ILMU PENYAKIT DALAM VETERINER I ( HEWAN BESAR ) PENYAKIT SISTEM PERKEMIHAN DEPARTEMEN KLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 2020 PENYAKIT SISTEM PERKEMIHAN Pada ternak penyakit-penyakit pada kandung kemih dan uretra lebih sering dijumpai daripada penyakit-penyakit pada ginjal. Manifestasi utama dari penyakit pada saluran perkemihan adalah : kandungan abnormal dalam urin; abnormalitas volume urin; nyeri dan disuria; ruptura pelvis renalis, kandung kemih dan uretra; serta gangguan kontrol syaraf dari kandung kemih. Kandungan Abnormal Dalam Urin 1. Proteinuria Protein dalam urin berasal dari plasma darah karena kerusakan kapiler glomerulus dan dari degenerasi sel-sel tubulus serta nekrosis korteks akut. Proteinuria dijumpai pada anak sapi normal sampai umur 40 jam yang diberi kolustrum. Proteinuria atau albuminuria secara patologis dijumpai pada : a. Congestive heart failure b. Glomerulonefritis c. Infark ginjal d. Nefrosis e. Amiloidosis 2. Torak dan sel-sel Torak (cast) dalam urin merupakan tanda dari terdapatnya keradangan atau perubahan degeneratif pada ginjal. Sel-sel berupa eritrosit, lekosit, dan sel-sel epitel dapat berasal dari seluruh saluran perkemihan. 3. Hematuria Hematuria bisa terjadi karena kausa prerenal, renal maupun pasca renal. Darah dalam urin yang berasal dari ginjal pada umumnya tercampur merata di dalam urin. Bila berasal dari kandung kemih, konsentrasi darah terbanyak terdapat pada bagian terakhir, sedangkan darah dari lesi pada uretra terbanyak terdapat pada bagian pertama dari saluran urin. 4. Hemoglobinuria Hemoglobinuria berasal dari hemolisis intravaskuler (pada anemia hemolitik). Pada urin yang asam, hemoglobin mengadakan presipitasi sehingga terbentuk torak dalam tubuli, yang dapat menyumbat tubuli. 5. Mioglobinuria Mioglobinuria terjadi bila ada distrofia otot yang berat, yaitu pada azoturia pada kuda. 6. Piuria Pus dalam urin merupakan indikasi adanya keradangan eksudatif pada saluran perkemihan. Pada umumnya piuria disertai dengan bakteriuria. 7. Kristaluria Kristaluria pada herbivora tidak berarti, kecuali bila terdapat dalam jumlah yang sangat banyak sehingga menimbulkan tanda-tanda klinis karena iritasi saluran perkemihan. Kristal yang terbanyak terdapat adalah kalsium karbonat dan tripel fosfat. 8. Glikosuria dan ketonuria Jarang tedapat. Glikosuria bersamaan dengan ketonuria terdapat pada diabetes melitus, suatu penyakit yang jarang ditemui pada hewan besar. Ketonuria terdapat pada kelaparan, asetonemia pada sapi, dan toksemia graviditas pada domba dan sapi. Glikosuria bisa terdapat pada enterotoksemia yang disebabkan oleh Clostridium perfringens tipe D, atau setelah pemberian dekstrose parenteral, hormon-hormon adrenokortikotropik atau kortison. 9. Indikanuria Indikan (potasium indoksil sulfonat) adalah produk detoksifikasi indol. Indikanuria terjadi bila karena suatu sebab ingesta tinggal lebih lama dalam saluran pencernaan sehingga absorpsinya meningkat. 10. Kreatinuria Pada distrofi otot dimana terdapat pemecahan otot secara endogen berlebihan, terjadi peningkatan kreatinin dalam urin. Tetapi pada domba, sapi, dan babi normal bisa juga dijumpai kreatinuria. Variasi Pengeluaran Urin Setiap Hari 1. Poliuria Poliuria terjadi akibat : a. Pemasukan air yang berlebihan atau kekurangan NaCl dalam dietnya b. Penurunan reabsorpsi tubuli, yaitu karena : - defisiensi ADH (pada diabetes insipidus) - kapasitas resorpsi epitel tubuli menurun sehingga terjadi peningkatan solut dalam filtrat glomerulus, yaitu karena osmotik diuresis : pemberian diuretika atau kelebihan ekskresi urea atau glukosa - kerusakan tubuli : pada nefrosis dan nefritis. Disini juga terdapat isostenuria (ginjal tidak mampu mengubah konsentrasi urin meskipun pemasukan cairan menurun). 