Uploaded by resyaguesmel

Quiz HUKUM AGRARIA

advertisement
TUGAS MATA KULIAH HUKUM AGRARIA
TAHUN 2020/2021
DOSEN PEMBIMBING :
Desy Nurkristia Tejawati, S.H., M.Kn.
Nama : Resya Guesmel
Npm : 18300050
Kelas : B
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
13 April 2020
1. Pengertian agrarian dalam arti sempit dan arti luas
Pengertian agrarian berasal dari kata akker (Bahasa Belanda), Agros (Bahasa Yunani)
berarti tanah pertanian, agger berarti tanah/sebidang tanah, agrarius berarti
peladangan,persawahan,pertanian; Agrarian (Bahasa Inggris) berarti tanah untuk pertaian.
 Sempit : Hanyalah meliputi permukaan bumi yang disebut tanah.

Luas : Meliputi bumi,air,ruang angkasa dan kekayaan alam yang terkandung
didalamnya.
2. Ruang lingkup agraria
Meliputi bumi, air,ruang angkasa dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya
(BARAKA).
A.P parlindungan menyatakan : “pengertian agrarian memiliki Ruang Lingkup yaitu
dalam arti sempit bisa berwujud hak-hak atas tanah, ataupun pertanian saja”
Ruang lingkup agrarian menurut UUPA adalah ruang lingkup sumber daya agraria/
sumber daya alam menurut Ketetapan MPR RI No. IX/MPR/2001 tentang Pembaharuan
Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam.
 Bumi : menurut Pasal 1 ayat (4) UUPA adalah permukaan bumi, termasuk pula
tubuh bumi di bawahnya serta yang berada dibawah air. Permukaan bumi
menurut Pasal 4 ayat (1) UUPA adalah tanah.
 Air : menurut Pasal 1 ayat (5) UUPA adalah air yang berada di perairan
pedalaman maupun air yang berada diaut wilayah Indonesia. Dalam pasal 1
angka 3 Undang-Undang No. 11 Tahun 1974 tentang pengairan, disebutkan
bahwa pengertian air meliputi air yang terdapat di dalam dan/atau berasal dari
sumber-sumber air, baik yang terdapat diatas maupun dibawah permukaan
tanah,tetapi tidak meliputi air yang terdapat di laut.
 Ruang Angkasa : menurut Pasal 1 ayat (6) UUPA adalah ruang diatas bumi
wilayah Indonesia dan ruang diatas air wilayah Indonesia. Pengertian ruang
angkasa menurut Pasal 48 UUPA, ruang diatas bumi dan air yang mengandung
tenaga dan unsur-unsur yang dapat digunakann untuk usaha-usaha memelihara
dan memperkembangkan kesuburan bumi,air,serta kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dan hal-hal lain yang bersangkutan dengan itu.
 Kekayaan alam yang terkandung didalamnya :
Kekayaan alam yang terkandung di dalam bumi disebut bahan, yaitu unsurunsur kimia,mineral-mineral,bijih-bijih, dan segala macam batuan, termasuk
batuan-batuan mulia yang merupakan endapan-endapan alam ( UU No. 11 Tahun
1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan)
Kekayaan alam yang terkandung di air adalah ikan dan lain-lain kekayaan
alam yang berada di dalam perairan pedalaman dan laut wilayah Indonesia (UU
No. 9 Tahun 1985 tentang Perikanan)
3. Dasar Hukum Agraria
a. Sumber Hukum Tertulis
1) UUD ’45 (Undang-Undang Dasar 1945) yang termuat di Pasal yang ke 33 ayat 3.
2) UU (Undang- Undang) Nomer 5 pada Tahun 1960 mengenai Peraturan Dasar
Pokok Agraria. Sumber yang kedua ini juga disingkat sebagai UUPA (UndangUndang Pokok Agraria).
3) Peraturan tentang pelaksanaan Undang-Undang Pokok Agraria.
4) Peraturan bukan pelaksanaan Undang-Undang Pokok Agraria yang telah
dikeluarkan pada tanggal 24 September tahun 1960 disebabkan oleh sebuah
masalah yang harus diatur. Masalah tersebut dicontohkan seperti UU 51/Prp/1960
mengenai Larangan Pemakaian Tanah yang Tak Mendapat Izin Oleh Pemiliknya
atau Kuasanya.
5) Peraturan Lama yang sementara waktu masih berlaku dan sesuai dengan
ketentuan-ketentuan pada pasal-pasal peralihan. Mengapa peraturan lama masih
diberlakukan? Tujuan utama dari diberlakukannya peraturan lama adalah guna
mengisi kekosongan peraturan di masa transisi antara peraturan lama dan
dibuatnya peraturan yang baru. Adapun pasal yang mengatur tentang adanya
peraturan lama adalah :
 Pasal 56 UUPA. Pasal ini memberlakukan ketentuan adat masyarkat di
sebuah wilayah tertentu dan juga peraturan lain tentang hak milik atas tanah.
Hal ini seperti yang telah disebutkan pada Pasal 20 UUPA tentang hak milik.
Ketentuan tersebut masih berlaku sebelum adanya UU yang mengatur tentang
hak milik.
 Pasal 57 UUPA. Pasal ini memberlakukan ketentuan tentang hipotik yang
terdapat pada KUH Perdata dan juga Credietverband. Kedua ketentuan itu
masih tetap berlaku sebelum adanya UU yang mengatur tentang hak
tanggungan.
 Pasal 58 UUPA. Pasal ini memberlakukan peraturan lain tentang bumi serta
air dan sumber daya alam yang ada di dalamnya dan juga hak kepemilikan
tanah selama tak bertentangan dengan UUPA. Peraturan tersebut masih tetap
berlaku sebelum peraturan pelaksanaan UUPA belum dibentuk.
b. Sumber Hukum Agraria Yang Tak Tertulis
1) Hukum adat yang seirama dan sesuai dengan ketentuan yang ada di Pasal 5
UUPA, yakni:
 Tak bertentangan dengan kepentingan negara dan kepentingan nasional
 Berasaskan peraturan bangsa
 Beraraskan sosialisme Indonesia
 Berdasarkan pada peraturan yang telah tercantum dalam UUPA serta
peraturan perundang-undangan yang lain
 Mengindahkan unsur yang bersandar di hukum agama
