Uploaded by dlhkota

Ringkasan Eksekutif IKPLHD Kota Palu 2018

advertisement
Lap. Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
(IKPLHD) Kota Palu Tahun 2017
RINGKASAN EKSEKUTIF
I.
PENDAHULUAN
Dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan menuntut kemampuan
pemerintah dalam mengumpulkan dan memanfaatkan data dan informasi
multisektoral sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan yang mengarah
pada perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Salah satu data dan
informasi lingkungan hidup tersebut tertuang dalam Laporan Informasi Kinerja
Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (IKPLHD). Laporan IKPLHD Kota Palu
Tahun 2017 memuat tentang isu prioritas lingkungan hidup, informasi sumber
daya alam dan kecenderungannya, dan tekanan yang terjadi pada lingkungan
akibat aktivitas kegiatan manusia, serta respon yang telah dilakukan oleh
stakeholders dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup yang terjadi di Kota Palu
pada tahun 2017.
Perumusan isu prioritas lingkungan hidup dilaksanakan melalui proses focus
grup discussion (FGD), yaitu yaitu suatu proses pengumpulan informasi melalui
diskusi kelompok secara terarah dengan melibatkan pemangku kepentingan yaitu
1) Intansi Pemerintah pada tingkat vertikal maupun horisontal (Pusat, Provinsi
Sulteng dan Kota Palu), 2) Akademisi, 3) Organisasi/Lembaga Lingkungan
Hidup, 4) Pemerhati Lingkungan, 5) Tokoh Masyarakat, 6) Tim penyusun
IKPLHD. Tahapan proses tersebut adalah : 1) identifikasi isu-isu lingkungan
hidup; 2) pengelompokan isu-isu lingkungan melalui pemetaan masalah cepat
berdasarkan kesamaan subtansi isu dan/atau telaahan sebab akibat; dan 3)
penapisan
isu-isu lingkungan hidup menjadi isu prioritas lingkungan hidup
menggunakan teknik skoring (skala 1 s/d 3). Berdasarkan hasil proses FGD
tersebut dari hasil identifikasi isu lingkungan hidup, ditetapkan isu prioritas
lingkungan hidup di Kota Palu pada tahun 2017 adalah : 1) Sampah domestik; 2)
Limbah B3 (Fly Ash dan Botton Ash) PLTU; dan 3) Degradasi Lahan di Wilayah
Pertambangan. Analisis isu prioritas lingkungan hidup dilaksanakan dengan
metode pendekatan analisis adalah Pressure State and Response (PSR).
Halaman | RE-1
Lap. Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
(IKPLHD) Kota Palu Tahun 2017
Identifikasi Isu-isu
Lingkungan Hidup
Kota Palu
Metode Proses Prumusan Isu
Prioritas LH Yaitu “Focus
Grup Discussion” Melibatkan
Stakeholder
Daftar
Panjang Isu-isu
Lingkungan Hidup
Kota Palu
Metode Analisis :
Focussing Melalui Pemetaan Masalah
Cepat :
· Kesamaan Subtansi Isu Dan/atau
Telaahan Sebab Akibat
Metode Analisis :
Skoring, Dengan Kriteria Skoring :
· Kerusakan Sumber Daya Alam Dan/atau
Kerusakan Keanekaragaman Hayati;
· Pencemaran Atau Kerusakan Lingkungan
Hidup Yang Terjadi Berdampak Signifikan
Terhadap Kehidupan Sosial, Ekonomi,
Budaya Dan Kualitas Lingkungan Hidup;
· Mendapat Perhatian Publik Yang Luas Dan
Perlu Ditangani Segera (urgen).
Skala Skoring :
· Angka 3 : Sangat Mendekati Kondisi
Nyata;
· Angka 2 : Mendekati Kondisi Nyata;
· Angka 1 : Kurang Mendekati Kondisi
Nyata.
Metode Analisis : Pressure, State And
Response”
Pengelompokan Isu-isu
Lingkungan Hidup
Kota Palu
Daftar
Pendek Isu-isu
Lingkungan Hidup
Kota Palu
Penapisan Isu-isu
Lingkungan Hidup
Kota Palu
Isu Prioritas
Lingkungan Hidup
Kota Palu
Sumber : Tim Penyusun IKPLHD Kota Palu, 2018.
