Uploaded by User55917

PPI season 2

advertisement
Topik
1. Kepadatan Populasi Burung Paruh Bengkok di Kawasan Hutan
2. Kerapatan sel
3. Keanekaragaman Burung Di Margasatwa Pulau Pasoso
Tujuan
1. Untuk mengetahui jumlah populasi Burung di suatu tempat
2. Untuk mengetahui seberapa rapat sel yang ada
3. Untuk mengetahui jenis-jenis burung yang berada di suatu tempat tersebut
Metode
1. Menggunakan jalur transek
2. Metode penelitian dengan sensus absolut
3. Menggunakan jalur transek
Alat dan Bahan
Dalam Menggunakan Jalur Transek, alat dan bahan hampir mirip, hanya saja ada
beberapa perbedaan sesuai kondisi dan apa yang ingin diamati. yang umum yaitu :
a. Tali rafia
b. Alat Tulis
c. Kamera
d. Jam Tangan
e. Meteran
Dalam kerapatan sel, alat dan bahan yang ditentukan sebagai berikut :
a. Parafin
b. Microtome
c. Pisau Microtome
d. Mikroskop
Cara Kerja
1. Kepadatan Populasi Burung Paruh Bengkok
Membuat garis lurus sepanjang 500 m sebagai jarak untuk pengamatan
dengan menggunakan tali, lalu diberi juga tanda dengan tali di sebelah
kanan kiri sebagai jarak pandang pengamatan sejauh 10 m. Setelah selesai,
coba untuk mengkotakkan, misal setiap 50 m atau 100 m, agar tau posisi
paling banyak ditemukan pada daerah yang mana. Jika semua sudah siap,
maka mulai untuk penngamatannya. Dimulai dari 100 m pertama, amati
ada berapa jumlah burung paruh bengkok yang ada di kawasan hutan yang
sedang diamati dalam jarak yang telah ditentukan. Hitung jumlahnya pada
alat tulis yang sudah disiapkan. Perhatikan dengan teliti hingga mencapai
kotak kelima diujung. Lalu jika sudah, Hitung perkiraan populasi di total 5
kotak tersebut (jika satu kota berukuran 100 m x 20 m). Lakukan hal
tersebut di tiga tempat berbeda, yaitu yang pertama di kawasan hutan yang
pohon mati (kering) maupun pohun yang hidup dengan ketinggian antara
20 m sampai 30 m di atas permukaan tanah. Yang kedua yaitu hutan di
daerah kawasan dataran tinggi dengan suhu udara berkisar 25-29 derajat
C. Lalu selanjutnya di kawasan hutan dengan ketinggian mencapai 50-75
m dpl, suhu antara 28-29 derajat celcius.
2. Setelah mendapat satu sel, masukkan dan press bersama parafin yang kecil
sekitar ukuran 1 cm. Jika sudah, maka iris sel yang sudah di press dengan
parafin dengan menggunakan mikrotome. Setelah selasai habis, jejerkan,
dan ambil beberapa sample untuk melihat sel yang ada dengan mikroskop.
Karena struktur sel sama. Tapi kita hanya menghitung jika ada inti sel di
tenpat yang berbeda, jika di tempat yang sama, maka itu dihitung satu saja.
3. Sama seperti nomor satu, hanya saja harus membawa buku panduan dan
kamera, agar bisa mengklasifikasi burung-burung trsebut dengan mudah.
Perhatikan juga waktunya, amati saat masa aktif burung yaitu perkiraan
jam 06.00 – 09.00 pagi. Sedangkan pada sore hari perkiraan puk 15.00
sampai pukul 18.00.
Hasil Pengamatan dan Pengukuran
1. Setelah diukur, menyatakan bahwa populasi burung paruh bengkok paling
banyak ditemukan di daerah kawasan hutan yang memiliki pohon mati
maupun hidup, burung paruh bengkok di kawasan hutan ini menyebar rata
di dalam kawasan maupun di luar kawasan
2. Dari penelitian sel tersebut, terlihat bahwa struktur sel sangat rapat, rapi,
dan banyak, jika sel yang darinya hanya berukuran 3-4 mm diiris oleh
mikrotome yang bisa mengiris sampai ketebalan 10 mikron mm, maka
jumlah kerapatan sel dikalikan dengan berapa jumlah irisan yang
dihasilkan dengan jumlah inti sel yang dihitung secara acak, tapi
sebelumnya inti selnya dihitung rata-rata terlebih dahulu.
