BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Operasi atau pembedahan merupakan semua tindak pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan membuat sayatan, setelah bagian yang akan ditangani ditampilkan, dilakukan tindak perbaikan yang diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka. Perawatan selanjutnya akan termasuk dalam perawatan pasca bedah. Tindakan pembedahan atau operasi dapat menimbulkan berbagai keluhan dan gejala. Keluhan dan gejala yang sering adalah nyeri (Sjamsuhidajat, 1998). Tindakan operasi atau pembedahan bisa jadi pengalaman yang sulit bagi hapir semua pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan membahayakan bagi pasien. Maka tak heran jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak berlebihan dengan kecemasan yang mereka alami. Kecemasan yang mereka alami biasanya terkait dengan segala macam prosedur asing yang harus dijalani pasien dan juga ancaman terhadap keselamatan jiwa akibat segala macam prosedur pembedahan dan tindakan pembiusan. Perawat dan bidan mempunyai peranan yang sangat penting dalam setiap tindakan pembedahan baik pada masa sebelum, selama maupun setelah operasi. Intervensi keperawatan yang tepat diperlukan untuk mempersiapkan klien baik secara fisik maupun psikis. Tingkat keberhasilan pembedahan sangat tergantung pada setiap tahapan yang dialami dan saling ketergantungan antara tim kesehatan yang terkait (dokter bedah, dokter anestesi, perawat/bidan) di samping peranan pasien yang kooperatif selama proses perioperatif. Ada tiga faktor penting yang terkait dalam pembedahan, yaitu penyakit pasien, jenis pembedahan yang dilakukan dan pasien sendiri. Dari ketiga faktor tersebut faktor pasien merupakan hal yang paling penting, karena bagi penyakit tersebut tidakan pembedahan adalah hal yang baik/benar. Tetapi bagi pasien sendiri pembedahan mungkin merupakan hal yang paling mengerikan yang pernah mereka alami. Mengingat hal terebut diatas, maka sangatlah pentig untuk melibatkan pasien dalam setiap langkah – langkah perioperatif. Tindakan perioperatif yang berkesinambungan dan tepat akan sangat berpengaruh terhadap suksesnya pembedahan dan kesembuhan pasien. B. Rumusan Masalah 1 1. Apa saja persiapan untuk pasien Pre Operasi? 2. Apa saja prinsip asuhan yang diberikan pada pasien Pre dan Post Operasi? C. Tujuan 1. Mengetahui persiapan untuk pasien Pre Operasi 2. Mengetahui prinsip asuhan yang diberikan pada pasien Pre dan Post Operasi 2 BAB II PEMBAHASAN A. PENGERTIAN OPERASI Preoperasi merupakan tahapan dalam proses pembedahan yang dimulai pre operasi (pre bedah), intra operasi (bedah), dan post operasi (pasca bedah). Pre bedah merupakan masa sebelum dilakukannya tindakan pembedahan, dimulai sejak persiapan pembedahan dan berakhir sampai pasien di meja bedah. Intra bedah merupakan masa pembedaahan dimulai sejak ditransfer ke meja bedah dan berakhir saat pasien dibawa ke ruang pemulihan. Pasca bedah merupakan masa setelah dilakukan pembedahan yang dimulai sejak pasien memasuki ruang pemulihan dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya. B. JENIS-JENIS OPERASI (PEMBEDAHAN) a. Jenis-Jenis Pembedahan Berdasarkan Lokasi Berdasarkan lokasinya, pembedahan dapat dibagi menjadi bedah toraks kardiovaskuler, bedah neurologi, bedah ortopedi, bedah urologi, bedah kepala leher, bedah digestif, dan lain-lain. b. Jenis-Jenis Pembedahan Berdasarkan Tujuan Berdasarkan tujuannya, pembedahan dapat dibagi menjadi : 1) Pembedahan diagnosis, ditunjukan untuk menentukan sebab terjadinya gejala penyakit seperti biopsy, eksplorasi, dan laparotomi. 2) Pembedahan kuratif, dilakukan untuk mengambil bagian dari penyakit. Misalnya pembendahan apendektomi. 3) Pembedahan restoratif, dilakukan untuk memperbaiki deformitas, menyambung daerah yang terpisah. 4) Pembedahan paliatif, dilakukan untuk mengurangi gejala tanpa menyembuhkan penyakit. 5) Pembedahan kosmetik, dilakukan untuk memperbaiki bentuk dalam tubuh seperti rhinoplasti. C. ANASTESIA Anestesia adalah penghilangan kesadaran sementara sehingga menyebabkan hilang rasa pada tubuh tersebut. Tujuannya untuk penghilang rasa sakit ketika dilakukan tindakan 3 pembedahan. Hal yang perlu diperhatikan yaitu dosis yang diberikan sesuai dengan jenis pembedahan atau operasi kecil/besar sesuai waktu yang dibutuhkan selama operasi dilakukan. Jenis-jenis anestesia a) Anestesia umum, dilakukan umtuk memblok pusat kesadaran otak dengan menghilangkan kesadaran, menimbulkan relaksasi, dan hilangnya rasa. b) Anestesia regional, dilakukan pada pasien yang masih dalam keadaan sadar untuk meniadakan proses konduktivitas pada ujung atau serabut saraf sensoris di bagian tubuh tertentu, sehingga dapat menyebabkan adanya hilang rasa pada daerah tubuh tersebut. c) Anestesia lokal, dilakukan untuk memblok transmisi impuls saraf pada daerah yang akan dilakukan anestesia dan pasien dalam keadaan sadar. d) Hipoanestesia, dilakukan untuk membuat status kesadaran menjadi pasif secara artifisial sehingga terjadi peningkatan ketaatan pada saran atau perintah serta untuk mengurangi kesadaran sehingga perhatian menjadi terbatas. e) Akupuntur, anestesia yang dilakukan untuk memblok rangsangan nyeri dengan merangsang keluarnya endorfin tanpa menghilangkan kesadaran. D. PERSIAPAN DAN PERAWATAN PRE OPERASI Pre operasi (pre bedah) merupakan masa sebelum dilakukannya tindakan pembedahan, dimulai sejak persiapan pembedahan dan berakhir sampai pasien di meja bedah. Hal-hal yang perlu dikaji dalam tahap pra oprasi adalah pegetahuan tentang persiapan pembedahan, dan kesiapan psikologis. Prioritas pada prosedur pembedahan yang utama adalah inform consent yaitu pernyataan persetujuan klien dan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan yang berguna untuk mencegah ketidak tahuan klien tentang prosedur yang akan dilaksanakan dan juga menjaga rumah sakit serta petugas kesehatan dari klien dan keluarganya mengenai tindakan tersebut. Pengakajian secara integral dari fungsi pasien meliputi fungsi fisik biologis dan psikologis sangat diperlukan untuk keberhasilan dan kesuksesan suatu operasi. Adapun persiapan klien di unit perawatan meliputi : 1. Konsultasi dengan dokter obstetrik dan dokter anestesi Semua ibu yang akan dioperasi harus diperiksa dokter obstetri dan dokter anestesi sebelum operasi dilakukan. Anggota multidisiplin lainnya juga dapat terlibat, misalnya fisioterapis. 