Uploaded by tiarayunisantira

KEJAHATAN DI BIDANG PASAR MODAL-converted

advertisement
PERTEMUAN VII | KEJAHATAN DI BIDANG PASAR MODAL
KEJAHATAN DI BIDANG PASAR MODAL
(PENIPUAN, MANIPULASI PASAR, DAN
PERDAGANGAN ORANG DALAM)
Didukung
Gedung Bursa Efek Indonesia, Tower II Lantai 1, Jl. Jend. Sudirman Kav 52-53,
Jakarta Selatan 12190 | Telp (021) 515 0 515 ext. 8102, 8103, 9105
www.ticmi.co.id
0
Materi Pelatihan WPPE | Edisi 1 - 2015
PERTEMUAN VII | KEJAHATAN DI BIDANG PASAR MODAL
DAFTAR ISI
KEJAHATAN DI BIDANG PASAR MODAL
(PENIPUAN, MANIPULASI PASAR, DAN PERDAGANGAN ORANG DALAM)
A. Penipuan (Fraud).................................................................................................................................. 1
A.1 Unsur-Unsur Penipuan .................................................................................................................... 1
A.2 Contoh Kasus................................................................................................................................... 3
B. Manipulasi Pasar (Market Manipulation)........................................................................................... 4
B.1 Unsur-Unsur Manipulasi Pasar ..................................................................................................... 4
B.2 Pola Manipulasi Pasar ................................................................................................................... 5
B.3 Kegiatan yang digolongkan sebagai manipulasi pasar ................................................................. 5
B.4 Contoh Kasus ................................................................................................................................ 7
C. Perdagangan Orang Dalam (Insider Trading) ................................................................................. 13
C.1 Unsur-Unsur Perdagangan Orang Dalam ...................................................................................... 13
C.2 Pelaku Insider Trading dalam UUPM ........................................................................................... 15
C.3 Contoh Kasus ................................................................................................................................. 15
D. Sanksi................................................................................................................................................... 20
D.1 Sanksi Administratif ...................................................................................................................... 20
D.2 Sanksi Pidana................................................................................................................................. 20
E. Daftar Istilah ....................................................................................................................................... 22
1
Modul Hukum dan Etika WPPE | Edisi 2016
Modul Hukum & Etika |KEJAHATAN DI BIDANG PASAR MODAL
KEJAHATAN DI BIDANG PASAR MODAL
Istilah kejahatan juga dikenal di Pasar Modal. Namun yang dinamakan kejahatan Pasar Modal
berbeda dengan kejahatan pada umumnya. Kejahatan Pasar Modal bukan seperti mencuri, membunuh,
merampok sebagai mana kejahatan pada umumnya yang telah dijelaskan sebelumnya. Kejahatan Pasar
Modal dikarenakan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kemodrenan dunia maya
seperti internet, dan lain sebagainya. Pasar Modal juga membuat definisi tersendiri yang termasuk ke
dalam kategori kejahatan Pasar Modal.
Tindak pidana di bidang Pasar Modal mempunyai karakteristik yang khas, yaitu antara lain
adalah “barang” yang menjadi obyek dari tindak pidana adalah informasi, selain itu pelaku tindak pidana
tersebut bukanlah mengandalkan kemampuan fisik seperti halnya pencurian atau perampokan mobil,
akan tetapi lebih mengandalkan pada kemampuan untuk membaca situasi pasar
serta
memanfaatkannya untuk kepentingan pribadi. Tindak Pidana Pasar Modal merupakan aktifitasnya (tindak
pidananya) terkait LANGSUNG dalam ruang lingkup definisi Pasar Modal Pasal 1 angka 13 UndangUndang Pasar Modal No 8 Tahun 1995 (UUPM).
Melalui UUPM, maka dapat kita lihat bersama kategori kejahatan Pasar Modal pada Bab XI
tentang penipuan, manipulasi pasar dan perdagangan orang dalam, mulai dari pasal 90 sampai dengan
pasal 99. Yang dapat di bagi menjadi 3 (tiga) kategori kejahatan Pasar Modal beserta unsur – unsurnya,
yaitu Penipuan, Manipulasi Pasar, dan Perdagangan Orang Dalam. Ketiga kategori tersebut akan dibahas
lebih lanjut dalam penjelasan dibawah ini.
A. Penipuan (Fraud)
Pada pasal 90 UUPM, mengatur secara implisit jenis kejahatan Pasar Modal yaitu penipuan. Pengertian
penipuan pasar modal adalah apabila terjadi misrepresentation dan informasi itu masuk ke pasar secara
cepat merubah harga suatu saham atau dengan kata lain informasi tersebut salah. (Bismar Nasution)
A.1 Unsur-Unsur Penipuan
No
Unsur
Penjelasan
1
Setiap pihak;
Berdasarkan pasal 1 angka 23 UUPM, pihak yang dimaksud adalah:
1) Orang perseorangan,
2) perusahaan,
3) usaha bersama,
4) asosiasi,
5) kelompok yang terorganisasi
2
Menipu
atau
menggelabui pihak lain
atau
turut
serta
menipu atau turut
serta mengelabui pihak
lain
Berdasarkan Pasal 378 Kitab Undang-undang Hukum Pidana
(KUHP), dijelaskan bahwa penipuan adalah tindakan untuk
menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan cara:
a.Melawan hukum
b.Memakai nama palsu atau martabat palsu
c.Tipu muslihat
d.Rangkaian kebohongan
e.Membujuk orang lain untuk menyerahkan sesuatu barang padanya,
atau supaya memberi utang atau menghapuskan piutang.
Dengan tetap memperhatikan ketentuan yang diatur dalam KUH
Pidana, UUPM memberikan beberapa spesifikasi mengenai penipuan,
yaitu terbatas dalam kegiatan perdagangan efek, meliputi penawaran,
pembelian dan atau penjualan efek yang terjadi didalam rangka
penawaran umum atau terjadi dibursa efek maupun diluar bursa efek
atas efek emiten atau perusahaan publik.
3
Dengan menggunakan
sarana ataupun cara
apapun;
1
Modul Hukum dan Etika WPPE | Edisi 2016
Modul Hukum & Etika |KEJAHATAN DI BIDANG PASAR MODAL
4
Membuat pernyataan  Informasi atau Fakta Material adalah informasi atau fakta penting
tidak benar tentang
dan relevan mengenai peristiwa, kejadian, atau fakta yang dapat
fakta material atau
mempengaruhi harga efek pada Bursa Efek dan atau keputusan
tidak
pemodal, calon pemodal, atau Pihak lain yang berkepentingan atas
mengungkapkan fakta
informasi atau fakta tersebut.
material;
 Informasi atau Fakta Materil yang diperkirakan dapat mempengaruhi
efek atau keputusan investasi pemodal dapat dilihat dalam Pasal 6
Peraturan OJK No. 31 /POJK.04/2015 tentang Keterbukaan atas
Informasi atau Fakta Material Oleh Emiten atau Perusahaan Publik,
yaitu:
1) Penggabungan usaha, pemisahan usaha, peleburan usaha, atau
pembentukan usaha patungan;
2) Pengajuan tawaran untuk pembelian Efek perusahaan lain;
3) Pembelian atau penjualan saham perusahaan yang nilainya
material;
4) Pemecahan saham atau penggabungan saham;
5) Pembagian dividen interim;
6) Penghapusan pencatatan dan pencatatan kembali saham di
Bursa Efek;
7) Pendapatan berupa dividen yang luar biasa sifatnya;
8) Perolehan atau kehilangan kontrak penting;
9) Penemuan baru atau produk baru yang memberi nilai tambah
bagi perusahaan;
10) Penjualan tambahan Efek kepada masyarakat atau secara
terbatas yang material jumlahnya;
11) Perubahan dalam pengendalian baik langsung maupun tidak
langsung terhadap Emiten atau Perusahaan Publik;
12) Perubahan anggota Direksi dan/atau anggota Dewan Komisaris
13) Pembelian kembali atau pembayaran Efek Bersifat Utang dan/
atau Sukuk;
14) Pembelian atau penjualan aset yang sifatnya penting;
15) Perselisihan tenaga kerja yang dapat mengganggu operasional
perusahaan;
16) Perkara hukum terhadap Emiten atau Perusahaan Publik
dan/atau anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris Emiten
atau Perusahaan Publik yang berdampak material;
17) Penggantian Akuntan yang sedang diberi tugas mengaudit
Emiten atau Perusahaan Publik;
18) Penggantian Wali Amanat;
19) Penggantian Biro Administrasi Efek;
20) Perubahan tahun buku Emiten atau Perusahaan Publik;
21) Perubahan penggunaan mata uang pelaporan dalam laporan
keuangan;
22) Emiten atau Perusahaan Publik berada dalam pengawasan
khusus dari regulator terkait yang dapat mempengaruhi
kelangsungan usaha Emiten atau Perusahaan Publik;
23) Pembatasan kegiatan usaha Emiten atau Perusahaan Publik oleh
regulator terkait;
24) Perubahan atau tidak tercapainya proyeksi keuangan yang telah
dipublikasikan, secara material;
25) Adanya kejadian yang akan menyebabkan bertambahnya
kewajiban keuangan atau menurunnya pendapatan Emiten atau
Perusahaan Publik secara material;
26) Restrukturisasi utang;
27) Penghentian atau penutupan sebagian atau seluruh segmen
usaha;
28) Dampak yang bersifat material terhadap Emiten atau Perusahaan
Publik karena kejadian yang bersifat memaksa;
29) Informasi atau Fakta Material lainnya.
