AC PORTABLE TENAGA MAGNET SEBAGAI ALTERNATIF PENDINGIN UDARA RAMAH LINGKUNGAN DAN HEMAT ENERGI Riana Nurmalasari Universitas Negeri Malang E-mail: [email protected] Abstract: Krisis energi dan pemanasan global menjadi perhatian dunia saat ini. Terdapat banyak faktor yang menjadi penyebab pemanasan global salah satunya penggunaan bahan refrigerant atau biasa disebut freon dalam sistem pendingin. Contoh penggunaan freon yaitu pada Air Conditioner (AC). Freon menjadi salah satu perusak lapisan ozon. AC selama ini pada umumnya menggunakan energi listrik untuk pengoperasiannya. Hal ini jelas menunjukkan bahwa selain merusak lingkungan, biaya yang dikeluarkan untuk pemakaian AC juga besar. Inovasi AC portable tenaga magnet dapat dijadikan salah satu alternatif dalam pemakaian AC. AC portable tenaga magnet menggunakan magnet untuk pengoperasiaannya, tidak menggunakan listrik. Sehingga dari segi biaya jauh lebih terjangkau. Selain itu bahan pendingin yang digunakan tidak menggunakan freon melainkan menggunakan es, garam, dan air. Bahan AC portable cukup mudah, terjangkau, serta ramah lingkungan. Kata Kunci: Air Conditioner, Magnet, Lingkungan, Energi PENDAHULUAN Krisis energi dan pemanasan global cukup menjadi perhatian dunia saat ini. Terdapat banyak faktor yang menjadi penyebab pemanasan global diantaranya pembakaran BBM, pembakaran batubara untuk menghasilkan energi, penggunaan bahan refrigerant atau biasa disebut freon dalam sistem pendingin, dan masih banyak lainnya. Freon menjadi salah satu perusak lapisan ozon (Raharjo, 2011:49). Salah satu contoh penggunaanya yaitu pada Air Conditioner (AC). Givoni dalam Fatimah (2004: 26) menyatakan bahwa disamping kegunaannya dalam hidup manusia, AC juga membawa dampak dan ikut ambil bagian dalam masalah pemanasan global. Penyebab utamanya adalah penggunaan dan perbaikan AC yang menyalahi aturan, misalnya seperti pengunaan freon. Freon adalah sejenis bahan kimia yang mengandung Chloro Fluoro Carbon (CFC) yang dapat mengikat ozon (Kruse, 2000: 16). Freon saat ini menjadi pilihan utama sebagai bahan pendingin dalam AC ataupun mesin pendingin. Pada awalnya pemilihan Freon didasarkan pada banyaknya keuntungan yang didapat diantaranya bahan yang mudah didapat dan ramah lingkungan. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu penggunaan Freon mulai ditentang karena dinilai memiliki dampak yang besar terhadap penipisan lapisan ozon. Pengaruh sinar matahari menyebabkan senyawa khlorin mengalami penguraian menjadi khlor yang sangat reaktif dan segera bereaksi dengan ozon yang memang tidak stabil. Hasilnya akan membentuk khlor monoksida yang juga kurang stabil dan akan melepaskan khlornya untuk kembali berekasi dengan ozon. Sementara oksigen yang lepas dari khlor monoksida tidak kembali membentuk ozon lagi. Proses yang berlangsung secara terus menerus ini menyebabkan lapisan ozon di atmosfir terus menipis. Penipisan lapisan ozon inilah yang banyak dikhawatirkan karena dapat mengganggu bahkan merusak kesehatan manusia. Oleh karenanya banyak upaya dilakukan untuk mengurangi penggunaan freon, seperti tulisan Calm dan Didion (1997) pernah mendeskripsikan freon di masa lampau, sekarang, dan akan datang serta perubahan penggunaan freon dari masa ke masa. AC yang ada di pasaran pada saat ini pada umumnya menggunakan listrik sebagai sumber energi untuk dapat beroperasi. Sementara itu, biaya listrik yang dibutuhkan dan untuk memperoleh alat pendingin tersebut relatif mahal. Tipe dan/ukuran pendingin berkorelasi langsung dengan energi listrik yang dikonsumsinya (Purba, 2005:10). Dengan demikian berkorelasi pula dengan biaya yang harus dikeluarkan oleh pemakai per satuan waktu. Selain itu, manfaat yang diperoleh