Uploaded by adityabondan59

Makalah Elemen Mesin (POROS)

advertisement
MAKALAH ELEMEN MESIN 1
POROS
Disusun Oleh
Nama
: Aditya Bondan Bhaskara
Kelas
: 2IC88
NPM
: 20418189
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas rahmat Allah SWT Yang Maha Kuasa, karena berkat nikmat
sehat-Nya, penyusun dapat menyelesaikan Makalah Elemen Mesin dengan materi
Poros ini dengan semaksimal mungkin.
Makalah ini ditujukan untuk memperoleh nilai ujian mata kuliah Elemen
Mesin 1. Makalah ini diharapkan dapat menjadi referensi pembelajaran sesuai
dengan judul makalah dan menambah ilmu - ilmu yang berguna serta bermanfaat.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian
makalah ini. Mohon maaf apabila di dalam penyusunan makalah ini terdapat
kesalahan, Maka dari itu, kami para penyusun membutuhkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca agar kami dapat menyempurnakan makalah ini.
Tangerang, 29 April 2020
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman
COVER .........................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ...................................................................................
ii
DAFTAR ISI .................................................................................................
iii
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
iv
DAFTAR TABEL .........................................................................................
v
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ...........................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................
2
1.3 Tujuan Penulisan ......................................................................
2
1.4 Manfaat Penulisan ....................................................................
2
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Poros ..........................................................................
3
2.2 Fungsi Poros ............................................................................
4
2.3 Macam-Macam Poros ...............................................................
4
2.4 Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan Pada Pembuatan Poros .........
8
2.5 Perancangan Poros ...................................................................
9
2.5.1 Aturan Utama Perancangan Poros ....................................
9
2.5.2 Perhitungan Diameter Poros ............................................ 10
2.5.3 Daya Poros ...................................................................... 15
2.5.4 Pemeriksaan Kekuatan Poros ........................................... 17
BAB V
PENUTUP
3.1 Kesimpulan .............................................................................. 18
3.2 Saran ....................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA
iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Konstruksi Poros Kereta Api .................................................... 3
Gambar 2.2 Poros Mobil.............................................................................. 4
Gambar 2.3 Poros Transmisi Untuk Roda Gigi ............................................ 5
Gambar 2.4 Poros Spindel ........................................................................... 5
Gambar 2.5 Poros Gandar ............................................................................ 6
Gambar 2.6 Poros Engkol Tunggal .............................................................. 7
Gambar 2.7 Poros Engkol Ganda ................................................................. 7
Gambar 2.8 Poros Transmisi dengan Beban Puntir ...................................... 12
Gambar 2.9 Beban Puntir dan Lentur Saat Arbor Melakukan Pemakanan .... 14
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Jenis-Jenis Pembebanan .................................................................. 14
Tabel 2.2 Jenis Faktor Koreksi Berdasarkan Daya yang Ditransmisikan ......... 15
Tabel 2.3 Baja Karbon Kontruksi Mesin & Baja Batang untuk Poros ............. 16
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sebagai elemen mesin yang berfungsi untuk meneruskan daya, poros
menerimbeban yang terkombinasi berupa beban puntir dan beban lentur yang
berulangulang (fatik). Kegagalan material pada konstruksi mesin adalah akibat
kelelahan atau fatik, dan ini sering dijumpai pada poros, poros turbin, poros mobil,
roda gigi ataupun poros lainnya terutama yang mengalami beban rotating bending.
Dalam penggunaannya pengaruh suhu terhadap material khususnya poros yang
bekerja secara kontinu cenderung akan mempengaruhi struktur metalurgi material
tersebut dan ini merupakan salah satu factor penyebab terjadinya kegagalan fatik
pada material poros (Timings 1998).
Poros adalah suatu bagian stasioner yang berputar, biasanya berpenampang
bulat dimana terpasang elemen-elemen seperti roda gigi (gear), pulley, flywheel,
engkol, sprocket dan elemen pemindah lainnya.Poros bisa menerima beban lentur,
beban tarikan, beban tekan atau beban puntiran yang bekerja sendiri-sendiri atau
berupa gabungan satu dengan lainnya (Shigley, Uicker et al. 1983).
