perusahaan dimaknai hanya sebatas berpartisipasi dalam masyarakat, melakukan kontribusi berupa sumbangansumbangan sesuai dengan charity principle ini. Sebagian besar perusahaan mengartikan kegiatan pemberian sumbangan sebagai satu-satunya bentuk tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat. Keterlibatan mereka secara sukarela dalam berbagai bantuan kepada kelompok yang membutuhkan seperti mereka yang tertimpa bencana alam dianggap sebagai pemenuhan kewajiban perusahaan terhadap komunitas. 2. The Stewardship Principle Pemberian sumbangan seperti yang dijelaskan dalam charity principle di atas bukanlah satusatunya bentuk tanggung jawab sosial perusahaan. Saat ini banyak eksekutif perusahaan yang memandang dirinya sebagai steward (pengurus) atau trustee (wali) yang bertindak berdasarkan kepentingan publik. Meskipun perusahaan tempat mereka bekerja adalah perusahaan privat dan sekalipun mereka juga mencari laba bagi pemilik, pengelola bisnis yang mengikuti stewardship principle ini berkeyakinan bahwa mereka juga memiliki kewajiban agar masyarakat secara umum mendapatkan manfaat dari aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan. Para manajer memiliki tanggung. jawab untuk menggunakan sumber-sumber dengan cara yang baik yang ditujukan tidak hanya bagi pemilik namun juga bagi masyarakat secara umum. Pendapat Pro Corporate Social Responsibility 1. Menyeimbangkan Kekuatan Perusahaan dengan Tanggungjawabnya Bisnis masa kini banyak dipengaruhi oleh banyak kekuatan dan pengaruh. Banyak orang beranggapan bahwa tanggungjawab disertai oleh kekuatan, baik siapapun yang memegangnya, disebut iron law of responbility. Para pebisnis menyadari bahwa jika mereka menyalahgunakan kekuasaan yang mereka punyai, mereka mungkin kehilangannya. 2. Mengurangi Pengaturan Oleh Pemerintah Ada beberapa regulasi yang dapat mengurangi kebebasan bisnis dan sosial, sedangkan kebebasan adalah hal yang diinginkan oleh publik. Pada kasus bisnis ini, regulasi cenderung mengurangi fleksibilitas dalam pengambilan keputusan dan menambah biaya ekonomi. Pada intinya kebebasan dalam pengambilan keputusan mengijinkan bisnis untuk bertemu antara pasar dan sosial. Oleh sebab itu, jika bisnis 10 dapat bertingkah laku secara bertanggung jawab dan mampu mempertanggungjawabkan kepada pemerintah, maka kebutuhan publik akan berjalan dengan baik sesuai dengan private publik itu sendiri. 3. Mendorong Laba Jangka Panjang Untuk Perusahaan Pemberian dana untuk pembiayaan jangka panjang, seperti: pemberian sumbangan ke sekolahan, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, dan lain sebagainya. 4. Meningkatkan Nilai dan Reputasi Perusahaan Reputasi sosial pada perusahaan sering kali dipandang sebagai elemen penting dalam membangun kepercayaan antara perusahaan dan para stakeholders. Reputasi merujuk pada hal yang diinginkan ke hal yang tidak diinginkan terhadap kualitas gabungan dengan sebuah perusahaan dimana dapat mempengaruhi hubungan perusahaan dengan para stakeholders. Reputasi pada sebuah perusahaan sangat berharga, dinyatakan sebagai asset yang tidak berwujud yang dapat menambah kemakmuran perusahaan. Reputasi baik pada suatu perusahaan dapat meningkatkan ketertarikan pegawainya. 