Uploaded by ruditrianto84

Jurnal Ilmiah - Strategi Dakwah FSLDK

advertisement
Manajemen Strategi Dakwah
Forum Silaturrahim Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK) Surabaya Raya
Rudi Trianto
STAI Luqman Al Hakim Surabaya
ABSTRACT
The research was motivated by the interest of researchers in several propaganda
agenda Forum Silaturrahim Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK) Surabaya Raya. More
research interests are based on forms and program management strategies propaganda carried
on by these institutions, especially in fostering the members and managers. Another thing is the
reason researchers did the study was the militancy and determination of the activists who joined
the campus mission FSLDK Surabaya Raya preaching in every activity. The problem studied
in this thesis entitled "Strategic Management Forum Silaturrahim Lembaga Dakwah
Kampus (FSLDK) Surabaya Raya In Fostering Members," (Case Study Regional
Communications Center (Puskomda) Islamic Spirituality Student Activities Unit (UKMKI)
Universitas Airlangga (Airlangga University), Surabaya Period 2006-2008) this is how the
propaganda strategy management FSLDK Surabaya Raya for the period 2006-2008 in
fostering its members? In this study, researchers used qualitative methods-descriptive approach.
To get data and facts, researchers conducted a field (field research) and direct observation
(participatory observation) by engaging directly follow several missionary activities FSLDK
Surabaya Raya. In analyzing the data and facts collected, researchers using qualitative data
analysis techniques with inductive analysis techniques in drawing conclusions that focuses on
strategic management mission run by FSLDK Surabaya Raya in fostering its members. The
management strategy of proselytizing FSLDK Surabaya Raya for the period 2006-2008 in
fostering its members is to set the vision, mission and objectives of the program development,
conduct internal environmental analysis member, undertake strategic planning formulation
mission coaching program, and update concepts, models, and strategies of propaganda coaching
program.
Keyword: Manajemen, Strategi, dakwah
A. Pendahuluan
Kegiatan dakwah bukan hanya mencakup sisi ajakan (materi dakwah),
tetapi juga sisi pelakunya (da’i) dan juga pesertanya (mad’u), ia juga mempunyai
metode beragam yang telah digariskan oleh Al-Qur'an dan dipraktikkan oleh
Rasulullah Saw yakni: bil hikmah (hikmah), al mauidzoh hasanah (nasehat yang
1
baik), bil mujadalah billati hiya ahsan (berdebat dengan baik). Interaksi aktif
berdasarkan pemahaman yang komprehensif terhadap unsur-unsur dakwah,
niscaya akan berbeda pada pilihan aktivitas, maupun kepada kemungkinan hal
yang diraih.
Dengan demikian, jika aktivitas dakwah dilaksanakan sesuai dengan
prinsip-prinsip
manajemen
dan
strategi
dakwah
yang
tepat,
maka
profesionalisme dalam dakwah akan terwujud pada kehidupan masyarakat. Hal
inilah yang dijadikan inti dari pengaturan secara manajerial dalam dakwah.
Aktivitas dakwah dikatakan berjalan dengan efektif dan efisien apabila tujuan
dakwah dapat tercapai dan dalam pencapaiannya dikeluarkan pengorbananpengorbanan yang wajar.1
Kegiatan manajemen dakwah berlangsung pada tataran kegiatan dakwah
itu sendiri. Dimana setiap aktivitas dakwah khususnya dalam skala organisasi
atau lembaga untuk mencapai suatu tujuan dibutuhkan sebuah pengaturan atau
usaha manajerial yang baik. Apabila komponen dakwah atau unsur-unsur
dakwah yaitu da’i, mad’u, materi diolah dengan menggunakan ilmu manajemen
maka aktivitas dakwah akan berlangsung dengan lancar sesuai dengan tujuan
yang diinginkan. Strategi yang didukung dengan metode yang bagus dan
pelaksanaan program yang akurat, akan menjadikan aktivitas dakwah menjadi
matang dan berorientasi jelas.
Unsur-unsur manajerial dalam dakwah atau ‘amaliyah al ‘idariyyah tersebut
merupakan sebuah kesatuan yang utuh yang terdiri dari; takhthith (manajemen
strategi
atau
perencanaan),
thanzim
(manajemen
organisasi
atau
pengorganisasian), tawjih (manajemen gerakan atau penggerakan), riqabah
(manajemen evaluasi atau pengawasan).2
1
M.Munir, Manajemen Dakwah, (Jakarta : Prenada Media, 2006), xv
Akrim Ridha, Menjadi Pribadi Sukses; Panduan Melejitkan Potensi Diri, (Bandung :
Syamil CM, 2002, 60.
2
2
Takhthith (manajemen strategi atau perencanaan) adalah merupakan
starting poin (langkah awal) dari aktivitas dakwah dalam sebuah kegiatan, berupa
perencanaan hal-hal yang terkait dalam mewujudkan cita-cita dakwah secara
optimal. Bagaimanapun sempurnanya aktivitas dakwah tetaplah membutuhkan
sebuah perencanaan, tanpa ada rencana, maka tidak ada dasar untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu dalam rangka usaha mencapai tujuan.
Thanzim (manajemen organisasi atau pengorganisasian), merupakan
langkah pertama ke arah pelaksanaan rencana yang telah tersusun sebelumnya,
berupa pengelolaan, pembagian aplikatif rencana dakwah dengan lebih
terperinci (spesifik). Manajemen organisasi dakwah dalam pandangan Islam
bukan semata-mata wadah akan tetapi lebih menekankan bagaimana pekerjaan
dapat dilakukan dengan rapi, teratur, dan sistematis.
Tawjih (manajemen gerakan atau penggerakan) merupakan inti dari
manajerial dakwah itu sendiri. Berupa proses penggerakan dan pelaksanaan
aktivitas dakwah. Dari sinilah aksi semua rencana dakwah akan terealisasi dan
fungsi manajemen akan bersentuhan secara langsung dengan para pelaku
dakwah.
Riqabah (manajemen evaluasi atau pengawasan) dirancang untuk
memberikan pijakan kepada orang yang menilai informasi mengenai hasil dari
pelaksanaan aktivitas dakwah. Tujuannya adalah untuk mencapai konklusi
dakwah yang evaluatif dan memberikan pertimbangan, dan pijakan dasar
pelaksanaan dan perjalanan dakwah di masa mendatang.3
Unsur-unsur manajerial dakwah di atas diperlukan oleh lembaga atau
institusi dakwah dalam memberikan jaminan hidup bagi para pelaku dakwah
dan menjamin keberhasilan serta keberlangsungan dakwah dalam menjawab
problema masyarakat yang dewasa ini bertambah kompleks.
3
M. Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, (Jakarta : Kencana, 2006), xiv-xvi.
3
Dakwah kampus di negeri ini membentuk basis kekuatan umat,
melengkapi peran pesantren, majelis ta’lim, perguruan tinggi Islam, dan dakwah
konvensional selama ini. Beberapa bukti bisa disebut untuk menandai kesan
munculnya kekuatan Islam di kampus. Nafas Islam di berbagai kota besar
seputar tahun 80-an harus diakui sangat dipengaruhi kampus. Berbicara dakwah
Islam di Bandung misalnya, harus disebut peran Unit Kerohanian Islam (UKI)
Salman Institut Teknologi Bandung (ITB), Masjid Universitas Padjajaran
(UNPAD), dan lain-lain.
Ramadhan di kampus Jamaah Shalahudin Universitas Gajah Mada
(UGM) memberi inspirasi munculnya Ramadhan di kampus-kampus lain. Juga
munculnya Ramadhan di kampung-kampung Yogyakarta. Bahkan Institut
Pertanian Bogor (IPB), karena gencarnya proses “islamisasi” di kampusnya,
sering dijuluki dengan “Institut Pesantren Bogor.” Fenomena jilbab secara pesat
muncul dari kampus, tidak terkecuali kampus-kampus yang sangat ketat dalam
aturan berpakaian.
Dakwah kampus di Indonesia menjelma menjadi kekuatan baru dan
motor gerakan dakwah. Hal ini tidak terlepas dari pengelolaan dan pengaturan
manajerial secara profesional. Organisasi dakwah mahasiswa dikenal dengan
istilah Lembaga Dakwah Kampus (LDK). LDK merupakan representasi
organisasi dakwah kampus berbasis manajemen profesional yang dikelola dan
diatur dengan menggunakan ilmu manajemen modern. LDK merupakan motor
utama berjalannya dakwah di kampus, sehingga pertumbuhan dan eksistensi
LDK harus subur dan kokoh agar ia mampu mejalankan seluruh agenda
dakwahnya.
Sudah menjadi kenyataan di lapangan bahwa kondisi LDK berbeda
pada setiap kampus. Perbedaan tersebut mencakup medan dakwah, pengelolaan
internal LDK, dan aktivitas yang dilakukan. Berdasarkan kenyataan tersebut,
maka diperlukan pengelolaan yang profesional dengan berdasarkan pada situasi
dan kondisi masing-masing kampus. Forum Silaturrahim Lembaga Dakwah
4
Kampus (FSLDK) Surabaya Raya merupakan salah satu wadah, lembaga, atau
organisasi dakwah antar kampus yang dibentuk dalam rangka meningkatkan
kualitas dan kinerja dakwah kampus di daerah Surabaya dan sekitarnya.
Kesuksesan FSLDK Surabaya Raya dalam menjalankan program dan
aktivitas dakwahnya, tidak terlepas dari hal paling mendasar yaitu dukungan
kualitas dan kuantitas sumber daya anggotanya. Kiprah dakwah anggota
FSLDK Surabaya Raya, yang didukung pengelolaan manajerial dakwah
profesional menjadi kunci keberhasilan pencapaian tujuan dan keberlangsungan
dakwah.
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatifdeskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk memaparkan situasi atau
peristiwa.4 Maksudnya adalah untuk memahami fenomena tentang apa yang
dialami dan dirasakan oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi,
motivasi, tindakan, dll., secara holistik dengan cara mendeskripsikan dalam
bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan
dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.5
Metode kualitatif ini digunakan karena beberapa pertimbangan yaitu:
menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan
kenyataan jamak; metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan
antara peneliti dan responden; metode ini lebih peka dan lebih dapat
menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola
nilai-nilai yang dihadapi.
Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif,
yaitu jenis data yang tidak dapat diukur, tetapi dapat dijelaskan dan diungkapkan
4
J. Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung:PT Remaja Rosda Karya, 2002), 24.
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif; Edisi Revisi, (Bandung : Remaja
Rosda Karya, 2006), 6.
5
5
dalam bentuk pemaparan.6 Dalam penelitian ini, yang termasuk kategori data
kualitatif adalah informasi dan data yang berhubungan dengan manajemen
strategi dakwah Forum Silaturrahim Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK)
Surabaya Raya periode 2006-2008 dalam membina anggotanya.
Sumber data dalam penelitian ini ada dua, meliputi data primer dan data
sekunder. Pertama, data primer adalah sumber data yang terbaik, menyangkut
obyek-obyek aktual yang dipergunakan di masa lampau yang dapat langsung
diperiksa dengan teliti atau langsung mengujinya.7 Data yang termasuk dalam
kategori ini adalah informasi dan data-data yang berhubungan dengan
manajemen strategi dakwah FSLDK Surabaya Raya periode 2006-2008 dalam
membina anggotanya, baik berupa tulisan maupun lisan. Sumber data primer
atau key informan adalah mantan koordinator Puskomda Unair dan koordinator
baru Puskomda serta Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART)
FSLDK Surabaya Raya.
Kedua, data sekunder adalah informasi yang diberikan oleh orang yang
tidak langsung mengamati atau orang yang tidak terlibat langsung dalam suatu
kejadian, keadaan tertentu atau tidak langsung mengamati obyek tersebut.8 Data
yang termasuk dalam kategori ini adalah segala sesuatu yang berhubungan
dengan manajemen strategi dakwah FSLDK Surabaya Raya dalam membina
anggotanya melalui media cetak dan elektronik, literatur-literatur, yang
membahas tentang manajemen strategi dakwah Islam, dan informan yang
mengetahui seluk beluk FSLDK Surabaya Raya.
Teknik
pengumpulan
data
menggunakan
teknik
dokumentasi,
wawancara, dan observasi. Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal
atau variabel berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
6
Sutrisno Hadi, Metodologi Riset 1, (Yogyakarta : Andi Offset, 1998), 38.
Consuelo G. Sevilla, dkk, Pengantar Metode Penelitian, (Jakarta : Universitas Indonesia,
1993), 49.
8
Ibid, 49
7
6
notulen rapat, agenda, dsb.9 Peneliti mengumpulkan dan mengamati secara
langsung dokumen-dokumen yang terkait dengan manajemen strategi dakwah
FSLDK Surabaya Raya periode 2006-2008 dalam membina anggotanya. Teknik
wawancara dan observasi dengan melakukan observasi partisipatory terhadap obyek
penelitian, yaitu pengamatan langsung secara cermat terhadap obyek penelitian
dengan mengalami dan terlibat secara langsung, serta menanyakan secara
langsung kepada subyek penelitian. Subyek penelitian dalam penelitian ini
adalah ketua koordinator Puskomda Unair Surabaya periode 2006-2008.
Sedangkan obyek yang diamati peneliti adalah manajemen strategi dakwah
FSLDK Surabaya Raya periode 2006-2008 dalam membina anggotanya.
Peneliti menggunakan teknik analisis data kualitatif dan pendekatan
induktif dalam menarik kesimpulan penelitian. Maksudnya adalah peneliti
bertolak dari hal-hal khusus berupa fakta atau informasi dan data empiris, dalam
memaparkan hasil penelitian dan mengakhirinya dengan hal-hal umum.
Langkah selanjutnya adalah mengkomparasikan data-data yang bersifat empiris
dengan data teoritis.
B. Pembahasan
1. Pengertian dakwah
Secara etimologis, dakwah berasal dari bahasa Arab, yaitu da’a, yad’u,
da’watan, yang diartikan sebagai mengajak, menyeru, memanggil, seruan,
permohonan, dan permintaan. Istilah dakwah mengandung makna sebagai
aktivitas menyampaikan ajaran Islam, menyuruh berbuat baik dan mencegah
perbuatan munkar.
Secara terminologis, pengertian dakwah dimaknai sebagai penerangan
agama Islam, ajakan kepada kebaikan dan keselamatan dunia akherat.10 Menurut
Ali Makhfudz dalam kitabnya “Hidayatul Mursyidin” mengatakan, dakwah adalah
9
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pengantar Praktek, Edisi Revisi V,
(Jakarta : PT Rinneka Cipta, 2002), 206.
10
Pius Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya : Arkola, 1994),
92
7
mendorong manusia untuk berbuat kebajikan dan mengikuti petunjuk, menyeru
mereka kepada kebaikan dan mencegah mereka dari perbuatan mungkar agar
memperoleh kebahagiaan dunia akhirat. Sedangkan menurut Quraish Shihab,
dakwah adalah seruan atau ajakan kepada keinsafan, atau usaha mengubah
situasi yang lebih baik dan sempurna baik terhadap pribadi maupun
masyarakat.11
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa esensi dakwah
merupakan aktivitas dan upaya untuk mengubah manusia, baik individu
maupun masyarakat dari situasi yang tidak baik kepada situasi yang lebih baik.
Istilah dakwah mencakup pengertian sebagai usaha peningkatan pemahaman
keagamaan untuk mengubah pendangan hidup, sikap batin, dan perilaku umat
yang bertentangan dengan ajaran Islam menjadi sesuai dengan tuntutan syariat
untuk memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.12
2. Strategi Dakwah Islam
a. Strategi Dakwah Persuasif
Strategi Dakwah persuasif artinya berusaha mempengaruhi manusia
untuk menjalankan agama sesuai dengan kesadaran dan kemauannya sendiri,
bukan dengan jalan koersif (paksaan), sebab pemaksaan adalah perampasan hak
asasi manusia dalam beragama.13 Strategi dakwah persuasif dilakukan dengan
cara menjelaskan kebenaran ajaran Islam kepada manusia kemudian mereka
diajarkan berfikir untuk menerima kebenaran ajaran ini. Apabila ia menolak
ajaran kebenaran ini, maka ia dibiarkan atas pilihannya sendiri tapi ia harus
bertanggung jawab atas keputusan pribadinya.
b. Strategi Dakwah Anamnesis
Strategi dakwah anamnesis artinya berupaya mengembalikan fitrah
manusia atau berusaha mengembalikan manusia kepada sifat aslinya yang fitri
11
Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur'an, (Bandung : Mizan, 1992), 194.
M. Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, (Jakarta : Kencana, 2006), 21.
13
Jamaluddin Ahmad, Strategi Dakwah Islam, www.hudzaifah.org.com, (20 Mei 2008), 5
12
8
(suci) yaitu sifat asal menusia semenjak lahir yang menjadikannya secara kodrat
mengakui kebenaran Islam.14 Sebagaimana firman Allah Swt dalam surat ArRum ayat 30
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah
Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah
Allah. (itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”
Allah Swt dalam memerintahkan manusia untuk menyeru ke jalan Allah
Swt, tidaklah untuk menyeru manusia terhadap sesuatu yang baru, yang jarang
dan tidak diketahui. Islam adalah diinul fithrah, agama yang sesuai dengan hukum
alam yang ada dalam diri manusia. Ini adalah pembawaan alam yang mrupakan
unsur pokok bagi kemanusiaan.
c. Strategi Dakwah Prabawa Psikotropik
Strategi dakwah prabawa psikotropik adalah berdakwah dengan hati-hati
dan dengan penuh kesungguhan mencoba mencari sesuatu pengakuan atau
persetujuan yang ikhlas tentang apa yang diajaknya.15 Hal ini berarti bahwa jika
kesadaran seseorang yang diseru kepada Islam dilemahkan, dakwah yang
dilakukan kapada mereka yang kehilangan kesadaran, kehilangan ta’aqqul (akal
pemikiran) atau mengingat intelektual terhadap fakta dan gagasan untuk
membuat suatu kesatuan dan konsisten secara keseluruhan. Dakwah Islam
bukanlah dakwah magis, ilusi, atau usaha untuk menyenangkan kesenangan atau
bentuk bentuk psikotopia (impian-impian) lainnya.
Kebenaran akan keberadaan tuhan sebagai suatu realitas manusia, adalah
suatu fakta yang bisa difahami dengan penuh kesadaran. Atas dasar prinsip
bahwa dakwah Islam tidak dilakukan prabawa psikotropik maka mengalihkan
agama seseorang yang sadar dengan cara-cara magis, mistik, atau kimiawi untuk
memeluk Islam adalah jahat dan amoral.
d. Strategi Dakwah Rational Intellection
14
15
Ibid, 5
Ibid, 6
9
Strategi dakwah rational intellection adalah suatu proses berfikir kritis,
berdasarkan sifatnya yang tidak pernah dogmatis, dan tidak pernah didasarkan
atas kewenangan seseorang atas suatu tradisi.16 Karena dakwah merupakan
suatu alat kritis, maka harus selalu terbuka terhadap bukti-bukti atau kenyataan
baru dan juga terhadap alternatif baru serta secara terus menerus menyusun
dan menyusun lagi bentuk baru dalam pengetahuan dari sesuatu penemuan baru
dari ilmu pengetahuan tentang manusia berdasarkan suatu kebutuhan baru dan
situasi manusia.
Dalam melakukan dakwah, seorang da’i tidaklah bertindak sebagai duta
besar dari suatu sistem kewenangan, tetapi sebagai bagian dari para pemikir
