Uploaded by dxrations

ppt kosmetik klp.10-1

advertisement
PMK No. 1175 dan PMK No. 1176
tahun 2010
R I Z K I FA H M I A M I N U L O H
3351191456
D I A H AY U M U N A D YA H
3351191481
F R A N S I S C U S X AV E R I U S W E N D Y
3351191571
S E N O A D I C O R D OVA
3351191586
PMK No. 1175 Tahun 2010
tentang Izin Produksi Kosmetika
Izin Produksi Kosmetika
Izin produksi adalah izin yang harus dimiliki oleh
pabrik kosmetika untuk melakukan kegiatan pembuatan
kosmetika. Pembuatan kosmetika hanya dapat dilakukan
oleh industri kosmetika. Industri kosmetika yang akan
membuat kosmetika harus memiliki izin produksi yang
diberikan oleh Direktur Jenderal. Izin produksi berlaku
selama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang selama
memenuhi ketentuan yang berlaku.
Izin Produksi Kosmetika
Berdasarkan Permenkes No. 1175 tahun 2010, izin produksi kosmetika
diberikan sesuai bentuk dan jenis sediaan kosmetika yang ditetapkan oleh
Kepala Badan. Izin produksi dibedakan atas 2 (dua) golongan yaitu :
 Golongan A, yaitu izin produksi untuk industri kosmetika yang dapat
membuat semua bentuk dan jenis sediaan kosmetika.
 Golongan B, yaitu izin produksi untuk industri kosmetika yang dapat
membuat bentuk dan jenis sediaan kosmetika tertentu dengan
menggunakan teknologi sederhana.
Persyaratan Izin Industri Kosmetika
Golongan A
Golongan B
 memiliki apoteker
 memiliki sekurang-
sebagai penanggung
jawab.
 memiliki fasilitas
produksi sesuai dengan
produk yang akan dibuat.
 memiliki fasilitas
laboratorium.
 wajib menerapkan
CPKB.
kurangnya tenaga teknis
kefarmasian sebagai
penanggung jawab.
 memiliki fasilitas produksi
dengan teknologi
sederhana sesuai produk
yang akan dibuat.
 mampu menerapkan
higiene sanitasi dan
dokumentasi sesuai CPKB.
Tata Cara Memperoleh Izin Produksi
Permohonan izin produksi industri kosmetika
g.
yang telah disahkan sesuai ketentuan
golongan A diajukan dengan kelengkapan
peraturan perundang-undangan;
sebagai berikut:
a.
surat permohonan
b.
fotokopi izin usaha industri atau tanda
daftar industri yang telah dilegalisir;
c.
nama direktur/pengurus;
d.
fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP)
direksi perusahaan/pengurus;
e.
susunan direksi/pengurus;
f.
surat pernyataan direksi/pengurus tidak
terlibat dalam pelanggaran peraturan
perundang-undangan di bidang farmasi;
fotokopi akta notaris pendirian perusahaan
h.
fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP);
i.
denah bangunan yang disahkah oleh
Kepala Badan;
j.
bentuk dan jenis sediaan kosmetika yang
dibuat;daftar peralatan yang tersedia;
k.
surat pernyataan kesediaan bekerja
sebagai apoteker penanggung jawab;
l.
fotokopi ijazah dan Surat Tanda Registrasi
Apoteker (STRA) penanggung jawab yang
telah dilegalisir.
Tata Cara Memperoleh Izin Produksi
Permohonan izin produksi industri kosmetika
g.
yang telah disahkan sesuai ketentuan
golongan B diajukan dengan kelengkapan
peraturan perundang-undangan;
sebagai berikut:
a.
surat permohonan
b.
fotokopi izin usaha industri atau tanda
daftar industri yang telah dilegalisir;
c.
nama direktur/pengurus;
d.
fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP)
direksi perusahaan/pengurus;
e.
susunan direksi/pengurus;
f.
surat pernyataan direksi/pengurus tidak
terlibat dalam pelanggaran peraturan
perundang-undangan di bidang farmasi;
fotokopi akta notaris pendirian perusahaan
h.
fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP);
i.
denah bangunan yang disahkah oleh
Kepala Badan;
j.
bentuk dan jenis sediaan kosmetika yang
dibuat;
k.
daftar peralatan yang tersedia;
l.
surat pernyataan kesediaan bekerja
sebagai apoteker penanggung jawab;
m.
fotokopi ijazah dan Surat Tanda Registrasi
penanggung jawab yang telah dilegalisir.
