RANCANG BANGUN ALAT UKUR TORSI DAN KECEPATAN MOTOR DC DENGAN PRINSIP NON-KONTAK BERDASARKAN DETEKSI MEDAN MAGNET Nibraz IChalda , Annas Hawa Institut Teknologi Bandung, Bandung [email protected] INTISARI Motor DC memiliki manfaat yang banyak dalam kehidupan sehari-hari dan dunia industri. Pada umumnya performansi motor DC dilihat dan parameter torsi dan kecepatan. Parameter tersebut dapat diketahui dengan menggunakan tachometer optik untuk kecepatan dan sensor strain gauge untuk pengukuran torsi. Kekurangan dan tachometer optik adalah tidak reliable di kondisi lingkungan ekstrim. Kelemahan pengukuran torsi dengan strain gauge yaitu mahal, pemasangan dan perawatan yang rumit, lifetime yang relatif pendek, dan tidak tahan di temp eratur tinggi. Penyebab kelemahan pengukuran torsi karena pengukurannya yang menggunakan prinsip kontak. Salah satu metoda non-kontak pengukuran torsi adalah berdasarkan prinsip Magnetoelastic Effect. Prinsip kerjanya adalah apabila suatu bahan ferromagnetik diberi gaya maupun torsi maka akan mengalami perubahan medan magnet yang nilainya akan sebanding dengan torsi yang diterima. Sedangkan prinsip kerja pengukuran kecepatan adalah mendeteksi perubahan polaritas ring magnet selama berputar dan terbaca sebagai sinyal digital oleh sensor, dan digunakan untuk mencari kecepatan dari putaran motor. Dalam proses pengujian digunakan kalibrator tachometer optik untuk pengukuran kecepatan dan pengukuran torsi menggunakan nilai torsi teoritis yang diperoleh dan basil pengukuran gaya (F) dan loadcell dikalikan dengan panjang lengan (L). Tachometer yang dibuat memiliki error 104,18 % pada input 1,2 V (minimum), error -2,5 % pada input 6 V (tengah), dan error 4,76 % pada input 12 V (maksimum), Linearitas naik sebesar 0,9979 dan linearitas turun 0,9978. Sensitivitas naik 152,45 dan sensitivitas turun 153,09. Histerisis input 0,031 dan histerisis output 5,077. Selain itu didapat hubungan antara torsi yang diterima oleh shaft dari bahan ferromagnetik dengan perubahan medan magnetnya dengan persamaan y = -623,31x - 40,861. Dimana y : medan magnet (Gauss), x : torsi (Nm), nilai -623,31 adalah konstanta k dengan dimensi satuan Gauss/Nm, dan -40,861 merupakan konstanta yang tidak berdimensi. Alat ukur torsi motor DC berdasarkan prinsip Magnetoelastic Effect dapat dipenuhi, dengan rentang pengukuran yang linear 0,05 sampai 0,1 Nm. Kata Kunci: Motor DC, Torsi, Kecepatan, Magnetoelastic Effect, Sensor Hall Effect, Loadcell, Tachometer Optik ABSTRACT DC motors have many benefits in everyday life and industry. In general, DC motor performance is seen from the parameters of torque and speed. These parameters can be determined by using optical tachometers for speed and strain gauge sensors for torque measurement. Disadvantages of the optical tachometer are not reliable in extreme environmental conditions. Weakness of torque measurement with strain gauge is expensive, complicated installation and maintenance, relatively short lifetime, and can not stand at high temperatures. The cause of the weakness of torque measurement due to its measurement using contact principle. One method of non-contact torque measurement is based on the principle of Magnetoelastic Effect. The working principle is ISSN 0852 - 002 X, PPI KIM KE-43 33 that if a ferromagnetic material is given force or torque it will have a magnetic field change whose value will be proportional to the torque received. While the working principle of velocity measurement is to detect changes in the polarity of the magnetic ring during rotation and read as a digital signal by the sensor, and is used to find the speed of the motor rotation. In the testing process we use optical tachometer calibrator for measurement of speed and torque measurement using the theoretical torque value obtained from the force measurement (F) of loadcell multiplied by arm length (L). The tachometer created has an error of 104.18% at 1.2 V input (minimum), error -2.5% at input 6 V (middle), and error 4.76% at 12 V input (maximum), Linearity increases by 0.9979 and linearity down 0.9978. The sensitivity was up 152.45 and the sensitivity was down 153.09. Input hysteresis 0.031 and hysteresis output 5.077. In addition, there is a correlation between the torque received by the shaft of the ferromagnetic material by changing its magnetic field with the equation y = -623.31x - 40.861. Where the magnetic field (Gauss), torque (Nm), the value -623.31 is the constant k with the unit dimensions Gauss / Nm, and -40.861 are the dimensionless constants. DC motor torque measuring instrument based on Magnetoelastic Effect principle can be made, with a linear measurement range of 0.05 to 0.1 Nm. Keywords: DC Motor, Torque, Loadcell, Optical Tachometer Speed, Magnetoelastic Effect, Hall Effect Sensor, 1. PENDAHULUAN Motor listrik merupakan perangkat elektromagnetik yang mengubah energi listrik menjadi energi mekanikEll. Salah satu jenis motor listrik adalah motor DC, yaitu perangkat yang memerlukan tegangan yang searah pada kumparan medan untuk diubah menjadi energi mekanik. Data pengukuran seperti kecepatan motor diperlukan untuk mengetahui performansi serta spesifikasi sistem sehingga pengguna motor DC dapat menyesuaikan dengan kebutuhan. Selain kecepatan, dibutuhkan