yang bekerja sama dengan mereka yang mendengarkan dakwah (mad’u) dalam
pengertian dan apresiasi wahyu-wahyu Allah Swt.
Dari sudut obyek dakwah, proses intelektualisasi hendaknya tidak
pernah berhenti. Imannya senantiasa bersifat dinamis dan intensitasnya semakin
tumbuh dengan adanya kejernihan pandangan visi dan pemikiran komprehensif.
Lebih dari pada itu memasuki agama Islam bukanlah sebuah sakramen (ritual
atau upacara keagamaan). Islam mengetahui tidak ada justifikasi (pembenaran)
dalam hal keyakinan, tentu saja tidak ada justifikasi dalam hal justi facti (perbuatan
benar)
e. Strategi Dakwah Rationally Necessary
Strategi dakwah rational necessary adalah suatu penyajian penilaian kritis
bagi nilai-nilai
kebenaran, sebuah fakta tentang metafisik dan etik serta
relevansinya bagi manusia.17 Dakwah Islam menyatakan materi dakwah secara
rasional. Hal ini bukanlah proklamasi suatu peristiwa atau bahwa proklamasi
dari kebenaran ide. Islam mengenal pula orang orang yang keras kepala setelah
mereka diseru kejalan yang benar, mereka tetap keras kepala. Sehingga
memerlukan pembuktian nyata alan kebenaran hal-hal metafisik keislaman.
16
17
Ibid, 6
Ibid, 7
10
Jadi, strategi dakwah model ini lebih menekankan pada penyadaran rasional
akan kenyataan-kenyataan mistis,di luar jangkauan akal pemikiran manusia.
Menumbuhkan kesadaran akan kebenaran tentang mukjizat, karomah dan
pengalaman-pengalaman spiritual yang sulit dicerna oleh alam sadar pikir
manusia.
3. Kajian Manajemen Strategi Dakwah
Manajemen berasal dari bahasa Inggris, yaitu management dengan asal
kata to manage yang berarti to direct. Sehingga manajemen bisa diartikan
sebagai kegiatan mengatur. Menurut Robert Kreitner, manajemen adalah
“Management is the process of working and through others to achieve organizational objectives
in a changing environment central to this process is the effective and efficient use limited
resources” (Robert Kreitner, 1989). Artinya, manajemen adalah proses bekerja
dengan dan melalui orang, untuk mencapai tujuan organisasi dalam lingkungan
yang berubah. Proses ini berpusat pada penggunaan sumber daya secara efektif
dan efisien.18
Dalam arti khusus, manajemen dipakai untuk pimpinan dan
kepemimpinan. Yaitu orang-orang yang melakukan kegiatan memimpin suatu
organisasi. Dengan demikian, kata manajemen selalu digunakan dalam suatu
pimpinan organisasi. Makna organisasi adalah suatu sistem yang bersifat sosioteknis. Sistem adalah suatu keseluruhan dinamis yang terdiri dari bagian-bagian
yang berhubungan. Dinamis berarti bergerak dan berkembang ke arah suatu
tujuan.19
Beberapa arti dari strategi antara lain adalah siasat perang, ilmu siasat
perang, tempat yang baik untuk siasat perang, rencana yang cermat mengenai
kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.20
18
Strategi adalah rencana yang
Abdul Mannan, Strategi Pemenangan Dakwah, (Jakarta : MC Publishing, 2005), 18
Kadarman, A.M., Pengantar Ilmu Manajemen; Buku Panduan Mahasiswa, (Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama, 1997), 4
20
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta :
Balai Pustaka, 1990), 859
19
11
disatukan, menyeluruh, dan terpadu yang mengaitkan keunggulan strategi
organisasi dengan tantangan lingkungan yang dirancang. Untuk memastikan
bahwa tujuan utama organisasi dapat dicapai melaui pelaksanaan yang tepat oleh
organisasi.
Dengan demikian, manajemen strategi adalah usaha manajerial yang
menumbuhkembangkan kekuatan organisasi untuk mengeksploitasi peluang
yang muncul. Dengan menggunakan rencana yang cermat untuk mencapai
tujuan, sesuai dengan misi yang telah ditentukan.
Sedangkan arti dari dakwah adalah penyiaran, propaganda, penyiaran
agama di kalangan masyarakat dan pengembangannya, seruan untuk memeluk,
mempelajari, dan mengamalkan ajaran agama Islam.21 Dakwah islamiyah artinya
menyampaikan seruan Islam, mengajak, dan memanggil umat manusia agar
mempercayai keyakinan dan pandangan hidup Islam.
Berdasarkan arti dari manajemen, strategi, dan dakwah di atas, dapat
ditarik suatu pengertian bahwa manajemen strategi dakwah adalah usaha
manajerial yang menumbuhkembangkan kekuatan organisasi dakwah Islam
untuk mengeksploitasi peluang yang muncul, dengan menggunakan rencana
yang cermat, untuk mencapai tujuan dakwah sesuai dengan misi yang telah
ditentukan. 22
4. Asas-Asas Manajemen Strategi Dakwah
Asas-asas manajemen strategi dakwah antara lain adalah:
a. Asas filosofis. Asas ini terutama membicarakan masalah yang erat
hubungannya dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai oleh proses dakwah.
b. Asas kemampuan dan keahlian da’i. Asas ini lebih menekankan pada kondisi
internal pelaku dakwah khususnya pelaku dakwah individu.
c. Asas sosiologis. Asas ini membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan
situasi dan kondisi sasaran dakwah. Misalnya adalah politik pemerintah,
21
22
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar, 181
Abdul Mannan, Strategi Pemenangan Dakwah, 22
12
mayoritas agama di daerah setempat, filosofis sasaran dakwah, sosio-kultural
sasaran dakwah dan sebagainya.
d. Asas psikologis. Asas ini membahas masalah yang erat hubungannya dengan
kewajiban manusia. Pelaku dakwah adalah manusia, begitu pula sasaran
dakwahnya yang memiliki karakter kejiwaan yang unik yakni berbeda satu
sama lainnya. Apalagi masalah agama, yang merupakan masalah ideologi atau
kepercayaan yang tak luput dari masalah psikologis.
e. Asas efektifitas dan efisiensi. Asas ini maksudnya adalah di dalam aktivitas
dakwah harus berusaha menyeimbangkan antara biaya, waktu, dan tenaga
yang dikeluarkan dengan pencapaian hasilnya. Dengan prinsip menggunakan
waktu, biaya, dan tenaga yang sedikit dengan memperoleh hasil yang
semaksimal mungkin.23
5. Prinsip-Prinsip Manajemen Strategi Dakwah
Prinsip-prinsip manajemen dakwah yang dimaksudkan adalah:
a. Organisasi dakwah. Organisasi dakwah yang dibentuk dengan baik, dengan
menempatkan seseorang dalam struktur organisasi sesuai dengan bidang,
bakat, dan minat mereka masing-masing, dan dapat dikelola dengan baik dan
rapi sehingga mampu menjadi kekuatan gerakan dakwah yang bergerak
secara efektif dan efisien
b. Planning (perencanaan) dakwah. Perencanaan dakwah yang baik, terprogram
dengan rapi, dan bertahap akan sangat menentukan tahapan-tahapan
pencapaian tujuan
c. Actuating (pelaksanaan) adalah pelaksanaan dakwah dengan berlandaskan
perencanaan dakwah yang matang, sehingga aktivitas dakwah dapat
dilaksanakan dengan tertib, teratur, dan efektif.
d. Controlling (pengontrolan) dakwah. Mengontrol kegiatan dakwah sangat
penting untuk mengantisipasi kekurangan-kekurangan yang terjadi dalam
23
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya : Al-Ikhlas, 1983), 32-33
13
proses dakwah dan sangat bermanfaat untuk menjaga kesinambungan proses
kegiatan dakwah.
e. Evaluasi dakwah. Untuk mengetahui keberhasilan proses dakwah maka harus
ada proses evaluasi yang cermat, teliti, dan obyektif dengan menetapkan
parameter-parameter keberhasilan atau kegagalan suatu aktivitas dakwah, dan
dari hasil evaluasi secara obyektif dapat dijadikan pijakan untuk menyusun
langkah-langkah strategi dakwah yang lebih efektif pada masa mendatang.24
6. Proses Manajemen Strategi Dakwah
a. Analisis lingkungan
Analisis lingkungan adalah proses awal dalam manajemen strategi. Hal
ini bertujuan untuk memantau lingkungan organisasi dakwah dan menilai
faktor-faktor internal dan eksternal organisasi.25 Analisis lingkungan eksternal
mencakup faktor-faktor umum. Sedangkan faktor internal mencakup masalah
sumber daya, kapabilitas, dan kompetensi inti yang dimiliki organisasi.
Analisis lingkungan adalah suatu proses monitoring terhadap lingkungan
organisasi dakwah yang bertujuan untuk mengidentifikasi peluang (opportunities)
dan tantangan (threats), yang dapat mempengaruhi kemampuan organisasi dalam
mencapai tujuan. Sebagai alat ukur analisis lingkungan serta untuk membuat
suatu formulasi strategi organisasi, maka digunakan suatu pendekatan analisis
“7S” dan analisis “SWOT” (Strenght (kekuatan), Weaknesses (kelemahan),
Opportunities (peluang), dan Threats (tantangan).
Dari perspektif inilah dapat diketahui betapa piawainya Rasulullah Saw
dalam mengatur dan mengelola organisasi dakwah untuk mencapai tujuan.
Ternyata dalam kiprahnya, fungsi spiritual seorang pemimpin (leader) adalah
sangat dominan. Di samping empat sifat yang dimiliki sidiq (benar), amanah
(terpercaya), tabligh (menyampaikan), dan fathonah (cerdas).
24
S. Pumpungan, Dasar-Dasar Perencanaan Dakwah, dalam www.hudzaifah.com, 20-052008, 3
25
Abdul Mannan, Strategi Pemenangan Dakwah, 41-42
14
Visi dan misi serta tujuan dakwah Rasulullah Saw berfungsi sebagai
landasan strategi dakwah. Standard analisis 7S panduan Rasulullah Saw, sbb:
No Variabel Analisis
1 Struktur
2 Strategi
3 Staff
4
5
6
7
Gaya Manajemen
Sistem dan
Prosedur
Keahlian
Model
Sentralisasi
Longterm
Sustainable
Otokrasi dan
Kologial
Keterangan
Sistem imamah dan Jamaah