3. Hasil penelitian yang dilakukan di Kawasan Suka Margasatwa Pulau
Pasoso pada pagi hari menunjukkan bahwa terdapat 93 jenis burung,
sedangkan pada sore hari terdapat 64 jenis burung. Burung yang dijumpai
pada pengamatan pagi mewakili 14 famili.
Selain itu, Burung yang sering dijumpai pada saat pagi hari dan sore hari
yaitu burung kacamaa laut dan perling kumbang. Dari data ini pula, dapat
ditemukan bahwa jumlah indeks keanekaragaman burung ditemukan pada
pagi hari. Jenis burung yang mendominasi yaitu burung jenis kacamata
laut (Zosterops chloris) sekitar 60%. Sedangkan yang kehadirannya
rendah yaitu jenis kangkok ranting (Magapodius Cumingi) sekitar 10%.
Pembahasan
1. Berdasarkan hasil pengukuran diatas, jenis burung paruh bengkok
ditemukan populasi pada ketinggian 0 – 450 m dpl. Hal tersebut sama
dengan burung kakaktua jambul kuning yang ditemukan dari daerah
sulawesi ke arah selatan, hingga Sumba dan ke arah timur hingga Timor.
Burung jenis ini datang ke kawasan tersebut untuk mencari makan
di sekita kawasan hutan yang paling banyak dipilih tadi. Dan pada sore
hari burung tersebut kembali ke daerah kawasan hutan untuk beristirahat.
Selain untuk beristirahat, di dalam kawasan ini juga digunakan sebagai
tempat berkembangbiak.
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangandiketahui bahwa di
daerah dengan ketinggian lebih dari 1500 m dpl penyebaran jenis burung
paruh bengkok mulai menurunhal ini dipengaruhi beberapa faktor, yaitu
temperatur yang rendah dan status vegetasi. Pohon yang tumbuh hanya
beberapa jenis saja dan bukan merupakan sumber pakan bagi burung.
2. Sel merupakan unsur terkecil, dimana itu tidak dapat dilihat oleh mata
telanjang, oleh karena itu dibutuhkan bantuan. Walau hanya dengan
mikroskop, tapi bisa saja itu masih besar, oleh karena itu dibutuhkan
mikrotome untuk mengiris sel tersebut menjadi lebih kecil dan tipis lagi
sehingga penglihatan kerapatan sel di mikroskop bisa lebih jelas. Lalu bisa
menggunakan metode absolut sensus, dimana itu bisa dihitung dan
menggunakan angka pasti, namun jika untuk semua, maka bisa mengambil
beberapa sample sehingga itu hanya angka perkiraan yang mendekati.
3. Berdasarkan hasil penelitian diketahui komposisi jenis burung pada
pengamatan pagi lebih banyak dibandingkan pada pengamatan sore hari.
Perbedaan tipe habitat berpengaruh terhadap keanekaragaman jenis
burung. Karena habitat beragam akan menyediakan sumber daya yang
cukup, baik untuk mencari makan, berlindung dan berkembang biak.
Faktor yang menyebabkan tingkat kehadiran jenis burung pada
pengamatan pagi dan sore hari di hutan primer di Pulau Pasoso,
dikarenakan jenis-jenis burung tersebut memiliki rentang habitat yang luas
dan kemudahan untuk beradaptasi pada setiap tipe habitat yang berbeda.
Selain itu, habitat hutan primer juga lebih sering dimanfaatkan oleh jenis
burung sebagai habitat utamanya karena pada habitat tersebut jenis-jenis
burung mendapat sumber makanan dan sekaligus tempat berlindung dari
pemangsa atau (predator) atau berlindung dari cuaca yang buruk.
Kesimpulan
1. Sebaran burung paruh bengkok paling banyak di hutan yang memiliki
pohon hidup dengan tinggai mencapai 20-30 m. Selain itu, mereka tinggal
di hutan seperti itu karena ada ketersediaan pakan alam dan struktur
vegetasi. Sebaran populasi jenis burung ini lebih banyak pada daerah
dengan ketinggian 0 – 1000 m dpl.
2. F
3. Hasil penelitian yang dilakukan di Kawasan Suka Margasatwa Pulau
Pasoso pada pagi hari menunjukkan bahwa terdapat 93 jenis burung,
sedangkan pada sore hari terdapat 64 jenis burung. Burung yang dijumpai
pada pengamatan pagi mewakili 14 famili.
Tingkat kehadiran jenis burung yang mendominasi pada waktu
perjumpaan dengan persentase 60% yaitu kacamata laut, sedangkan jenis
burung yang tingkat kehadirannya rendah dengan persentase 10% yaitu
kangkok ranting, gosong philipina.