5. Memperbaiki Masalah Sosial Akibat Dari Perusahaan Banyak orang beranggapan bahwa bisnis bertanggung jawab terhadap kompesansi sosial atas kejadian akan sesuatu yang berdampak negatif bagi sosial. Jika konsumen terluka akibat dari produk suatu perusahaan, maka perusahaan yang memproduksi produk tersebut lah yang bertanggung jawab. Jika bisnis tidak secara sukarela bertanggung jawab akan hal tersebut, maka pengadilan akan bertindak mewakili sosial dan kepentingan sosial tersebut. Jika bisnis menyebabkan polusi lingkungan, maka ia bertanggung jawab terhadap hal itu juga. Pendapat Kontra Corporate Social Responsibility Menurut beberapa pendapat yang radikal, tanggung jawab sosial dalam dunia bisnis dianggap tidak ada, tetapi bagi beberapa pihak yang pandai memanfaatkan, tanggung jawab sosial dapat dipakai sebagai tabir untuk menyembunyikan tujuan sebenarnya perusahaan yaitu memperoleh uang sebanyak mungkin. Berikut beberapa argumen pertentangan terhadap CSR: 1. Penurunan laba dan efisiensi ekonomi Berdasarkan argumen ini, kapanpun perusahaan menggunakan sumber dayanya untuk tujuan sosial, resikonya adalah penurunan efisiensi. Sebagai contoh jika perusahaan memutuskan untuk tetap mempertahankan pabrik yang tidak produktif, karena ingin menghindari efek sosial yang negatif dari penutupan pabrik. Maka kinerja keuangan perusahaan akan menderita. Biaya perusahaan akan menjadi lebih tinggi dari biasanya, sehingga menghasilkan laba yang rendah. Pemegang saham juga akan menerima return yang lebih rendah atas investasinya. Kondisi ini membuat perusahaan lebih sulit untuk mendapatkan tambahan modal bagi pertumbuhan perusahaan di masa mendatang, 2. Pengenaan dasar biaya yang tidak sama di antara pesaing Argumen yang lain mengatakan bahwa pengenaan biaya yang lebih besar terhadap tanggung jawab perusahaan, akan menyebabkan pada posisi yang tidak menguntungkan. Jika sebuah negara menetapkan standar kontrol yang lebih memakan biaya dan tinggi, seperti: peraturan keselamatan pekerja atau uji awal pasar terhadap aturan pakai obat-obatan dibandingkan negara yang lain, maka hal ini dapat menimbulkan biaya perusahaan yang tinggi. Kerugian akibat biaya ini berarti persaingan yang tidak seimbang. 3. Pengenaan biaya tersembunyi yang ditanggung pemegang saham. Beberapa proposal sosial yang ditawarkan perusahaan tidak mencerminkan cara mereka sendiri dalam kepekaan ekonomi, oleh karena itu harus ada seseorang yang harus melunasi. Akhirnya, masyarakat yang membayar semua biaya tersebut. Beberapa orang percaya bahwa manfaat sosial adalah biaya yang sia-sia, tapi 11 tanggung jawab perusahaan secara sosial akan mencoba untuk memperbaiki semua biaya mereka dalam beberapa cara. 4. Kebutuhan akan keahlian bisnis yang kurang. Pelaku bisnis tidaklah secara khusus dilatih untuk menyelesaikan masalah-masalah sosial. Mereka mungkin memiliki pengetahuan tentang produksi, pemasaran, accounting, keuangan, teknologi informasi, dan kinerja personel, tetapi apa yang mereka ketahui tentang isu-isu sosial seperti kemiskinan dunia atau kekerasan di sekolah? Pelaku bisnis dapat membiayai penyelesaian masalah sosial tersebut dengan sangat mahal, tetapi pendekatan yang mereka lakukan sangatlah rendah. 5. Penempatan tanggung jawab perusahaan dibandingkan individual Seluruh ide dari tanggung jawab perusahaan tidak terarah, menurut beberapa kritikan. Hanya pelaku individu yang dapat bertanggung jawab terhadap tindakan mereka. Pelaku-pelaku membuat keputusan, sedangkan organisasi tidak. Sebuah perusahaan tidak dapat bertanggung jawab atas tindakannya, hanya individu-individu yang terlibat dalam promosi atau penyelenggaraan kebijakan. Jika manajer perusahaan individu ingin berkontribusi dengan uang pribadi mereka untuk masalah sosial, biarkan mereka melakukannya, tetapi suatu hal yang salah bila mereka berkontribusi dengan memakai dana perusahaan atas nama corporate sosial responsibility. Social and Environmental Reporting Selain melakukan pengukuran kinerja sosial secara luas, beberapa organisasi telah melaporkan upaya mereka dalam laporan perusahaan atas tindakan sosial dan lingkungan hidup Berdasarkan Survei yang dilakukan pada tahun 1993 hingga 2002: pelaporan CSR terus meningkat. Isi dari Pelaporan CSR tersebut