Periode Makkah dan Madinah
Long life education
Demokrasi otoriter
Tertib administrasi organisasi dan
manajemen
Berkualitas
Job oriented dan people oriented
Sami’na wa
Menghindari konflik dan distorsi
Budaya
Atha’na
perintah
Analisis lingkungan SWOT sebagai alat analisis lingkungn internal dan
Disiplin
eksternal organisasi dakwah. Standard posisi dakwah Rasulullah Saw, sbb:
No Variabel Analisis
1 Kekuatan (Strenght)
1.
2.
3.
4.
2
Kelemahan
(Weakness)
3
Peluang
(Opportunities)
Tantangan (Threats)
4
Indikasi
Visi dan misinya jelas
Militansi keuletan sahabat
Komitmen perjuangan yang
kokoh
Sentralisasi kepemimpinan
Tidak ada
Keterangan
Lahirnya
kekuatan
jamaah,
karena
pembinaan
yang
intensif,
dan
ketauladanan
dari
Rasulullah Saw
Mengindikasikan
bahwa
penerapan
wahyu
Al-Qur'an
secara sistematis akan
menihilkan
kelemahan
Selalu terbuka
Seirama dengan visi,
misi, dan tujuan
Setiap saat, tantangan muncul Pertarungan
dari setan dan antek-anteknya kesesatan
dan
kebenaran sepanjang
sejarah tidak akan
berakhir
b. Menetapkan arah organisasi
15
Hasil dari analisis lingkungan, pihak manajemen puncak mendapatkan
gambaran tentang posisi organisasi dalam persaingan dakwah. Pendefinisian
tentang keunggulan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dihadapi dapat
ditetapkan secara definitif. Berdasarkan informasi ini dapat ditentukan arah
organisasi, yaitu menetapkan visi (vision), missi (mission), dan tujuan (goals).26
Visi berasal dari kata vision, yaitu gambaran masa depan dalam aktivitas
dakwah yang merupakan tugas pelaku dakwah. Visi organisasi dakwah
merupakan wawasan luas ke masa depan dan merupakan kondisi ideal yang
hendak dicapai. Visi memberikan petunjuk atau arah dan ide aktual kepada
manajemen dalam proses pembuatan keputusan agar setiap aktivitas dakwah
senantiasa berdasarkan visi organisasi dan diwujudkan dalam koridor Al-Qur’an
dan Al-Hadist.27
Misi organisasi dakwah menjelaskan apa dan mengapa organisasi itu
didirikan. Misi membuat tujuan organisasi dakwah akan berhasil diwujudkan.
Misi organisasi dakwah yang telah ditetapkan hendaknya memiliki karakter yang
spesifik, sehingga akan mampu bersaing di tengah pergolakan misi ideologi
dunia.
Dari karakteristik visi dan misi dakwah dapat disimpulkan, bahwa misi
merupakan implementasi visi. Visi bersumber dari para pelaku dakwah,
sedangkan misi diperuntukkan bagi manajemen. Visi lebih bersifat abstrak,
sedangkan misi dikaitkan dengan aktivitas dakwah yang cenderung konkret dan
dinamis.28
Setelah menyusun visi, misi, dan tujuan organisasi, selanjutnya yang
paling penting adalah proses pencapaian visi, misi, dan tujuan organisasi yang
telah ditetapkan. Semangat yang menggelora untuk mencapai dan mewujudkan
visi, misi, dan tujuan organisasi disebut strategic intent. Kesimpulannya adalah
26
Abdul Mannan, Strategi Pemenangan Dakwah, 42-44
M. Munir, Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, 84
28
M. Munir, Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, 86
27
16
bahwa strategic intent merupakan gabungan antara dzikir dan fikir yang
termotivasi atas dasar falsafah organisasi dakwah Islam, yaitu kalimat tauhid,
“laa ilaaha illallah”.29
c. Formulasi atau Perencanaan Strategi Dakwah
Tiada bermakna jika visi, misi, dan tujuan organisasi apabila tidak ada
upaya merealisasikannya. Formulasi atau perencanaan strategi sebagai proses
merancang dan menyeleksi berbagai cara yang menuntun dan mengarahkan
pencapaian misi dan tujuan organisasi. Dalam organisasi dakwah, merencanakan
di sini menyangkut merumuskan sasaran atau tujuan dari organisasi dakwah itu,
menetapkan strategi menyeluruh untuk mencapai tujuan dan hierarki lengkap
rencana engintegrasikan dan mengoordinasikan seluruh kegiatan-kegiatan.
Tingkatan perencanaan yang umum, meliputi perencanaan strategi,
perencanaan taktis, dan perencanaan operasional. Perencanaa strategis
merupakan orientasi jangka panjang. Perencanaan taktis merupakan cakrawala
jangka menengah dan perencanaan operasional adalah perencanaan yang
berhubungan dengan kegiatan yang sedang berlangsung.30
Sistematika kerja dalam menyusun strategi terbagi menjadi tiga tahapan
kerja,31 yaitu:
1) Formulasi strategi organisasi.
Strategi organisasi dirumuskan oleh manajemen tingkat puncak,
dirancang untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam proses formulsi strategi ini,
diperlukan ketelitian dan kejelian data. Formulasi strategi merupakan proses
untuk menyeleksi atau mengembangkan grand strategi (strategi baru). Kemudian
memutuskan kebijakan spesifik berupa cara pengalokasian sumber daya
organisasi. Sehubungan dengan formulasi strategi organisasi dakwah, yang
terpenting adalah bagaimana mencapai arah yang diinginkan di masa depan. Hal
29
Abdul Mannan, Strategi Pemenangan Dakwah, 101
M. Munir, Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, 103
31
M. Munir, Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwa, 105-106
30
17
ini sangat bergantung pada lingkungan organisasi dakwah berada. Strategi
konsentrasi
dakwah
yang
utama
adalah
pendidikan,
sebagai
sarana
meningkatkan mutu sumber daya manusia.
2) Formulasi strategi struktural.
Formulasi strategi struktural organisasi dakwah diperlukan untuk
memperjelas wilayah kerja fungsionaris organisasi dan job description (pembagian
kerja). Struktur organisasi yang dibuat harus mengacu pada tujuan yang telah
ditetapkan. Susunan struktur organisasi menggambarkan mekanisme kerja yang
efektif dan efisien. Gambaran mekanisme kerja yang terlukis pada struktur yang
paling mendasar adalah transparansi garis komando dalam sistem manajemen
komando imamah (kepemimpinan). Hal ini mendapatkan penekanan, karena
untuk mencegah terjadinya over lapping (ketumpang tindihan) fungsi dalam
menerima dan melaksanakan tugas.
3) Formulasi strategi fungsional.
Strategi fungsional diperlukan untuk masing-masing bidang dan fungsi
dari suatu organisasi. Biasanya, strategi fungsional pada setiap organisasi sangat
bervariasi. Hal ini bergantung pada kebutuhan organisasi. Misalnya, organisasi
menghendaki adanya strategi bidang konsep, maka untuk merealisasikannya,
pihak manajemen membentuk tim atau badan khusus yang bertugas
merumuskan konsep-konsep yang diperlukan oleh manajemen.
d. Implementasi Strategi
Implementasi strategi organisasi dakwah mengarah pada suatu tindakan
organisasi dalam mewujudkan tujuan. Implementasi strategi juga melibatkan
pengembangaan kebijaksanaan fungsional, struktur organisasi, iklim yang
mendukung strategi, dan yang menopang tercapainya tujuan-tujuan organisasi.
Implementasi strategi berlangsung dalam satu aliran hierarkis yang
mengalir tanpa kendala. Strategi dipilih oleh manajemen puncak, kemudian
dikomunikasikan
kepada
manajemen
tingkat
wilayah,
dan
terakhir
dikomunikasikan kepada manajemen tingkat daerah yang berperan sebagai
18
ujung tombak dalam megkomunikasikan kebijaksanaan dakwah kepada jamaah
atau masyarakat luas.32
7. Kajian Dakwah Kampus
a. Pengertian Dakwah Kampus
Dakwah kampus adalah implementasi dan wujud dakwah dalam
lingkungan perguruan tinggi. Dakwahnya bersifat terbuka, berorientasi kepada
rekrutmen dakwah di kalangan civitas akademika secara umum dan aktivitasnya
dapat dirasakan oleh seluruh civitas akademika. Civitas akademika yang
dimaksud adalah para mahasiswa, dosen, dan karyawan
Dakwah
kampus
bergerak
di
lingkungan
perguruan tinggi.
masyarakat
ilmiah
yang
mengedepankan intelektualitas dan profesionalitas.33
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dakwah kampus merupakan
tiang dari dakwah secara keseluruhan, puncak aktivitasnya serta medan yang
paling banyak hasil dan pengaruhnya terhadap masyarakat. Dakwah kampus
merupakan bagian kecil dari jalan panjang dakwah Islam, menjadi penting
karena berdakwah di kalangan civitas akademika berarti mengajak komunitas
yang memiliki daya gerak tinggi dengan kapasitas intelektualitas dan
profesionalitas, peka terhadap kondisi sosial yang akan membantu pencapaian
tujuan dakwah secara umum, yakni transformasi menuju masyarakat Islami.
Sedangkan yang dimaksud dengan Lembaga Dakwah Kampus (LDK)
adalah lembaga yang bergerak di bidang dakwah Islam, kampus merupakan inti
kekuatannya dan warga civitas akademika sebagai obyek utamanya.
b. Urgensi Dakwah Kampus
Kampus merupakan komunitas yang sarat dengan potensi. Di dalamnya
berkumpul warga negara “terbaik” dari sebuah negeri. Artinya, kampus sebagai
pusat orang-orang yang unggul (centre of excellent). Melalui lembaga-lembaga yang
32
Abdul Mannan, Strategi Pemenangan Dakwah, 111
Tim Penysun SPMN FSLDK Nasional, Risalah Manajemen Dakwah Kampus, (Depok :
Studia Pustaka, 2004), 20
33
19
ada, setiap warga kampus berpeluang mengembangkan potensinya. Di
komunitas inilah berlangsung proses penyemaian pemimpin masa depan sebuah
negeri. Sejarah telah menjadi saksi, hampir tidak ada gejolak dan perubahan
yang terjadi pada masa belakangan ini tanpa partisipasi masyarakat kampus.
Kampus sebagai pusat aktivitas (centre of activity), pusat pergerakan (centre of