Referensi
Warsito, H. Dkk. 2016. Penyebaran dan Populasi Burung Paruh Bengkok pada
Beberapa Tipe Habitat di Papua. Vol. 7 No.1. ejournal.forda-mof.org. Oktober
2016
Kwatrina, R. Dkk. 2013. Status Populasi dan Habitat Burung di BPKH Bayah,
Banten. Vol. 5 No. 3. Ejornal.forda-mof.org. Oktober 2016
Satrio, Mikhael. Dkk. 2013. Keanekaragaman Jenis Burung Pada Areal DongiDongi di Kawasan Taman Nasional Lore Lindu. Vol. 1 No. 1. Journal.untad.ac.id.
Oktober 2016
Karar, Abdul. Dkk. 2016. Keanekaragaman Jenis Burung di Hutan Primer di
Suaka Mergasatwa. Pulau Pasoso Kecamatan balaesang Tanjung Kabupaten
Donggala. Vol. 4 No. 1. Journal.untad.ac.id. Oktober 2016.
Wijayanto, Nuraeni. Dkk. 2015. Morfologi, anatomi, dan Kandungan Kimia
Benih Mindi, dan Berbagai Asal Benih. Vol. 3 No. 1. Ejournal.forda-mof.org.
Oktober 2016
Sriningsih, A. Dkk. 2015. Potensi Isdat Bakteri Pseudomonas sebagai
Pendagradasi Plastik. Vol. 4 No. 2. Ejurnal.its.ac.id. Oktober 2016
Pengaruh Lingkungan terhadap perubahan Tingkah laku dan Adaptasi Suatu
Organisme.
Adaptasi adalah penyesuaian diri makhluk hidup terhadap lingkunganya. Setiap
makhluk hidup telah dibekali kemampuan beradaptasi oleh Tuhan. Kemampuan
beradaptasi itu berguna untuk mempertahankan hidupnya. Dengan dapat
mempertahankan hidup maka hewan dan tumbuhan terhindar dari kepunahan dan
ekosistem tetap seimbang.
Cara beradaptasi setiap makhluk hidup berbeda-beda. Ada yang beradaptasi
secara morfologis, fisiologis, dan tingkah laku. Nah, ciri khusus makhluk hidup
berhubungan erat dengan cara adaptasi mereka. Bagaimanakah hubungan antara
ciri khusus dan cara adaptasi suatu makhluk hidup.
Setiap jenis hewan dan tumbuhan memiliki ciri khusus, ciri khusus yang dimiliki
hewan dan tumbuhan merupakan bentuk adaptasi telah mengetahui bahwa
adaptasi dibedakan menjadi tiga. Pengertian masing-masing adaptasi dijelaskan di
bawah ini.
Ada tiga bentuk adaptasi makhluk hidup terhadap lingkungannya, yaitu :
1. Adaptasi morfologi (bentuk fisik) merupakan penyesuaian bentuk tubuh
makhluk hidup terhadap lingkungannya. Adaptasi morfologi dapat dilihat dengan
jelas. Contohnya, kaki berselaput pada bebek dan bentuk paruh pada burung.
2. Adaptasi fisiologi (fungsi organ tubuh) merupakan penyesuaian fungsi alat-alat
tubuh makhluk hidup terhadap lingkungannya. Salah satunya berupa enzim yang
dihasilkan oleh suatu organisme. Contohnya, bunga rafesia mengeluarkan enzim
untuk menarik serangga. Enzim adalah zat yang dapat mempercepat proses kimia.
Sementara itu, kantong semar mengeluarkan enzim untuk membunuh serangga.
3. Adaptasi tingkah laku merupakan penyesuaian berupa perubahan tingkah laku.
Contohnya, cecak memutuskan ekornya saat ditangkap musuh. Contoh lain, putri
malu mengatupkan daunnya bila disentuh.
