Uploaded by User58931

PROPOSAL TESIS

advertisement
A.
Konteks Penelitian
Kemampuan kiai di dalam memimpin sebuah pondok pesantren,
mempengaruhi santri dan juga masyarakat sekitar seringkali diidentikan karena
kemampuan pola kepemimpinan kiai yang bergaya karismatik. Ada sebagian
pendapat yang mengatakan bahwa pola kepemimpinan karismatik kiai ini adalah
merupakan bawaan atau bakat dari kiai tersebut, namun ada juga yang
mengatakan bahwa gaya kepemimpinan karismatik tersebut adalah hasil didikan
dari kiai-kiai sebelumnya. Walaupun gaya kepemimpinan karismatik cenderung
otoriter, namun masih banyak digunakan terutama pada pesantren salaf.1
Pondok pesantren salaf atau sering juga disebut dengan pondok pesantren
tradisional cenderung mempertahankan dan menjaga kemurnian unsur-unsur dasar
dalam pesantren, baik dalam sistem pengajian, budaya pesantren dan metode
pembelajaran yang digunakan.2 Sedangkan pondok pesantren modern yang
cenderung selalu berinovasi dalam segala fasilitas maupun sistem yang berlaku.
Perbedaan tersebut mempunyai nilai positif bagi perkembangan Islam di negara
ini, yaitu keduanya merupakan lembaga pendidikan yang mendidik para santri
melalui pengetahuan agama yang diajarkan oleh seorang kiai yang terkadang
dibantu oleh ustadz dan pengurus.
Sulaiman, “POLA KEPEMIMPINAN KIAI DALAM MENGEMBANGKAN
PENDIDIKAN DI PONDOK PESANTREN,” Pendidikan, 24 (2003), 1–18.
2
Abu Hasan Agus R, “DIMENSI SPIRITUAL KEPEMIMPINAN KH. ABD. WAHID
ZAINI DALAM PENGEMBANGAN PROFESIONALITAS DAN KEUNGGULAN
KELEMBAGAAN DI PONDOK PESANTREN NURUL JADID PAITON PROBOLINGGO,”
Jurnal Pendidikan Islam Indonesia, 11 (2018), 1–28.
1
1
Kepemimpinan kiai merupakan salah satu bagian dari elemen dasar pondok
pesantren. Kepemimpinan kiai bisa menjadi bagian dari lembaga pendidikan
formal, kalau merujuk pada konsep pendidikan pesantren modern atau bisa juga
menjadi bagian dari lembaga pendidikan non-formal, kalau merujuk pada
pesantren tradisional. Pondok pesantren disebut sebagai lembaga pendidikan
Islam karena merupakan lembaga yang berupaya menanamkan nilai-nilai Islam di
dalam diri para santri. Pondok Pesantren Nurul Jadid merupakan pondok
pesantren yang menjadi pilihan dalam penelitian ini karena memiliki keunikan,
dimana pondok Pesantren Nurul Jadid memperkenankan santrinya bersekolah
formal mulai dari tingkat Pendidikan Anak Usia Dini ( PAUD ) sampai Perguruan
Tinggi. Hal ini tidak lepas dari peran kiai sebagai seorang pemimpin yang
memiliki gaya kepemimpinan tertentu dan memiliki kewenangan penuh di
dalamnya.
Kepala Pondok Pesantren Nurul Jadid mempunyai harapan dari pesantren
untuk menyatukan prinsip manajemen diantara berbagai wilayah dan lembaga
pendidikan formal menjadi satu kesatuan prinsip manajemen. Yang mana
manajemen terdahulu memiliki khas manajemen masing-masing di setiap wilayah
dan lembaga pendidikan dalam satu pondok, namun sekarang ekspektasi dari
pesantren, di dalam satu pondok memiliki satu khas manajemen yang sama
walaupun terdiri dari berbagai wilayah dan lembaga pendidikan formal.
Menyatukan berbagai manajemen yang sudah menjadi tradisi tidaklah
mudah, namun harus memiliki semangat yang kuat dan prinsip yang konsisiten
untuk sebuah perubahan. Perubahan manajemen pesantren saat ini sudah sebagian
2
kita rasakan, mulai dari perubahan kegiatan, perubahan struktural, perubahan pola
pendidikan, pola bimbingan, pola pembayaran dengan virtual accout serta
perubahan-perubahan lainnya. Semua perubahan ini semata hanya untuk
mengefektifkan kegiatan santri dengan tersistem dan lebih intens.
Perubahan kegiatan salah satunya dengan menerapkan kegiatan belajar
selama 2 jam dan wajib istirahat pada jam 22.00 WIB tujuannya dalam proses
kegiatan belajar ini bisa me recall kembali materi pembelajran yang ada di
sekolah atau perguruan tinggi. Perubahan pendidikan salah satunya yaitu dengan
di pindahnya waktu kegiatan diniyah kedalam jadwal pendidikan formal
khususnya di sekolah, tujuannya lebih mengefektifkan kegiatan pembelajaran
diniyah dan pendalaman ilmu agama. Perubahan di biro pendidikan juga sangat
signifikan mulai tahun ajaran 2018-2019 ini,
pengurus pesantren dan guru
berkewajiban berada di sekolah selama 6 hari kerja atau 34 jam dalam seminggu
bagi guru di pendidikan formal. Biro Pendidikan akan melakukan pengawasan
terhadap kinerja para pendidik atau guru. Salah satunya memperketat absensi.
Yakni, menerapkan absensi elektronik dengan kartu tappig di semua lembaga
pendidikan formal dan kantor pesantren. Untuk itu, masing-masing kepala bidang
dan kepala sekolah/madrasah harus memastikan bahwa penggurus berada di
pesantren selama 6 hari kerja dan bagi guru telah genap berada 34 jam di sekolah
selama seminggu.
Upaya itu dilakukan untuk memastikan bahwa guru berada di sekolah
selama 6 hari kerja dan 34 jam aktif bagi guru untuk memenuhi pelayanan
terhadap semua warga pondok pesantren nurul jadid. Sistem absensi elektronik
3
tersebut bakal langsung terhubung dengan data pedantren yang bisa di akses
langsung oleh pimpinan sekolah/madrasah, pengurus pesanren dan kepala
pesantren. Bahkan ke depan juga tersinkron dengan data di bagian bendahara
yayasan berkaitan dengan tunjangan atau kesejahteraan guru.