informasi data yang lebih teliti seperti torsi untuk sistem yang berotasi. Torsi adalah ukuran kemampuan motor untuk melakukan kerja, jadi torsi adalah suatu energi. Besaran torsi adalah besaran turunan yang biasa digunakan untuk menghitung energi yang dihasilkan dari benda yang berputar pada porosnya. Pengukuran torsi sangat dibutuhkan untuk menjamin ketelitian dalam perancangan dan pemasangan mesin, peningkatan performansi mesin, dan kontrol sistem transmisi daya. Kebutuhan akan pengukuran torsi senantiasa meningkat seiring dengan peningkatan kapasitas produk mesin[21. Dari hasil perkalian kecepatan dan torsi akan didapatkan nilai daya yang ditransmisikan ke shaft[3]. Pengukuran kecepatan motor biasanya menggunakan alat yang dinamakan tachometer. Tachometer konvensional menggunakan metode kontak sehingga lifetime relatif lebih pendek dibanding tachometer non-kontak. Sedangkan tachometer nonkontak yang banyak di pasaran saat ini menggunakan prinsip optik. Tachometer optik 34 ISSN 0852 - 002 X, PPI KIM KE-43 terdiri dari jalur atau garis (stripe) yang terdapat di dalam batang lalu terdapat sebuah atau lebih photosensor yang menghadap pada batang tersebut. Setiap batang tersebut berputar maka photosensor akan mendeteksi jumlah stripe yang melewatinya. Kemudian akan menghasilkan output yang akan berbentuk pulsa[41. Kekurangan dari tachometer optik adalah tidak reliable di kondisi lingkungan tertentu (kotor, panas, d11). Demikian halnya dengan pengukuran torsi motor, alat ukur torsi yang saat ini sering digunakan adalah torsimeter dengan sensor strain gauge. Torsimeter dengan sensor strain gauge sendiri mempunyai beberapa kelemahan yaitu harganya relatif mahal (10-100 juta/unit), pemasangan dan perawatan yang rumit, lifetime yang relatif pendek karena menggunakan metode kontak, serta tidak tahan di temperatur tinggi. Untuk itulah diambil topik "Rancang Bangun Alat Ukur Torsi dan Kecepatan Motor DC dengan Prinsip Non-Kontak Berdasarkan Deteksi Medan Magnet". Alat ini didesain sederhana dan portable untuk mengukur dua parameter penting motor DC, yaitu kecepatan dan torsi. Prinsip kerja pengukuran kecepatan pada alat ini adalah dengan mengkopling shaft motor DC dengan shaft non-magnetik yang telah ditempel dengan ring magnet. Berputarnya shaft motor menyebabkan ring magnet juga ikut berputar. Sensor hall effect tipe switch mendeteksi perubahan polaritas (kutub utara dan selatan) ring magnet selama berputar. Perubahan polaritas tersebut terbaca sebagai sinyal digital oleh sensor, dan digunakan untuk mencari kecepatan putar dalam satuan rotasi per menit (RPM). Sedangkan prinsip kerja pengukuran torsi adalah dengan mengkopling shaft motor DC dengan shaft dari bahan ferromagnetik. Berdasarkan teori Magnetoelastic Effect, apabila suatu bahan ferromagnetik diberi mechanical stress (baik gaya maupun torsi) maka akan mengalami perubahan medan magnet. Sensor hall effect tipe linear berfungsi untuk mendeteksi perubahan medan magnet tersebut yang nilainya akan sebanding dengan torsi yang diterima. 2. TEORI DASAR A. Motor DC Motor listrik merupakan perangkat elektromagnetis yang mengubah energi listrik menjadi energi mekanikEll Motor DC memerlukan tegangan yang searah pada kumparan medan untuk diubah menjadi energi mekanik Kumparan medan pada motor DC disebut stator (bagian yang tidak berputar) dan kumparan jangkar disebut rotor (bagian yang berputar). Jika terjadi putaran pada kumparan jangkar dalam pada medan magnet, maka ISSN 0852 - 002 X, PPI KIM KE-43 35 akan timbul tegangan (GGL) yang berubah-ubah arah pada setiap setengah putaran. Bentuk motor paling sederhana memiliki kumparan satu lilitan yang bisa berputar bebas di antara kutub-kutub magnet permanen seperti pada Gambar 1. Catu tegangan DC menuju ke lilitan melalui sikat yang menyentuh komutator, dua segmen yang terhubung dengan dua ujung lilitan. Kumparan satu lilitan pada gambar di atas disebut angker dinamo. Angker dinamo adalah komponen yang berputar di antara medan magnet. Mekanisme kerja untuk seluruh jenis motor secara umum arus listrik dalam medan magnet akan memberikan gaya. Jika kawat yang membawa arus dibengkokkan menjadi sebuah lingkaran / loop, maka kedua sisi loop, yaitu pada sudut kanan medan magnet, akan mendapatkan gaya pada arah yang berlawanan. Pasangan gaya menghasilkan tenaga putar / torsi / torque untuk memutar kumparan. Motor memiliki beberapa loop pada dinamo untuk memberikan tenaga putaran yang lebih seragam dan medan magnetnya dihasilkan oleh susunan elektromagnetik yang disebut kumparan medan. Untuk mengetahui spesifikasi dan performansi motor DC sendiri diperlukan pengujian, diantaranya adalah pengujian torsi dan kecepatan putar. Gambar 1. Motor DC 151 B. Pengukuran Kecepatan Putar Besarnya gaya gerak listrik induksi pada kumparan armatur akibatnya berputarnya rotor yang terletak diantara kutub magnet diperoleh dari persamaan 1. 