TUGAS APLIKASI KOMPUTER PERKANTORAN “COVID-19 dan Pendidikan” Nama : Sheila Syailendra Luthvina Kelas : 2-29 Nomor Urut : 36 NPM : 2301190334 POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN TAHUN AJARAN 2019/2020 i KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang masih memberikan kita kesehatan serta kesempatan ini, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini dengan judul “COVID-19 dengan Pendidikan”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Aplikasi Komputer Perkantoran. Dalam makalah ini membahas mengenai bagaimana pengendalian Pendidikan di tengah pandemik ini. Kami mengucapkan terimakasih yang sangat tulus untuk semua pihak yang telah membantu kami dalam menyusun makalah ini. Kami juga berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan dari para pembaca dengan maksud untuk meningkatkan dan memperbaiki pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang. Magelang, 5 Mei 2020 Penulis Sheila Syailendra Luthvina / 2301190334 ii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ....................................................................................................... DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii BAB I ............................................................................................................................ 1 PENDAHULUAN........................................................................................................... 1 BAB II ........................................................................................................................... 3 LANDASAN TEORI ...................................................................................................... 3 BAB III .......................................................................................................................... 5 PEMBAHASAN ............................................................................................................. 5 BAB IV ........................................................................................................................ 11 PENUTUP .................................................................................................................. 11 A. Kesimpulan .......................................................................................................... 11 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 12 Sheila Syailendra Luthvina / 2301190334 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV2) adalah virus yang menyerang sistem pernapasan. Penyakit karena infeksi virus ini disebut COVID-19. Virus Corona bisa menyebabkan gangguan ringan pada sistem pernapasan, infeksi paru-paru yang berat, hingga kematian. Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) yang lebih dikenal dengan nama virus Corona adalah jenis baru dari coronavirus yang menular ke manusia. Walaupun lebih bayak menyerang lansia, virus ini sebenarnya bisa menyerang siapa saja, mulai dari bayi, anak-anak, hingga orang dewasa, termasuk ibu hamil dan ibu menyusui. Infeksi virus Corona disebut COVID-19 (Corona Virus Disease 2019) dan pertama kali ditemukan di kota Wuhan, China pada akhir Desember 2019. Virus ini menular dengan sangat cepat dan telah menyebar ke hampir semua negara, termasuk Indonesia, hanya dalam waktu beberapa bulan. Hal tersebut membuat beberapa negara menerapkan kebijakan untuk memberlakukan lockdown dalam rangka mencegah penyebaran virus Corona. Di Indonesia sendiri, diberlakukan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk menekan penyebaran virus ini. Coronavirus adalah kumpulan virus yang bisa menginfeksi sistem pernapasan. Pada banyak kasus, virus ini hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan, seperti flu. Namun, virus ini juga bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat, seperti infeksi paru-paru (pneumonia). Selain virus SARS-CoV-2 atau virus Corona, virus yang juga termasuk dalam kelompok ini adalah virus penyebab Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan virus penyebab Middle-East Respiratory Syndrome (MERS). Meski disebabkan oleh virus dari kelompok yang sama, yaitu coronavirus, COVID-19 memiliki beberapa perbedaan dengan SARS dan MERS, antara lain dalam hal kecepatan penyebaran dan keparahan gejala. 