Gambar 1. Metode Perumusan dan Analisis Isu Prioritas
Lingkungan Hidup Kota Palu
II.
ISU PRIORITAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
2.1. Sampah
Pemasalahan atau isu berkaitan dengan sampah ini merupakan isu klasik
dari tahun ke tahun di Kota Palu. Masalah sampah sangat terkait dengan populasi
penduduk, keadaan sosial ekonomi, kemajuan teknologi serta kesadaran
masyarakat dalam pengelolaan lingkungan. Peningkatan jumlah penduduk di Kota
Halaman | RE-2
Lap. Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
(IKPLHD) Kota Palu Tahun 2017
Palu disertai dengan meningkatnya tingkat konsumsi masyarakat yang pada
akhirnya mengakibatkan peningkatan jumlah timbulan sampah.
Sumber : Tim Penyusun Lap. IKPLHD Kota Palu, 2018.
Gambar 1.
Grafik Perkiraan Jumlah Timbulan Sampah
di Kota Palu Tahun 2004 s/d 2017
Sumber : Tim Penyusun Lap. IKPLHD Kota Palu, 2018.
Gambar 2.
Foto Titik-Titik Sampah Liar di Kota Palu
Dalam upaya menangani permasalahan sampah di Kota Palu, Pemerintah
Kota Palu bersama-sama masyarakat pada tahun 2017 telah melakukan beberapa
upaya antara lain :1) Pengalokasian anggaran penggelolaan persampahan melalui
APBD Kota Palu; 2) Pencanangan Gerakan Gali Gasa (3G). Gali Gasa (bahasa
kaili) yang berarti bersih dan indah; 3) Pembentukan Satuan Petugas Kebersihan,
Keindahan, keamanan,ketrtiban dan Kenyamanan (K5) di 46 Kelurahan; 5)
Pembentukkan kelompok Bank Sampah; 6) Optimalisasi fungsi Tempat
Pengelolaan Sampah Terpadu (3R) yang dikelolah masyarakt setampat; 7)
Pengelolaan
Tempat
Pengolahan
Akhir
(TPA)
Sampah
Kawatuna;
8)
Pengangkutan sampah dengan pola jalur kue lapis, yaitu berdasarkan arah timur
Halaman | RE-3
Lap. Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
(IKPLHD) Kota Palu Tahun 2017
ke barat dan utara ke selatan; 9 )Peningkatan sarana persampahan; dan 10)
Penerapan Peraturan Daerah terkait pengelolaan persampahan, diantaranya :
2.1. Limbah B3 (Fly Ash dan Botton Ash) PLTU
Salah satu sumber listrik di Kota Palu adalah Pembangkit Listrik Tenaga
Uap (PLTU) berbahan bakar batubara dengan nama perusahaan yang mengelolah
adalah PT. Pusaka Jaya Palu Power (PJPP) yang beroperasi sejak tahun 2007.
Lokasi operasional PLTU secara administrasi berada di Kelurahan Panau Kec.
Tawaeli. PLTU PT. Pusaka Jaya Palu Power berkapasitas sebesar 2x15 MW dan
2x18 MW (total 66 MW), diperkirakan menghasilkan FABA ±70 ton/hari.
Seyogyanya limbah FABA tersebut dikelolah dengan baik, namun PT. PJPP
belum optimal melaksnanakan kewajiban pengelolaan LB3 tersebut. Hasil
pengawasan menunjukan bahwa FABA ditempatkan pada area terbuka di
belakang stockpile pada koordinat S 0044’4’-E 119051’25” dengan dimensi 170
mx18 mx2,5m dan 212mx50mx12m atau perkiraan volume ±134.850 m3.
Sumber : Dinas Lingkungan Hidup Kota Palu, 2018.
Gambar 3.
Lokasi Tumpukan Fly Ash dan Botton Ash PT. PJPP
Tumpukan Limbah Fly Ash dan Botton Ash (FABA) yang tidak tertangani
menimbulkan respon berupa gejolak sosial di masyarakat. Terjadi beberapa ujuk
rasa yang dilakukan oleh masyarakat. Melalui Lembaga Sosial Masyarakat
Halaman | RE-4
Lap. Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
(IKPLHD) Kota Palu Tahun 2017
Revolusi Hijau mengajukan surat kepada Gubernur Provinsi Sulawesi Tengah
Nomor 020/A/RH-GKD/XI/2016 tanggal 30 November 2016 perihal Pengaduan,
Permohonan Rekomendasi dan Eksekusi.