movement), pusat informasi (centre of information), dan pusat rujukan (centre of
reference), merupakan satu unit kehidupan di dalamnya tergabung berbagai
macam elemen, yang dapat memberikan kontribusi positif dan juga negatif
kepada dakwah.34
Kampus memiliki peluang sekaligus potensi untuk meningkatkan
prestasi warganya. Kampus mampu melahirkan orang-orang yang berpeluang
merubah masyarakat. Dengan kata lain, kampus dapat dijadikan sebagai pusat
perubahan (centre of change) dengan mahasiswa sebagai agen perubahnya (agent of
change). Alasan inilah yang mendudukan kampus pada posisi penting bagi
dakwah Islam kontemporer.
c. Tujuan Dakwah Kampus
Tujuan dakwah kampus adalah sebagai sarana membentuk civitas
akademika yang bercirikan intelektualitas dan profesionalitas, memiliki
komitmen yang kokoh terhadap Islam, dan mengoptimalkan peran kampus
dalam upaya mencapai kebangkitan Islam.35 Tujuan dari dakwah kampus adalah
sebagai berikut:
1)
Membentuk sentra perubahan dan penentu kecenderungan umat di masa
depan menuju kepada kehidupan yang lebih islami.
2)
Membentuk kader perjuangan Islam dengan ciri dan kualifikasi tertentu,
yakni memiliki kepribadian Islam yang tangguh, yang terwujud dalam
pengamalan Islam yang istiqomah serta penguasaan ide didukung
34
Tim Penysun SPMN FSLDK Nasional, Risalah Manajemen Dakwah Kampus, (Depok :
Studia Pustaka, 2004), 25
35
Ibid, 28
20
pemahaman Islam yang lengkap, dan juga kemampuan intelektualitas dalam
mengapresiasi
fakta
dan
perkembangan
mutakhir
serta
watak
kepemimpinan yang menonjol.
3)
Membentuk kampus sebagai sentra alternatif baru bagi pembinaan umat
dengan tampilan ide yang fundamental, mendasar, ilmiah, dan modern
melalui kegiatan-kegiatan yang dikemas secara menarik
d. Target dan Sasaran Dakwah Kampus
Target dan sasaran dakwah kampus sebagai berikut:
1) Terbentuknya bi’ah (lingkungan) yang kondusif bagi kehidupan islami di
kampus, baik dalam sisi moral, intelektual, maupun tanggung jawab sosial.
Hal ini berarti dakwah kampus memerlukan sebuah lingkungan kecil yang
senantiasa dapat terus memelihara kondisi ruhiyah para Aktivis Dakwah
Kampus (ADK) di tengah-tengah aktivitas kampusnya. Sarana untuk itu
adalah pendidikan (tarbiyah) yang berkesinambungan.
2) Terbentuknya opini ketinggian dan Islam di kalangan kampus. Oleh karena
diperlukan syiar akan kemuliaan Islam secara rutin dan berkesinambungan.
3) Terbentuknya kesinambungan barisan kader dan pendukung dakwah. Hal
ini memerlukan pendidikan (tarbiyah) dan kaderisasi pelaku dakwah
kampus yang konsisten dan berkesinambungan.
4) Terbentuknya hubungan timbal balik yang sinergis antara dakwah umum
(ammah) dengan pengkaderan. Artinya, semua rekrutmen dakwah
diupayakan dengan proses dakwah secara khusus terhadap orang-orang
yang direkrut.36
e. Kaidah Dakwah Kampus
Kaidah dakwah kampus yang dijadikan dasar pemikiran dan dasar
gerakan dakwah diantaranya adalah sebagai berikut:
36
Peran Dakwah Kampus, www.hudzaifah.org.com, (20 Mei 2008).
21
1) Membela hak asasi manusia, kemerdekaan dan keadilan bagi manusia,
bangsa, dan umat.
2) Menjadikan aqidah (keyakinan), fikrah (pemikiran), dan manhaj (pola umum)
Islam sebagai pengarah serta sumber petunjuk, membingkainya dalam kerja
perilaku dan akhlak islami.
3) Memegang teguh prinsip dakwah yaitu melayani sebelum mendakwahi,
memberi teladan sebelum mengajak, menggembirakan bukan menakuti,
mempermudah bukan mempersulit, dan memberikan solusi bukan
menghakimi.
4) Melakukan kerja dakwah yang intelektual, inklusif (terbuka untuk semua
orang), ammah (menjangkau obyek yang luas), dzohir (terbuka dan jelas),
menjauhi kerja yang anarkis dan eksklusif (khusus untuk golongan tertentu)
serta sirriyah (tertutup).
5) Melakukan upaya terus menerus untuk mendorong peningkatan kualitas
pendidikan, penemuan ilmiah, islamisasi ilmu pengetahuan, pemikiran yang
solutif, dan amal keumatan yang mampu mengangkat dan merubah kondisi
keterbelakangan.37
f. Fungsi Dakwah Kampus
Dakwah kampus mempunyai peran dan fungsi sebagai berikut:
1) Pelayanan dan pemberdayaan umat sebagai upaya mewujudkan Islam
rahmatan lil ‘alamin.
2) Pembinaan umat sebagai upaya meningkatkan kualitas sumber daya insani
meliputi aspek akal, ruh, dan jasad.
3) Pengkajian kontekstual dan isu strategis, dalam arti memaknai hikmah,
melakukan pembelajaran, dan mengambil sikap terhadap fenomenafenomena keumatan.
37
Tim Penyusun SPMN FSLDK Nasional, Risalah Manajemen, 26
22
4) Pergerakan dalam usaha perjuangan mentransformasikan nilai-nilai Islam di
masyarakat berupa penyadaran yang bercirikan kemahasiswaan dan
keislaman
5) Pengkaderan sebagai upaya membentuk kader dakwah yang berkepribadian
Islam dengan aktivitas meliputi pembekalan, penjagaan, dan pemberdayaan
kualitas kader.
g. Strategi Dakwah Kampus
Mengingat kaidah-kaidah dakwah kampus yang tersebut di atas, maka
dakwah kampus dilakukan dengan mengikuti strategi-strategi sebagai berikut:
1) Melakukan aktivitas pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan dan
problematika civitas akademika, terutama mahasiswa, dalam rangka
menumbuhkan simpati terhadap Islam, yaitu dengan menyebarkan dan
mengamalkan pemikiran, perilaku, dan adab Islam.
2) Melakukan gerakan penyadaran keislaman melalui sarana lembaga formal
maupun informal di lingkungan kampus sehingga timbul komitmen
pentingnya keunggulan akhlaq yang dibarengi dengan penguasaan ilmu
pengetahuan.
3) Melibatkan seluruh civitas akademika dalam aktivitas pelayanan dan
penyadaran keislaman sehingga timbul rasa kepemilikan terhadap Islam.
4) Melakukan program pengembangan sumber daya manusia dan kaderisasi
yang lebih terstruktur dalam tahapan, terkontrol dalam segi pembinaan, dan
terintegrasi dari segi materi.
5) Menjalin silaturahmi dan koordinasi menuju kerjasama yang sinergis
diantara elemen-elemen pendukung dakwah kampus.
6) Melakukan aktivitas sosial kemasyarakatan dengan melibatkan seluruh
civitas akademika dalam rangka meningkatkan kepekaan sosial masyarakat
kampus.38
38
Tim Penyusun SPMN FSLDK Nasional, Risalah Manajemen, 28
23
8. Manajemen Strategi Dakwah FSLDK Surabaya
a. Hubungan Internal Kampus
Hubungan Puskomda dengan pihak birokrat (civitas akademika) Unair
dalam hal ini adalah rektorat Unair, dapat terjalin dengan baik melalui
silaturrahim dan kunjungan-kunjungan. Komunikasi yang terjalin terjadi baik
secara personel maupun secara institusi, khususnya kepada pembina UKMKI
Unair. Bahkan, pihak birokrat kampus memberikan motivasi dan dukungan
penuh atas setiap agenda yang dijalankan oleh Puskomda serta menaruh
harapan yang besar pada Puskomda sebagai lembaga kerohanian Islam di
tingkat universitas agar dapat menambah kualitas keislaman khususnya bagi
mahasiswa muslim.
Wujud nyata hubungan yang terjalin adalah adanya izin khusus
penggunaan
fasilitas-fasilitas kampus dalam menjalankan program-program
kegiatan, misalnya adalah izin penggunaan aula, masjid, laboratorium dsb secara
gratis. Wujud dukungan lain adalah adanya dukungan moral dan spiritual dalam
menjalankan aktivitas dakwah terutama agenda keumatan yang melibatkan
elemen-elemen masyarakat di luar kampus.39
b. Hubungan Eksternal Kampus
Dalam menjaga eksistensi FSLDK Surabaya Raya, BPH Puskomda
menjalin hubungan dan komunikasi dengan lembaga-lembaga internal maupun
eksternal kampus. Hal ini dilakukan demi mempermudah pencapaian tujuan.
Lembaga eksternal yang dijadikan mitra adalah ormas-ormas Islam, LSM,
instansi pemerintah, dan swasta. Pihak BPH Puskomda menyadari bahwa
eksistensinya tidak bisa terlepas dari adanya kontribusi, peran, dan sumbangsih
dari lembaga-lembaga eksternal itu. Maka Puskomda FSLDK Surabaya Raya
39
Badan Pengurus Harian Puskomda FSLDK Surabaya Raya UKMKI Unair, Lembar
Pertanggung Jawaban/LPJ Puskomda 2006-2008, Februari 2008, hal. 9
24
senantiasa menjaga hubungan baik dengan lembaga-lembaga eksternal tersebut
melalui kerjasama dalam merealisasikan program kerjanya. 40
Harapan akhirnya adalah agar gerak langkah dakwah Puskomda
Surabaya
Raya
di
masa
mendatang
tetap
terjaga
eksistensi
dan
keistiqomahannya, dapat terjalin sinergisitas (kebersamaan) dalam menjalankan
aktivitas keIslaman, sehingga peran dakwahnya lebih bisa dirasakan oleh
masyarakat secara luas khususnya umat Islam.
c. Program Kerja Dakwah
Program kerja yang dicanangkan oleh FSLDK Surbaya Raya periode
kepengurusan 2006-2008, diorganisasikan ke dalam program kerja tiga komisi
yaitu komisi A, komisi B, komisi C41.
Program kerja masing-masing komisi didasarkan pada fokus bidang
kerja masing-masing. Program kerja ketiga komisi itu adalah sebagai berikut:
1) Komisi A Isu-isu dan Keumatan
Komisi A adalah komisi yang bertanggung jawab dan memfokuskan diri
dalam membahas dan mengelola isu-isu daerah, nasional, dan keumatan dalam
rangka memberikan solusi terhadap permasalahan umat. Untuk mempermudah
dalam menjalankan agenda-agendanya, komisi A kemudian membentuk badan
khusus yang bekerja sesuai dengan bidang dan spesialisasi tugasnya. Badanbadan khusus itu adalah:

MCD (Media Center Dakwah). Agenda-agenda dakwahnya adalah:
a.
Strukturisasi dan Optimalisasi MCD (Media Center Dakwah). Program
ini bertujuan untuk meningkatkan fungsi dan kinerja MCD. Selain itu
sebagai wujud produk media bermoral dan sebagai sarana memperluas
jangkauan dakwah serta sebagai sarana efektif pencitraan umat Islam
40
Ibid, hal 9
Tim Puskomda FSLDK Surabaya Raya, Rencana Kerja Tim A Isu-Isu Daerah Puskomda
Surabaya Raya Ja_Nur UKMKI Unair 2006-2008
41
25
b.
Kunjungan Pers. Program ini bertujuan untuk memperkuat bargaining
position FSLDK di masyarakat, memperluas jaringan dengan semua
elemen masyarakat terutama media masa, dan mempermudah gerak
langkah Puskomda Surabaya Raya di masa mendatang.
c.
Training
Pelatihan
Jurnalistik.
Program
ini
bertujuan
untuk
meningkatkan kemampuan LDK dan mahasiswa kuslim dalam bidang
tulis menulis atau jurnalistik, sehingga diharapkan membentuk jurnalis
muslim yang profesional dan beraviliasi atau bergabung pada Islam
dalam pencitraan mengangkat martabat Islam.
d.
Dialog dan Hearing Tokoh Ke Media. Tujuan program ini adalah
sebagai wujud pemantauan dan kontrol terhadap media dan sebagai
sarana pencitraan umat Islam. Selain itu, sebagai sarana membangun
jaringan dan hubungan baik dengan kalangan media masa.
e.
Pewacanaan (blow up) dan Penyikapan Isu. Tujuan program ini adalah
sebagai bentuk kepedulian FSLDK dan seluruh elemen umat muslim
terhadap problematika umat, baik berupa isu-isu daerah, nasional,
maupun internasional sebagai wujud ikatan persaudaraan antar sesama
muslim.