1 dimana: Ea = Tegangan gaya gerak listrik (Volt) Fluks magnet per kutub (Weber) Jumlah kutub 36 ISSN 0852 - 002 X, PPI KIM KE-43 Jumlah konduktor Putaran rotor (RPM) Atau dari persamaan 2: 2 Dengan 1 17 3 dimana: Konstanta mesin Sedangkan F 4 Jadi dari persamaan di atas diperoleh 5 Dengan persamaan 5 di atas, dapat disimpulkan bahwa kecepatan putar motor DC dapat diperoleh dengan mengubah-ubah fluks magnet, pengaturan arus armatur atau dengan pengubahan tegangan sumber[61. Yang akan dibahas di penelitian ini adalah pengaturan kecepatan putar motor DC dengan pengaturan sumber tegangan. Sebagaimana telah diketahui bahwa variasi tegangan akan mempengaruhi besarnya arus, kondisi dimana arus bervariasi akan menyebabkan variasi penguatan medan armatur, sehingga akan mempengaruhi kecepatan putar. Dalam dunia industri, ISO 9000 dan kualitas spesifikasi kontrol dewasa ini juga mengharuskan perusahaan untuk mengukur torsi selama proses produksi. C. Pengukuran Torsi Torsi adalah ukuran kemampuan mesin untuk melakukan kerja, jadi torsi adalah suatu energi. Besaran torsi adalah besaran turunan yang biasa digunakan untuk menghitung energi yang dihasilkan dari benda yang berputar pada porosnya. Adapun perumusan dari torsi adalah sebagai berikut. Apabila suatu benda berputar dan mempunyai besar gaya sentrifugal sebesar F, benda berputar pada porosnya dengan jarijari sebesar b, dengan data tersebut torsinya adalah seperti persamaan 6 : T= F.d 6 dimana: ISSN 0852 - 002 X, PPI KIM KE-43 37 T: Torsi benda berputar (N.m) F: Gaya sentrifugal dari benda yang berputar (N) d: Jarak benda ke pusat rotasi (m) Karena adanya torsi inilah yang menyebabkan benda berputar terhadap porosnya, dan benda akan berhenti apabila ada usaha melawan torsi dengan besar sama dengan arah yang berlawanan. Gambar 2. Pengujian Torsi 1'1 Pada motor bakar untuk mengetahui daya poros hams diketahui dulu torsinya. Pengukuran torsi pada poros motor bakar menggunakan alat yang dinamakan dinamometer. Prinsip kerja dari alat ini adalah dengan memberi beban yang berlawanan terhadap arah putaran sampai putaran mendekati 0 RPM, beban ini nilainya adalah sama dengan torsi poros. Dapat dilihat dari Gambar 2 adalah prinsip dasar dari dinamometer. Pada gambar tersebut dapat dilihat pengukuran torsi pada poros (rotor) dengan prinsip pengereman dengan stator yang dikenai beban sebesar w. Mesin dinyalakan kemudian pada poros disambungkan dengan dinamometer. Untuk megukur torsi mesin pada poros mesin diberi rem yang disambungkan dengan w pengereman atau pembebanan. Pembebanan diteruskan sampai poros mesin hampir berhenti berputar. Beban maksimum yang terbaca adalah gaya pengereman yang besarnya sama dengan gaya putar poros mesin F. Dari defmisi disebutkan bahwa perkalian antara gaya dengan jaraknya adalah sebuah torsi, dengan definisi tersebut torsi pada poros dapat diketahui dengan persamaan7. - =TERT: 7 dimana: I Torsi mesin (Nm) Beban (N) Jarak pembebanan dengan pusat perputaran (m) 38 ISSN 0852 - 002 X, PPI KIM KE-43 Ingat w (beban/berat) disini berbeda dengan massa (m), jika massa satuan kg, adapun beban disini adalah gaya berat dengan satuan N yang diturunkan dari persamaan 8. 8 dimana: "4 Massa (kg) Percepatan gravitasi (m/s2) Pada mesin sebenarnya pembebanan adalah komponen-komponen mesin sendiri yaitu aksesoris mesin (pompa air, pompa pelumas, dan kipas radiator), generator listrik (pengisian aki, listrik penerangan, dan penyalan busi), gesekan mesin dan komponen lainnya. Dan perhitungan torsi diatas dapat diketahui jumlah energi yang dihasikan mesin pada poros. Jumlah energi yang dihasilkan mesin setiap waktunya adalah yang disebut dengan daya mesin. Sedangkan energi yang diukur pada poros mesin dayanya disebut daya poros. Selain menggunakan prinsip dinamometer, dapat juga menggunakan prinsip Magnetoelastic Effect. Berdasarkan teori Magnetoelastic Effect, apabila suatu bahan ferromagnetik diberi mechanical stress (baik gaya maupun torsi) maka akan mengalami perubahan medan magnet[81. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3 berikut: Sebelum mengalami perubahan medan magnet akibat torsi Setelah mengalami perubahan medan magnet akibat torsi Gambar 1. Magnetoelastic Effect ISSN 0852 - 002 X, PPI KIM KE-43 39 D. Magnet Neodymium Magnet adalah suatu materi yang mempunyai suatu medan magnet. Materi tersebut bisa dalam berwujud magnet tetap atau magnet tidak tetap. Magnet selalu memiliki dua kutub yaitu: kutub utara (north / N) dan kutub selatan (south / S). Walaupun magnet itu dipotong-potong, potongan magnet kecil tersebut akan tetap memiliki dua kutub. Magnet dapat menarik benda lain. Beberapa benda bahkan tertarik lebih kuat dari yang lain, yaitu bahan logam. Namun tidak semua logam mempunyai daya tarik yang sama terhadap magnet. Besi dan baja adalah dua contoh materi yang mempunyai daya tarik yang tinggi oleh magnet. Sedangkan plastik, kapas, dan kertas adalah contoh materi yang mempunyai daya tarik yang rendah oleh magnet. Magnet yang digunakan yaitu ring magnet neodymium seperti Gambar 4. Magnet neodymium merupakan magnet tetap yang paling kuat. Magnet neodymium (juga dikenal sebagai NdFeB, NIB, atau magnet Neo), merupakan sejenis magnet tanah yang jarang, terbuat dari campuran logam neodymium. Neodymium adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Nd dan nomor atom 60. Gambar 4. Ring Magnet Neodymium Sedangkan shaft magnetoelastic yang digunakan berasal dari material ferromagnetik. Untuk mendapatkan kuat medan yang maksimal, shaft magnetoelastic hams dimagnetisasi telebih dahulu. E. Magnetisasi Material Ferromagnetik Ferromagnetik adalah suatu material yang apabila