Guna menangani pengaduan masyarakat tersebut, Pemerintah Kota Palu
bersama Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah melalui Surat Keputusan Gubernur
Sulawesi Tengah Nomor 660.3/33/Dis.LH-G.ST/2017 membentuk Tim Terpadu
Pengawasan
Pencemaran
PT.
Pusaka
Jaya
Palu
Power.
Penyelesaian
permasalahan limbah fly ash dan botton ash dilaksanakan melalui dua jalur, yaitu
sanksi dari Pemerintah dan Sanksi dari hukum adat.
1.
Sanksi dari Pemerintah
Melalui surat Keputusan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Republik Indonesia Nomor 275/Menlhk-PHLHK/PPSA/ GKM.0/2/2018
tanggal 1 Februari 2018, pihak PT. PJPP dikenakan sanksi administratif
berupa paksaan pemrintah. Salah satu paksaan pemerintah tersebut adalah
pihak PT. PJPP menghentikan kegiatan penimbunan limbah B3 berupa FABA
di area lokasi terbuka, serta melakukan kewajiban pengelolaan LB3 berupa
FABA dan/atau menyerahkan limbah B3 kepada pihak lain yang memiliki
izin dengan batas waktu 90 hari kelender.
2.
Sanksi dari hukum adat
Sanksi adat diberikan pada TP. Pusaka Jaya Palu Power dari lembaga Adat
Kaili Bulangisi tertanggal 2 Februari 2018, dalam surat tersebut dinyatakan
bahwa PT. PJPP telah melanggar hukum adat yang dikenal dengan istilah
OMBO (larangan) artinya angota masyarakat dilarang merusak lingkungan
(Pakaolua Nungapa / Perlindungan Tempat Permukiman). Putusan hukum
adat yang diberlakukan bagi PT. PJPP adalah untuk segera mengani limbah
FABA yang dihasilkan dalam jangka waktu 2 bulan. Jika dalam jangka waktu
yang ditentukan, tidak dapat dipenuhi maka lembaga adat akan memberikan
sanksi yang lebih berat yaitu Rapali (dibuang/diasingkan).
2.2. Degradasi Lahan di Wilayah Pertambangan
Kegiatan penambangan baik itu penambangan emas, sirtukil, dan marmer
serta lainnya pasti menimbulkan dampak positif dan negatif bagi lingkungan
Halaman | RE-5
Lap. Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
(IKPLHD) Kota Palu Tahun 2017
sekitarnya. Dampak positifnya adalah meningkatnya devisa negara dan
pendapatan asli daerah serta menampung tenaga kerja sedangkan dampak negatif
dari kegiatan penambangan dapat dikelompokan dalam bentuk kerusakan
permukaan bumi, ampas buangan (tailing), kebisingan, polusi udara, menurunnya
permukaan bumi (land subsidence), dan kerusakan karena transportasi alat dan
pengangut berat. Jenis usaha pertambangan di Kota Palu dominan adalah galian
batuan jenis andesit. Sebarannya dominan berada pada wilayah rawan bencana
tanah longsor sebagaimana sebarannya ditunjukkan p[ada gambar di bawah ini.
Sumber : Hasil Olahan Tim IKPLHD, 2018.
Gambar 4. Sebaran Usaha Penambangan Bahan Galian Batuan di Kota Palu
Selain oleh Perusahaan, berdasarkan data tahun 2007 dari Dinas PU dan
ESDM Kota Palu, bahan galian batuan juga ditambang oleh rakyat, terutama pada
daerah sungai Palu seluas 6 Ha dengan hasil tambang berupa pasir yang
produksinya diperkirakan sekitar 2.400 ton/tahun, terdapat pula pada daerah
Sungai Matampondo dengan hasil tambang berupa Pasir dan kerilil yang
produksinya berkisar 3.420 ton/tahun. Berdasarkan hasil pengawasan diketahui
dari seluruh perusahaan tambang yang mengantongi izin usaha, hanya beberapa
Halaman | RE-6
Lap. Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
(IKPLHD) Kota Palu Tahun 2017
yang dalam kondisi aktif. Hingga saat ini belum ada perusahaan tambang yang
melakukan upaya rehabilitasi lahan.