Setiap Kepala sekolah juga diwajibkan berada 6 hari kerja di sekolah, untuk
mempermudah pemantauan kinerja guru, pihaknya telah menerapkan alat tapping.
Selain elektronik, pihak sekolah juga tetap melakukan absensi manual untuk
mem-back up kehadiran. absensi diterapkan mulai guru yayasan nurul jadid
hingga pegawai pesantren dan tata usaha. Bukti tertulis itulah yang nanti akan
dilaporkan kepada biro pendidikan. Guru berkewajiban berada di sekolah selama
8 jam per hari. Terhitung masuk mulai pukul 07.30 dan pulang pada 14.00. Meski
jam mengajar telah selesai, para pendidik tersebut tetap harus berada di sekolah.
Selain mengajar, guru bisa melakukan beberapa tugas pokok lainnya. Antara
lain, merencanakan pembelajaran, membimbing siswa, mengevaluasi, serta
melaksanakan tugas tambahan. Selama 6 hari kerja disekolah 8 jam sehari tidak
harus di dalam kelas saja. Pembelajaran bisa dilakukan di luar kelas.
Dari sekian platform yang telah terealisasi dalam perubahan manajemen
pesantren ini, dapat kita lihat dan rasakan bersama bahwa perubahan yang
dulunya semua kegiatan masih belum terkondisikan atau terkontrol dengan baik
dan membuat lambat keefektifan kegiatan santri, kini telah tidak lagi kita rasakan.
Yang dirasakan saat ini ialah lebih mudah dalam mengontrol, dalam
memonitoring kegiatan perkembangan santri, dan lain sebagainya. Semua ini
4
dapat dirasakan dari kooperatif kita semua, mulai dari Kepala pesantren,
pengurus, wali asuh dan semua santri.
Seperti yang dijelaskan diatas, Salah satu yang membantu perubahan
manajemen ini adalah pengurus. Pengurus adalah sebagai jembatan, sebagai
wadah yang menyambungkan dari pengasuh kepada santri. Menjadi pengurus
harus mempunyai standar kemampuan dan standar keterampilan baik dalam hal
mendidik, mengayomi dan membimbing santri dalam perkembangannya.
Dari fenomena di atas, peneliti merasa penelitian ini perlu dilakukan. Maka
peneliti berkeinginan untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pola
Kepemimpinan Kh.Abdul Hamid Wahid Dalam Modernisasi Manajemen
Pesantren Di Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probooliggo”
B.
Fokus Penelitian
Berdasar dari uraian latar belakang dan fokusapenelitian yang telah
dikemukakan, agar penelitian ini dapat terarah dan sistematis, maka dapat
dirumuskan pokok masalah yang telah ditetapkan dan dirinci dalamasub masalah
sebagai berikut:
1.
Bagaimana pola kepemimpinan kiai Abdul Hamid Wahid dalam
modernisasi manajemen pesantren di pondok pesantren Nurul Jadid?
2.
Bagaimana dampak pola kepemimpinan kiai Abdul Hamid Wahid dalam
modernisasi manajemen pesantren di pondok pesantren Nurul Jadid?
5
C.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitianaini adalah
1.
Untuk menganalisis pola kepemimpinan kiai Abdul Hamid Wahid dalam
modernisasi manajeme pesantren di pondok pesantren Nurul Jadid.
2.
Unntuk mengetahui dampak pola kepemimpinan kiai Abdul Hamid Wahid
dalam modernisasi manajemen pesantren di pondok pesantren Nurul Jadid.
D.
Signifikansi Dan Manfaat Penelitian
Harapannya nanti ketika sudah melaksanakan penelitian yangapenulis
lakukan, besar harapanapenelitian ini bermanfaat :
a.
Secara teoritis, manfaat dari penelitian iniaadalah untuk memperkaya kajian
tentang studi pola
kepemimpinan kiai dan modernisasi manajemen
pesantren
b.
Secaraapraktis
1.
Menjadiabahan masukan yang konstruktif dan berharga bagi
pengambil kebijakan di pondok pesantren
2.
Memberikan sumbangan ilmiah bagiakalangan akademisi yang
mengadakan
penelitianaberikutnya
baik
meneruskan
maupun
mengadakanariset baru.
3.
Bermanfaatabagi penulis dan lembaga-lembagaayang berada dibawah
yayasan pondok pesantren.
6
E.
Defenisi Konseptual
Definisi konseptual digunakan untuk menjelaskan istilah atau konsepkonsep. Oleh karenanya untuk menghindari kekeliruan dalamamemahami
beberapa istilah yang digunakan dalamapenelitian ini, maka diperlukan penegasan
terhadapaistilah-istilah tersebut:
1.
Pola Kepemimpinan
Pola perilaku dan strategi, sebagai hasil kombinasi dari falsafah,
keterampilan, sifat, sikap, yang sering diterapkan seorang pemimpin ketika
ia mencoba memengaruhi kinerja bawahannya
2.
Modernisasi
Suatu proses transformasi dari suatu arah perubahan ke arah yang
lebih maju atau meningkat dalam berbagai aspek dalam kehidupan
masyarakat.
3.
Manajemen Pesantren
Aktivitas memadukan sumber-sumber Pendidikan Pesantren agar
terpusat dalam usaha untuk mencapai tujuan Pendidikan Pesantren yang
telah ditentukan sebelum dengan kata lain manajemen Pendidikan
merupakan mobilisasi segala sumberdaya Pendidikan Pesantren untuk
mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
4.
Pondok Pesantren
Suatu lembaga pendidikan tradisional Islam untuk mempelajari,
memahami, mendalami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dengan
7
menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku
sehari-hari.
F.
Orisinalitas Penelitian
Orisinalitasapenelitian merupakan bagian yang menyajikan perbedaan dan
persamaan pada bidang kajian yang diteliti antaraapeneliti dengan peneliti-peneliti
sebelumnya.
