Uploaded by Dwi Ayu Lestari

KARAKTERISTIK MANUSIA KOMUNIKAN

advertisement
MAKALAH
PSIKOLOGI KOMUNIKASI
“KARAKTERISTIK MANUSIA KOMUNIKAN”
Disusun Oleh:
Dosen studi:
Suhandi
Imas Karyamah, S.Ag., M.Pd
PRODI KPI
(Komunikasi Penyiar Islam)
MA’HAD AL-IMARAT - STAIPI
BANDUNG
2016
KATA PENGANTAR
‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬
Segala puji bagi allah azza wa jalla yang telah menciptakan dunia dan seisinya. Dan juga
memberikan manusia akal fikiran yang lebih sempurna dari makhluk-makhluk ciptaan lainnya, sehingga
manusia bisa berfikir yang jernih dan memanfaatkan fikiran yang diberi untuk kelansungan hidup.
dengan berjalanya waktu dan zaman berbagai ilmu ditemukan untuk hidup yang lebih baik, salah
satunya ilmu psikologi komunikasi yang dibahas dalam makalah sederhana ini.
Manusia selama hidupnya tidak lepas dari berkomunikasi, baik antar individu, antar individu dan
kelompok, maupun antar kelompok. Dengan berkomunikasi manusia bisa menyampaikan informasi
untuk bertukar fikiran. Dalam berinteraksi dilingkungan sekitarnya manusia memerlukan komunikasi
yang baik dan berbagai macam cara komunikasi yang digunakan manusia dalam bertukar fikiran. Untuk
itu, memahami manusia merupakan hal yang mutlak diperlukan, dan dalam memahami manusia tidak
lepas dari ilmu psikologi, karna prilaku manusia merupakan objek psikologi.
Komunikasi dan psikologi merupakan bidang yang saling berkaitan dalam melibatkan manusia.
Sehingga terbentuklah teori psikologi komunikasi. banyak teori dalam ilmu komunikasi dilatarbelakangi
konsepsi psikologi tentang manusia, dengan berbagai jenis tahapan-tahapan komunikasi yang dijelaskan
didalamnya. Didalam makalah ini membahas beberapa teori-teori psikologi komunikasi yang dilihat
berdasarkan pendekatan yang paling dominan.
DAFTAR ISI
BAB I
Pendahuluan……………………………………………………………………………………
1
BAB II
Pembahasan……………………………………………………………………………………
2
Konsepsi psikologi manusia kominkan………………………………………………………
2
A. Konsepsi psikologi tentang manusia………………………………………………………...
2
1. Manusia dalam psikoanalisis…………………………………………………………………
2
2. Manusia dalam behaviorisme………………………………………………………………...
3
3. Manusia dalam konigtif………………………………………………………………………
3
4. Manusia dalam humanistic……………………………………………………………………
4
BAB III
Kesimpulan………………………………………………………………………………………
5
Daftar pustaka…………………………………………………………………………………...
6
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia merupakan makhluk social. Sebagai makhluk social, manusia senantiasa ingin
berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya dan pristiwa yang
terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu inilah memaksa manusia untuk berkomunikasi. Dalam
berkomunikasi manusia membutuhkan sikap saling berinteraksi atas dasar status dan peranan social
yang diatur oleh seperangkat norma dan nilai dalam tatanan social yang berlaku bertujuan untuk
keselarasan komunikator dan komunikan.
Sebagai makhluk individu dan social, manusia merupakan makhluk yang unik sebagai perpaduan
antara aspek individu sebagai pewujudan diri sendiri dan makhluk social sebagai anggota kelompok atau
masyarakat. Sehingga menimbulkan prilaku social tertentu yang mewarnai pola interaksi tingkahlaku
setiap individu sebagai bentuk implikatif dari adanya interaksi yang saling mempengaruhi.
Dalam makalah ini akan dijelaskan tentang katakter-karakter manusia komunikan, karena
manusia memiliki prilaku atau sikap dan pola fikir yang beragam. karena prilaku manusia merupakan
akumulasi pengalaman setiap individu dalam berbagai interaksi dengan lingkungan sosialnya yang
membentu pengetahuan, sikap, dan tindakan. Prilaku merupakan respons atau reaksi individu terhadap
stimulus secara internal maupun eksternal yang mendorong suatu tindakan dan pola piker tertentu.