2. Pramedikasi 4 Pramedikasi adalah obat yang diberikan sebelum operasi dilakukan. Sebagai persiapan atau bagian dari anestesi. Pramedikasi dapat diresepkan dalam berbagai bentuk sesuai kebutuhan, misalnya relaksan, antiemetik, analgesik dll. 3. Perawatan kandung kemih dan usus Konstipasi dapat terjadi sebagai masalah pascabedah setelah puasa dan imobilisasi, oleh karena itu lebih baik bila dilakukan pengosongan usus sebelum operasi. Kateter residu atau indweling dapat tetap dipasang untuk mencegah terjadinya trauma pada kandung kemih selama operasi. 4. Mengidentifikasi dan melepas prostesis Semua prostesis seperti lensa kontak, gigi palsu, kaki palsu, perhiasan dll harus dilepas sebelum pembedahan. Selubung gigi juga harus dilepas seandenya akan diberikan anestesi umum, karena adanya resiko terlepas dan tertelan. Pakai gelang identitas, terutama pada ibu yang diperkirakan akan tidak sadar dan disiapkan gelang identitas untuk bayi. 5. Persiapan Fisik Persiapan fisik pre operasi yang dialami oleh pasien dibagi dalam 2 tahapan, yaitu persiapan di unit perawatan dan persiapan di ruang operasi Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien sebelum operasi antara lain : a. Status kesehatan fisik secara umum Pemeriksaan status kesehatan secara umum meliputi identitas klien, riwayat penyakit, riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik lengkap; antara lain status hemodinamika, status kardiovaskuler, status pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin dan fungsi imunologi. Selain itu pasien harus istirahat yang cukup karena pasien tidak akan mengalami stres fisik dan tubuh lebih rileks sehingga bagi pasien yang memiliki riwayat hipertensi, tekanan darah pasien dapat stabil serta bagi pasien wanita tidak akan memicu terjadinya haid lebih awal. b. Status Nutrisi 5 Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat badan, lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrisi harus dikoreksi sebelum pembedahan untuk memberikan protein yang cukup bagi perbaikan jaringan. Segala bentuk defisiensi nutrisi harus dikoreks sebelum pembedahan untuk memberikan protein yang cukup untuk perbaikan. Protein sangat penting untuk mengganti massa otot tubuh selama fase katabolik setelah pembedahan, memulihkan volume darah dan protein plasma yang hilang, dan untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat untuk perbaikan jaringan dan daya tahan terhadao infeksi. Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi, dehisiensi (terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu), demam dan penyembuhan luka yang lama. Pada kondisi yang serius pasien dapat mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian. c. Keseimbangan cairan dan elektrolit Keseimbangan cairan dan elektrolit perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input dan output cairan. Demikian juga kadar elektrolit serum harus berada dalam rentang normal. Kadar elektrolit yang biasanya diperiksa adalah kadar natrium serum (normal : 135 – 145 mmol/l), kadar kalium serum (normal : 3,5 – 5 mmol/l) dan kadar kreatinin serum (0,70 – 1,50 mg/dl). Keseimbangan cairan dan elektrolit berkaitan erat dengan fungsi ginjal. Ginjal berfungsi mengatur mekanisme asam basa dan ekskresi metabolit obat-obatan anastesi. Jika fungsi ginjal baik maka operasi dapat dilakukan dengan baik. Namun jika ginjal mengalami gangguan seperti oliguri atau anuria, insufisiensi renal akut, nefritis akut maka operasi harus ditunda menunggu perbaikan fungsi ginjal, kecuali pada kasus-kasus yang mengancam jiwa. d. Kebersihan lambung dan kolon Lambung dan kolon harus dibersihkan terlebih dahulu. Intervensi keperawatan yang bisa diberikan diantaranya adalah pasien dipuasakan dan dilakukan tindakan pengosongan lambung dan kolon dengan tindakan enema atau lavement. Lamanya puasa berkisar antara 7 – 8 jam. Tujuan pengosongan lambung dan kolon adalah untuk menghindari aspirasi (masuknya cairan lambung ke paru-paru) dan menghindari kontaminasi feses ke area pembedahan sehingga menghindarkan terjadi infeksi pasca pembedahan. Khusus pada pasien yang menbutuhkan 6 operasi CITO (segera) seperti pada pasien kecelakaan lalu lintas, pengosongan lambung dapat dilakukan dengan cara pemasangan NGT (naso gastric tube). e. Pencukuran daerah operasi Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari terjadinya infeksi pada daerah yang dilakukan pembedahan karena rambut yang tidak dicukur dapat menjadi tempat bersembunyi kuman dan juga mengganggu/menghambat proses penyembuhan dan perawatan luka. (1) Pengertian Pencukur rambut dilakukan untuk menghilangkan rambut tubuh yang menjadi tempat mikroorganisme dan menghambat pandangan lengan pembedahan. (2) Tujuan (a) Mencegah terjadinya infeksi (b) Menurunkan angka terjadinya injuri saat operasi. (3) Indikasi a) Pencukuran daerah sekitar alat kelamin, dengan tidakan apendiktomi, herniatomi, oretroliasis, pemasangan palte pada fraktur