2 Infeksi virus Corona atau COVID-19 disebabkan oleh coronavirus, yaitu kelompok virus yang menginfeksi sistem pernapasan. Pada sebagian besar kasus, coronavirus hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan sampai sedang, seperti flu. Akan tetapi, virus ini juga bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat, seperti pneumonia, Middle-East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Pemberlakuan lockdown mempengaruhi semua aspek dalam kehidupan seperti ekonomi, politik, kesehatan, dan juga pendidikan. Pendidikan di seluruh dunia termasuk Indonesia diaklikhkan dengan sistem daring demi mendukungnya Pembatasan Sosial Berskala Besar ( PSBB). Dengan demikian banyak sistem yang harus diubah dan juga disiapkan. B. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui dampak COVID-19 terhadap kehidupan masyarakat dunia. 2. Mengetahui dampak COVUD-19 terhadap dunia Pendidikan. 3. Mengetahui perubahan yang dilakukan seluruh di elemen Pendidikan. C. Rumusan Masalah 1. Bagaimana COVID-19 mempengaruhi masyarakat dunia khususnya Indonesia? 2. Bagaimana perubahan yang terjadi dalam sistem Pendidikan? 3. Bagaimana antisipasi yang tepat dalam penanganan COVID-19 di bidang Pendidikan? D. Manfaat 1. Memberi wawasan kepada masyarakat yang membaca makalah ini mengenai pengaruh COVID-19 dalam dunia Pendidikan 2. Meningkatkan kewaspadaan masyarakat yang membaca. 3. Menyiapkan mental masyarakat yang membaca mengenai segala perubahan yang terjadi. Sheila Syailendra Luthvina / 2301190334 3 BAB II LANDASAN TEORI Luthra & Mackenzi (2020) menyebut ada empat cara COVID-19 mengubah cara kita mendidik generasi masa depan. Pertama, bahwa proses pendidikan di seluruh dunia semakin saling terhubung. Kedua, pendefinisian ulang peran pendidik. Ketiga, mengajarkan pentingnya keterampilan hidup di masa yang akan datang. Dan, keempat, membuka lebih luas peran teknologi dalam menunjang pendidikan. Selain itu, Tam dan El Azar (2020) menyatakan pandemi virus corona menyebabkan tiga perubahan mendasar di dalam pendidikan global. Pertama, mengubah cara jutaan orang dididik. Kedua, solusi baru untuk pendidikan yang dapat membawa inovasi yang sangat dibutuhkan. Ketiga, adanya kesenjangan digital menyebabkan pergeseran baru dalam pendekatan pendidikan dan dapat memperluas kesenjangan. Apa yang disampaikan Luthra & Mackenzi (2020) maupun Tam dan El Azar (2020) menunjukkan betapa Covid-19 telah membuat percepatan transformasi pendidikan. Mengapa transformasi terpaksa? Karena sesungguhnya perubahan tersebut merupakan suatu keniscayaan. Tetapi lajunya sangat lambat, sementara akibat Covid-19 transformasi tersebut mau tidak mau harus dilakukan. Dalam waktu yang sangat singkat misalnya, seluruh dunia mengubah pola pembelajaran konvensional berbasis tatap muka di sekolah menjadi pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang sangat mengandalkan teknologi. UNICEF, WHO dan IFRC dalam COVID-19 Prevention and Control in Schools (Maret, 2020) menyebut bahwa ketika situasi persebaran virus semakin cepat maka sekolah harus ditutup dan proses pendidikan harus tetap berjalan melalui kegiatan pembelajaran online dengan menggunakan berbagai media. Data UNESCO (2020) menyebut 1,5 miliar siswa dan 63 juta guru di tingkatan sekolah dasar hingga menengah di 191 negara yang terdampak pandemi Covid-19, sesuatu yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Dunia pendidikan kemudian, ‘terpaksa’ putar haluan untuk mengubah cara belajar berbasis perjumpaan tatap muka menjadi pembelajaran daring. Transformasi digital secara terpaksa ini adalah cara yang paling aman untuk memutus penyebaran wabah akibat virus corona. Sebab, hak para siswa untuk mendapatkan pendidikan tetap menjadi prioritas tanpa mengabaikan kesehatan dan keselamatan jiwa. Sheila Syailendra Luthvina / 2301190334 4 Negara-negara di dunia, mengutip Zhong (2020) dalam artikelnya di nytimes.com “The Coronavirus Exposes Education’s Digital Divide”, menghadapi wabah yang menyebabkan sekolah-sekolah harus menyelenggarakan pembelajaran secara daring. Di China banyak orangtua yang tidak mampu membeli perangkat digital untuk mendukung pembelajaran daring juga adanya keterbatasan sinyal di beberapa wilayah perdesaan. Biaya internet juga sangat mahal di luar kota besar. Yang menarik China memiliki mantra sakti: stop classes but don’t stop learning. Dalam situasi normal, di mana tidak ada situasi krisis, mengupayakan pembelajaran daring bukanlah hal mudah. Ada beberapa prasyarat yang harus dipenuhi. Selain itu, pembelajaran daring membutuhkan siswa yang telah dewasa yang secara mandiri menyesuaikan kebutuhan pembelajaran yang ditujunya. Hoskins (2013) menyebut tidak mudahnya melakukan pembelajaran jarak jauh di kalangan mahasiswa. Padahal pembelajaran ini lebih mudah dilakukan pada mahasiswa yang sudah dewasa. Selain itu pembelajaran ini harus didukung oleh desain kelas dan metode penyampaian yang tepat sehingga pembelajaran daring dapat mendorong mahasiswa untuk merefleksikan kepercayaan mereka; menyediakan lingkungan yang aman untuk mendiskusikan berbagai perspektif; membimbing mereka untuk mengeksplorasi, memvalidasi, dan memperluas pandangan baru; dan mendukung mereka mengembangkan peran baru. Selain itu, akses menjadi kata kunci bagi optimalnya pembelajaran daring. Lembani, dkk (2019) menyebut open distance learning meningkatkan peluang bagi akses ke pendididikan karena tersedianya materi daring. Namun, kondisi tersebut sangat dipengaruhi oleh beragam variabel seperti umur, akses terhadap komputer dan internet, maupun kesenjangan digital. Memfasilitasi akses yang memadai misalnya, menjadi salah satu hal yang sangat mendasar dalam mendukung kelancaran open distance learning. Sheila Syailendra Luthvina / 2301190334 5 BAB III PEMBAHASAN A. Munculnya Virus COVID-19 Meningkatnya virus Covid-19 di Indonesia membuat pemerintah pusat maupun daerah mengeluarkan berbagai imbauan, peraturan, dan kebijakan yg di berika kepada masyarakat seluruh Indonesia. Sangat disesali imbauan tersebut masih diabaikan oleh sejumlah orang. Karena berdampak sangat fatal, virus ini sangat mudah menyebar dan menyerang kekebalan tubuh dengan cepat bahkah banyak meregut korban jiwa. bukan hanya Indonesia yang melawan virus covid -19. Solusi yang diberikan Tanggapan pemerintah terhadap covid -19 untuk meniadakan aktivitas pembelajaran di sekolah di ganti dengan sistem daring atau pembelajaran melalui online agar mencegah penularan covid -19. Bahkan ujian akhir sekolah yang sudah terjadwal akhirnya diputuskan untuk ditiadakan, demi menyelamatkan para siswa dari penyebaran civid-19. B. Dampak dan Solusi COVID-19 terhadap Pendidikan Indonesia Di Indonesia pembelajaran daring/jarak jauh diatur melalui Surat Edaran Kemdikbud No 4 Tahun 2020 mengenai Pelaksanaan Pendidikan Dalam Masa Darurat Coronavirus Disease (Covid-19). Ada tiga poin kebijakan terkait pembelajaran daring, pertama, pembelajaran daring/jarak jauh untuk memberi pengalaman belajar yang bermakna, tanpa terbebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum untuk kenaikan kelas maupun kelulusan. Kedua, dapat difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup, antara