meliputi publikasi kinerja sosial dan lingkungan perusahaan. Dibuat dengan menggunakan Balance Scorecard dan Three Bottom Line: • People • Profit • Planet Award for Corporate Citizenship Sejak tahun 2000 para akademisi bekerjasama dengan KLD Research and Analytics melakukan penilaian “100 Best Corporate Citizens”. Pada tahun 2006, nilai tertinggi yang dicapai oleh Green Mountain Coffee, Hewlett-Packard, Advanced Micro Devices, Motorola, dan Agilent Technologies. Selain dari penilaian masyarakat, perusahaan juga melakukan penilaian untuk rekan perusahaannya UPS memuncaki daftar pada tahun 2005 untuk tahun ketiga berturut-turut. UPS berusaha untuk meningkatkan efisiensi bahan bakar dan mengurangi emisi dari armada transportasi, memanfaatkan kendaraan berbahan bakar alternatif. Selain itu, perusahaan menyumbangkan $43.000.000 pada tahun 2005 untuk amal yang berfokus pada kelaparan dan buta huruf. Pelaporan Sosial dan Lingkungan Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Social Investment Research Analis Network (Siran) pada tahun 2006, 79 perusahaan dari Standard and Poor (S & P) 100 Index memiliki bagian khusus dari situs Web mereka didedikasikan untuk berbagi informasi tentang kebijakan dan kinerja sosial dan lingkungan mereka. Lebih dari sepertiga melaporkan bahwa laporan mereka didasarkan pada pedoman Global Reporting Initiative Sustainability Reporting. Empat puluh tiga perusahaan dalam Indeks S & P mengeluarkan laporan tanggung jawab sosial perusahaan, naik dari 39% pada 2005. Praktik CSR di Indonesia Dilihat dari asal katanya, Corporate Social Responsibility berasal dari literatur etika bisnis di Amerika Serikat dikenal sebagai Corporate Social Responsibility atau Social Responsibility Of Corporation. Secara umum istilah CSR diterjemahkan menjadi tanggung jawab sosial perusahaan. Kata Corporate dipahami sebagai perusahaan besar. Sedangkan 12 perusahaan merupakan badan hukum yang didirikan untuk melayani kepentingan umum disamping keuntungan. (Achmad Daniri dalam jurnal Nancy S. Haliwela) Menurut Darwin (2004) Corporate Responsibility adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya dengan stakeolders, yang melebihi tanggung jawab organisasi dibidang hukum. (Rachmawati, 2012 : ) Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat maupun masyarakat pada umumnya. The World Business Council for Sustainable Devolopment (WBCSD) mendefinisikan corporate social responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan sebagai komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan, melalui kerja sama dengan para karyawan serta perwakilan mereka, keluarga mereka, komunitas setempat maupun masyarakat umum untuk meningkatkan kualitas kehidupan dengan cara yang bermanfaat, baik dari segi bisnis maupun untuk pembangunan. (Nancy S. Haliwela, 2011) Lebih lanjut, Nancy S. Haliwela, mengatakan CSR sebagai bentuk tanggung jawab moral suatu organisasi bisnis terhadap stakeolders. Dalam pengertian terbatas tanggung jawab sosial suatu perusahaan dipahami sebagai upaya untuk tunduk dan memenuhi hukum, seperti tanggung jawab sosial bisnis. Sedangkan secara luas, Corporate Social Responsibility dipahami sebagai konsep yang lebih manusiawi, yang menjunjung tinggi moralitas. Setiap perusahaan menentukan sendiri bentuk tanggung jawab sosial yang akan dilakukannya sesuai dengan kemampuan perusahaan tersebut. (2011) Tanggung jawab sosial ini dapat berupa tanggung jawab terhadap kebersihan dan kesehatan lingkungan, keadaan ekonomi masyarakat pada umumnya, pertisipasi perusahaan pada pembangunan lingkungannya. (Ernie Tisnawati dan Kurniawan, 2005:76) Jadi, dari beberapa definisi yang diungkapkan diatas, penulis menyimpulkan bahwa Corporate Responsibility