femur, hemoroidektomi b) Pemasangan infus sebelum pembedahan c) Bulu mata sebelum operasi katarak (4) Kontra Indikasi a) Luka dengan Insisi. (5) Persiapan alat (a) Alat cukur biasa/ listrik (b) Gunting (c) Handuk (d) Bola kapas (e) Larutan antiseptik (tidak menjadi keharusan) (f) Lampu portable (g) Selimut mandi 7 (h) Bengkok (i) Sketsel/Tirai Pasien. (6) Prosedur a) Inspeksi kondisi umum kulit bila terjadi lesi, iritasi, atau tanda infeksi, pencukuran seharusnya tidak dilakukan. Kondisi ini meningkatkan kemungkinan terhadap infeksi luka pasca operasi b) Tinjau kembali pesanan dokter untuk memastikan area yang akan dipotong. (tinjau prosedur ruang operasi sesuai kebijakan institusi) area luas untuk pemotongan rambut tergantung pada tempat insisi, tempat pembedahan. c) Jelaskan mengenai prosedur dan rasionalisasinya untuk pemotongan rambut diatas permukaan yang luas. Meningkatkan kerja sama dan meminimalkan ansietas karena klien dapat berpikir insisi akan seluas tempat pemotongan rambut. d) Cuci tangan Mengurangi transmisi infeksi. e) Tutup pintu ruangan atau tirai tempat tidur memberikan privasi pada klien f) Atur posisi tempat tidur yang sesuai (tempat tidur di tinggikan) Menghindari bekerja sambil membungkuk dalam waktu yang lama. g) Atur posisi pasien senyaman mungkin dengan posisi pembedahan. Pemotongan rambut dan persiapan kulit dapat memerlukan waktu beberapa menit. h) Keringkan area yang dipotong dengan handuk. Menghilangkan kelembaban, yang mempengaruhi kebersihan potongan dari pemotongan. i) Pegang pemotong pada tangan dominan, sekitar 1 cm diatas kulit, dan gunting rambut pada arah tumbuhnya. Mencegah penarikan rambut dan abrasi kulit j) Atur selimut sesuai kebutuhan. Mencegah pemajangan bagian tubuh yang tidak perlu k) Dengan ringan, sikat rambut yang tercukur dengan handuk. Menghilangkan rambut yang terkontaminasi dan meningkatkan kenyamanan klien memperbaiki penglihatan terhadap area yang dipotong l) Bila memotong area diatas permukaan tubuh (missal umbilicus atau lipat paha) bersihkan lipatan dengan aplikator berujung kapas yang telah dicelupkan ke arah larutan antiseptik, kemudian dikeringkan. Menghilangkan secret, kotoran, dan sisa potongan rambut, yang menjadi tempat pertumbuhan mikroorganisme. m) Berikan klien bahwa prosedur telah selesai. Menghilangkan ansietas klien 8 n) Bersihkan dan rapikan peralatan sesuai kebijakan institusi, buang sarung tangan. Pembuangan peralatan yang kotor sesuai tempatnya mencegah penyebaran infeksi dan mengurangi resiko cidera. o) Inspeksi kondisi kulit setelah menyelesaikan pemotongan rambut. Menentukan bila terdapat sisa rambut atau bila kulit terpotong p) Dokumentasikan prosedur (nama, waktu, area yang dipotong atau dicukur, dan kondisi kulit sebelum dan sesudah tindakan) q) Hal yang perlu diperhatikan r) Lakukan kewaspadaan ekstra bila klien memiliki kecenderungan perdarahan sebelumnya seperti pada leukemia, anemia aplikasi, atau hemofilia atau telah menerima terapi anti koagulan. Bila klien memiliki kecenderungan perdarahan atau pada terapi antikoagulan, pencukuran kering mungkin dianjurkan f. Personal Hygine Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi karena tubuh yang kotor dapat menjadi sumber kuman dan mengakibatkan infeksi pada daerah yang dioperasi. Pada pasien yang kondisi fisiknya kuat diajurkan untuk mandi sendiri dan membersihkan daerah operasi dengan lebih seksama. Sebaliknya, jika pasien tidak mampu memenuhi kebutuhan personal hygiene secara mandiri maka perawat akan memberikan bantuan pemenuhan kebutuhan personal hygiene. g. Pengosongan kandung kemih Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan pemasangan kateter. Selain untuk pengosongan isi bladder tindakan kateterisasi juga diperlukan untuk mengobservasi keseimbangan cairan. h. Latihan Fisik Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi, hal ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi pascaoperasi, seperti nyeri daerah operasi, batuk dan banyak lendir pada tenggorokan. Latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara lain latihan nafas dalam, latihan batuk efektif dan latihan gerak sendi. a) Latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara lain latihan nafas dalam, latiihan batuk efektif dan latihan gerak sendi. Latihan nafas dalam bermanfaat untuk 9 memperingan keluhan saat terjadi sesak nafas, sebagai salah satu teknik relaksasi, dan memaksimalkan supply oksigen ke jaringan. Cara latihan teknik nafas dalam dan batuk efektif yang benar adalah : Latihan nafas dalam dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : a) Pasien tidur dengan posisi duduk atau setengah duduk (semifowler) dengan lutut ditekuk dan perut tidak boleh tegang. b) Letakkan tangan diatas perut c) Hirup udara sebanyak-banyaknya dengan menggunakan hidung dalam kondisi mulut tertutup rapat. d) Tahan nafas beberapa saat (3-5 detik) kemudian secara perlahan-lahan, udara dikeluarkan sedikit demi sedikit melalui mulut. e) Lakukan hal ini berulang kali (15 kali) f) Lakukan latihan dua kali sehari praopeartif. Pasien dapat dilatih melakukan teknik batuk efektif dengan cara : a) Pasien condong ke depan dari posisi semifowler, jalinkan jari-jari tangan dan letakkan melintang diatas incisi sebagai bebat ketika batuk. b) Kemudian pasien nafas dalam seperti cara nafas dalam (3-5 kali) c) Segera lakukan batuk spontan, pastikan rongga pernafasan terbuka dan tidak hanya batuk dengan mengadalkan kekuatan tenggorokan saja karena bisa terjadi luka pada tenggorokan. d) Hal ini bisa menimbulkan ketidaknyamanan, namun tidak berbahaya terhadap incisi. e) Ulangi lagi sesuai kebutuhan. 