2) Hukum kebiasaan yang muncul setelah berlakunya UUPA yakni praktik
administrasi dan yurisprudensi dan praktik administrasi.
4. Hukum agraria secara perdata dan hukum agraria seara administratif.
1) Hukum Agraria Perdata:
Adalah keseluruhan dari ketentuan hukum yang bersumber pada hak
perseorangan dan badan hukum yang memperbolehkan, mewajibkan, melarang
diperlakukan perbuatan hukum yang berhubungan dengan tanah (objeknya).
2) Hukum Agraria Administrasi:
Adalah keseluruhan dari ketentuan hukum yang memberi wewenang kepada
pejabat dalam menjalankan praktek hukum negara dan mengambil tindakan dari
masalah-masalah agrarian yang timbul.
5. Hukum agraria bersumber dari hukum barat, adat dan hukum nasional
1) Hukum Agraria Barat, yaitu keseluruhan dari kaidah-kaidah Hukum Agraria yang
bersumber pada Hukum Perdata Barat, khususnya yang bersumber pada
Burgerlijk Wetboek (BW).
Hukum Agraria ini terdapat pada Burgelijk Wetboek (BW) (bersifat ekstern),
yang memberikan pengaturan bagi sebagian kecil tanah tetapi bernilai tinggi.
Hukum Agraria ini diberlakukan atas dasar konkordansi. Misalnya tanah Hak
Eigendom, Hak Opstal, Hak Erfpacht, Rechts van Gebruik.
2) Hukum Agraria Adat, yaitu keseluruhan dari kaidah-kaidah Hukum Agraria yang
bersumber pada Hukum Adat dan berlaku terhadap tanah-tanah yang dipunyai
dengan hak-hak atas tanah yang diatur oleh Hukum Adat, yang selanjutnya sering
disebut tanah adat atau tanah Indonesia.
3) Hukum Agraria Nasional, Keseluruhan dari kaidah-kaidah bersumber dari pasal II
Aturan Peralihan Undang-Undang Dasar 1945 selama belum diadakan yang baru.
Setelah Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar PokokPokok Agraria berlaku Pasal II Aturan Peralihan sudah tidak berlaku lagi.
6. Dasar-dasar hukum agraria nasional
a. DASAR KENASIONALAN/NASIONALITAS
 Pasal 1 ayat (1)UUPA “seluruh wilayah Indonesia adalah kesatuan tanah air dr
seluruh rakyat Indonesia yang bersatu sebagai bangsa Indonesia”
 Pasal 1 ayat (2) UUPA “seluruh bumi, air dan ruang angkasa termasuk kekayaan
alam yang terkandung di dalamnya dalam wilayah RI sebagai karunia Tuhan
YME adalah bumi, air dan ruang angkasa bangsa Indonesia dan merupakan
kekayaan Nasional”
 Hubungan antar bangsa Indonesia dengan bumi,air dan ruang angkasa adalah
hubungan yang bersifat abadi Artinya : bahwa selama rakyat Indonesia yang
bersatu sebagai bangsa Indonesia masih ada dan selama bumi, air dan ruang
angkasa Indonesia masih ada, dalam keadaan bagaimanapun tidak ada sesuatu
kekuasaan yang akan memutuskan hubungan tersebut.
 Hubungan antara bangsa Indonesia dengan bumi, air dan ruang angkasa semacam
hubungan hak ulayat yang diangkat pada tingkatan yang paling atas yaitu meliputi
seluruh wilayah negara.
b. ASAS DOMEIN TIDAK DIPERGUNAKAN LAGI DALAM HUKUM
AGRARIA NASIONAL
 Dasar : Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 “Bumi,air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya (yang penguasaannya ditugaskan kepada) Negara
Republik Indonesia, harus dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
 Dijabarkan dalam pasal 2 UUPA, khususnya ayat (2)
c. HAK MENGUASAI DARI NEGARA
Yang dimaksud dengan Hak Menguasai dari Negara untuk :
1. Mengatur, menyelenggarakan peruntukkan penggunaan, persediaan dan
pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa ;
2. Menentukan dan mengatur hubungan hukum antara orang dengan bumi, air, dan
ruang angkasa ;
3. Menentukan dan mengatur hubungan hukum antara orang dan perbuatan hukum
yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa
d. MENGHORMATI DAN MENGAKUI ADANYA HAK ULAYAT
 Pasal 3 UUPA : pelaksanaan hak ulayat dan hak yang serupa dari masyarakat
hukum adat, sepanjang menurut kenyataannya masih ada harus sedemikian rupa
sehingga sesuai dengan kepentingan nasional dan Negara yang berdasarkan atas
persatuan bangsa serta tidak boleh bertentangan dengan Undang-undang dan
peraturan yang lebih tinggi.
 UUPA mengakui eksistensi “Hak Ulayat”
 SYARAT PENGAKUAN HAK ULAYAT :
1. Syarat oengakuan terhadap hak ulayat :
2. Sepanjang menurut kenyataannya masih ada ;
3. Tidak bertentangan dengan kepentingan nasional ;
4. Tidak bertentangan dengan undang-undang dan peraturan perundanganundangan yang lebih tinggi.
e. SEMUA HAK ATAS TANAH MEMPUNYAI FUNGSI SOSIAL
 Artinya : hak atas tanah apapun yang ada pada seseorang, tidak dapat dibenarkan
bahwa tanahnya akan dipergunakan/tidak dipergunakan semata-mata untuk
kepentingan pribadinya, apalagi bila hal tersebut menimbulkan kerugian bagi
masyarakat ;
 Penggunaan tanah harus sesuai dengan keadaan dan sifat dari haknya, sehingga
bermanfaat bagi kesejahteraan dan kebahagiaan yang mempunyai maupun
bermanfaat bagi masyarakat dan negara
 Ketentuan itu tidak berarti kepentingan perorangan akan terdesak oleh
kepentingan umum ;
 Kewajiban tersebut tidak hanya dibebankan pada pemegang hak yang
bersangkutan, tetapi juga setiap orang/Badan Hukum atau instansi yang
mempunyai hubungan hukum dengan tanah tersebut (Paal 15 UUPA)
f. HANYA WNI YANG DAPAT MEMPUNYAI HAK MILIK