Pengelolaan pertambangan merupakan kewenangan Provinsi Sulawesi
Tengah, sehingga dalam pengendalian lingkungannya, Dinas Lingkungan Hidup
Kota bekerjasama dengan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Tengah
melalui
Program
Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan
melakukan beberapa hal pengawasan secara periodik. Pada tahun 2016 Gubernur
mengeluakan Instruksi Nomor 540/706/DIESDM-GKST/2016 yang mengatur
tentang penundaan/penangguhan sementara “morotrium” penerbitan Izin Usaha
Pertambangan Batuan salah satunya di Kota Palu. Instruksi mortorium merupakan
terobosan perbaikan tata kelola pertambangan batuan yang dilakukan oleh
Provinsi Sulawesi Tengah.
III. ANALISIS
PRESSURE,
STATE
DAN
RESPONSE
ISU
LINGKUNGAN HIDUP KOTA PALU
3.1. Tata Guna Lahan
Rencana pola ruang Kota Palu mencakup rencana pengembangan kawasan
lindung dan kawasan budidaya pada kawasan daratan seluas ± 39.504 ha
dan laut seluas ± 10.460 ha. Berdasarkan rencana tata ruang dan wilayah Kota
Palu, diketahui bahwa tutupan lahan di Kota Palu dominan adalah vegetasi dengan
total seluas 30.318,7 Ha yan tersebar pada kawasan lindung seluas 15.458,91 dan
pada kawasan budidaya seluas 14.859,82 ha.
Tekanan dari tata guna lahan di Kota Palu paling utama terjadi akibat
pertumbuhan penduduk dan peningkatan kebutuhan untuk bermukim dan
berusaha.
Dimana terjadi perubahan fungsi lahan yang semula berupa lahan
pertanian, tegalan atau perkebunan menjadi lahan permukiman pertambangan,
maupun industri. Pemanafaatan lahan di kawasan lindung memberikan tekanan
terhadap lingkungan. Diketahui bahwa pada kawasan lindung tutupan lahan
vegetasi seluas 15.458,91 ha (85,62%), area terbangun seluas 350,13 ha (1,94%),
tanah terbuka seluas 2.218,32 ha (12,29%), dan badan air seluas 28 ha (0,16%).
Berdasarkan data dari SIPD Kota Palu tahun 2017 diketahui bahwa terjadi
perubahan penggunaan lahan di Kota Palu, yaitu permukiman dengan luas
penggunan lahan 8.869,8 Ha menjadi 9.032,2 Ha pada tahun 2017. Berdasarkan
Halaman | RE-7
Lap. Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
(IKPLHD) Kota Palu Tahun 2017
data Pusat Pengelolaan Ekoregion Sumapapua Kementerian Lingkungan Hidup
tahun 2013, diketahui bahwa dominan sebesar 53,44% dari seluruh luas Kota
Palu atau seluas 133,25 Ha merupakan lahan potensial kritis. Lahan dengan
kondisi sangat kritis seluas 1.92,21 Ha atau seluas4,88% dari total luas wilayah
Kota Palu.
Guna mengendalikan kerusakan lahan, maka Pemerin tah Kota Palu melalui
Dinas penataan Ruang dan Pertanahan Kota Palu melaksnakan pengendalian
pemanfaatan ruang melalui perizinan pemanfaatan ruang dan penegakan perda
Tata Ruang. Selain itu melalui Dinas Lingkungan Hidup Kota Palu, pada tahun
2017 dilaksnakan kegiatan rehabilitasi/konservasi daerah aliran sungai melalui
penanaman bambu sejumlah 1.500 pohon berlokasi di sepanjang sungai
Uwentumbu. Dilaksanakan juga kegiatan penghijau melalui penanaman pohon
yaitu angsana, mahoni dan ketapang kencana dibeberapa ruas jalan Kota Palu
dengan total pohon yang ditanam adalah 1.500 pohon
3.2. Kualitas Air
Terdapat 10 buah sungai di Kota Palu. Dari 10 tersebut, sungai Palu
memiliki debit maksimum tertinggi ± 45 m³/dtk. Pada musim kemarau hanya
Sungai Palu yang masih berpotensi, sedangkan sungai-sungai lainnya relatif
kering. Terdapat embung sungai Watulele seluas 1,04 ha dengan volume 12.480
m3 dan telaga/danau sibili seluas ± 3 ha dengan volume 6.000.000 m3.