didekatkan dengan medan magnet akan memberikan respon positif. Sederhananya material tersebut akan menempel pada magnet. Contoh material ferromagnetik adalah besi, baja, dll. Magnetisasi adalah 40 ISSN 0852 - 002 X, PPI KIM KE-43 sebuah proses pengutuban arah momen-momen dipole magnetik dari atom-atom atau molekul-molekul bahan tersebut, khususnya pada bahan ferromagnetik, yang menyebabkan bahan ferromagnetik yang semula bukan magnet setelah dimagnetisasi akan menjadi magnetik dengan kutub utara dan selatan tertentu sesuai dengan arah besaran vektor intensitas medan magnetik yang melakukan fungsi magnetisasi tersebut. Proses ini ditentukan oleh jenis bahan yang disesuaikan dengan kekuatan medan magnet. Pada sebagian besar bahan, proses magnetisasi sangat kecil. Bahan yang dimagnetisasi pada penelitian ini adalah ring neodymium dan shaft besi (panjang 20 cm dan diameter 4 mm). Alat yang digunakan untuk memagnetisasi adalah Magnet Physic Impuls Magnetisierer IM-2525-X-MS/DD-C. Shaft tersebut dimagnetisasi dengan tegangan maksimal yaitu sebesar 2.500 Volt dan arus maksimal senilai 20.000 Ampere. Prinsip dari magnetisasi adalah untuk menyearahkan partikel material sehingga menjadi sebuah magnet. Material ini ditempatkan diantara kutub elektro magnetik yang sangat kuat dan oriantasi kutub yang diinginkan dari proses magnetasi. Alat akan mengisi daya magnet pada sebuah periode atau waktu yang ditentukan. Daya magnetik akan meluruskan kelompok atom atau domain magnetic material, Setelah dimagnetisasi kuat medan magnet pada material ferromagnetik akan meningkat, hal tersebut ditunjukkan dengan naiknya pembacaan medan magnet (dalam Gauss) saat material tersebut diukur dengan sensor Hall Effect sebagai komponen pendeteksi medan magnet. F. Sensor Hall Effect Tegangan Hall (VH) adalah tegangan yang dihasilkan dari efek medan magnet yang bereaksi tegak lurus terhadap arah arus listrik. Tegangan Hall ditemukan oleh Herbert Hall pada tahun 1879. Sensor Hall Effect yang ada dirancang berdasarkan Prinsip Hall Effect. Tegangan dihasilkan secara melintang/tegak lurus terhadap arah arus listrik oleh konduktor listrik (Tegangan Hall), jika medan magnet diterapkan tegak lurus terhadap konduktor. Arus listrik ditahan tetap konstan agar dapat mengukur densitas flux magnetik. Sensor Hall Effect yang digunakan terdiri dari dari tipe, yaitu Sensor Hall Effect Linear UGN3503U dan Sensor Hall Effect Switch HI 400. Untuk mendapatkan data pengukuran kuat medan magnet yang benar, keluaran dari sensor Hall Effect dibandingkan dengan hasil pembacaan gaussmeter tipe 3251 Yokogawa seperti pada Gambar 5. ISSN 0852 - 002 X, PPI KIM KE-43 41 Gambar 5. Gaussmeter Tipe 3251 Yokogawa Sensor Hall Effect UGN3505 adalah sensor yang berfungsi untuk mendeteksi medan magnet. Sensor Hall Effect memberikan output berupa tegangan yang proporsional dengan kekuatan medan magnet yang diterima oleh sensor tersebut. Sensor Hall Effect ini dibangun dari sebuah lapisan silikon dan dua buah elektroda pada masingmasing sisi silikon. Pada saat tanpa ada pengaruh dari medan magnet maka beda potensial antar kedua elektroda tersebut 0 Volt karena arus listrik mengalir ditengah kedua elektroda. Ketika terdapat medan magnet mempengaruhi sensor ini maka arus yang mengalir akan berbelok mendekati/menjauhi sisi yang dipengaruhi oleh medan magnet. Hal ini menghasilkan beda potensial diantara kedua elektroda dari sensor Hall Effect, dimana beda potensial tersebut sebanding dengan kuat medan magnet yang diterima oleh sensor ini [93. Di dalam sensor ini sudah dibangun sebuah penguat yang memperkuat sinyal dari rangkaian sensor dan menghasilkan tegangan output ditengah-tengah tegangan supply. Sensor ini dapat merespon perubahan kekuatan medan magnet yang statis dan dinamis dengan frekuensi sampai 20 kHz. Perbedaan mendasar UGN3505U dengan HI 400 adalah jenis sinyal output-nya. UGN3505U mempunyai sinyal output analog, sedangkan HI 400 output-nya digital. 3. METODOLOGI (PERANCANGAN PROTOTIPE) A. Prinsip Kerja Prototipe Tachometer Sensor yang digunakan pada tachometer ini adalah sensor Hall Effect Switch tipe HI 400, yaitu sensor yang dapat mendeteksi medan magnet dengan keluaran berupa 42 ISSN 0852 - 002 X, PPI KIM KE-43 variabel tegangan. Sensor akan mendeteksi polaritas utara atau selatan dari sebuah ring magnet diametral yang ditempelkan pada shaft alumunium, sehingga ring juga ikut berputar ketika shaft berputar. Bahan dari ring magnet ini sendiri terbuat dari Neodymium (NdFeB), yang merupakan salah satu magnet kuat yang memiliki nilai medan magnet yang besar. Sesuai dengan Gambar 6, prinsip kerja dari pengukuran kecepatan motor menggunakan metode ini adalah ketika shaft berputar, ring magnet juga ikut berputar. Kemudian kutubnya akan dideteksi oleh sensor Hall Effect Swith yang kemudian diproses oleh mikrokontroler dan menghasilkan pulsa. Pulsa tersebut terdiri atas dua jenis yaitu High dan Low, dimana High adalah ketika yang terdeteksi adalah kutub selatan dan Low adalah ketika yang terdeteksi kutub utara. Satu putaran didefinisikan ketika awalnya terdeteksi High dan setelah itu terdeteksi lagi. Timer yang digunakan adalah timer dari mikrokontroler Arduino Uno R3, sehingga setelah diproses diperoleh nilai RPM dari shaft motor tersebut. Motor