Lap. Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (IKPLHD) Kota Palu Tahun 2017 RINGKASAN EKSEKUTIF I. PENDAHULUAN Dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan menuntut kemampuan pemerintah dalam mengumpulkan dan memanfaatkan data dan informasi multisektoral sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan yang mengarah pada perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Salah satu data dan informasi lingkungan hidup tersebut tertuang dalam Laporan Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (IKPLHD). Laporan IKPLHD Kota Palu Tahun 2017 memuat tentang isu prioritas lingkungan hidup, informasi sumber daya alam dan kecenderungannya, dan tekanan yang terjadi pada lingkungan akibat aktivitas kegiatan manusia, serta respon yang telah dilakukan oleh stakeholders dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup yang terjadi di Kota Palu pada tahun 2017. Perumusan isu prioritas lingkungan hidup dilaksanakan melalui proses focus grup discussion (FGD), yaitu yaitu suatu proses pengumpulan informasi melalui diskusi kelompok secara terarah dengan melibatkan pemangku kepentingan yaitu 1) Intansi Pemerintah pada tingkat vertikal maupun horisontal (Pusat, Provinsi Sulteng dan Kota Palu), 2) Akademisi, 3) Organisasi/Lembaga Lingkungan Hidup, 4) Pemerhati Lingkungan, 5) Tokoh Masyarakat, 6) Tim penyusun IKPLHD. Tahapan proses tersebut adalah : 1) identifikasi isu-isu lingkungan hidup; 2) pengelompokan isu-isu lingkungan melalui pemetaan masalah cepat berdasarkan kesamaan subtansi isu dan/atau telaahan sebab akibat; dan 3) penapisan isu-isu lingkungan hidup menjadi isu prioritas lingkungan hidup menggunakan teknik skoring (skala 1 s/d 3). Berdasarkan hasil proses FGD tersebut dari hasil identifikasi isu lingkungan hidup, ditetapkan isu prioritas lingkungan hidup di Kota Palu pada tahun 2017 adalah : 1) Sampah domestik; 2) Limbah B3 (Fly Ash dan Botton Ash) PLTU; dan 3) Degradasi Lahan di Wilayah Pertambangan. Analisis isu prioritas lingkungan hidup dilaksanakan dengan metode pendekatan analisis adalah Pressure State and Response (PSR). Halaman | RE-1 Lap. Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (IKPLHD) Kota Palu Tahun 2017 Identifikasi Isu-isu Lingkungan Hidup Kota Palu Metode Proses Prumusan Isu Prioritas LH Yaitu “Focus Grup Discussion” Melibatkan Stakeholder Daftar Panjang Isu-isu Lingkungan Hidup Kota Palu Metode Analisis : Focussing Melalui Pemetaan Masalah Cepat : · Kesamaan Subtansi Isu Dan/atau Telaahan Sebab Akibat Metode Analisis : Skoring, Dengan Kriteria Skoring : · Kerusakan Sumber Daya Alam Dan/atau Kerusakan Keanekaragaman Hayati; · Pencemaran Atau Kerusakan Lingkungan Hidup Yang Terjadi Berdampak Signifikan Terhadap Kehidupan Sosial, Ekonomi, Budaya Dan Kualitas Lingkungan Hidup; · Mendapat Perhatian Publik Yang Luas Dan Perlu Ditangani Segera (urgen). Skala Skoring : · Angka 3 : Sangat Mendekati Kondisi Nyata; · Angka 2 : Mendekati Kondisi Nyata; · Angka 1 : Kurang Mendekati Kondisi Nyata. Metode Analisis : Pressure, State And Response” Pengelompokan Isu-isu Lingkungan Hidup Kota Palu Daftar Pendek Isu-isu Lingkungan Hidup Kota Palu Penapisan Isu-isu Lingkungan Hidup Kota Palu Isu Prioritas Lingkungan Hidup Kota Palu Sumber : Tim Penyusun IKPLHD Kota Palu, 2018. Gambar 1. Metode Perumusan dan Analisis Isu Prioritas Lingkungan Hidup Kota Palu II. ISU PRIORITAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH 2.1. Sampah Pemasalahan atau isu berkaitan dengan sampah ini merupakan isu klasik dari tahun ke tahun di Kota Palu. Masalah sampah sangat terkait dengan populasi penduduk, keadaan sosial ekonomi, kemajuan teknologi serta kesadaran masyarakat dalam pengelolaan lingkungan. Peningkatan jumlah penduduk di Kota Halaman | RE-2 Lap. Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (IKPLHD) Kota Palu Tahun 2017 Palu disertai dengan meningkatnya tingkat konsumsi masyarakat yang pada akhirnya mengakibatkan peningkatan jumlah timbulan sampah. Sumber : Tim Penyusun Lap. IKPLHD Kota Palu, 2018. Gambar 1. Grafik Perkiraan Jumlah Timbulan Sampah di Kota Palu Tahun 2004 s/d 2017 Sumber : Tim Penyusun Lap. IKPLHD Kota Palu, 2018. Gambar 2. Foto Titik-Titik Sampah Liar di Kota Palu Dalam upaya menangani permasalahan sampah di Kota Palu, Pemerintah Kota Palu bersama-sama masyarakat pada tahun 2017 telah melakukan beberapa upaya antara lain :1) Pengalokasian anggaran penggelolaan persampahan melalui APBD Kota Palu; 2) Pencanangan Gerakan Gali Gasa (3G). Gali Gasa (bahasa kaili) yang berarti bersih dan indah; 3) Pembentukan Satuan Petugas Kebersihan, Keindahan, keamanan,ketrtiban dan Kenyamanan (K5) di 46 Kelurahan; 5) Pembentukkan kelompok Bank Sampah; 6) Optimalisasi fungsi Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (3R) yang dikelolah masyarakt setampat; 7) Pengelolaan Tempat Pengolahan Akhir (TPA) Sampah Kawatuna; 8) Pengangkutan sampah dengan pola jalur kue lapis, yaitu berdasarkan arah timur Halaman | RE-3 Lap. Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (IKPLHD) Kota Palu Tahun 2017 ke barat dan utara ke selatan; 9 )Peningkatan sarana persampahan; dan 10) Penerapan Peraturan Daerah terkait pengelolaan persampahan, diantaranya : 2.1. Limbah B3 (Fly Ash dan Botton Ash) PLTU Salah satu sumber listrik di Kota Palu adalah Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbahan bakar batubara dengan nama perusahaan yang mengelolah adalah PT. Pusaka Jaya Palu Power (PJPP) yang beroperasi sejak tahun 2007. Lokasi operasional PLTU secara administrasi berada di Kelurahan Panau Kec. Tawaeli. PLTU PT. Pusaka Jaya Palu Power berkapasitas sebesar 2x15 MW dan 2x18 MW (total 66 MW), diperkirakan menghasilkan FABA ±70 ton/hari. Seyogyanya limbah FABA tersebut dikelolah dengan baik, namun PT. PJPP belum optimal melaksnanakan kewajiban pengelolaan LB3 tersebut. Hasil pengawasan menunjukan bahwa FABA ditempatkan pada area terbuka di belakang stockpile pada koordinat S 0044’4’-E 119051’25” dengan dimensi 170 mx18 mx2,5m dan 212mx50mx12m atau perkiraan volume ±134.850 m3. Sumber : Dinas Lingkungan Hidup Kota Palu, 2018. Gambar 3. Lokasi Tumpukan Fly Ash dan Botton Ash PT. PJPP Tumpukan Limbah Fly Ash dan Botton Ash (FABA) yang tidak tertangani menimbulkan respon berupa gejolak sosial di masyarakat. Terjadi beberapa ujuk rasa yang dilakukan oleh masyarakat. Melalui Lembaga Sosial Masyarakat Halaman | RE-4 Lap. Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (IKPLHD) Kota Palu Tahun 2017 Revolusi Hijau mengajukan surat kepada Gubernur Provinsi Sulawesi Tengah Nomor 020/A/RH-GKD/XI/2016 tanggal 30 November 2016 perihal Pengaduan, Permohonan Rekomendasi dan Eksekusi. Guna menangani pengaduan masyarakat tersebut, Pemerintah Kota Palu bersama Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah melalui Surat Keputusan Gubernur Sulawesi Tengah Nomor 660.3/33/Dis.LH-G.ST/2017 membentuk Tim Terpadu Pengawasan Pencemaran PT. Pusaka Jaya Palu Power. Penyelesaian permasalahan limbah fly ash dan botton ash dilaksanakan melalui dua jalur, yaitu sanksi dari Pemerintah dan Sanksi dari hukum adat. 1. Sanksi dari Pemerintah Melalui surat Keputusan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 275/Menlhk-PHLHK/PPSA/ GKM.0/2/2018 tanggal 1 Februari 2018, pihak PT. PJPP dikenakan sanksi administratif berupa paksaan pemrintah. Salah satu paksaan pemerintah tersebut adalah pihak PT. PJPP menghentikan kegiatan penimbunan limbah B3 berupa FABA di area lokasi terbuka, serta melakukan kewajiban pengelolaan LB3 berupa FABA dan/atau menyerahkan limbah B3 kepada pihak lain yang memiliki izin dengan batas waktu 90 hari kelender. 2. Sanksi dari hukum adat Sanksi adat diberikan pada TP. Pusaka Jaya Palu Power dari lembaga Adat Kaili Bulangisi tertanggal 2 Februari 2018, dalam surat tersebut dinyatakan bahwa PT. PJPP telah melanggar hukum adat yang dikenal dengan istilah OMBO (larangan) artinya angota masyarakat dilarang merusak lingkungan (Pakaolua Nungapa / Perlindungan Tempat Permukiman). Putusan hukum adat yang diberlakukan bagi PT. PJPP adalah untuk segera mengani limbah FABA yang dihasilkan dalam jangka waktu 2 bulan. Jika dalam jangka waktu yang ditentukan, tidak dapat dipenuhi maka lembaga adat akan memberikan sanksi yang lebih berat yaitu Rapali (dibuang/diasingkan). 2.2. Degradasi Lahan di Wilayah Pertambangan Kegiatan penambangan baik itu penambangan emas, sirtukil, dan marmer serta lainnya pasti menimbulkan dampak positif dan negatif bagi lingkungan Halaman | RE-5 Lap. Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (IKPLHD) Kota Palu Tahun 2017 sekitarnya. Dampak positifnya adalah meningkatnya devisa negara dan pendapatan asli daerah serta menampung tenaga kerja sedangkan dampak negatif dari kegiatan penambangan dapat dikelompokan dalam bentuk kerusakan permukaan bumi, ampas buangan (tailing), kebisingan, polusi udara, menurunnya permukaan bumi (land subsidence), dan kerusakan karena transportasi alat dan pengangut berat. Jenis usaha pertambangan di Kota Palu dominan adalah galian batuan jenis andesit. Sebarannya dominan berada pada wilayah rawan bencana tanah longsor sebagaimana sebarannya ditunjukkan p[ada gambar di bawah ini. Sumber : Hasil Olahan Tim IKPLHD, 2018. Gambar 4. Sebaran Usaha Penambangan Bahan Galian Batuan di Kota Palu Selain oleh Perusahaan, berdasarkan data tahun 2007 dari Dinas PU dan ESDM Kota Palu, bahan galian batuan juga ditambang oleh rakyat, terutama pada daerah sungai Palu seluas 6 Ha dengan hasil tambang berupa pasir yang produksinya diperkirakan sekitar 2.400 ton/tahun, terdapat pula pada daerah Sungai Matampondo dengan hasil tambang berupa Pasir dan kerilil yang produksinya berkisar 3.420 ton/tahun. Berdasarkan hasil pengawasan diketahui dari seluruh perusahaan tambang yang mengantongi izin usaha, hanya beberapa Halaman | RE-6 Lap. Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (IKPLHD) Kota Palu Tahun 2017 yang dalam kondisi aktif. Hingga saat ini belum ada perusahaan tambang yang melakukan upaya rehabilitasi lahan. Pengelolaan pertambangan merupakan kewenangan Provinsi Sulawesi Tengah, sehingga dalam pengendalian lingkungannya, Dinas Lingkungan Hidup Kota bekerjasama dengan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Tengah melalui Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan melakukan beberapa hal pengawasan secara periodik. Pada tahun 2016 Gubernur mengeluakan Instruksi Nomor 540/706/DIESDM-GKST/2016 yang mengatur tentang penundaan/penangguhan sementara “morotrium” penerbitan Izin Usaha Pertambangan Batuan salah satunya di Kota Palu. Instruksi mortorium merupakan terobosan perbaikan tata kelola pertambangan batuan yang dilakukan oleh Provinsi Sulawesi Tengah. III. ANALISIS PRESSURE, STATE DAN RESPONSE ISU LINGKUNGAN HIDUP KOTA PALU 3.1. Tata Guna Lahan Rencana pola ruang Kota Palu mencakup rencana pengembangan kawasan lindung dan kawasan budidaya pada kawasan daratan seluas ± 39.504 ha dan laut seluas ± 10.460 ha. Berdasarkan rencana tata ruang dan wilayah Kota Palu, diketahui bahwa tutupan lahan di Kota Palu dominan adalah vegetasi dengan total seluas 30.318,7 Ha yan tersebar pada kawasan lindung seluas 15.458,91 dan pada kawasan budidaya seluas 14.859,82 ha. Tekanan dari tata guna lahan di Kota Palu paling utama terjadi akibat pertumbuhan penduduk dan peningkatan kebutuhan untuk bermukim dan berusaha. Dimana terjadi perubahan fungsi lahan yang semula berupa lahan pertanian, tegalan atau perkebunan menjadi lahan permukiman pertambangan, maupun industri. Pemanafaatan lahan di kawasan lindung memberikan tekanan terhadap lingkungan. Diketahui bahwa pada kawasan lindung tutupan lahan vegetasi seluas 15.458,91 ha (85,62%), area terbangun seluas 350,13 ha (1,94%), tanah terbuka seluas 2.218,32 ha (12,29%), dan badan air seluas 28 ha (0,16%). Berdasarkan data dari SIPD Kota Palu tahun 2017 diketahui bahwa terjadi perubahan penggunaan lahan di Kota Palu, yaitu permukiman dengan luas penggunan lahan 8.869,8 Ha menjadi 9.032,2 Ha pada tahun 2017. Berdasarkan Halaman | RE-7 Lap. Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (IKPLHD) Kota Palu Tahun 2017 data Pusat Pengelolaan Ekoregion Sumapapua Kementerian Lingkungan Hidup tahun 2013, diketahui bahwa dominan sebesar 53,44% dari seluruh luas Kota Palu atau seluas 133,25 Ha merupakan lahan potensial kritis. Lahan dengan kondisi sangat kritis seluas 1.92,21 Ha atau seluas4,88% dari total luas wilayah Kota Palu. Guna mengendalikan kerusakan lahan, maka Pemerin tah Kota Palu melalui Dinas penataan Ruang dan Pertanahan Kota Palu melaksnakan pengendalian pemanfaatan ruang melalui perizinan pemanfaatan ruang dan penegakan perda Tata Ruang. Selain itu melalui Dinas Lingkungan Hidup Kota Palu, pada tahun 2017 dilaksnakan kegiatan rehabilitasi/konservasi daerah aliran sungai melalui penanaman bambu sejumlah 1.500 pohon berlokasi di sepanjang sungai Uwentumbu. Dilaksanakan juga kegiatan penghijau melalui penanaman pohon yaitu angsana, mahoni dan ketapang kencana dibeberapa ruas jalan Kota Palu dengan total pohon yang ditanam adalah 1.500 pohon 3.2. Kualitas Air Terdapat 10 buah sungai di Kota Palu. Dari 10 tersebut, sungai Palu memiliki debit maksimum tertinggi ± 45 m³/dtk. Pada musim kemarau hanya Sungai Palu yang masih berpotensi, sedangkan sungai-sungai lainnya relatif kering. Terdapat embung sungai Watulele seluas 1,04 ha dengan