10 f) Jika selama batuk daerah operasi terasa nyeri, pasien bisa menambahkan dengan menggunakan bantal kecil atau gulungan handuk yang lembut untuk menahan daerah operasi dengan hati-hati sehingga dapat mengurangi guncangan tubuh saat batuk. b) Latihan Kaki. Pengertian : suatu tindakan latihan persiapan fisik yang diajarkan ke pasien pada saat periode sebelum operasi (pre operasi) Tujuan : 1. Memperlanar peredaran darah 2. Mencegah vena statis 3. Mempertahankan tonus otot Tindakan: a. Ajarkan pada pasien tiga bentuk latihan yang berisi tentang kontraksi dan relaksasi otot quadriceps (vastus intermedius, vatus lateralis, rectus femoris, dan vastus medialis) b. Lakukan dorsifikasi dan flantar fleksi pada kaki. c. Fleksi dan ekstensi pada lutut dan penekanan kembali lutut kedalam bed. d. Naikan dan turunkan kaki dari permukaan bed. Ekstensikan lutut untuk menggerakkan kaki. (c) Latihan Gerak Sendi. Latihan gerak sendi merupakan hal sangat penting bagi pasien sehingga setelah operasi, pasien dapat segera melakukan berbagai pergerakan yang diperlukan untuk mempercepat proses penyembuhan. Pasien/keluarga pasien seringkali mempunyai pandangan yang keliru tentang pergerakan pasien setalah operasi. Banyak pasien yang tidak berani menggerakkan tubuh karena takut jahitan operasi sobek atau takut luka operasinya lama sembuh. Pandangan seperti ini jelas keliru karena justru jika pasien selesai operasi dan segera bergerak maka pasien akan lebih cepat merangsang usus (peristaltik usus) sehingga pasien akan lebih cepat kentut / flatus. Keuntungan lain adalah menghindarkan penumpukan lendir pada saluran pernafasan dan terhindar dari kontraktur sendi dan terjadinya dekubitus. Tujuan lainnya adalah memperlancar sirkulasi untuk mencegah stasis vena dan menunjang fungsi pernafasan optimal. Intervensi 11 ditujukan pada perubahan posisi tubuh dan juga Range of Motion (ROM). Latihan perpindahan posisi dan ROM ini pada awalnya dilakukan secara pasif namun kemudian seiring dengan bertambahnya kekuatan tonus otot maka pasien diminta melakukan secara mandiri. Beberapa jenis gerakan sendi: fleksi, ekstensi, adduksi, abduksi, oposisi, dll. Cara melakukan: 1. Perawat mendemonstrasikan cara latihan gerak sendi aktif 2. Gerakan sendi dimulai dari : a. Leher Fleksi 45⁰ gerakan dagu menempel ke dada Ekstensi 45⁰ kembali ke posisi tegak (kepala tegak) Hiperekstensi 10⁰ menggerakkan kepala kearah belakang Rotasi 180⁰ memutar kepala sebanyak 4 kali putaran Fleksi lateral kanan 40-45⁰ dan fleksi lateral kiri 40-45⁰ memiringkan kepala menuju kedua bahu kiri dan kanan ROM leher dengan gambar b. Bahu Fleksi 180⁰ menaikkan lengan ke atas sejajar dengan kepala Ekstensi 180⁰ mengembalikan lengan ke posisi semula Hiperekstensi 45-60⁰ menggerakkan lengan kebelakang Abduksi 180⁰ lengan dalam keadaan lurus sejajar bahu lalu gerakkan kearah kepala Adduksi 360⁰ lengan kembali ke posisi tubuh Rotasi internal 90⁰ tangan lurus sejajar bahu lalu gerakkan dari bagian siku kearah kepala secara berulang Rotasi eksternal 90⁰ dan kearah bawah secara berulang ROM bahu dengan gambar 12 c. Siku Fleksi 150⁰ menggerakkan daerah siku mendekati lengan atas Ekstensi 150⁰ dan luruskan kembali ROM siku dengan gambar d. Lengan bawah Supinasi 70-90⁰ menggerakkan tangan dengan telapak tangan diatas Pronasi 70-90⁰ menggerakkan tangan dengan telapak tangan dibawah ROM lengan bawah dengan gambar e. Pergelangan tangan Fleksi 80-90⁰ menggerakkan pergelangan tangan kearah bawah Ekstensi 80-90⁰ menggerakkan tangan kembali lurus Hiperekstensi 89-90⁰ menggerakkan tangan kearah atas ROM pergelangan tangan dengan gambar 13 f. Jari-jari tangan Fleksi 90⁰ tangan menggenggam Ekstensi 90⁰ membuka genggaman Hiperekstensi 30-60⁰ menggerakkan jari-jari kearah atas Abduksi 30⁰ meregangkan jari-jari tangan Adduksi 30⁰ merapatkan kembali jari-jari tangan Ibu jari Fleksi 90⁰ menggenggam Ekstensi 90⁰ membuka genggaman Abduksi 30⁰ menjauhkan/meregangkan ibu jari Adduksi 30⁰ mendekatkan kembali ibu jari Oposisi mendekatkan ibu jari ke telapak tangan g. Pinggul Fleksi 90-120⁰ menggerakkan tungkai keatas Ekstensi 90-120⁰ meluruskan tungkai Hiperekstensi 30-50⁰ menggerakkan tungkai kebelakang Abduksi 30-50⁰ menggerakkan tungkai ke samping menjauhi tubuh Adduksi 30-50⁰ merapatkan tungkai kembali mendekat ke tubuh Rotasi internal 90⁰ memutar tungkai kearah dalam Rotasi eksternal 90⁰ memutar tungkai kearah luar ROM pinggul dengan gambar 14 h. Lutut Fleksi 120-130⁰ menggerakkan lutut kearah belakang Ekstensi 120-130⁰ menggerakkan lutut kembali keposisi semula lurus ROM lutut dengan gambar i. Mata kaki Dorso fleksi 20-30⁰ menggerakkan telapak kaki kearah atas Plantar fleksi 20-30⁰ menggerakkan telapak kaki kearah bawah ROM mata kaki dengan gambar j. Kaki Inversi/supinasi 10⁰ memutar/mengarahkan telapak kaki kearah samping dalam Eversi/Pronasi 10⁰ memutar/mengarahkan telapak kaki kearah samping luar ROM kaki dengan gambar 15 k. Jari-jari kaki Fleksi 30-60⁰ menekuk jari-jari kaki kearah bawah Ekstensi 30-60⁰ meluruskan kembali jari-jari kaki Abduksi 15⁰ mereganggkan jari-jari kaki Adduksi 15⁰ merapatkan kembali jari-jari kaki ROM jari-jari kaki dengan gambar i. Persiapan Penunjang Persiapan penunjang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari tindakan pembedahan. Tanpa adanya hasil pemeriksaan penunjang, maka dokter bedah tidak meungkin bisa menentukan tindakan operasi yang harus dilakukan pada pasien. Sebelum dokter mengambil keputusan untuk melakukan operasi pada pasien, dokter melakukan berbagai pemeriksaan terkait dengan keluhan penyakit pasien sehingga dokter bisa menyimpulkan penyakit yang diderita pasien. Setelah dokter bedah memutuskan untuk dilakukan operasi maka