Poros dalam sebuah mesin berfungsi untuk meneruskan tenaga melalui putaran
mesin. Setiap elemen mesin yang berputar, seperti cakram, puli sabuk mesin, piringan
kabel, tromol kabel, roda jalan, dan roda gigi. Dipasang berputar terhadap poros
dukung yang tetap atau dipasang tetap pada poros dukung yang berputar.
Adapun poros engkol yang dalam sejarah poros engkol ditemukan oleh insinyur
muslim yang bernama Al-Jazai ia dipanggil Al-jazari karena lahir di Al-Jazira, sebuah
wilayah yang terletak diantara Tigris dan Efrat, Irak. Sepeti ayahnya ia mengabdi pada
raja-raja Urtuq atau Artuqid di Diyar Bakir dari 1174 sampai 1200 sebagai ahli teknik.
1
2
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, ada beberapa hal yang bisa
diambil sebagai rumusan masalah dalam penulisan ini antara lain adalah:
1. Penjelasan dan fungsi dari poros.
2. Jenis-jenis dan cara pembentukan/pembuatan dari poros.
3. Beban dan gaya yang bekerja pada poros.
4. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan poros.
1.3
Tujuan Penulisan
1. Memenuhi tugas mata kuliah Elemen Mesin 1.
2. Menambah wawasan mengenai poros dalam Elemen Mesin
3. Mengetahui macam-macam dari poros
4. Menambah pengetahuan mengenai perancangan poros
1.4
Manfaat Penulisan
1.
Agar pembaca benar-benar memahami tentang poros dalam elemen
mesin
2.
Sebagai
bahan
referensi
bagi
kalangan
akademisi,
mengenai
perancangan poros
3.
Agar pembaca dapat memilih bahan yang akan digunakan dalam
pembuatan poros
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Definisi Poros
Poros adalah suatu bagian stasioner yang beputar, biasanya berpenampang
bulat dimana terpasang elemen-elemen seperti roda gigi (gear), pulley, flywheel,
engkol, sprocket dan elemen pemindah lainnya. Poros bisa menerima beban
lenturan, beban tarikan, beban tekan atau beban puntiran yang bekerja sendirisendiri atau berupa gabungan satu dengan lainnya.
Poros dalam sebuah mesin berfungsi untuk meneruskan tenaga melalui
putaranmesin. Setiap elemen mesin yang berputar, seperti cakra tali, puli sabuk
mesin, piringan kabel, tromol kabel, roda jalan, dan roda gigi, dipasang berputar
terhadap poros dukung yang tetap atau dipasang tetap pada poros dukung yang
berputar. Contoh sebuah poros dukung yang berputar, yaitu poros roda kereta api,
As gardan, dan lain-lain.
Gambar 2.1 Konstruksi Poros Kereta Api
Untuk merencanakan sebuah poros, perlu diperhitungkan gaya yang bekerja
pada poros di atas antara lain: gaya dalam akibat beratnya (W) yang selalu berpusat
pada titik gravitasinya.
3
4
Gaya (F) merupakan gaya luar arahnya dapat sejajar dengan permukaan
benda ataupun membentuk sudut α dengan permukanan benda. Gaya F dapat
menimbulkan tegangan pada poros, karena tegangan dapat timbul pada benda yang
mengalami gaya. Gaya yang timbul pada benda dapat berasal dari gaya dalam
akibat berat benda sendiri atau gaya luar yang mengenai benda tersebut. Baik gaya
dalam maupun gaya luar akan menimbulkan berbagai macam tegangan pada
kontruksi tersebut.
2.2
Fungsi Poros
Poros dalam sebuah mesin berfungsi untuk meneruskan tenaga bersama-sama
dengan putaran. Setiap elemen mesin yang berputar, seperti cakaran tali, puli sabuk
mesin, piringan kabel, tromol kabel, roda jalan dan roda gigi. Dipasang berputar
terhadap poros dukung yang tetap atau dipasang tetap pada poros dukung yang
berputar.Contohnya sebuah poros dukung yang berputar, yaitu poros roda keran dan
gerobak.