Ketentuan Permohonan Izin Produksi Kosmetika
1.
Permohonan izin produksi diajukan oleh pemohon kepada Direktur Jenderal
dengan tembusan kepada Kepala Badan, Kepala Dinas, dan Kepala Balai
setempat dengan menggunakan contoh Formulir 1.
2.
Paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak menerima tembusan, Kepala Dinas
setempat
melakukan
evaluasi
terhadap
pemenuhan
persyaratan
administratif.
3.
Paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak menerima tembusan, Kepala Balai
setempat melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan/pemenuhan CPKB
untuk izin produksi industri kosmetika Golongan A dan kesiapan
pemenuhan higiene sanitasi dan dokumentasi sesuai CPKB untuk izin
produksi industri kosmetika Golongan B.
Ketentuan Permohonan Izin Produksi Kosmetika
4.
Paling lama 14 (empat belas) hari kerja setelah evaluasi terhadap
pemenuhan persyaratan administratif dinyatakan lengkap, Kepala
Dinas setempat wajib menyampaikan rekomendasi kepada Direktur
Jenderal
dengan
tembusan
kepada
Kepala
Badan
dengan
menggunakan contoh Formulir 2.
5.
Paling lama 14 (empat belas) hari kerja setelah pemeriksaan terhadap
kesiapan/pemenuhan
CPKB
dinyatakan
selesai,
Kepala
Balai
setempat wajib menyampaikan analisis hasil pemeriksaan kepada
Kepala Badan dengan tembusan kepada Kepala Dinas dan Direktur
Jenderal dengan menggunakan contoh Formulir 3.
Ketentuan Permohonan Izin Produksi Kosmetika
6.
Paling lama 7 (tujuh) hari setelah menerima analisis hasil
pemeriksaan Kepala Badan memberikan rekomendasi kepada
Direktur Jenderal dengan menggunakan contoh Formulir 4.
7.
Apabila dalam 30 (tigapuluh) hari kerja setelah tembusan surat
permohonan diterima oleh Kepala Balai dan Kepala Dinas setempat,
tidak dilakukan pemeriksaan/evaluasi, Pemohon dapat membuat
surat pernyataan siap berproduksi Kepada Direktur Jenderal dengan
tembusan kepada Kepala Badan, Kepala Dinas setempat dan Kepala
Balai setempat dengan menggunakan contoh Formulir 5.
8.
Dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja setelah menerima
rekomendasi dari Kepala Dinas dan Kepala Badan dan setelah
menerima surat pernyataan, Direktur Jenderal menyetujui, menunda
atau menolak Izin Produksi dengan menggunakan contoh Formulir
6, Formulir 7 atau Formulir 8.
Perubahan Izin Produksi
Setiap
perubahan
golongan,
penambahan
bentuk dan jenis sediaan, pindah alamat/pindah
lokasi,
perubahan
nama
direktur/pengurus,
penanggung jawab, alamat di lokasi yang sama, atau
nama industri harus dilakukan perubahan izin
produksi.
Sanksi Pelanggar Izin Produksi
Pelanggaran terhadap ketentuan dapat dikenakan sanksi administratif berupa:
1.
Peringatan secara tertulis.
2.
Larangan mengedarkan untuk sementara waktu dan/atau perintah untuk
penarikan kembali produk dari peredaran bagi kosmetika yang tidak
memenuhi standar dan persyaratan mutu, keamanan, dan kemanfaatan.
3.
Perintah pemusnahan produk, jika terbukti tidak memenuhi persyaratan
mutu, keamanan, dan kemanfaatan.
4.
Penghentian sementara kegiatan.
5.
Pembekuan izin produksi.
6.
Pencabutan izin produksi.
