Uploaded by arief.consult

RPKP Agroforestry Kopi - Kab. Bandung

advertisement
DRAFT
RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN
PERDESAAN (RPKP)
AGROFORESTRY KOPI
KECAMATAN PANGALENGAN
KABUPATEN BANDUNG
PENYUSUN :
Arief Darmawan, S.Si., M.M.
KABUPATEN BANDUNG
2016
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ______________________________________________________________ i
1. LATAR BELAKANG RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN (RPKP)
AGROFORESTRY KOPI KABUPATEN BANDUNG _________________________________ 1
1.1
Latar Belakang _________________________________________________________ 1
1.2
Maksud dan Tujuan_____________________________________________________ 2
1.3
Landasan Hukum _______________________________________________________ 3
2. ANALISIS KONDISI KAWASAN PERDESAAN AGROFORESTRY KOPI KABUPATEN
BANDUNG ______________________________________________________________ 5
2.1
Fisik Dasar ____________________________________________________________ 5
2.2
Sosial Budaya dan Kependudukan _________________________________________ 7
2.3
Ekonomi ______________________________________________________________ 8
2.4
Sarana dan Prasarana ___________________________________________________ 8
3. ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS KAWASAN PERDESAAN AGROFORESTRY KOPI
KABUPATEN BANDUNG___________________________________________________ 10
3.1
Kondisi Umum ________________________________________________________ 10
3.2
Potensi dan Permasalahan ______________________________________________ 13
4. VISI-MISI, TUJUAN, DAN SASARAN RPKP AGROFORESTRY KOPI KABUPATEN
BANDUNG _____________________________________________________________ 17
4.1
4.3.1
4.3.2
Visi dan Misi _________________________________________________________ 17
Visi ________________________________________________________________________ 17
Misi _______________________________________________________________________ 17
4.2
Tujuan ______________________________________________________________ 17
4.2
Sasaran _____________________________________________________________ 17
5. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN RPKPKAWASAN PERDESAAN AGROFORESTRY
KOPI KABUPATEN BANDUNG ______________________________________________ 19
5.1
Strategi dan Arah Kebijakan Tingkat Nasional _______________________________ 19
5.2
Strategi dan Arah Kebijakan Tingkat Provinsi _______________________________ 25
5.3
Strategi dan Arah Kebijakan Tingkat Kabupaten _____________________________ 28
5.4
Strategi dan Arah Kebijakan Tingkat Kawasan Perdesaan _____________________ 29
Daftar Isi
i
6. PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR CAPAIAN, DAN PENDANAAN RPKP KAWASAN
PERDESAAN AGROFORESTRY KOPI
KABUPATEN BANDUNG _____ 33
6.1
Program dan Kegiatan__________________________________________________ 33
6.3
Indikator Capaian _____________________________________________________ 36
6.4
Kerangka Pendanaan __________________________________________________ 40
Daftar Isi
ii
1. LATAR BELAKANG RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN
PERDESAAN (RPKP) AGROFORESTRY KOPI KABUPATEN BANDUNG
1.1 Latar Belakang
Kesenjangan antar-wilayah masih merupakan tantangan besar dalam pembangunan
nasional. Angka-angka resmi pemerintah maupun non pemerintah menunjukkan bahwa
dari aspek ekonomi, sosial (kemiskinan), infrastruktur, dan sebagainya merupakan suatu
fakta
yang
menyebabkan
terjadinya
kesenjangan
baik
antar
wilayah,
antar
provinsi/kabupaten, bahkan antar kota dan desa. Kesenjangan dari aspek ekonomi
misalnya, sangat terlihat dari intensitas kegiatan ekonomi yang masih terpusat di Jawa
dan Bali. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun
2015-2019, disebutkan bahwa pembangunan desa dan kawasan perdesaan secara
komprehensif merupakan faktor penting bagi pembangunan daerah, pengentasan
kemiskinan, dan pengurangan kesenjangan antarwilayah. Untuk itu target sasaran yang
ditetapkan dalam RPJMN 2015-2019 adalah mengurangi 5.000 desa tertinggal menjadi
desa berkembang dan sedikit-dikitnya 2.000 desa berkembang menjadi desa mandiri.
Pembangunan kawasan perdesaan merupakan salah satu pendekatan dalam
menyelesaikan permasalahan desa dan kawasan perdesaan sebagaimana diamanatkan
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Pasal 83 UU Nomor 6 tahun 2014,
menyebutkan bahwa: Pembangunan kawasan perdesaan merupakan perpaduan
pembangunan antar-Desa yang dilaksanakan dalam upaya mempercepat dan
meningkatkan kualitas pelayanan, pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat desa
melalui pendekatan pembangunan partisipatif. Lebih lanjut disebutkan bawa
pembangunan kawasan perdesaan meliputi: a). penggunaan dan pemanfaatan wilayah
Desa dalam rangka penetapan kawasan pembangunan sesuai dengan tata ruang
Kabupaten/Kota; b). pelayanan yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat perdesaan; c). pembangunan infrastruktur, peningkatan ekonomi perdesaan,
dan pengembangan teknologi tepat guna; dan d).pemberdayaan masyarakat Desa untuk
meningkatkan akses terhadap pelayanan dan kegiatan ekonomi. Untuk melaksanakan
Bab I Latar Belakang RPKP Agroforestry Kopi Kab. Bandung
1
amanat ini, maka perlu disusun Rancangan Pembangunan Kawasan Perdesaan yang
dibahas bersama antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/
Kota dan Pemerintah Desa. Dengan diundangkannya Peraturan Menteri Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 5 Tahun 2016 tentang
Pembangunan Kawasan Perdesaan, beserta Petunjuk Teknis (Juknis) Pembangunan
Kawasan Perdesaan, maka legalitas dan acuan penyelenggaraan Pembangunan Kawasan
Perdesaan semakin lengkap.
Pemerintah Kabupaten Bandung, mengusulkan Pembangunan Kawasan Perdesaan
bertema Agroforestry Kopi di Kecamatan Pangalengan, yang meliputi tiga desa, yaitu
desa Margamulya, Pulosari, dan Margaluyu. Pemilihan tema Agroforestry Kopi
berdasarkan pertimbangan besarnya potensi komoditas kopi di tiga desa tersebut,
keunggulan jenis kopi Arabika premium Java Preanger yang dibudidayakan, permintaan
pasar yang terus meningkat, juga memperhatikan kesesuaian dengan arah pembangunan
Kabupaten ke depan, yang tertuang dalam RTRW dan dan RPJMD.
Diharapkan pembangunan kawasan perdesaan tersebut dapat menjadi menjadi daya
ungkit peningkatan kegiatan pembangunan kawasan, sehingga pada gilirannya akan
meningkatkan taraf kesejehteraan masyarakat desa.
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud
Maksud penyusunan Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan (RPKP) Agroforestry
Kopi di Kecamatan Pangalengan adalah untuk menyiapkan dokumen perencanaan
kawasan perdesaan yang disusun secara kolaboratif dan partisipatif melalui peningkatan
peran serta masyarakat dan pemangku kepentingan lain, pada aras atau tingkat desa dan
kawasan perdesaan, kabupaten, dan provinsi.
Tujuan
Tujuan Penyusunan Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan yaitu untuk :
Bab I Latar Belakang RPKP Agroforestry Kopi Kab. Bandung
2
1) Meningkatkan pemahaman Pemerintah Daerah, Pemerintah Desa, Lembaga
Kemasyarakatan Terhadap Pembangunan Kawasan Perdesaan;
2) Menyusun rancangan RPKP sebagai bahan masukan bagi TKPK Kabupaten untuk
diusulkan kepada Bupati menjadi RPKP yang ditetapkan dengan Peraturan Bupati;
dan
3) Meningkatkan kapasitas Pemerintah Kabupaten, Pemerintah Desa, Lembaga
Kemasyarakatan Desa dalam pembangunan kawasan perdesaan.
1.3 Landasan Hukum
Landasan hukum pelaksanaan kegiatan Penyusunan Rancangan Rencana Pembangunan
Kawasan Perdesaan Agrofrestry Kopi di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung
adalah :
1)
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional;
2)
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
3)
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian;
4)
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa;
5)
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, sebagaimana
telah dirubah, terakhir dengan UU Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Ke-dua
UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah;
6)
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 6/2014, sebagaimana telah dirubah dengan PP Nomor 47
Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6/2014 tentang Desa;
7)
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber
dari APBN, sebagaimana telah dirubah, terakhir dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 8 Tahun 2016 tentang Perubahan Ke-dua Atas Peraturan Pemerintah Nomor
60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari APBN;
8)
Peraturan Presiden Nomor 165 Tahun 2014 Tentang Penataan Tugas dan Fungsi
Kabinet Kerja;
Bab I Latar Belakang RPKP Agroforestry Kopi Kab. Bandung
3
9)
Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019;
10) Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2015 tentang Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi;
11) Peraturan Presiden Nomor 60 Tahun 2015 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun
2016;
12) Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Nomor
6 Tahun 2015 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi;
13) Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Nomor
21 Tahun 2015 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2016; dan
14) Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Nomor
5 Tahun 2016 tentang Pembangunan Kawasan Perdesaan.
15) Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 7 Tahun 2011, Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang (Rpjp) Tahun 2005-2025.
16) Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 5 Tahun 2014, Tentang Perubahan
Atas Peraturan Daeah Nomor 11 Tahun 2011, Tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (Rpjmd) Kabupaten Bandung Tahun 2010-2015.
17) Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 8 Tahun 2016 tentang Pembangunan
Desa.
Bab I Latar Belakang RPKP Agroforestry Kopi Kab. Bandung
4
2. ANALISIS KONDISI KAWASAN PERDESAAN AGROFORESTRY KOPI
KABUPATEN BANDUNG
2.1 Fisik Dasar
Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan Agroforestry Kopi di Kabupaten Bandung,
terletak di Kecamatan Pangalengan, yang meliputi tiga Desa, yaitu Desa Margamulya,
Pulosari dan Margaluyu. Gambaran fisik dasar Kecamatan Pangalengan adalah sebagai
berikut:
Sebagaian besar wilayah Kecamatan Pangalengan merupakan wilayah pegunungan atau
perbukitan, secara geografis terletak pada 107° 29 ' - 107° 39 ' Bujur Timur dan 7° 19' - 7°
6 ' Lintang Selatan, dengan ketinggian diatas permukaan laut bervariasi antara 984 m
sampai 1.571 m. Beberapa desa terletak ditepian hutan, tetapi ada satu desa diluar
kawasan hutan. Kecamatan Pangalengan juga dialiri oleh salah satu Sungai yaitu Sungai
Cisangkuy dan ada Situ Cileunca, keberadaan sungai dan Situ ini menguntungkan dari
sektor pertanian dan Pariwisata, juga sebagai bahan Pebangkit Listrik Tenaga Air. Selain
itu di Kecamatan pangalengan ada Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi.
Luas wilayah Kecamatan Pangalengan tercatat seluas 272,95 Km atau 27.294,77 Ha. Luas
Wilayah ini dibagi menjadi beberapa kategori diantaranya luas lahan pertanian sawah
961,86 Ha, luas lahan pertanian bukan sawah 22.692,48 Ha dan luas lahan non pertanian
3.640,45 Ha.
Iklim di Kecamatan Pangalengan yang berada di dataran tinggi atau pegunungan
membuat suhu udara di kecamatan ini cukup sejuk, yaitu berkisar antara 160 Celcius - 250
Celcius dan Pada tahun 2015 curah hujan 1.996 mm/tahun dengan rata- rata 5.47
mm/perhari, curah hujan tertinggi tercatat 11,61 mm/perhari terjadi di bulan Februari,
curah hujan terendah pada bulan Juli tercatat 0.34 mm/perhari dan hari hujan tertinggi
pada bulan Februari serta hari hujan terendah terjadi pada bulan Juli.
Gambaran tutupan lahan dan kondisi kebencanaan di Kecamatan Pangalengan
Kabupaten Bandung dapat dilihat pada gambar 2.1 dan 2.2 berikut:
Bab II Analisis Kondisi Kawasan
5
Sumber: RPJMD Perubahan Kab. Bandung 2010-2015
Gambar 2.1 Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Bandung
Sumber: RPJMD Perubahan Kab. Bandung 2010-2015
Gambar 2.2 Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Bandung
Bab II Analisis Kondisi Kawasan
6
Berdasarkan dua peta di atas, tampak bahwa Kecamatan Pangalengan sebagian besar
pemanfaatan lahannya untuk Budidaya Pertanian (53,19%), Lindung (37,77%), Budidaya
Non-Pertanian (7,23%), dan lainnya (1,80%). Lokasi Kawasan Perdesaan sebagian besar
lahannya berada di kawasan Budidaya Pertanian, sebagian kecil berada di kawasan
lindung. Untuk kawasan yang berbatasan dengan hutan, telah dilakukan kerjasama
Pengusahaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) dengan pihak Perhutani.
2.2 Sosial Budaya dan Kependudukan
Indikator kondisi sosial Kabupaten Bandung dapat dilihat pada tabel Indeks
Pembangunan Manusia berikut:
Tabel 2.1 Angka IPM Tahun 2010 – 2014
Variabel IPM
2010
2011
2012
Kab
Jabar
Kab
Jabar
Kab Jabar
(poin)
IPM
74,05 72,29 75,01 72,73 75,24 73,11
Indeks Pendidikan
84,64 81,67 84,80 82,55 85,05 82,75
RLS
8,37
8,02
8,62
8,06
8,67 8,08
AMH
98,72 96,18 98,48 96,29 98,69 96,39
Indeks Kesehatan
73,36 72,00 75,10 72,34 75,46 72,67
AHH
69,02 68,20 70,06 68,40 70,28 68,60
Indeks Daya Beli
64,37 62,57 65,13 63,57 65,21 64,17
PPP (Ribu Rupiah) 638,56 630,77 641,86 635,10 642,19 637,67
Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat 2015
2013
2014
Kab Jabar Kab Jabar
75,40 73,40 75,69 74,28
85,23 82,31 85,28 83,36
8,70 8,09 8,72 8,34
98,84 96,49 98,86 98,29
75,56 72,99 75,90 74,01
70,34 68,80 70,54 69,02
65,42 64,89 65,89 65,47
643,09 640,88 645,11 644,36
Gambaran kondisi pendidikan di Kabupaten Bandung dapat dilihat pada tabel Indeks
Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) sekolah dari tingkat SD
sampai dengan SLT, sebagai berikut:
Tabel 2.2 Gambaran Kondisi Pendidikan
Tahun Ajaran
Indikator
2010/2011 2011/2012 2012/2013 2013/2014 2014/2015
APK SD
102,45
102,50
105,00
104,85
106,89
APM SD
89,97
90,89
93,26
94,74
95,13
APK SLTP
73,63
77,35
92,87
94,94
97,69
APM SLTP
54,59
57,54
66,47
81,17
82,83
APK SLTA
42,62
46,06
44,93
46,60
51,79
APM SLTA
28,86
31,54
31,86
34,67
37,96
Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat 2015
Bab II Analisis Kondisi Kawasan
7
2.3 Ekonomi
Secara umum kondisi ekonomi Kabupaten Bandung dipengaruhi oleh indikator ekonomi
makro Indonesia dan Provinsi Jawa Barat. Kemajuan ekonomi Kabupaten Bandung pun
dapat diketahui dengan menyandingkan data pertumbuhan ekonominya dengan Provinsi
Jawa Barat dan Indonesia. Kemajuan perekonomian Kabupaten Bandung dapat dilihat
melalui pertumbuhan PDRB-nya. Berikut ini merupakan grafik pertumbuhan PDRB
Kabupaten Bandung Tahun 2008-2014 yang menunjukkan kenaikan setiap tahunnya.
Nilai PDRB tahun 2014 masih lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang
menunjukkan adanya kenaikan kinerja ekonomi, meski laju pertumbuhannya menurun
dibanding tahuntahun sebelumnya. Begitu pula dengan nilai tambah tiap sektor
yang secara umum mengalami kenaikan. Berikut ini merupakan nilai tambah tiap sektor
ekonomi di Kabupaten Bandung yang ditunjukkan oleh angka PDRB berdasarkan sektor
ekonomi pada tahun 2014.
Tabel 2.3 Indikator Makro Ekonomi dan Infrastruktur
Indikator
2010
Penduduk (Jiwa)
3.215.548
LPE (%)
5,88
LPP (%)
1,35
PDRB Harga Berlaku (Rp.)
46.092.239
PDRB Harga Konstan (Rp.)
21.734.661
PDRB perkapita Harga Berlaku (Rp.)
14.519.532
PDRB perkapita Harga Konstan (Rp.)
6.837.932
Investasi (Triliun Rupiah)
1,02
Kemiskinan (%)
9,3
Pengangguran Terbuka (%)
10,69
Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat, 2015.
2011
3.299.988
5,94
2,63
51.291.763
23.026.237
15.852.245
7.116.494
8,10
8,32
6,44
2012
3.351.048
6,15
1,55
57.071.407
24.443.222
17.255.692
7.390.473
5,04
8,33
9,80
2013
2014
3.415.700 3.470.939,00
5,96
5,92
1,93
1,60
64.660.447,43 72.945.347,59
25.901.171,60 27.435.715,37
18.930.364,91 21.019.359,36
7.582.976,14 7.095.650,85
8,97
N/A
7,94
N/A
10,50
8,48
Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bandung pada periode tahun 2010 – 2014, cenderung
konstan di kisaran 5,88% sampai dengan 6,15%, dengan rata-rata sebesar 5,97% per tahun.
2.4 Sarana dan Prasarana
Gambaran umum kondisi daya saing daerah terkait dengan fasilitas wilayah/infrastruktur
dapat dilihat dari aksesibilitas daerah, penataan wilayah, fasilitas bank dan non bank,
ketersediaan air bersih, fasilitas listrik, ketersediaan restoran dan rumah makan serta
Bab II Analisis Kondisi Kawasan
8
ketersediaan penginapan. Namun demikian pembahasan berikut ini hanya meliputi
infrastruktur yang memiliki peranan vital di Kabupaten Bandung.
Tabel 2.4 Gambaran Infrastruktur Pekerjaan Umum
Jenis Infrastruktur
2010
2011
2012
2013
Kemantapan Jalan (km)
355,57
413,28 500,78 587,42
Cakupan Air Bersih (%)
71,67
72.18
72,31 73,08
Saluran Irigasi (% Rusak berat) (m) 19,518
35,76
45,26 49,04
Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat 2015
2014
661,16
73,85
57,55
Gambar 2.3 Peta Kondisi Infrastruktur Kabupaten Bandung
Bab II Analisis Kondisi Kawasan
9
3. ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS KAWASAN PERDESAAN AGROFORESTRY KOPI KABUPATEN BANDUNG
3.1 Kondisi Umum
Kondisi umum Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan Agroforestry Kopi Kabupaten Bandung, adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1 Gambaran Umum Kawasan Perdesaan yang Diusulkan
1
2
3
Nama Kawasan
Letak Kawasan
Wilayah
a.
b.
Tema Kawasan
Nama Lokasi
Kawasan Pertanian Terpadu melalui Agroforestry Kopi
a.
Kecamatan
Pangalengan
b.
Kabupaten
Bandung
a.
Jumlah Kecamatan
1 Kecamatan
b.
Jumlah dan Nama Desa
1.
Desa Margamulya Kec. Pangalengan
2.
Desa Desa Margaluyu Kec. Pangalengan
3.
Desa Pulosari Kec. Pangalengan
Kawasan Agroforestry Kopi Pangalengan
c.
Luas Wilayah
25.360,85 Ha
d.
Desa yang berpotensi
sebagai pusat kawasan
Desa Margamulya Kec. Pangalengan
Bab III Analisis Isu-Isu Strategis RPKP Agroforestry Kab. Bandung
10
e.
Perkembangan Desa (IDM)
Desa Tertinggal 0 Unit ( nama desa - )
Desa Berkembang 3 Unit ( nama desa Margamulya, Pulosari, Margaluyu)
Desa Mandiri
0 Unit ( nama desa -)
Pengusulan Kecamatan dan Desa-Desa yang termasuk di dalam RPKP yang diusulkan telah melalui proses pembahasan dan penyepakatan
dengan seluruh shareholder terkait, berdasarkan hasil rapat/musrenbang/FGD yang diselanggarakan pada,
a. Hari/ Tanggal
: Jum’at, 07 Oktober 2016
b. Bertempat di
: Ruang Rapat BPMPD, Kabupaten Bandung
Hasil kegiatan musrenbang/FGD tersebut menjadi dasar dalam penetapan RPKP bertema Kawasan Pertanian Terpadu melalui Agroforestry
Kopi, yang meliputi Desa Margamulya, Desa Pulosari, dan Desa Margaluyu, di wilayah Kecamatan Pangalengan. Berdasarkan Peraturan Bupati
Bandung No. 50 Tahun 2016
Tim Koordinasi Pembangunan Kawasan Perdesaan Agroforestry Kopi Kabupaten Bandung , telah ditetapkan berdasarkan Keputusan Bupati
(Kepbup) No. 410/Kep.640-Bappeda/2016 Tahun 2016.