volume 12.480 m3 dan telaga/danau sibili seluas ± 3 ha dengan volume 6.000.000 m3. Pemantauan kualitas air sungai secara rutin dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Palu khususnya untuk Sungai Palu yang dilaksanakan pada tahun 2017. Adapun titik pantau sebanyak lima titik, yaitu Jembatan I, Jembatan II, Jembatan III, Jembatan IV dan Jembatan Gantung Nunu. Dari empat belas parameter yang didapatkan dari hasil analisa laboratorium yaitu Temperatur (ºC), Residu Terlarut (mg/ L), Residu Tersuspensi (mg/L), pH, DO (mg/ L), BOD (mg/ L), COD (mg/ L), NO2 (mg/ L), NO3 (mg/ L), NH3 (mg/ L), Minyak dan Lemak (µg/L), Detergen (μg/L), Fecal coliform (MPN/100 ml) dan Total coliform (MPN/100 ml) terdapat beberapa parameter yang melebihi baku mutu kualitas air sesuai Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001. Halaman | RE-8 Lap. Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (IKPLHD) Kota Palu Tahun 2017 Sumber : Dinas Lingkungan Hidup Kota Palu Kota Palu, 2018. Gambar 5. Foto Pencemaran di Beberapa Sungai di Kota Palu Berdasarkan hasil uji laboratorium kualitas air sungai Palu dengan parameter TSS, COD, dan NO2 telah melebihi baku mutu air kelas 2. Kualitas air Danau Sibili parameter TSS telah melebihi baku mutu air kelas 2, Pada air laut parameter kekeruhan, TSS, amonia total, NO3-N, PO4-P, H2S telah melebihi baku mutu air laut untuk biota perairan. Tekanan terhadap kualiras air bersumber dari aktivitas penduduk salah satunya adalah sampah. Beberapa upaya yang telah dilakukan adalah pemantauan kualitas air secara priodik, penanganan sampah, pengendalian pembukaan lahan pada daerah aliran sungai, dan pengendalian pembuangan limbah ke badan air. 3.3. Kualitas Udara Kota Palu merupakan wilayah yang memiliki karekteristik yang spesifik, sehingga berbeda dengan daerah-daerah lain di Indonesia yang mempunyai dua musim. Kota Palu tidak dapat digolongkan sebagai daerah musim atau disebut sebagai non zona musim. Suhu udara di Kota Palu di Kota Palu pada tahun 2017 berkisar antara 26,7 – 28,300C., dengan curah hujan berkisar antara 4,5-10,2 mm Berdasarkan data dari Badan Pendapatan Daerah Prov. Sulteng Tahun 2018, diketahui bahwa pada tahun 2017 jumlah kendaraan bermotor di Kota Palu adalah 156.543 buah. Jumlah terbanyak adalah kendaraan roda dua sebanyak 107.219 buah sebagaimana ditunjukan pada grafik di bawah ini. Selanjutnya berdasrkan data dari Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu diketahui bahwa tidak terjadi perubahan panjang ruas jalan dari tahun 2015 s/d tahun 201. Halaman | RE-9 Lap. Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (IKPLHD) Kota Palu Tahun 2017 Berdasarkan hasil pemantauan kualitas udara yang dilakukan dalam 2 (dua) periode menggunakan pengamatan sesaat (metode passive sampler) dilakukan pada 4 (empat) lokasi di Kota Palu yaitu pada transportasi, industri, pemukiman, dan perkantoran. Hasil pemantauan kualitas udara menunjukkan kualitas udara Kota Palu masih cukup baik, hal tersebut di buktikan belum dilewatinya nilai ambag batas masing-masing parameter yang ditetapkan berdasarkan paraturan perundang-undangan. Dimana kondisi tersebut dapat dilihat pada daerah transportasi didapatkan konsentrasi SO2 sebesar 9,48 µg/Nm3, NO2 sebesar 5,37 mg/Nm3, sedangkan pada daerah Industri/agro industry didapatkan nilai konsentrasi