2. Oliguria dan anuria Oligouria da anuria terjadi pada : - obstruksi uretra - nekrosis tubuli akut misalnya akibat keracunan merkuri - stadium terminal dari nefritis - dehidrasi Rasa Sakit Dan Disuria Nyeri abdomen akut kadang-kadang terdapat pada pielonefritis akibat infark ginjal atau obstruksi pelvis renalis oleh reruntuhan nekrotik. Nyeri subakut dijumapi pada obstruksi uretra dan distensi kandung kemih. Disuria terdapat pada sistitis, kalkuli dalam kandung kemih, dan uretritis. Uremia Uremia terjadi pada stadium akhir dari insufisiensii ginjal (kegagalan ginjal). Tandatanda klinis dari uremia bervariasi. Bisa terdapat : - anuria atau oligouria. Pada penyakit ginjal khronis terdapat poliuria dengan oligouria pada stadium terminal - depresi - kelemahan dan tremor otot - respirasi dalam dengan frekwensi yang meningkat - anoreksia - kondisi tubuh menurun karena proteinuria yang khronis, dan juga karena dehidrasi dan menurunnya nafsu makan - frekwensi denyut jantung meningkat karena dehidrasi pada stadium terminal - temperatur pada umumnya normal kecuali bila ada infeksi - nafas bisa berbau amoniak PEMERIKSAAN SISTEM PERKEMIHAN Pemeriksaan sistem perkemihan : 1. Pada kuda dan sapi harus dilakukan eksplorasi rektal 2. Kateterisasi (kecuali domba jantan dan babi jantan, yang tidak bisa dimasuki kateter) 3. Urinalisis 4. Uji fungsi ginjal tidak banyak dilakukan karena jarang terjadi penyakit ginjal pada hewan besar. Pada eksplorasi rektal pada sapi dan kuda bisa diraba seluruh atau sebagian dari ginjal kiri. Ginjal membesar pada pielonefritis, hidronefritis, dan amiloidosis. Pada pielonefritis terdapat rasa nyeri bila ginjal ditekan. Ureter ynag normal dan kandung kemih yang kosong tidak dapat dipalpasi. Distensi kandung kemih atau sistitis khronis dengan penebalan dinding bisa diraba pada bagian anterior dari rongga pelvis. Ureter yang menebal dan distensi seperti pada pielonefritis, dapat dipalpasi diantara ginjal dan kandung kemih. Rasa nyeri dengan kontraksi spasmodik pada penis yang terjadi pada palpasi uretra terdapat pada obstruksi uretra, sistitis, dan uretritis. PRINSIP-PRINSIP TERAPI PENYAKIT SISTEM PERKEMIHAN Prinsip-prinsip terapi penyakit sistem perkemihan meliputi : 1. Mengobati penyakit primer Misalnya dengan mengobati keradangan atau infeksi, dehidrasi, anemia hemoragik dan shock untuk mencegah iskemia ginjal dan terjadinya kegagalan ginjal 2. Memberikan terapi suportif : cairan, sodium, dan kalsium parenteral Dialisis peritoneal tidak dijalankan pada hewan besar, demikian juga pemakaian diuretika. Pada uremia khronis sudah terdapat diuresis solut dan bila diuresis ditingkatkan dapat terjadi diuresis. Pada uremia akut kerusakan adalah pada filtrasi glomerulus yang tidak dapat diperbaiki dengan pemberian diuretika. Pada stadium terminal dari uremia khronis pemberian diuretika tidak dapat mengubah perjalanan penyakit karena sudah terlalu banyak nefron yang rusak. PENYAKIT-PENYAKIT PADA GINJAL 1. Iskemia Ginjal Etiologi Iskemia ginjal pada umumnya merupakan akibat dari kegagalan sirkulasi umum. Terjadi oliguria yang bisa diikuti dengan anuria dan uremia bila tidak diobati. Iskemia akut terjadi karena : a. gangguan sirkulasi umum seperti shock, dehidrasi, anemia hemoragik akut dan kegagalan jantung akut b. embolisme arteri ginjal, bisa terdapat pada kuda Iskemia ginjal khronis terjadi pada gangguan sirkulasi khronis misalnya pada CHF (Congestive Heart Failure). Patogenesa Iskemia akut menyebabkan penurunan mendadak pada filtrasi glomerulus dan peningkatan metabolit tertentu dalam darah (misalnya ureum, sehingga disebut uremia prerenal), dan penurunan produksi urin. Bila iskemia terjadi untuk waktu lama, bisa terjadi lesi degeneratif karena anoksia pada parenkim ginjal, sehingga penurunan filtrasi glomerulus itu menjadi irreversibel. Tanda-tanda klinis Tanda-tanda iskemia ginjal berupa oliguria dan asotemia, tetapi pada umumnya tertutup oleh tanda-tanda klinis dari penyakit primer. Diagnosa