dokter anstesi berperan untuk menentukan apakan kondisi pasien layak menjalani operasi. Untuk itu dokter anastesi juga memerlukan berbagai macam pemrikasaan laboratorium terutama pemeriksaan Pemeriksaan penunjang yang dimaksud antara lain : 1. Pemeriksaan Radiologi dan diagnostik, seperti : Foto thoraks, abdomen, foto tulang (daerah fraktur), USG (Ultra Sono Grafi), CT scan (computerized Tomography Scan) , MRI (Magnetic Resonance Imagine), BNO-IVP, Renogram, Cystoscopy, Mammografi, CIL (Colon in Loop), EKGECG (Electro Cardio Grafi), ECHO, EEG (Electro Enchephalo Grafi), dll. 2. Pemeriksaan Laboratorium, berupa pemeriksan darah : hemoglobin, angka leukosit, limfosit, LED (laju endap darah), jumlah trombosit, protein total (albumin dan globulin), 16 elektrolit (kalium, natrium, dan chlorida), CT BT, ureum kretinin, BUN, dll. Bisa juga dilakukan pemeriksaan pada sumsun tulang jika penyakit terkaut dengan kelainan darah. 3. Biopsi, yaitu tindakan sebelum operasi berupa pengambilan bahan jaringan tubuh untuk memastikan penyakit pasien sebelum operasi. Biopsi biasanya dilakukan untuk memastikan apakah ada tumor ganasjinak atau hanya berupa infeksi kronis saja. 4. Pemeriksaan Kadar Gula Darah (KGD). Pemeriksaan KGD dilakukan untuk mengetahui apakah kadar gula darah pasien dalan rentang normal atau tidak. Uji KGD biasanya dilakukan dengan puasa 10 jam (puasa jam 10 malam dan diambil darahnya jam 8 pagi) dan juga dilakukan pemeriksaan KGD 2 jam PP (post prandial). j. Pemeriksaan Status Anastesi Pemeriksaaan status fisik untuk dilakukan pembiuasan dilakukan untuk keselamatan selama pembedahan. Sebelum dilakukan anastesi demi kepentingan pembedahan, pasien akan mengalami pemeriksaan status fisik yang diperlukan untuk menilai sejauh mana resiko pembiusan terhadap diri pasien. Pemeriksaan yang biasa digunakan adalah pemeriksaan dengan menggunakan metode ASA ( American Society of Anasthesiologist ). Pemeriksaan ini dilakukan karena obat dan teknik anastesi pada umumnya akan mengganggu fungsi pernafasan, peredaran darah dan sistem saraf. Berikut adalah tabel pemeriksaan ASA. Kelas ASA I ASA II ASA III ASA IV Status Fisik Seorang pasien yang normal dan sehat, selain penyakit yang akan dioperasi. Seorang pasien dengan penyakit sistemik ringan sampai sedang. Seorang pasien dengan penyakit sistemik berat yang belum mengancam jiwa. Seorang pasien dengan penyakit sistemik berat yang mengancam jiwa. Penderita sekarat yang mungkin tidak bertahan dalam waktu 24 jam ASA V dengan atau tanpa pembedahan, kategori ini meliputi penderita yang sebelumnya sehat, disertai dengan perdarahan yang tidak terkontrol, begitu juga penderita usia lanjut dengan penyakit terminal. k. Inform Consent/Izin Persetujuan Operasi 17 Selain dilakukan berbagai pemeriksaan penunjang terhadap pasien hal yang paling penting terkait dengan aspek hukum dan tanggung jawab adalah inform consent. Baik pasien maupu keluarganya harus menyadari bahwa tindakan medis dan operasi sekecil apapun mempunyai resiko. Oleh karena itu setiap pasien yang akan menjalani tindakan medis wajib menuliskan surat pernyataan persetujuan dilakukanya tindakan medis. Informed consent sebagai wujud dari upaya rumah sakit menjunjung tinggi aspek etik hukum, maka pasien atau orang yang bertanggung jawab terhadap pasien wajib untuk menandatangani surat pernyataan persetujuan operasi. Artinya apapun tindakan yang dilakukan pada pasien terkait dengan pembedahan keluarga melalui segala resiko dan konsekuensinya. Jika petugas belum menjelaskan secara detail maka pihak keluarga harus betul-betul perlu menanyakanya pada petugas sehingga paham. Hal ini perlu dilakukan agar tidak terjadi sesuatu yang buruk dikemudian hari jika operasi tak berjalan sesuai harapan. 6. Persiapan Psikis (Mental) Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat berpengaruh terhadap kondisi fisiknya. Tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial maupun aktual pada integeritas seseorang yang dapat membangkitkan reaksi stres fisiologis maupun psikologis (Barbara C. Long). Contoh perubahan fisiologis yang muncul akibat kecemasan dan ketakutan antara lain :Pasien dengan riwayat hipertensi jika mengalami kecemasan sebelum operasi dapat mengakibatkan pasien sulit tidur dan tekanan darahnya akan meningkat sehingga operasi bisa dibatalkan. Pasien wanita yang terlalu cemas menghadapi operasi dapat mengalami menstruasi lebih cepat dari biasanya, sehingga operasi terpaksa harus ditunda. Setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda dalam menghadapi pengalaman operasi sehingga akan memberikan respon yang berbeda pula, akan tetapi sesungguhnya perasaan takut dan cemas selalu dialami setiap orang dalam menghadapi pembedahan. Berbagai alasan yang dapat menyebabkan ketakutan/kecemasan pasien dalam menghadapi pembedahan antara lain : Takut nyeri setelah pembedahan. Takut terjadi perubahan fisik, menjadi buruk rupa dan tidak berfungsi normal ( body image ). Takut keganasan ( bila diagnosa yang ditegakkan belum pasti ). 