2
Modul Hukum dan Etika WPPE | Edisi 2016
Modul Hukum & Etika |KEJAHATAN DI BIDANG PASAR MODAL
A.2 Contoh Kasus
1) Kasus Perdagangan Saham PT. Sarijaya Permana Sekuritas

Latar Belakang Kasus
Kasus PT Sarijaya ini dilatar belakangi oleh Penyelewengan dana 8.700 orang nasabahnya
sebesar 245 milyar rupiah yang dilakukan oleh Komisaris Utama PT Sarijaya Permana Sekuritas
yang bernama Herman Ramli. Penyalahgunaan dana tersebut dilakukan dengan cara
menggunakan 17 rekening fiktif untuk menampung dana nasabah yang pada mulanya ditujukan
untuk melakukan perdagangan di pasar saham. Akan tetapi dana yang terkumpul di rekening
tersebut dipindahkan ke rekening yang lainnya untuk tujuan yang tidak ada kaitannya dengan
jual beli saham. Pada dasarnya sebagai pemegang saham dan komisaris, Herman Ramli
seharusnya tidak mempunyai kewenangan untuk melakukan pemindahan dana tersebut. Tetapi
ternyata Herman Ramli memiliki akses untuk melakukan tindakan itu.

Berikut kronologis tindakan Penipuan tersebut
Terdakwa Herman Ramli bersama dua Direksi PT Sarijaya Permana Sekuritas dianggap penuntut
umum telah melakukan tindak pidana penggelapan/penipuan, dan pencucian uang. Akibat ulah
ketiga terdakwa, 13.074 nasabah menderita kerugian sebesar Rp. 235,6 milyar. Berawal dari
perbuatan Herman yang secara bertahap memerintahkan stafnya, Setya Ananda, untuk mencari
nasabah nominee pada tahun 2002. Sampai tahun 2008, sudah terhimpun 17 nasabah nominee
yang sebagian besar adalah pegawai grup perusahaan Sarijaya. Kemudian, dibukakanlah
ketujuhbelas nasabah nominee ini rekening. Rekening itu digunakan Herman untuk melakukan
transaksi jual/beli saham di bursa efek. Namun, karena dana dalam rekening 17 nasabah
nominee ini tidak mencukupi untuk melakukan transaksi, maka Herman meminta Lanny Setiono
(stafnya) untuk menaikkan batas transaksi atau Trading Available (TA). Lalu, Lanny menindaklanjutinya dengan memerintahkan bagian informasi dan teknologi (IT) untuk memproses
kenaikan TA 17 nasabah nominee tersebut. Tapi, untuk menaikkan TA, sebelumnya harus
mendapat persetujuan dari para direksi Sarijaya, yaitu Teguh, Zulfian, dan Yusuf Ramli, Direktur
Utama Sarijaya. Walau mengetahui dana yang terdapat pada rekening ketujubelas nasabah
nominee tidak mencukupi, para direksi tetap memberikan persetujuan untuk menaikkan TA.
Sehingga, Herman dapat melakukan transaksi jual/beli saham di bursa efek. Padahal, transaksi
yang dilakukan Herman, tanpa sepengetahuan atau order dari para nasabah. Selama kurang
lebih enam tahun, Herman melakukan transaksi jual/beli saham dengan menggunakan rekening
ketujuhbelas nasabah nominee. Dan untuk membayar transaksi itu, Herman medebet dana
13074 nasabah yang tersimpan di main account Sarijaya.
Apabila diakumulasikan, pemilik 60 persen saham perusahaan sekuritas (Sarijaya) ini telah
mempergunakan dana sekitar Rp214,4 miliar, termasuk di dalamnya modal perusahaan sebesar
Rp5,77 miliar. Oleh karena itu, Herman dianggap telah melakukan tindak pidana
penggelapan/penipuan, dan pencucian uang yang merugikan 13074 nasabah Sarijaya sekitar
Rp235,6 miliar.

Kronologis versi BAPEPAM-LK
a. 12 Desember 2008: Direksi Sarijaya menyampaikan surat kepada Bursa Efek Indonesia
(BEI) dan menyatakan perusahaan kesulitan likuiditas karena pembukaan 17 rekening
nasabah senilai Rp 235 miliar. Pembukaan 17 rekening nasabah tersebut atas nama orang
lain (nominee).
b. 15 Desember 2008: Biro Pemeriksaan dan Penyidikan Bapepam-LK melakukan pemeriksaan
ke Sarijaya. Sedangkan bila BEI memiliki laporan terkait Sarijaya, otoritas bursa itu diminta
untuk menyampaikan ke Bapepam-LK.
Komisaris Utama Sarijaya, Herman Ramli, mengakui menggunakan nominee untuk transaksi
yang dilakukan sejak 2002 dengan menggunakan dana nasabah yang disimpan atas nama
Sarijaya. Terdapat indikasi Sarijaya tidak melakukan prosedur yang tepat dalam pelaporan
modal kerja bersih disesuaikan (MKBD).
c. 19 Desember 2008: Herman Rami dianggap tidak memiliki itikad baik dan Bapepam-LK
melakukan upaya pencegahan agar komisaris utama Sarijaya itu dapat diamankan. Hasil
pemetaan permasalahan oleh Bapepam-LK mendapatkan fakta bahwa Herman Ramli diduga
melakukan tindak pidana dan melakukan penyimpangan. Sebagai pemegang saham dan
komisaris, Herman Ramli seharusnya tidak mempunyai kewenangan itu. Tetapi, Herman
Ramli ternyata memiliki akses agar dana nasabah bisa dipindahkan. Bapepam-LK mengontak
Badan Reserse dan Kriminal (Bareskrim) Markas Besar Kepolisian RI untuk mengamankan
Herman Ramli. Ketua Bapepam-LK, Fuad Rahmany bahkan langsung menghubungi Kepala
Bareskrim Komisaris Jenderal Polisi Susno Duadji. Sementara itu, BEI melakukan
3
Modul Hukum dan Etika WPPE | Edisi 2016
Modul Hukum & Etika |KEJAHATAN DI BIDANG PASAR MODAL
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
pemeriksaan MKBD Sarijaya. Otoritas bursa belum dapat melakukan suspensi karena
dampaknya akan cukup besar.
24 Desember 2008: Herman Rami diamankan Bareskrim Mabes Polri.
28 Desember 2008: Sarijaya melaporkan kepada otoritas bursa dan meminta bantuan
karena nasabah mulai menarik dana. Kasus Sarijaya sudah didengar nasabah. Manajemen
mengaku memerlukan dana segar. Dalam pernyataan tersebut, Herman Ramli juga bersedia
menjamin saham-saham yang dimilikinya.
5 Januari 2008: Ketua Bapepam-LK mengundang anggota bursa (AB) untuk membahas
masalah Sarijaya, terutama guna mencari jalan keluar. Dalam rapat dibahas beberapa opsi
antara lain, apakah anggota bursa bersedia membantu kebutuhan dana Sarijaya, atau
apakah ada dana talangan. Namun, dalam rapat tersebut tidak diperoleh solusi konkret
tentang sumber dana untuk kebutuhan Sarijaya. Bapepam-LK juga meminta agar anggota
bursa bersiap menghadapi penarikan dana.
6 Januari 2009: BEI menghentikan sementara (suspend) aktivitas perdagangan Sarijaya.
9 Januari 2009: Bapepam-LK menggelar konferensi pers untuk menjelaskan masalah yang
menimpa Sarijaya.
13 Januari 2009: Rapat Bapepam-LK dan Self Regulatory Organizations (SRO) membahas
verifikasi rekening nasabah. Pada saat bersamaan, dua direksi diamankan Bareskrim Mabes
Polri.
14 Januari 2009: Pukul 10.30 WIB, manajemen Sarijaya mendatangi Bapepam-LK meminta
arahan mengingat direksi Sarijaya sudah diamankan.
B. Manipulasi Pasar (Market Manipulation)
Beberapa macam tindakan yang dapat digolongkan tindak pidana manipulasi pasar versi UUPM adalah
sebagai berikut: (Munir Fuady)
a) Menciptakan gambaran pasar modal yang semu. Antara lain dengan jalan:
1) Melakukan transaksi efek yang tidak mengakibatkan perubahan pemilikan, atau
2) Melakukan penawaran jual atau penawaran beli efek pada harga tertentu, sedangkan pihak lain
yang merupakan sekongkolannya juga melakukan penawaran beli atau penawaran jual pada
harga yang kurang lebih sama (vide Pasal 91 UUPM)
b) Melakukan dua atau lebih transaksi efek di Bursa Efek sehingga menyebabkan harga efek tetap,
naik atau turun, dengan tujuan agar pihak lain terpengaruh untuk membeli, menjual atau
menahan efek tersebut. Akibatnya, harga efek tersebut tidak berdasarkan pada permintaan jual
atau beli yang sesungguhnya. (vide: Pasal 92 UUPM)
c)
Membuat pernyataan atau memberi keterangan yang secara material tidak benar, yang dapat
mempengaruhi pihak lain untuk membeli atau menjual efek.
Namun di dalam penjelasan pasal 94 UUPM, memberikan batasan bahwa suatu tindakan yang
dilarang pada pasal 91 dan 92 UUPM tersebut menjadi tindakan yang tidak terlarang yang berupa:
a. stabilisasi harga efek dalam rangka Penawaran Umum sepanjang hal tersebut dicantumkan
dalam Prospektus; dan
b. penjualan dan pembelian efek oleh Perusahaan Efek selaku pembentuk pasar untuk rekeningnya.
B.1 Unsur-Unsur Manipulasi Pasar
No
Unsur
Penjelasan
1
Setiap pihak baik sendiri
maupun bersama – sama
dengan pihak lain
Berdasarkan pasal 1 angka 23 UUPM, pihak yang dimaksud adalah:
1) Orang perseorangan,
2) perusahaan,
3) usaha bersama,
4) asosiasi,
5) kelompok yang terorganisasi
2
Dilarang
melakukan
tindakan atau melakukan
2 (dua) transaksi Efek
atau lebih, baik langsung
maupun tidak langsung;
Masyarakat pemodal sangat memerlukan informasi mengenai
kegiatan perdagangan, keadaan pasar, atau harga Efek di Bursa
Efek yang tercermin dari kekuatan penawaran jual dan penawaran
beli Efek sebagai dasar untuk mengambil keputusan investasi dalam
4
Modul Hukum dan Etika WPPE | Edisi 2016
Modul Hukum & Etika |KEJAHATAN DI BIDANG PASAR MODAL
3
Dengan
tujuan
untuk
menciptakan
gambaran
semu atau menyesatkan
mengenai
kegiatan
perdagangan,
keadaan
pasar, atau harga Efek di
Bursa Efek. Atau dengan
tujuan
menyebabkan
harga Efek di Bursa Efek
tetap, naik, atau turun
dengan
tujuaan
mempengaruhi Pihak lain
untuk membeli,
menjual, atau menahan
Efek.