Diagnosa terhadap iskemia ginjal ditentukan dari tanda-tanda klinis (oliguria dan asotemia) yang disertai dengan kegagalan sirkulasi. Diagnosa Banding Stadium awal yang masih reversibel dari iskemia ginjal harus dibedakan dari penyakit ginjal primer dengan urinalisis. Pada iskemia awal tidak ada proteinuria dan sedimen. Bila iskemia sudah irreversibel tidak bisa dibedakan dengan glomerulonefritis atau nefrosis. Terapi Gangguan sirkulasi harus diperbaiki seawal mungkin. Bila sudah terjadi kerusakan pada ginjal, diberikan terapi suportif seperti terhadap kegagalan ginjal. 2. Glomerulonefritis Glomerulonefritis primer jarang dijumpai pada hewan besar. Pada umumnya glomerulonefritis terjadi secara sekunder, misalnya pada Equine infectious anemia dan Chronic swine fever. Pada anak domba jenis Finnish Landrace bisa terdapat glomerulonefritis yang menyerupai glomerulonefritis pada manusia (yang terjadi akibat hipersensitivitas terhadap protein streptokokus). Anak-anak domba yang menyusu pada induknya mengabsorbsi suatu bahan dalam kolustrum yang menimbulkan respon imun dan terdapatnya kompleks imun dalam dinding kapiler glomeruli, sehingga menimbulkan glomerulitis yang fatal. Kadang-kadang anak-anak domba itu asimptomatis dan ditemukan mati mendadak. Ada yang menunjukkan tanda-tanda : takhikardia, edema konjungtiva, nistagmus, berjalan berputar, dan konvulsi. Pada pemeriksaan laboratoris terdapat proteinuria, hipoalbuminemia, peningkatan BUN (> 100 mg%), hiperfosfatemia, dan hipokalsemia. 3. Nefrosis Pada nefrosis terdapat lesi-lesi degeneratif dan inflamatorik pada tubuli ginjal. Uremia terjadi secara akut atau sebagai stadium terminal setelah penyakit khronis yang ditandai dengan poliuria, dehidrasi, dan penurunan berat badan. Etiologi Nefrosis pada umumnya disebabkan oleh toksin dengan pengaruh perubahan – perubahan hemodinamik (misalnya dehidrasi, iskemia ginjal, atau hemoglobinuria). Toksin-toksin tersebut antara lain : - merkuri (Hg), arsen (As), kadmium (Cd), selenium (Se), senyawa organik kuprum (Cu) - oksalat dalam tumbuh-tumbuhan, fungi, atau propilen glikol - beberapa antelmintika dari golongan bensimidasol, misalnya tiabendasol - toksin dalam Amaranthus retroflexus pada babi dan sapi - Chlorinated naphthalene - sulfonamid yang diberikan dalam dosis berlebihan - toksemia endogen atau eksogen non spesifik Patogenesa Pada nefrosis akut ada obstruksi dari aliran filtrat glomerulus melalui tubuli sehingga terjadi oliguria dan uremia. Pada nefrosis khronis ada gangguan resorbsi solut dan cairan di tubuli dengan akibat poliuria. Tanda-tanda klinis Tanda-tanda klinis biasanya sering tertutup oleh tanda-tanda penyakit primer. Pada nefrosis akut terdapat : - oliguria - proteinuria - tanda-tranda uremia pada stadium terminal Pada nefrosis khronis terdapat poliuria, tetapi bila kerusakan sekunder pada glomerulus menghambat filtrasi glomerulus, maka terjadi oliguria. Patologi Klinik Pada nefrosis akut dijumpai : - proteinuria - peningkatan B.J. urin - peningkatan BUN - peningkatan enzim-enzim dalam darah antara lain : leusin aminopeptidase, SGOT, LDH, Isositrik dehidrogenase Pada nefrosis khronis : B.J. urin rendah dengan/tanpa proteinuria. Azotemia baru terjadi pada stadium terminal. Diagnosa Penyakit ini sulit dibedakan dari glomerulonefritis. Adanya poliuria dengan glikosuria pada hewan besar pada umumnya disebabkan oleh nefrosis, dengan (penyakit – penyakit diabetes melitus dan Cushing’s syndrome sebagai diagnosa banding), yang jarang terdapat. Terapi a. Ditujukan terhadap penyakit primer b. Terapi suportif pada waktu uremia akut 4. Nefritis interstisial Nefritis interstisial yang difus terjadi karena infeksi Leptospira spp. Pada stadium akut terjadi degenerasi tubulus dan jarang terjadi uremia yang fatal. Pada stadium khronis jaringan parenkim ginjal digantikan oleh jaringan parut dengan