Jamaat (Jaringan Mahasiswa Anti Pemurtadan), Agenda-agenda dakwahnya
adalah:
a.
Kajian Kristologi. Program ini tujuannya adalah sebagai bentuk
pewacanaan rutin tentang bahaya kristenisasi, sebagai bentuk
penegasan kiprah adanya Jamaat, dan sarana mensolidkan tim Jamaat
dengan meningkatkan pengetahuan dan pemahaman keIslaman tim
Jamaat.
b.
JA (Jamaat in Action). Tujuan dari program ini adalah menhadang
gerakan kristenisasi di daerah yang rawan terhadap gerakan kristenisasi
dengan cara membangun jaringan dengan lembaga-lembaga anti
kristenisasi serta menghimpun tokoh masyarakat anti kristenisasi.
26
c.
JA Days (Jilbab and Koko Days). Program ini bertujuan untuk
menyemarakkan syiar bulan Ramadhan di kampus serta mensyiarkan
pakaian muslim terutama kewajiban berjilbab bagi muslimah

PKSIM (Pusat Kajian Syariat Islam Mahasiswa). Tujuan bidang iniadalah
sebagai wujud realisasi tugasnya dalam meningkatkan pengenalan,
pengkajian, pewacanaan, dan pemahaman keislaman seluruh anggota
FSLDK Surabaya Raya, badan ini mengangkat program dan kegiatan rutin
berupa kajian keislaman berisi materi-materi syariat Islam.

FSLDK Peduli. Agenda-agenda dakwahnya adalah:
a.
CC and DPU (Crisis Center and Dompet Peduli Umat). Tujuan dari
program ini adalah sebagai perwujudan kepedulian dan bantuan
terhadap sesama muslim yang tertimpa musibah, baik bencana alam
maupun bencana peperangan.
b.
Pekan Palestina dan Munasharoh (Solidaritas) Nasional. Tujuan
program ini adalah sebagai wujud kepedulian dan solidaritas terhadap
saudara muslim di Palestina, sebagai bentuk dukungan terhadap
pencapaian kemerdekaan negara Palestina dan sebagai upaya
pewacanaan yang terus menerus tentang kondisi Palestina.
2) Komisi B ke-LDK-an
Komisi ini fokus dan bertanggung jawab pada pembinaan anggota
internal Lembaga Dakwah Kampus. Agenda-agenda komisi B ini antara lain :

Pendampingan LDK. Tujuan dari program ini adalah untuk mengupayakan
peningkatan kemampuan, sistem keorganisasian, dan sumber daya manusia
yang dimiliki oleh LDK dampingan, sebagai sarana penting dan konkrit
untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas LDK.

Penyusunan
Panduan
Pendampingan
(P3
LDK).
Tujuannya
mempermudah pendampingan dan mewujudkan sistem pendampingan
secara profesional serta mewujudkan kesamaan konsep dakwah.
27

Tasqif
(Tsaqofah Islamiyah). Tujuannya adalah untuk mewujudkan
intensifikasi kegiatan bersama, mempermudah koordinasi antar-LDK,
sebagai sarana meningkatkan pemahaman keislaman.

Silaturrahim Tokoh. Tujuannya adalah untuk menjalin persaudaraan antara
FSLDK dengan tokoh agama dan masyarakat, serta untuk mempermudah
kerjasama dengan para tokoh dalam penyikapan permasalahan umat.

Pembentukan
PTC
(Puskomda
Training
Center).
Tujuannya
mempermudah Puskomda sebagai fasilitator dalam proses meningkatkan
kemampuan manajerial dan mentoring.

Pelatihan Manajerial Lembaga Dakwah Kampus dan Public Relation
Training (PMLDK dan PRT). Tujuannya meningkatkan kemampuan LDK
secara manajerial dalam membangun jaringan (building networking) dan
kerjasama dengan lembaga eksternal

Pelatihan Dakwah Fardiyah (PDF). Tujuannya mengintensifkan kegiatan
bersama antar-LDK, sebagai sarana meningkatkan kemampuan dakwah
fardiyah, membentuk aktivis dakwah kampus profesional dan berkompeten
tinggi, serta agar agenda dakwah FSLDK diterima semua elemen

Dauroh Mentor (DaM) dan Pendampingan Konsep Mentoring. Tujuan
agenda dakwah ini adalah untuk mewujudkan sinergitas bentuk strategi dan
arahan mentoring, untuk mewacanakan urgensi mentoring, dan untuk
meningkatkan kemampuan kualitas mentor.42
3) Komisi C Jaringan Muslimah Daerah (Jarmusda)

Pendampingan Muslimah LDK. Tujuannya untuk meningkatkan sinergitas
muslimah LDK, dan untuk mempermudah koordinasi dan komunikasi
antar muslimah.
42
Tim Puskomda FSLDK Surabaya Raya, Rencana Kerja Tim B ke-LDK-an Puskomda
Surabaya Raya Ja_Nur UKMKI Unair 2006-2008
28

Bina Tsaqofah Muslimah
(BTM). Tujuannya untuk meningkatakan
pemahaman pengetahuan dan wawasan keIslaman muslimah LDK.

Training Muslimah
(Trims). Tujuannya adalah untuk meningkatkan
kemampuan manajerial dakwah muslimah LDK.

Bengkel Kreasi Muslimah (Bekam). Tujuannya untuk menggali potensi
muslimah sesuai minat dan bakat anggota jaringan muslimah. Strategi dan
langkah yang dijalankan dengan mengadakan pelatihan rutin sebulan sekali.

Buletin Muda
(Muslimah Puskomda). Tujuannya mempermudah
penyampaian informasi dan mengangkat pewacanaan isu-isu keumatan
yang terkait dengan masalah muslimah; sarana mengembangakan potensi
dan kemampuan muslimah LDK dalam dunia jurnalistik; dan sarana dalam
berbagi ide-ide maupun tips-tips kemuslimahan.