Tesis Ibnu Kholdun yang berjudul Gaya Kepemimpinan Demokratis untuk
Meningkatkan Mutu Pondok Pesantren Al-Luqmaniyyah Yogyakarta yang
mengkaji tentang model kepemimpinan demokratis di pondok pesantren AlLuqmaniyah yang berdampak baik bagi tercerminnya akhlakul karimah.
Kemudian penelitian Guntur Cahaya Kesuma dalam jurnal yang berjudul
Pesantren dan Kepemimpinan Kiai yang berisi, ada tiga bentuk kepemimpinan
kiai yang berkembang di pesantren yang dominan adalah model kharismatik.
Model ini mempunyai pengaruh kuat terhadap kemajuan atau kemunduran
pesantren.
Penelitian Mardiyah dalam jurnal yang berjudul Kepemimpinan Kiai dalam
Memelihara Budaya Organisasi di Pondok Modern Gontor, Lirboyo Kediri, dan
Pesantren Tebu Ireng Jombang yang berisi tentang kepemimpinan kiai yang
efektif, yaitu kepemimpinan kiai dalam menjaga budaya pesantren, dan dari ketiga
pondok pesantren yang berbeda tersebut terdapat 11 persamaan yaitu sejarah yang
panjang, fasilitas fisik dan peralatan pendidikan yang baik, berhasil dalam
mengimplementasikan gagasan-gagasam inovatif, program kerja yang bagus, dan
sebagainya. .
8
Nama Peneliti,
No
Judul dan Tahun
Persamaan
Perbedaan
Penelitian
1.
Penelitian
Ibnu Kholdun, Gaya SamaKepemimpinan
sama
tetang gaya atau
Perbedaannya
tempat
Menganalisis
penelitian dan
pola
Meningkatkan Mutu kepemimpinan
pola
kepemimpinan
Pondok
kepemimpinan
kiai
Abdul
Al-Luqmaniyyah
Hamid
Wahid
Yogyakarta, 2015
dalam
Demokratis
2.
Orisinalitas
untuk pola
Pesantren
Guntur
Cahaya
Sama – sama
Berbeda
membahas
segi
dan Kepemimpinan
tentang
penelitian dan
Kiai, 2017
kepemimpinan
fokus
kiai
penelitian
Kesuma,
Pesantren
dari
tempat
menerapkan
modernisasi
manajeme
pesantren
di
pondok
pesantren Nurul
3.
Mardiyah,
Sama-
Kepemimpinan Kiai
Fokus
Jadid.
membahas
penelitian
kepemimpinan
pada
kiai
yang
kepemimpinan
di Pondok Modern
efektif,
yaitu
dalam
Gontor,
Lirboyo
kepemimpinan
modernisasi
Kediri,
dan
kiai
manajemen
dalam
Budaya
9
sama
Memelihara
Organisasi
dalam
gaya
Pesantren
Tebu
Ireng Jombang, 2016
menjaga
pondok
budaya
pesantren
pesantren
G.
Kajian Pustaka
1.
Pengertian Gaya kepemimpinan
Kepemimpinan memegang peranan penting dalam suatu organisasi,
karena pemimpin itulah yang akan menggerakkan jalannya organisasi.
Menurut Irham Fahmi, kepemimpinan merupakan suatu ilmu yang mengkaji
secara komprehensif tentang bagaimana mengarahkan, mempengaruhi, dan
mengawasi orang lain untuk mengerjakan tugas sesuai dengan perintah yang
direncanakan.3 Sedangkan menurut Griffin W. Ricky dan Ebert J. Ronald
dalam Jazim Hamidi dan Dani Harianto mengatakan bahwa, kepemimpinan
merupakan sebuah proses memotivasi orang lain agar mau bekerja dalam
rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.4
Dari
beberapa
definisi
tersebut
dapat
dinyatakan
bahwa
kepemimpinan merupakan suatu upaya dari seorang pemimpin untuk
merealisasikan tujuan organisasi dengan melalui anggotanya dengan cara
mempengaruhi, mengarahkan, dan memberikan dukungan agar mampu
mencapai tujuan organisasi dengan baik.
2.
Macam-macam gaya kepemimpinan
3
Irham Fahmi, Manajemen Kepemimpinan Teori dan Aplikasi, (Bandung: Alfabeta,
2013),15
Jazim Hamidi dan Dani Harianto, Konsep Kepemimpinan Multikultural Nuswantara¸
(Malang: Nuswantara, 2015), 44.
4
10
Gaya kepemimpinan seseorang akan identik dengan tipe kepemimpinan
orang yang bersangkutan. Artinya, untuk kepentingan pembahasan, istilah
tipe dan gaya dapat dipandang sebagai sinonim.5 Gaya kepemimpinan
seseorang dibedakan menjadi lima, kelima gaya kepemimpinan tersebut
adalah: 6
a. Gaya otokratik
Seorang pemimpin yang otokratik akan menerjemahkan disiplin
kerja yang tinggi yang ditunjukkan oleh para bawahannya sebagai
perwujudan
kesetiaan
para
bawahan
itu
kepadanya,
padahal
sesungguhnya disiplin kerja itu didasarkan kepada ketakutan bukan
kesetiaan.
Egonya
yang
sangat
besar
menumbuhkan
dan
mengembangkan presepsinya bahwa tujuan organisasi identik dengan
pribadinya dan karenanya organisasi diperlakukannya sebagai alat untuk
mencapai tujuan pribadi.
b. Gaya paternalistik
Presepsi seorang pemimpin paternalistik tentang peranannya dalam
kehidupan organisasional dapat dikatakan diwarnai oleh harapan para
pengikutnya kedepannya. Harapan itu pada umumnya berupa keinginan
agar pemimpinnya mampu berperan sebagai bapak yang bersifat
melindungi dan layak dijadikan sebagai tempat bertanya untuk
memperoleh petunjuk.
5
Sondang P. Siagian, Teori dan Praktek Kepemimpinan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2015), 30
Alifiulahtin Utaminingsih, Perilaku Organisasi: Kajian Teoritik & Empirik Terhadap
Budaya Organisasi, Gaya Kepemimpinan, Kepercayaan dan Komitmen (Universitas Brawijaya
Press, 2014).