SO2 sebesar 22,56 µg/Nm3 , NO2 sebesar 5,60 mg/Nm3, Pada daerah Pemukiman nilai konsentrasi SO2 < 2,57 µg/Nm3 , NO2 sebesar 7,80 mg/Nm3 dan pada daerah perkantoran didapatkan nilai konsentrasi SO2 < 2,57 untuk konsentrasi NO2 terjadi peningkatan sebesar 10,10 mg/Nm3. Beberapa upaya pengedalian pencemaran udara dilakukan oleh Kota Palu melibatkan berbagai pihak, baik masyarakat maupun pihak swasta. Salah satu komunitas yang turut berpatisipasi dalam pengendalian pencemaran udara di Kota Palu adalah “Forum Komunitas Hijau Kota Palu”. 1. Penanaman pohon (jalur hijau); 2. Pengembangan hutan kota; 3. Pengembangan taman kota. 4. Pengawasan terhadap usaha/kegiatan yang berpotensi menimbulkan pencemaran udara; 5. Pengujian emisi kendaraan bermotor secara periodik; 6. Pemantauan kualitas udara secara periodik. 3.4. Resiko Bencana Wilayah Kota Palu berada di daerah teluk yang dilewati oleh sesar Palu Koro, hal tersebut menjadikan Kota Palu sebagai Kota rawan gempa. Pemerintah Kota Palu melalui Peraturan Daerah Kota Palu Nomor 16. Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palu Tahun 2010-2030 telah menetapkan kawasan rawan bencana Kota Palu sebagaimana sebaran keruangan termuat pada Gambar di bawah ini yang terdiri dari : (a) kawasan rawan tanah longsor; Halaman | RE-10 Lap. Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (IKPLHD) Kota Palu Tahun 2017 (b) kawasan rawan gelombang pasang/tsunami; dan (c) kawasan rawan banjir. Berdasarkan data dari Badan Penangulangan Bencana Kota Palu Tahun 2017 diketahui bahwa pada tahun 2017 terjadi banjir dengan total area terendam adalah 527,375 Ha dan jumlah KK yang mengungsi sebanyak 600 KK. Jika dibanding dengan data pada tahun 2016, luas area terendam mengalami peningkatan yang signifikan, dimana pada tahun 2016 luas daerah terendam seluas 24 ha dan korban mengungsi sebanyak 1 KK. Penanganan bencana dilakukan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Palu berkoordinasi dengan organisasi perangkat daerah (OPD) serta membentuk kader dan relawan di setiap kelurahan untuk perpanjangan tangan dalam melakukan antisipasi penanggulangan bencana yang terdiri dari ketua-ketua lembaga adat dan tokoh masyarakat. Selain itu Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Palu juga melakukan sosialisasi dalam bentuk kegiatan simulasi tentang bencana ke sekolah-sekolah yang ada di Kota Palu; Kedepan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Palu juga merencanakan penyediaan peralatan pendeteksian gempa yaitu mikrotremor. Alat ini sangat penting dan dibutuhkan karena Kota Palu rawan gempa karena berada pada jalur Palu-Koro. Dengan adanya alat tersebut, bisa membuat peta baru tentang patahan gempa palu-koro secara lengkap. 3.5. Perkotaan Luas wilayah Kota Palu adalah 395,06 km2 atau sekitar 0,58% dari total wilayah Provinsi Sulawesi Tengah. Pada tahun 2017 jumlah penduduk 363.864 jiwa, laju pertumbuhan penduduk 1,61%, kepadatan penduduk 921 jiwa/km2. Dari 88.418 jumlah rumah tangga sebesar 14,1% adalah rumah tangga miskin. jenis penyait dengan jumlah keluhan terbanyak adalah infeksi saluran pernapasan sebanyak 44.259 penderita. 