lain mengenai pandemi Covid-19. Ketiga, aktivitas dan tugas pembelajaran dapat bervariasi antar siswa, sesuai minat dan kondisi masing-masing, termasuk mempertimbangkan kesenjangan akses/fasilitas belajar di rumah. Namun demikian, secara empirik realisasi kebijakan tersebut sangat bergantung pada berbagai faktor. Pertama, pemerintah pusat mesti menjamin dengan menyediakan koneksi internet yang lancar dan stabil, subsidi kuota, bantuan perangkat digital, dan Sheila Syailendra Luthvina / 2301190334 6 peningkatan kapasitas digital juga meminimalisir ketimpangan akses di berbagai wilayah. Harus ada alokasi anggaran secara khusus utuk mendukung lancarnya kegiatan pembelajaran daring tersebut. Pembelajaran daring tidak dapat dilakukan jika sekolah maupun orangtua tidak memiliki kapital memadai untuk mengakses perangkatnya. Pembelajaran ini tidak akan terjadi ketika guru dan siswa sama-sama tidak memiliki komputer, handphone, atau kuota dan jaringan internet yang memadai. Beruntung, belakangan pemerintah membolehkan anggaran Dana BOS untuk mendukung pelaksaan pembelajaran daring. Pemerintah juga bekerjasama dengan TVRI untuk menampilkan program edukasi. Pemerintah daerah berperan untuk memetakan sekolah-sekolah yang membutuhkan bantuan dalam penyelenggarakan pembelajaran daring. Khusus untuk sekolah-sekolah yang memiliki keterbatasan akses, pemerintah harus memiliki solusi konkrit, tanpa itu semua anakanak dari keluarga miskin akan semakin termarjinalkan karena tidak mendapatkan haknya di bidang pendidikan. Data BPS (2019) perlu menjadi pertimbangan dalam kondisi penggunaan internet di kalangan pelajar. Merujuk pada data tersebut, penggunaan telepon seluler oleh siswa perkotaan lebih tinggi dibandingkan siswa di perdesaan yaitu 76,60 persen berbanding 64,69 persen. Sementara itu persentase siswa yang menggunakan komputer/PC di perkotaan dua kali lipat dibandingkan siswa di perdesaan yaitu 31,37 persen berbanding 15,43 persen. Kemudian, persentase penggunaan internet siswa daerah perkotaan (62,51 persen) lebih tinggi dibandingkan daerah perdesaan (40,53 persen). Secara nasional, terdapat 53,06 persen siswa usia 5-24 tahun yang menggunakan Internet. Kedua, kapasitas sekolah bergantung pada kapital yang dimiliki oleh sekolah seperti infrastruktur yang mendukung operasionalisasi pembelajaran secara daring antara lain koneksi internet, kuota, laptop, dan penguasaan teknologi. Latar belakang siswa secara sosial ekonomi juga sangat memengaruhi apakah kegiatan belajar jarak jauh melalui beragam perangkat daring (zoom, google meet, webex, dsb) dapat optimal dilakukan. Sekolah negeri di perkotaan ataupun sekolah swasta yang memiliki input siswa yang berasal dari kelas sosial ekonomi menengah atas tidak akan kesulitan dalam menjalankan pembelajaran daring. Tidak ada persoalan terkait akses terhadap internet dan perangkat teknologi. Berbanding terbalik dengan sekolah negeri di perdesaan atau sekolah swasta yang input siswanya dari kalangan keluarga miskin. Ketiga, kreatitivitas guru dalam mendesain pembelajaran daring bagi siswa juga memegang peranan penting. Untuk memastikan pembelajaran menjadi menyenangkan, Sheila Syailendra Luthvina / 2301190334 7 penuh makna, membangkitkan kreativitas, daya kritis, dan mampu membuat siswa mandiri tentu bukan perkara mudah. Apalagi guru tidak dapat secara langsung berhadap-hadapan dengan siswa. Kejelian guru dalam membuat desain dan metode yang mampu memikat siswa untuk terus bersemangat belajar menjadi hal yang patut diperhatikan. Jika hanya memberi beban tugas kepada siswa tentu membuat siswa menjadi jenuh. Keempat, partisipasi orangtua menjadi sangat penting untuk menyukseskan pembelajaran daring. Situasi dilematis kemudian terjadi ketika orangtua tidak dapat hadir mendampingi anak karena masih harus bekerja. Mereka