dari alat pendingin ruangan (AC) hanya terbatas pada ukuran dan ruangan (indoor) saja, sedangkan panas yang dihembuskan keluar ruangan akan menambah pemanasan suhu di luar ruangan. Alat tersebut juga mnyebabkan dehidrasi pada pengguna ruangan. Oleh karenanya diperlukan sebuah terobosan untuk membuat AC ramah lingkungan dan hemat energi. Inovasi AC Portable Tenaga Magnet diharapkan mampu menjadi salah satu alternatif menjaga kelestarian lingkungan dan penghematan energi. Hal ini dikarenakan AC portable tenaga magnet ini tidak menggunakan freon sebagai bahan refrigeran dan tidak menggunakan listrik melainkan menggunakan magnet untuk sistem operasinya. Energi yang dihasilkan oleh magnet permanen dapat berlangsung selama 400 tahun hingga daya magnetnya hilang, selain itu juga tanpa efek pencemaran lingkungan (Budiman, 2013:59). Penggunaan Air Conditioner (AC) Air Conditioner adalah suatu alat yang digunakan untuk mengatur atau mengkondisikan kualitas udara yang meliputi sirkulasi udara, mengatur kelembaban udara, mengatur kebersihan udara, dan untuk memurnikan udara (purification) (Dahlan dkk,2011: 4). Pendapat tersebur sejalan dengan Anwar (2010:203) yang menyatakan tujuan utama sistem pendingin adalah mempertahankan keadaan udara didalam ruangan yang meiputi pengaturan temperatur, kelembaban relatif, kecepatan sirkulasi udara maupun kualitas udara. Air Conditioner merupakan salah satu jenis mesin pendingin yang bekerja berdasarkan prinsip kompresi uap, sehingga dalam sistem tersebut memiliki komponen-komponen dasar utama yang terdiri dari kompresor, kondensor, katup ekspansi, dan evaporator yang terangkai dalam bentuk siklus tertutup. Di dalam siklus yang tertutup tersebut, akan mengalir bahan yang disebut refrigerant yang mampu memberikan efek pendinginan saat bahan tersebut melalui komponen evaporator dengan cara mengambil kalor dari media sekitar evaporator, selanjutnya kalor dibawa refrigerant untuk dilepaskan di dalam kondensor. Sebagai media yang bersirkulasi dan memiliki fungsi untuk menghasilkan efek pendinginan, maka bahan refrigerant memiliki karakteristik fisika dan termodinamika yang dipersyaratkan oleh jenis unit pendingin tersebut. Dengan demikian refrigerant bisa dibuat dengan basis bahan sintetik dan bahan alam yang diformulasikan sedemikian rupa sehingga memenuhi karakteristik fisika dan termodinamika. salah satu bahan refrigerant yang biasa digunakan yaitu dari hidrokarbon karena bahan ini tergolong bahan alam yang ramah lingkungan (Hidayat, 2011: 71). Penggunaan AC di dunia semakin meningkat. Menurut Ednot dan Paris (2002: 32) Negara Spanyol dan Italia adalah negara dengan tingkat konsumsi terbesar terhadap AC yaitu 24% dan 25% pada tahun 1998. Penggunaan AC merupakan upaya responsif masyarakat terhadap pemansan suhu lingkungan. Namun, upaya ini dinilai tidak tepat karena membutuhkan biaya yang cukup tinggi dan memiliki dampak negatif bagi pengguna serta lingkungan hidup. Magnet Sebagai Pembangkit Listrik Magnet adalah suatu benda yang dibuat dari material tertentu yang menghasilkan suatu medan magnet. Magnet permanen atau magnet tetap adalah objek terbuat dari bahan magnet dan menciptakan medan magnet sendiri. Medan magnet adalah suatu daerah atau ruang di mana mengalami gaya magnet. Garis gaya magnet atau fluks menggambarkan adanya medan magnetik dan garis gaya magnet digambarkan dengan garis lengkung. Magnet permanen atau magnet tetap tidak memerlukan tenaga atau bantuan dari luar untuk menghasilkan daya magnet. Jenis-jenis magnet permanen diantaranya magnet Neodymium, magnet Samarium-Cobalt, Ceramic magnet, Plastic magnet, dan Alnico magnet. Diantara beberapa jenis magnet tersebut magnet Neodymium merupakan magnet