Sehubungan dengan itu, ketentuan ini melarang adanya tindakan
yang dapat menciptakan gambaran semu mengenai kegiatan
perdagangan, keadaan pasar, atau harga Efek, antara lain:
a. melakukan transaksi Efek yang tidak mengakibatkan perubahan
pemilikan; atau
b. melakukan penawaran jual atau penawaran beli Efek pada
harga tertentu, di
mana Pihak tersebut juga telah
bersekongkol dengan Pihak lain yang melakukan penawaran beli
atau penawaran jual Efek yang sama pada harga yang kurang
lebih sama.
c. melakukan serangkaian transaksi Efek sehingga menciptakan
harga Efek yang semu di Bursa Efek karena tidak didasarkan
pada kekuatan permintaan jual atau beli Efek yang sebenarnya
dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau Pihak lain
B.2 Pola Manipulasi Pasar
a. Menyebarluaskan informasi palsu mengenai emiten dengan tujuan untuk mempengaruhi harga
efek perusahaan yang dimaksud dibursa efek (false information). Misalnya suatu pihak
menyebarkan rumor bahwa emiten A akan segera dilikuidasi, pasar merespon yang
menyebabkan harga efeknya jatuh tajam.
b. Menyebarluaskan informasi yang menyesatkan atau informasi yang tidak lengkap (miss
information). Misalnya suatu pihak menyebarkan rumor bahwa emiten A tidak termasuk
perusahaan yang akan dilikuidasi oleh pemerintah, padahal emiten A termasuk yang diambil
alih oleh pemerintah.
c. Harga efek dipasar modal sangat sensitive terhadap suatu peristiwa dan informasi yang
berkaitan, baik secara langsung atau tidak dengan efek tersebut. Informasi merupakan
pedoman pokok para pemodal untuk mengambil keputusan terhadap suatu efek. Jika informasi
tersebut tidak dilindungi oleh hukum sebagai informasi yang benar, maka bagaimana kegiatan
perdagangan pasar modal bisa berjalan. Informasi yang merupakan rumor yang dihembuskan
oleh pihak tertentu dapat menimbulkan dampak pada pasar, akibatnya harga efek bisa naik
atau turun. Begitu informasi mendapatkan konfirmasi bahwa informasi itu benar, maka gejolak
pasar akan terhenti, pasar berjalan normal kembali. Namun, pada saat fluktuasi terjadi pihak
yang menghembuskan informasi (penipu) menangguk keuntungan. Bagi investor yang tidak
berhati-hati menganalisis informasi maka akan terjebak oleh harga semua yang berujung pada
kerugian.
B.3 Kegiatan yang digolongkan sebagai manipulasi pasar
1)
Marking the close
Definisinya yaitu merekayasa harga permintaan atau penawaran efek pada saat atau
mendekati saat penutupan perdagangan dengan tujuan membentuk harga efek atau harga
pembukaan yang lebih tinggi pada hari perdagangan berikutnya.
Misalnya, Sesi perdagangan efek di Bursa Efek Jakarta berakhir pada jam 16.00. pada jam
15.55 harga pasar dari saham PT X sebesar Rp. 1000. Mr. A yang merupakan pemegang
saham PT X dan menjadi nasabah pada perusahaan efek B dan perusahaan efek C
menginginkan harga pembukaan pada periode perdagangan hari berikutnya naik (diatas
1000). Kemudian Mr. A menghubungi broker pada perusahaan efek B untuk menjual saham
pada PT X pada harga Rp. 1.200. pada saat yang sama Mr. A juga memberikan perintah
pada broker perusahaan efek C untuk membeli saham PT X pada harga Rp. 1.200, sehingga
terjadi matching antara broker B dan C yang mengakibatkan harga pasar atas saham A akan
naik menjadi Rp. 1.200 pada akhir periode perdagangan. Harga pada akhir periode
perdagangan ini akan dijadikan sebagai harga pembukaan pada sesi perdagangan hari
berikutnya.
2) Painting the tape
Definisinya yaitu kegiatan perdagangan antara rekening efek satu dengan rekening efek lain
yang masih berada dalam penguasaan satu pihak atau mempunyai keteraitan sedemikian
rupa sehingga tercipta perdagangan semu. Pada dasarnya paiting the tape mempunyai
kemiripan dengan marking the close, namun ia dapat dilakukan setiap saat.
5
Modul Hukum dan Etika WPPE | Edisi 2016
Modul Hukum & Etika |KEJAHATAN DI BIDANG PASAR MODAL
Misalnya, Mr. A memiliki saham PT X dalam jumlah besar, selain itu dia juga menjadi
nasabah pada perusahaan efek B dan perusahaan efek C, Mr A menginginkan harga saham
PT X dari Rp. 1.000 naik menjadi Rp. 1.200. Kemudian Mr. A menghubungi broker pada
perusahaan efek B untuk menjual saham pada PT X pada harga Rp. 1.100. pada saat yang
sama Mr. A juga memberikan perintah pada broker perusahaan efek C untuk membeli saham
PT X pada harga Rp. 1.100, sehingga terjadi matching antara broker B dan C yang
mengakibatkan harga pasar atas saham A akan naik menjadi Rp. 1.100. Hal ini dilakukan
berulang-ulang sehingga sedikit demi sedikit harga naik hingga mencapai Rp. 1.200. setelah
mendapat harga yang dikehendaki barulah Mr. A melakukan jual beli yang sesungguhnya
(yang berakibat beralihnya kepemilikan saham).
3)
Pembentukan harga berkaitan dengan merger, konsolidasi dan akuisisi
Dalam pasal 55 UU No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, ditentukan bahwa
pemegang saham yang tidak menyetujui rencana merger, konsolidasi dan akuisisi berhak
meminta pada perseroan untuk membeli saham dengan harga yang wajar. Pemegang saham
dapat memanfaatkan ketentuan ini untuk kepentingan pribadi melalui manipulasi pasar
dengan skenario sebagai berikut:
Misalnya, Mr. A sebagai pemegang saham PT X (listed company) dimana PT X akan
melakukan merger dengan PT Y. harga saham PT X sebelum adanya rencana merger sebesar
Rp. 1.000, Mr. A tidak menyetujuai adanya merger sehingga Mr. A berusaha untuk
menaikkan harga dengan harapan akan dibeli oleh perusahaan pada harga yang lebih tinggi.
4) Cornerning The Market
Yaitu membeli efek dalam jumlah besar sehingga dapat menguasai pasar (menyudutkan
pasar). Praktik ini dapat dilakukan dengan cara short selling, yaitu menjual efek dimana
pihak penjual belum memiliki efeknya. Sering concerning dilakukan dengan cara terlebih
dahulu malakukan penjualan dengan tidak memiliki efek (short selling), dengan cara
meminjamkan efek dari concerning kepada pelaku short selling, tatapi kemudian menarik
kembali saham dalam pinjaman tersebutsehingga pelaku short selling harus mencarinya di
pasar. Hal ini dapat dilakukan karena BEJ menetapkan jangka waktu penyelesaian transaksi
T+3 (penjual wajib menyerahkan efeknya pada hari ketiga setelah transaksi). Jika penjual
gagal menyerahkan efek pada T+3, maka yang bersangkutan harus membeli efek tersebut
dipasar tunai yang biasanya lebih mahal dari pada pasar regular.
Misalnya: Mr. T, ia dapat mengambil keuntungan dari situasi tersebut dengan melakukan
concerning the market, yaitu membeli dalam jumlah besar efek tertentu dan menahannya
sehingga akan banyak penjual yang mengalami gagal serah efek dan terpaksa membeli
dipasar tunai yang sudah dikuasai oleh Mr. T tadi.
5)
Pools (Pump-pump Manipulation)
Pools merupakan perhimpunan dana dalam jumlah besar oleh sekelompok investor dimana
dana tersebut dikelola oleh broker atau seseorang yang memahami kondisi pasar. Manager
dari pools tersebut membeli saham suatu perusahaan dan menjualnya kepada anggota
kelompok investor tersebut untuk mendorong frekuensi jual beli efek sehingga dapat
meningkatkan harga efek tersebut.
Mr. A, Mr. B, Mr C dan Mr. D membentuk suatu kelompok investor dan mengumpulkan dana
dalam jumlah besar dan menyerahkan pengelolaan dana tersebut pada broker X. kemudian
Broker X menggunakan dana tadi untuk membeli saham PT Y yang kurang aktif
diperdagangkan dan harganya rendah atau statis. Broker X kemudian menjual saham PT Y
kepada Mr. A, Mr. B, Mr C dan Mr. D (anggota kelompok). Hal ini mengakibatkan naiknya
frekuensi perdagangan saham PT Y yang mengakibatkan terbentuknya harga yang ebih
tinggi dan akan semakin tinggi. Setelah harga terbentuk barulah kelompok investor melalui
broker X menjual saham PT Y kepada pihak lain diluar kelompok tersebut.
6)
Wash Sales
Order beli dan order jual antara anggota asosiasi dilakukan pada saat yang sama dimana
tidak terjadi perubahan kepemilikan manfaat atas efek. Manipulasi tersebut dilakukan
dengan maksud bahwa mereka membuat gambaran dari aktivitas pasar dimana tidak terjadi
penjualan atau pembelian yang sesungguhnya. Transaksi ini merupakan transaksi semu,
yakni suatu transaksi saham yang tidak mengakibatkan terjadinya peralihan saham secara
riil.
