BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulpa memegang peran penting untuk menjaga nutrisi gigi, persarafan, dan imunokompeten. Mempertahankan pulpa meningkatkan resistensi mekanik dan tingkat kelangsungan hidup gigi. Perawatan pulpa vital dilakukan pada kasus trauma, karies, dan prosedur restoratif untuk mempertahankan jaringan pulpa yang vital. Perawatan pada pulpa vital meliputi pulp capping direk, pulp capping indirek, debridemen pulpa, pulpotomi, dan apexogenesis (Doumani et al., 2020). Inflamasi pulpa (pulpitis) merupakan kasus yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran gigi. Pulpitis merupakan respon pulpa terhadap iritan. Iritan tersebut dapat berupa trauma, benda asing, dan proses karies yang dapat mengganggu keseimbangan sel dan matriks ekstraseluler. Inflamasi pulpa atau pulpitis akan mulai terjadi dan meningkat pada 6 jam pertama dan mencapai puncaknya setelah 24 jam (Ismiyatin et al., 2018). Jaringan pulpa karies yang terpapar atau jaringan pulpa yang tidak langsung terpapar pada kasus karies yang dalam dapat dilakukan perawatan pulp capping atau pulpotomi. Pulpa yang terekspos karena trauma memiliki prognosis yang lebih baik daripada eksposur yang terjadi akibat ekskavasi karies atau eksposur karies karena resiko infeksi berkurang. Jika gigi dengan diagnosa nekrosis pulpa atau pulpitis irreversibel merupakan indikasi dari perawatan endodontik konvensional. Apabila diagnosis periapikal pada daerah periapikal normal, tidak ada nyeri pada perkusi dan tes tekan, tidak ada poket periodontal yang dalam, tidak ada mobilitas, gigi tersebut dapat dilakukan perawatan pulpa vital jika tidak ada bukti lain dari nekrosis pulpa. Beberapa yang disarankan untuk perawatan pulpa vital seperti kalsium hidroksida (Ca(OH)2), mineral trioxide aggregate (MTA), bone morphogenetic proteins dan transforming growth factor- β, turunan enamel matrix, propolis, semen trikalsium fosfat, dan beberapa bahan bioaktif lainnya (Ricucci, Loghin and Jose, 2014; Akhlaghi and Khademi, 2015). Sekarang ini bioceramic merupakan bahan pilihan dalam perawatan pulpa vital. Terlepas dari penggunaan Ca(OH)2 yang lama, MTA (bahan bioceramic) dapat mengatasi kelarutan Ca(OH)2 yang tinggi. Selain itu Ca(OH)2 dapat menyebabkan nekrosis pulpa pada direk pulp capping dan memiliki resistensi mekanik yang rendah. Bioceramic sendiri dapat membentuk Ca(OH)2 dan hidroksiapatit. MTA juga menunjukkan keberhasilan klinis dan radiografi sebagai agen pulpotomi pada gigi permanen immature (apexogenesis) dan tampaknya menjadi alternatif yang cocok untuk Ca(OH)2 karena MTA telah menunjukkan kemampuan untuk menjaga integritas jaringan pulpa dan menghasilkan dentin bridge yang lebih tebal dan padat dengan laju yang lebih cepat (Cao et al., 2015; Doumani et al., 2020). Terapi regeneratif dalam kedokteran gigi melibatkan pergantian atau regenerasi jaringan mulut yang berubah akibar dari penyakit atau cedera. Salah satu aspek yang mempersulit upaya tersebut adalah sifat kompleks dari jaringan yang ditemukan di rongga mulut. Termasuk jaringan mineral seperti sementum, tulang alveolar, dan dentin, serta jaringan lunak yang dihubungkan oleh ligamen periodontal (Dangaria et al., 2009). Berbagai prosedur sudah pernah dilakukan dengan memanfaatkan biomaterial yang canggih untuk melakukan regenerasi. Termasuk upaya ambisius dengan membran untuk melakukan regenerasi jaringan atau tulang dan penggunakan berbagai macam bahan bone graft dari manusia, hewan, dan sintesis, serta faktor pertumbuhan bioaktif seperti bone morphogenetic proteins (BMPs) dan enamel matrix derivative (EMD). Penelitian lain mengusulkan dengan penggunaan scaffold tiga dimensi yang dibuat dengan memanfaatkan dari darah tepi pasien sendiri. Pendekatan baru ini didasarkan pada konsep yang diperkenalkan lebih dari satu dekade lalu yang terdiri dari konsentrat platelet tanpa menggunakan antikoagulan. Platelet rich fibrin (PRF) dikembangkan sebagai formulasi yang lebih baik dari platelet rich plasma (PRP) yang sebelumnya digunakan (Miron et al., 2017). Berbeda dengan PRP yang membutuhkan penambahan antikoagulan seperti bovine trombin selama pengumpulan darah awal, PRF diperoleh hanya dengan sentrifugasi tanpa antikoagulan dan karena bersifat autologous. Matriks fibrin ini mengandung platelet dan leukosit serta berbagai faktor pertumbuhan dan sitokin termasuk transforming growth factor-beta1 (TGF-β1), platelet-derived growth factor (PDGF), vascular endothelial growth factor (VEGF), interleukin (IL)-1β, IL-4, dan IL-6 (Dohan et al., 2006; Hotwani, 2014). Beberapa penelitian menyebutkan bahwa membran PRF memiliki pelepasan growth factor yang signifikan selama 1 minggu hingga 28 hari, yang berarti PRF mampu melepas growth factor sendiri untuk proses penyembuhan luka. Hal tersebut mengarah pada gagasan untuk menggunakan membran PRF sebagai capping agent untuk pembentukan dentin reparatif atau sebagai bahan biomaterial untuk regenerasi pulpa (Huang et al., 2010). 