Menurut Skinner, prilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (ransangan dari
luar). Oleh karena itu, prilaku seseorang atau kelompok terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap
organisme, kemudian organisme tersebut merespon secara positif ataupun negative untuk membentuk
tindakan tertentu. Dalam hal ini psikologi komunikasi diperlukan dalam menganalisis sikap dan pola
fikir manusia dalam berinteraksi.
BAB II
PEMBAHASAN
Karakterisitik Manusia Komunikan
Pemeran utama dalam proses komunikasi adalah manusia. Sebagai psikolog, kita memandang
komunikasi justru pada prilaku manusia komunikan. Psikolog mulai masuk ketika membicarakan
bagaimana manusia memproses pesan yang diterimanya, bagaimana cara berpikir dan cara melihat
manusia dipengaruhi oleh lambing-lambang yang dimiliki. Focus psikologi komunikassi adalah manusia
komunikan.
A. Konsepsi psikologi tentang manusia
banyak teori dalam ilmu komunikasi dilatarbelakangi konsepsi psikologi tentang manusia.
Walaupun psikologi telah banyak melahirkan teori-teori tentang manusia, akan tetapi pendekatan yang
paling dominan yaitu psikoanalisis, behaviorisme, psikologi konigtif, dan psikologi humanistis.
1. Manusia dalam psikologi Psikoanalisis
Dari seluruh aliran psikologi, psikoanalisis secara tegas memerhatikan struktur jiwa manusia.
Sigmund freud adalah pendiri psikoanalisis, orang yang pertama berusaha merumuskan psikologi
manusia. Ia mengfokuskan perhatiannya kepada totalitas kepribadian manusia, bukan kepada bagianbagiannya yang terpisah (Asch, 1957: 17).
Menurut Sigmund freud, prilaku manusia merupakan hasil interaksi tiga subsistem ddalam
kepribadian manusia, yaitu Id, Ego, Superego.
a. Id, yaitu bagian kepribadian yang menyimpan dorongan biologis dan pusat insting manusia.
Dalam diri manusia terdapat dua insting dominan :
1) Libido insting reproduktifyang menydiakan energy dasar untuk kegiatan yang konstruktif.
Ddan libido disebut sebagai insting kehidupan.
2) Thanatos insting destruktif yang agresif. Thanatos disebut sebagai insting kematian.
Semuamotif manusia adalah gabungan dari libido dan thanatos. Id bergerak berdasarkan
prinsip kesenangan ( pleasure principle), yaitu segera memenuhi kebutuhannya. Dengan kata
lain, id adalah tabiat hewani manusia.
b. Ego, yitu mediator antara hasrat hewani dan tuntutan rasional dan realities. Ego menyebabkan
manusia mampu menundukan hasrat hewaninya dan hidup sebagai wujud yang rasional (pada
pribadi yang normal). Ego bergerak berdasarkan prinsip realitas (reality principle).
c. Superego, yaitu hati nurani (conscience) yang merupakan internalisasi dari norma-norma social
dan cultural masyarakat. Superego memaksa ego untuk menekan hasrat-hasrat yang tidak
berlainan kealam bawah sadar.
Id dan superego berada dalam bawah sadar manusia, dan ego berada ditengah antara memenuhi
desakan id dan peraturan superego. Secara singkat dalam psikoanilisis, prilaku manusia
merupakan interaksi antara komponen biologis (id), komponen psikologis (ego), dan komponen
social (superego); atau unsure animal, rasional, dan moral (hewani, akali, dan nilai).
2. Manusia dalam psikologi Behaviorisme
Behaviorisme lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme (yang menganalisis jiwa manusia
berdasarkan laporan-laporan subjektif) dan juga psikoanlisis (yang berbicara alam bawah sadar dan
tidak tampak). Behaviorisme menganalisis hanya prilaku yang tampak saja, yang dapat diukur, yang
dapat dilukiskan, dan yang dapat diramalkan. Teori behaviorisme juga dikenal dengan nama teori
belajar. Belajar, artinya perubahan prilaku manusia disebabkan oleh lingkungan. Behaviorisme tidak
mau mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional; behaviorisme hanya
ingin mengetahui bagaimana pelakunya dikendalikan oleh factor-faktor lingkungan. Dari sinilah
timbul konsep “manusiamesin” (Homo mechanicus).
Kaum behavioris berpendirian: manusia dilahirkan tanpasifat-sifat social atau psikologis,
perilaku adalah hasil pengalaman, dan perilaku digerakkan atau dimotivasi oleh kebutuhan untuk
memperbanyak kesenangan dan mengurangi penderitaan.