Pemantauan kualitas air sungai secara rutin dilakukan oleh Dinas Lingkungan
Hidup Kota Palu khususnya untuk Sungai Palu yang dilaksanakan pada tahun
2017. Adapun titik pantau sebanyak lima titik, yaitu Jembatan I, Jembatan II,
Jembatan III, Jembatan IV dan Jembatan Gantung Nunu. Dari empat belas
parameter yang didapatkan dari hasil analisa laboratorium yaitu Temperatur (ºC),
Residu Terlarut (mg/ L), Residu Tersuspensi (mg/L), pH, DO (mg/ L), BOD (mg/
L), COD (mg/ L), NO2 (mg/ L), NO3 (mg/ L), NH3 (mg/ L), Minyak dan Lemak
(µg/L), Detergen (μg/L), Fecal coliform (MPN/100 ml) dan Total coliform
(MPN/100 ml) terdapat beberapa parameter yang melebihi baku mutu kualitas air
sesuai Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001.
Halaman | RE-8
Lap. Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
(IKPLHD) Kota Palu Tahun 2017
Sumber : Dinas Lingkungan Hidup Kota Palu Kota Palu, 2018.
Gambar 5.
Foto Pencemaran di Beberapa Sungai di Kota Palu
Berdasarkan hasil uji laboratorium kualitas air sungai Palu dengan
parameter TSS, COD, dan NO2 telah melebihi baku mutu air kelas 2. Kualitas air
Danau Sibili parameter TSS telah melebihi baku mutu air kelas 2, Pada air laut
parameter kekeruhan, TSS, amonia total, NO3-N, PO4-P, H2S telah melebihi
baku mutu air laut untuk biota perairan. Tekanan terhadap kualiras air bersumber
dari aktivitas penduduk salah satunya adalah sampah. Beberapa upaya yang telah
dilakukan adalah pemantauan kualitas air secara priodik, penanganan sampah,
pengendalian pembukaan lahan pada daerah aliran sungai, dan pengendalian
pembuangan limbah ke badan air.
3.3. Kualitas Udara
Kota Palu merupakan wilayah yang memiliki karekteristik yang spesifik,
sehingga berbeda dengan daerah-daerah lain di Indonesia yang mempunyai dua
musim. Kota Palu tidak dapat digolongkan sebagai daerah musim atau disebut
sebagai non zona musim. Suhu udara di Kota Palu di Kota Palu pada tahun 2017
berkisar antara 26,7 – 28,300C., dengan curah hujan berkisar antara 4,5-10,2 mm
Berdasarkan data dari Badan Pendapatan Daerah Prov. Sulteng Tahun 2018,
diketahui bahwa pada tahun 2017 jumlah kendaraan bermotor di Kota Palu adalah
156.543 buah. Jumlah terbanyak adalah kendaraan roda dua sebanyak 107.219
buah sebagaimana ditunjukan pada grafik di bawah ini. Selanjutnya berdasrkan
data dari Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu diketahui bahwa tidak terjadi
perubahan panjang ruas jalan dari tahun 2015 s/d tahun 201.
Halaman | RE-9
Lap. Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
(IKPLHD) Kota Palu Tahun 2017
Berdasarkan hasil pemantauan kualitas udara yang dilakukan dalam 2 (dua)
periode menggunakan pengamatan sesaat (metode passive sampler) dilakukan
pada 4 (empat) lokasi di Kota Palu yaitu pada transportasi, industri, pemukiman,
dan perkantoran. Hasil pemantauan kualitas udara menunjukkan kualitas udara
Kota Palu masih cukup baik, hal tersebut di buktikan belum dilewatinya nilai
ambag batas masing-masing parameter yang ditetapkan berdasarkan paraturan
perundang-undangan. Dimana kondisi tersebut dapat dilihat pada daerah
transportasi didapatkan konsentrasi SO2 sebesar 9,48 µg/Nm3, NO2 sebesar 5,37
mg/Nm3, sedangkan pada daerah Industri/agro industry didapatkan nilai
konsentrasi SO2 sebesar 22,56 µg/Nm3 , NO2 sebesar 5,60 mg/Nm3, Pada daerah
Pemukiman nilai konsentrasi SO2 < 2,57 µg/Nm3 , NO2 sebesar 7,80 mg/Nm3 dan
pada daerah perkantoran didapatkan nilai konsentrasi SO2 < 2,57 untuk
konsentrasi NO2 terjadi peningkatan sebesar 10,10 mg/Nm3.