18 Takut / cemas mengalami kondisi yang sama dengan orang lain yang mempunyai penyakit yang sama. Takut / ngeri menghadapi ruang operasi, peralatan pembedahan dan petugas. Takut mati saat dibius / tidak sadar lagi. Takut operasi gagal. Ketakutan dan kecemasan yang mungkin dialami pasien dapat dideteksi dengan adanya perubahan - perubahan fisik seperti : meningkatnya frekuensi nadi dan pernafasan, gerakan gerakan tangan yang tidak terkontrol, telapak tangan yang lembab, gelisah, menayakan pertanyaan yang sama berulang kali, sulit tidur, sering berkemih. Perawat perlu mengkaji mekanisme koping yang biasa digunakan oleh pasien dalam menghadapi stres. Disamping itu perawat perlu mengkaji hal - hal yang bisa digunakan untuk membantu pasien dalam menghadapi masalah ketakutan dan kecemasan ini, seperti adanya orang terdekat, tingkat perkembangan pasien, faktor pendukung / support system. Untuk mengurangi / mengatasi kecemasan pasien, perawat dapat menanyakan hal - hal yang terkait dengan persiapan operasi, antara lain : Pengalaman operasi sebelumnya Persepsi pasien dan keluarga tentang tujuan / alasan tindakan operasi Pengetahuan pasien dan keluarga tentang persiapan operasi baik fisik maupun penunjang. Pengetahuan pasien dan keluarga tentang situasi / kondisi kamar operasi dan petugas kamar operasi. Pengetahuan pasien dan keluarga tentang prosedur ( pre, intra, post operasi ) Pengetahuan tentang latihan - latihan yang harus dilakukan sebelum operasi dan harus dijalankan setalah operasi, seperti : latihan nafas dalam, batuk efektif, ROM, dll. Persiapan mental yang kurang memadai dapat mempengaruhi pengambilan keputusan pasien dan keluarganya. Sehingga tidak jarang pasien menolak operasi yang sebelumnya telah disetujui dan biasanya pasien pulang tanpa operasi dan beberapa hari kemudian datang lagi ke rumah sakit setalah merasa sudah siap dan hal ini berarti telah menunda operasi yang mestinya sudah dilakukan beberapa hari / minggu yang lalu. Oleh karena itu persiapan mental pasien menjadi hal yang penting untuk diperhatikan dan didukung oleh keluarga / orang terdekat pasien.Persiapan mental dapat dilakukan dengan bantuan keluarga dan perawat. Kehadiran dan 19 keterlibatan keluarga sangat mendukung persiapan mental pasien. Keluarga hanya perlu mendampingi pasien sebelum operasi, memberikan doa dan dukungan pasien dengan kata-kata yang menenangkan hati pasien dan meneguhkan keputusan pasien untuk menjalani operasi. Peranan tenaga kesehatan dalam memberikan dukungan mental dapat dilakukan dengan berbagai cara: 1. Membantu pasien mengetahui tentang tindakan-tindakan yang dialami pasien sebelum operasi, memberikan informasi pada pasien tentang waktu operasi, hal-hal yang akan dialami oleh pasien selama proses operasi, menunjukkan tempat kamar operasi, dll. 2. Dengan mengetahui berbagai informasi selama operasi maka diharapkan pasien mejadi lebih siap menghadapi operasi, meskipun demikian ada keluarga yang tidak menghendaki pasien mengetahui tentang berbagai hal yang terkait dengan operasi yang akan dialami pasien. 3. Memberikan penjelasan terlebih dahulu sebelum setiap tindakan persiapan operasi sesuai dengan tingkat perkembangan. Gunakan bahasa yang sederhana dan jelas. Misalnya: jika pasien harus puasa, perawat akan menjelaskan kapan mulai puasa dan samapai kapan, manfaatnya untuk apa, dan jika diambil darahnya, pasien perlu diberikan penjelasan tujuan dari pemeriksaan darah yang dilakukan, dll. Diharapkan dengan pemberian informasi yang lengkap, kecemasan yang dialami oleh pasien akan dapat diturunkan dan mempersiapkan mental pasien dengan baik 4. Memberi kesempatan pada pasien dan keluarganya untuk menanyakan tentang segala prosedur yang ada. Dan memberi kesempatan pada pasien dan keluarga untuk berdoa bersama-sama sebelum pasien di antar ke kamar operasi. 5. Mengoreksi pengertian yang saah tentang tindakan pembedahan dan hal-hal lain karena pengertian yang salah akan menimbulkan kecemasan pada pasien. 6. Kolaborasi dengan dokter terkait dengan pemberian obat pre medikasi, seperti valium dan diazepam tablet sebelum pasien tidur untuk menurunkan kecemasan dan pasien dapat tidur sehingga kebutuhan istirahatnya terpenuhi. 7. Pada saat pasien telah berada di ruang serah terima pasien di kamar operasi, petugas kesehatan di situ akan memperkenalkan diri sehingga membuat pasien merasa lebih tenang. Untuk memberikan ketenangan pada pasien, keluarga juga diberikan kesempatn untuk mengantar pasien samapi ke batas kamar operasi dan diperkenankan untuk menunggu di ruang tunggu yang terletak di depan kamar operasi. 20 7. Persiapan administrasi Keluarga pasien yang akan dilakukan prosedur operasi wajib bertanggung jawab membaca dan mendatangani surat izin operasi. Selain itu persiapkan segala surat, dokumen, dan data yang dibutuhkan untuk perihal administrasi yang akan kita urus di RS, dan informasikan semua data ini secara detil kepada anggota keluarga terdekat (suami/istri, orangtua, adik atau kakak). Jika kita menggunakan asuransi dari kantor, jelaskan kepada anggota keluarga bagaimana prosedur pengurusan dan formulir apa saja yang butuh diisi, difotokopi dan disiapkan. Sama halnya jika menggunakan BPJS ataupun cara pembiayaan yang lain. Satukan semua berkas formulir dan fotokopi dokumen dalam satu map khusus. Ketika kita sudah mau masuk ruang operasi sampai nanti pasca operasi, sudah tentu semua dokumen administrasi otomatis menjadi urusan keluarga dekat. Dengan penjelasan sejak awal akan membuat prosedur administrasi lebih efektif dan meminimalisir kebingungan keluarga. E. PERSIAPAN DAN PERAWATAN POST OPERASI Post operasi adalah masa yang dimulai ketika masuknya pasien keruang pemulihan dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik ataudirumah. Setelah pembedahan, perawatan klien dapat menjadi kompleks akibatfisiologis yang mungkin terjadi. Untuk mengkaji kondisi pasca atau post operasiini, perawat mengandalkan informasi yang berasal dari hasil pengkajian keperawatan preoperative. Pengetahuan yang dimiliki klien tentang prosedur pembedahan dan hal - hal yang terjadi selama pembedahan berlangsung.Informasi ini membantu perawat mendeteksi adanya perubahan. Tindakan pasca operasi dilakukan dalam 2 tahap, yaitu periode pemulihan segera dan pemulihan berkelanjutan setelah fase pasca operasi. Untuk