Watson dan Rosalie Rayner melalui sebuah eksperimen telah membuktikan betapa mudahnya
membentuk atau mengendalikan manusia dan melahirkan metode pelaziman klasik (classical
conditioning). Plaziman klasik adalah memasangkan stimuli yang netral atau stimuli kondisi dengan
stimuli tertentu (yang terkondisikan / unconditioned stimulus) yang melahirkan prilaku tertentu
(unconditioned response).
Jenis paziman lain ditemukan oleh Skinner, yaitu operant conditioning, bahwa prilaku manusia
dipengaruhi oleh proses peneguhan. Proses mempertuh respons yang baru dengan
mengasosiasikannya dengan pada stimuli tertentu berkali-kali disebut peneguhan (reinforcement).
Menurut Bandura tidak semua prilaku dapat dijelaskan dengan paziman. Dia menambahkan
konsep belajar social (social learning). Menurutnya, belajar terjadi karna proses peniruan
(imitation). Dengan kata lain, melakukan sesuatu perilaku ditentukan oleh peneguhan, sedangkan
kemampuan potensial untuk melakukan ditentukan oleh peniruan.
3. Manusia dalam psikologi Kognitif
Dalam psikologi kognitif, manusia dipandang sebagai makhluk yang selalu berusaha memahami
lingkungannya dan makhluk yang selalu berfikir (homo sapiens). Frege (1977: 38) menulis :
“pengaruh seseorang pada yang lain kebanyakan ditimbulkan oleh pikiran. Kita
mengomunikasikanp pikiran. Bagaimana hal ini terjadi? Kita timbulkan perubahan di dunia luar
yang sama. Perubahan-perubahan ini, setelah dipersepsi orang lain, akan mendorong kita untuk
memahami suatu pikiran dan menerimanya sebagai hal yang benar. Mungkinkah terjadi pristiwa
besar dalam sejarah tanpa komunkasi pikiran? Anehnya, kita cenderung menganggap pikiran itu
tidak nyata karena tidak nampak memengaruhi peristiwa, sementara berpikir, memutuskan,
menyatakan, memahami dan sebagainya adalah fakta kehidupan manusia.mana yang lebih nyata,
sebuah palu atau pikiran? Alangkah bedanya proses penyerahan palu dengan proses pikiran.”
Frege menulis hal diatas dalam sebuah buku filsafat berpikir (Philoshopical Logic), mengisaratkan
kelebihan rasionalisme pada empirisme.
Descartes dan kant menyimpulkan bahwa jiwa (mind) menjadi alat utama pengetahuan, bukan
alat indra. Jiwa menafsirkan pengalaman indrawi secara aktif : mencipta, mengorganisasikan,
menafsirkan, mendistorsi, dan mencari makna. Manusia tidak memberikan respons terhadap stimuli
secara otomatis. Manusialah yang menentukan makna stimuli itu, bukan stimuli itu sendiri.
Menurut Lewin, prilaku manusia harus dilihat dalam konteksnya. Dari Lewin terkenal rumus : B
= f (P,E), artinya behavior (perilaku) adalah hasil interaksi person (diri orang tersebut) dan
environment (lingkungan psikologisnya). Lewin juga menciptakan konsep dinamika kelompok, yaitu
dalam kelompok, individu menajdi bagian yang saling berkaitan dengan anggota kelompok yang
lain.
Sejak pertengah tahun 1950-an, berkembang penelitian tentang perubahan sikap dengan
kerangka teoritis manusia sebagai pencari konsistensi kognitif. Manusia dipandang sebagai makhluk
yang selalu berusaha menjaga keajengan dalam system kepercayaannya dan di antara system
kepercayaannya dengan prilaku. Contohnya, teori disonansi kognitif.
Disonansi, artinya ketidak cocokan antar kedua konigsi (pengetahuan). Teori disonansi
menyatakan seseorang akan mencaari informasi yang mengurangi disonansi dan menghindarkan
informasi yang menambahkan disonansi. Pada awal tahun 1970-an teori disonansi dikeritik dan
muncul konsepsi manusia sebagai pengolah informasi.
Dalam konsepsi ini manusia bergeser dari orang yang suka mencari justifikasi atau membela diri
menjadi orang yang secara sadar memecahkan persoalan. Prilaku manusia dipandang sebagai produk
strategi pengolahan informasi yang rasional. Contoh perspektif ini adalah teori atribusi. Teori ini
menganggap ilmuwan yang naïf, yang memahami manusia dengan metode ilmiah yang elementer.