PMK No. 1176 Tahun 2010
tentang Notifikasi Kosmetika
Notifikasi
Setiap kosmetika hanya dapat diedarkan setelah
mendapat izin edar berupa notifikasi dari Menteri. Kosmetika
yang dinotifikasi harus dibuat dengan menerapkan CPKB dan
memenuhi persyaratan teknis. Persyaratan teknis meliputi
persyaratan keamanan, bahan, penandaan, dan klaim.
Notifikasi
dilakukan
sebelum
pemohon kepada Kepala Badan.
kosmetika
beredar
oleh
Tata Cara Pengajuan Notifikasi
Berdasarkan Permenkes No. 1176/MENKES/PER/VIII/2010 tentang notifikasi
kosmetika, adapun tata cara pengajuan notifikasi yaitu:
1.
Pemohon yang akan mengajukan permohonan notifikasi kosmetika harus
mendaftarkan diri kepada Kepala Badan. Pendaftaran sebagai pemohon
dilakukan 1 (satu) kali, sepanjang tidak terjadi perubahan data pemohon.
2.
Pemohon yang telah terdaftar dapat mengajukan permohonan notifikasi
dengan mengisi formulir (template) secara elektronik pada website Badan
Pengawas Obat dan Makanan.
Tata Cara Pengajuan Notifikasi
3.
Apabila dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja sejak pengajuan
permohonan notifikasi diterima oleh Kepala Badan tidak ada surat penolakan,
terhadap kosmetika yang dinotifikasi dianggap disetujui dan dapat beredar di
wilayah Indonesia.
4.
Permohonan yang dianggap disetujui, dalam jangka waktu 6 (enam) bulan,
kosmetika yang telah dinotifikasi wajib diproduksi atau diimpor dan diedarkan.
Notifikasi berlaku dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun. Setelah jangka waktu
berakhir, pemohon harus memperbaharui notifikasi.
Pembatalan Notifikasi
Notifikasi menjadi batal atau dapat
dibatalkan, apabila :
1.
2.
3.
4.
izin produksi kosmetika, izin
usaha industri, atau tanda daftar
industri sudah tidak berlaku,
atau Angka Pengenal Importir
(API) sudah tidak berlaku.
berdasarkan evaluasi, kosmetika
yang
telah
beredar
tidak
memenuhi persyaratan teknis.
atas
permintaan
pemohon
notifikasi.
perjanjian kerjasama antara
pemohon dengan perusahaan
pemberi lisensi/industri.
5.
6.
7.
penerima kontrak produksi, atau
surat penunjukkan keagenan dari
produsen negara asal sudah
berakhir dan tidak diperbaharui.
kosmetika yang telah beredar
tidak
sesuai
dengan
data
dan/atau
dokumen
yang
disampaikan
pada
saat
permohonan notifikasi.
pemohon
notifikasi
tidak
memproduksi, atau mengimpor
dan mengedarkan kosmetika.
Dokumen Informasi Produk (DIP)
Industri kosmetika, importir kosmetika, atau usaha
perorangan/badan usaha yang melakukan kontrak produksi
harus memiliki DIP sebelum kosmetika dinotifikasi, harus
menyimpan DIP dan menunjukkan DIP bila sewaktu-waktu
diperiksa/diaudit oleh Badan POM.
Sanksi Pelanggar Notifikasi Kosmetika
Pelanggaran terhadap ketentuan dapat dikenai sanksi
administratif diberikan oleh Kepala Badan berupa:
a. peringatan tertulis.
b. larangan mengedarkan kosmetika untuk sementara.
c. penarikan
kosmetika
yang
tidak
memenuhi
persyaratan mutu, keamanan kemanfaatan, dan
penandaan dari peredaran.
d. pemusnahan kosmetika.
e. penghentian sementara kegiatan produksi dan/atau
peredaran kosmetika.
Daftar Pustaka
Menkes RI, 2010, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1175/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Izin Produksi Kosmetika.
Menkes RI, 2010, Peraturan Menteri Kesehatan Republik
1176/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Notifikasi Kosmetika.
Indonesia Nomor
TERIMA KASIH
Download