Beberapa upaya pengedalian pencemaran udara dilakukan oleh Kota Palu
melibatkan berbagai pihak, baik masyarakat maupun pihak swasta. Salah satu
komunitas yang turut berpatisipasi dalam pengendalian pencemaran udara di Kota
Palu adalah “Forum Komunitas Hijau Kota Palu”.
1.
Penanaman pohon (jalur hijau);
2.
Pengembangan hutan kota;
3.
Pengembangan taman kota.
4.
Pengawasan
terhadap
usaha/kegiatan
yang
berpotensi
menimbulkan
pencemaran udara;
5.
Pengujian emisi kendaraan bermotor secara periodik;
6.
Pemantauan kualitas udara secara periodik.
3.4. Resiko Bencana
Wilayah Kota Palu berada di daerah teluk yang dilewati oleh sesar Palu
Koro, hal tersebut menjadikan Kota Palu sebagai Kota rawan gempa. Pemerintah
Kota Palu melalui Peraturan Daerah Kota Palu Nomor 16. Tahun 2011 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palu Tahun 2010-2030 telah menetapkan
kawasan rawan bencana Kota Palu sebagaimana sebaran keruangan termuat pada
Gambar di bawah ini yang terdiri dari :
(a)
kawasan rawan tanah longsor;
Halaman | RE-10
Lap. Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
(IKPLHD) Kota Palu Tahun 2017
(b)
kawasan rawan gelombang pasang/tsunami; dan
(c)
kawasan rawan banjir.
Berdasarkan data dari Badan Penangulangan Bencana Kota Palu Tahun
2017 diketahui bahwa pada tahun 2017 terjadi banjir dengan total area terendam
adalah 527,375 Ha dan jumlah KK yang mengungsi sebanyak 600 KK. Jika
dibanding dengan data pada tahun 2016, luas area terendam mengalami
peningkatan yang signifikan, dimana pada tahun 2016 luas daerah terendam
seluas 24 ha dan korban mengungsi sebanyak 1 KK.
Penanganan bencana dilakukan oleh Badan Penanggulangan Bencana
Daerah Kota Palu berkoordinasi dengan organisasi perangkat daerah (OPD) serta
membentuk kader dan relawan di setiap kelurahan untuk perpanjangan tangan
dalam melakukan antisipasi penanggulangan bencana yang terdiri dari ketua-ketua
lembaga adat dan tokoh masyarakat. Selain itu Badan Penanggulangan Bencana
Daerah Kota Palu juga melakukan sosialisasi dalam bentuk kegiatan simulasi
tentang bencana ke sekolah-sekolah yang ada di Kota Palu;
Kedepan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Palu juga
merencanakan penyediaan peralatan pendeteksian gempa yaitu mikrotremor. Alat
ini sangat penting dan dibutuhkan karena Kota Palu rawan gempa karena berada
pada jalur Palu-Koro. Dengan adanya alat tersebut, bisa membuat peta baru
tentang patahan gempa palu-koro secara lengkap.
3.5. Perkotaan
Luas wilayah Kota Palu adalah 395,06 km2 atau sekitar 0,58% dari total
wilayah Provinsi Sulawesi Tengah. Pada tahun 2017 jumlah penduduk 363.864
jiwa, laju pertumbuhan penduduk 1,61%, kepadatan penduduk 921 jiwa/km2.