Pada kenyataannya, manusia tidak begitu rasional dalam memandang sesuatu.
4. Manusia dalam psikologi Humanistik
Psikologi humanistic dianggap sebagai revolusi ketiga dalam psikologi. Revolusi pertama adalah
psikoanalisis, dan revolusi kedua adalah behaviorisme. Psikologi humanistic menjelaskan aspek
eksistensi manusia yang positif dan menentukan, seperti cinta, kreativitas, nilai, makna dan
pertumbuhan pribadi. “humanistic psychology is not just the study of human being, it is a
commitment to human becoming”
Psikologi humanistic mengambil dari fenomenologi dan eksistensialisme. Fenomenologi
memandang manuisa hidup dalam “dunia kehidupan” yang dipersepsi dan diinterprestasi secara
subjektif. Adapun eksistensialisme menekankan pentingnya kewajiban individu pada sesama
manusia. Frankl menyimpunkan asumsi-asumsi psikologi humanistic: keunikan manusia,
pentingnya nilai dan makna, serta kemampuan manusia untuk mengembangkan dirinya.
a.
b.
c.
d.
e.
Untuk itu, Carl Rogers (1982) menyebutkan bahwa :
Setiap manusia hidup dalam pengalaman yang bersifat pribadi yang mana dia –sang Aku,
Ku, atau Diriku (the I, me, or myself) – menjadi pusat. Perilaku manusia berpusat pada
konsep diri, yaitu persepsi manusia tentang identitas dirinya yang bersifat pleksibel dan
berubah-ubah, yang muncul dari suatu medan fenomenal ( phenomenal field). Medan
keseluruhan pengalaman subjektif seorang manusia, yang terdiri atas pengalamanpengalaman Aku dan Ku an pengalaman yang “bukan aku”;
Manusia berperilaku untuk mempertahankan, meningkatkan, dan mengaktualisasikan diri;
Individu bereaksi pada situasi sesuai dengan persepsi tentang dirinya dan dunianya. Dia
bereaksi pada “realitas”seperti yang dipersepsikan olehnya dan dengan cara yang sesuai
dengan konsep dirinya;
Anggapan akan ada ancaman terhadap diri akan diikuti oleh pertahanan diri. berupa
penyempitan dan pengkakuan (rigidification) persepsi dan perilaku penyesuai serta
penggunaan mekanisme pertahanan ego seperti rasionalisasi;
Kecenderungan batiniah manusia adalah menuju kesehatan dan keutuhan diri. dalam kondisi
yang normal dia berperilaku rasional dan konstruktif, serta memilih jalan menuju
perkembangan dan aktualisasi diri.
BAB III
KESIMPULAN
Dalam memahami komunikasi sangatlah penting bagi manusia, terlebih lagi sebagai
komunikator untuk mengetahui psikologi katakteristik manusia komunikan. Hal ini sangatlah
berpengaruh dalam berkomunikasi untuk beradaptasi dan berinteraksi dilingkungan. Untuk mengetahui
psikologi manusia komunikan empat pendekatan teori psikologi inilah yang cocok untuk dipahami ;
Seperti psikoanalisis secara tegas memerhatikan struktur jiwa manusia. ; behaviorisme sebagai teori
belajar.. ; kognitif, sebagai teori yang berusaha memahami lingkungan sekitar dan yang selalu berfikir. ;
humanistic sebagai teori yang menjelaskan aspek eksistensi manusia yang positif dan menentukan. Jadi
komunikasi bukan hanya memberikan informasi tapi bagaimana komunikator memahami komunikan
agar bisa saling berinteraksi satu sama lain.
DAFTAR PUSTAKA
-
Abidin Zainal. 2000. Memahami manusia melalui filsafat, Bandung: Remaja Rosda Karya.
-
W.R Dilton and M. Goldstein. 1980 Introduction to Bivariate and Multivariate Analysis,
Gienview, Illinoi: scott, Foresman and Company.
-
Floyd W. Matson. 1973. “humanistic theory: the third Revolution in psichologi” Maslach,
Psichologi for our times, Glenview: Foresman & Co.
-
Muhibudin Wijaya Laksana. 2015. Psikologi komunikasi: membangun komunikasi yang efektif
dalam interaksi manusia. Pustaka Setia.
-
Jalaludin Rahmat. 1985. “Psikologi komunikasi” bandung: Remaja Rosda karya.
Download