DC A r d u 1 234 rpm i n o LCD 1&Y2 U N O do■• Power Supply B a t e r a i 0. in 9 r Shaft alumunium yang ditempeli ring magnet V o l t 1 1 1 1 P L X ❑ A Q , u a m a Gambar 6. Prinsip Kerja Prototipe Tachometer B. Prinsip Kerja Prototipe Torsimeter Prototipe torsimeter pada Gambar 7 digunakan sebagai alat ukur torsi non-kontak dengan menggunakan metode pengukuran in-line, yaitu metode pengukuran torsi dengan memasukkan alat ukur ke dalam sebuah sistem dimana objek ukur sedang berputar dan diberi beban. Objek ukur yang digunakan pada penelitian ini adalah motor DC 12 Volt. ISSN 0852 - 002 X, PPI KIM KE-43 43 Prinsip kerja alat ukur torsi ini adalah motor yang ingin diketahui nilai torsinya dihubungkan dengan shaft besi yang sudah dimagnetisasi sehingga shaft besi juga ikut berputar dengan motor. Pada ujung shaft besi tersebut diberi beban dan pada bagian tengah shaft besi dipasang sebuah sensor Hall Effect dengan jarak 2 mm yang digunakan untuk mengetahui perubahan besar medan magnet yang terjadi ketika shaft tersebut diberikan torsi yang berbeda. Nilai perubahan medan magnet dari shaft besi yang sudah dimagnetisasi tersebut akan sebanding dengan nilai torsi dari objek ukur motor yang digunakan pada penelitian ini. Pemrosesan nilai medan magnet dari shaft akan diproses oleh mikrokontroler Arduino Uno 3 untuk mengkonversi nilai medan magnet menjadi nilai torsi yang akan ditampilkan pada LCD 16x2. Bagian penting dari sistem pengukuran ini adalah terletak pada shaft besi yang telah dimagnetisasi. Bagian ini perlu perlakuan khusus agar diperoleh hasil perbandingan nilai torsi yang baik. Motor DC Arduino U NO Power Supply Baterai 9 Volt t' Sensor Hall UGN35.5 PLX DAQ Shaft besi yang sudah dimagnetisasi LCD 15x2 Software PLX DAQ Gambar 7. Prinsip Kerja Prototipe Torsimeter C. Pembuatan Main Body Main body pada Gambar 8 dan 9 merupakan bagian alat ukur sebagai sistem mekanik untuk melakukan pengujian. Main body sendiri terdiri dari beberapa bagian diantaranya dudukan motor, kopling shaft motor dengan shaft alumunium, kotak tempat komponen elektronik diletakkan, dan shaft alumunium. Main body pada torsimeter merupakan benda yang sama dengan main body pada tachometer. Hanya saja main body pada torsimeter mengganti shaft alumunium dengan shaft besi dan menambahkan kopling lengan pada ujung shaft besi sebagai beban. 44 ISSN 0852 - 002 X, PPI KIM KE-43 dudukan motor kotak komponen shaft alurnuniunn kopling Gambar 8. Main Body Tachometer --- kotak komponen dudukan motor kopling shaft besi kopling lengan Gambar 9. Main Body Torsimeter D. Pembuatan Perangkat Lunak Interupsi (High ke Low) V End loop Gambar 10. Diagram Alir Perhitungan Tachometer ISSN 0852 - 002 X, PPI KIM KE-43 45 Mikrokontroler Arduino Uno R3 sebagai komponen utama perangkat lunak dalam mengolah sinyal dan data sehingga diperoleh nilai torsi dan RPM. Nilai torsi dan RPM ditentukan berdasarkan nilai tegangan keluaran dari sensor Hall Effect. Nilai torsi dan RPM akan ditampilkan pada sebuah LCD 16x2. Diagram alir program yang digunakan adalah seperti Gambar 10 dan 11. Start inisiasi tegangan awal sebagai keadaan tidak ada pengaruh magnet Proses konversi tegangan ke variabel gauss erhitungan nilai torsi berdasarkan erubahan gauss 1-1 I LA Gambar 11. Diagram Alir Perhitungan Torsimeter 4. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Sensor Pengujian dilakukan untuk mengetahui karakteristik umum sensor dalam pengoptimalan aplikasinya. Pengujian karakteristik sensor HI 400 dibatasi hanya menguji jarak efektif antara sensor dengan ring magnet. Sampel ring magnet yang digunakan neodymium (2.000 Gauss) dengan polaritas diametral. Prosedur pengujiannya adalah secara bergantian, jauh dekatkan magnet dengan sensor untuk melihat jarak 46 ISSN 0852 — 002 X, PPI KIM KE-43 efektif yang masih dapat terbaca oleh sensor. Hasil pengujian karakteristik sensor dalam hal pembacaan efektif didapatkan data jarak 5 mm untuk ring magnet neodymium (2.000 Gauss). Pengujian karakteristik sensor UGN3503U terdiri dari pengujian kalibrasi sensor dengan gaussmeter tipe 3251 Yokogawa dan pengujian karakteristik sensor terhadap perubahan jarak. Pengujian kalibrasi sensor sendiri menggunakan magnet koin barrium ferrite tipe aksial dengan kuat medan 700 Gauss. Prosedur pengujian kalibrasi sensor UGN3503U adalah pilih beberapa titik pengukuran pada magnet. Secara bergantian ukur titik tersebut dengan menggunakan probe gaussmeter dan sensor UGN3503U. Berdasarkan data pengujian yang didapat pada 3 posisi (-700 Gauss, 0 Gauss, dan 700 Gauss) dengan masing-masing posisi diuji sebanyak 3 Gambar 12. kali, didapat grafik seperti Terlihat bahwa nilai pembacaan sensor sama dengan nilai keluaran gaussmeter standar. Sehingga nilai pembacaan sensor dapat dipercaya untuk prototipe torsimeter. Grafik Pengujian Kalibrasi Sensor Hall Effect UGN3503U In c o 1000 co 500 gao 0 sensor 1 0 CO -a 1 2 3 -500 4 — sensor 2 gaussmeter -1000 Posisi ke- Gambar 12. Grafik Pengujian Kalibrasi Sensor UGN3503U Pengujian karakteristik sensor terhadap perubahan jarak menggunakan magnet yang sama seperti sebelumnya, yaitu magnet koin barrium ferrite tipe aksial dengan kuat medan 700 Gauss. Prosedur pengujiannya adalah jauh dekatkan magnet dengan sensor untuk melihat jarak efektif yang