7) Matching Order
6
Modul Hukum dan Etika WPPE | Edisi 2016
Modul Hukum & Etika |KEJAHATAN DI BIDANG PASAR MODAL
Memadukan 2 perintah investor yang serupa dan saling melengkapi untuk jumlah dan efek
yang sama dan pada saat yang bersamaan (dilakukan pada waktu yang bersamaan)
8) Free Riding
Pembelian pada saat IPO berharap dapat menjualnya kembali dengan harga yang mahal dan
akan membatalkan pembelian begitu suasana menjelang alokasi saham kelihatannya kurang
menguntungkan.
9) Special Allotments
Special Allotments dilakukan oleh pihak underwriter pada saat IPO dengan sengaja
mengalokasikan suatu sekuritas kepada para partner, atau kerabat dekat sehingga kelihatan
efek tersebut oversubscribed sehingga harga efek, menjadi mahal.
10) Churning
Dalam hal diberikan discretionary account dapat terjadi bahwa pihak broker melakukan
transaksi yang secara berlebih-lebihan sehingga mendapat fee yang lebih banyak.
B.4 Contoh Kasus
1. Kasus Manipulasi Pasar Dalam Perdagangan Saham PT. AGIS

Posisi Kasus
Kasus ini bermula karena adanya fluktuasi harga saham PT AGIS Tbk (TMPI) periode September
2006 sampai dengan Agustus 2007, dimana pada periode tersebut harga saham TMPI melonjak
sebesar 981,4%. PT Bursa Efek Jakarta telah melakukan penghentian sementara perdagangan atas
saham TMPI beberapa kali karena adanya kenaikan dan penurunan harga saham TMPI. Terjadinya
fluktuasi harga saham TMPI tersebut tidak terlepas dari berbagai informasi yang berkembang di
pasar, seperti rencana akuisisi PT Akira Indonesia dan PT TT Indonesia, serta rencana merger
dengan PT E-Solution.

Riwayat Singkat Perseroan
PT AGIS Tbk. adalah suatu Perseroan Terbatas yang didirikan dengan nama PT Telaga Mas pada
tanggal 9 Januari 1981. Kegiatan usaha Perseroan bergerak sebagai distributor barang-barang
elektronik, komputer serta komponennya dan industri pendukung lainnya, jasa dan perdagangan
umum dan multimedia. Pada tahun 1997, Perseroan mengakuisisi 99,99% saham PT Artha Graha
Wahana dan pada tahun 1998 mengakuisisi 95% saham PT Mahameru Antarnusa Niaga. Pada tahun
2001 Perseroan melakukan merger 3 (tiga) anak perusahaan, yaitu PT Artha Graha Wahana, PT
Artha Citra Gallery dan PT Mahameru Antarnusa Niaga menjadi PT Agis Electronic. Saat ini Perseroan
dan Anak Perusahaan bergerak dalam bidang pemasaran dan penjualan barang-barang elektronik
dengan wilayah pemasaran yang tersebar di seluruh Indonesia dan pengembangan produk
multimedia

Fluktuasi Harga Saham
Pada 16 Agustus 2006, Bhakti Investama, yang sebelumnya menguasai 40,8% saham TMPI, setelah
melepaskan seluruh kepemilikan sahamnya pada harga Rp 200 per saham rata-rata transaksi harian
melonjak mencapai 140 juta saham. Hanya dalam waktu rentang 5 (lima) bulan, harga TMPI
melesat dari Rp 225 pada 2 Januari 2007 menjadi Rp 2.725 per saham pada 25 Mei 2007, atau
naik 1.111%.
Lonjakan harga saham TMPI, memang tidak terlepas dari dorongan berbagai rumor positif dan
rencana aksi korporasi yang dilakukan emiten. Rumor rencana perusahaan akan melakukan akuisisi
PT TT Indonesia, PT Akira Electronic Indonesia, PT Electronic Solution. Tidak hanya itu, perusahaan
juga akan melakukan stock split dengan rasio 1:4 dan akan bersinergis dengan PT Metrodata
Electronics, dan juga mengembangkan teknologi informasi di bidang telekomunikasi.
Aksi korporasi yang dinilai sebagai pemanis pasar ini, jelas membuat para pelaku bursa kepincut dan
ikut-ikutan memborong saham PT TMPI. Akibatnya, saham berkode TMPI ini melonjak luar biasa
sebesar 1.726 persen dari Rp 215 sejak akhir 2006 menjadi Rp 3.925 pada 4 Juni 2007. Bahkan
harga saham semakin menggila ke Rp 4.650 per saham, saat investor terbius obsesi manajemen
7
Modul Hukum dan Etika WPPE | Edisi 2016
Modul Hukum & Etika |KEJAHATAN DI BIDANG PASAR MODAL
yang akan menargetkan penjualan 2007 mencapai Rp 1 triliun dengan proyeksi laba bisa melonjak
4-5 kali lipat.
Padahal, sepanjang 2006 lalu saham emiten ini tergolong tidak likuid dan termasuk saham tidur
dengan kisaran harga Rp 80-100 per saham, sejak awal hingga Agutus 2006. Harga saham mulai
melonjak-lonjak pada awal September setelah Bhakti Investama keluar dari perusahaan tersebut.
Secara fundamental, kinerja emiten juga kurang impresif. Penjualan TMPI akhir 2006 hanya
mencapai Rp 342,73 miliar dan laba Rp 10,74 miliar. Pihak manajemen pernah menargetkan
penjualan 2006, mencapai Rp 600-700 miliar. Target penjualan emiten, tampaknya masih terganjal
produk China dengan harga lebih murah dan sudah membanjiri pasar
Pada 5 Juni 2007, harga saham TMPI tiba-tiba anjlok tajam sekitar pukul 15.00 WIB, satu jam
menjelang penutupan perdagangan. 57 Kejatuhan harga saham TMPI membuat panik pelaku pasar.
Pada penutupan perdagangan, harga saham TMPI jatuh 24,84% dari Rp 3.925 menjadi Rp 2.950 per
lembar. Setelah jatuhnya harga saham, pada 6 hingga 13 Juni 2007, BEJ menghentikan sementara
perdagangan saham TMPI di pasar reguler dan tunai
Pada 13 Juni 2007, BEJ mencabut suspensi perdagangan saham TMPI. Meski demikian, harga saham
TMPI ini langsung merosot ke Rp 2.275. Pada sesi pembukaan pertama saham TMPI berada di posisi
Rp 2.700 per lembar saham. Pada 21 Juni 2007 harga saham TMPI sempat naik kembali ke posisi Rp
3.400 yang kemudian kembali terjun ke posisi Rp 2.325 pada penutupan 27 Juni 2007.
BEJ pun sejak 11 Juni 2007 mulai memeriksa 16 broker terkait dengan anjloknya harga saham TMPI.
Berdasarkan data dari Bloomberg, tercatat 16 broker yang paling aktif dalam melakukan penjualan,
antara lain Anugerah Securindo, Ciptamahadika Mandiri, Sarijaya Permana Sekuritas, Phillip
Securities, KUO Capital Rahardja, Mahakarya Artha Securities, Trimegah Securities, ETrading
Securities, Kim Eng Securities, Mandiri Sekuritas, Repubic Securities, Henan Puthirai, Harumdana
Sekuritas, UOB Kay Hian Securities, CIMB GK Securities dan Danpac Securities.

Fakta Hukum yang ditemukan BAPEPAM
1) TMPI terbukti telah memberikan informasi yang secara material tidak benar terkait dengan
pendapatan dari 2 (dua) perusahaan yang akan diakuisisi, yaitu PT Akira Indonesia dan PT TT
Indonesia, dimana dinyatakan bahwa pendapatan kedua perusahaan tersebut adalah sebesar
Rp 800 miliar. Namun demikian, berdasarkan Laporan Keuangan kedua perusahaan yang
akan diambil alih tersebut per 31 Maret 2007 total pendapatannya hanya sebesar kurang
lebih Rp 466,8 miliar.
2) Di samping itu, TMPI juga menyampaikan pernyataan yang berbeda-beda mengenai jadwal
realisasi pelaksanaan akuisisi PT Akira Indonesia dan PT TT Indonesia.
3) TMPI juga melakukan pelanggaran terkait Laporan Keuangan TMPI yang merupakan
konsolidasi dari anak-anak perusahaan yang salah satunya adalah PT AGIS Elektronik. Dalam
Laporan Rugi Konsolidasi TMPI diungkapkan Pendapatan Lain-Lain Bersih sebesar Rp 29,4
miliar yang berasal dari Laporan keuangan PT AGIS Elektronik sebagai anak perusahaan TMPI
yang tidak didukung dengan bukti-bukti kompeten dan kesalahan penerapan prinsip
akuntansi. Dengan demikian, pendapatan lain-lain dalam Laporan Keuangan AGIS Elektronik
adalah tidak wajar yang berakibat Laporan Keuangan Konsolidasi TMPI juga tidak wajar.

Sanksi yang dijatuhkan oleh Bapepam:
a. Kepada Direksi TMPI
1) Sanksi berupa denda terhadap Sdr. Jhonny Kesuma, selaku Direktur Utama TMPI sebesar
Rp 5 miliar atas pemberian beberapa informasi yang secara material tidak benar.
2) Sanksi berupa denda terhadap Sdr. Bintoro Tjitrowirjo, selaku Direktur Utama PT AGIS
Elektronik dan juga selaku Wakil Direktur Utama TMPI sebesar Rp 1 miliar atas
pelanggaran terkait Laporan Keuangan PT AGIS Elektronik yang dikonsolidasikan ke
Laporan Keuangan TMPI.
3) Sdri. Eka Hikmawati Supriyadi, selaku Direktur PT AGIS Elektronik dan juga selaku
Direktur TMPI sebesar Rp 1 miliar atas pelanggaran terkait Laporan Keuangan PT AGIS
Elektronik yang dikonsolidasikan ke Laporan Keuangan TMPI.
b. Kepada Perusahaan Efek
1) PT Danpac Securities, PT KUO Capital Rahardja, PT Sekuritas Indo Pacific Investasi, PT
Philip Securities, PT Net Sekurias, PT Panin Capital, PT Buana Capital, PT CIMB GK
Securities, dan PT Reliance Securities dikenakan sanksi administratif berupa denda
masing-masing sebesar Rp 500.000.000 (lima ratus juta rupiah).