Bab III Analisis Isu-Isu Strategis RPKP Agroforestry Kab. Bandung
11
Gambaran lokasi kawasan perdesaan yang diusulkan, berupa peta delineasi tiga desa yang
termasuk ke dalam kawasan Agrofrestry Kopi dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut:
SKALA 1 : 10.000
Gambar 3.1 Delineasi Kawasan Perdesaan Agroferestry Kopi Kecamatan Pangalengan,
Kabupaten Bandung
Bab III Analisis Isu-Isu Strategis RPKP Agroforestry Kab. Bandung
3.2 Potensi dan Permasalahan
Kawasan perdesaan Agroforestry Kopi Kabupaten Bandung secara umum merupakan wilayah berbasis utama kegiatan pertanian, dengan
komoditas unggulan atau sektor penggerak utama ekonomi wilayah adalah komoditas kopi. Komoditas/ sektor ekonomi tersebut diusuhakan
di setiap desa yang diusulkan sebagai bagian dari Kawasan Perdesaan. Pusat produksi atau pengusahaan komoditas/sektor terpusat di desa
Margamulya Kecamatan Pangalengan yang diusulkan sebagai pusat kawasan.
Gambaran umum potensi dan permasalahan kawasan perdesaan yang diusulkan dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut.
Tabel 3.2 Potensi dan Permasalahan Kawasan Perdesaan yang Diusulkan
a. Luas riil 2.071 Ha, potensial dikembangkan 4.500 Ha
b. Produktivitas 1,07 Ton/Ha/tahun
c. Nilai ekonomi Rp. 65.000 juta/tahun atau Rp65
miliar/tahun
1
Potensi Ekonomi
a. Komoditas Unggulan Kawasan
untuk kawasan non produksi lahan misal pariwisata,
a. Jumlah lokasi 8 destinasi, potensial dikembangkan 11
destinasi
b. Produktivitas 6.234.555 pengunjung/tahun
c. Nilai ekonomi Rp. 62.346 juta/tahun
untuk kawasan non produksi lahan misal industri/jasa:
a. Jumlah lokasi 0. unit, potensial dikembangkan 3 unit
b. Produktivitas 0. Unit produk/tahun
c. Nilai ekonomi Rp. 0 juta/tahun
Bab III Analisis Isu-Isu Strategis RPKP Agroforestry Kab. Bandung
13
b. Pusat Pengolahan/
Perdagangan Komoditas
a. Volume pengolahan/Perdagangan 6.500 ton atau unit/
tahun
b. Nilai ekonomi Rp. 65.000 juta/tahun
c.
Berdasarkan jenis dan produktivitas komoditas
Komoditas Unggulan MasingMasing Desa
1) Desa Margamulya
2) Desa Pulosari
3) Desa Margaluyu
a.
2
Penduduk dan Mobilitas Penduduk
(2015)
3
Sarana dan Prasarana kawasan yang
sudah ada (2015)
Jumlah Penduduk
b. Penduduk Menetap
c. Jumlah Penduduk Miskin
d. Mata pencaharian penduduk
a.
Sarana Pendidikan
a. Kopi, Dengan luas riil 1.500 Ha, Produktivitas 2,58 ton/Ha
b. Teh. Dengan luas riil 1.129 Ha, Produktivitas 6,07 ton/Ha
a. Kopi. Dengan luas riil 726 Ha, Produktivitas 0,7 ton/Ha
b. Sapi Perah. Dengan jumlah 442 ekor
a. Kopi, Dengan luas riil 100 Ha, Produktivitas 0,5 ton/Ha
b. Teh. Dengan luas riil 599,5. Ha, Produktivitas 0,45 ton/Ha
a. Jumlah Total Penduduk 148.711 jiwa
b. Jumlah Penduduk Pria 74.644 jiwa (50,1%)
c. Jumlah Penduduk Wanita 74.077 jiwa (49,9.%)
d. Jumlah Rumah Tangga 44.681 Rumah Tangga
e. Rata-Rata jumlah jiwa per Rumah Tangga 3 Jiwa
Menetap 99% Musiman 1%
42,38.%
a. Petani (62,46 %)
b. Peternak (17,88. %)
c. Pengrajin/industri kecil (8,43 %)
d. PNS/TNI/POLRI (9,38 %)
e. Jasa (0,02 %)
a. TK/TPA/RA
b. SD/MI
79 Unit
64 Unit
Bab III Analisis Isu-Isu Strategis RPKP Agroforestry Kab. Bandung
14
b. Sarana Kesehatan
c.
Sarana Ekonomi
d. Infrastruktur
4
Permasalahan yang dihadapi (2016)
a.
Bidang Infrastruktur
c.
d.
e.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
SMP/MTs
14 Unit
SMA/SMK/MA
9 Unit
Akademi/Universitas
0 Unit
Rumah Sakit Umum
1 Unit
RS/Klinik Bersalin
0 Unit
Klinik Umum
0 Unit
Puskesmas
3 Unit
Puskesmas Pembantu
1 Unit
Posyandu
228 Unit
a.
b.
c.
d.
Pasar Desa
2 Unit
KUD
42 Unit
Toko Grosir (sembako/bahan bangunan) 3.704 Unit
Warung/Bengkel/Rumah Makan
67 Unit
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Panjang Jalan Desa
44.300 Km
Panjang Jaringan Irigasi Desa
6.830 Km
Rumah dengan Jaringan Air Bersih
1 Unit
Jumlah dengan MCK sendiri
26.525 Unit
Jumlah Rumah terhubung Jaringan PLN 32.491 Unit
Tempat Pengolahan Sampah Sementara/3R
1 Unit
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Panjang Jalan Desa kondisi Rusak
Panjang Jaringan Irigasi kondisi Rusak
Rumah Tangga belum terlayani Air Bersih
Rumah Tangga belum memiliki MC sendiri
Rumah Tangga belum terlayani listrik PLN
Sampah yang tidak diolah di TPST/ 3R
Bab III Analisis Isu-Isu Strategis RPKP Agroforestry Kab. Bandung
60 %
40 %
70 %
30 %
20 %
40 %
15
b. Ekonomi
c.
Pendidikan
d. Kesehatan
5
Bencana Longsor
a. Desa Lamajang
Potensi Rawan Bencana*)
b.
b.
c.
* Jika ada kawasan yang rawan/berpotensi bencana
a.
b.
c.
d.
e.
Rata-Rata Pendapatan per tahun Rp. 47,7. Juta
Rata-Rata Pengeluaran per tahun Rp. 41,6 Juta
Jumlah usia produktif tidak bekerja 18.160. Jiwa
Jumlah usia produktif bekerja tidak tetap 2.764 Jiwa
Permasalahan ekonomi lainnya -
Rata- Rata Lama Sekolah 8,90 Tahun
a.
b.
c.
d.
Tingkat kematian Ibu melahirkan 73 orang/tahun
Jenis Penyakit Menular yang pernah ada Filariasis
Prevalensi penyakit menular yang pernah ada 0 orang
Permasalahan kesehatan lainnya -
Luas Daerah potensi bencana 5. Ha
Bab III Analisis Isu-Isu Strategis RPKP Agroforestry Kab. Bandung
16
4. VISI-MISI, TUJUAN, DAN SASARAN RPKP AGROFORESTRY KOPI
KABUPATEN BANDUNG
4.1 Visi dan Misi
Visi, dan Misi Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan (RPKP) Agroforestry Kopi
Kabupaten Bandung berdasarkan Rencana Strategis Pembangunan Kabupaten, Rencana
Pembangunan Desa, serta antisipasi potensi dan masalah, maka untuk periode lima
tahun ke depan 2017-2022 adalah sebagai berikut :
4.3.1 Visi
Visi Kawasan Perdesaan : Terwujudnya Kawasan Perdesaan Agroforestry Kopi yang maju,
mandiri dan berdaya saing
4.3.2 Misi
Misi Pembangunan Kawasan Perdesaan Agroforestry Kopi, yaitu:
1. Mewujudkan Mewujudkan Kawasan Perdesaan yang Mandiri;
2. Mewujudkan Mewujudkan Kelestarian lingkungan hidup;
3. Mewujudkan Mewujudkan produk Kopi yang Berdaya Saing;
4.2 Tujuan
Mengacu kepada Visi dan Misi Kawasan Perdesaan Kawasan Perdesaan Agroforestry
Kopi, di atas, maka Tujuan Pembangunan Kawasan Perdesaan yaitu: mempercepat dan
meningkatkan kualitas pelayanan, pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat Desa di
Kawasan Perdesaan Kawasan Perdesaan Agroforestry Kopi melalui pendekatan
pembangunan partisipatif, religius, kultural, dan berwawasan lingkungan).
4.2 Sasaran
Mengacu kepada tujuan Pembangunan Kawasan Perdesaan Kawasan Perdesaan
Agroforestry Kopi, Kabupaten Bandung. Maka secara spesifik, Sasaran pembangunan
untuk lima tahun ke depan, meliputi tapi tidak terbatas pada :
Bab IV Visi-Misi, Tujuan, dan Sasaran RPKP Agroforestry Kab. Bandung
17
1.
Meningkatnya Meningkatnya integrasi antar produk unggulan dalam pembangunan
kawasan perdesaan ;
2.
Terwujudnya kelestarian lingkungan melalui Agroforestry kopi;
3.
Terwujudnya kopi Pangalengan berkualitas internasional;
Target Kinerja Pembangunan Kawasan Perdesaan Kawasan Perdesaan Agroforestry Kopi.
yaitu:
1.
Meningkatnya jumlah produk unggulan yang terintegrasi dalam kawasan pertanian
terpadu sebesar 5 produk (50%);
2.
Meningkatnya luas penanaman kopi di kawasan perdesaan menjadi seluas 5000
hektare (50%)
3.
Meningkatnya jumlah ekspor produksi kopi Pangalengan sebesar 30 ton pertahun
(50%)
Bab IV Visi-Misi, Tujuan, dan Sasaran RPKP Agroforestry Kab. Bandung
18
5. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN RPKPKAWASAN PERDESAAN
AGROFORESTRY KOPI KABUPATEN BANDUNG
Strategi dan arah kebijakan Pembangunan Kawasan Perdesaan dan merupakan
pendekatan dalam memecahkan permasalahan yang penting dan mendesak untuk segera
dilaksanakan dalam kurun waktu 2017-2022, serta memiliki dampak yang besar terhadap
pencapaian sasaran Pembangunan Kawasan Perdesaan.
Strategi dan arah kebijakan yang dituangkan dalam dokumen Pembangunan Kawasan
Perdesaan agar sejalan dan menjadi bagian program Kementerian/Lembaga di tingkat
Pusat, Dinas/Badan terkait di tingkat Provinsi, dan Dinas/Badan terkait di tingkat
Kabupaten, maka Kawasan Perdesaan Agroforestry Kopi dibagi menjadi 4 (empat) bagian,
yaitu:
1. Strategi dan arah kebijakan tingkat Nasional (penugasan dari UU Desa, UU Penataan
Ruang, dan RPJMN 2015-2019);
2. Strategi dan arah kebijakan tingkat Provinsi (RPJMD Provinsi);
3. Strategi dan arah kebijakan tingkat Kabupaten (RPJMD Kabupaten).
43. Strategi dan arah kebijakan tingkat Kawasan Perdesaan.
5.1 Strategi dan Arah Kebijakan Tingkat Nasional
Arah Kebijakan Pembangunan Kawasan Perdesaan mengacu kepada:
1. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
2. Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa,
3. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019,
4. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor
15 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi Tahun 2015-2019,
5. Kebutuhan penanganan permasalahan kawasan perdesaan yang muncul sebagai
dinamika terbaru serta menjadi prioritas Direktorat Jenderal Pembangunan Kawasan
Perdesaan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
Bab V Strategi Dan Arah Kebijakan RPKP Agroforestry Kab. Bandung
19
Menurut Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007, penataan ruang berdasarkan kegiatan
kawasan terdiri atas penataan ruang kawasan perkotaan dan penataan ruang kawasan
perdesaan. Kawasan Perdesaan terkait rencana struktur ruang wilayah (nasional,
provinsi, ataupun kabupaten) dalam wilayah pelayanannya dan sistem jaringan
prasarana. Rencana tataruang kawasan perdesaan merupakan bagian dari rencana tata
runag wilayah kabupaten yang dapat disusun sebagai instrumen pemanfaatan ruang