adalah orang-orang yang tidak memiliki kemewahan untuk bekerja dari rumah. Para petugas kesehatan, pekerja informal, buruh pabrik, peternak, nelayan, dan petani misalnya harus tetap bekerja. Sementara mereka tidak memiliki orang lain yang dapat membantu mendapingi anak. Para orangtua yang memiliki kesempatan bekerja dari rumah tetapi tetap memprioritaskan pekerjaan kantor juga tidak dapat membantu anak-anak belajar secara optimal. Khusus bagi anak-anak di usia dini ini tentu menjadi perkara. Jika kedua orangtua bekerja dan mereka tidak memiliki asisten rumah tangga misalnya, mereka harus mampu membagi peran untuk mengasuh anak. Jika tidak dapat disikapi secara bijak, lagi-lagi isu kesehatan mental menjadi bagian yang perlu diantisipasi. Pembelajaran daring telah membuka berbagai problem pendidikan di negeri ini. Selain itu semakin menunjukkan bahwa pembangunan pendidikan di Indonesia membutuhkan dukungan dari berbagai pihak. Pendidikan sebagai suatu ekosistem utuh yang tidak lepas dari kebijakan politik, daya dukung teknologi, infrastruktur yang memadai, serta dukungan dari orangtua/masyarakat. Tanpa itu semua, pendidikan tidak dapat optimal dalam mencerdaskan anak bangsa. C. Perubahan Sistem Teknologi Pendidikan di Tengah Pandemik Hari Pendidikan Nasional pada 2 Mei 2020 ini diperingati di tengah pandemi Covid19. Untuk menghambat laju penularan penyakit itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menerapkan sistem pembelajaran jarak jauh di sekolah. Momen ini sekaligus mendorong pendidikan Indonesia untuk lebih cepat memasuki era baru yang mengandalkan teknologi internet. Laporan dari sejumlah daerah di Nusantara menunjukkan, penerapan sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) belum berjalan optimal, terutama di daerah pelosok dengan teknologi dan jaringan internet terbatas. Kesiapan infrastruktur sekolah, kemampuan guru Sheila Syailendra Luthvina / 2301190334 8 mengajar dalam jaringan (daring), serta ketersediaan ponsel pintar yang memadai untuk menjalankan aplikasi belajar daring, juga menjadi persoalan lain dalam penerapan PJJ. Meski banyak keterbatasan, sekolah-sekolah berusaha menjalankan PJJ. Kini para guru dan siswa semakin mengenal dan menggunakan teknologi aplikasi untuk belajar jarak jauh. Sebut saja, antara lain, Whatsapp Group, Zoom Cloud Meeting, Google Classroom, Google Form, dan e-mail. Para guru dan siswa memanfaatkan berbagai layanan itu sesuai dengan kondisi masing-masing. ”Untuk belajar di masa darurat ini, tujuan utamanya adalah pengganti hak dasar siswa untuk belajar di sekolah,” kata Burhanuddin, guru fisika yang juga Wakil Kepala Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Mataram, Nusa Tenggara Barat, saat dihubungi, Jumat (1/5/2020). Kepala SD Negeri 238 Palembang Niswaini Corie menerangkan, semua wali murid, siswa, dan guru telah diajak untuk melakukan proses belajar-mengajar di rumah secara daring. ”Sampai saat ini, proses pembelajaran hanya melalui pengawasan dari grup Whatsapp, belum menggunakan aplikasi lainnya,” katanya. Kebijakan itu diambil lantaran tak semua siswa dan guru memiliki teknologi yang memadai. Belum lagi masalah sinyal yang tidak stabil. Tak hanya itu, beberapa daerah bahkan mengembangkan aplikasi khusus. Ketua Ikatan Guru Indonesia (IGI) Flores Timur, yang juga guru SMP Sanctisima Trinitas Hokeng, Flores Timur, Damsianus Tukan mengatakan, terkait pandemi Covid-19 ini, IGI Flores Timur bekerja sama dengan dinas pendidikan dan olahraga meluncurkan sistem pembelajaran virtual melalui webinar IGI Flores Timur yang dikemas dalam aplikasi Bel Flores Timur. Ketika aplikasi ini diaktifkan akan diuji coba pada siswa SMP dan SMA. Kurikulum 2013 yang selama ini diterapkan juga disesuaikan dengan sistem belajar dalam jaringan. Sebagai contoh, Kepala SMA Negeri 9 Yogyakarta Jumadi