menyebabkan kerusakan yang hampir total pada tubuli, dengan akibat kematian karena uremia. Tanda-tanda klinis - poliuria B.J. urin rendah isostenuria uremia terminal 5. Nefritis embolik Etiologi Nefritis embolik supuratif atau abses ginjal terjadi akibat septikemia atau bakteremia dimana bakteri tersangkut pada jaringan ginjal. Emboli dapat berasal dari : a. Endokarditis valvularis pada semua spesies b. Lesi supuratif karena uterus, ambing, umbilikus dan rongga peritoneal pada sapi c. Infeksi sistemik , misalnya oleh : - Shigellosis pada anak kuda - Erisipelas pada babi - Strangles septikemik pada kuda Patogenesis Lokalisasi sel bakteri atau gumpalan sel-sel bakteri dalam jaringan ginjal menyebabkan lesi embolik supuratif. Emboli yang menyumbat pembuluh darah yang lebih besar daripada kapiler menyebabkan infark, dimana sebagian dari ginjal mengalami iskemia akut. Pada umumnya bagian yang mengalami infark tidak begitu luas dan dikompensasi oleh bagian ginjal yang normal, sehingga tidak menunjukkan gejala-gejala klinis. Perluasan dari lesi embolik fokal menimbulkan toksemia dan lambat laun fungsi ginjal menurun. Tanda-tanda klinis hanya terjadi bila emboli itu banyak atau pada satu atau beberapa infark besar yang terinfeksi, sehingga merusak banyak jaringan parenkim ginjal. Tanda-tanda klinis Pada umumnya tidak terdapat tanda-tanda disfungsi, tetapi terlihat tanda-tanda toksemia dan tanda-tanda dari penyakit primer. Adanya infark ginjal diketahui dari terdapatnya protein, eritrosit, dan torak secara mendadak dalam urin, tanpa ada tanda-tanda lain dari penyakit ginjal. Bila dilakukan kultur urin dapat diketahui bakteri yang menginfeksi embolus. Pada pemeriksaan rektal dapat dipalpasi pembesaran ginjal. Perluasan infark supuratif yang besar dengan penyebaran emboli berulang-ulang mengakibatkan uremia yang fatal. Infark yang besar bisa menyebabkan serangan-serangan kolik spasmodik. Diagnosa dan Diagnosa Banding Tanda-tanda pembesaran ginjal dan kelainan urinalisis sulit dibedakan dari pielonefritis. Terapi a. Pemberian antibiotika sesuai dengan hasil uji kepekaan, selama7 – 10 hari b. Pemberian enzim-enzim parenteral c. Mengobati penyakit primer 6. Pielonefritis Etiologi Pielonefritis dapat terjadi : a. Secara sekunder karena infeksi bakteri asendens dari saluran perkemihan bawah. b. Penyebaran hematologis dari nefritis embolik, misalnya pada septikemia akibat Pseudomonas aeruginosa pada sapi. c. Pielonefritis spesifik yang disebabkan oleh : - Corynebacterium renale pada sapi - Corynebacterium suis pada babi Patogenesa Pielonefritis terjadi bila ada infeksi pada saluran perkemihan bawah dan stagnasi urin sehingga infeksi naik ke atas. Stasis urin dapat disebabkan oleh : - Infeksi bakteri dengan penyumbatan ureter oleh pembengkakan keradangan atau oleh sel-sel yang mati. - Tekanan uterus pada hewan betina yang bunting - Urolitiasis obstruktif Bila kedua ginjal terkena dapat terjadi uremia dengan toksemia dan febris. Tanda-tanda klinis. Secara umum Pielonefritis ditandai dengan piuria, hematuria, nefritis supuratif, sistitis, dan ureteritis. Tanda-tanda klinis tergantung spesies. Pada pemeriksaan mikroskopis dari sedimen dalam urin ditemukan eritrosit, lekosit dan sel-sel epitel. Diperlukan kultur urin untuk menentukan bakteri kausal. Diagnosa dan Diagnosa banding Diagnosa ditentukan berdasarkan : a. Tanda-tanda klinis : piuria dan hematuria. Dalam hal ini sulit dibedakandari sistitis dan nefritis embolik b. Pemeriksaan rektal : terhadap pembesaran ginjal dan rasa nyeri pada palpasi c. Pemeriksaan pasca mati Terapi : lihat nefritis embolik supuratif 7. Contagious Bovine Pyelonephritis Contagious Bovine Pyelonephritis disebabkan oleh C. renale yang terutama menyerang sapi, tetapi kadang-kadang juga domba. Infeksi terjadi secara asendens dari kandung kemih ke ureter dari ginjal. Penularan terjadi dari hewan-hewan