untuk mengoptimalkan kegiatan pertanian (dalam arti luas) yang dapat berbentuk
kawasan agropolitan.
Pengertian kawasan agropolitan menurut Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 yaitu
kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai
sistem produski pertanian dan pengeolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan
oleh adanya keterkaitan fungsional dan memiliki hirarki keruangan satuan sistem
permukiman dan sistem agribisnis.
Penataan ruang kawasan perdesaan menurut Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007
diarahkan untuk:
1. Pemberdayaan masyarakat perdesaan;
2. Pertahanan kualitas lingkungan setempat dan wilayah yang didukungnya;
3. Konservasi sumberdaya alam;
4. Pelestarian warisan budaya lokal;
5. Pertahanan kawasan lahan abadi pertanian pangan untuk ketahanan pangan; dan
6. Penjagaan keseimbangan pembangunan perdesaan-perkotaan.
Pembangunan Kawasan Perdesaan berdasarkan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
Pasal 83 ayat (3) meliputi:
1. penggunaan dan pemanfaatan wilayah Desa dalam rangka penetapan kawasan
pembangunan sesuai dengan tata ruang Kabupaten/Kota;
2. pelayanan yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat perdesaan;
Bab V Strategi Dan Arah Kebijakan RPKP Agroforestry Kab. Bandung
20
3. pembangunan infrastruktur, peningkatan
ekonomi
perdesaan,
dan
pengembangan teknologi tepat guna; dan
4. pemberdayaan masyarakat Desa untuk meningkatkan akses terhadap pelayanan dan
kegiatan ekonomi.
Pembangunan Kawasan Perdesaan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa. Selanjutnya telah dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 47
Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014
Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.
Beberapa pengaturan yang terkait dengan Kawasan Perdesaan yaitu:
1. Pembangunan kawasan perdesaan merupakan perpaduan pembangunan antar-Desa
yang dilaksanakan dalam upaya mempercepat dan meningkatkan kualitas pelayanan,
pembangunan,
dan
pemberdayaan
masyarakat
Desa
melalui
pendekatan
pembangunan partisipatif.
2. Pembangunan kawasan perdesaan terdiri atas:
a. Penyusunan rencana tata ruang kawasan perdesaan secara partisipatif;
b. Pengembangan pusat pertumbuhan antar-Desa secara terpadu;
c. Penguatan kapasitas masyarakat;
d. Kelembagaan dan kemitraan ekonomi; dan
e. Pembangunan infrastruktur antarperdesaan.
3. Pembangunan kawasan perdesaan memperhatikan kewenangan berdasarkan hak
asal usul dan kewenangan lokal berskala Desa serta pengarusutamaan perdamaian
dan keadilan sosial melalui pencegahan dampak sosial dan lingkungan yang
merugikan sebagian dan/atau seluruh Desa di kawasan perdesaan.
Strategi dan arah kebijakan pembangunan desa dan kawasan perdesaan, termasuk di
kawasan perbatasan, daerah tertinggal, kawasan transmigrasi dan kepulauan dan pulau
kecil, menurut RPJMN 2015-2019 yaitu:
1. Pemenuhan Standar Pelayanan Minimum Desa termasuk permukiman transmigrasi
sesuai dengan kondisi geografis Desa, melalui strategi:
Bab V Strategi Dan Arah Kebijakan RPKP Agroforestry Kab. Bandung
21
a. meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana perumahan dan fasilitas
permukiman;
b. meningkatkan ketersediaan tenaga pengajar serta sarana dan prasarana
pendidikan;
c. meningkatkan ketersediaan tenaga medis serta sarana dan prasarana kesehatan;
d. meningkatkan ketersediaan sarana prasarana perhubungan antar permukiman ke
pusat pelayanan pendidikan, pusat pelayanan kesehatan, dan pusat kegiatan
ekonomi; dan
e. meningkatkan ketersediaan prasarana pengairan, listrik dan telekomunikasi.
2. Penanggulangan kemiskinan dan pengembangan usaha ekonomi masyarakat Desa
termasuk di permukiman transmigrasi, melalui strategi:
a. fasilitasi pengelolaan BUM Desa serta meningkatkan ketersediaan sarana
prasarana produksi khususnya benih, pupuk, pasca panen, pengolahan produk
pertanian dan perikanan skala rumah tangga desa;
b. fasilitasi, pembinaan, maupun pendampingan dalam pengembangan usaha,
bantuan
permodalan/kredit,
kesempatan
berusaha,
pemasaran
dan
pemanfaatan
dan
kewirausahaan; dan
c. meningkatkan
kapasitas
masyarakat
desa
dalam
pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Tepat Guna.
3. Pembangunan sumber daya manusia, peningkatan keberdayaan, dan pembentukan
modal sosial budaya masyarakat Desa termasuk di permukiman transmigrasi melalui
strategi:
a. mengembangkan pendidikan berbasis ketrampilan dan kewirausahaan;
b. memberi pengakuan, penghormatan, perlindungan, dan pemajuan hak-hak
masyarakat adat;
c. mengembangkan kapasitas dan pendampingan kelembagaan kemasyarakatan
desa dan kelembagaan adat secara berkelanjutan;
d. meningkatkan kapasitas dan partisipasi masyarakat termasuk perempuan, anak,
pemuda
dan
penyandang
disabilitas
melalui
fasilitasi,
pelatihan,
dan
Bab V Strategi Dan Arah Kebijakan RPKP Agroforestry Kab. Bandung
22
pendampingan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring pembangunan
desa;
e. menguatkan kapasitas masyarakat desa dan masyarakat adat dalam mengelola
dan memanfaatkan sumber daya alam lahan dan perairan, serta lingkungan hidup
desa termasuk desa pesisir secara berkelanjutan; dan
f. meningkatkan partisipasi dan kapasitas tenaga kerja (TKI/TKW) di desa.
4. Pengawalan implementasi UU Desa secara sistematis, konsisten, dan berkelanjutan
melalui koordinasi, fasilitasi, supervisi, dan pendampingan dengan strategi:
a. konsolidasi satuan kerja lintas Kementerian/Lembaga;
b. memastikan berbagai perangkat peraturan pelaksanaan UU Desa sejalan dengan
substansi, jiwa, dan semangat UU Desa, termasuk penyusunan PP Sistem
Keuangan Desa;
c. memastikan distribusi Dana Desa dan Alokasi Dana Desa berjalan secara efektif,
berjenjang, dan bertahap;
d. mempersiapkan
Pemerintah
Provinsi
dan
Kabupaten/Kota
dalam
mengoperasionalisasi pengakuan hak-hak masyarakat adat untuk dapat
ditetapkan menjadi desa adat.
5. Pengembangan kapasitas dan pendampingan aparatur pemerintah desa dan
kelembagaan pemerintahan desa secara berkelanjutan melalui strategi:
a. meningkatkan kapasitas pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan
Desa
melalui fasilitasi, pelatihan, dan pendampingan dalam (i) perencanaan,
pelaksanaan dan monitoring pembangunan desa; (ii) pengelolaan aset dan
keuangan desa; (iii) penyiapan peta desa dan penetapan batas desa secara digital;
b. Reformasi pelayanan publik termasuk pelayanan di luar jam kantor oleh desa,
kelurahan, dan kecamatan;
c. meningkatkan ketersediaan sarana prasarana pemerintahan desa;
d. mengembangkan kerjasama antar desa;
e. melaksanakan penataan desa; dan
f. mengembangkan pusat informasi desa/balai rakyat.
Bab V Strategi Dan Arah Kebijakan RPKP Agroforestry Kab. Bandung
23
6. Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup berkelanjutan, serta penataan
ruang kawasan perdesaan termasuk di kawasan transmigrasi melalui strategi:
a. menjamin pelaksanaan distribusi lahan kepada desa-desa dan distribusi hak atas
tanah bagi petani, buruh lahan, dan nelayan;
b. menata ruang kawasan perdesaan untuk melindungi lahan pertanian dan
menekan alih fungsi lahan produktif dan lahan konservasi;
c. menyiapkan dan melaksanakan kebijakan untuk membebaskan desa dari kantongkantong hutan dan perkebunan;
d. menyiapkan kebijakan tentang akses dan hak desa untuk mengelola sumber daya
alam berskala lokal termasuk pengelolaan hutan negara oleh
desa
berorientasi keseimbangan lingkungan hidup dan berwawasan mitigasi bencana
untuk meningkatkan produksi pangan dan mewujudkan ketahanan pangan;
e. menyiapkan dan menjalankan kebijakan-regulasi baru tentang shareholding
antara pemerintah, investor, dan desa dalam pengelolaan sumber daya alam;
f. menjalankan program-program investasi pembangunan perdesaan dengan pola
shareholding melibatkan desa dan warga desa sebagai pemegang saham;
g. merehabilitasi kawasan perdesaan yang tercemar dan terkena dampak bencana
khususnya di daerah pesisir dan daerah aliran sungai.
7. Pengembangan ekonomi kawasan perdesaan termasuk kawasan transmigrasi untuk
mendorong keterkaitan desa-kota melalui strategi:
a. mewujudkan dan mengembangkan sentra produksi, sentra industri pengolahan
hasil pertanian dan perikanan, serta destinasi pariwisata;
b. meningkatkan akses transportasi desa dengan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi
lokal/wilayah;
c. mengembangkan kerjasama antar desa, antar daerah, dan antar pemerintahswasta termasuk kerjasama pengelolaan BUMDesa, khususnya di luar Jawa-Bali;
dan
d. membangun agribisnis kerakyatan melalui pembangunan bank khusus untuk
pertanian, UMKM, dan Koperasi;
e. membangun sarana bisnis/pusat bisnis di perdesaan;
Bab V Strategi Dan Arah Kebijakan RPKP Agroforestry Kab. Bandung
24
f. mengembangkan komunitas teknologi informasi dan komunikasi bagi petani
untuk berinteraksi denga pelaku ekonomi lainnya dalam kegiatan produksi panen,
penjualan, distribusi, dan lain-lain.
5.2 Strategi dan Arah Kebijakan
Tingkat Provinsi
Strategi dan arah kebijakan Pembangunan Provinisi Jawa Barat dalam RPJMD tahun
2013-2018 Common Goals (CG) dan skenario pembangunan berbasis kewilayahan
melalui Wilayah Pengembangan (WP) dan Wilayah Koordinasi Pemerintahan dan
Pembangunan (WKPP), yang terkait Pembangunan Kawasan Perdesaan, yaitu:
1. Meningkatkan aksesibilitas dan mutu pendidikan
a. Jabar bebas putus jenjang sekolah.
b. Peningkatan pelayanan pendidikan non formal plus kewirausahaan dengan
sasaran usia 15 tahun ke atas.
2. Meningkatkan aksesibilitas dan kualitas layanan kesehatan