8
Modul Hukum dan Etika WPPE | Edisi 2016
Modul Hukum & Etika |KEJAHATAN DI BIDANG PASAR MODAL
2) PT Asjaya Indosurya Sekuritas dan PT NISP Sekuritas dikenakan sanksi administratif
berupa denda masing-masing sebesar Rp 200.000.000 (dua ratus juta rupiah).
3) PT Optima Kharya Securities, PT Mahakarya Artha Securities, PT Paramitra Alfa Sekuritas
dan PT BNI Securities dikenakan sanksi administratif berupa denda masing-masing
sebesar Rp 100.000.000 (seratus juta rupiah).
2. Kasus Perdagangan Saham PT. Dharma Samudera Fishing Industries Tbk. (DSFI)
Kasus DSFI bermula setelah adanya pedagangan saham DSFI periode bulan Agustus 2002 yang
tidak menyebabkan perubahan kepemilikan atas transaksi saham dimaksud, dan penyalahgunaan
dana serta Efek nasabah.
Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap beberapa Pihak yang didugatelibat dan melakukan
penelaahan atas dokumen yang berkaitan dengan transaksi tersebut, beberapa Pihak secara
bersama-sama terbukti melakukan perdagangan saham DSFI yang tidak menyebabkan terjadinya
perubahan kepemilikan atas saham tersebut. Tindakan tersebut dikategorikan sebagai tindakan
manipulasi pasar yang melanggar Pasal 91 dan Pasal 92 Undang-Undang No. 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal. Beberapa Perusahaan Efek juga terbukti memfasilitasi dan membantu
nasabah dalam melakukan transaksi saham DSFI yang mengakibatkan terjadinya manipulasi
pasar. Hal ini melanggar Pasal 91 dan 92 Undang- Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal.
Sehubungan dengan pelanggaran-pelanggaran tersebut di atas, Bapepam memberikan sanksi
administratif berupa denda sebesar Rp 3 miliar secara bersama-sama kepada 11 Pihak, denda
kepada 14 Perusahaan Efek sebesar Rp 75 juta hingga Rp 500 juta, serta peringatan tertulis dan
denda kepada lima Pihak masing-masing sebesar Rp 25 juta sampai dengan Rp 50 juta.
3. Kasus Perdagangan Saham PT. Dharma Samudera Fishing Industries Tbk
1. Kasus ini bermula setelah adanya perdagangan saham PT Dharma Samudera Fishing Industries
Tbk (DSFI) periode bulan Agustus 2002 yang tidak menyebabkan perubahan kepemilikan atas
transaksi saham dimaksud, dan penyalahgunaan dana serta Efek nasabah.
2. Berkaitan dengan hal tersebut Bapepam telah melakukan pemeriksaan terhadap beberapa
Pihak yang diduga terlibat dan melakukan penelaahan atas dokumen yang berkaitan dengan
transaksi tersebut, dengan hasil sebagai berikut:
a. Beberapa Pihak secara bersama-sama telah terbukti melakukan perdagangan saham DSFI
yang tidak menyebabkan terjadinya perubahan kepemilikan atas saham
tersebut.
Tindakan tersebut dikategorikan sebagai tindakan manipulasi pasar yang melangar Pasal
91 dan Pasal 92 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
b. Beberapa Perusahaan Efek memfasilitasi dan membantu nasabah dalam melakukan
transaksi saham DSFI yang mengakibatkan terjadinya manipulasi pasar. Hal ini melanggar
Pasal 91 dan 92 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
c. Beberapa Perusahaan Efek tidak melakukan verifikasi atas tersedianya dana atau Efek
yang mengakibatkan gagal bayar atas perdagangan saham DSFI. Hal ini melanggar angka
4 huruf b butir 2 Peraturan V.D.3 Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep28/PM/1996 tanggal 17 Januari 1996.
d. Beberapa direktur Perusahaan Efek melanggar angka 2 Peraturan Nomor V.D.1 Lampiran
Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-27/PM/1996 tanggal 17 Januari 1996 tentang
Pengawasan Terhadap Wakil Dan Pegawai Perusahaan Efek.
e. Beberapa direktur dan pegawai Perusahaan Efek telah melakukan penjaminan saham milik
nasabah tanpa sepengetahuan dan ijin dari nasabah, yang digunakan untuk kepentingan
Perusahaan Efek. Hal ini melanggar Pasal 107 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal dan angka 5 Peraturan Nomor V.E.1 Lampiran Keputusan Ketua
Bapepam Nomor: Kep-29/PM/1996 tanggal 17 Januari 1996 tentang Perilaku Perusahaan
Yang Melakukan Kegiatan Perantara Pedagang Efek.
3. Sehubungan dengan pelanggaran-pelanggaran tersebut di atas Bapepam, telah memberikan
sanksi administratif berupa:
a. Denda sebesar Rp. 3.000.000.000,- (tiga miliar rupiah) secara bersama-sama kepada
Sdr. Yulianus Indrayana, Sdr. AG. Marfiyatmo, PT Jaya Makmur Sejahtera, Sdr. Hendri
Aristo Sirait, Sdr. Afrizal, Sdr. Irfan Riyadi, Sdr. Akub Sudarsa, Sdr. Haryadi, Sdr. Meiske
Herlina Tengker, Sdr. Mochammad Permana, Sdr. Agustian Harahap.
b. Denda kepada Perusahaan Efek, masing-masing:
i. Sebesar Rp. 500.000.000,- kepada:
 PT Jasabanda Garta
 PT Ficor Sekuritas Indonesia
ii. Sebesar Rp. 150.000.000,- kepada:
9
Modul Hukum dan Etika WPPE | Edisi 2016
Modul Hukum & Etika |KEJAHATAN DI BIDANG PASAR MODAL
 PT BNI Securities
iii. Sebesar Rp. 125.000.000,- kepada:
 PT Kuo Capital Raharja
 PT Mitra Investdana
iv. Sebesar Rp. 100.000.000,- kepada:
 PT Evergreen Capital
 PT Megakarya Securities
 PT Intra Asia Sekuritas
v. Sebesar Rp. 75.000.000,- kepada:
 PT Arab Malaysian Securities
 PT Samuel Sekuritas
 PT Danawitta Securities
 PT Global Inter Capital
 PT Jalur Wahana
 PT Panin Sekuritas
c. Peringatan Tertulis dan Denda kepada:
i. Sdr. Rochani Mansyur Rp. 50.000.000,ii. Sdr. Andwihardi Rp. 50.000.000,iii. Sdr. Hoksan Sinaga Rp. 50.000.000,iv. Sdr. Zaki Mubarak Rp. 50.000.000,v. Sdr. Panungkunan Manullang Rp. 25.000.000,d. Sanksi Peringatan Tertulis kepada Pihak-pihak sebagaimana tersebut di atas, akan
ditindaklanjuti Pencabutan Izin Orang Perseorangan sebagai Wakil Perusahaan Efek,
apabila dalam jangka waktu satu tahun pihak-pihak tersebut melakukan pelanggaran
peraturan perundang-undangan di bidang pasar Modal.
4.
Kasus Perdagangan Saham PT. Ultra Jaya Milk Tbk
Kasus ini bermula dari adanya penelaahan Bapepam mengenai kemungkinan adanya upaya
manipulasi transaksi dengan pola dominasi transaksi beli yang menimbulkan market impact
change terhadap volume dan harga saham PT. Ultra Jaya Milk Tbk (ULTJ) yang cukup signifikan
yang dilakukan oleh 6 (enam) anggota Bursa Efek pada periode perdagangan 18 April s.d. 28
Mei 2001.
Berdasarkan pemeriksaan dan penelaahan atas data atau dokumen dan Pihak-pihak terkait dalam
kasus dimaksud ditemukan hal-hal sebagai berikut:
a. Transaksi saham PT. Ultra Jaya Milk Tbk. (ULTJ) yang dilakukan oleh Sdr. Ivan Yuliavan
Tausa mengalami pertemuan sebanyak 10 (sepuluh) kali dengan tidak mengakibatkan
perubahan kepemilikan sehingga dalam hal ini telah melanggar Pasal 91 UUPM.
b. Transaksi tutup sendiri (crossing) atas saham PT. Ultra Jaya Milk Tbk. (ULTJ) yang
dilakukan oleh PT Berkat Agape Kapital melalui Anggota Bursa PT. Makindo Securities
tidak mengakibatkan perubahan kepemilikan sehingga dalam hal ini telah melanggar
Pasal 91 UUPM.
c. Kegiatan Sdr. Ivan Yuliavan Tausa yang mengumpulkan dan mengelola dana dari para
Pihak, dalam hal ini yang bersangkutan mengistilahkannya sebagai switcher, tidak
memiliki izin sebagai Wakil Manajer Investasi dari Bapepam, sehingga melanggar Pasal
103 UUPM.
d. PT Pratama Penaganarta mengetahui dan membantu kegiatan yang dilakukan oleh Sdr.
Ivan Yuliavan Tausa sebagai Manajer Investasi yang tidak memiliki izin dari Bapepam.
e. Transaksi sebanyak 10 (sepuluh) kali yang dilakukan oleh Sdr. Ivan Yuliavan Tausa dan
transaksi tutup sendiri sebanyak 1 (satu) kali yang dilakukan oleh PT. Berkat Agape
Kapital tidak signifikan dibandingkan dengan frekuensi transaksi yang dilakukan oleh
keduanya, disamping itu juga belum adanya realisasi keuntungan yang diperoleh kedua
nasabah tersebut.
Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut, Bapepam menetapkan bahwa sesuai Pasal 102 ayat (2)
huruf (a) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Sdr. Ivan Yuliavan Tausa,
PT. Pratama Penaganarta, PT. Berkat Agape Kapital, dan PT. Makindo Securities dikenakan sanksi
administratif berupa Peringatan Tertulis.