Gambar 2.2 Poros Mobil
2.3
Macam-Macam Poros
A. Berdasarkan Pembebanan
1) Poros Transmsi
Poros Transmisi (transmission shaft) atau sering hanya disebut dengan
poros (shaft) digunakan pada mesin rotasi untuk metransmisikan putaran
dan rotasi dari satu lokasi kelokasi yang lainnya. Poros mentransmisikan
torsi dan driver (motor atau engine) ke driven. Komponen mesin yang
5
sering digunakan bersamaan dengan poros adalah roda gigi, puli dan
sprocket. Transmisi torsi antar poros dilakukan dengan pasangan roda gigi,
sabuk atau rantai. Poros bisa menjadi satu dengan driver, seperti pada
poros motor dan engine crank shaft, bisa juga poros bebas yang
dihubungakan ke poros lainnya dengan kopling. Sebagai dudukan poros,
digunakan bantalan.
Gambar 2.3 Poros Transmisi Untuk Roda Gigi
2) Poros Spindel
Poros Spindel adalah poros tranmisi yang relative pendek, seperti poros
utama mesin perkakas, dimana beban utama berupa puntiran, disebut
spindle. Syarat yang harus dipenuhi poros ini adalah deformasinya yang
harus kecil, dan bentuk serta ukuran haruslah teliti.
Gambar 2.4 Poros Spindel
6
3) Poros Gandar
Gandar adalah poros yang tidak mendapatkan beban punter, bahkan
kadang kadang tidak boleh berputar.Contohnya seperti yang terpasang
diantara roda-roda kereta barang dll.
Gambar 2.5 Poros Gandar
4) Poros Engkol
Poros engkol merupakan bagian dari mesin yang dipakai untuk merubah
gerakan naik turun dari torak menjadi gerakan berputar. Poros engkol yang
kecil sampai yang sedang biasanya dibuat dari satu bahan yang ditempa
kemudian dibubut, sedangkan yang besar-besar dibuat dari beberapa
bagian yang disambung-sambung dengan cara pengingsutan.
Di dalam praktek dikenal 2 macam poros engkol yaitu:
a. Poros Engkol Tunggal
Poros ini terdiri dari sebuah poros engkol dan sebuah pen engkol. Keduaduanya diikat menjadi satu oleh pipi engkol yang pemasangannya
menggunakan cara pengingsutan. Pipi engkol biasanya dibuat daripada
baja tuang, sedangkan pen engkolnya dari baja St 50 atau St 60.Jarak
antara sumbu pen enkol dengan sumbu poros engkol adalah setengah
langkah torak.
7
Gambar 2.6 Poros Engkol Tunggal
b. Poros Engkol Ganda
Poros engkol ini mempunyai 2 buah pipi engkol terdiri dari satu bahan
sedang pemasangan poros engkolnya adalah dengan sambungan ingsutan.
Poros-poros engkol ini bahannya dibuat dari besi tuang khusus. Disamping
harga pembuatannya lebih ringan, besi tuang itu mempunyai sifat dapat
menahan getaran-getaran.
Gambar 2.7 Poros Engkol Ganda
B. Berdasarkan Bentuk
1) Poros Lurus
2) Poros Engkol sebagai penggerak utama pada silinder mesin
Ditinjau dari segi besarnya transmisi daya yang mampu ditransmisikan, poros
merupakan elemen mesin yang cocok untuk mentransmisikan daya yang kecil hal
ini dimaksud kan agar terdapat kebebasan bagi perubahan arah (arah momen
putar).
8
2.4
Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan Pada Poros
A. Kekuatan Poros
Poros transmisi akan menerima beban puntir (twisting moment), beban lentur
(bending moment) ataupun gabungan antara beban puntir dan lentur. Dalam
perancangan poros perlu memperhatikan beberapa faktor, misalnya:
kelelahan, tumbukan dan pengaruh konsentrasi tegangan bila menggunakan
poros bertingkat ataupun penggunaan alur pasak pada poros tersebut. Poros
yang dirancang tersebut harus cukup aman untuk menahan beban-beban
tersebut.