a. Peningkatan pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas, puskesmas PONED dan
pemenuhan sumber daya kesehatan.
b. Pemenuhan pelayanan kesehatan dasar ibu dan anak
c. Pemberantasan penyakit menular dan penyakit tidak menular serta peningkatan
perilaku hidup bersih dan sehat.
3. Mengembangkan infrastruktur wilayah, energi dan air baku
a. Jabar mandiri energi perdesaan untuk listrik dan bahan bakar kebutuhan
domestik.
b. Pemenuhan kecukupan air baku dan pengembangan infrastruktur air bersih
perkotaan dan perdesaan di Jawa Barat.
4. Meningkatkan ekonomi non pertanian
a. Peningkatan budaya masyarakat bekerja, perluasan lapangan kerja dan
kesempatan berusaha UMKM.
b. Pengembangan industry keratif dan wirausahawan muda kreatif.
Bab V Strategi Dan Arah Kebijakan RPKP Agroforestry Kab. Bandung
25
5. Meningkatkan ekonomi pertanian
a. Pengembangan agribisnis, forest business, marine business, dan agroindustry.
b. Meningkatnya dukungan infrastruktur (jalan, jembatan dan irigasi) disentra
produksi pangan.
6. Meningkatkan pengelolaan lingkungan hidup dan kebencanaan
a. Konservasi dan rehabilitasi kawasan lindung 45%.
b. Pengendalian pencemaran limbah industry, limbah domestic dan pengelolaan
sampah regional.
c. Penanganan bencana longsor dan banjir.
7. Meningkatkan pengelolaan seni, budaya dan wisata serta kepemudaan
a. Pelestarian seni budaya tradisonal dan benda cagar budaya di Jawa Barat.
b. Pengembangan Destinasi wisata.
8.
Meningkatkan ketahanan keluarga dan kependudukan
a. Peningkatan pemberdayaan perempuan dan ekonomi keluarga.
9.
Menanggulangi kemiskinan, Penyandang Masalah kesejahteraan Sosial dan
Keamanan
a. Pengurangan Kemiskinan.
b. Peningkatan ketentraman dan keamanan masyarakat
10. Wilayah perbatasan Jawa Barat - Jawa Tengah
a. Kesehatan, dengan fokus penanganan keluarga miskin.
b. Infrastruktur Jalan dan Jembatan, dengan fokus pembangunan dan peningkatan
jalan serta pembangunan jembatan
c. Pertanian, dengan fokus pemberantasan hama,pertanian multi aktivitas (padi –
ternak), serta relokasi dan optimalisasi check point ternak dan hasil hutan.
d. Pariwisata, dengan fokus koordinasi dan pengembangan paket wisata.
Bab V Strategi Dan Arah Kebijakan RPKP Agroforestry Kab. Bandung
26
11. WP dan WKPP Wilayah Cirebon (Cirebon Raya, Kabupaten Kuningan, Indramyu, dan
Majalengkan)
a. Mengembangkan agribisnis buah-bahan, tebu dan industrialisasi perikanan,
sentra ternak sapi perah, sapi potong, kerbau dan ungggas lokal;
b. Mengembangkan industri batik dan rotan, serta industri makanan olahan
berbahan baku lokal
c. Melestarikan keraton, wisata sejarah dan mengembangkan ekowisata;
d. Peningkatan produksi dan distribusi pangan (padi, jagung, kedelai dan protein
hewani);
e. Peningkatan infrastruktur sumberdaya air dan irigasi;
f. Peningkatan fungsi kawasan lindung;
g. Peningkatan kesiapan dini dan mitigasi bencana;
h. Peningkatan pelayanan infrastruktur ketenagalistrikan;
i.
Pengembangan energi baru terbarukan
j.
Pembangunan infrastruktur transportasi;
12. WP dan WKPP Priangan (Kabupaten dan Kota Bandung, Kabupaten Bandung Barat,
Kota Cimahi dan sebagian Kabupaten Sumedang)
a. Mengembangkan produksi tanaman industri (kopi, teh, kakao, karet, atsiri) dan
hortikultura (sayuran, buah-buahan, tanaman hias) yang berorientasi ekspor;
b. Mengembangkan jasa perdagangan, industri kreatif dan pariwisata
c. Peningkatan investasi;
d. Peningkatan produksi dan distribusi pangan (padi, jagung, kedelai dan protein
hewani);
e. Peningkatan infrastruktur sumberdaya air dan irigasi;
f. Peningkatan fungsi kawasan lindung;
g. Peningkatan kesiapan dini dan mitigasi bencana;
h. Peningkatan pelayanan infrastruktur ketenagalistrikan;
i.
Pengembangan energi baru terbarukan
j.
Pembangunan infrastruktur transportasi;
Bab V Strategi Dan Arah Kebijakan RPKP Agroforestry Kab. Bandung
27
5.3 Strategi dan Arah Kebijakan Tingkat Kabupaten
Strategi dan arah kebijakan Pembangunan Kawasan Perdesaan di tingkat Kabupaten,
mengacu kepada RPJMD Kabupaten Bandung Tahun 2016-2021, yaitu:
1. Pemenuhan Standar Pelayanan Minimum Desa sesuai dengan kondisi geografis Desa,
melalui strategi:
a. membangun desa percontohan;
b. meningkatkan swadaya masyarakat dalam pembangunan desa;
2. Penanggulangan kemiskinan dan pengembangan
usaha ekonomi
kawasan
perdesaan, melalui strategi:
a. memperbaiki program perlindungan sosial;
b. meningkatkan akses terhadap pelayanan dasar;
c. pemberdayaan kelompok masyarakat miskin; dan
d. menciptakan pembangunan yang inklusif
3. Pembangunan sumber daya manusia, peningkatan keberdayaan, dan pembentukan
modal sosial budaya masyarakat Desa melalui strategi:
a. Menyelenggarakan pendidikan bagi masyarakat dengan keahlian khusus yang
dibutuhkan di perdesaan;
b. mengembangkan pendidikan dan budaya pada usia dini;
c. melestarikan kebudayaan lokal; dan
d. meningkatkan pembentukan modal sosial budaya di perdesaan.
4. Pengembangan ekonomi kawasan perdesaan untuk mendorong keterkaitan desakota melalui strategi :
a. meningkatkan ketahanan pangan;
b. meningkatkan jangkauan pemasaran produk unggulan;
c. meningkatkan kapasitas dan kapabilitas SDM Petani
5. Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup berkelanjutan, serta penataan
ruang kawasan perdesaan melalui strategi:
a. Mengendalikan kerusakan hutan dan lahan;
Bab V Strategi Dan Arah Kebijakan RPKP Agroforestry Kab. Bandung
28
b. menata ruang kawasan perdesaan agroforestry kopi;
c. menyiapkan dan melaksanakan kebijakan konservasi sumber daya alam; dan
d. menyiapkan kebijakan tentang lingkungan hidup berkelanjutan.
5.4 Strategi dan Arah Kebijakan Tingkat Kawasan Perdesaan
Strategi dan arah kebijakan Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan Kawasan
Perdesaan Agroforestry Kopi, ditetapkan, dengan mempertimbangkan kondisi umum
kawasan, potensi dan permasalahan, trend perkembangan Nasional dan Dunia, serta
strategi dan kebijakan Pemerintah di tingkat Pusat, Provinsi dan Kabupaten.
Guna memetakan seluruh aspek terkait pengembangan kawasan menjadi starategi dan
arah kebijakan pembangunan kawasan perdesaan Kawasan Perdesaan Agroforestry Kopi
maka dibuat Analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, and Threats/ SWOT)
dengan fokus pada kondisi eksisting dan potensi pengembangan aspek-aspek sebagai
berikut:
a. Komoditas yang menjadi tema Kawasan, (Pertanian, Pon-Pertanian, atau Gabungan)
b. Infrastruktur Kawasan, (transportasi, utilitas, energi, dan telekomunikasi)
c. Kapasitas Keuangan dan Alternatif Pembiayaan Kawasan, (Sumber pembiayaan APBN,
APBD-Prov, APBD Kabupaten, APBDes, CSR, Donor, Swadaya dll.)
d. Aspek Pasar dan Pemasaran komoditas Kawasan, (target-target pasar, kemitraan, dan
strategi pemasarannya)
e. Aspek Kelembagaan Kawasan, (Peranan lembaga eksisting seperti Bumdes, Koperasi,
Kelompok Usaha Bersama, dan Kelompok Masyarakat lainnya)
f. Aspek Masyarakat dan SDM Kawasan Perdesaan, (aspek pemberdayaan guna
membangun kemandirin pengelolaan dan pengembangan kawasan)
g. Aspek
IPM
Kawasan, (operasionalisasi
sarana
pendidikan,
kesehatan
dan
perekonomian kawasan).
h. Aspek-aspek lainnya yang berpengaruh terhadap komoditas unggulan/tema kawasan.
Bab V Strategi Dan Arah Kebijakan RPKP Agroforestry Kab. Bandung
29
Tabel 5.1 Analisis SWOT Penetapan Strategi dan Arah Kebijakan
Instruksi Pengisian
Analisis SWOT
Kekuatan/Keunggulan
Berdasarkan pertimbangan kondisi eksisting dan
potensi pengembangan ke depan, masukkan Aspek Keunggulan Kawasan antara lain:
aspek-aspek di atas kedalam kolom Kekuatan,
a. Sentra pengembangan kopi
Kelemahan, Peluang, atau Ancaman.
Selanjutnya isi upaya-upaya yang dapat
dilakukan (sebagai bahan strategi dan arah
kebijakan) untuk:
- Meningkatkan
keunggulan
guna
memaksimalkan peluang;
- Memperbaiki kelemahan guna meningkatkan
peluan;
- Meningkatkan keunggulan guna mengatasi
ancaman; dan
- Memperbaiki kelemahan guna mengatasi
ancaman.
Aspek Peluang Pengembangan Kawasan antara
lain:
a. Dukungan
peningkatan
fasilitas
dan
prasarana pengembangan sentra kopi dari
Kementerian, Pemprov Jabar, Pemkab
Bandung
b. Dukungan regulasi yang memperkuat fungsi
Kelemahan
Aspek Kelemahan Kawasan antara lain:
a. Jarak dari ibukota Kab Bandung ke kawasan
kopi, cukup jauh
b. Akses jalan desa masih terdapat yang rusak
b. Memiliki regulasi sebagai kawasan
agropolitan dan kawasan perdesaan
agroforestry kopi
c. Kualitas kopi terbaik dunia
d. Lahan subur dan cocok untuk budidaya kopi
e. Keterpaduan dengan pengembangan sapi
perah, Kuliner, dan pariwisata
f. Terdapat beberapa kelompok tani kopi yang
sudah mahir
Meningkatkan
Keunggulan
Memaksimalkan Peluang
a. Meningkatkan fasilitas dan
pengembangan sentra kopi
b. Memperkuat
regulasi
guna
prasarana
turunan
untuk
c. Sarana pengolahan kopi masih terbatas
d. Belum ada pembuatan produk olahan turunan
dari kopi
e. Kawasan belum dikembangkan sebagai
destinasi wisata kopi
f. Belum dibentuk BUMDES Bersama
Memperbaiki Kelemahan guna Memaksimalkan
Peluang
a. Akses Tol Soroja akan mempersingkat waktu
tempuh ke kawasan
b. Memperbaiki jalan poros desa
Bab V Strategi Dan
30Arah Kebijakan RPKP Agroforestry Kab. Bandung
30
kawasan
meningkatkan fungsi kawasan
c. Meningkatnya permintaan masyarakat akan c. Meningkatkan kualitas dan diversifikasi
produk olahan kopi (misalnya: makanan dan
produk turunan kopi Pangalengan
minuman berbasis kopi, aroma terafi, cream
lulur kopi)
d. Tersedianya pupuk organik yang banyak dan d. Meningkatkan kesuburan tanah dengan