atau tanggung jawab perusahaan yaitu mekanisme sebuah perusahaan berbentuk komitmen bisnis yang diintegrasikan melalui perhatian dan pemberian kontribusi perusahaan kepada masyarakat dan lingkungan sebagai bentuk partisipasi perusahaan (dunia bisnis) untuk mewujudkan pembangunan ekonomi berkelanjutan. Beberapa pandangan yang diungkapkan oleh M. Taufik Amir (2011) dalam bukunya Manajemen Strategik Konsep dan Aplikasi diantaranya : 1. Pandangan Tradisional Membicarakan tanggung jawab perusahaan ada dua konsep awal yang sejak dulu menjadi landasan perusahaan-perusahaan dalam menjalankan praktik tanggung jawab sosial. Ada pihak yang mengatakan bahwa urusan bisnis adalah menjalankan bisnis saja. Menurut Friedman dalam buku M. Taufiq Amir bahwa hanya ada satu tanggung jawab social perusahaan, yaitu menggunakan sumber daya dengan aktivitas-aktivitas yang biasa mendapatkan dan meningkatkan laba perusahaan, sepanjang semuanya sesuai aturan yang ada, terbuka, dan bersaing bebas tanpa kecurangan. (2011:266) Lebih jelas M. Taufik Amir menjelaskan bahwa pandangan ini sekaligus menyiratkan bahwa upaya perusahaan motifnya bukan ekonomi (misalnya untuk kesejahteraan masyarakat sekitar), suatu saat perusahaan bias memiliki kemungkinan merugi karena meningkatnya biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan. 2. Pandangan Sosioekonomi Ada pandangan yang menyebutkan bahwa kalangan bisnis selayaknya memiliki tanggung jawab lebih. Ada empat pokok pikiran dari pandangan ini, yaitu: a. Tanggung jawab perusahaan lebih dari sekedar menciptakan laba, yaitu perusahaan juga terlibat untuk urusan menjaga dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. b. Perusahaan pada dasarnya bukan pihak independen yang hanya bertanggung jawab kepada pemegang sahamnya. c. Perusahaan seharusnya memiliki tanggung jawab moral kepada masyarakat yang lebih luas, baik untuk urusan sosial, hukum, dan berbagai masalah perpolitikan. 13 d. Perusahaan haruslah melakukan hal-hal yang baik dan benar dan bermanfaat bagi masyarakat dalam menjalankan usahanya. Tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility) memiliki beberapa pandangan dilihat dari segi mendukung atau tidaknya penerapan CSR oleh beberapa pihak yaitu adanya pro dan kontra. Artinya, adanya pendangan yang mendukung konsep ini dan ada yang menolak untuk menerapkan konsep tanggung jawab sosial perusahaan. No 1. Pandangan kelompok yang pro terhadap tanggung jawab sosial dari organisasi bisnis Kegiatan bisnis sering kali menimbulkan masalah, oleh karena itu sudah semestinya perusahaan bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya Pandangan kelompok yang contra terhadap tanggung jawab sosial dari organisasi bisnis Perusahaan tidak memiliki ahli yang mengkhususkan dalam bidang sosial dan kemasyarakatan, oleh karena itu sulit bagi perusahaan bertanggung jawab 2. Perusahaan adalah bagian dari Perusahaan yang ikut berpartisipasi lingkungan sosial masyarakat, dan bertanggung jawab dalam oleh karena itu sudah semestinya lingkungan sosial masyarakat justru ikut berpartisipasi dan akan memiliki kekuatan untuk bertanggung jawab atas apa mengontrol masyarakat dan itu yang terjadi di masyarakat indikasi yang kurang baik secara sosial 3. Perusahaan biasanya memiliki Akan banyak terdapat konflik sumber daya untuk kepentingan di masyarakat jika menyelesaikan masalah perusahaan terlibat dalam aktivitas dilingkungan sosial masyarakat sosial 4. Perusahaan adalah pertner dari Tujuan perusahaan bukan untuk motif lingkungan sosial sosial, akan tetapi untuk memperoleh kemasyarakatan, sebagaimana profit dan mencapai tujuan yang halnya juga pemerintah dan diharapkan oleh para pemilik masyarakat lain pada umumnya perusahaan Tabel 6 Pandangan