6
11
Pemimpin ini biasanya mengutamakan kebersamaan, artinya
pemimpin yang bersangkutan berusaha memperlakukan semua orang
dan semua satuan kerja yang terdapat di dalam organisasi dengan adil
dan sama rata. Hanya saja hubungan yang bersifat informal tersebut
dilandasi oleh pandangan bahwa para bawahan itu belum mencapai
tingkat kedewasaan sedemikian rupa sehingga mereka dapat dibiarkan
bertindak sendiri, sehingga memerlukan bimbingan dan tuntunan terus
menerus.
c. Gaya kharismatik
Pemimpin ini adalah seorang pemimpin yang dikagumi oleh
banyak pengikut yang jumlahnya terkadang sangat besar, meskipun para
pengikut tersebut tidak selalu dapat menjelaskan secara konkret
mengapa orang tertentu itu dikagumi. Pengikut dari pemimpin ini tidak
mempersoalkan nilai-nilai yang dianut, sikap dan prilaku serta gaya
yang digunakan oleh pemimpin yang diikutinya itu. Pemimpin ini akan
tetap
dikagumi
pengikutnya
meskipun
menggunakan
gaya
kepemimpinan yang otokratik.
d. Gaya lazis faire
Seorang pemimpin ini cenderung memilih peranan pasif pada
organisasi
dan
membiarkan
organisasinya
ini
berjalan
dengan
sendirinya. Sikap seorang pemimpin lazis faire dalam memimpin
organisasi dan para bawahannya biasanya bersikap permisif, dalam arti
bahwa para anggotanya boleh saja bertindak sesuai dengan keyakinan
12
masing-masing asal saja kepentingan bersama tetap terjaga dan tujuan
organisasi tercapai. Dengan sikap ini seorang pemimpin yang lazis faire
ini mengarah pada tindak-tanduk yang memerlakukan bawahan sebagai
rekan sekerja, hanya saja kehadirannya sebagai pemimpin diperlukan
sebagai akibat dari adanya struktur hirarki organisasi.
e. Gaya demokratik
Pemimpin yang demokratik biasanya memandang perannya sebagai
koordinator dan integrator dari berbagai unsur dan komponen organisasi
sehingga bergerak sebagai suatu totalitas. Pemimpin yang demokratik
biasanya menyadari bahwa mau tidak mau organisasi harus disusun
sedemikian rupa sehingga semua tugas dapat disusun secara jelas aneka
ragam tugas dan kegiatan yang harus dilakukan demi tercapainya tujuan
organisasi. Seorang pemimpin yang demokratik dihormati dan disegani
dan bukan ditakuti karena perilakunya dalam kehidupan organisasional
perilakunya mendorong para bawahan untuk mengembangkan daya
inovasi dan kreativitasnya. Dengan sungguh-sungguh ia mendengarkan
pendapat, saran dan bahkan kritik orang lain, terutama para bawahannya.
3.
Gaya Kepemimpinan Kiai
Istilah kiai memiliki pengertian yang plural, dahulu orang memandang
seseorang yang pandai di bidang agama Islam baru layak disebut kiai bila ia
mengasuh atau memimpin pesantren. Berkaitan dengan wacana politik
pendidikan pesantren yang senantiasa dikendalikan kiai, maka pemakaian
kiai dalam konteks ini lebih mengacu pada pemahaman lama yakni kiai
13
sebagai pemimpin pesantren, tetapi bukan hanya mengajarkan kitab-kitab
Islam klasik semata seperti pemahaman awal tersebut, melainkan juga
meliputi pengajaran kitab-kitab modern kontemporer.
Sebuah pondok pesantren lazimnya memiliki warga pesantren yang
terdiri dari kiai, ustaż, dan santri. Dari sudut pandang struktur organisasi,
adakalanya pesantren mengadopsi sistem yang sangat sederhana, yaitu kiai
memegang pimpinan mutlak dalam segala hal. Namun demikian, tidak
jarang pula sang kiai mendelegasikan otoritasnya tersebut kepada seorang
ustaż senior yang biasa disebut “lurah pondok”.7 Dalam perkembangannya,
peran “lurah pondok” di pesantren yang telah mengenal cara kerja
organisasi yang lebih sistematis, digantikan oleh susunan pengurus,
meskipun tidak jarang ketua pengurus disebut juga sebagai “lurah”. Namun,
walaupun kepengurusan telah terbentuk sedemikian rupa, tetaplah kiai
sebagai pemangku kekuasaan tertinggi. Dengan kata lain kiai bertindak
sebagai pemilik tunggal.8
Peran kiai sangat menetukan dalam perjalanan pesantren dari waktu ke
waktu. Oleh karena itu faktor kepemimpinan merupakan esensi penting
yang terdapat pada pribadi kiai. Untuk mengkaji kepemimpinan kiai, di
bawah ini akan dijelaskan konsep tentang gaya kepemimpinan ala kiai.
Kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan seseorang (yaitu pemimpin
atau leader) untuk mempengaruhi orang lain (yaitu yang dipimpin atau
7
Nur Efendi, Manajemen Perubahan di Pondok Pesantren, (Yogyakarta: Kalimedia,
2016), 5.
8
Abd. Halim Soebar, Modernisasi Pesantren Studi Transformasi Kepemimpinan Kiai dan
Sistem Pendidikan Pesantren, 64.
14
pengikut-pengikutnya), sehingga orang lain tersebut bertingkah-laku
sebagaimana dikehendaki oleh pemimpin tersebut.
Keberadaan seorang kiai sebagai pimpinan pesantren, ditinjau dari
tugas dan fungsinya mengandung fenomena yang unik. Dikatakan unik,
karena kiai sebagai seorang pemimpin di lembaga pendidikan Islam
bertugas tidak hanya menyusun program atau kurikulum, membuat
peraturan, merancang sistem evaluasi, tetapi juga bertugas sebagai pembina
dan pendidik umat serta pemimpin umat (masyarakat).
Ada tiga jenis pemimpin, yaitu tradisional, kharismatik, dan formal
(rasional). Pemimpin tradisional berakar pada struktur sosial yang tersusun
berdasarkan kelahiran, kekayaan, dan status. Pemimpin kharismatik berakar
dari kharisma pribadi yang dimiliki. Pemimpin formal menitikberatkan pada
sistem hukum yang berlaku dalam masyarakat.