karier sebagai sumber penularan dengan cara kontak langsung/tidak langsung, yaitu melalui kopulasi atau melalui alat-alat untuk membersihkan hewan. Tanda-tanda klinis : Terdapat : - tanda awal berupa hematuria atau kolik (akibat obstruksi ureter atau kaliks renalis). temperatur berfluktuasi, nafsu makan tidak menentu, kondisi tubuh menurun, produksi menurun yang terjadi selama beberapa minggu adanya darah, pus, mukus, reruntuhan sel, terutama dalam bagian urin yang terakhir frekwensi urinasi meningkat dan bisa terdapat rasa sakit pada waktu urinasi pada penyakit yang sudah agak lanjut terdapat penebalan dinding kandung kemih dan pembesaran satu atau dua ureter dan ginjal tanda-tanda uremia pada stadium terminal Diagnosa ditentukan dari: - tanda-tanda klinis pemeriksaan rektal adanya bakteri C. renale dalam urin Terapi : Terapi dapat diberikan Penisilin 15.000 IU/kgBB/hari selama 10 hari Prognosa : makin cepat diketahui prognosa makin baik, karena kerusakan jaringan belum banyak. 8. Hidronefrosis Pada hidronefrosis terdapat pengumpulan urin pada pelvis renalis karena obstruksi pengaliran urin, sehingga terbentuk kista yang makin membesar yang menyebabkan atrofi ginjal. Pada umumnya hidronefrosis ini unilateral dan tidak menimbulkan tandatanda klinis. Obstruksi disebabkan oleh : - urolit (pada ureter atau uretral) - anomali kongenital pada ureter - kompresi oleh tumor 9. Neoplasia ginjal Pada umumnya metastatik. Terdapat pembesaran ginjal, tetapi jarang menyebabkan tanda klinis. PENYAKIT-PENYAKIT PADA KANDUNG KEMIH, URETER DAN URETRA 1. Sistitis Etiologi. Sistitis terjadi : a. karena infeksi bakteri (terutama kuman E. coli) yang mengikuti trauma pada kandung kemih atau stagnasi urin, yaitu akibat : - kalkuli dalam kandung kemih - distokia - kateterisasi yang tidak steril - keadaan bunting tua - paralisis kandung kemih b. bersamaan dengan pielonefritis spesifik pada sapi dan babi yang disebabkan oleh C. renale dan C. suis. Patogenesa Pada keadaan normal bakteri yang masuk ke kandung kemih dikeluarkan lagi bersama urin sebelum sempat mengadakan invasi mukosa. Invasi bakteri dipermudah oleh stagnasi urin dan lesi pada mukosa. Bakteri pada umumnya masuk melalui uretra, tetapi infeksi desendens dapat terjadi pada nefritis supuratif embolik. Tanda-tanda klinis Sistitis biasanya bersamaan dengan uretritis dengan tanda-tanda sebagai berikut : - urinasi sering tetapi volumenya sedikit, terdapat rasa nyeri dan kadang-kadang hewan berbunyi kesakitan - - hewan tetap berdiri dalam posisi urinasi selama beberapa menit setelah urin berhenti keluar, dan kadang-kadang terdapat usaha merejan pada kasus-kasus yang sangat akut terdapat febris dan nyeri abdominal sehingga hewan menjejak-jejakkan kaki belakangnya, menendang-nendang perutnya, atau menggoyang-goyangkan ekornya. Pada kasus-kasus khronis tanda-tandanya tidak begitu jelas, hanya terdapat urinasi yang sering dengan volume sedikit, sedangkan pada eksplorasi rektal terdapat penebalan dinding kandung kemih. Pada kasus akut tidak terdapat penebalan, tetapi ada rasa sakit pada eksplorasi rektal. Pada pemeriksaan mikroskopis dari sedimen dijumpai adanya eritrosit, lekosit, dan sel-sel epitel. Pada kasus-kasus akut secara makroskopis selalu terlihat adanya darah dan pus dalam urin. Diagnosa dan diagnosa banding Diagnosa ditentukan berdasarkan : a. tanda-tanda klinis b. pemeriksaan klinis dengan eksplorasi rektal Sistitis perlu dibedakan dari : 1. pielonefritis 2. kalkuli vesikalis Pielonefritis sering disertai dengan lesi pada kandung kemih, dan dibedakan dari sistitis karena adanya lesi pada ginjal. Terapi sistitis sama dengan pielonefritis, tetapi prognosa sistitis lebih baik. Terapi : a. antibiotika selama 7 – 14 hari b. diberikan air ad libitum Prognosa Pada kasus-kasus khronis prognosanya kurang baik karena sering sulit untuk sama sekali memberantas infeksi. 