B. Kekakuan Poros
Meskipun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup aman dalam
menahan pembebanan tetapi adanya lenturan atau defleksi yang terlalu besar
akan mengakibatkan ketidak telitian (pada mesin perkakas), getaran mesin
(vibration) dan suara (noise). Oleh karena itu disamping memperhatikan
kekuatan poros, kekakuan poros juga harus diperhatikan dan disesuaikan
dengan jenis mesin yang akan ditransmisikan dayanya dengan poros tersebut.
C. Putaran Kritis
Bila putaran mesin dinaikkan maka akan menimbulkan getaran (vibration)
pada mesin tersebut. Batas antara putaran mesin yang mempunyai jumlah
putaran normal dengan putaran mesin yang menimbulkan getaran yang
tinggi disebut putarankritis. Hal ini dapat terjadi pada turbin, motor bakar,
motor listrik, dll. Selain itu, timbulnya getaran yang tinggi dapat
mengakibatkan kerusakan pada poros dan bagian-bagian lainnya. Jadi dalam
perancangan poros perlu mempertimbangkan putaran kerja dari poros
tersebut agar lebih rendah dari putaran kritisnya.
D. Korosi
Apabila terjadi kontak langsung antara poros dengan fluida korosif maka
dapat mengakibatkan korosi pada poros tersebut, misalnya propeller shaft
pada pompa air. Oleh karena itu pemilihan bahan-bahan poros (plastik) dari
bahan yang tahan korosi perlu mendapat prioritas utama.
9
E. Material Poros
Poros yang biasa digunakan untuk putaran tinggi dan beban yang berat pada
umumnya dibuat dari baja paduan (alloy steel) dengan proses pengerasan
kulit (case hardening) sehingga tahan terhadap keausan. Beberapa
diantaranya adalah baja khrom, baja khrom nikel, baja khrom molibden, baja
khrom nikel molebdenum, dll. Sekalipun demikian, baja paduan khusus tidak
selalu dianjurkan jika alasannya hanya karena putaran tinggi dan pembebanan
yang beratsaja. Dengan demikian perlu dipertimbangkan dalam pemilihan
jenis proses heat treatment yang tepat sehingga akan diperoleh kekuatan yang
sesuai.
2.5
Perancangan Poros
Tegangan dan defleksi adalah parameter yang harus diperhatikan pada
perancangan poros. Defleksi sering menjadi parameter kritis, karena defleksi yang
besar akan mempercepat keausan bantalan dan mengakibatkan terjadinya
misalignment pada roda gigi, sabuk dan rantai. Tegangan pada poros bisa dihitung
hanya pada posisi tertentu yang ditinjau dengan mengetahui beban dan penampang
poros. Tetapi, untuk menghitung defleksi yang terjadi, harus diketahui terlebih
dahulu geometri seluruh bagian poros. Sehingga dalam merancang poros, pertama
kali yang dilakukan adalah berdasar tegangan yang terjadi, baru kemudian
menghitung defleksi berdasar geometri yang telah ditentukan. Perancangan poros
juga dipengaruhi hubungan frekuensi pribadi poros (pada pembebanan bending dan
torsi) terhadap frekuensi pembebanan terhadap waktu. Jika frekuensi pembebanan
mendekati frekuensi pribadi poros, akan terjadi resonansi, sehingga timbul getaran,
tegangan dan defleksi yang besar.
2.5.1 Aturan utama perancangan poros
1) Untuk meminimalisasi defleksi dan tegangan, poros diusahakan
sependek mungkin dan meminimalisasi keadaan ‘overhang’,
2) Sebisa
mungkin
mengusahakan
menghindari
tumpuan
susunan
sederhana,
batang
kecuali
kantilever,
karena
dan
tuntutan
10
perancangan. Hal ini karena batang kantilever akan terdefleksi lebih
besar,
3) Poros berlubang mempunyai perbandingan kekakuan dengan massa
(kekakuan spesifik) lebih baik dan frekuensi pribadi lebih besar dari pada
poros pejal, tetapiharganya akan lebih mahal dan diameter akan lebih
besar,
4) Usahakan menghindarkan kenaikan tegangan pada lokasi momen
bending yangbesar jika memungkinkan dan meminimalisasi efeknya
dengan cara menambahkan fillet dan relief,
5) Jika tujuan utamanya adalah meminimalisasi defleksi, baja karbon
rendah baik untukdigunakan karena kekakuannya setinggi baja dengan
harga yang lebih murah danpada poros yang dirancang untuk defleksi,
tegangan yang terjadi cenderung kecil,
6) Defleksi pada roda gigi yang terpasang pada pada poros tidak boleh
melebihi 0.005 inch dan slope relatif antar sumbu roda gigi harus kurang
dari 0.03º.