Sebagai akibat dinamika atau tuntutan masyarakat, pesantren
melakukan berbagai upaya atau langkah-langkah yang menyebabkan
perubahan atau pergeseran pola kepemimpinan yang dilakukan oleh kiai.
Oleh sebab itu, pola kepemimpinan dalam mengelola dan mengembangkan
pesantren tidak sama antara pesantren satu dan yang lain. Pola atau profil
kepemimpinan kiai di pesantren memiliki keunikan yang cukup bervariasi.
Profil
kepemimpinan
kiai
dalam
mengelola
pesantren
memiliki
kecenderungan sebagai berikut :
a. Kiai dengan profil kepemimpinan masyarakat (community leader)
yaitu seorang kiai yang dikenal kebesarannya, baik kebesaran
15
pribadinya maupun pesantrennya, karena sang kiai memiliki posisi
atau jabatan dalam organisasi sosial keagamaan, politik atau memiliki
jabatan dalam kekuasaan tertentu.
b. Kiai berprofil kepemimpinan keilmuan (intellectual leader), yaitu
seorang kiai yang memiliki kebesaran pribadi dan pesantrennya
karena sang kiai dianggap memiliki keahlian ilmu secara mendalam
yang dijadikan rujukan atau panutan masyarakat dalam menyelesaikan
persoalan. Bidang ilmu itu misalnya ilmu fikih, ilmu hadist dan lainlain.
c. Kiai berprofil kepemimpinan rohani (spiritual leader), yaitu kiai yang
kebesaran pribadi dan pesantrennya, karena sang kiai itu memiliki
kemampuan dalam urusan peribadatan (imam masjid), menjadi
mursyid (guru) thariqah, dan menjadi panutan moral keagamaan.
d. Kiai dengan profil kepemimpinan administratif (administrative
leader), yaitu kiai yang hanya berperan sebagai penanggung jawab,
sedangkan pembinaan proses pembelajaran pesantren diserahkan
kepada seseorang yang dianggap memiliki kualifikasi sesuai dengan
visi dan misi pesantrennya.
e. Kiai dengan profil kepemimpinan emosional (emotional leader), yaitu
kebesaran kepemimpinan kiai yang lebih didasarkan pada ikatan nilainilai kebesaran seorang kiai tertentu.
16
f. Kiai yang berprofil kepemimpinan ekonomi (economic leader), yaitu
kiai yang mengelola pesantren dengan cara melaksanakan program
pemberdayaan potensi ekonomi masyarakat dan para santrinya.
g. Kiai dengan profil kepemimpinan eksoteris (exoteris leader), yaitu
kiai yang mengelola pesantren dengan cara menonjolkan aspek formal
yang dimiliki pesantren.
4.
Pondok Pesantren
Pondok Pesantren adalah lembaga gabungan antara sistem pondok dan
pesantren yang memberikan pendidikan dan pengajaran agama Islam dan
dengan sistem Bandongan, Sorogan, atau Wetonan dengan para santri
disediakan pondokan atau santri kalong.9 Dilanjutkan oleh Nur Efendi yang
mendefinisikan pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang
dipimpin oleh seorang kiai yang mempunyai kharismatik dan bersifat
independen di mana santri disediakan tempat untuk menginap yang
digunakan untuk memperdalam ilmu agama Islam.10
5.
Jenis-jenis pondok pesantren
1)
Pondok pesantren tradisional atau salaf
Pesantren
Salafiyah
secara
umumnya
diartikan
sebagai
pesantren tradisional yang masih memegang kuat tradisi dalam
pembelajaran kitab-kitab klasik (kitab kuning).11 Dalam sejarahnya,
9
Marwan Sardjo, dkk., Sejarah Pondok Pesantren di Indonesia, (Jakarta: Dharma Bhkti,
1982), 10
10
Nur Efendi, Manajemen Perubahan di Pondok Pesantren, 114.
11
Zainal Arifin, “Kepemimpinan Kiai dalam Ideologisasi Pemikiran Santri di Pesantrenpesantren Salafiyah Mlangi Yogyakarta”, INFERENSI Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol. 9
No. 2 (Desember, 2015), 354.
17
pesantren salaf (tradisional) merupakan cikal bakal lembaga
pendidikan Islam di Indonesia dan merupakan sistem pendidikan khas
Indonesia.
2)
Pondok pesantren modern
Menurut Lukens-Bull yang dikutip oleh Abdullah Aly
mengatakan bahwa, ”pesantren modern (khalafiyah) dapat dipahami
sebagai pesantren yang mengajarkan pelajaran-pelajaran umum
disamping pelajaran-pelajaran agama dan
pendidikan moral.”
Pesantren modern (khalafiyah) dalam batas tertentu telah melakukan
kegiatan pendidikannya berdasarkan program yang telah direncanakan
oleh seorang kiai dan para pembantunya.12
H.
Pendekatan Dan Jenis Penelitian
Dalamarangka memperoleh pemahaman yang utuh, mendalam dan
menyeluruh terhadapafokus penelitian ini, maka peneliti menggunakan paradigma
fenomenologi dengan pendekatanakualitatif yaitu data yang disajikan dalam
bentuk kata verbal bukan dalam bentuk angka. Jenis penelitian menggunakan
rancangan studi kasus, yaitu berusaha mendiskripsikan suatu latar, obyek, atau
peristiwa tertentu secara rinci dan mendalam. Data dikumpulkan dengan latar
alami sabagai sumber data langsung.
Penelitianaini diharapkan dapat mengungkap fenomena dan gejala
secaraamendalam, menemukan secara menyeluruh dan utuh mengenai Pola
12
Abd. Halim Soebar, Modernisasi Pesantren Studi Transformasi Kepemimpinan Kiai dan
Sistem Pendidikan Pesantren, 58.
18
kepemimpinan kh.abdul hamid wahid dalam modernisasi manajemen pesantren di
pondok pesantren nurul jadid.