masih dapat terbaca oleh sensor. Berdasarkan data pengujian, didapat grafik seperti di Gambar 13. Terlihat bahwa nilai pembacaan sensor yang linear terdapat pada jarak kurang dari 20 mm. ISSN 0852 - 002 X, PPI KIM KE-43 47 Grafik Hubungan Antara Jarak dengan Perubahan Medan Magnet 600.0000000 400.0000000 hubungan antara jarak dengan perubahan fluks 200.0000000 0.0000000 0 20 40 60 80 Jarak (mm) Gambar 13. Grafik Hubungan Jarak dengan Perubahan Medan Magnet B. Pengujian Kalibrasi Prototipe Tachometer Pengujian kalibrasi alat ukur ini dilakukan untuk mengetahui jumlah putaran yang dinyatakan sebagai kecepatan dalam RPM. Kalibrasi dilakukan untuk membandingkan alat ukur uji (sensor Hall Effect Switch HI 400) dengan alat ukur standar (tachometer optik). Prinsipnya adalah membandingkan nilai kecepatan putar (RPM) yang dideteksi sensor dengan tachometer optik. Adapun prosedur kalibrasinya adalah sebagai berikut : 1. Pastikan prototipe tachometer, power supply, mikrokontroler Arduino, display (LCD), kabel-kabel, serta alat standar (tachometer optik) telah siap untuk digunakan. 2. Pasang shaft alumunium yang telah ditempeli ring magnet pada motor DC yang akan diuji. Tempelkan sedikit kertas uji untuk tachometer optik di atas ring magnet. 3. Sambungkan motor DC dengan input tegangan dari power supply yang telah terhubung pada sumber AC 220 Volt. 4. Rangkaikan sensor HI 400 dengan Arduino. Pin 1 sensor pada pin 5 Volt, pin 4 sensor pada GND, dan pin 2 sensor pada pin input digital D2. Selanjutnya, sambungkan kabel USB Arduino ke komputer. 5. Nyalakan push button (on) pada power supply sebagai tanda bahwa telah siap untuk dilakukan pengujian. 6. Buka software Arduino pada komputer dan upload programnya. 7. Putar potensiometer pada power supply untuk mengatur input tegangan pada motor DC. Kemudian berikan input tegangan dari kecil ke besar kemudian dari besar ke kecil. 48 ISSN 0852 - 002 X, PPI KIM KE-43 8. Saat shaft motor berputar untuk dilakukan pengujian, posisikan tachometer secara tegak lurus terhadap bidang pantul pada kertas ujinya agar cahaya tembak (laser) dari tachometer dapat secara tepat mengenai kertas uji tersebut. Kemudian tekan tombol on pada tachometer untuk melakukan pengujian. 9. Selanjutnya, hasil pengujian dapat dilihat pada display tachometer. Sedangkan hasil pengujian dari sensor dapat dilihat pada layar LCD berupa nilai kecepatan putar (RPM). Hasil pengujian kalibrasi alat ukur yang dilakukan antara lain pengujian dengan input tetap dan input berubah. Hasil pengujiannya antara lain sebagai berikut : a. Pengujian dengan input tetap Pengujian dengan input tetap digunakan untuk menghitung nilai akurasi, presisi, bias, dan error. Pada pengujian ini dilakukan di tiga titik uji, yaitu titik minimum, tengah, dan maksimum. Adapun data-data hasil pengujiannya adalah sebagai berikut : • Pengujian pada input 1,2 Volt (minimum) Tabel 1. Pengujian Input Minimum 1 Hasil Uji (RPM) 60 2 120 116,3 3 60 116,3 4 120 116,3 5 60 116,3 6 120 116,3 7 60 116,3 8 120 116,3 9 60 116,3 10 120 116,3 Pengujian ke- ISSN 0852 - 002 X, PPI KIM KE-43 Hasil Standar (RPM) 116,3 49 • Pengujian pada input 6 Volt (titik tengah) Tabel 2. Pengujian Input Tengah 1 Hasil Uji (RPM) 840 2 840 819,5 3 840 819,5 4 840 819,5 5 840 819,5 6 840 819,5 7 840 819,5 8 840 819,5 9 840 819,5 10 840 819,5 Pengujian ke- Hasil Standar (RPM) 819,5 • Pengujian pada input 12 Volt (maksimum) Tabel 3. Pengujian Input Maksimum 1 Hasil Uji (RPM) 1740 Hasil Standar (RPM) 1759 2 1800 1759 3 1740 1759 4 1800 1759 5 1740 1759 6 1800 1759 7 1740 1759 8 1800 1759 9 1740 1759 10 1800 1759 Pengujian ke- Berdasarkan hasil pengujian dengan input tetap, berikut karakteristik prototipe tachometer : 50 ISSN 0852 - 002 X, PPI KIM KE-43 Tabel 4. Tabel Karakteristik Prototipe Tachometer Standar Deviasi Input Minimum (1,2 V) 31.62 Input Tengah (6 V) 0 Rata-rata 90 840 1770 Bias 26.2 -20.5 -11 Akurasi (%) -4.09 97.5 95.23 Presisi (%) -5.4 100 94.64 Error (%) 104.18 -2.5 4.76 Karakteristik Input Maksimum (12 V) 31.62 b. Pengujian dengan input berubah Pengujian dengan input berubah digunakan untuk mengetahui linearitas, histerisis, dan sensitivitas alat. Percobaan dilakukan dengan input tegangan yang berubah setiap 1 Volt. Data hasil perhitungannya adalah sebagai berikut : 1) Grafik Linearitas Pengukuran Naik Grafik Pengukuran Naik 2000 y= ^ 1500 1000 ro re 152.45x- 84.277 R2 = 0.9979 pengukuran naik (rpm) 500 0 -500 r if tf Linear (pengukuran naik (rpm)) 5 1 15 Tegangan Masukan (V) Gambar 14. Grafik Pengukuran Naik ISSN 0852 - 002 X, PPI KIM KE-43 51 ▪ •• • 2) Grafik Linearitas Pengukuran Turun Grafik Pengukuran Turun 2000 y = 153.09x- 89.354 R2 = 0.9978 1500 a. 3_ — 1000 pengukuran turun (rpm) 2 re cr. tv — 500 Linear (penguku ran turun (rpm)) uy 5 10 15 -500 Tegangan Masukan (V) Gambar 15. Grafik Pengukuran Turun 3) Grafik Histerisis Pengukuran Naik dan Turun Grafik Histerisis 2000 1800 E 1600 1400 V. 1200 — pengukuran naik (rpm) 0- 1000 RtY'S co U — pengukuran turun 600 400 (rpm ) 200 0 en r-- oa CI 0 q-C 1-1 I-4 a-I Tegangan Masukan (V) Gambar 16. Histerisis Berdasarkan hasil grafik diatas, maka dapat diketahui bahwa baik pada pengukuran naik maupun turun, masing-masing memiliki linearitas yang baik. Terlihat pada Gambar 14 dan Gambar 15 