mengungkapkan, para guru mengurangi beban kurikulum. Dari 9-10 mata pelajaran sehari, kini dipangkas menjadi tiga pelajaran. Waktu belajar juga diperpendek menjadi lima jam, yaitu pukul 08.0013.00. D. Masalah yang Dihadapi dengan Sistem Pendidikan Daring Dalam dunia pendidikan sendiri, situasi pandemi ini banyak menimbulkan masalah hingga menuai banyak protes, dimana sistem pembelajaran yang diberlakukan di perguruan tinggi seperti sistem pembelajaran dalam jaringan (Daring) yang dapat diakses melalui Sheila Syailendra Luthvina / 2301190334 9 beberapa aplikasi banyak menuai kritik oleh sebagian intelektual muda, Bagi saya metode pembelajaran seperti itu bukanlah menjadi sebuah problem pokok, sebab ilmu pengetahuan (apapun itu) tidak mesti pakai metode bertatap muka secara langsung, ataupun hanya bersumber dari ruang formal seperti kampus, hasil dialektika ilmu pengetahuan memang harus mewajibkan semua penduduk bumi untuk lebih interaktif dan kreatif melakoni prodak dari hasil revolusi 4.0, suka atau tidak, siap atau tidak siap dialektika "memaksa" kita harus lebih beradaptasi dengan hal-hal demikian. Problem pokok yang harus kita beri perhatian khusus adalah soal sistem pendidikan dan kesehatan di tanah air. Dalam kasus pandemi corona virus yang semakin mengganas di Indonesia, mampu menyibak buruknya sistem pendidikan dan kesehatan yang kita miliki saat ini. Sistem pendidikan yang semakin bercita rasa pasar menjadi salah satu kendala bagi kita memutus ganasnya penularan Covid-19, tidak hanya masalah kesehatan hari ini, tapi di masa yang akan datang. Jika merujuk data IDI (Ikatan Dokter Indonesia), jumlah dokter di seluruh Indonesia sekitar 168 ribu orang, sudah terbagi ke dalam kategori dokter umum maupun yang spesialis. Ironinya, jumlah 168 ribu orang tersebut lebih tersentral di Kota-kota besar, sementara di kawasan bagian timur Indonesia masih sangat minim tenaga medis khususnya dokter. Data IDI tersebut memberikan "signal" kepada pemerintah bahwa betapa kesehatan dan pendidikan itu begitu sulit untuk di akses oleh semua anak bangsa. Bayangkan saja, jika dengan jumlah 168 orang dokter harus melayani jutaan rakyat Indonesia, bagaimana jika seandainya 40% rakyat Indonesia terserang penyakit mematikan? Bagaimana jika 10% penduduk kawasan timur Indonesia mengalami hal yang sama, apakah tenaga dokter dan infrastruktur kesehatan bisa terjamin? Jika dilakukan perbandingan, maka 1 orang dokter menangani 1000 pasien (1:1000). Ini pertanyaan yang sulit mendapat jawaban pasti dengan angka dan fakta yang justru meunjukan hal yang berbeda. Pandemi corona virus ini harus menjadi acuan bagi pemerintah untuk segera meninjau kembali sistem pendidikan dan kesehatan kita. Biaya pendidikan haruslah mudah di jangkau oleh siapa saja khususnya Fakultas Kedokteran. Ada banyak generasi berkompeten yang kita punya di negeri ini, tapi harus menguburkan potensi kecerdasannya hanya karena biaya kedokteran yang sulit di jangkau. Sehingga, Fakultas Kedokteran hanya sekedar menjadi Fakultas yang di isi oleh sekelompok kelas mapan saja. Alhasil, kita kekurangan tenaga medis yang ahli saat berhadapan dengan pandemi semacam ini. Sheila Syailendra Luthvina / 2301190334 10 Belum lagi soal infrastruktur kesehatan, hal terkecil seperti masker, APD dll masih menjadi promblem dasar dalam dunia medis kita. Begitupun dengan rumah sakit, perbandingan rumah sakit swasta dan negeri berkisar 60:40 (Data persatuan rumah sakit Indonesia). Artinya, pemerintah tidak serius benahi urusan kesehatan rakyatnya sendiri, malah sibuk membangun hal-hal yang kurang produktif, padahal kesehatan adalah kebutuhan dasar seluruh rakyat Indonesia. Berkacalah dari Kuba, Kuba bisa lebih "Apple to apple" jika menjadi rujukan ketimbang Tiongkok atau Singapura yang cenderung lebih punya tenaga produktif yang lebih