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yang artinya
penelitian yang lebih banyak berpusat padaapenggalian data di lapangan (field
research).13 Jadi penulis melakukanapenelitian di lapangan untuk memperoleh
data dan informasiasecara langsung dengan mendatangi lokasi yang diambil oleh
peneliti yaitu di Yayasan Nurul Jadid Paiton Probolinggo.
I.
Lokasi Penelitian
Penelitian ini penulis lakukan di Yayasan Nurul Jadid Paiton Probolinggo
dengan pertimbangan:
1.
Belum ada penelitian terkait yang sama sebelumnya dialembaga tersebut.
2.
Penulis melihat di pondok pesantren nurul jadid memiliki keistimewaan
dalam melakukan pengembangan.
J.
Data Dan Sumber Data
Jenis data dalam penelitianaini terdiri atas dua, yakni data yang bersifat
primer dan data yang bersifat sekunder. Data primeraadalah data yang diperoleh
langsung dari kepala Pondok Pesantren Nurul Jadid. Data tersebut diperoleh
melalui wawancara yang dilakukan oleh penulis. Data sekunder adalah data yang
penulis peroleh dari sekretaris yayasan dan stakeholders pendidikan yang terkait
melalui wawancara. Termasuk pula data sekunder di sini adalah hasil telaah dalam
berbagaialiteratur, serta informasi lainnya yang ada kaitannya dengan masalah
13
2010),38.
19
Susanto, Panduan Lengkap Menyusun Proposal, cet pertama, (Jakarta: Visimedia,
Pola Kepemimpinan Kh.Abdul Hamid Wahid dalam Modernisasi Manajemen
Pesantren Di Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probooliggo.
K.
Instrumen Penelitian
Intsrumen penelitian merupakan prosedur teknis yang praktisadigunakan
dalam mengumpulkan data di lapanganadengan cara mengumpulkan informasi
melaluiacatatan, rekaman, blangko penelitian, dan pedoman pertanyaan.14
Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1.
Peneliti, instrumen penelitian yang utama adalah peneliti itu sendiri, di
mana seorang peneliti bertemu secara langsung dengan informan untuk
memperoleh data yang dibutuhkan.
2.
Pedoman wawancara, dalam hal ini penulis menyediakan pedoman
wawancara sebagai acuan untuk memperoleh data yang diperlukan oleh
penulis dari informan, disamping itu juga penulis menyiapkan media untuk
merekam informasi yang disampaikan oleh informan, hal ini dilakukan agar
informasi yang didapat lebih jelas dan akurat.
3.
Pedoman observasi, hal ini bertujuan untuk membantu penulis dalam
melakukan observasi atau pengamatan di lokasi penelitian dan untuk lebih
memperkuat data yang telah diperoleh melalui wawancara dengan informan.
4.
Format Dokumentasi, jenis instrumen penelitian ini bertujuan untuk
membantu peneliti dalam memperoleh data melalui dokumentasi yang
diperoleh dari tempat penelitian.
14
Moh. Nazir, Metode Penelitian (Cet. III; Jakarta: Ghalia Indonesia, 2008), 212. Dan
Lihat pula Winarto Suracmad, Pengantar Penelitian Ilmiah (Bandung: Tarsito, 1990), 257-258.
20
L.
Pengumpulan Data
Ada
penelitian
beberapaateknik
ini
yaitu
pengumpulan
wawancara
data
(interview),
yang
digunakan
dokumentasiadan
dalam
observasi
(pengamatan).
1.
Observasi( Pengamatan)
Observasi
harusadilakukan
secara
teliti
dan
sistematis
untuk
mendapatkan hasilayang bisa diandalkan, dan peneliti harus mempunyai
latar belakang atau pengetahuanayang lebih luas tentang objek penelitian
mempunyai dasar teori danasikap objektif. Observasi adalah pengamatan
dengan menggunakanaindra penglihatan
yang berarti
tidak mengajukan
pertanyaan-pertanyaan.15
Observasiaini merupakan kegiatan mengamati gejala-gejala obyektif
yangaterkait
langsung
dengan
fokus
penelitian
ini,
dimana observasi juga diartikan sebagai alat pengumpulan data banyak
digunakanauntuk mengukur tingkah laku individu maupun proses terjadinya
asuatu kegiatan yang diamati baik dalam situasiasebenarnya maupun situasi
buatan.16
Kegiatan yang akanadiobservasi pada penelitian ini tentang Pola
Kepemimpinan Kh.Abdul Hamid Wahid
Dalam Modernisasi Manajemen
Pesantren Di Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probooliggo. Dengan
observasi ini, dapatadigunakan untuk melakukan chek dan recheck data yang
15
Irwan Soehartono, Metodologi Penelitian Sosial Suatu Teknik Bidang Kesejahteraan dan
Ilmu Sosial Lainnya Pendekatan,( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), 69
16
Nana Sujana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, ( Bandung: Sinar Baru
Alisindo, 2001), 109.
21
telahadiperoleh
dan
hasil
wawancara
dan
dokumentasi
sehingga dapat mendukung validitasaatau keabsahan data yang diperoleh.
2.
Wawancara
Wawancara adalahapercakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu
dilakukanaoleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yangamengajukan
pertanyaan dan terwawancara (interviuwee) yangamemberikan jawaban atas
pertanyaan.17 Wawancara adalah suatu bentukakomunikasi verbal yang bertujuan
memperoleh informasi.18
Wawancara
wawancara
terstruktur
menetapkan
diajukan.
yangadigunakan
sendiri
Penelitian
dalam
yaituawawancara
masalah
penelitian
yang
ini
pewawancaranya
danapertanyaan-pertanyaan
yangamenggunakan
jenis
adalah
wawancara
yang
ini
akan
bertujuan
mencari jawaban terhadap hipotesis kerja, untuk itu pertanyaan - pertanyaan yang
berkaitan dengan Pola Kepemimpinan Kh.Abdul Hamid Wahid
dalam
Modernisasi Manajemen Pesantren Di Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton
Probooliggo.
3.