Pro dan Kontra terhadap Corporate Social Responsibility Sumber: (Ricky dan Hauton dalam buku Ernie dan Kurniawan, 2005:76) Jadi, dapat disimpulkan bahwa konsep penerapan Corporate Social Responsibility oleh perusahaan dapaat dlihat dari sisi diterima atau ditolaknya oleh berbagai pihak dan dapat juga dilihat dari sifat perusahaan itu sendiri yang meliputi pandangan tradisional dan pandangan sosioekonomi. Tolak ukur dari berbagai pandangan ini tetap saja pada konsep perusahaan sebagai kegiatan bisnis yang profit oriented yang merasa tak perlu memikirkan tanggung jawab sosial yang pada dasarnya itu merupakan kewajiban dan tanggung jawab pemerintah. Manfaat dan Tujuan Menurut Wibisono (2008) corporate responsibility memiliki kemanfaatan untuk meningkatkan reputasi perusahaan, menjaga image dan strategi perusahaan. Tanggung jawab sosial sebagai konsekuensi logis keberadaan perusahaan di sebuah lingkungan masyarakat mendorong perusahaan untuk lebih proaktif dalam mengambil inisiatif terhadap tanggung jawab sosial. Karena ada manfaat jangka panjang bagi semua pihak, diantaranya: (Ernie & Kurniawan, 2005 :81) 1. Bagi Perusahaan Manfaat yang jelas bagi perusahaan jika perusahaan memberikan tanggung jawab sosial adalah munculnya citra positif dari masyarakat akan kehadiran perusahaan dilingkungannya. Selain itu perusahaan dalam jangka panjang akan dianggap memberikan kontribusi yang positif bagi masyarakat, sehingga perusahaan akan lebih mudah menawarkan atau memasarkan produk kepada masyarakat. 2. Bagi Masyarakat 14 Yaitu adanya kepentingan masyarakat yang diperhatikan oleh perusahaan, timbulnya pandangan baru dalam hubungan masyarakat dengan dunia bisnis yang bersifat kemitraan dalam membangun masyarakat lingkungan yang lebih baik. 3. Bagi Pemerintah Pemerintah pada akhirnya mendapatkan partner pada meujudkan tatanan masyarakat yang lebih baik karena, pemerintah sebagai pihak legitimasi. Artinya sebahagian tugas pemerintah dapat dijalankan oleh anggota masyarakat, dalam hal ini perusahaan atau organisasi bisnis. Manfaat program CSR bagi pemberdayaan masyarakat secara berkelanjutan kalau dilaksanakan secara sistematis, terintegrasi dan berkesinambunga, agar program-program CSR bisa tepat sasaran dan dapat dipantau tingkat efektivitas dan kinerjanya. (Nancy S.Haliwela, 2011) Lebih jauh M. Taufik Amir (2011:269) menyatakan manfaat-manfaat CSR dapat menjaga kelanggengan operasi perusahaan di masa depan. Misalnya soal citra perusahaan pada publik. Dengan citra yang baik, perusahaan bisa menjadi tempat pilihan untuk bekerja bagi karyawan-karyawan yang bertalenta baik, menjadi suatu kepercayaan yang baik bagi rekan bisnis termasuk investor. Jadi, dari beberapa penjelasan diatas dapat penulis simpulkan bahwa manfaat dari Corporate Social Responsibility ini sangat berpengaruh besar terhadap perusahaan, pemerintah dan masyarakat. Terjadi hubungan yang saling menguntungkan antara perusahaan, pemerintah dan masyarakat. Secara khusus, bagi perusahaan yang mendukung CSR ini cenderung memperoleh manfaat yang lebih besar dari program CSR baik secara jangka pendek, maupun jangka panjang, langsung maupun tidak langsung. 15 BAB IV CONTOH SOAL Soal Environmental Cost 1. Di akhir tahun 2008, Lemmon Pharmaceuticals (LP) mengimplementasikan program menajemen kualitas lingkungan. Pada taham awal, LP mengidentifikasi biaya-biaya berikut untuk tahun yang sudah berakhir sebagai berikut: 2008 $2.400.000 9.600.000 3.600.000 1.200.000 1.970.000 720.000 240.000 120.000 150.000 Inefficient materials usage Treating and disposing of toxic waste Cleanup of chemically contaminated soil Testing for contamination Operating pollution control equipment Maintaining pollution control equipment Performing