klien yang menjalani bedah sehari, pemulihan normalnya terjadi dalam 1 sampai 2 jam dan penyembuhan dilakukan di rumah. Untuk klien yang dirawat di rumah sakit pemulihan terjadi selama beberapa jam dan penyembuhan berlangsung selama 1hari atau lebih tergantung pada luasnya pembedahan dan respon klien. Setelah tindakan pembedahan (pra oprasi), beberapa hal yang perlu dikaji diantaranya adalah status kesadaran, kualitas jalan napas, sirkulasi dan perubahan tanda vital yang lain, keseimbangan elektrolit, kardiovaskular, lokasi daerah pembedahan dan sekitarnya, serta alat-alat yang digunakan dalam pembedahan. Selama periode ini proses asuhan diarahkan pada menstabilkan kondisi pasien pada keadaan equlibrium fisiologis pasien, menghilangkan nyeri dan pencegahan komplikasi. Pengkajian 21 yang cermat dan intervensi segera membantu pasien kembali pada fungsi optimalnya dengan cepat, aman dan nyaman. Upaya yang dapat dilakukan diarahkan untuk mengantisipasi dan mencegah masalah yang kemungkinan mucul pada tahap ini. Pengkajian dan penanganan yang cepat dan akurat sangat dibutuhkan untuk mencegah komplikasi yang memperlama perawatan di rumah sakit atau membahayakan diri pasien. Memperhatikan hal ini, asuhan postoperasi sama pentingnya dengan prosedur pembedahan itu sendiri. A. Faktor yang Berpengaruh Postoperasi o Mempertahankan jalan nafas Dengan mengatur posisi, memasang suction dan pemasangan mayo/gudel. o Mempertahankan ventilasi/oksigenasi ventilasi dan oksigenasi dapat dipertahankan dengan pemberian bantuan nafas melalui ventilaot mekanik atau nasal kanul. o Mempertahakan sirkulasi darah Mempertahankan sirkulasi darah dapat dilakukan dengan pemberian caiaran plasma ekspander. o Observasi keadaan umum, observasi vomitus dan drainase Keadaan umum dari pasien harus diobservasi untuk mengetahui keadaan pasien, seperti kesadaran dan sebagainya. Vomitus atau muntahan mungkin saja terjadi akibat penagaruh anastesi sehingga perlu dipantau kondisi vomitusnya. Selain itu drainase sangat penting untuk dilakukan obeservasi terkait dengan kondisi perdarahan yang dialami pasien. o Balance cairan Harus diperhatikan untuk mengetahui input dan output caiaran klien. Cairan harus balance untuk mencegah komplikasi lanjutan, seperti dehidrasi akibat perdarahan atau justru kelebihan cairan yang justru menjadi beban bagi jantung dan juga mungkin terkait dengan fungsi eleminasi pasien. o Mempertahanakan kenyamanan dan mencegah resiko injury Pasien post anastesi biasanya akan mengalami kecemasan, disorientasi dan beresiko besar untuk jatuh. Tempatkan pasien pada tempat tidur yang nyaman dan pasang side railnya. Nyeri biasanya sangat dirasakan pasien, diperlukan intervensi keperawatan yang tepat juga kolaborasi dengan medi terkait dengan agen pemblok nyerinya. 22 B. Tindakan: 1. Meningkatkan proses penyembuhan luka dan mengurangi rasa nyeri dapat dilakukan manajemen luka. Amati kondisi luka operasi dan jahitannya, pastikan luka tidak mengalami perdarahan abnormal. Observasi discharge untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. Manajemen luka meliputi perawatan luka sampai dengan pengangkatan jahitan. Kemudian memperbaiki asupan makanan tinggi protein dan vitamin C. Protein dan vitamin C dapat membantu pembentukan kolagen dan mempertahankan integritas dinding kapiler. 2. Mempertahankan respirasi yang sempurna dengan latihan napas, tarik napas yang dalam dengan mulut terbuka, lalu tahan napas selama 3 detik dan hembuskan. Atau, dapat pula dilakukan dengan menarik napas melalui hidung dan menggunakan diafragma, kemudian napas dikeluarkan secara perlahan-lahan melalui mulut yang dikuncupkan. 3. Mempertahankan sirkulasi, dengan stoking pada pasien yang berisiko tromboflebitis atau pasien dilatih agar tidak duduk terlalu lama dan harus meninggikan kaki pada tempat duduk guna untuk memperlancar vena. 4. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, dengan memberikan cairan sesuai kebutuhan pasien, monitor input dan output , serta mempertahankan nutrisi yang cukup. 5. Mempertahankan eliminasi, dengan mempertahankan asupan dan output, serta mencegah terjadinya retensi urine. 6. Mobilisasi dini, dilakukan meliputi ROM, nafas dalam dan juga batuk efektif yang penting untuk mengaktifkan kembali fungsi neuromuskuler dan mengeluarkan sekret dan lendir. Mempertahankan aktivitas dengan latihan yang memperkuat otot sebelum ambulatori. 7. Mengurangi kecemasan dengan melakukan komunikasi secara terapeutik. 8. Rehabilitasi, diperlukan oleh pasien untuk memulihkan kondisi pasien kembali. Rehabilitasi dapat berupa berbagai macam latihan spesifik yang diperlukan untuk memaksimalkan kondisi pasien seperti sedia kala. 9. Discharge Planning. Merencanakan kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada klien dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan sehubungan dengan kondis/penyakitnya post operasi. 