harga koefisien korelasinya yang mendekati nilai satu (R2 (0,9979 1) dan (0,9978 1), yaitu 1). Sedangkan untuk nilai sensitivitasnya, pada pengukuran naik nilainya 152,45 dan pada pengukuran turun nilainya 153,09. Kedua nilai sensitivitas 52 ISSN 0852 — 002 X, PPI KIM KE-43 tersebut menunjukkan bahwa sensitivitas alat tidak baik karena nilainya yang terlalu besar (sensitivitas 1). Grafik histerisis ditunjukkan pada Gambar 16 dan perhitungan histerisisnya adalah sebagai berikut : e011. = 152,45 ein — 84,277 eot = 153,09 en — 89,354 pada eon = 0 —> ein= 0,552 pada eot = 0 —> en = 0,583 pada ein = 0 —> eon = -84,277 pada ett = 0 —> eot = -89,354 Histerisis input Histerisis output Iein eit I Ieon - eot I = I 0,552 - 0,583 I = 0,031 = I -84,277 - (-89,354) I = 5,077. Berdasarkan nilai histerisis yang didapat, diketahui bahwa histerisis input-nya relatif baik. Hal ini dikarenakan nilai histerisisnya mendekati harga nol (0,031 0). Sedangkan untuk histerisis output-nya dapat dikatakan buruk karena nilainya yang relatif besar yaitu 5,077 dan tidak mendekati harga nol. C. Pengujian Kalibrasi Prototipe Torsimeter Pengujian kalibrasi alat ukur ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara perubahan medan magnet dengan torsi yang diterima. Nilai torsi didapat dari perkalian nilai beban (w) dengan panjang lengan (d) yang dinyatakan dalam Nm. Kalibrasi dilakukan untuk membandingkan alat ukur uji (sensor Hall Effect Linear UGN3503U) dengan alat ukur standar (Phidget Bridge). Prinsipnya adalah membandingkan nilai perubahan medan magnet (Gauss) yang dideteksi sensor dengan nilai beban (w) yang dideteksi Phidget Bridge dikali panjang lengan (d) yang diukur dengan jangka sorong. cm 3 cm Gambar 17 Posisi Sensor ISSN 0852 — 002 X, PPI KIM KE-43 53 Adapun prosedur kalibrasinya adalah sebagai berikut : 1. Pastikan prototipe torsimeter, power supply, jangka sorong, mikrokontroler Arduino, display (LCD), kabel-kabel, serta alat standar (Phidget Bridge) telah siap untuk digunakan. 2. Pasang shaft besi yang telah dimagnetisasi pada motor DC yang akan diuji. Pasang kopling lengan diujung satunya. 3. Ukur panjang kopling lengan dari poros sampai ujung yang akan menekan Phidget Bridge dengan jangka sorong. Catat nilai panjang lengan (d). 4. Sambungkan motor DC dengan input tegangan dari power supply yang telah terhubung pada sumber AC 220 Volt. 5. Rangkaikan 2 sensor UGN3503 dengan Arduino. Pin 1 sensor pada pin 5 Volt, pin 2 sensor pada GND, dan pin 3 sensor pada pin input analog AO (Sensor 1) dan A2 (Sensor 2). Sensor 1 diletakkan sekitar 3 cm dari kopling motor (moving part) dan sensor 2 diletakkan sekitar 3 cm dari kopling lengan (fix part) seperti pada Gambar 17. Keduanya berjarak 2 mm dari shaft besi. Selanjutnya, sambungkan kabel USB Arduino ke komputer. 6. Nyalakan push button (on) pada power supply sebagai tanda bahwa telah siap untuk dilakukan p engujian. 7. Buka software Arduino pada komputer dan upload programnya. 8. Putar potensiometer pada power supply untuk mengatur input tegangan pada motor DC. Kemudian berikan input tegangan dari kecil ke besar kemudian dari besar ke kecil. 9. Putaran motor akan tertahan oleh kopling lengan. Ujung kopling lengan akan menekan phidget bridge. Beban (w) yang diterima motor akan terbaca di software phidget bridge pada layar komputer dalam bentuk tegangan, kemudian dikonversikan dalam besaran Newton. Catat hasilnya. Cari nilai torsi dengan cara mengalikan nilai beban (w) dengan panjang lengan (d). 10. Sementara itu perubahan medan magnet pada 2 titik di shaft besi akan ditampilkan pada layar LCD. Berdasarkan data yang diperoleh, grafik pembacaan perubahan medan magnet pada sensor 1 adalah seperti Gambar 18. 54 ISSN 0852 - 002 X, PPI KIM KE-43 • • • • - Grafik Pengukuran Naik Pembacaan Perubahan Medan Magnet di Sensor 1 0 y = -7.2964x- 37.091 R2 = 0.8658 -20 re -41) ti eke -60 — hubungan tegangan dengan perubahan fluks -80 — Linear (hubungan tegangan dengan perubahan fluks) -100 2 -120 -140 Tegangan Masukan (V) Gambar 18. Pengukuran Naik Sensor 1 Berdasarkan data yang diperoleh, grafik pembacaan perubahan medan magnet pada sensor 2 adalah seperti Gambar 19. Grafik Pengukuran Naik Pembacaan Perubahan Medan Magnet di Sensor 2 200 y = 7.8802x + 59.371 R2 = 0.7645 150 hubungan tegangan own 100 dengan perubahan fluks 550 Linear (hubungan -a tegangan dengan perubahan fluks) 0 5 10 15 Tegangan Masukan (V) Gambar 19. Grafik Pengukuran Naik Sensor 2 Berdasarkan data nilai torsi dari perkalian beban (w) dengan panjang lengan (d) yang diperoleh, didapat hubungan tegangan masukan motor dengan torsi yang diberikan seperti terlihat pada Gambar 20. ISSN 0852 — 002 X, PPI KIM KE-43 55 Grafik Pengukuran Naik Hubungan Tegangan dengan Torsi 0.16 0.14 y = 0.0128x- 0.0174 R2= 0.9923 0.12 0.1 -e — hubungan tegangan dengan torsi 0.08 .p) 0.06 — Linear (hubungan tegangan dengan torsi) 0.04 0.02 0 -0.02 ° 5 10 15 Tegangan Masukan (V) Gambar 20. Grafik Pengukuran Naik Hubungan Tegangan-Torsi Kemudian didapatlah hubungan torsi dengan perubahan medan magnet seperti terlihat pada Gambar 21 dan Gambar 22. Grafik Pengukuran Naik Hubungan Torsi dengan Perubahan Medan Magnet (Sensor 1) 0 4ra -20 ar bo eg 2 g 0,05 0.1 0.15 y = -623.31x- 40.861 R2= 0.8287 40 hubungan torsi dengan