2. Paralisa kandung kemih Kausa : a. lesi pada bagian lumbosakral dari medula spinalis b. akibat dari distensi karena obstruksi. Meskipun obstruksi sudah dihilangkan, tonus kandung kemih masih kurang kuat selama beberapa hari. Tanda-tanda klinis Pada paralisa urogenik stadium awal, urin tidak keluar dan hanya menetes, tetapi urin memancar ke luar bila diadakan kompresi kandung kemih secara manual melalui rektum atau dinding abdomen. Pada stadium yang lebih lanjut urin bisa keluar tetapi evakuasinya kurang sempurna sehingga ada retensi urin. Stagnasi ini merupakan kondisi yang baik untuk multiplikasi bakteri, dengan akibat sistitis. Karena itu prognosa dari paralisa kandung kemih kurang baik. Terapi : a. kateterisasi secara teratur b. pemberian antibiotika untuk mencegah infeksi 3. Urolithiasis Urolitiasis merupakan penyakit yang penting pada ruminansia jantan kebiri, karena sering terjadi obstruksi uretra. Etiologi Pembentukan urolit (batu saluran kemih) terjadi bila solut dalam urin (anorganik, dan kadang-kadang organik) mengalami presipitasi. Bahan anorganik membentuk kristal, sedangkan bahan organik membentuk deposit amorf. Presipitasi pada umumnya terjadi disekeliling suatu nidus (nukleus) sehingga terbentuk kalkulus. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya urolitiasis adalah : a. konsentrasi solut tertentu dalam urin b. peningkatan presipitasi solut c. adanya nidus d. tendensi mengeras dan membentuk batu Epidemiologi Urolitiasis terjadi pada semua spesies tetapi terutama penting pada sapi dan domba yang diberi banyak konsentrat dalam makanannya, atau hewan-hewan yang digembalakan di padang dengan tumbuh-tumbuhan yang banyak mengandung oksalat, estrogen, atau silikat. Meskipun demikian urolitiasis pada umumnya terjadi karena interaksi dari banyak macam faktor. Kejadian urolitiasis pada sapi bisa terdapat pada hewan jantan dan betina, tetapi obstruksi pada umumnya terdapat pada hewan jantan yang dikastrasi karena diameter uretra mengecil, sedangkan pada sapi jantan dan betina, kalkuli bisa keluar bersama urin. Pembentukan nidus Nidus pada umumnya terdiri dari kumpulan sel-sel epitel yang mengelupas atau jaringan nekrotik. Pengendapan kristal dipermudah dengan adanya nidus. Nidus bisa berasal dari infeksi lokal pada saluran perkemihan, tetapi kadang-kadang faktorfaktor lain seperti defisiensi vitamin A dan pemberian estrogen menyebabkan deskuamasi epitel berlebihan. Hipervitaminosis D Peningkatan calcium urin Intake oksalat tinggi idem Cara makan yang episodik Intake P/silikat yang tinggi Kehilangan cairan/intake cairan kurang Stasis urin, Konsentrasi sitrat dalam urin menurun, Penurunan koloid dalam urin, pH urin meningkat Koloid dalam urin kurang efektif Defisiensi vitamin A Intake estrogen tinggi Peningkatan konsentrasi urin Presipitasi solut dalam urin meningkat Pembentukan nidus Pengendapan solut Banyak biji2an dalam diet, Turnover jaringan yang konsentrasi mukoprotein Cepat dalam pertumbuhan yang tinggi dalam urin badan yang cepat Bahan-bahan yang mengeraskan Kastrasi pada umur muda, Estrogen dalam diet tinggi Dan pembesaran kelenjar Diameter ureter mengecil Kelamin sekunder Obstruksi ureter atau uretra Gambar 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya urolitiasis pada ruminansia Presipitasi solut Urin mengandung solut dalam konsentrasi yang sangat tinggi. Solut itu tetap terlarut antara lain karena adanya koloid dalam urin. Ph urin mempengaruhi kelarutan beberapa solut tertentu, misalnya kalkuli tripel fosfat dan karbonat lebih mudah terbentuk dalam media alkalis daripada asam. Sitrat bertindak sebagai buffer dalam urin, dengan mempertahankan kalsium dalam keadaan terlarut dengan membentuk kompleks sitrat. Karena itu menurunnya konsentrasi sitrat dalam urin, memudahkan presipitasi garam-garam kalsium. Salah satu faktor yang menyebabkan timbulnya urolit pada