Dari 88.418 jumlah rumah tangga sebesar 14,1% adalah rumah tangga miskin.
jenis penyait dengan jumlah keluhan terbanyak adalah infeksi saluran pernapasan
sebanyak 44.259 penderita. 69,19% rumah tangga dengan sumber air minum
adalah sumur. Sebanyak 474 KK yang membuang air besar di sungai. Perkiran
timbulan sampah sebesar 1.029.735.120 kg/hari. Palu merupakan kota barang dan
jasa Limbah dihasilkan dari berbagai sumber seperti sarana pariwisata, sarana
kesehatan, industri, perkantoran. volume limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
dari sektor tidak bergerak antara 0,00011 s/d 0,18465 ton/hari.
Halaman | RE-11
Lap. Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
(IKPLHD) Kota Palu Tahun 2017
Dalam upaya menangani persoalan perkotaan di Kota Palu, Pemerintah
Kota Palu pada tahun 2017 melaksnakan penyusunan Rencana Detail Tata Ruang,
pengendalian pemanfaatan ruang melalui perizinan, pengawasan usaha/kegiatan
berdampak lingkungan serta melakukan upaya lainnya dengan melibatkan
partisipasi masyarakat salah satunya melalui pembentukan Satuan Petugas K5 dan
melakukan Gerakan Gali Gasa.
IV.
INOVASI DAERAH DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN
HIDUP
Salah satu misi pembangunan Kota Palu tahun 2016-2021 adalah
“Kelurahan Inovasi Unggul dan Mandiri Berbasis Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi bagi Kemandirian Ekonomi”, dengan sub Misi adalah “Mendorong dan
meningkatkan ekonomi kreatif dan inovatif yang berkelanjutan”, diwujudkan
Pemerintah Kota Palu dengan melauunching produk unggulan Kota Palu yaitu 10
komoditi kelurahan inovasi Kota Palu, dua diantaranya adalah : 1) Kerajinan
limbah Kelapa, dan 2) Kerajinan limbah sampah. Guna mendukung inovasi
tersebut, maka Pemerintah Kota Palu pada tahun 2017 melaksanakan beberapa
pelatihan pemanfaatan limbah bagi masyarakat.
Anggaran pengelolaan lingkungan hidup adalah pendukung utama dalam
upaya pengelolaan lingkungan hidup. Anggaran pengelolaan lingkungan hidup
pada Dinas Lingkungan Hidup Kota Palu mengalami peningkatan pada tahun
2018 sebanyak Rp. 4.644.827.337,- dari tahun 2017. Total anggaran pengelolaan
lingkungan hidup tahun 2018 adalah Rp. 18.492.311.558,-. Anggaran terbesar
diperuntukkan bagi program pengembangan kinerja pengelolaan persampahan
sebesar Rp. 12.961.787.950,-.
Upaya pengelolaan lingkungan juga tidak bisa dilepaskan dari peran serta
masyarakat. Karena sebenarnya, masyarakat adalah komponen yang langsung
bersinggungan dengan lingkungan. Pada tahun 2017, Gerakan Gali Gasa
merupakan upaya yang digagas sebagi bentuk provokasi kebersihan kota.
Guna melaksanakan ketentuan Pasal 34 Ayat (2) Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, maka
Pemerimtah Kota Palu pada tahun 2017 menetapkan Keputusan Wali Kota Nomor
660/726/DLH/2017 tentang Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Memiliki
Halaman | RE-12
Lap. Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
(IKPLHD) Kota Palu Tahun 2017
Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup. Melalui Keputusan
Walikota ini maka pelaksanaan penapisan terhadap jenis usaha dan/atau kegiatan
wajib UK UPL dan SPPL dapat berjalan dengan baik. Pada tahun 2017, sebanyak
31 izin lingkungan untuk usaha/kegiatan wajib UKL UPL dan DPLH. yang
diterbitkan oleh Pemerintah Kota Palu. Jumlah tersebut jika dibandingkan dengan
tahun 2016, mengalami penurunan. Dimana pada tahun 2016 sebanyak 53 buah
izin lingkungan.
V.
RENCANA TINDAK LANJUT
Rencana tindak lanjut Pemerintah Kota Palu dalam rangka mengatasi
pesoalan lingkungan hidup dan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup secara bertahap hingga tahun 2021 antara lain yaitu :
1.
Tersedianya infrastruktur dasar kota yang berkelanjutan dengan cara
meningkatkan persentase penduduk yang terlayani sistem jaringan air bersih
menjadi 65,62 % pada Tahun 2021;
2.