1.2 Tujuan Untuk mengetahui peran dan manfaat PRF dibidang konservasi gigi 1.3 Manfaat Sebagai landasan penelitian selanjutnya bagi mahasiswa kedokteran gigi yang akan melakukan penelitan mengenai PRF BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pulpa Pulpa merupakan jaringan lunak yang berada di dalam gigi. Jaringan ini bagian ini dari dentin yang membentuk dan mendukung gigi. Odontoblas yang merupakan komponen pulpa tidak hanya membentuk dentin tapi juga berinteraksi dengan dental epitelium pada tahap pembentukan gigi untuk membentuk enamel. Pulpa juga mensuplai nutrisi pada gigi yang penting dalam pembentukan dentin dan hidrasi serta berperan dalam sensasi. Pulpa mentransmisi sensasi neural yang diterima dari enamel dan dentin. Biasanya stimulus yang terekspresikan secara klinis adalah nyeri, taktil dan suhu. Sebagai pertahanan terakhir, pulpa juga memberikan respon terhadap jejas melalui odontoblas terutama bila ketebalan dentin berkurang karena karies, atrisi, trauma maupun prosedur restoratif. Apabila terpapar oleh jejas yang menyebabkan injuri, pulpa akan mengidentifikasi jenis jejas untuk kemudian memberikan respon imun berupa inflamasi (Hargreaves KM, Cohen, 2011). Secara histologis, pulpa terbagi dalam beberapa zona yaitu lapisan odontoblastik yang mengelilingi perifer pulpa, daerah bebas sel, daerah kaya sel dan daerah sentral. Lapisan odontoblastik merupakan lapisan terluar dari pulpa yang terletak langsung di bawah predentin, terdiri dari badan sel odontoblas dan prosesus itoplasmiknya. Odontoblas mengelilingi perifer pulpa, berbentuk kolumnar tinggi dengan mukleus terpolarisasi kearah pusat pulpa dibagian koronalnya dan berangsur angsur berubah pada bagian tengah dari pulpa radikuler lebih kuboid menjadi sel gepeng pada sepertiga apikal (Walton. ER & Torabinejad. M, 2012). Daerah bebas sel atau daerah weil terletak langsung di bawah lapisan odontoblas dalam pulpa koronal, sering terlihat sebagai zona sempit yang relative bebas, dilalui oleh kapiler darah, serabut saraf tidak bermielin, dan prosesus sitoplasma (Hargreaves KM, Cohen, 2011). Daerah bebas sel ini juga berisı beberapa fibroblas, sel mesenkim dan makrofag (Mooduto, 2012). Sedangkan pada daerah kaya sel terletak sentral dari daerah bebas sel. Pada daerah ini paling banyak ditemukan adanya sel-sel fibroblas, sel-sel tidak berdeferensisasi yang banyak mengandung odontoblas (Nisha. G and Amit. G, 2010). Fungsi utama fibroblas adalah pembuatan subtansi dasar dan serabut kolagen yang merupakan matriks pulpa. Matriks protein yang dihasilkan terlibat dalam proses penyembuhan luka dan perbaikan jaringan epitel. Selain itu fibroblas juga berpartisipasi dalam respon imun yaitu respon langsung terhadap proinflamatori signal misalnya pada remodeling jaringan yang terinfeksi bahkan juga menghasilkan sitokin (Mooduto, 2012). Daerah sentral masa pusat pulpa terdiri dari jaringan ikat longgar dan bersisi pembuluh darah besar dan saraf. Sel yang paling menonjol di zona ini adalah fibroblas (Hargreaves KM, Cohen, 2011). Sel yang ada di dalam jaringan pulpa diantaranya adalah (Brand et al., 2014). Sel Odontoblas Dikatakan spesifik pada jaringan pulpa karena memegang peranan penting pada fungsi dentin dan pulpa. Membentuk suatu lapisan yang akan mengalami mineralisasi menjadi dentin. Sepanjang hidupnya, odontoblas menjalankan fungsi formatif sekaligus fungsi reparatif pulpa gigi yaitu membentuk dentin, baik dentin primer, sekunder ataupun tersier. Sel Fibroblas Merupakan sel yang paling banyak ditemukan di dalam pulpa, dapat berasal dari sel mesenkim pulpa yang tidak berkembang atau dari bagian fibroblas yang ada. Sel ini berada di seluruh pulpa tetapi cenderung berkonsentrasi pada daerah kaya akan sel, terutama bagian koronal. Fungsi utama sel fibroblas adalah pembuatan substansi dasar dan serabut kolagen, yang merupakan matriks pulpa. Fungsi fibroblas dikontrol dan diregulasi oleh signal dari matriks, growth factor, dan sitokin Sel Mesenkim atau Sel Cadangan Mempunya fungsi sewaktu-waktu diperlukan sebagai sel pengganti dari berbagai macam sel yang telah rusak atau mati. Sel ini terdapat di sepanjang pembuluh darah dan terdapat di daerah kaya sel. Penggantian ini dapat dengan cara diferensiasi anatara lain menjadi sel fibroblas, odontoblas dan bisa menjadi makrofag. Sel Dendrit Sel dendrit sama seperti sel makrofag, disebut sebagai antigen precenting cells Sel-sel Sistem Imun Merupakan sel pertahanan dalam jaringan pulpa diantaranya adalah makrofag, limfosit T, limfosit B sel plasma.