5. Kasus Saham PT.Bank Pikko Tbk
 Kronologis
a. PT. Bank Pikko Tbk. (Bank Pikko) melakukan Penawaran Umum Perdana atas sejumlah
28 juta saham pada tanggal 17 sampai dengan tanggal 19 Desember 1996 dengan harga
perdana sebesar Rp800,00 per saham. Setelah Penawaran Umum tersebut dilakukan,
seluruh Saham Bank Pikko sejumlah 128 juta saham dicatatkan di PT. Bursa Efek Jakarta
(BEJ) dan PT. Bursa Efek Surabaya (BES) pada tanggal 8 Januari 1997.
10
Modul Hukum dan Etika WPPE | Edisi 2016
Modul Hukum & Etika |KEJAHATAN DI BIDANG PASAR MODAL
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Walaupun seluruh saham Bank Pikko dicatatkan di Bursa, namun sejumlah 100 juta
saham Bank Pikko tersebut yaitu dimiliki oleh pemegang saham pendiri tidak dapat
diperdagangkan dalam kurun waktu 8 bulan dari sejak tanggal 10 Desember 1996 s/d 10
Agustus 1997. Atas dasar itu, saham Bank Pikko yang dapat diperdagangkan di BEJ
adalah sejumlah 28 juta saham. Sejumlah 11 juta saham Bank Pikko yang dapat
diperdagangkan tersebut dimiliki oleh pemodal institusi dan sebagian karyawan. Dengan
asumsi pemodal institusi dan karyawan tidak menjual saham-saham yang dimilikinya,
maka berarti saham-saham yang di perdagangkan di BEJ adalah sekitar 17 juta saham.
Dalam kurun waktu Januari s.d. Pebruari 1997 volume perdagangan harian saham
tersebut rata-rata adalah 100.000 saham dan harganya bervariasi antara Rp.875,00 s.d.
Rp.1.425,00. Pada pertengahan Maret 1997 Sdr. Benny Tjokrosaputro melakukan
transaksi saham sehingga jumlah emilikan oleh yang bersangkutan mencapai 4.500.000
saham. Transaksi tersebut dilakukan melalui PT. Multi Prakarsa Investama Securities
dengan menggunakan nama 13 Pihak lain.
Pada tanggal 7 April 1997 perdagangan saham Bank Pikko menjadi sangat aktif dan
harga saham tersebut meningkat sebesar 20%. Atas dasar itu BEJ meminta konfirmasi
kepada Bank Pikko mengenai ada atau tidaknya hal material mengenai Bank Pikko yang
perlu diungkapkan kepada kepada publik. Bank Pikko memberikan informasi kepada BEJ
pada tanggal 8 April 1997 sebelum sesi pertama perdagangan bahwa tidak terdapat
adanya hal-hal material yang perlu diungkapkan kepada publik. Informasi tersebut
kemudian diumumkan di BEJ pukul 10.30 WIB pada hari yang sama.
Walaupun telah diinformasikan mengenai hal tersebut, namun harga saham Bank Pikko
mengalami peningkatan yang tajam pada sesi pertama dan kemudian berlangsung terus
pada sesi kedua sampai dihentikannya perdagangan saham Bank Pikko oleh BEJ pada
pukul14.24 WIB.
Sdr. Pendi Tjandra yang menjabat sebagai direktur PT. Multi Prakarsa Investama
Securities yang dikendalikan oleh Sdr. Benny Tjokrosaputro bersama-sama dengan
afiliasinya, melakukan transaksi saham Bank Pikko secara aktif melalui PT Putra Saridaya
Persada Securities (PSP Securities). Atas permintaan Saudara Pendi Tjandra, PT PSP
Securities memecah order beli dan jual saham bank Pikko melalui perusahaan Efek lain.
Pemecahan order beli dan jual tersebut dilakukan oleh Sdr.Pendi Tjandra dengan maksud
agar kegiatan perdagangan menjadi aktif. Pada tanggal 8 April 1997 jumlah keseluruhan
pembelian setelah dikurangi penjulan saham Bank Pikko yang dilakukan oleh PT PSP
Securities, PT. Multi Prakarsa Investama Securities dan PT Danasakti Securities untuk
kepentingan nasabahnya masing-masing termasuk untuk kepentingan Sdr. Benny
Tjokrosaputro dan Sdr. Pendi Tjandra mencapai jumlah perkiraan saham yang tersedia
untuk diperdagangkan, nampak bahwa terdapt masalah penyelesaian atas transaksi
Bank Pikko yang dilakukan pada tanggal 8 April 1997.
Karena Bank Pikko memberikan informasi bahwa tidak ada hal-hal material, spekulan
memperkirakan harga saham Bank Pikko turun. Oleh karena itu, para spekulan tersebut
melakukan transaksi jual saham Bank Pikko meskipun mereka tidak memiliki saham
tersabut (posisi short) dengan harapan harga saham tersebut akan turun. Walaupun
peraturan V.D.3 melarang perusahaan Efek menerima pesanan jual dari nasabah yang
tidak mempunyai saham,namun kenyataannya hal tersebut terjadi secara luas dipasar.
Hal ini terbukti dari terdapatnya 52 dari 127 Perusahaan Efek yang telah gagal
menyerahkan saham Bank Pikko pada tanggal penyelesaian transaksi atas saham
tersebut. Pada akhirnya tanggal 8 April 1997 BEJ memutuskan untuk menghentikan
sementara perdagangan saham Bank Pikko pada jam 14.24 WIB.
Tindakan yang diambil BAPEPAM :
a. Berdasarkan pasal 100 ayat (2) huruf d Undang-undang Nomor 8 tahun 1995 tentang
pasar Modal, kepada saudara Benny Tjokrosaputro dan Sdr. Pendi Tjandra, diwajibkan
untuk menyerahkan keuntungan yang diperoleh atas transaksi saham Bank pikko selama
kurun waktu bulan maret sampai dengan April 1997 masing-masing sebesar Rp
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
ke kas negara, selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari. Disamping itu, kepada Sdr.
Pendi Tjandra diminta untuk mengundurkan diri sebagai Direktur PT Multi Prakarsa
Investama Securities.
b. Penetapan tersebut didasarkan atas bukti yang menunjukan bahwa yang bersangkutan
telah melakukan dan atau terlibat secara aktif, baik langsung maupun tak langsung,
dalam transaksi jual beli saham Bank Pikko dalam jumlah yang cukup besar yang
pelaksanaanya dilakukan dengan memecah order melalui 9 Perusahaan Efek untuk Sdr.
Pendi Tjandra dan untuk mempergunakan nama sedikitnya 13(tiga belas) Pihak lain
untuk kepentingan Sdr. Benny Tjokrosaputro. Tansaksi tersebut dapat menciptakan
gambaran seolah-olah kegiatan saham Bank Pikko tersebut adalah aktif. Hal ini dapat
11
Modul Hukum dan Etika WPPE | Edisi 2016
Modul Hukum & Etika |KEJAHATAN DI BIDANG PASAR MODAL
c.
d.
e.
f.
g.
h.
mempengaruhi Pihak lain baik langsung maupun tak langsung melakukan transaksi
secara aktif atas saham Bank Pikko.
Berdasarkan Pasal 102 ayat (2) huruf a dan b Undang-undang Nomor 8 tahun 1995
tentang Pasar Modal juncto pasal 61 dan pasal 64 Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun
1995 tentang Penyelenggaran Kegiatan Di Bidang Pasar Modal, kepada PT PSP Securities
dan PT Multi Prakarsa Investama Securities diberikan sanksi administratif.
Sanksi administratif ini diberikan atas dasar bukti yang menunjukkan bahwa kedua
Perusahaan Efek tersebut telah melakukan dan atau terlibat secara aktif, baik langsung
maupun tidak langsung, dalam transaksi jual beli saham Bank Pikko dalam jumlah yang
cukup besar untuk kepentingan nasabah yang dapat menciptakan gambaran semu atas
kegiatan perdagangan. Transaksi tersebut dilakukan PT PSP Securities dengan cara
memecah order beli dan jual melalui 8 (delapan) Perusahaan Efek lain atas perintah
nasabahnya, disamping itu PT PSP Securities sendiri juga melaksanakan sebagian order
jual maupun beli atas saham Bank Pikko untuk kepentingan nasabah bersangkutan.
Sementara itu, transaksi atas saham Bank Pikko oleh PT.Multi Prakasa Investama
Securities dilakukan dengan cara menggunakan nama sedikitnya 13 (tigabelas) Pihak
lain atas perintah nasabah yang juga merupakan pengendali PT.Multi
Prakarsa
Investama Securities.
Kedua Perusahaan Efek dimaksud seharusnya tidak memenuhi permintaan nasabah
tersebut, mengingat hal ini dapat menciptakan gambaran seolah-olah telah terjadi
kegiatan perdagangan saham yang aktif, disamping dapat mengakibatkan terjadinya jual
beli yang tidak mengakibatkan perubahan kepemilikan atas saham.
Atas dasar itu, kedua perusahaan efek tersebut dikenakan sanksi berupa denda masingmasing sebesar Rp.150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) yang harus segera
disetorkan ke kas negara selambat-lambatnya 14 hari. Disamping itu, kedua perusahaan
efek diperingatkan agar segera melakukan perbaikan atau sistem pengendalian intern
dan penyelenggaraan pembukuannya sesuai dengan peraturan V.D.3 dimaksud.
Perbaikan sistem pengendalian intern dan penyelenggaraan pembukuan perusahaan efek
tersebut wajib diperiksa oleh akuntan yang terdaftar di Bapepam dan hasilnya wajib
disampaikan kepada Bapepam selambat-lambatnya 90 hari.