7) Jika digunakan plain bearing, defleksi poros pada arah sepanjang
bantalan harus kurang dari tebal lapisan oli pada bantalan,
8) Jika digunakan non-self-alligning rolling element bearing, defleksi sudut
poros pada bantalan harus dijaga kurang dari 0.04º,
9) Jika terjadi gaya aksial, harus digunakan paling tidak sebuah thrust
bearing untuk setiap arah gayanya. Jangan membagi gaya aksial pada
beberapa thrust bearing karena ekspansi termal pada poros akan
mengakibatkan overload pada bantalan,
10) Frekuensi pribadi pertama poros minimal tiga kali frekuensi tertinggi
ketika gaya terbesar yang diharapkan terjadi pada saat operasi. Semakin
besar akan semakin baik, tetapi akan semakin sulit untuk dicapai.
2.5.2 Perhitungan Diameter Poros
Dalam perhitungan diameter poros ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
yakni faktor koreksi yang dianjurkan ASME dan juga dipakai disini. Faktor
11
koreksi akibat terjadinya tumbukan yang dinyatakan dengan Kt, jika beban
dikenakan beban secara halus, maka dipilih sebesar 1,0. Jika terjadi sedikit kejutan
atau tumbukan, maka dipilih sebesar 1,0-1,5. Jika beban dikenakan dengan
kejutan atau tumbukan besar, maka dipilih sebesar 1,5-3,0. Dalam hal ini harga
Kt diambil sebesar 3 karena cangkang terhisap langsung kedalam mesin fan
sehingga mendapatkan beban kejut atau tumbukan yang besar secara tiba-tiba.
Meskipun dalam perkiraan sementara ditetapkan bahwa beban hanya terdiri atas
momen puntir saja, perlu ditinjau pula apakah ada kemungkinan pemakaian
dengan beban lentur. Dimana untuk perkiraan sementara ditetapkan bahwa beban
hanya terjadi karena momen puntir saja dengan harga diantara 1,2-2,3 (jika
diperkirakan tidak akan terjadi pembebanan lentur maka Cb diambil 1,0), dalam
perencanaan diambil faktor koreksinya sebesar 1,2. Maka rumus untuk
merencanakan diameter poros ds diproleh:
Dimana:
ds = diameter poros yang direncanakan (mm)
σa= kekuatan tarik bahan (kg/mm2) aτ
Kt = faktor koreksi untuk kemungkinan terjadinya tumbukan
Cb = faktor koreksi untuk kemungkinan terjadinya beban lentur.
1) Pembebanan Tetap (Constant Loads)
Untuk menghitung diameter poros yang hanya terdapat momen puntir
saja (twisting momentonly) dapat diperoleh dari persamaan berikut:
12
Dimana:
T = Momen puntir pada poros
r = Jari – jari poros
J = Momen Inersia Polar
Selain dengan persamaan diatas, besarnya momen puntir pada poros
(twisting moment) juga dapat diperoleh dari hubungan persamaan dengan
variable-variable lainnya, misalnya:
a. Daya yang Ditransmisikan
Buka penggerak (belt drive): T = (T1 – T2) x R
Dimana:
T1 = Tarikan yang terjadi pada sisi kencang
T2 = Tarikan yang terjadi pada sisi kendor
R = Jari-jari pulley
Gambar 2.8 Poros Transmisi dengan Beban Puntir
13
b. Poros Yang Hanya Terdapat Momen Lentur Saja
Untuk menghitung diameter poros yang hanya terdapat momen
lentur saja (bending momently), dapat diperoleh dari persamaan
berikut:
Dimana:
M = Momen lentur pada poros
I = Momen Inersia
y = jari-jari poros
σ = Bending stress
Untuk poros yang berbentuk bulat padat besarnya momen Inersia
dirumuskan:
Dimana:
I = Momen Inersia
𝜋 = 3.14
d = diameter
c. Poros dengan Kombinasi Momen Lentur dan Momen Puntir
Jika pada poros tersebut terdapat kombinasi antara momen lentur dan
momen puntir maka perancangan poros harus didasarkan pada kedua
momen tersebut. Banyak teori telah diterapkan untuk menghitung
elastic failure dari material ketika dikenai momen lentur dan momen
puntir.