23 Ada 2 macam discharge planning : a. Untuk perawat/bidan : berisi point-point discahrge planing yang diberikan kepada klien (sebagai dokumentasi) b. Untuk pasien : dengan bahasa yang bisa dimengerti pasien dan lebih detail. a. Perawatan Pasien Di Ruang Pemulihan / Recovery Room Uraian diatas telah membahas tentang hal yang diperhatikan pada pasien post anaesthesi. Untuk lebih jelasnya maka dibawah ini adalah petunjuk perawatan / observasi diruang pemulihan : Posisi kepala pasien lebih rendah dan kepala dimiringkan pada pasien dengan pembiusan umum, sedang pada pasein dengan anaesthesi regional posisi semi fowler. Pasang pengaman pada tempat tidur. Monitor tanda vital : TN, Nadi, respirasi / 15 menit. Penghisapan lendir daerah mulut dan trakhea. Beri O2 2,3 liter sesuai program. Observasi adanya muntah. Catat intake dan out put cairan. b. Pengeluaran dari Ruang Pemulihan / Recovery Room Kriteria umum yang digunakan dalam mengevaluasi pasien : Pasien harus pulih dari efek anaesthesi. Tanda-tanda vital harus stabil. Tidak ada drainage yang berlebihan dari tubuh. Efek fisiologis dari obat bius harus stabil. Pasien harus sudah sadar kembali dan tingkat kesadaran pasien telah sempurna. Urine yang keluar harus adekuat ( 1cc/ Kg/jam). Jumlahnya harus dicatat dan dilaporkan. Semua pesan harus ditulis dan dibawa ke bangsal masing-masing. Jika keadaan pasien membaik, pernyataan persetujuan harus dibuat untuk kehadiran pasien tersebut oleh seorang perawat khusus yang bertugas pada unit dimana pasien akan dipindahkan. Staf dari unit dimana pasien harus dipindahkan, perlu diingatkan untuk menyiapkan dan menerima pasien tersebut. 24 c. Pengangkutan Pasien keruangan Hal - hal yang harus diperhatikan selama membawa pasien ke ruangan antara lain : Keadaan penderita serta order dokter. Usahakan pasien jangan sampai kedinginan. Kepala pasien sedapat mungkin harus dimiringkan untuk menjaga bila muntah sewaktu - waktu, dan muka pasien harus terlihat sehingga bila ada perubahan sewaktu - waktu terlihat. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Operasi a) Pengkajian awal 1. Status Respirasi Meliputi : Kebersihan jalan nafas, Kedalaman pernafasaan, Kecepatan dan sifat pernafasan, Dan Bunyi nafas 2. Status sirkulator Meliputi :Nadi, Tekanan, darah, Suhu,Warna kulit 3. Status neurologis Meliputi : tingkat kesadaran 4. Balutan Meliputi : Keadaan drain. Terdapat pipa yang harus disambung dengan sistem drainase. 5. Kenyamanan Meliputi :Terdapat nyeriMualMuntah 6. Keselamatan Meliputi : Diperlukan penghalang samping tempat tidur. Kabel panggil yang mudah dijangkau. Alat pemantau dipasang dan dapat berfungsi. 7. Perawatan Meliputi : Cairan infus, kecepatan, jumlah cairan, kelancaran cairan. Sistem drainase : bentuk kelancaran pipa, hubungan dengan alat penampung, sifat dan jumlah drainage. 8. Nyeri Meliputi : Waktu Tempat. 9. Frekuensi. 10. Kualitas. 25 11. Faktor yang memperberat / memperingan. B. Pengkajian Psikososial Yang perlu diperhatikan : umur, prosedur pembedahan, efek samping dari prosedur pembedahan dan pengobatan, body image dan pola / gaya hidup. Juga tanda fisik yang menandakan kecemasan termasuk denyut nadi, tekanan darah, dan kecepatan respirasi serta ekspresi wajah. C. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan laboratorium berdasarkan pada prosedur pembedahan, riwayat medis, dan manifestasi klinik post operasi. Pemeriksaan laboratorium lab post operasi secara umum anatara lain : 1. Analisa serum dan elektrolit, glukosa dan pemeriksaaan darah lengkap. 2. Pemeriksaann urine sekitar setiap 4 jam untuk klien dengan resiko dehidrasi dan insufisisensi ginjal. Masalah Keperawatan Yang Lazim Muncul A. Diagnosa Umum 1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan efek samping dari anaesthesi. 2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka post operasi. 3. Nyeri akut berhubungan dengan proses pembedahan. 4. Resiko injury berhubungan dengan kelemahan fisik, efek anaesthesi, obat-obatan ( penenang, analgesik ) dan imobilisasi terlalu lama. B. Diagnosa Tambahan 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret. 2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan salah memahami informasi. 3. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang prosedur pembedahan. 4. Nausea berhubungan dengan efek anaesthesi, narkotika, ketidaseimbangan elektrolit. 5. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri. 6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksoia, lemah, nyeri, mual. 26 7. Konstipasi berhubungan dengan efek anaesthesi. 27 BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Pre operasi merupakan tahapan dalam proses pembedahan yang dimulai prebedah (preoperasi), bedah (intraoperasi), dan pasca bedah (postoperasi). Pre operasi merupakan masa sebelum dilakukannya tindakan pembedahan, dimulai sejak persiapan pembedahan dan berakhir sampai pasien di meja bedah. Intrabedah merupakan masa pembedahan yang dimulai sejak ditransfer ke meja bedah dan berakhir sampai pasien dibawa ke ruang pemulihan. Pra oprasi merupakan masa setelah dilakukan pembedahan yang dimulai sejak pasien memasuki ruang pemulihan dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya. Tingkat keberhasilan pembedahan sangat tergantung pada setiap tahapan yang dialami dan saling ketergantungan antara tim kesehatan yang terkait (dokter bedah, dokter anestesi, perawat/bidan) di samping peranan pasien yang kooperatif selama proses perioperatif. Tindakan prebedah, bedah, dan pasca bedah yang dilakukan secara tepat dan berkesinambungan akan sangat berpengaruh terhadap suksesnya pembedahan dan kesembuhan pasien. B. Saran Hendaknya mahasiswa dapat benar – benar memahami dan mewujud nyatakan peran tenaga kesehatan yang prefesional, serta dapat melaksanakan tugas – tugas dengan penuh tanggung jawab, dan selalu mengembangkan ilmunya. 28 DAFTAR PUSTAKA Maryunani, Anik. 2011. Ketrampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan (KDPK). Jakarta: CV Trans Info Media Uliyah, Musrifatul, Alimul Hidayat Azis. 2011. Buku Ajar Ketrampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan (KDPK). Surabaya: Health Book Publishing. http://fani-fawuz.blogspot.com/2014/02/makalah-asuhan-pada-pasien-pre-intra.html http://theurbanmama.com/articles/5-hal-yang-perlu-dipersiapkan-sebelum-operasi-elektifM20914.html https://desafir.wordpress.com/2013/05/17/persiapan-pre-operasi-perawatan-post-operasi/ 29