tetap yang paling kuat. Kandungan struktur dalam magnet yang menjadikan magnet meiliki kekuatan berbeda-beda (Willard, 1998: 6773). Magnet memiliki daya tarik menarik dan daya tolak menolak jika didekatkan di antara kutub-kutub magnet. Daya tarik menarik ini diakibatkan oleh medan magnet dan menghasilkan medan magnet. Proses bagaimana suatu tegangan dapat diinduksi dengan mengubah medan magnet dalam menghasilkan energi listrik dapat dilihat pada Gambar 1. Hal ini dikarenakan bahwa pada dasarnya magnet mengeluarkan sinyal yang dapat dideteksi ( Sun dkk, 2011: 222). Induksi magnet dapat dicitrakan dengan menggunakan medan magnet yang terus bergerak melalui media konduktif (Li dkk, 2007: 323). Intinya induksi magnet terjadi karena adanya medan magnet (Scharfetter dkk, 2001: 131). Ketika magnet bergerak ke arah loop, jarum galvanometer membelok ke dalam suatu arah, dalam gambar diperlihatkan ke sebelah kanan. Ketika magnet diam dan ditahan untuk tak bergerak relatif terhadap loop, tidak ada perubahan teramati. Ketika magnet dijauhkan dari loop, jarum membelok ke arah kebalikan. Dari percobaan tersebut, disimpulkan bahwa loop mendeteksi magnet sedang bergerak relatif terhadapnya dengan suatu perubahan medan magnet. Dengan begitu, ada hubungan antara perubahan medan magnet dan arus. Gambar. 1 Pengaruh perubahan medan magnet terhadap loop kawat yang dihubungkan dengan amperemeter yang sensitif. (Sumber: Serway, 2004) Berdasarkan percobaan pada Gambar 1 suatu arus yang timbul walaupun tidak ada baterai dalam rangkaian, arus tersebut adalah arus induksi yang dihasilkan oleh tegangan induksi. Prinsip inilah yang dapat digunakan untuk menghasilkan listrik tanpa menggunakan sumber energi lain, hanya menggunakan magnet. Sebuah sistem induksi elektromagnetik pada umumnya memiliki pemancar kumparan, kumparan penerima dan logam yang dijadikan target, serta beroperasi sesuai dengan hukum Faraday (Chilaka, 2006: 29). Peletakan magnet secara tepat juga turut mempengaruhi induksi magnet yang terjadi (Iskakov dkk, 2004: 541). AC Portable Tenaga Magnet sebagai Solusi Hemat Energi dan Mengurangi Pemanasan Global Seiring dengan semakin maraknya upaya penanggulangan pemanasan global, inovasi dalam hal AC yang notabene menjadi salah satu penyumbang global warming senantiasa dilakukan. Salah satunya yaitu AC portable tenaga magnet. AC portable yang dimaksud disini adalah AC yang dapat dengan mudah dipindahkan dari satu tempat ke tempat lainnya dengan ukuran yang relatif kecil dan ringan. Konstruksi dari AC portable ini yaitu terbuat dari wadah yang mampu menahan dingin dalam jangka waktu lama serta terdapat kipas yang berfungsi untuk mengalirkan udara panas menjadi udara dingin. Cara kerja daripada pergerakan kipasnya tidak menggunakan listrik, namun menggunakan magnet. Dalam hal ini yang dimanfaatkan adalah gaya induksi magnet itu sendiri. Kipas diberi kumparan berupa lilitan kawat dan terdapat magnet di tengahnya, kemudian untuk mampu menggerakkan kipas tanpa adanya listrik maka diberi 4 buah magnet di setiap ujung sisi dari kipas tersebut. Medan magnet yang menimbulkan gaya magnet akan meghasilkan tegangan yang mampu menggerakkan kipas tanpa bantuan listrik. Konsep inilah yang digunakan dalam rancangan AC portable untuk mengoperasikan kinerja kipas yang ada dalam AC. Bahan yang digunakan sebagai bahan pendingin dalam AC portable ini adalah es batu, garam, dan sedikit air. Bahan tersebut merupakan bahan yang ramah lingkungan dan mudah untuk dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Dibandingkan dengan freon, bahan AC portable lebih terjangkau oleh masyarakat dalam hal harga dan kemudahan dalam mendapatkannya. Kelebihan lain yang dimilki oleh AC