murah dari hasil pengolahan kotoran sapi
pupuk organik
e. Tersedianya produk ungulan di kawasan yang e. Meningkatkan keterpaduan komoditi kopi
sinergi dengan komoditas kopi
dengan potensi lain di sekitar kawasan
f. Tersedianya lembaga dan tenaga ahli yang f. Meningkatkan keterampilan/skill petani kopi
siap meningkatkan skill petani kopi
dan menumbuhkan inkubator bisnis
ANCAMAN
Aspek Ancaman terhadap Kawasan antara lain:
a. Persaingan usaha kopi di berbagai daerah
bahkan di berbagai negara, semakin terbuka
b. Terdapat tengkulak yang mematikan usaha
petani kopi
Upaya-Upaya Meningkatkan Keunggulan guna
Mengatasi Ancaman
Meningkatkan Keunggulan guna Mengatasi
Ancaman
a. Meningkatkan daya saing produk kopi dengan
kualitas dan harga yang kompetitif
b. Mendorong peran Poktan, Koperasi dan
Bumdes bekerja sama meningkatkan
kesejahteraan petani kopi
c. Meningkatkan sapras pengolahan kopi
d. Meningkatkan produk olahan turunan kopi
(misalnya: makanan dan minuman berbasis
kopi, aroma terafi, cream lulur kopi)
e. Membangun kawasan wisata kopi
f. Membentuk BUMDES bersama, antar desa di
sekitar kawasan
Upaya-Upaya Memperbaiki Kelemahan guna
Mengatasi Ancaman
Memperbaiki Kelemahan guna
Ancaman
a. Penumbuhan inkubator bisnis
Mengatasi
b. Penguatan kelembagaan usaha ekonomi
Berdasarkan upaya-upaya peningkatan keunggulan dan perbaikan kelemahan Kawasan Perdesaan di atas, maka dapat disusun strategi
dan arah kebijakan yang sesuai guna mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Secara lengkap, strategi dan arah kebijakan untuk
masing-masing sasaran RPKP disusun pada tabel 5.2 di bawah ini.
Bab V Strategi Dan
31Arah Kebijakan RPKP Agroforestry Kab. Bandung
31
Tabel 5.2 Strategi dan Arah Kebijakan untuk Masing-Masing Sasaran RPKP
No.
1.
Sasaran
Strategi
Arah Kebijakan
Meningkatnya integrasi antar produk Mengembangkan produk unggulan baru di Peningkatan
unggulan
dalam
pembangunan kawasan
integrasi
produk
unggulan
dalam
kawasan perdesaan
kawasan perdesaan
2.
Terwujudnya kelestarian lingkungan Meningkatkan penanaman agroforestry kopi Peningkatan
melalui Agroforestry Kopi
3.
Terwujudnya
kopi
berkualitas internasional
pada lahan konservasi
yang
lingkungan
melalui
Agroforestry Kopi
Pangalengan Mengembangkan jumlah jenis varian kopi Pengembangan
Pangalengan
kelestarian
memiliki
kopi
Pangalengan
berkualitas
standar internasional
internasional
Bab V Strategi Dan
32Arah Kebijakan RPKP Agroforestry Kab. Bandung
32
6. PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR CAPAIAN, DAN PENDANAAN
RPKP KAWASAN PERDESAAN AGROFORESTRY KOPI
KABUPATEN BANDUNG
6.1 Program dan Kegiatan
Program didefinisikan sebagai instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan
untuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran, dan/atau
kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh institusi/lembaga terkait di tingkat
Kawasan, namun tidak tertutup kemungkinan merupakan intervensi/ tugas pembantuan
dari institusi/lembaga Pemerintah di tingkap Pusat, Provinsi, Kabupaten, atau pun juga
donor atau pemberi dana CSR. Penyusunan program mengacu kepada sasaran, strategi,
dan arah kebijakan yang telah dibahas pada Bab 5.
Outcome yang diharapkan dari program Pembangunan Kawasan Perdesaan secara umum
adalah: Terwujudnya Percepatan dan Peningkatan Pelayanan Dasar, Pembangunan dan
Pemberdayaan Masyarakat Kawasan Perdesaan melalui Pendekatan Pembangunan
Partisipatif.
Kegiatan didefinisikan sebagai bagian dari program yang dilaksanakan oleh satuan kerja
terkait (baik di tingkat Kawasan Perdesaan atau lainnya), yang terdiri dari sekumpulan
tindakan pengerahan sumberdaya baik yang berupa personil (sumberdaya manusia),
barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana, dan/atau kombinasi dari
beberapa atau semua jenis sumberdaya tersebut sebagai masukan (input) untuk
menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk barang/jasa.
Ruang lingkup kegiatan/ kegiatan unggulan (fokus masing-masing kegiatan) berdasarkan
Matriks Isian Lintas Sektor adalah sebagai berikut:
1) Pembangunan/Rehabilitasi Sarana dan Prasarana Transportasi
Ruang lingkup kegiatan meliputi: Pembangunan baru, rehabilitasi, atau peningkatan
kapasitas sarana dan prasarana transportasi di Kawasan Perdesaan yang memiliki
Bab VI Program, Kegiatan, Indikator Capaian, dan Pendanaan RPKP
33
peran penting dalam transportasi manusia, barang, dan jasa secara aman, ekonomis,
dan nyaman, terdiri dari:
a) Rehabilitasi jalan poros desa;
b) pembangunan jalan usaha tani;
c) Penyediaan sarana transportasi untuk pengangkutan hasil produksi;
2) Pembangunan dan/atau Rehabilitasi Sentra Produksi, Sentra Industri Pengolahan,
Hasil Pertanian dan Perikanan, serta Destinasi Wisata
Ruang lingkup kegiatan: Pembangunan baru, rehabilitasi atau peningkatan kapasitas
sentra produksi (irigasi, alsitan, dll), sentra industri pengolahan (bangunan,
permesinan, energi alternatif, dll.), pasca panen (bangunan, permesinan, coldstorage, pengolahan limbah, dll.), dan peningkatan daya Tarik Destinasi wisata
(bangunan, sarana pendukung, area pertunjukkan, dll.). Terdiri dari:
 Pengadaaan mesin Roaster, pulper, washer, heuleur, grader;
 Pengembangan pariwisata, kuliner dan kedai berbasis Kopi;
 Integrasi tanaman Kopi dengan ternak sapi perah;
 Mitigasi dan Konservasi lahan melalui penanaman Kopi
3) Pembangunan dan/atau Pemeliharaan Sarana Bisnis atau Pusat Bisnis di Kawasan
Ekonomi Perdesaan
Ruang lingkup kegiatan: Pembangunan baru, rehabilitasi atau peningkatan kapasitas
sarana bisnis (pasar, toko, warung, bengkel, kantor Bumdesa, dll). Terdiri dari:
 Pengadaaan mesin Packaging Kop;
 Pengembangan produk olahan kopi (Kue rasa kopi, aroma terafi, masker luluran
kopi);
4) Penerapan Teknologi dan Inovasi Untuk Meningkatkan Nilai Tambah dan Daya
Saing
Ruang lingkup kegiatan: Pemanfaatan teknologi dan inovasi yang dibutuhkan guna
mencapai efisiensi biaya produksi, green production (ramah lingkungan), memenuhi
Bab VI Program, Kegiatan, Indikator Capaian, dan Pendanaan RPKP
34
standar produk tertentu, atau sertifikasi produk yang memungkinkan peningkatan
daya saing dan akses pasar yang lebih luas. Terdiri dari:
 Pelatihan pemasaran dan fasilitasi sertifikasi Halal, BPOM dan SNI;
 Pengembangan HAKI dan Patent;
 Pengembangan Indikasi Geografis
5) Pembangunan Suplay Energi Untuk Pemenuhan Domestik dan Industri
Ruang lingkup kegiatan: Pembangunan baru atau rehabilitasi infrastruktur energi baik
berupa on-grid (koneksi ke listrik PLN dengan daya memadai) atau pun off-grid
(sumber listrik terbarukan mandiri/non-PLN seperti mini-hidro, biogas, plts, dll.).
Terdiri dari:
 Pembangunan biogas Komunal dari kotoran sapi; (EBT)
6) Pengembangan Pendidikan Kejuruan Untuk Meningkatkan Inovasi dan Kreativitas
Lokal
Ruang lingkup kegiatan: Melaksanakan upaya pelatihan, studi banding dan magang,
guna pengembangan /pemantapan kegiatan Bumdesa/ Usaha Bisnis Komunitas
(UBK), juga tetap difokuskan pada kegiatan penggalian kearifan lokal, pendampingan
usaha, konsultasi manajemen, peningkatan kapasitas, serta kerja sama multi pihak
dalam rangka peningkatan inovasi dan kreativitas masyarakat. Terdiri dari:
 Penumbuhan inkubator bisnis kopi;
7) Pengembangan Kerjasama Antar Desa, Daerah, KPBU, BUM Antar Desa
Ruang lingkup kegiatan: Memfasilitasi kegiatan kerjasama antar desa, daerah, KPBU,
dan BUD antar Desa, berupa pelatihan, pendampingan kelembagaan, dan pendirian
dan pengurusan ijin badan usaha antar Desa. Terdiri dari:
 Pengembangan usaha baru BUMDES, ;
 Pembangunan BUMDES bersama di kawasan;
Bab VI Program, Kegiatan, Indikator Capaian, dan Pendanaan RPKP
35
8) Pengembangan Lembaga Keuangan Mikro di Daerah
Ruang lingkup kegiatan: Memfasilitasi pendirian LKM (termasuk permodalan) di
tingkat Desa atau Bum antar Desa sebagai motor penggerak ekonomi Kawasan,
penyusunan SOP, dan pendampingan operasi sesuai ketentuan OJK. Terdiri dari:
 Pengembangan Koperasi kopi Pangalengan
 Mendorong kemitraan petani kopi dengan lembaga keuangan untuk memberikan
skim kredit dan bunga rendah
 Mendorong swasta melalui CSR
 Fasilitasi pendanaan melalui APBN, APBD Provinsi, APBD Kabupaten, dan APBDes.
 Fasilitasi kerjasama Bumdes dengan petani kopi
 Pengembangan sistem resi gudang
9) Menerapkan TIK Untuk Memfasilitasi Perdagangan dan Pertukaran Informasi
Ruang lingkup kegiatan: Membantu penerapan TIK terkait perdagangan dan informasi
pasar,
berupa
pelatihan
operator
TIK,
pengadaan
perangkat, pembuatan
wesite/portal, interkoneksi data (online), dan jaminan akses internet. Terdiri dari:
 Pengembangan Sistem dan Teknologi Informasi "Kopi";
 Pemberian kemudahan ijin usaha ekspor bagi pelaku usaha kopi
6.3 Indikator Capaian
Target kinerja menunjukkan tingkat sasaran kinerja spesifik, yang akan dicapai setelah
pelaksanaan program dan kegiatan dalam periode waktu tertentu. Target harus
menggambarkan angka kuantitatif dan satuan yang akan dicapai dari setiap indikator
sasaran. Penetapan target juga harus relevan dengan indicatorkinerjanya, logis dan
berdasarkan baseline data yang jelas.
Output atau keluaran kegiatan pada hakekatnya merupakan wujud dari pelaksanaan
suatu program, sehingga keluaran dari kegiatan tersebut seharusnya berkontribusi secara
langsung terhadap pencapaian sasaran dan outcome program.
Bab VI Program, Kegiatan, Indikator Capaian, dan Pendanaan RPKP
36
1) Pembangunan/Rehabilitasi Sarana dan Prasarana Transportasi
Sasaran Kegiatan :