perubahan fluks -60 -80 — Linear (hubungan torsi dengan perubahan fluks) -100 tco .c -120 -140 a. Torsi (Nm) Gambar 21. Hubungan Torsi-Medan Magnet pada Sensor 1 56 ISSN 0852 - 002 X, PPI KIM KE-43 Grafik Pengukuran Naik Hubungan Torsi dengan Perubahan RA—A-- RA I a. r iviagneL p er 1 zi 21X.1 y = 669.26x+ 63.34 co 0 150 F(2= 0.7113 ■ W 100 2 C to y 50 2 _c hubungan torsi dengan perubahan fluks Linear (hubungan torsi dengan perubahan fluks) 0 0 0.05 0.1 0.15 Torsi (Nm) 1 Gambar 22. Hubungan Torsi-Medan Magnet pada Sensor 2 Terlihat bahwa hasil pembacaan sensor 1 lebih linear dibanding sensor 2. Hal ini ditunjukan oleh harga koefisien korelasinya yang mendekati nilai satu (R2 (0,8287 1) untuk sensor 1 dan (0,7113 sensitivitasnya, pada pengukuran naik sensor 1), yaitu 1) untuk sensor 2. Sedangkan untuk nilai 1 nilainya -623,31 dan pada pengukuran naik sensor 2 nilainya 669,26. Selain itu, pada titik uji sensor 1 kuat medan magnet material shaft besi dapat kembali seperti nilai awal setelah tidak mendapat torsi yaitu -7,512 Gauss. Sedangkan pada titik uji sensor 2 menunjukkan pembacaan 112,68 Gauss walaupun sudah tidak ada torsi. Hal ini berarti material di titik tersebut mengalami saturasi. Dapat disimpulk an bahwa titik uji pada sensor 1 lebih merepresentasikan hubungan torsi dengan perubahan medan magnet dengan persamaan 9: y = -623,31x - 40,861 9 dimana: y: Medan magnet (Gauss) x: Torsi (Nm) dengan rentang pengukuran yang linear 0,05 sampai 0,1 Nm. Dimana nilai -623,31 adalah konstanta k dengan dimensi satuan Gauss/Nm dan -40,861 merupakan konstanta yang tidak berdimensi. ISSN 0852 — 002 X, PPI KIM KE-43 57 5. KESIMPULAN Alat ukur kecepatan motor DC dengan prinsip deteksi medan magnet dapat dikembangkan dan memiliki tegangan ideal pada input tengah (6 V) dengan error - 2,5 % sebagai bias sensor. Pada pengukuran naik maupun turun, alat memiliki linearitas yang baik, karena harga koefisien korelasinya yang mendekati nilai satu (R2 cz-,' 1), yaitu (0,9979 cz 1) dan (0,9978 z 1). Sedangkan untuk nilai sensitivitasnya, pada pengukuran naik nilainya 152,45 dan pada pengukuran turun nilainya 153,09. Kedua nilai sensitivitas tersebut menunjukkan bahwa sensitivitas alat tidak baik karena nilainya yang terlalu besar (sensitivitas 1). Berdasarkan nilai histerisis yang didapat, diketahui bahwa histerisis input-nya relatif baik. Hal ini dikarenakan nilai histerisisnya mendekati harga nol (0,031 z 0). Sedangkan untuk histerisis output-nya dapat dikatakan buruk karena nilainya yang relatif besar yaitu 5,077 dan tidak mendekati harga nol. Terdapat hubungan antara torsi yang diterima oleh shaft dari bahan ferromagnetik dengan perubahan medan magnetnya dengan persamaan y = -623,31x - 40,861. Dimana medan magnet (Gauss), torsi (Nm), nilai -623,31 adalah konstanta k dengan dimensi satuan Gauss/Nm, dan - 40,861 merupakan konstanta yang tidak berdimensi. Alat ukur torsi motor DC berdasarkan prinsip Magneto elastic Effect dapat dipenuhi, dengan rentang pengukuran yang linear 0,05 sampai 0,1 Nm. 6. UCAPAN TERIMA KASIH Penelitian ini didukung oleh program kerjasama pendidikan antara Kementerian Perdagangan Republik Indonesia dan Institut Teknologi Bandung serta Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PPET-LIPI). 7. DAFTAR PUSTAKA [1] Zuhal. 1988. Dasar Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya. Jakarta: Gramedia. [2] Yeon Doo Cheong, Ji Woong Kim, Se Hoon Oh and Chong Won Lee. 1999. Analysis and development of the angular twist type torque -sensor. Composite Structures 47: 457-462. [3] V. Lemarquand and G. Lemarquand. 1991. Magnetic differential torque sensor. IEEE Transactions Magnetics, 31: No. 6. 58 ISSN 0852 - 002 X, PPI KIM KE-43 [4] Prinsip Kerja Tachometer. 2016. http://dokumen.tips/documents/prinsip-kerj a- tachometer-56dd4c5eefe2b.html. Tanggal akses 7 Mei 2016. [5] Sumanto. 1994. Mesin Arus Searah. Jogjakarta: Penerbit ANDI OFFSET. [6] Malang, Yulianto. 2015. Praktikum 3 : Karakteristik Motor DC. yuliantopraktikummesinlistrik.blogspot.co.id. Tanggal akses 21 Mei 2016. [7] Kamala, Arief. 2013. Menghitung Daya dan Torsi Mesin. ariefkamala.blogspot.co.id. Tanggal akses 4 April 2016. [8] Methode Electronics Inc. 2015. Magnetoelastic Sensor Technology. Methode.com. Tanggal akses 23 Maret 2016. [9] Allegro MicroSyatem, Inc. 1999. Datasheet UGN3503U. Allegromicro.com. Tanggal akses 8 Januari 2016. HASIL DISKUSI: Nama Penanya : Hafid Pertanyaan : 1. Pada pengukuran 0.05 — 0.1 Nm apakah ada evaluasi ketidakpastiannya? 2. Persamaan pada Torsi itu didapat darimana? Jawaban : Pada prototype ini kami barn menemukan korelasi antara hubungan torsi dan nilai fluks, sehingga belum ada ketidakpastiannya. Persamaan pada torsi didapat dari percobaan (experimental equation) Nama Penanya : Windi Kurnia Pertanyaan : 1. Menurut abstrak, Pada input 1.2 volt errornya sangat besar, kenapa tetap menggunakan input tersebut? 2. Dalam batasan masalah disebutkan tachometer tidak bisa digunakan di kondisi ekstrim, tapi ternyata alat ini juga tidak digunakan di kondisi ekstrim, jadi apa kelebihannya? Jawaban : 1. Input 1.2 volt digunakan karena itu adalah tegangan minimum 2. Dalam pengujian ini, kami belum menguji di kondisi ekstrim, secara teori harusnya bisa ISSN 0852 - 002 X, PPI KIM KE-43 59