Meningkatkan cakupan layanan pengguna air bersih menjadi 80,43 % pada
Tahun 2021;
3.
Meningkatkan capaian akses sanitasi layak menjadi 70,67% pada tahun 2021;
4.
Meningkatkan Persentase jumlah sampah yang tertangani menjadi 70% pada
Tahun 2021;
5.
Meningkatnya Operasionalisasi TPA/TPST/SPA di kabupaten/kota pada
Tahun 2021 menjadi 81%;
6.
Meningkatnya Persentase partisipasi masyarakat di kelurahan dalam menjaga
kebersihan lingkungan menjadi 100% pada Tahun 2021;
7.
Terjaganya Jumlah Darah Konservasi (sumber Air, Terumbu Karang, Hutan
Bakau) pada Tahun 2021 sebanyak 5 lokasi;
8.
Meningkatnya Cakupan Bina IKM menjadi 46% pada Tahun 2021;
9.
Meningkatnya Proporsi Panjang Jaringan Jalan dalam kondisi baik pada
Tahun 2021 menjadi 90,14;
10. Meningkatnya Persentase drainase dalam kondisi baik/pembuangan aliran air
tidak tersumbat pada Tahun 2021 menjadi 3,67;
11. Meningkatnya Persentase irigasi Kota dalam kondisi baik pada Tahun 2021
menjadi 84,42;
Halaman | RE-13
Lap. Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
(IKPLHD) Kota Palu Tahun 2017
12. Meningkatnya Persentase penduduk berakses air minum pada Tahun 2021
menjadi 80,43;
13. Meningkatnya ketersediaan pelayanan terminal kota pada Tahun 2021
menjadi 100% ;
14. Tersedianya infrastruktur dasar kota yang berkelanjutan dilihat dari
meningkatkan persentase kawasan kumuh yang tertata menjadi 100% pada
Tahun 2021;
15. Terjaganya persentase jumlah jembatan dalam kondisi baik pada Tahun 2021
sebesar 100%;
16. Meningkatnya Cakupan ketersediaan rumah layak huni menjadi 98,24% pada
Tahun 2021;
17. Meningkatnya Rasio rumah layak huni menjadi 26,30% pada Tahun 2021;
18. Meningkatnya Persentase penanganan bencana pada saat terjadinya bencana
pada Tahun 2021 menjadi 90%;
19. Meningkatnya Jumlah sampah yang dikelola oleh masyarakat menjadi 50 ton
pada Tahun 2021 (2015: 9 ton)
20. Meningkatnya Persentase izin pengelolaan sampah oleh swasta yang
diterbitkan menjadi 22 Izin pada Tahun 2021;
21. Meningkatnya Persentase luas RTH dari luas wilayah kota menjadi 100%
sesuai dipersyaratkan pada Tahun 2021;
22. Jumlah ruang publik yang berfungsi sebagai ruang edukasi dan usaha mikro
menjadi 13 pada Tahun 2021;
23. Meningkatnya Pembinaan dan Pengawasan terkait ketaatan penanggungjawab
usaha dan/atau kegiatan yang diawasi ketaatannya terhadap izin lingkungan,
izin PPLH dan PUU LH di yang diterbitkan oleh Pemerintah Daerah
kabupaten/kota pada Tahun 2021 menjadi 304 perusahaan;
24. Meningkatnya Persentase pembentukan kelurahan tangguh di daerah rawan
bencana menjadi 70% pada Tahun 2021;
25. Meningkatnya Persentase pembentukan sekolah tangguh bencana di daerah
rawan bencana menjadi 50% pada Tahun 2021;
Halaman | RE-14
Lap. Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
(IKPLHD) Kota Palu Tahun 2017
26. Meningkatnya Persentase kelompok masyarakat kelurahan yang mendapat
sosialisasi pengetahuan penanggulangan bencana menjadi 90% pada Tahun
2021;
27. Meningkatnya Persentase kelurahan di zona merah yang mendapat simulasi
berbasis bencana menjadi 75% pada Tahun 2021;
28. Meningkatnya Persentase Tindak Lanjut Kajian Untuk Pemulihan Pasca
Bencana (Jitu-Pasna) menjadi 75% pada Tahun 2021.
Halaman | RE-15
Download