69,19% rumah tangga dengan sumber air minum adalah sumur. Sebanyak 474 KK yang membuang air besar di sungai. Perkiran timbulan sampah sebesar 1.029.735.120 kg/hari. Palu merupakan kota barang dan jasa Limbah dihasilkan dari berbagai sumber seperti sarana pariwisata, sarana kesehatan, industri, perkantoran. volume limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dari sektor tidak bergerak antara 0,00011 s/d 0,18465 ton/hari. Halaman | RE-11 Lap. Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (IKPLHD) Kota Palu Tahun 2017 Dalam upaya menangani persoalan perkotaan di Kota Palu, Pemerintah Kota Palu pada tahun 2017 melaksnakan penyusunan Rencana Detail Tata Ruang, pengendalian pemanfaatan ruang melalui perizinan, pengawasan usaha/kegiatan berdampak lingkungan serta melakukan upaya lainnya dengan melibatkan partisipasi masyarakat salah satunya melalui pembentukan Satuan Petugas K5 dan melakukan Gerakan Gali Gasa. IV. INOVASI DAERAH DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP Salah satu misi pembangunan Kota Palu tahun 2016-2021 adalah “Kelurahan Inovasi Unggul dan Mandiri Berbasis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi bagi Kemandirian Ekonomi”, dengan sub Misi adalah “Mendorong dan meningkatkan ekonomi kreatif dan inovatif yang berkelanjutan”, diwujudkan Pemerintah Kota Palu dengan melauunching produk unggulan Kota Palu yaitu 10 komoditi kelurahan inovasi Kota Palu, dua diantaranya adalah : 1) Kerajinan limbah Kelapa, dan 2) Kerajinan limbah sampah. Guna mendukung inovasi tersebut, maka Pemerintah Kota Palu pada tahun 2017 melaksanakan beberapa pelatihan pemanfaatan limbah bagi masyarakat. Anggaran pengelolaan lingkungan hidup adalah pendukung utama dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup. Anggaran pengelolaan lingkungan hidup pada Dinas Lingkungan Hidup Kota Palu mengalami peningkatan pada tahun 2018 sebanyak Rp. 4.644.827.337,- dari tahun 2017. Total anggaran pengelolaan lingkungan hidup tahun 2018 adalah Rp. 18.492.311.558,-. Anggaran terbesar diperuntukkan bagi program pengembangan kinerja pengelolaan persampahan sebesar Rp. 12.961.787.950,-. Upaya pengelolaan lingkungan juga tidak bisa dilepaskan dari peran serta masyarakat. Karena sebenarnya, masyarakat adalah komponen yang langsung bersinggungan dengan lingkungan. Pada tahun 2017, Gerakan Gali Gasa merupakan upaya yang digagas sebagi bentuk provokasi kebersihan kota. Guna melaksanakan ketentuan Pasal 34 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, maka Pemerimtah Kota Palu pada tahun 2017 menetapkan Keputusan Wali Kota Nomor 660/726/DLH/2017 tentang Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Memiliki Halaman | RE-12 Lap. Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (IKPLHD) Kota Palu Tahun 2017 Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup. Melalui Keputusan Walikota ini maka pelaksanaan penapisan terhadap jenis usaha dan/atau kegiatan wajib UK UPL dan SPPL dapat berjalan dengan baik. Pada tahun 2017, sebanyak 31 izin lingkungan untuk usaha/kegiatan wajib UKL UPL dan DPLH. yang diterbitkan oleh Pemerintah Kota Palu. Jumlah tersebut jika dibandingkan dengan tahun 2016, mengalami penurunan. Dimana pada tahun 2016 sebanyak 53 buah izin lingkungan. V. RENCANA TINDAK LANJUT Rencana tindak lanjut Pemerintah Kota Palu dalam rangka mengatasi pesoalan lingkungan hidup dan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup secara bertahap hingga tahun 2021 antara lain yaitu : 1. Tersedianya infrastruktur dasar kota yang