ruminansia adalah sifat episodik dari makannya, yaitu periode makan yang pendek yang diikuti dengan periode ruminasi yang panjang. Konsentrasi dan Ph urin berubah tergantung apakah hewan itu makan atau tidak. Ini berpengaruh pada presipitasi dan pembentukan batu dalam urin domba. Hipervitaminosis D menyebabkan peningkatan kadar kalsium dalam urin. Demikian juga ingesti asam oksalat dalam jumlah besar yang terdapat dalam beberapa jenis tumbuh-tumbuhan tertentu, menyebabkan peningkatan konsentrasi kalsium dalam urin. Disamping itu oksalat yang terbentuk di tubuli relatif tidak larut dan mudah mengalami presipitasi. Faktor-faktor yang mempermudah pengerasan batu Mukoprotein dapat bertindak sebagai bahan semen dan mempermudah pembentukan kalkuli. Mukoprotein meningkat dalam urin sapi dan domba muda yang digemukkan, karena : - pemberian makanan yang mengandung banyak konsentrat dan sedikit hijauan - pemberian makanan dalam bentuk pellet dengan konsentrasi protein yang tinggi - pemberian implantasi dietil stilbesterol - intake P yang tinggi Kadar mukoprotein yang tinggi dalam urin mungkin disebabkan oleh cepatnya turnover jaringan penunjang pada hewan yang berat badannya cepat meningkat. Faktor-faktor lain Stasis urin mempermudah timbulnya infeksi sehingga terdapat nidus dan peningkatan presipitasi solut. Komposisi kalkuli Komposisi kalkuli terutama tergantung pada jenis makanan. Bisa berupa : - karbonat : kalsium karbonat, amonium karbonat, magnesium karbonat - silikat - xantin - tripel fosfat - benzokumarin : terbentuk bila makanan banyak mengandung estrogen 4. Urolitiasis obstuktif Obstruksi pada umumnya disebabkan oleh satu kalkuli yang berukuran besar, dan terjadinya obstruksi dipengaruhi oleh ukuran uretra. Karena itu tidak dianjurkan kastrasi pada umur yang terlalu muda. Pada sapi jantan obstruksi paling sering terjadi pada fleksura sigmoid, sedangkan pada domba jantan juga sering terjadi pada vermiform appendage, dimana uretra lebih menyempit. Meskipun lebih sering terdapat pada hewan jantan kebiri, pada sapi dan domba jantan yang tidak dikebiri juga dapat terjadi obstruksi. Pada kuda jarang terjadi obstruksi, kasus-kasus obstruksi pada umumnya pada kuda jantan kebiri dengan lokalisasi obstruksi di daerah skrotum. Pada hewan betina jarang terjadi obstruksi karena uretra yang pendek dan diameter yang lebih besar. Kejadian obstruksi meningkat dengan bertambahnya umur. Patogenesa Kadang-kadang ditemukan pada waktu nekropsi hewan normal, tanpa menyebabkan banyak gangguan. Tetapi bisa juga terdapat pielonefritis, sistitis, dan obstruksi ureter. Akibat yang terpenting adalah bila terjadi obstruksi uretra sehingga bisa terjadi ruptura kandung kemih atau uretra, dan kematian karena uremia atau infeksi bakteri sekunder. Ruptura kandung kemih pada umumnya disebabkan oleh obstruksi dengan kalkulus yang bulat dan permukaannya licin sehingga obstruksinya total. Sedangkan ruptura uretra terjadi pada kalkulus dengan permukaan yang tajam dan tidak teratur dengan obstruksi parsial dan nekrosis akibat tekanan pada dinding uretra. Tanda-tanda klinis Kalkuli di dalam pelvis renalis atau ureter pada umumnya tidak terdiagnosa karena tanda-tanda klinisnya tidak jelas, meskipun demikian obstruksi ureter dapat diketahui dengan eksplorasi rektal terutama bila disertai dengan hidronefrosis. Kadang-kadang jalan ke luar dari pelvis renalis tertutup sehingga terjadi distensi akut dengan tandatanda : - nyeri akut - jalannya kaku - nyeri bila ditekan pada pinggang Kalkuli dalam kandung kemih sering menimbulkan sistitis dengan tanda-tanda klinik dari sistitis. Adanya kalkuli bisa diperiksa dengan palpasi rektal. Pada kuda jantan diameter kalkuli bisa mencapai 15 – 22 cm. Obstruksi uretra sering terdapat pada sapi dan domba jantan kebiri, dengan tanda-tanda : - nyeri abdominal - hewan menendang-nendang perut, menjejak-jejakkan