14
Gambar 2.9 Beban Puntir dan Lentur Saat Arbor Melakukan
Pemakanan
2) Pembebanan Berubah-Ubah (Fluctuating Loads)
Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan mengenai pembebanan
tetap (constant loads) yang terjadi pada poros. Dan pada kenyataannya
bahwa poros justru akan mengalami pembebanan puntir dan pembebanan
lentur yang berubah-ubah. Dengan mempertimbangkan jenis beban, sifat
beban, dll, yang terjadi pada poros maka ASME (American Society of
Mechanical Engineers) menganjurkan dalam perhitungan untuk
menentukan diameter poros yang dapat diterima (aman) perlu
memperhitungkan pengaruhkelelahan karena beban berulang.
Tabel 2.1 Jenis-Jenis Pembebanan
Km
Kt
a. Beban perlahan
1,0
1,0
b. Beban tiba-tiba
1,5 - 2,0
1,5 – 2,0
a. Beban perlahan ataupun tetap
1,5
1,0
b. Beban tiba-tiba kejutan ringan
1,5 – 2,0
1,5 – 2,0
c. Beban tiba-tiba kejutan berat
2,0 – 3,0
1,5 – 3,0
Jenis Pembebanan
1. Poros tetap
2. Poros yang berputar
15
2.5.3 Daya Poros
Di stasiun Kernel pada Pabrik Kelapa Sawit, poros Depericarper Fan akan
mendapatkan daya dari boiler. Daya tersebut akan ditransmisikan dari turbin ke
poros melalui V-Belt. Daya merupakan daya nominal output dari motor penggerak
dalam hal ini turbin uap. Daya yang besar mungkin diperlukan pada saat mulai
(start), atau mungkin beban yang besar terus bekerja setelah start. Dengan
demikian sering diperlukan koreksi pada daya rata-rata yang diperlukan dengan
menggunakan faktor koreksi pada perencanaan (Niemann 1986).
Ada beberapa jenis faktor koreksi sesuai dengan daya yang akan
ditransmisikan sesuai dengan tabel 2.2.
Tabel 2.2 Jenis-Jenis Faktor Koreksi Berdasarkan Daya yang
Ditransmisikan
Daya yang ditransmisikan
fc
Daya rata-rata yang diperlukan
1,2 – 2,0
Daya maksimum yang diperlukan
0,8 – 1,2
Daya normal
1,0 – 1,5
Dalam perhitungan poros ini diambil daya rata-rata sebagai daya rencana
dengan faktor koreksi sebesar fc = 2,0. Harga ini diambil dengan pertimbangan
bahwa daya yang direncanakan akan lebih besar dari daya maksimum sehingga
poros yang akan direncanakan semakin aman terhadap kegagalan akibat momen
puntir yang terlalu besar. Sehingga besar daya rencana Pd yaitu:
Dimana:
Pd = Daya Rencana (kW)
N = Daya Normal Keluaran Motor Penggerak (kW)
fc = Faktor Koreksi
16
Dengan adanya daya dan putaran, maka poros akan mendapat beban berupa
momen puntir. Oleh karena itu dalam penentuan ukuran-ukuran utama poros akan
dihitung
berdasarkan
beban
puntir
serta
kemungkinan-kemungkinan
kejutan/tumbukan dalam pembebanan, seperti pada saat motor mulai berjalan.
