Journal of Pharmacy and Science Vol. 2, No.2, (Juli 2017), P-ISSN : 2527-6328 Artikel Penelitian Pengaruh Pengetahuan Masyarakat Terhadap Rasionalitas Penggunaan Analgesik Oral Non Steroid Anti-Inflamatory Drug Golongan Non Selective COX-1 dan COX-2 Secara Swamedikasi Haris Imro’atul Husna1, Damaranie Dipahayu2*) 1 2 Mahasiswa Program Studi D III Farmasi, Akademi Farmasi Surabaya Bidang Ilmu Farmasetika dan Teknologi Farmasi, Akademi Farmasi Surabaya. *) Email: [email protected] ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk melihat adanya pengaruh tingkat pengetahuan terhadap rasionalitas pasien dalam menggunakan obat oral analgesik NSAID golongan Non Selektif COX-1 & COX-2 pada pengobatan swamedikasi di Apotek Latansa Sidoarjo serta untuk mengetahui adanya pengaruh antara faktor sosiodemografi (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan status pekerjaan) terhadap tingkat pengetahuan dan rasionalitas penggunaan obat oral analgesik NSAID Non Selektif COX-1 & COX-2 pada pengobatan swamedikasi di Apotek Latansa Sidoarjo. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif observasional melalui pembagian kuesioner kepada 70 pasien sebagai sampel. Pengumpulan data dilakukan secara prospektif. Hubungan antara variabel penelitian dianalisis dengan uji statistik Chi Square pada aplikasi statistik SPSS ver 22. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden sebagian besar memiliki pengetahuan yang baik (71,50%) dan swamedikasi yang rasional (75,70%). Tingkat pendidikan menunjukkan adanya pengaruh dengan tingkat pengetahuan (Asymp sig (2-sided) = 0,042 ≤ 0,050) pada tingkat kepercayaan 95%. Dan usia menunjukkan adanya pengaruh dengan rasionalitas penggunaan obat oral analgesik NSAID Non Selektif COX-1 & COX-2 dalam pengobatan swamedikasi (Asymp sig (2-sided) = 0,049 ≤ 0,050) pada tingkat kepercayaan 95%.Hasil analisis dengan uji statistik Chi Square menunjukkan adanya pengaruh antara tingkat pengetahuan pasien terhadap rasionalitas penggunaan obat oral analgesik NSAID Non Selektif COX-1 & COX-2 dalam pengobatan swamedikasi (Asymp sig (2-sided) = 0, 016 ≤ 0,050) pada tingkat kepercayaan 95%. Kata Kunci: swamedikasi, pengetahuan & rasionalitas, analgesik NSAID COX-1 dan COX-2. ABSTRACT This study was conducted to see the effect of society knowledge on rational use of oral NSAID (Non Selective COX-1 & COX-2) self medication in Latansa Apotek Sidoarjo and to investigate the influence of sociodemographic factors (age, gender, level education and employment status) on the level of knowledge and rational use of oral NSAID (Non Selective COX-1 & COX-2) self medication in the Latansa Apotek Sidoarjo.This observational study is descriptively through the distribution of questionnaires to 70 patients in the sample. The collection of data carried out prospectively. The relationship between variables was analyzed with statistical test Chi Square on statistical application SPSS ver 22. The level of education showed that have significancy on the level of knowledge (Asymp sig (2-sided) = 0.042 ≤ 0.050) at the 95% confidence level. Ages showed that have significancy on with the rational use oral analgesic NSAIDs Non Selective COX-1 and COX-2 in the treatment swamedikasi (Asymp sig (2-sided) = 0,014 ≤ 0.050) at the 95% confidence level.The result of this study showed that (71,50%) of respondent have good knowledge on NSAID while 75,70% of respondents have appropiate NSAID self-medication behaviors. The statistic analysis showed that knowledge had a significancy on self-medication behavior (Asymp sig (2-sided) = 0, 016 ≤ 0,050) and confidence level 