maju. Kuba merupakan salah satu negara miskin di kepulauan Karibia, Kuba hanya memiliki pendapatan 87 Juta USD, bandingkan dengan Indonesia yang punya 1 Triliun USD sangat jelas perbedaannya. Tapi, dalam soal kesehatan Kuba menjadi salah satu rujukan negara maju dalam dunia kesehatan. Apa kata kuncinya? Keseriusan negara dalam memberi jaminan kesehatan pada rakyatnya. Kuba menjalankan kebijakan sesuai mendat konstitusinya, itu sebab pendidikan dan kesehatan menjadi prioritas pemerintahnya, disana pendidikan bersifat universal, semua orang berhak mendapatkan akses pendidikan termasuk pendidikan kedokteran. Terlihat kontras jika melihat peran pemerintah terhadap dunia kesehatan dan pendidikan kita saat ini. Corona virus ini menjadi alasan paling rasional bagi pemerintah untuk segera beralih dari sistem yang berbasis pada kepentingan individu ke sistem yang mengutamakan keselamatan banyak orang, ada banyak fakta menunjukkan betapa rapunya negara-negara yang mengadopsi sistem Kapitalisme neoliberal dalam menghadapi pandemi corona virus yang sudah mengglobal. Kedepan, masa depan negara di tentukan oleh dua hal yakni Pangan dan kesehatan. Negara yang rapuh dalam kedua hal tersebut akan memiliki masa depan suram di masa mendatang, dan keduanya hanya bisa diperoleh dengan baik jika sumber daya manusianya mendapat kepastian dan jaminan kemudahan mengakses dari pemerintah dalam bentuk pendidikan yang murah berkualitas, demokratis dan ilmiah. Sheila Syailendra Luthvina / 2301190334 11 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Virus Corona jenis COVID-19 memiliki dampak yang sangat besar terhadap keberlangsungan hidup dunia di semua bidang. Karena sangat mudah menular ke satu dengan yang lainnya maka diperlukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk mengurangi angka penyebaran COVID-19. Seluruh kegiatan dialihkan melalui daring mulai dari pekerjaan sampai sekolah. Hal ini memaksa pemerintah untuk mengembangkan sistem yang efisien agar pendidikan tetap berjalan dengan baik dan semestinya. Sistem yang perlu dikembangkan contohnya antara lain tatap muka melalui situs panggilan video daring, aplikasi sekolah daring, ujian daring, wisudan daring, bahkan penerimaan mahasiswa secara daring. Mengingat semua sektor sedang mengalami krisis maka pendidikan juga harus diperhatikan agar kualitas sumber daya manusia tetap mendapat yang terbaik sehingga dapat menciptakan solusi yang baik juga untuk perbaikan atas hal yang disebabkan pandemik ini. B. Saran Semua elemen dalam negara harus mampu bekerjasama dalam mengatasi pandemic yang sedang terjadi saat ini, baik pemerintah, tenaga medis, tenaga pendidikan, pengusaha, polisi, tantara, orangtua, mahasiswa, dan yang lainnya. Tentunya peran manusia saat ini menjadi kunci utama apakah kita semua akan berhasil melewati pandemik ini atau justru akan memperburuk keadaan. Untuk penerapan PSBB agar dilakukan sebaik dan semaksimal mungkin agar virus tidak cepat menyebar. Untuk sitem teknologi dan informasi agar terus dikembangkan agar semua elemen yang harus beraktivitas secara daring tetap berjalan lancer dan juga efisien. Sheila Syailendra Luthvina / 2301190334 12 DAFTAR PUSTAKA Dame, Mery. 2020. “Virus Corona ( COVID-19)” https://www.alodokter.com/virus-corona Kompasiana. 2020. “Dampak Covid-19 terhadap Pendidikan Indonesia” https://www.kompasiana.com/agil26/5e8812fdd541df73c044df73/dampak-covid-19terhadap-pendidikan-di-indonesia Redaksi Website PPK-LIPI. 2020. “Covid-19, Transformasi Pendidikan dan Berbagai Problemnya” https://kependudukan.lipi.go.id/id/berita/53-mencatatcovid19/838-covid-19- transformasi-pendidikan-dan-berbagai-problemnya Sheila Syailendra Luthvina / 2301190334 13 Dame, M. (2020). Virus Corona ( COVID-19 ). Alodokter, https://www.alodokter.com/viruscorona. Sheila Syailendra Luthvina / 2301190334