Pembentukan Tim Advokasi Jilbab (TAJ). Tujuannya mempermudah
proses sosialisasi penggunaan jilbab sebagai kewajiban beragama bagi
muslimah. Strategi dan langkah-langkah yang dijalankan adalah dengan
mengadakan kampanye jilbab dan membentuk optimalisasi kerja TAJ.

Kampanye Jilbab. Tujuannya memberikan wacana pada muslimah tentang
kewajiban berjilbab; membantu merealisasikan keinginan muslimah untuk
berjilbab terutama bantuan finansial; dan mewacanakan pencitraan jilbab
yang memenuhi tuntutan syariat Islam.

Dialog dan Silaturrahim Tokoh Muslimah. Tujuannya melibatkan tokohtokoh muslim dalam aktivitas dakwah jaringan dan memperluas jaringan
serta mewujudkan ukhuwah islamiyah antara tokoh muslimah dengan
muslimah LDK.43
43
Tim Puskomda FSLDK Surabaya Raya, Rencana Kerja Tim B ke-LDK-an Puskomda
Surabaya Raya Ja_Nur UKMKI Unair 2006-2008
29
C. Kesimpulan
Dari Analisis dan interpretasi data yang didasarkan pada kajian teori
yang bersesuaian dan relevan dengan permasalahan penelitian yaitu empat teori
dasar manajemen strategi dakwah, pertama, asas-asas manajemen strategi
dakwah; kedua, prinsip-prinsip manajemen strategi dakwah; ketiga, proses
manajemen strategi dakwah; dan keempat, formulasi atau perencanaan strategi
dakwah. Maka dapat disimpulkan:
1. Aktivitas dakwah yang dilakukan oleh FSLDK Surabaya Raya, asas yang
menjadi dasar pemikiran dan gerakan dakwahnya adalah asas sosiologis, yaitu
lebih menekankan pada masalah-masalah yang berkaitan dengan situasi dan
kondisi sasaran dakwah (mad’u).
2. Berdasarkan pada gambaran umum program kerja dakwahnya,
FSLDK
Surabaya Raya telah menerapkan prinsip-prinsip manajemen strategi dakwah.
Prinsip-prinsip yang dijalankan dalam kinerja dakwahnya adalah planning
(perencanaan), organizing (pengorganisasian), dan actuating (pelaksanaan),
controlling (pengontrolan) dan evaluasi.
3. Pengorganisasian FSLDK Surabaya Raya yang tergambar dalam manajemen
organisasinya, dalam menjalankan setiap aktivitas dakwahnya, lembaga ini
telah melewati proses dan tahapan penyusunan manajemen strategi dakwah.
Hal ini tergambar dari penetapan arah organisasi (visi, misi, dan tujuan
organisasi) yang didasarkan pada hasil analisis lingkungan dakwah.
4. Strategi dakwah yang tercantum dalam setiap agenda dakwah yang dijalankan
oleh FSLDK Surabaya Raya, dalam upaya mewujudkan arah organisasi,
lembaga ini melakukan formulasi atau perencanaan strategi dakwah yang
matang. Sistematika kerja manajemen organisasi dalam menyusun strategi
telah terbagi dalam tiga tahapan kerja yaitu: pertama, formulasi strategi
organisasi; kedua, formulasi strategi struktural; dan ketiga, formulasi strategi
fungsional yaitu dengan membentuk badan-badan khusus atau tim yang
diperlukan dalam menjalankan aktifivitas dakwah.
30
Kritik dan Saran
Ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian dan koreksi bagi para
Aktivis Dakwah Kampus yang tergabung dalam FSLDK Surabaya Raya,
diantaranya adalah:
1. Konsep, tahapan, dan agenda dakwah FSLDK Surabaya Raya sebaiknya
lebih disesuaikan dengan kebutuhan dan problematika civitas akademika
serta situasi, kondisi, domisili anggota FSLDK Surabaya Raya, terutama
mahasiswa dalam rangka menumbuhkan simpati terhadap Islam.
2. Menjalin hubungan silaturrahim dan koordinasi yang lebih intens dengan
lembaga formal maupun informal di lingkungan kampus dalam rangka
melakukan sinergisitas gerakan penyadaran keislaman dan komitmen
terhadap pentingnya keunggulan akhlak yang dibarengi dengan penguasaan
ilmu pengetahuan.
3. Dalam menjalankan aktivitas dakwah, hendaknya FSLDK ikut melibatkan
peran seluruh civitas akademika agar timbul kepemilikan terhadap Islam dan
menghindari kesan eksklusif (tertutup dan khusus bagi kalangan tertentu)
4. Melakukan program rekrutmen dan pengembangan sumber daya manusia
ADK serta kaderisasi yang lebih terstruktur dalam tahapan, terkontrol dari
segi pembinaan, dan terintegrasi dari segi materi.
5. Program sosial kemasyarakatan hendaknya diperbanyak intensitasnya, dalam
rangka meningkatkan kepekaan sosial terhadap umat dan masyarakat luas,
sehingga keberadaan dan eksistensi FSLDK bisa lebih dirasakan oleh umat
dan masyarakat luas.
6. Peneliti menyadari bahwa penelitian ini belum bisa mewakili dan belum bisa
memberikan gambaran penjelasan yang tuntas terkait manajemen strategi
dakwah FSLDK Surabaya Raya periode 2006-2008 dalam membina
anggotanya, karena penelitian ini merupakan penelitian awal, maka
diperlukan kajian dan penelitian ulang terkait dengan permasalahan yang
sama.
31
Daftar Pustaka
Abdullah, Pius. Kamus Lengkap bahasa Indonesia, Surabaya : Arkola.
Al-Barry, M. Dahlan. 1994. Kamus Modern Bahasa Indonesia. Yogyakarta : Arkola.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pengantar Praktek, Edisi Revisi
V. Jakarta : PT Rinneka Cipta.
A.M., Kadarman. 1997. Pengantar Ilmu Manajemen, Buku Panduan Mahasiswa.
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Badan Pengurus Harian Puskomda FSLDK Surabaya Raya UKMKI Unair.
Februari 2008. Lembar Pertanggung Jawaban/LPJ Puskomda 2006-2008.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta : Balai Pustaka.
Hadi, Sutrisno. 1998. Metodologi Riset 1.Yogyakarta : Andi Offset.
Mahmud, Ali Abdul Halim. 1995. Dakwah Fardiyah. Metode Membentuk Pribadi
Muslim. Jakarta : Gema Insani Press.
Mannan, Abdul. 2005. Strategi Pemenangan Dakwah. Jakarta : MC Publishing.
Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif; Edisi Revisi. Bandung :
Remaja Rosdakarya.
Munir, M. dan Ilaihi, Wahyu. 2006. Manajemen Dakwah. Jakarta : Kencana.
Nazir, Mohammad. 2005. Metode Penelitian. .Bogor : Ghalia Indonesia
Nuh, Sayyid Muhammad. 2004. Strategi Dakwah dan Pendidikan Umat. Yogyakarta
: Prisma Media.
Partanto, Pius dan Al Barry, M Dahlan. 1994. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya :
Arkola
Pumpungan,
S.
20
Mei
2008.
Dasar-Dasar
Perencanaan
Dakwah.
www.hudzaifah.com.
Puskomda FSLDK Unair. Sosialisasi Grand Design FSLDK UKMKI Unair 20062008.
32
Rafiudin dan Maman Abdul Djaliel, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung :
Pustaka Setia, 1997
Rahmat, Jalaluddin. 2002. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung : PT Remaja
Rosda Karya.
Ridha, Akrim. 2002. Menjadi Pribadi Sukse; Panduan Melejitkan Potensi Diri.
Bandung : Syamil CM.
Saiful. 20 Mei 2008. Sejarah Singkat FSLDK. www.fsldk.org.
Satria, Dhian. 2008. FSLDK III on Accer. Surabaya.
Sevilla, Consuelo G. Dkk. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta : Universitas
Indonesia.
Shihab, Quraish. 1992. Membumikan Al-Qur'an. Bandung : Mizan.
Syukir, Asmuni. 1983. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya : Al-Ikhlas.
Tim Penyusun SPMN FSLDK Nasional. 2004. Risalah Manajemen Dakwah
Kampus. Depok : Studia Pustaka.
Tim Puskomda FSLDK Surabaya Raya. 2006. Rencana Kerja Puskomda Surabaya
Raya Ja_Nur UKMKI Unair 2006-2008.
33
Download