kaki belakang, dan menggoyang-goyangkan ekor - terlihat kedutan-kedutan pada penis - - hewan berusaha untuk urinasi dan sering merejan sambil menggosok-gosokkan giginya, tetapi yang keluar hanya beberapa tetes urin bercampur darah pada pemeriksaan rektal teraba distensi uretra dan kandung kemih, dan terdapat rasa nyeri dan pulsasi ureter pada manipulasi sering terdapat presipitasi kristal-kristal NaCl pada bulu pada ujung prepusium atau pada bagian medial dari paha dengan memasukkan kateter/kawat dapat diketahui lokasi dari obstruksi Bila obstruksi tidak dihilangkan dapat terjadi perforasi uretra atau ruptura kandung kemih dalam waktu kurang lebih 48 jam. Pada perforasi uretra : - kebocoran urin ke jaringan ikat pada dinding ventral abdomen dan prepusium menyebabkan berisi cairan yang bisa sampai ke toraks karena urin sering terinfeksi, terjadi selulitis yang hebat yang bisa disertai dengan toksemia kadang-kadang kulit di atas kebengkakan itu mengelupassehingga terdapat drainase urin Pada ruptura kandung kemih : - rasa nyeri akibat obstruksi segera hilang, tetapi timbul anoreksia dan depresi setelah terjadi uremia terjadi distensi abdomen, yang menimbulkan getaran cairan bila diperkusi setelah 2 – 3 harihewan mengalami koma yang diikuti dengan kematian kematian kadang-kadang dapat terjadi segera setelah ruptura akibat perdarahan internal yang hebat. Ruptura kandung kemih merupakan komplikasi yang sering terjadi pada obstruksi uretra pada kuda. Bila terjadi ruptura tanda-tanda yang akut menghilang dan digantikan dengan tanda-tanda : - tidak mau bergerak - nyeri pada palpasi dinding abdomen - frekwensi pulsus sangat meningkat - temperatur subnormal Kadang-kadang kalkuli dapat terbentuk di dalam prepusium sapi jantan kebiri, yang dapat menyebabkan obstruksi lubang prepusium sehingga terjadi tanda-tanda yang menyerupai perforasi uretra yaitu : distensi prepusium dan infiltrasi dinding abdomen dengan urin. Patologi klinik Dalam urin dijumpai : - eritrosit, lekosit - sel-sel epitel - kristal - bakteri Diperlukan analisa kimia dari kalkuli untuk menentukan komposisinya. Diagnosa dan diagnosa banding Urolitiasis non obstruktif harus dibedakan dengan Pielonefritis tau Sistitis dengan pemeriksaan rektal pada sapi dan kuda, atau pemeriksaan radiografik pada domba dan kambing. Obstruksi pada ureter dibedakan dengan penyakit-penyakit lain yang menyebabkan nyeri abdominal dengan cara yang sama Obstruksi uretra menunjukkan tanda-tanda klinis yang karakteristik dan dikonfirmasi dengan pemeriksaan rektal atau dengan memasukkan kateter. Terapi Terapi urolitiasis obstruktif adalah operatif, atau hewan disembelih bila tidak ekonomis. Pada stadium awal dapat dicoba diberikan obat-obat yang merelaksasikan otot-otot uretra misalnya dengan ekstrak pankreas atau aminopromasin. Prevensi a. Pemberian diet dengan ratio Ca : P minimal 1,2 : 1 atau kalsium yang lebih tinggi ( 2 : 1 ), untuk mencegah presipitasi P yang berlebihan dalam urin. b. Untuk mencegah kalkuli silikat diusahakan untuk meningkatkan intake air, misalnya dengan menambahkan garam (NaCl) sebanyak 4% dalam makanan, Dengan demikian terjadi pengenceran urin sehingga tidak mudah terbentuk kalkuli. Disamping itu NaCl juga mencegah urolitiasis dengan mengurangi pengendapan magnesium dan fosfat di sekeliling nidus. c. Pemberian amonium khlorid sebanyak 45 g/hari pada sapi atau 10 g/hari pada domba untuk mencegah kalkuli fosfat. d. Penambahan Khlortetrasiklin dalam makanan sebanyak 10 g/kg menurunkan angka kematian karena urolitiasis obstruktif karena perubahan pada pH urin akibat perubahan digesti dalam rumen atau karena dapat mengurangi infeksi saluran perkemihan. e. Untuk mencegah kalkuli oksalat diberikan suplai air yang cukup yang tidak banyak mengandung NaCl. f. Langkah-langkah yang lain adalah dengan memberikan vitamin A pada musim kering dan menunda kastrasi.