portable ini yakni terkait sumber dayanya. AC portable beroperasi tanpa menggunakan listrik. Hal ini jelas akan menghemat energi pemakaian listrik saat menggunakan peralatan tersebut. PENUTUP Fenomena yang banyak dijumpai di wilayah perkotaan antara lain problematika peningkatan suhu udara. Penggunaan alat pendingin ruangan (AC) merupakan upaya rensponsif atas pemanasan suhu lingkungan yang terjadi tersebut. Namun, upaya ini dinilai tidak tepat karena membutuhkan biaya yang tinggi dan berdampak negatif bagi pengguna serta lingkungan hidup. Bahan pendingin yang digunakan dalam AC, dalam hal ini freon merupakan salah satu penyumbang pemanasan global. Inovasi dalam meminimalisir dampak AC diperlukan dalam rangka menjaga kelestarian lingkungan dan penghematan energi. Salah satu inovasi tersebut yaitu AC portable tenaga magnet. Magnet memiliki gaya induksi yang dapat menghasilkan tegangan tanpa adanya sumber energi yang lainnya. Sehingga tidak diperlukan energi listrik dalam pengoperasiannya, hanya dengan menggunakan magnet saja. Inovasi ini sangat ramah lingkungan karena bahan pendinginnya tidak menggunakan freon melainkan es, garam, dan air. Bahan yang digunakan cukup mudah, terjangkau, serta ramah lingkungan. DAFTAR RUJUKAN Anwar, Khairil. 2010. Efek Beban Pendingin terhadap Performa Sistem Mesin Pendingin. Jurnal Smartek. 8(3): 203-2014. Budiman, Aris. 2013. Desain Generator Magnet Permanen unruk Sepeda Listrik. Jurnal Emitor. 12(1): 59-67. Calm, James M & Ddidion, David A. 1997. Trade-Offs in Refrigerant Selections: Past, Present, and Future. USA: American Society og Heating, Refrigerating and Air- Conditioning Engineers. Chilaka, Venkata Sailaja. 2006. Electromagnetic Induction System for Discrimination Among Metallic Targets. Disertasi tidak diterbitkan. Alabama: Auburn University. Dahlan dkk. 2011. Potensi Pohon Sebagai Alternatif Subtitusi Fungsi Alat Pendingin Ruangan (Air Conditioner). PKM tidak diterbitkan. Bogor: IPB. Ednot, J & Paris, Ecole M. 2002. Central (Comercial) Air Conditioner System in Europe. Paris: St Michael. Fatimah, 2004. Studi Potensi dan manfaat Badan Air dalam Mengatasi Problema Panas Lingkungan di Wilayah Perkotaan. Tesis tidak diterbitkan. Bogor: Pascasarjana IPB. Hidayat, Tatang. 2011. Analisis Penghematan Listrik pada Split dengan Refrigeran Hidrokarbon Disertai Perbaikan Faktor Daya. Jurnal Teknosain. 8(1): 69-74. Iskakov, A.B. 2004. An Intergo-Differential Formulation for Magnetic Induction in Bounded Domains: Boundary Element-Finite Volume Method. Journal of Computational Physics. 197(1): 540-554. Kruse, Horst. 2000. Refrigerant Use in Europe. Journal Ashrae.2(1): 16-24. Li, Xu. 2007. Imaging Electrical Impedance from Acoustic Measurements by Means of Magnetoacoustic Tomography with Magnetic Induction (MAT- MI). Journal IEEE Transactions on Biomedical Engineering. 54(2): 323330. Purba, Enny R. 2005. Konsumsi Listrik Lemari Pendingin Satu Pintu, 170 Liter, Hasil Pengujian Terkondisikan Berdasarkan SNI. Jurnal Ilmiah Teknologi Energi. 1(1): 10-18. Raharjo, Samsudi. 2011. Efektifitas Penggunaan Musicool pada Mesin AC. Jurnal Traksi. 11(1): 49-56. Scharfetter, Hermann dkk. 2001. Magnetic Induction Tomography: Hardware for Multi-Frequency Measurements in Biological Tissues. Journal IOP Science. 22(1): 131-146. Serway, R.A & Jewett, J.W.2004. Physics for Sains AND Engineers 6 th Edition. Pomona: Thomson Brooks. Sun dkk. 2011. MISE-PIPE: Magnetic Induction-Based Wirelles Sensor Networks for Underground Pipeline Monitoring. Journal Ad Hoc Networks. 9(1): 218-227. Willard, M. A dkk. 1998. Structure and Magnetic Properties of (Fe0,5Co0,5)88 Zr7B4Cu1 Nanocrystalline Alloys. Journal of Applied Physics.84(12): 6773-6777.