Badan Hukum ?
Pada dasarnya tidak boleh mempunyai tanah dengan
status Hak Milik tetapi mengingat akan keperluan masyarakat yang erat
hubungannya dengan paham keagamaan , hubungan perekonomian daan sosial
maka diberikan “escape clause” yang memungkinkan Badan Hukum mempunyai
tanah dengan status “HAK MILIK”
PP NO.38 Tahun 1963
UUPA tidak membedakan antara laki-laki dan wanita dalam hal memperoleh hak
atas tanah dan mendaapatkan manfaat serta hasil tanah tersebut (Pasal 9 UUPA)
g. TANAH PERTANIAN HARUS DIKERJAKAN AKTIF OLEH PEMILIKNYA
 Pasal 10 UUPA
 Pasal 17 UUPA : perlu adanya ketentuan batas maksimum pemilikan tanah
sehingga dicegah tertumpuknya tanah pada golongan tertentu saja
h. PERENCANAAN (PLANNING)
 Peruntukkan, penggunaan daan persediaan bumi, air dan ruang angkasa ;
 National planning (rencana umum) ;
 Regional planning (rencana khusus setiap daerah);
 Pasal 14 UUPA : Pemerintah membuat rencana umum mengenai persediaan,
peruntukkan dan penggunaan BARAKA :
1. Untuk keperluan negara ;
2. Untuk keperluan peribadatan dan keperluan lainnya yang sesuai dengan dasar
Ketuhanan YME ;
3. Untuk keperluan perkembangan produksi pertanian, peternakan dan
perikanan serta sejalan dengan itu ;
4. Untuk keperluan perkembangan industri, transmigrasi dan pertambangan.
7. Hak milik atas tanah