A. Cara penyesuaian diri hewan dengan lingkungannya
1. Penyesuaian Bentuk Tubuh terhadap Lingkungan
Banyak makhluk hidup yang menyesuaikan diri terhadap lingkungan dengan cara
menyesuaikan bentuk tubuhnya terhadap lingkungan atau menyesuaikan dengan
fungsinya. Penyesuaian bentuk tubuh ini bertujuan untuk memperoleh makanan
maupun untuk melindungi diri dari musuhnya. Berikut ini contoh beberapa hewan
yang menyesuaikan bentuk tubuhnya terhadap lingkungannya.
a. Burung
Burung memiliki bentuk kaki yang berbeda-beda disesuaikan dengan tempat
hidupnya dan jenis mangsa yang dimakannya. Berdasarkan lingkungan dan jenis
makanan yang dimakannya, bentuk kaki burung dikelompokkan menjadi lima,
seperti pada gambar berikut :
Bentuk paruh burung juga beraneka ragam. Keanekaragaman bentuk paruh
burung sesuai dengan jenis makanannya. Perhatikan keanekaragaman bentuk
paruh burung pada gambar berikut:
b. Serangga
Untuk memperoleh makanannya, serangga memiliki cara tersendiri. Salah satu
bentuk penyesuaian dirinya adalah bentuk mulut yang bebedabeda sesuai dengan
jenis makanannya. Bedasarkan jenis makanan yang dimakannya, jenis mulut
serangga dibedakan menjadi empat, yaitu mulutpengisap, mulut penusuk, mulut
penjilat, dan mulut penyerap.
1) Mulut pengisap
Mulut pengisap pada serangga bentuknya seperti belalai yang dapat digulung dan
dijulurkan. Contoh serangga yang memiliki mulut pengisap adalah kupu-kupu.
Kupu-kupu menggunakan mulut pengisap untuk mengisap madu dari bunga.
2) Mulut penusuk dan penghisap
Mulut penusuk dan penghisap pada serangga memiliki ciri bentuk yang tajam dan
panjang. Contoh serangga yang memiliki mulut penusuk dan penghisap adalah
nyamuk. Nyamuk menggunakan mulutnya untuk menusuk kulit manusia
kemudian menghisap darah. Jadi, selain mulutnya berfungsi sebagai penusuk juga
berfungsi sebagai pengisap.
3) Mulut penjilat
Mulut penjilat pada serangga memiliki ciri terdapatnya lidah yang panjang dan
berguna untuk menjilat makanan berupa nektar dari bunga, contoh serangga yang
memiliki mulut penjilat adalah lebah.
4) Mulut penyerap
Mulut penyerap pada serangga memiliki ciri terdapatnya alat penyerap yang mirip
spons (gabus). Alat ini digunakan untuk menyerap makanan terutama yang
berbentuk cair. Contoh serangga yang memiliki mulut penyerap adalah lalat.
c. Unta
Unta hidup di daerah padang pasir yang kering dan gersang. Oleh karena itu
bentuk tubuhnya disesuaikan dengan keadaan lingkungan padang pasir. Bentuk
penyesuaian diri unta adalah adanya tempat penyimpanan air di dalam tubuhnya
dan memiliki punuk sebagai penyimpan lemak. Hal inilah yang menyebabkan
unta dapat bertahan hidup tanpa minum air dalam waktu yang lama.
2. Penyesuaian Tingkah Laku terhadap Lingkungan
Beberapa jenis hewan ada yang menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan
cara mengubah tingkah laku. Cara ini selain untuk mendapatkan makanan juga
untuk melindungi diri dari musuh atau pemangsa. Perhatikan beberapa contoh
hewan yang menyesuaikan diri dengan tingkah laku berikut ini!
a. Bunglon
Kalian tentu pernah melihat bagaimana bunglon dapat merubah warna kulitnya
sesuai dengan warna tempat ia berada. Ketika berada di pohon yang berwarna
coklat maka tubuh bunglon akan berrwarna coklat. Begitu juga ketika ia berada di
pohon yang berwarna hijau maka tubuhnya akan berwarna hijau. Perubahan warna
tubuh pada bunglon merupakan bentuk penyesuaian diri agar ia terlindung dari
musuhnya.
b. Kalajengking
Kalajengking melindungi dirinya dari musuh dengan menggunakan sengatnya.
Sengatnya ini mengandung racun yang dapat membunuh musuhnya. Selain
kelajengking, hewan lain yang menggunakan zat racun untuk melindungi dirinya
dari serangan musuh adalah, kelabang, lebah, dan ular.
c. Cumi-Cumi
Cumi-cumi melindungi diri dari musuhnya dengan cara menyemburkan cairan,
seperti tinta ke dalam air. Hal ini menyebabkan musuh yang menyerangnya tidak
dapat melihatnya dan ia dapat berenang dengan cepat untuk menghindari
musuhnya tersebut.
d. Siput
Siput memiliki pelindung tubuh yang keras dan kuat yang disebut cangkang.