95%. Keywords: Self – medication, Rational use &Knowledge, Analgesic – Non Selective NSAIDS COX-1 And COX-2 1. PENDAHULUAN Pengertian nyeri menurut International Association for Study of Pain (IASP) adalah suatu perasaan emosional dan sensoris yang tidak nyaman, yang berkaitan dengan terjadinya kerusakan jaringan aktual maupun potensial. Nyeri dapat timbul di bagian tubuh manapun sebagai respon terhadap stimulus yang berbahaya bagi tubuh dan rasa nyeri dapat timbul apabila terjadi kerusakan jaringan akibat luka, terbentur dan terbakar (Guyton & Hall, 2006). Prevalensi nyeri di Indonesia sendiri, sekitar 25-50% masyarakat usia lanjut mengalami sensasi nyeri yang dapat memberikan dampak negatif bagi kualitas 24 Journal of Pharmacy and Science Vol. 2, No.2, (Juli 2017), P-ISSN : 2527-6328 hidup mereka (Kartini dalam Susilo, 2008). Nyeri menjadi permasalahan umum pada kesehatan masyarakat yang dapat diatasi dengan menggunakan obat analgesik. Obat analgesik berdasarkan cara kerjanya dibedakan menjadi analgesik sentral dan analgesik perifer, yang penggunaannya berdasarkan skala nyeri. Untuk mengatasi rasa nyeri ringan, dapat digunakan obat oral analgesik perifer misalnya golongan Non Steroid Anti-inflamatory Drug (NSAID). Analgesik NSAID merupakan salah satu golongan obat yang bekerja dengan cara memblok kinerja enzim cyclooxygenase (enzim COX-1 dan COX-2) untuk menurunkan produksi prostaglandin yang berperan dalam mediasi terjadinya inflamasi dan nyeri. Sedangkan Analgesik sentral biasa digunakan untuk nyeri berat misalnya post operasi dan kanker, untuk mendapatkannya harus dengan resep dokter (Wilmana, 2007). Terdapat dua bentuk COX, yakni COX-1 dan COX-2. COX-1 merupakan enzim yang penting untuk pembentukan prostaglandin dalam melindungi saluran cerna, trombosit dan ginjal. Sedangkan COX-2 adalah enzim yang bertanggung jawab terhadap produksi prostaglandin oleh sel yang terlibat dalam peradangan. Penghambatan COX-1 dinilai dapat memberikan efek merugikan bagi lambung karena adanya penghambatan prostaglandin pada terapi yang menggunakan NSAID, sehingga dilakukan pengembangan terhadap NSAID yang dinamakan sebagai NSAID selektif COX-2 (Goodman & Gilman, 2010). swamedikasi adalah aman apabila digunakan sesuai dengan petunjuk, efektif, hemat waktu dan biaya (Supardi, 2005). Pelaksanaan swamedikasi apabila dilakukan secara tepat akan sangat membantu masyarakat untuk dapat menghemat biaya ke dokter. Akan tetapi pada praktiknya, kesalahan penggunaan obat dalam swamedikasi ternyata masih terjadi. Apabila kesalahan terjadi terus-menerus dalam waktu yang lama, dikhawatirkan dapat menimbulkan resiko efek samping pada kesehatan (DepKes RI, 2006; Supardi, 2006).Pasien membutuhkan informasi yang jelas dan tepat mengenai penggunaan obat oral analgesik NSAID Non Selektif Cox-1 & Cox-2, supaya pengobatan yang pasien lakukan menjadi lebih aman dan efektif. Dalam hal ini tenaga kesehatan, khususnya dalam bidang farmasi, dituntut untuk dapat memberikan informasi yang tepat kepada pasien sehingga pasien dapat terhindar dari penyalahgunaan obat (drug abuse) dan penggunaan obat yang salah (drug misuse). Masyarakat cenderung hanya tahu merk dagang obat tanpa tahu zat berkhasiatnya (Depkes RI, 2007). Keterbatasan pengetahuan masyarakat tentang informasi penggunaan obat tersebut merupakan penyebab terjadinya kesalahan pengobatan (medication error) dalam swamedikasi (DepKes RI, 2006). Pengetahuan merupakan hal penting yang dibutuhkan pasien untuk terbentuknya pelaksanaan swamedikasi yang rasional (Notoatmodjo, 2003).Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian ini dimaksudkan untuk melihat pengaruh tingkat pengetahuan pasien terhadap penggunaan obat oral Analgesik NSAID golongan Non Selektif Cox-1 & Cox-2 yang rasional secara swamedikasi. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner sebagai instrumen penelitian dan sampel yang digunakan yaitu sebagian populasi pasien swamedikasi yang membeli dan menggunakan obat oral Analgesik NSAID Non Selektif Cox-1 & Cox-2 di Apotek Latansa. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi tenaga teknis kefarmasian dalam melakukan pelayanan swamedikasi dan sebagai sarana edukasi bagi pasien yang melakukan swamedikasi di Apotek Latansa. Tanpa disadari penggunaan obat oral Analgesik NSAID Non Selektif Cox-1 & Cox-2 dalam jangka waktu yang lama secara terus menerus seringkali menimbulkan efek samping, beberapa diantaranya yaitu gangguan fungsi ginjal dan gangguan saluran pencernaan (Wilmana, 2007). Upaya masyarakat untuk mengobati dirinya sendiri tanpa melibatkan intervensi atau nasehat dokter dikenal dengan istilah swamedikasi. Swamedikasi biasanya dilakukan untuk mengatasi keluhan dan penyakit ringan yang banyak dialami masyarakat seperti demam, nyeri, pusing, batuk dan lain-lain. Swamedikasi menjadi alternatif yang diambil masyarakat untuk meningkatkan keterjangkauan pengobatan (DepKes RI, 2006). Pelaksanaan swamedikasi didasari juga oleh pemikiran bahwa pengobatan sendiri cukup untuk mengatasigejala atau keluhan ringan dalam kesehatan yang dialami seseorang tanpa melibatkan dokter. Tujuan swamedikasi adalah untuk peningkatan kesehatan dan pengobatan sakit ringan. Keuntungan 1. METODE Instrumen penelitian Bahan dan sumber data dalam penelitian ini adalah kuesioner. Sebelum dibuat alat ukur kuesioner, dilakukan uji validitas & reliabilitaspada pasien diluar responden penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan alat ukur 25 Journal of Pharmacy and Science Vol. 2, No.2, (Juli 2017), P-ISSN : 2527-6328 kuesioner yang dikembangkan sendiri oleh peneliti. Kuesioner terdiri dari beberapa kelompok pertanyaan, yaitu identitasresponden, data pengetahuan, dan rasionalitas swamedikasi. Kuesioner digunakan untuk mengumpulkan informasi dengan menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis, untuk dijawab secara tertulis pula oleh pasien. Dalam penelitian ini kuesioner berbentuk Close Ended Question yang berisi 10 pernyataan mengenai obat oral Analgesik NSAID Non Selektif COX-1 & COX-2 dan 6 pertanyaan mengenai rasionalitas swamedikasi. Selanjutnya akan dilakukan pengolahan data berdasarkan hasil yang didapatkan. Sebelum dilakukan analisis data, hasil jawaban yang diperoleh dari pengisian kuesioner dinilai sesuai dengan metode penilaian kuesioner. Setelah data yang diperlukan terkumpul, dilakukan pengolahan data.Klasifikasi tingkat pengetahuan dibagi menjadi 3 kategori, yaitu baik, sedang dan buruk.Perilaku rasionalitas swamedikasi dikategorikan rasional dan tidak rasional.Dikatakan rasional jika hasil kuesioner memenuhi 6kriteria kerasionalan obat, dan tidak rasional jika memenuhi kurang dari 6 kriteria kerasionalan obat. Dilakukan pengolahan data yang sudah terkumpul, selanjutnya dilakukan analisis data yaitu analisis deskriptif untuk menggambarkan karakteristik pasien. Hasil yang didapatkan berupa distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel yang akan ditampilkan dalam bentuk tabel dan diagram batang selanjutnya dilakukan analisis statistik Chi Square pada nilai signifikansi Asymp. Sig. (2-sided)< 0,050 untuk melihat adanya hubungan atau keterkaitan antara tingkat pengetahuan masyarakat, rasionalitas swamedikasi dan faktor sosiodemografi(usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan status pekerjaan)terhadap penggunaan obat oral Analgesik NSAID Non Selektif Cox-1 & Cox-2 secara swamedikasi di Apotek Latansa Sidoarjodengan tingkat kepercayaan 95.%. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif observasional dengan pengumpulan data secara prospektif melalui pendekatan cross sectional dimana data yang menyangkut variabel terikat dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2012). Penelitian dilakukan di Apotek Latansa desa Pulungan kecamatan Sedati, Sidoarjo.Penelitian dilakukan pada bulan Februari - Mei 2016. Pengambilan sampel secara accidental dilakukan dengan mengambil sampel yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat sesuai dengan konteks penelitian(Notoatmodjo, 2012). Jumlah sampel ditentukan dengan penghitungan rumus sampel dari slovin, dengan tingkat kesalahan 10%. Berdasarkan perhitungan diperoleh jumlahsampel minimal 70 orang. Kriteria inklusidalam penentuan sampel adalah Pasien lakilaki atau perempuan dengan usia 17-45th dengan keluhan nyeri dan inflamasi yang menggunakan dan membeli obat oral Analgesik NSAID Non Selektif Cox-1 & Cox-2 secara swamedikasi di Apotek Latansa, Pasien bersedia menjadi subjek penelitian dan bersedia diwawancarai oleh peneliti untuk mengisi kuesioner yang tersedia, bukan tenagakesehatan dan tidak buta huruf. Hasil uji validitaskuesioner menunjukkan bahwa dari 10 pertanyaanpengetahuan dandari 6 pertanyaan rasionalitas swamedikasi menunjukkan hasil nilai p (0,000) < α (0,050) pada seluruh pertanyaan, yang berarti pertanyaan dalam kuesioner telah valid sehingga dapat digunakan dalam penelitian. Pada uji reliabilitas, nilai akhir Cronbach’s Alpha yang diperoleh juga menunjukkan nilai lebih besar dari syarat penerimaan nilai reliabilitas 0,600, yang berarti pertanyaan dalam kuesioner telah reliabel sehingga dapat digunakan dalam penelitian. 2. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa jenis kelamin pasien terbanyak yang menjadi sampel penelitian adalah perempuan sebanyak 30 pasien (42,8%), dengan rentang usia 26 – 35 tahun sebanyak 37 pasien (52,90%), pendidikan terakhir sekolah menengah atas (SMA) sebanyak 43 pasien (61,50%), dan status pekerjaan sebagai pekerja sebanyak 45 pasien (64,30%). Tingkat pengetahuan pasien tentang swamedikasi dan obat Analgesik NSAID Non Selektif Cox-1 & Cox-2 pada kategori baik sebesar 47,20% dan sedang sebesar 38,60%. Perilaku swamedikasi obat Analgesik NSAID Non Selektif Cox-1 & Cox-2 pada sebagian besar pasien tergolong rasional 75,70%. Tabel 1. Distribusi Frekuensi Kategori Pengetahuan Swamedikasi Dan Obat Oral Analgesik NSAID Non Selektif Cox-1 & Cox-2 Analisis data 26 Variabel Kategori Pengetahuan Baik ( > 80% ) Sedang ( 60-80% ) Buruk ( < 60% ) Jumlah ( N = 70 ) Persentase (%) 33 27 10 47,20% 38,60% 14,25% Journal of Pharmacy and Science Vol. 2, No.2, (Juli 2017), P-ISSN : 2527-6328 Berdasarkan tabel 1 diketahui tingkat pengetahuan responden tentang swamedikasi dan obat Analgesik NSAID Non Selektif Cox-1 & Cox-2 Asam Mefenamat, Ibuprofen, Kalium Diklofenak, Natrium Diklofenak dan Piroksikam pada kategori baik sebanyak 33 pasien (47,20%). Sedangkan sisanya masuk dalam kategori sedang sebanyak 27 pasien (38,60%) dan dalam kategori buruk sebanyak 10 pasien (14,20%) dari 70 sampel pasien keseluruhan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan responden tentang swamedikasi dan obat Analgesik NSAID Non Selektif Cox-1 & Cox-2 berada pada kategori cukup dan baik Sedangkan hasil kuesioner untuk melihat rasionalitas swamedikasi obat AINS dimuat dalam tabel 2. sided) 0,016 < 0,050maka