DEFINISI HAK MILIK
a) Menurut Pasal 20 UUPA Hak milik adalah hak turun temurun, terkuat dan
terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah. Hak milik dapat beralih dan
dialihkan kepada pihak lain.
b) Menurut Pasal 570 KUHPerdata : Hak milik adalah hak untuk menikmati
kegunaan sesuatu kebendaan dengan leluasa dan untuk berbuat bebas terhadap
kebendaan itu dengan kedaulatan sepenuhnya
Hak Milik adalah hak atas tanah yang turun temurun, terkuat dan
terpenuh. Kata “terkuat” dan “terpenuh” tidak berarti bahwa hak milik itu
merupakan hak yang mutlak,tidak dapat diganggu gugat dan tidak terbatas seperti
Hak Eigendom, akan tetapi kata terkuat dan terpenuh itu dimaksudkan untuk
membedakan dengan hak-hak lainnya, yaitu untuk menunjukkan bahwa diantara
hak-hak atas tanah maka Hak Milik yang terkuat dan terpenuh.

SIFAT HAK MILIK
1. Merupakan hak yang tekuat, artinya Hak Milik tidak mudah hapus dan musnah
serta mudah dipertahankan terhadap hak pihak lain, oleh karena itu harus
didaftarkan menurut PP No. 24/1997.
2. Terpenuh, ini menandakan kewenangan pemegang hak milik itu paling penuh
dengan dibatasi ketentuan pasal 6 UUPA tentung fungsi sosial tanah.
3. Turun temurun, berarti jangka waktunya tidak terbatas, dapat beralih karena
perbuatan hukum dan peristiwa hukum. Hak Milik adalah hak atas tanah, karena
itu tidak meliputi pemilikan kekayaan alam yang terkandung dalam tubuh bumi
dan yang ada di bawah/di dalamnya.

SUBYEK PEMEGANG HAK MILIK ATAS TANAH
1) Menganut asas kewarganegaraan dan asas persamarataan bagi pria dan wanita
(pasal 9 UUPA);
2) Asas umum: Perorangan (pasal 20 ayat 1 UUPA);
3) Warganegara Indonesia merupakan pelaksana asas kebang- saaan sebagai salah
satu dasar UUPA (pasal 21 ayat 1 UUPA);
4) WNI Tunggal (asas khusus). UUPA memandang seorang yang mempunyai 2
kewarganegaraan (dwikewarganegaraan/bipatride) sebagai orang asing (pasal 21
ayat 4 UUPA), karena pada saat lahirnya UUPA masih dikenal dwikewarganegaraan.
5) Badan-badan Hukum tertentu (pasal 21 ayat 2 UUPA) yang berdasarkan PP
38/1963 dapat mempunyai Hak Milik,
yaitu: a. Bank-bank Pemerintah;
b. Badan-badan Koperasi Pertanian;
c. Badan-badan Sosial;
d. Badan-badan Keagamaan.

HAK ATAS TANAH WAJIB DIDAFTARKAN
Tanah Wajib didaftarkan Hak milik atas tanah, demikian pula setiap peralihan,
pembebanan dengan hak-hak lain, dan hapusnya hak milik atas tanah harus
didaftarkan ke kantor pertanahan kabupatentkota setempat. Pendaftaran ini
merupakan alat bukti yang kuat. (UUPA Pasal 23).
Download