Besarnya momen puntir yang dikerjakan pada poros dapat dihitung:
Dimana:
T = Momen Puntir Rencana (kg.mm)
Pd = Daya Rencana (kW)
n = Putaran (rpm)
Bahan poros yang direncanakan adalah baja cor yaitu jenis baja karbon
tinggi dengan kadar C > 0,5 %. Baja karbon konstruksi mesin (disebut bahan SC) dihasilkan dari ingot yang dikil (baja yang dioksidasikan dengan ferrosilikon
dan dicor), kadar karbon terjamin. Jenis-jenis baja S-C beserta dengan kekuatan
tariknya dapat dilihat dari tabel 2.3
Tabel 2.3 Baja Karbon untuk Konstruksi Mesin dan Baja Batang yang Difinis
Dingin untuk Poros
Dalam perencanaan poros ini dipilih bahan jenis S30C yang dalam
perencanaannya diambil kekuatan tarik sebesar. Maka tegangan puntir izin dari
bahan dapat diperoleh dari rumus:
17
Dimana:
τa = Tegangan Geser Izin (kg/mm2)
σb = Kekuatan Tarik Bahan (kg/mm2)
Sf1 = Faktor Keamanan yang Bergantung Kepada Jenis Bahan.
Sf2 = Faktor Keamanan yang Bergantung Pada Bentuk Poros (harga 1,3-3,0)
Sesuai dengan standar ASME, batas kelelahan puntir adalah 18% dari
kekuatan tarik, dimana untuk harga ini faktor keamanan diambil sebesar =5,6.
Harga 5,6 diambil untuk bahan SF dan 6,0 untuk bahan S-C dengan pengaruh
massa dan baja paduan. Harga Sf1 diambil 6 karena dalam perencanaan pemilihan
bahan diambil jenis S30C. Sedangakan nilai Sf2, karena poros yang dirancang
merupakan poros bertingkat, sehingga dalam perencanaannya faktor keamanan
diambil 1,4. bσ10,18
2.5.4 Pemeriksaan Kekuatan Poros
Ukuran poros yang telah direncanakan harus diuji kekuatannya. Pengujian
dilakukan dilakukan dengan memeriksa tegangan geser yang terjadi (akibat
momen puntir) yang bekerja pada poros. Apabila tegangan geser ini melampaui
tegangan geser izin yang dapat ditahan oleh bahan maka poros mengalami
kegagalan. Besar tegangan geser akibat momen puntir yang bekerja pada poros
diperoleh dari:
Dimana:
τp = Tegangan Geser Akibat Momen Puntir (kg/mm2)
T = Momen Puntir yang Terjadi (Direncanakan) (kg.mm)
ds = Diameter Poros (mm)
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dijelaskan, maka kesimpulan dalam
penulisan makalah mengenai poros ini adalah sebagai berikut:
Poros adalah suatu bagian stasioner yang berputar, biasanya berpenampang
bulat dimana terpasang elemen-elemen seperti roda gigi (gear). Poros bisa
menerima beban lenturan, beban tarikan, beban tekan atau beban puntiran yang
bekerja sendiri-sendiri atau berupa gabungan satu dengan lainnya.Berfungsi untuk
meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran.
3.2
1.
Saran
Agar mahasiswa dapat mengetahui lebih banyak tentang poros, mahasiswa
dapat membaca buku atau artikel tentang poros.
2.
Dalam proses pembuatan poros mahasiswa harus mengetahui tahapantahapan cara pengerjaannya sehingga mendapatkan hasil yang baik.
18
DAFTAR PUSTAKA
[1]
Timings, R. L. (1998). Engineering materials.
[2]
Shigley, J. E., J. J. Uicker, J. H. Pérez and H. C. de Contín (1983). Teoría de
máquinas y mecanismos, McGraw-Hill México;.Timings, R. L. (1998).
Engineering materials.
[3]
Niemann, G. (1986). "Elemen Mesin Jilid 1 Disain dan Kalkulasi dari
Sambungan, Bantalan dan Poros." Jakarta: Penerbit Erlangga.
[4]
Sularso dan Kiyokatsu Suga. 2004. Design of Machine Elements. Jakarta: PT.
Pradnya Paramita.
Download
Study collections