berkelanjutan dengan cara meningkatkan persentase penduduk yang terlayani sistem jaringan air bersih menjadi 65,62 % pada Tahun 2021; 2. Meningkatkan cakupan layanan pengguna air bersih menjadi 80,43 % pada Tahun 2021; 3. Meningkatkan capaian akses sanitasi layak menjadi 70,67% pada tahun 2021; 4. Meningkatkan Persentase jumlah sampah yang tertangani menjadi 70% pada Tahun 2021; 5. Meningkatnya Operasionalisasi TPA/TPST/SPA di kabupaten/kota pada Tahun 2021 menjadi 81%; 6. Meningkatnya Persentase partisipasi masyarakat di kelurahan dalam menjaga kebersihan lingkungan menjadi 100% pada Tahun 2021; 7. Terjaganya Jumlah Darah Konservasi (sumber Air, Terumbu Karang, Hutan Bakau) pada Tahun 2021 sebanyak 5 lokasi; 8. Meningkatnya Cakupan Bina IKM menjadi 46% pada Tahun 2021; 9. Meningkatnya Proporsi Panjang Jaringan Jalan dalam kondisi baik pada Tahun 2021 menjadi 90,14; 10. Meningkatnya Persentase drainase dalam kondisi baik/pembuangan aliran air tidak tersumbat pada Tahun 2021 menjadi 3,67; 11. Meningkatnya Persentase irigasi Kota dalam kondisi baik pada Tahun 2021 menjadi 84,42; Halaman | RE-13 Lap. Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (IKPLHD) Kota Palu Tahun 2017 12. Meningkatnya Persentase penduduk berakses air minum pada Tahun 2021 menjadi 80,43; 13. Meningkatnya ketersediaan pelayanan terminal kota pada Tahun 2021 menjadi 100% ; 14. Tersedianya infrastruktur dasar kota yang berkelanjutan dilihat dari meningkatkan persentase kawasan kumuh yang tertata menjadi 100% pada Tahun 2021; 15. Terjaganya persentase jumlah jembatan dalam kondisi baik pada Tahun 2021 sebesar 100%; 16. Meningkatnya Cakupan ketersediaan rumah layak huni menjadi 98,24% pada Tahun 2021; 17. Meningkatnya Rasio rumah layak huni menjadi 26,30% pada Tahun 2021; 18. Meningkatnya Persentase penanganan bencana pada saat terjadinya bencana pada Tahun 2021 menjadi 90%; 19. Meningkatnya Jumlah sampah yang dikelola oleh masyarakat menjadi 50 ton pada Tahun 2021 (2015: 9 ton) 20. Meningkatnya Persentase izin pengelolaan sampah oleh swasta yang diterbitkan menjadi 22 Izin pada Tahun 2021; 21. Meningkatnya Persentase luas RTH dari luas wilayah kota menjadi 100% sesuai dipersyaratkan pada Tahun 2021; 22. Jumlah ruang publik yang berfungsi sebagai ruang edukasi dan usaha mikro menjadi 13 pada Tahun 2021; 23. Meningkatnya Pembinaan dan Pengawasan terkait ketaatan penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan yang diawasi ketaatannya terhadap izin lingkungan, izin PPLH dan PUU LH di yang diterbitkan oleh Pemerintah Daerah kabupaten/kota pada Tahun 2021 menjadi 304 perusahaan; 24. Meningkatnya Persentase pembentukan kelurahan tangguh di daerah rawan bencana menjadi 70% pada Tahun 2021; 25. Meningkatnya Persentase pembentukan sekolah tangguh bencana di daerah rawan bencana menjadi 50% pada Tahun 2021; Halaman | RE-14 Lap. Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (IKPLHD) Kota Palu Tahun 2017 26. Meningkatnya Persentase kelompok masyarakat kelurahan yang mendapat sosialisasi pengetahuan penanggulangan bencana menjadi 90% pada Tahun 2021; 27. Meningkatnya Persentase kelurahan di zona merah yang mendapat simulasi berbasis bencana menjadi 75% pada Tahun 2021; 28. Meningkatnya Persentase Tindak Lanjut Kajian Untuk Pemulihan Pasca Bencana (Jitu-Pasna) menjadi 75% pada Tahun 2021. Halaman | RE-15