Tari Burung Putih Kesana-kemari, para penari seolah menirukan gaya seekor burung yang bolak-balik hendak memkan padi ketika musim panen tiba, Ya, tari burung putih namanya. Tari khas asal desa Pengabuan kecamatan Abab kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI). Dalam sejarahnya, tari burung putih telah ada sejak zaman nenek moyang terdahulu, dikisahkan oleh Nung Cik bin Cik Ning yang merupakan penabuh gendang dalam tari burung putih. Nung Cik mengatakan bahwa dirinya termasuk generasi ketika yang membawakan tari burung putih bersama Agusman bin Kasim yang bertugas menabuh biola dalam setiap pertunjukkan tari burung putih. Ketika dijumpai, keduanya menuturkan bahwa tari burung putih merupakan sebuah arian yang mengisyaratkan musim panen telah tiba.. Konon dahulu ketika musim panen tiba para bujang gadis desa Pengabuan berkumpul dipersawahan. Tujuannya yaitu menjaga padi yang sudah menguning dari ancaman para burung putih yang sudah mengintai padi-padi milik warga setempat. Burung putih merupakan burung yang berasal bari laut. Bahkan bentuknya hampir seperti burung bangau. Namun, mereka tidak hanya berkumpul semata melainkan melantunkan tembangtembang dengan bahasa khas desa Pengabuan. Bahkan, dalam syair tembang tersebut terselip makna dan nasihat dalam kehidupan sehari-hari. “Amen kami ke ayek agek, banyak sepat mati terendam” “Amen kami balik agek, banyaklah upat dari kedendam” Seperti itulah salah satu syair tembang dibawahkan Nung Cik dan Agusman. Dirinya menjelaskan bahwa tembang tersebut bermakna untuk kehidupan seharihari agar tifak pernah menjadi pribadi yang suka menyimpan dendam. Tari burung putih memiliki nama lain yakni tari burung kuntul. Namun, masyarakat setempat telah menyepakati untuk memakai nama tari burung putih. Untuk menjadi penari dalam tarian burung putih tersebut tidaklah sembarang, harus yang masih gadis. Karena adat dan budaya dari zaman dahulu. Sedangkan dalam menari keenamnya diiringi musik dari lantunan biola, gong dan gendang. Serta satu penyanyi yang bertembang. Saat ini, tari burung putih tidak hanya digunakan ketika musim tiba, tetapi sering ditampilkan dalam acara-acara resmi pemerintahan di kabupaten PALI. Bahkan, terkadang ada pula yang menampilkan tari burung putih dalam acara resmi seperti pernikahan, sedekah dusun dan lainnya.