Dokumentasi
Dokumentasi
bahwa
dokumen
ditujukan
17
yakni
yang
ada
untukamemperoleh
teknik
penelitian
dan
mempunyai
data
langsung
dengan
memperhatikan
relevansi.19
dari
tempat
Dokumentasi
penelitian,
Lexy .J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif,( Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2002),186
18
Nasution S, Methode Research,( Jakarta: Bumi Aksara , 2000), 113
19
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,( Yogyakarta:
Rineka Cipta, 1993) , 149
22
meliputi
buku-buku
yangarelevan,
peraturan-peraturan,
laporan
kegiatan,
foto, data yang relevanadengan penelitian.
Dokumentasi ini digunakanauntuk memperoleh data yang bersifat
dokumenter tentang gambaranaumum tentang Pola Kepemimpinan Kh.Abdul
Hamid Wahid Dalam Modernisasi Manajemen Pesantren Di Pondok Pesantren
Nurul Jadid Paiton Probooliggo.
M.
Analisis Data
Analisis dimulai dengan menelaahaseluruh data yang tersedia dari
berbagai sumber, yaitu: wawancara, pengamatan yang sudahaditulis dalam catatan
lapangan, hasil rekanan wawancara, hasil observasiadan lain sebagainya. Analisis
data merupakan upaya mencari dan menataasecara sistematis catatan hasil
wawancara, observasi dan yang lainnyaauntuk meningkatkan pemahaman
penelitian tentang kasus yang ditelitiadan menyajikannya sebagai temuan bagi
orang lain.20
1.
ReduksiaData (data reduction)
Reduksi
data
diartikanasebagai
proses
pemilihan,
pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, danatransformasi data yang
muncul dari catatan-catatan tertulis dialapangan. Reduksi data merupakan bentuk
analisis yangamenajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak
perlu danamengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulankesimpulan finalnyaadapat ditarik dan diverifikasi.21
20
Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1992), Cet.
3, 104.
21
23
Ibid,16
Sementara itu menurut Patillima yang dikutip oleh triantoamengatakan
bahwa reduksi data merupakan proses analisis untukamemilih, memusatkan,
menyederhanakan, mengabstraksikan serta mentranformasikanadata yang muncul
dari catatan-catatan lapangan.22 Dengan demikian makaamereduksi data berarti
membuat rangkuman, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-halayang
penting, serta membuang hal-hal yang tidak perlu.
Setelah mendapatkan data darialapangan yang begitu kompleks maka
peneliti perlu segera melakukanaanalisis data melalui reduksi data, yaitu
merangkum, memilih hal-halayang pokok, menfokuskan pada hal-hal yang
penting, membuang hal-halayang tidak perlu. Data hasil penelitian ini harus
direduksi meliputi dataahasil wawancara, dokumentasi dan observasi berisi
tentang pelaksanaan Pola Kepemimpinan Kh.Abdul Hamid Wahid
Dalam
Modernisasi Manajemen Pesantren Di Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton
Probooliggo.
Pada tahap ini, penelitiamelakukan kegiatan pemusatan perhatian pada data
yang telah terkumpul berupa menyeleksiadata yakni memilih dan memilah datadata yang sejalan dengan relevansi afokus penelitian ini. Tahap selanjutnya adalah
menyimpulkan data, artinya dalam data terpilih disederhanakan sejalan dengan
tema yang dikaji. Reduksi dataadimaksudkan untuk mendapatkan gambaran yang
utuh dari data-data yang ditemukan dialapangan. Setelah mendapatkan data dari
lapangan yang begitu kompleks, maka peneliti akan merangkum, memilih hal-hal
yang pokok, menfokuskan padaahal-hal yang penting, membuang hal-hal yang
22
Trianto, Pengantar Penelitian Pendidikan bagi Pengembangan Profesi Pendidikan dan
tenaga Kependidikan, (Jakarta; Kencana, 2011), 287.
24
tidak perlu. Data hasil penelitian ini harusadireduksi yang meliputi data hasil
wawancara, dokumentasi dan observasiaberisi tentang pelaksanaan Pola
Kepemimpinan Kh.Abdul Hamid Wahid
Dalam Modernisasi Manajemen
Pesantren Di Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probooliggo.
2.
Penyajian Data (data display)
Tahap
penyajian
dataadimaksudkan
untuk
menyajikan
data,
matriks, grafik, jaringan dan bagan.23 Melibatkan langkah-langkah untuk
mengorganisasikan data yakniamenjalin (kelompok) data yang satu dengan
(kelompok) data yangalain sehingga seluruh data yang dianalisis benar-benar
dilibatkan dalam satu kesatuan.24
Penyajian data diarahkanaagar data hasil reduksi terorganisasikan,tersusun
sehingga makin mudahadipahami. Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk
uraian naratif, bagan, diagramaalur (flow chart) dan lainya.25 Pada langkah ini,
peneliti akan berusahaamenyusun data yang relevan sehingga menjadi informasi
yang dapat disimpulkan danamemeiliki makna tertentu. Pada tahap ini peneliti
akan menyajikan data, melakukan pengorganisasianadata dalam bentuk penyajian
informasi berupa teks naratif dari hasil dataayang sudah di reduksi berisi tentang
Pola Kepemimpinan Kh.Abdul Hamid Wahid Dalam Modernisasi Manajemen
Pesantren Di Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probooliggo.
Menarik dan PegujianaKesimpulan (drawing and verifying conclutions)
Langkah berikutnya dalam prosesaanalisis data adalah menarik kesimpulan
23
Miles dan A. Michael Huberman,Qualitative, 18.
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2012), 341.
25
Trianto, Pengantar Penelitian Pendidikan..., 289.
24
25
berdasarkan temuan dan melakukanaverifikasi data. Kesimpulan awal yang
dikemukakan masih bersifatasementara dan akan dan akan berubah bila tidak
ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung padaatahap pengumpulan data
berikutnya.26 Apabila kesimpulan yangaditemukan pada tahap awal didukung oleh
bukti-bukti yang kuatadalam arti konsisten dengan kondisi yang ditemukan saat
peneliti kembali ke lapangan makaakesimpulan yang diperoleh merupakan
kesimpulan yang kredibel.27
Penarikan kesimpulan sebagaiadari satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh.
Pada tahap ini peneliti akan melakukanapenarikan kesimpulan yang telah
diverifikasi selama penelitian berlangsung. Selainaitu peneliti akan melakukan
tinjauan ulang pada catatan-catatanalapangan dengan peninjauan kembali sebagai
upaya untuk menempatkan salinan suatuatemuan dalam seperangkat data yang
lain.