H0 ditolak dan H1 diterima (ada pengaruh pengetahuan terhadap perilaku swamedikasi yang rasional terhadap penggunaan obat oral Analgesik NSAID Non Selektif COX-1 & COX-2 pada pasien swamedikasi di Apotek Latansa Sidoarjo.) Tabel 3.Perubahan Tingkat Pengetahuan Pasien Dengan Rasionalitas Penggunaan Obat Oral Analgesik NSAID Non Selektif COX-1 & COX-2 Dalam Swamedikasi Tingkat Pengetahuan Kategori Jumlah ( N = 70 ) Persentase (%) Perilaku Rasional Tidak rasional 53 17 75,70% 24,30% Keterangan 0, 016 ≤ 0,050 H0 Ditolak Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan pasien berpengaruh terhadap perubahan rasionalitas dalam penggunaan obat oral analgesik NSAID Non Selektif COX-1 & COX-2 pada pengobatan swamedikasi, yang artinya bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang mengenai penggunaan obat oral Analgesik NSAID Non Selektif COX-1 & COX-2 maka semakin rasional pula pengobatan swamedikasi yang dilakukan. Hasil penelitian dapat dikatakan bahwa pengetahuan seseorang berpengaruh terhadap perilaku swamedikasi yang aman, tepat, dan rasional. Tindakan swamedikasi merupakan suatu bentuk perilaku kesehatan, yang pembentukannya dipengaruhi oleh faktor intern dan faktor ekstern. Tingkat pengetahuan seseorang termasuk dalam salah satu faktor intern. Dengan memiliki pengetahuan mengenai penggunaan obat yang mencukupi, dapatmembantu pasien untuk mendapatkan pengobatan swamedikasi yang aman dan rasional serta menghindari kemungkinan terjadinya kesalahan dalam menggunakan obat. Masyarakat memerlukan informasi yang jelas dan terpercaya agar penentuan kebutuhan jenis atau jumlah obat dapat diambil berdasarkan alasan yang rasional. Ada beberapa pengetahuan minimal yang sebaiknya dipahami masyarakat karena merupakan hal penting dalam swamedikasi, pengetahuan tersebut antara lain tentang mengenali gejala penyakit, memilih produk sesuai dengan indikasi dari penyakit, mengikuti petunjuk yang tertera pada etiket dan brosur, memantau hasil terapi dan kemungkinan efek samping yang ada (Depkes, 2008). Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kategori Rasionalitas Swamedikasi Obat OralAnalgesik NSAID Non Selektif Cox-1 & Cox-2 Variabel Rasionalitas Berdasarkan tabel 2, perilaku swamedikasi obat Analgesik NSAID Non Selektif Cox-1 & Cox-2 dalam kategori rasional sejumlah 53 pasien (75,70%). Sedangkan perilaku swamedikasi obat Analgesik NSAID Non Selektif Cox-1 & Cox-2yang dalam kategori tidak rasional sejumlah 17 pasien (24,30%). Pengetahuan masyarakat yang kurang tentang obat yang dikonsumsi akan berdampak pada perilaku konsumsi pasien terhadap suatu obat menjadi tidak rasional. Keterbatasan pengetahuan masyarakat tentang obat dan penggunaannya merupakan penyebab terjadinya kesalahan pengobatan dalam swamedikasi (Depkes RI, 2006). Keterbatasan tersebut juga menyebabkan rentannya pasien mendapat informasi mengenai obat yang tidak tepat, sehingga memungkinkan terjadinya pengobatan yang tidak rasional jika tidak diimbangi dengan pemberian informasi yang benar (Purwanti, dkk 2004). Pengobatan swamedikasi yang tidak sesuai dengan aturan yang tepat dapat membahayakan kesehatan, pemborosan waktu, dan pemborosan biaya. Hasil uji analisis statistik Chi Square pengaruh tingkat pengetahuan pasien terhadap rasionalitas penggunaan obat oral analgesik NSAID Non Selektif COX-1 & COX-2 dalam swamedikasi dapat dilihat pada tabel 3 yang menunjukkan nilai Asymp. Sig. (2- Hasil uji analisis statistik Chi Square pengaruh faktor sosiodemografi dengan tingkat pengetahuan pasien dapat dilihat pada Tabel 4. 