Hewan jenis ini melindungi diri dari musuhnya dengan cara memasukkan
tubuhnya kedalam cangkang. Selain siput, kura-kura, dan penyu juga memiliki
cangkang yang digunakan untuk melindungi diri dari musuhnya.
e. Cecak
Untuk melindungi diri dari serangan musuh, cecak memutuskan ekornya. Bagian
ekor yang putus ini dapat bergerak-gerak sehingga mengalihkan perhatian
musuhnya. Saat itulah ia pergi melarikan diri.
f. Ikan paus
Paus adalah mamalia yang hidup di air. Seperti hewan mamalia yang lain,
walaupun hidup di air paus bernapas menggunakan paru-paru. Padahal paru-paru
tidak dapat mengambil oksigen dari air. Paus dan semua mamalia yang hidup di
air, kurang lebih tiap tiga puluh menit muncul ke permukaan air untuk menghirup
oksigen. Mungkin kalian pernah melihat bagaimana perilaku paus lewat siaran
televisi. Ketika muncul ke permukaan air laut, paus mengeluarkan sisa pernapasan
berupa karbondioksida dan uap air yang sudah jenuh dengan air sehingga terlihat
seperti air mancur. Setelah itu paus menghirup udara sebanyak-banyaknya
sehingga paru-parunya penuh dengan udara.
B. Cara Penyesuaian Diri Tumbuhan Terhadap Lingkungan
Selain hewan yang menyesuaikan diri dengan lingkungan , tumbuhan juga
memiliki cara yang unik untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya agar
dapat bertahan hidup di lingkungan tersebut. Pada umumnya tumbuhan hidup di
tempat yang berbeda-beda. Ada yang hidup di daerah kering ada pula yang
hidupnya di air. Oleh karena itu, bentuk penyesuaian dirinya pun berbeda-beda
disesuaikan dengan lingkungan tempat hidupnya. Perhatikan uraian berikut
tentang cara-cara tumbuhan menyesuaikan diri terhadap lingkungan.
1. Pohon Jati
Pohon jati menyesuaikan diri dengan cara menggugurkan daunnya saat musim
kemarau. Pengguguran daun ini bertujuan agar tidak terjadi penguapan yang
berlebihan yang dapat menyebabkan tumbuhan kekurangan air dan mati.
Pengguguran daun pada musim kemarau juga dilakukan oleh tumbuhan lain,
seperti mahoni dan kedondong walaupun tidak sebanyak pada pohon jati.
2. Kaktus
Kalau di rumahmu atau di sekolahmu ada tanaman kaktus, coba perhatikan
tanaman tersebut! Tanaman kaktus tempat hidup aslinya sebenarnya adalah tanah
yang kering seperti gurun. Oleh karena itu tanaman ini menyesuaikan diri dengan
kondisi lingkungan yang kering dan panas. Tumbuhan kaktus menyesuikan diri
dengan memiliki daun yang kecil-kecil seperti duri yang berfungsi untuk
mengurangi penguapan air, batangnya tebal berair dan berlapis lilin yang
berfungsi untuk menyimpan cadangan air, akarnya yang panjang untuk mencari
air.
3. Teratai
Teratai tempat hidupnya di air. Tumbuhan ini menyesuaikan diri dengan memiliki
daun yang berbentuk lebar dan tipis. Bentuk daun seperti ini mengakibatkan
penguapan air terjadi dengan mudah. Selain itu, batangnya yang berongga-rongga
memungkinkan teratai dapat bernapas walaupun akar dan batangnya berada di
dalam air.
4. Eceng gondok
Eceng gondok hidup mengapung di permukaan air. Agar dapat mengapung
tumbuhan ini memiliki batang yang menggembung berisi rongga udara seperti
spons.
Pengaruh Lingkungan terhadap tingkah laku. Mungkin saya akan contohkan
adalah kucing peliharaan. Jika kucing tersebut sudah lama dirawat oleh pemilik
aslinya, ia akan merasa nyaman dan bergelayutan manja di kaki pemiliknya.
Namun ketika kucing tersebut berpindah ke pemilik yang baru dikarenakan suatu
hal, kucing tersebut akn berubah sikapnya, karena belum terbiasa dengan pemilik
barunya.
Lalu, bisa dicontohkan lagi dengan ayam kalkun, sifatnya yang tenang aja, namun
jika sudah diganggu dengan manusia, maka dia akan berusaha untuk mematuk
kita, walaupun harus mengejarnya.
Perubahan lingkungan terkadang bisa membuat hewan stress, atau bahkan
membuat hewan menjadi emosional. Oleh karena itu, ketahui dahulu lingkungan
yang sebenarnya dia inginkan, dengan cara amati dia, baik pola makan ataupun
kelincahannya dalam mencari makan.
Download