Berdasarkan Pasal 102 ayat (2) huruf a dan b undang-undang nomor 8 tahun 1995
tentang Pasar Modal juncto pasal 61 Peraturan Pemerintah No. 45 tahun 1995 tentang
Penyelenggaraan Kegiatan Di bidang Pasar Modal, kepada 54 (lima puluh empat)
Perusahaan Efek (terlampir) yang melakukan pelanggaran atas ketentuan Peraturan
V.D.3 tentang Pengendalian Intern dan Penyelenggaraan Pembukuan Perusahaan Efek
dan atau Peraturan V.E.1 tentang Perilaku Perusahaan Efek Yang Melakukan Kegiatan
Sebagai Perantara Pedagang Efek. Kepada Perusahaan Efek yang melakukan
pelanggaran atas ketentuan Peraturan V.D.3 diberikan peringatan dan diwajibkan untuk
memperbaiki sistem pengendalian intern dan penyelanggaraan pembukuan dan diperiksa
oleh Akuntan yang terdaftar di Bapepam. Selanjutnya hasil tersebut wajib disampaikan
kepada Bapepam selambat-lambatnya 90 (sembilan puluh) hari.
6. Kasus Perdagangan Saham PT Mas Murni
Pada tanggal 29 Mei 2000 Bapepam memberikan penjelasan perihal kasus saham PT Mas Murni
Tbk. sebagai berikut:
1) Pemeriksaan atas kasus saham PT Mas Murni Tbk. oleh Bapepam berkaitan dengan adanya
dugaan manipulasi pasar dalam transaksi Saham Preferen PT Mas Murni Tbk (MAMIP) dimulai
sejak tanggal 27 April 2000. Pemeriksaan ditujukan untuk menemukan ada atau tidak adanya
pelanggaran atas ketentuan perundang-undangan di bidang Pasar Modal.
2) Hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Tim Pemeriksa dapat diuraikan sebagai berikut:
a) Sdr. James Rachmat Subekti telah melakukan transaksi saham MAMIP tanggal 20 April
2000 baik secara langsung maupun tidak langsung yang menciptakan gambaran semu
dan atau menyesatkan mengenai kegiatan perdagangan, keadaan pasar, atau harga efek
di Bursa Efek Jakarta sehingga menyebabkan kenaikan harga saham MAMIP yang tidak
wajar.
b) PT Namalatu Ronesina telah melakukan transaksi saham MAMIP berdasarkan perintah
nasabah, dimana PT Namalatu Ronesina tidak cukup hati-hati dalam melaksanakan order
nasabah sehingga transaksi tersebut menciptakan gambaran semu.
c) PT Intifikasa Securindo telah melakukan transaksi saham MAMIP berdasarkan perintah
nasabah, dimana PT Intifikasa Securindo tidak cukup hati-hati dalam melaksanakan
order nasabah sehingga transaksi tersebut menciptakan gambaran semu.
3) Atas pelanggaran tersebut, Bapepam menetapkan:
a) Sanksi denda sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) kepada Sdr. James
Rachmat Subekti untuk disetor ke Kas Negara; dan
12
Modul Hukum dan Etika WPPE | Edisi 2016
Modul Hukum & Etika |KEJAHATAN DI BIDANG PASAR MODAL
b) Sanksi
administrasi berupa larangan sementara melakukan kegiatan transaksi
perdagangan Efek di Bursa Efek kepada PT Intifikasa Securindo sampai dengan tanggal
29 Mei 2000 dan kepada PT Namalatu Ronesina sampai dengan tanggal 2 Juni 2000.
C. Perdagangan Orang Dalam (Insider Trading)
Insider Trading merupakan istilah teknis yang hanya dikenal di pasar modal. Istilah tersebut
mengacu kepada praktek di mana orang dalam (corporate insider) melakukan transaksi sekuritas
dengan menggunakan informasi eksklusif yang mereka miliki yang belum tersedia bagi masyarakat
atau investor
Secara yuridis, menurut Munir Fuady diketemukan beberapa elemen dari suatu pranata hukum
Insider Trading, yaitu sebagai berikut:
1. Adanya perdagangan efek
2. Dilakukan oleh orang dalam perusahaan
3. Adanya Inside Information
4. Inside Information tersebut belum terbuka untuk umum
5. Perdagangan dimotivisir oleh adanya Inside Information tersebut.
6. Tujuannya untuk mendapat keuntungan yang tidak layak
C.1 Unsur-Unsur Perdagangan Orang Dalam
No
Unsur
Penjelasan
1
Adanya orang dalam atau
pihak
yang
berusaha
memperoleh
informasi
dalam dari orang dalam
melawan hukum;
2
Mempunyai informasi orang dalam
yang belum tersedia untuk umum;
setiap
untuk
orang
secara
Berdasarkan penjelasan pasal 95 UUPM, maka dapat kita
ketahui bahwa
yang dimaksud dengan orang dalam adalah:
i. komisaris, direktur, atau pegawai Emiten atau
Perusahaan Publik;
ii. pemegang saham utama Emiten atau Perusahaan
Publik;
iii. orang perseorangan yang karena kedudukan atau
profesinya atau karena hubungan usahanya dengan
Emiten atau Perusahaan Publik memungkinkan orang
tersebut memperoleh informasi orang dalam; atau
Berdasarkan kategori orang dalam ini, maka yang
dimaksud dengan:
a) Yang dimaksud dengan “kedudukan” dalam
penjelasan angka iii ini adalah jabatan pada
lembaga, institusi, atau badan pemerintah.
b) Yang dimaksud dengan “hubungan usaha” dalam
penjelasan angka iii ini adalah hubungan kerja
atau kemitraan dalam kegiatan usaha, antara lain
hubungan
nasabah,
pemasok,
kontraktor,
pelanggan, dan kreditur.
iv. Pihak yang dalam waktu 6 (enam) bulan terakhir tidak
lagi menjadi Pihak sebagaimana dimaksud dalam
angka i, ii, iii di atas.
Sebagai contoh penjelasan angka iv adalah Tuan A
berhenti sebagai direktur pada tanggal 1 Januari.
Namun demikian Tuan A masih dianggap sebagai
orang dalam sampai dengan tanggal 30 Juni pada
tahun yang bersangkutan.
Yang dimaksud dengan “informasi orang dalam” adalah
Informasi Material yang dimiliki oleh orang dalam yang
belum tersedia untuk umum.
 Informasi atau Fakta Materil yang diperkirakan dapat
mempengaruhi efek atau keputusan investasi pemodal
dapat dilihat dalam Pasal 6 Peraturan OJK No. 31
/POJK.04/2015 tentang Keterbukaan atas Informasi
atau Fakta Material Oleh Emiten atau Perusahaan Publik,
yaitu:
1) Penggabungan usaha, pemisahan usaha, peleburan
13
Modul Hukum dan Etika WPPE | Edisi 2016
Modul Hukum & Etika |KEJAHATAN DI BIDANG PASAR MODAL
usaha, atau pembentukan usaha patungan;
2) Pengajuan tawaran untuk pembelian Efek perusahaan
lain;
3) Pembelian atau penjualan saham perusahaan yang
nilainya material;
4) Pemecahan saham atau penggabungan saham;
5) Pembagian dividen interim;
6) Penghapusan pencatatan dan pencatatan kembali
saham di Bursa Efek;
7) Pendapatan berupa dividen yang luar biasa sifatnya;
8) Perolehan atau kehilangan kontrak penting;
9) Penemuan baru atau produk baru yang memberi nilai
tambah bagi perusahaan;
10) Penjualan tambahan Efek kepada masyarakat atau
secara terbatas yang material jumlahnya;
11) Perubahan dalam pengendalian baik langsung
maupun tidak langsung terhadap Emiten atau
Perusahaan Publik;
12) Perubahan anggota Direksi dan/atau anggota Dewan
Komisaris
13) Pembelian kembali atau pembayaran Efek Bersifat
Utang dan/ atau Sukuk;
14) Pembelian atau penjualan aset yang sifatnya penting;
15) Perselisihan tenaga kerja yang dapat mengganggu
operasional perusahaan;
16) Perkara hukum terhadap Emiten atau Perusahaan
Publik dan/atau anggota Direksi dan anggota Dewan
Komisaris Emiten atau Perusahaan Publik yang
berdampak material;
17) Penggantian Akuntan yang sedang diberi tugas
mengaudit Emiten atau Perusahaan Publik;
18) Penggantian Wali Amanat;
19) Penggantian Biro Administrasi Efek;
20) Perubahan tahun buku Emiten atau Perusahaan
Publik;
21) Perubahan penggunaan mata uang pelaporan dalam
laporan keuangan;
22) Emiten atau Perusahaan Publik berada dalam
pengawasan khusus dari regulator terkait yang dapat
mempengaruhi kelangsungan usaha Emiten atau
Perusahaan Publik;
23) Pembatasan kegiatan usaha Emiten atau Perusahaan
Publik oleh regulator terkait;
24) Perubahan atau tidak tercapainya proyeksi keuangan
yang telah dipublikasikan, secara material;
25) Adanya
kejadian
yang
akan
menyebabkan
bertambahnya
kewajiban
keuangan
atau
menurunnya pendapatan Emiten atau Perusahaan
Publik secara material;
26) Restrukturisasi utang;
27) Penghentian atau penutupan sebagian atau seluruh
segmen usaha;
28) Dampak yang bersifat material terhadap Emiten atau
Perusahaan Publik karena kejadian yang bersifat
memaksa;
29) Informasi atau Fakta Material lainnya
3
Dilarang mempengaruhi Pihak lain
untuk melakukan pembelian atau
penjualan atas Efek atau memberi
informasi orang dalam kepada
Pihak mana pun yang patut
diduganya dapat menggunakan
informasi
dimaksud
untuk
melakukan
pembelian
atau
penjualan atas Efek.
14
Modul Hukum dan Etika WPPE | Edisi 2016
Modul Hukum & Etika |KEJAHATAN DI BIDANG PASAR MODAL
C.2 Pelaku Insider Trading dalam UUPM
1
2.
INSIDER
Komisaris, Direktur, Pegawai
Pemegang Saham Utama
A.
1.
3.
Pihak Karena Kedudukanya
2.
4.
5.
Pihak Karena Profesinya
Pihak karena hubungan usahanya
B.
1.
6.