27 Journal of Pharmacy and Science Vol. 2, No.2, (Juli 2017), P-ISSN : 2527-6328 Tabel 4. Pengaruh Faktor Sosiodemografi Terhadap Tingkat Pengetahuan Pasien Dalam Penggunaan Obat Oral Analgesik NSAID Non Selektif COX-1 & COX-2 Dalam Swamedikasi Jenis Kelamin Usia Tingkat Pendidikan Status Pekerjaan Tingkat Pengetahuan 0, 538 > 0,050 0,421> 0,050 Hasil uji analisis statistik Chi Square pengaruhfaktor sosiodemografi dengan rasionalitas pasien dalam pengobatan swamedikasi dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Pengaruh Faktor Sosiodemografi Terhadap Rasionalitas Penggunaan Obat Analgesik NSAIDNon Selektif COX-1 & COX-2 Dalam Swamedikasi Keterangan Ho Diterima Ho Diterima 0,042 ≤ 0,050 Ho Ditolak 0,408 > 0,050 Ho Diterima Dari hasil analisis uji Chi Square hubungan antara jenis kelamin, umur dan status pekerjaan dengan tingkat pengetahuan pasien dalam menggunakan obat oral analgesik NSAID Non Selektif COX-1 & COX-2 pada pengobatan swamedikasi perilaku menunjukkan hasil yang tidak significant yaitu Asymp. Sig. (2-sided)> 0,050 maka H0 diterima dan H1 ditolak (tidak ada pengaruh jenis kelamin, usia dan status pekerjaan pasien terhadap tingkat pengetahuan pasien). Sedangkan untuk faktor tingkat pendidikan menunjukkan hasil yang signifikan dimana nilai Asymp. Sig. (2-sided) yang diperoleh yaitu 0,042 ≤ 0,050 maka H0 ditolak dan H1 diterima (ada pengaruh antara tingkat pendidikan pasien dengan tingkat pengetahuan pasien). Rasionalitas Keterangan Jenis Kelamin 0, 208 > 0,050 Ho Diterima Usia Tingkat Pendidikan Status Pekerjaan 0,014 ≤ 0,050 Ho Ditolak 0,116 > 0,050 Ho Diterima 0,967 > 0,050 Ho Diterima Dari hasil analisis uji Chi Squarehubungan antara jenis kelamin, tingkat pendidikan dan status pekerjaan dengan rasionalitas pasien dalam menggunakan obat oral analgesik NSAID Non Selektif COX-1 & COX-2 pada pengobatan swamedikasi perilaku menunjukkan hasil yang tidak significant yaitu Asymp. Sig. (2-sided)> 0,050 maka H0 diterima dan H1 ditolak (tidak ada pengaruh jenis kelamin, tingkat pendidikan dan status pekerjaan pasien terhadap tingkat pengetahuan pasien). Sedangkan untuk faktor usia menunjukkan hasil yang signifikan dimana nilai Asymp. Sig. (2-sided) yang diperoleh yaitu 0,014 ≤ 0,050 maka H0 ditolak dan H1 diterima (ada pengaruh antara usia pasien dengan tingkat pengetahuan pasien). Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat pendidikan pasien berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan pasien dalam menggunakan obat oral analgesik NSAID Non Selektif COX-1 & COX-2 pada pengobatan swamedikasi. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula pengetahuan seseorang dan orang tersebut akan menjadi semakin kritis sehingga menyebabkan kebutuhan pasien terhadap informasi semakin tinggi, termasuk informasi mengenai kesehatan. Usia menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pengobatan swamedikasi. Usia mempengaruhi pemilihan obat pada pasien. Bertambahnya usia seseorang menjadikan seseorang tersebut harus lebih berhati-hati dalam menggunakan obat, karena pada kondisi tersebut terdapat perubahan fisiologis serta kecenderungan memiliki komplikasi penyakit yang menyebabkan rentan mengalami masalah terkait penggunaan obat yang ditakutkan dapat menimbulkan efek samping (Kristina, dkk 2008). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Kristina, dkk (2008), yang menyatakan bahwa pasien berpendidikan tinggi lebih banyak yang melakukan swamedikasi secara rasional. Orang dengan pendidikan tinggi umumnya tidak mudah terpengaruh oleh iklan dan lebih banyak membaca label pada kemasan obat sebelum mengkonsumsinya. Dharmasari (2003) dalam penelitiannya juga mengemukakan bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi swamedikasi yang aman, tepat, dan rasional. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin membuat seseorang lebih rasional dan berhati-hati dalam menggunakan obat. 4.KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwapasien memiliki pengetahuan yang baik (47,20%) dan swamedikasi yang rasional (75,70%). Hasil analisis statistik Chi Squaremenunjukkan tingkat pengetahuan pasien mempengaruhi rasionalitas pasien dalam melakukan pengobatan swamedikasi. Faktor sosiodemografi tingkat pendidikan menunjukkan adanya pengaruh dengan tingkat pengetahuan pasien. Sedangkan yang berpengaruh 28 Journal of Pharmacy and Science Vol. 2, No.2, (Juli 2017), P-ISSN : 2527-6328 pada rasionalitas swamedikasi sosiodemografi usia. adalah 6. faktor 7. 1. SARAN Disarankan untuk menunjang terlaksananya pengobatan swamedikasi yang rasional sebaiknya dibuat poster atau brosur yang berisi informasi mengenai penggunaan obat dalam swamedikasi yang benar sesuai aturan yang berlaku. Diharapkan juga bagi tenaga kefarmasian yang sedang bertugas untuk memberikan arahan dan edukasi kepada pasien mengenai penggunaan obat dalam swamedikasi untuk mewujudkan terciptanya swamedikasi yang rasional. 2. DAFTAR PUSTAKA 1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pedoman penggunaan obat bebas dan bebas terbatas. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 189/MENKES/SK/III.2006 Tentang Kebijakan Obat Nasional. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Materi pelatihan peningkatan pengetahuan dan keterampilan memilih obat bagi tenaga kesehatan (pp. 0-8, 13-14, 18, 20-23, 31). Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Dharmasari, S. 2003. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Pengobatan Sendiri yangAman, Tepat dan Rasional pada Masyarakat Kota Bandar Lampung Tahun 2003.Tesis. Goodman and Gilman. 2010. Manual Farmakologi dan Terapi, hal. 406-407, 420. Jakarta: EGC 2. 3. 4. 5. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 29 Guyton & Hall. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta: EGC Kristina, S., Prabandari, Y., & Sudjaswadi, R. 2008. Perilaku pengobatan sendiri yang rasional pada masyarakat Kecamatan Depok dan Cangkringan Kabupaten Sleman. Majalah Farmasi Indonesia 19(1) , 32-40. Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Purwanti, A., Harianto, Supardi. 2004. Gambaran Pelaksanaan Standar Pelayanan Farmasi di Apotek DKI Jakarta Tahun 2003. Majalah Ilmu Kefarmasian, 1 : 102-115. Supardi, S., Jamal, S., & Raharni, R. 2005. Pola Penggunaan Obat, Obat Tradisional dan Cara Tradisional dalam Pengobatan Sendiri di Indonesia. Buletin Penelitian Kesehatan Supardi, S. & Notosiswoyo, M. 2006. Pengaruh penyuluhan obat menggunakan leaflet terhadap perilaku pengobatan sendiri di tiga kelurahan Kota Bogor. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, Vol. 9, 4 , 213-219. Supardi, S. & Raharni. 2006. Penggunaan obat yang sesuai dengan aturan dalam pengobatan sendiri keluhan demam, sakit kepala, batuk, dan flu (hasil analisis lanjut data Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001. Jurnal Kedokteran Yarsi, 14(1) , 61-69. Wilmana, P.Freedy dan Sulistia Gan, 2007. Analgesik-Antipiretik Analgesik AntiInflamasi NonSteroid dn Obat Gangguan Sendi Lainnya dalam Famakologi dan Terapi, hal 230-246. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. World health organization. 2000. Guidlines for the regulatory assesment of medical products for use in self-medication. Geneva: World Health Organization. World Self-Medication Industry. (n.d.). About self medication. Februari 2, 2012.