environmental studies Measuring contamination levels Training Buatlah Environmental cost report per kategori, dengan asumsi total operating cost sebesar $120.000.000 Jawab: Quality Costs Report For The Year Ended 2008 Environmental costs Prevention cost: Environmental studies Environmental training Appraisal costs: Testing for contamination Measuring contamination levels Internal Failure costs: Treating toxic waste Operation equipment Maintaining equipment External failure costs: Inefficient materials usage Cleanup of soil Total quality costs Percentage (%) 240.000 150.000 390.000 1.200.000 120.000 1.320.000 1,10 12.290.00 0 10.24 6.000.000 20.000.00 0 5,00 16,67% 9.600.000 1.970.000 720.000 2.400.000 3.600.000 0,33% 16 2. Identifikasikan core invorenmental objective yang berhubungan dengan masalah berikut: a. Tons of greenshouse gas emissions b. Tons of hazardous waste delivered for off-site management c. Pounds of plastic recycled d. British thermal units e. Cars produced/pounds of steel used f. Precentage of vehicles powered by propane gas g. Percentage of recycled paper used (green purchasing) h. Pounds of chemical releases i. Hazardous waste cost j. Pound of nonhazardous waste k. Percentage reduction in packaging materials l. Pounds of organic chemicals in effluents sent to local river m. Percentage of nonhazardous waste recycled masalah- Jawab: a. Minimalisasi pengeluaran bahan-bahan sisa (residu) b. Minimalisasi penggunaan material yang berbahaya c. Maksimalisasi kesempatan untuk mendaur ulang plastik tersebut d. Minimalisasi kebutuhan energi e. Minimalisasi material yang belum diolah f. Minimalisasi pelepasan residu g. Maksimalisasi kesempatan untuk daur ulang h. Minimalisasi pelepasan residu i. Meinmalisasi material berbahaya j. Minimalisasi material belum diolah (raw) k. Menimalisasi pelepasan bahan residu yang solid l. Minimalisasi pelepasan residu m. Maksimalisasi kesempatan untuk mendaur ulang 17 3. Faraday chem. Memproduksi dua produk kimia : herbisida dan insektisida. Manajer pengendalian lingkungan mengidentifikasi aktivitas dan biaya lingkungan sebagai berikut: Herbisida Insektisida Pounds produced 12.000.000 30.000.000 Packaging materials 3.600.000 18.000.000 Energy usage 1.200.000 600.000 Toxin releases 3.000.000 600.000 Pollution control 480.000 120.000 Costs of activities: Using packaging 5.400.000 materials Using energy 1.440.000 Operating pollution ctrl 1.680.000 Hitung biaya lingkungan untuk tiap produk, mana yang paling mmempengaruhi lingkungan? Jawab: Activity rates: Packaging rates 5.400.000/5.400.000 = 1,00 per pound Energi rate 1.440.000/1.800.000 = 0,80 per kwh Toxin release rate 720.000/3.600.000 = 0,20 per pound Pollution rate 1.680.000/600.000 = 2,80 per machine hour Unit costs: Herbicide Packaging: 1,00 x 3.600.000 1,00 x 1.800.000 Energi: 0,80 x 1.200,000 0,80 x 600.000 Toxin releases: 0,20 x 3.000.000 0,20 x 600.000 Pollution control: 2,80 x 480.000 2,80 x 120.000 Total Unit cost per pound Insecticide 3.600.000 1.800.000 960.000 480.000 600.000 120.000 1.344.000 6.504.000 /12.000.000 0,542 336.000 2.736.000 /30.000.000 0,0912 Berdasarkan penghitungan di atas produk herbisida memiliki environmental cost tertinggi dibanding insektisida, sehingga produk herbisida menyebabkan masalah lingkungan lebih besar dibanding insektisida. 18 DAFTAR PUSTAKA Biswan, Ali Tafriji. 2018. Short & Brief: Akuntansi Manajemen | Terapan pada Dunia Bisnis dan Sektor Publik. Tangerang Selatan: Ihsan Media. Crosson, Susan V., dkk. 2011. Managerial Accounting 9th Edition. Canada: South-western Cengage Learning Hansen, Don R., dkk. 2007. Managerial Accounting 8th Edition. United States of America: Thomson South-western. 19 Scan Cover Referensi 20 21 22