Meningkatkan kualitas jalan desa dan jalan poros desa di kawasan agroforestry
kopi
Indikator Kinerja Kegiatan:

Meningkatnya kualitas jalan mantap di kawasan agroforestry kopi di 3 desa;
2) Pembangunan dan/atau Rehabilitasi Sentra Produksi, Sentra Industri Pengolahan,
Hasil Pertanian dan Perikanan, serta Destinasi Wisata
Sasaran Kegiatan :

Memfasilitasi bantuan peralatan pengolahan kopi

Mengembangkan pariwisata, kuliner dan kedai berbasis Kopi

Mengintegrasi tanaman Kopi dengan ternak sapi perah

Mitigasi dan Konservasi lahan melalui penanaman Kopi
Indikator Kinerja Kegiatan:

Terfasilitasinya bantuan mesin Roaster, pulper, washer, heuleur, grader bagi
petani kopi sebanyak 3 paket di 3 desa

Terwujudnya pembangunan pariwisata, kuliner dan kedai berbasis Kopi
sebanyak 1 unit

Integrasi tanaman Kopi dengan ternak sapi perah

Mitigasi dan Konservasi lahan melalui penanaman Kopi seluas 60 Ha
3) Pembangunan dan/atau Pemeliharaan Sarana Bisnis atau Pusat Bisnis di Kawasan
Ekonomi Perdesaan
Sasaran Kegiatan :

Membangun Gudang Kopi;

Mengadakan mesin Packaging Kopi
Bab VI Program, Kegiatan, Indikator Capaian, dan Pendanaan RPKP
37
Indikator Kinerja Kegiatan:

Membangun Gudang Kopi 3 unit di 3 desa;

Pengadaaan mesin Packaging Kopi, sebanyak 3 unit
4) Penerapan Teknologi dan Inovasi Untuk Meningkatkan Nilai Tambah dan Daya
Saing
Sasaran Kegiatan :

Mengadakan mesin Packaging Kopi

Mengembangkan produk olahan kopi (Kue rasa kopi, aroma terafi, masker
luluran kopi)
Indikator Kinerja Kegiatan:

Pengadaaan mesin Packaging Kopi;

Pengembangan produk olahan kopi (Kue rasa kopi, aroma terafi, masker luluran
kopi)
5) Pembangunan Suplay Energi Untuk Pemenuhan Domestik dan Industri
Sasaran Kegiatan :

Membangun biogas Komunal dari kotoran sapi
Indikator Kinerja Kegiatan:

Pembangunan biogas Komunal dari kotoran sapi di 3 unit di 3 desa;
6) Pengembangan Pendidikan Kejuruan Untuk Meningkatkan Inovasi dan Kreativitas
Lokal
Sasaran Kegiatan :

Menumbuhkan inkubator bisnis kopi

Melaksanakan pelatihan pemasaran dan fasilitasi sertifikasi Halal, BPOM dan SNI

Mengembangkan HAKI dan Patent

Mengembangkan Indikasi Geografis
Bab VI Program, Kegiatan, Indikator Capaian, dan Pendanaan RPKP
38
Indikator Kinerja Kegiatan:

Penumbuhan inkubator bisnis kopi sebanyak 3 paket

Pelatihan pemasaran dan fasilitasi sertifikasi Halal, BPOM dan SNI sebanyak 3
paket

Mengembangkan HAKI dan Patent, sebanyak 3 paket.