N.
Pengecekan Keabsahan Data
Pengujian keabsahanadata dalam penelitian ini, dilakukan melalui tahap
pengecekan kredibilitasadata dengan teknik:
1.
Persistent observasion
Untuk memahami gejala/peristiwa yang mendalam, dilakukanapengamatan
secara berulang-ulang, amerupakan perpanjangan pengamatan penulis lakukan
guna memperolehadata yang sahih (valid) dari sumber data dengan cara
meningkatkan intensitas pertemuan dengananara sumber yang dijadikan informan,
dan melakukanapenelitian dalam kondisi yang wajar dan waktu yang tepat.
26
27
26
Sugiono, Metode Penelitian, 345.
Trianto, Pengantar Penelitian Pendidikan..., 291
2.
Triangulasi (triangulation)
Pemeriksaan keabsahan data yang selanjutnya menggunakan triangulasi.
Triangulasi adalah salah satu tehnik pemeriksaan data.28 Tehnikatriangulasi yang
digunakan adalah tehnik pengumpulan data dan sumberadata. Triangulasi tehnik
dilakukan dengan melakukan komparasiaterhadap minimal dua data yang sama
antara hasilawawancara, dokumentasi, dan observasi tentang Pola Kepemimpinan
Kh.Abdul Hamid Wahid Dalam Modernisasi Manajemen Pesantren Di Pondok
Pesantren Nurul Jadid Paiton Probooliggo.
Mengecek balik derajat kepercayaanasuatu informasi yang diperoleh dengan
triangulasi sumber dan teknik. Triangulasiadilakukan meliputi empat hal pokok,
yakni triangulasi data, triangulasiapeneliti, triangulasi teori dan triangulasi
metodologi. Melalui teknik pemeriksaan ini diyakini fakta, data dan informasi
yang ada dapat dipertanggungjawabkan dan memenuhi persyaratan kesahihan dan
keandalan data yang ditemukan.
Triangulasi sebagai wujud pemeriksaanakeabsahan data sangat diperlukan
dalam pendekatan kualitatif demi kesahihan danakeandalan serta tingkat
kepercayaan data yang terkumpul. Penelitian iniamenggunakan teknik menguji
dan memastikan temuan melalui memeriksaakerepresentatifan yakni aspek
pemilihan informan yang mewakiliamasalah yang diteliti.
3.
Member check
Diskusi teman sejawat secara langsung pada saatawawancara dan secara
tidak langsung dalam bentuk penyampaianarangkuman hasil wawancara yang
28
27
Lexi J. Moleong, Metode Penelitian..., 330
sudah ditulis oleh peneliti. Member check merupakan proses pengecekan data
yang diperoleh penelitiakepada pemberi data, tujuan member check ini adalah
untuk mengetahui seberapaajauh data yangadiperoleh sesuai dengan apa yang
diberikan pemberiadata tentang Pola Kepemimpinan Kh.Abdul Hamid Wahid
Dalam Modernisasi Manajemen Pesantren Di Pondok Pesantren Nurul Jadid
Paiton Probooliggo.
28
DAFTAR PUSTAKA
Abu Hasan Agus R, “Dimensi spiritual kepemimpinan kh. abd. wahid zaini dalam
pengembangan profesionalitas dan keunggulan kelembagaan di pondok
pesantren nurul jadid paiton probolinggo,” Jurnal Pendidikan Islam
Indonesia, 11 (2018), 1–28
Abd. Halim Soebar, Modernisasi Pesantren Studi Transformasi Kepemimpinan
Kiai dan Sistem Pendidikan Pesantren
Irham Fahmi. 2013. Manajemen Kepemimpinan Teori dan Aplikasi, Bandung:
Alfabeta
Irwan Soehartono,2008. Metodologi Penelitian Sosial Suatu Teknik Bidang
Kesejahteraan dan Ilmu Sosial Lainnya Pendekatan, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Jazim Hamidi dan Dani Harianto,2015. Konsep Kepemimpinan Multikultural
Nuswantara¸ Malang: Nuswantara
Lexy .J.Moleong, 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Moh. Nazir, 2008. Metode Penelitian Cet. III; Jakarta: Ghalia Indonesia
Winarto Suracmad,1990. Pengantar Penelitian Ilmiah, Bandung: Tarsito
Marwan Sardjo, dkk.,1982. Sejarah Pondok Pesantren di Indonesia, Jakarta:
Dharma Bhkti.
Nasution S, 2000. Methode Research, Jakarta: Bumi Aksara.
Nur Efendi,2016. Manajemen Perubahan di Pondok Pesantren, Yogyakarta:
Kalimedia.
Nana Sujana dan Ibrahim,2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung:
Sinar Baru Alisindo.
Noeng Muhajir,1992. Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin
Sondang P. Siagian, 2015. Teori dan Praktek Kepemimpinan, Jakarta: Rineka
Cipta.
Susanto,2010. Panduan Lengkap Menyusun Proposal, cet pertama, Jakarta:
Visimedia
29
Suharsimi Arikunto,1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,
Yogyakarta: Rineka Cipta.
Sulaiman, “Pola Kepemimpinan Kiai Dalam Mengembangkan Pendidikan Di
Pondok Pesantren,” Pendidikan.
Sugiono, 2012 Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D, Bandung: Alfabeta.
Trianto, 2011. Pengantar Penelitian Pendidikan bagi Pengembangan Profesi
Pendidikan dan tenaga Kependidikan, Jakarta; Kencana.
Utaminingsih, Alifiulahtin, Perilaku Organisasi: Kajian Teoritik & Empirik
Terhadap Budaya Organisasi, Gaya Kepemimpinan, Kepercayaan dan
Komitmen (Universitas Brawijaya Press, 2014)
Zainal Arifin, 2015. “Kepemimpinan Kiai dalam Ideologisasi Pemikiran Santri di
Pesantren- pesantren Salafiyah Mlangi Yogyakarta”, INFERENSI Jurnal
Penelitian Sosial Keagamaan Vol. 9 No. 2.
30
Download