Mengembangkan Indikasi Geografis, sebanyak 3 paket
7) Pengembangan Kerjasama Antar Desa, Daerah, KPBU, BUM Antar Desa
Sasaran Kegiatan :

Mengembangkan BUMDES, dengan Pembangunan Air Bersih dan sistem
pendistribusian, di Desa Pulosari,

Mengembangkan BUMDES, dengan Pengembangan Ternak sapi perah, di Desa
Margamulya

Mengembangkan BUMDES, dengan Pembangunan Unit Pengolah Kopi, di Desa
Margaluyu
Indikator Kinerja Kegiatan:

Pengembangan BUMDES, dengan Pembangunan Air Bersih dan sistem
pendistribusian, di Desa Pulosari sebanyak 1 unit

Pengembangan BUMDES, dengan Pengembangan Ternak sapi perah, di Desa
Margamulya, sebanyak 1 unit

Pengembangan BUMDES, dengan Pembangunan Unit Pengolah Kopi, di Desa
Margaluyu, sebanyak 1 unit
8) Pengembangan Lembaga Keuangan Mikro di Daerah
Sasaran Kegiatan :

Mengembangkan koperasi usaha berbasis kopi
Indikator Kinerja Kegiatan:

Pengembangan koperasi usaha berbasis kopi sebanyak 3 unit
Bab VI Program, Kegiatan, Indikator Capaian, dan Pendanaan RPKP
39
9) Menerapkan TIK Untuk Memfasilitasi Perdagangan dan Pertukaran Informasi
Sasaran Kegiatan :

Mengembangkan Sistem dan Teknologi Informasi "Kopi"
Indikator Kinerja Kegiatan:

Pengembangan Sistem dan Teknologi Informasi "Kopi" sebanyak 3 paket
6.4 Kerangka Pendanaan
Sesuai dengan arahan UU No. 6/2014 tentang Desa, yang mengamanatkan bahwa
pembangunan kawasan perdesaan dilakukan dalam rangka mempercepat dan
meningkatkan kualitas pelayanan, pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat
kawasan perdesaan.
Pembiayaan pembangunan di kawasan perdesaan terdiri dari tiga sumber pendanaan,
yaitu: dana dari pemerintah, pihak swasta, dan masyarakat. Dana dari pemerintah
bersumber dari Dana APBN berupa Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus
(DAK), Dana Otonomi Khusus, Dana Tugas Pembantuan, Dana Dekonsentrasi, laba Badan
Usaha Milik Negara (BUMN); serta Dana APBD. Dana dari pihak swasta diperoleh dengan
pengelolaan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) yang diatur dalam
Peraturan Menteri BUMN No. 5/2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha
Kecil dan Program Bina Lingkungan dan disempurnakan melalui perubahan terkahir
Peraturan Menteri BUMN No. 8/2013 serta Dana APBD. Dana dari pihak swasta diperoleh
dengan Corporate Social Responsibility (CSR) yang diatur dalam UU No. 40/2007 tentang
Perseroan Terbatas (PT).
Besarnya anggaran dalam realisasi program dan kegiatan pembangunan kawasan
perdesaan dari berbagai sumber pendanaan tersebut harus diimbangi dengan
pelaksanaan konsolidasi dan harmonisasi anggaran pembangunan dari berbagai sumber
(APBN, APBD dan Swasta). Keberadaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan
Bab VI Program, Kegiatan, Indikator Capaian, dan Pendanaan RPKP
40
(Musrenbang) Provinsi, Kabupaten, Kecamatan, dan Desa harus mampu mensinergikan
dan mengharmonisasikan seluruh program dan kegiatan melalui dokumen perencanaan
pembangunan agar realisasi program dan kegiatan pembangunan kawasan perdesaan
dapat menjadi fokus bersama dan dikelola secara terpadu.
Berdasarkan rekapitulasi matriks program multi sektor Kawasan Perdesaan Agrofoestry
Kopi Kabupaten Bandung untuk periode 2017-2022 adalah sebesar Rp.25.502.500.000,-.
Diperkirakan sebagian besar bersumber dari APBN (40%), APBD Provinsi Jawa Barat
(30%), APBD Kab Bandung (20%), dan APBDes (10%).
Detail perencanaan program kegiatan RPKP Agroforestry Kopi dapat dilihat pada Matriks
Multi sektor RPKP periode 2017-2022 terlampir.
Pendanaan APBN dalam 5 tahun mendatang lebih diarahkan pada pembangunan sarana
dan prasarana kawasan perdesaan untuk mengatasi bottleneck infrastruktur dengan
prioritas untuk mendukung pencapaian sasaran di bidang pelayanan dasar (sarana dan
prasarana), dan ekonomi masyarakat.
Bab VI Program, Kegiatan, Indikator Capaian, dan Pendanaan RPKP
41
LEMBAGA PELATIHAN, PENERAPAN ILMU DAN TEKNOLOGI (LP2IT)
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
RINGKASAN EKSEKUTIF
PENYUSUNAN RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN
PERDESAAN DI 5 WILAYAH
(KABUPATEN BANDUNG)
KAWASAN PERDESAAN
PENGEMBANGAN AGROFORESTRY KOPI
KECAMATAN PANGALENGAN
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN
KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN
TRANSMIGRASI
2016
Penyusunan Rancangan Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan
Kabupaten Bandung
EXECUTIVE SUMMARY/ RINGKASAN EKSEKUTIF
Latar Belakang
Pemerintah Kabupaten Bandung, mengusulkan tema Pembangunan Kawasan Perdesaan
berbasis Agroforestry Kopi di Kecamatan Pangalengan, yang meliputi tiga desa, yaitu
Margamulya, Margaluyu, dan Pulosari.
Tema RPKP Berbasis Agroforestry Kopi dipilih dengan pertimbangan sebagai-berikut:
1. Besarnya potensi Agroforestry Kopi di tiga desa tersebut khususnya jenis Java
Preanger yang berkualitas Internasional sejak jaman Kolonial Belanda.;
2. Potensi integrated farming antara komoditas kopi yang ampasnya jadi pakan sapi
dan peternakan sapi menghasilkan pupuk organik dan biogas.
3. Posisi Pangalengan sebagai pusat agrobisnis, baik untuk memenuhi pasar dalam
negeri atau pun ekspor, sangat mendukung pengembangan Agroforestry Kopi
untuk menjadi salah satu produk andalan pengahasil PAD Kab. Bandung.
.
Pengusulan Kecamatan dan Desa-Desa yang termasuk di dalam RPKP yang diusulkan
telah melalui proses penyepakatan dengan seluruh shareholder terkait, berdasarkan hasil
Musyawarah Pengusulan Kawasan Perdesaan yang diselanggarakan pada :
Hari/ Tanggal : Jum’at, 07 Oktober 2016
Bertempat di : Ruang Rapat BPMPD Kabupaten Bandung
Hasil kegiatan musrenbang/FGD tersebut menjadi dasar dalam penetapan RPKP bertema
Kawasan Agroforestry Kopi di Kecamatan Pangalengan (berdasarkan kesepakatan yang
ditandatangani para kepala Desa), meliputi Desa Margamulya, Margaluyu, dan Pulosari.
Kemudian Ditetapkan Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Bandung No. 50 tahun 2016.
Tim Koordinasi Pembangunan Kawasan Perdesaan Kabupaten Bandung, telah ditetapkan
berdasarkan Surat Keputusan Bupati (Kepbup) No. 410/Kep.640-Bappeda/2016, Tanggal
06 Oktober 2016.
LEMBAGA PELATIHAN, PENERAPAN ILMU DAN TEKNOLOGI (LP2IT) - UPI
1
Penyusunan Rancangan Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan
Kabupaten Bandung
Orientasi Wilayah dan Gambaran Umum Rencana RPKP
Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan berbasis Agroforestry Kopi meliputi tiga desa, yaitu Margamulya, Margaluyu, dan Pulosari.
Berlokasi di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat.
LEMBAGA PELATIHAN, PENERAPAN ILMU DAN TEKNOLOGI (LP2IT) - UPI
1
Penyusunan Rancangan Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan
Kabupaten Bandung
LEMBAGA PELATIHAN, PENERAPAN ILMU DAN TEKNOLOGI (LP2IT) - UPI
2
Penyusunan Rancangan Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan
Kabupaten Bandung
Potensi dan Permasalahan Kawasan Perdesaan
Potensi dan Permasalahan Kawasan Perdesaan Agroforestry kopi diantaranya meliputi :
LEMBAGA PELATIHAN, PENERAPAN ILMU DAN TEKNOLOGI (LP2IT) - UPI
3
Penyusunan Rancangan Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan
Kabupaten Bandung
Konsep Pengembangan
Konsep Pengembangan Kawasan Perdesaan Agroforestry Kopi yang diusulkan meliputi :
LEMBAGA PELATIHAN, PENERAPAN ILMU DAN TEKNOLOGI (LP2IT) - UPI
4
Penyusunan Rancangan Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan
Kabupaten Bandung
Tahapan Pengembangan
Tahapan Pengembangan Kawasan Perdesaan Agroforestry Kopi yang diusulkan meliputi :
LEMBAGA PELATIHAN, PENERAPAN ILMU DAN TEKNOLOGI (LP2IT) - UPI
5
Penyusunan Rancangan Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan
Kabupaten Bandung
Program Utama Pembangunan Kawasan Perdesaan
Program-program utama Pengembangan Kawasan Perdesaan Agroforestry Kopi yang diusulkan antara lain :
LEMBAGA PELATIHAN, PENERAPAN ILMU DAN TEKNOLOGI (LP2IT) - UPI
6
Penyusunan Rancangan Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan
Kabupaten Bandung
Rencana Anggaran Pembangunan Kawasan Perdesaan 2017-2021
Pembiayaan pembangunan di kawasan perdesaan terdiri dari tiga sumber pendanaan,
yaitu: dana dari pemerintah, pihak swasta, dan masyarakat. Dana dari pemerintah
bersumber dari Dana APBN berupa Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus
(DAK), Dana Otonomi Khusus, Dana Tugas Pembantuan, Dana Dekonsentrasi, laba Badan
Usaha Milik Negara (BUMN); serta Dana APBD. Dana dari pihak swasta diperoleh dengan
pengelolaan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) yang diatur dalam
Peraturan Menteri BUMN No. 5/2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha
Kecil dan Program Bina Lingkungan dan disempurnakan melalui perubahan terkahir
Peraturan Menteri BUMN No. 8/2013 serta Dana APBD. Dana dari pihak swasta diperoleh
dengan Corporate Social Responsibility (CSR) yang diatur dalam UU No. 40/2007 tentang
Perseroan Terbatas (PT).
Berdasarkan rekapitulasi Matriks Indikasi Program Multi Sektor Kawasan Perdesaan
Agroforestry Kopi Kabupaten Bandung, untuk periode 2017-2021 terdiri dari 10 Program,
17 Sub-Program dan 38 Kegiatan, dengan total rencana anggaran adalah sebesar Rp.
21.551.500.000,00,-. Komposisi pendanaan rencana anggaran pembangunan RPKP,
adalah sebagai berikut :
1. APBN (K/L)
: 17.517.500.000,00 (81,3%),
2. APBD Provinsi
: 1.083.000.000,00 (5,0%),
3. APBD Kabupaten
: 2.851.000.000,00 (13,2%%), dan
4. APBDes
:
100.000.000,00 (0,5%).
Detail perencanaan program kegiatan RPKP Agroforestry Kopi, Kecamatan Pangalengan,
Kabupaten Bandung dapat dilihat pada Matriks Multi sektor RPKP periode 2017-2021
terlampir.
LEMBAGA PELATIHAN, PENERAPAN ILMU DAN TEKNOLOGI (LP2IT) - UPI
7
Download