Pihak tersebut telah berhenti
dalam 6 bulan (Penjelasan pasal
95)
2.
MELAKUKAN
Pembelian/penjualan
efek
Perusahaan
Publik.
(dihukum,
pasal 95.a)
Pembelian/penjualan perusahaan
lain yang melakukan transaksi
dengan perusahaan terbuka
(dihukum, pasal 95.b)
Mempengaruhi
pihak
lain.
(dihukum, Pasal 96.a)
Memberi informasi kepada Pihak
lain yang patut diduga akan
melaksanakan trading (dihukum,
pasal 96.b)
C.
1
Tippee III
Pihak lain memperoleh info dari
Tippee I dan Tippee II (tidak
dihukum karena tidak diatur)
D
Perusahaan efek yang memiliki
info, kecuali atas perintah nasabah
dan tidak memberi rekomendasi
(dihukum, pasal 98)
1
2
3
4
OUTSIDER
Tippee I
Pihak
lain
dipengaruhi
(tidak
dihukum)
Pihak lain diberi informasi (tidak
dihukum)
Tippee II
Pihak lain memperoleh info dari
insider secara melawan hukum
(dihukum, Pasal 97.a)
Pihak lain memperoleh informasi
(dengan pembatasan) dari insider
tidak secara melawan hukum
(dihukum Pasal 97.b)
C.3 Contoh Kasus
1. Kasus Insider Trading Dalam Perdagangan Saham PT. PGN

Posisi Kasus
Kasus yang dialami oleh PT Perusahaan Gas Negara Tbk diawali oleh fakta-fakta sebagai berikut:
bermula pada jatuhnya dalam penjualan saham dibursa efek. Hal ini terjadi pada periode 12
September 2006 sampai dengan 11 Januari 2007. Dalam rentang waktu tersebut terdapat
indikasi terjadinya pelanggaran terhadap Peraturan Hukum Pasar modal. Dugaan tersebut
terlihat dari penurunan secara signifikan harga saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk di Bursa
Efek Jakarta yaitu sebanyak 23,36%, dari Rp 9.650,00 (harga penutupan pada tanggal 11
januari 2006) menjadi Rp 7.400,00 per lembar saham pada tanggal 12 januari 2007.
Penurunan harga saham yang signifikan tersebut sangat erat hubungannya dengan siaran pers
yang dilakukan manajemen PT Perusahaan Gas Negara Tbk sehari sebelum (11 januari 2007).
Dalam siaran pers tersebut dinyatakan bahwa terjadi koreksi atas rencana besarnya volume gas
yang akan dialirkan, yaitu mulai dari (paling sedikit) 150 MMSCFD menjadi 30 MMSCFD. Dan
terdapat Pernyataan bahwa tertundanya gas in yang semula akan dilakukan pada akhir
Desember 2006 tertunda menjadi Maret 2007. Penundaan proyek komersialisasi pemipaan gas
PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) dari Sumatra Selatan sampai Jawa Barat dan yang
membuat informasi ini berhubungan erat dengan kasus anjloknya harga saham PGN.
Maka dilihat dari hal tersebut diatas, Kasus yang dialami oleh PT Perusahaan Gas Negara Tbk
diawali oleh fakta-fakta sebagai berikut:
15
Modul Hukum dan Etika WPPE | Edisi 2016
Modul Hukum & Etika |KEJAHATAN DI BIDANG PASAR MODAL
1) Penurunan atau jatuhnya harga saham PT Perushaan Gas Negara Tbk pada saat penjualan
dibursa efek Indonesia. Pada harga Rp 9.650 (harga penutupan pada tanggal 11 januari
2006) 23,36% anjlok pada harga Rp 7.400 perlembar saham pada tanggal 12 januari 2007.
2) Adanya bukti-bukti yang menunjuk pada praktek transaksi saham perusahaan yang dilakukan
oleh pihak orang dalam perusahaan, yang terjadi pada periode 12 september 2006 sampai
dengan 11 januari 2007.
3) Adanya informasi yang tergolong sebagai informasi material dan dapat mempengaruhi harga
saham. Antaranya:
a. Penurunan harga saham PT Perusahaan Gas Negara sangat erat dengan siaran pers yang
dilakukan manajemn perusahaan sehari sebelumnya tertanggal 11 Januari 2007.
b. Pernyataan bahwa ditundanya proyek komersialisasi pemipaan gas PT Perusahaan Gas
Negara Tbk yang semula akan dilakukan pada akhir Desember 2006 tertunda menjadi
Maret 2007.
c. Informasi tentang penurunan volume gas telah diketahui para pihak perusahaan sejak
tertanggal 12 September 2006 dan informasi tentang tertundanya gas in sejak tanggal 18
Desember 2006, para pihak perusahaan baru menjelaskan pada tanggal 11 januari 2007

Pelanggaran Prinsip Disclosure terhadap keterlambatan penyampaian laporan
kepada Bapepam dan masyarakat tentang peristiwa material.
Dalam Pasal 86 ayat (2) UUPM disebutkan bahwa perusahaan publik menyampaikan laporan
kepada Bapepam dan mengumumkan kepada masyarakat tentang peristiwa material yang dapat
mempengaruhi harga efek selambat-lambatnya pada akhir hari kerja ke-2 (kedua) setelah
terjadinya peristiwa tersebut.
Pada kenyataannya PT. PGN terlambat melaporkan fakta atas penundaan proyek pipanisasi yang
dilakukan oleh PT PGN. Dalam hal ini keterlambatan pelaporan keterbukaan informasi sebanyak
35 hari. Mengenai informasi penurunan volume gas dan informasi tertundanya gas in
Dikategorikan sebagai fakta material dalam Peraturan Nomor X.K.1. Sehingga telah jelas, bahwa
PT. Gas Negara melanggar pasal 86 ayat (2) UU No. 5/1995 jo. Peraturan Nomor X.K.1.

Pelanggaran Prinsip Disclosure terhadap pemberian keterangan yang secara
material tidak benar.
Ada beberapa hal yang seringkali dilarang dalam hal keterbukaan informasi, di antaranya
sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
Memberikan informasi yang salah sama sekali.
Memberikan informasi yang setengah benar.
Memberikan informasi yang tidak lengkap.
Sama sekali diam terhadap fakta/informasi material.
Keempat hal ini dilarang karena oleh hukum dianggap dapat menimbulkan ”misleading” bagi
investor dalam memberikan judgement nya untuk membeli atau tidak suatu efek. Ketentuan ini
juga diadopsi dalam pasal 93 UU No. 8/1995 tentang Pasar Modal, yang menyebutkan bahwa tiap
pihak dilarang, dengan cara apa pun, memberikan keterangan yang secara material tidak benar
atau menyesatkan sehingga mempengaruhi harga Efek di Bursa Efek.
Dalam kasus ini PT. PGN memberikan keterangan material tidak benar tentang rencana volume gas
yang dapat dialirkan melalui proyek SSWJ (South Sumatera-West Java). Fakta itu sudah diketahui
atau sewajarnya diketahui oleh direksi, yang kemudian seharusnya keterangan itu disampaikan
kepada publik, namun tidak disampaikan. Sehingga jelas terjadi bahwa telah terjadi pelanggaran
terhadap pasal 93 UU No. 8/1995 dan diancam dengan pidana penjara paling lama 10 tahun dan
denda paling banyak Rp. 15 milyar.

Keterlibatan Fiduciary Position Pelanggaran Insider Trading PT.PGN
Dalam kasus Insider Trading PT. PGN dapat dilihat konstruksinya sebagai berikut:
1) Keterlibatan Orang Dalam
Beberapa orang dalam yang melakukan transaksi dalam rentang waktu 35 hari dari diketahuinya
informasi sampai pemberitahuan ke publik yaitu Adil Abas, Nursubagjo Prijono, WMP
Simanjuntakm Widyatmiko Bapang, Iwan Heriawan, Djoko Saputro, Hari Pratoyo, Rosichin, dan
16
Modul Hukum dan Etika WPPE | Edisi 2016
Modul Hukum & Etika |KEJAHATAN DI BIDANG PASAR MODAL
Thohir Nur ilhami. Kesembilan orang tersebut adalah manajerial internal yang berkedudukan
sebagai pegawai kunci, direktur teknis, sekertaris yang secara langsung melakukan transaksi.
Jelas untuk transaksi (tingkat pertama) penjualan yang dilakukan orang dalam dari Emiten atau
Perusahaan Publik atas saham Emiten atau Perusahaan Publik yang bersangkutan telah dilarang
dalam Pasal 95 UUPM pada huruf a perihal kategori orang dalam yaitu komisaris, direktur, atau
pegawai Emiten yang bersangkutan dan pihak yang dalam waktu 6 (enam) bulan terakhir tidak
lagi menjadi Pihak sebagaimana dimaksud dalam huruf a.
2. Informasi Material
Penggunaan informasi penting yang bersifat rahasia dan belum dipublikasikan ini jelas-jelas
menghancurkan prinsip fiduciary duty oleh setiap unsur manajerial dari level bawah sampai
atasan yang memiliki kontrak hukum untuk bekerja dan bertanggungjawab dengan
mengedepankan kepentingan pemegang saham, dibanding kepentingan pribadi, untuk segala
sesuatu yang terkait langsung dengan kinerja perusahaan, minimal sampai enam bulan setelah
penghentian kontrak kerja dengan Emiten atau Perusahaan Publik yang bersangkutan. Informasi
yang direlease pada awal Januari 2007, sebenarnya sudah diketahui oleh manajemen PT.PGN
sejak 12 September 2006 (informasi penurunan volume gas) dan 18 Desember 2006 (informasi
terundannya gas in). Kedua informasi tersebut dikategorikan sebagai informasi yang material
dan dapat mempengaruhi harga saham di Bursa Efek, hal tersebut tercemin dari penurunan
harga saham PT.PGN pada tanggal 12 Januari 2007
3. Keuntungan
Penjualan saham yang dilakukan kesembilan orang yang dikategorikan orang dalam
menyebabkan mencegah kemungkinan rugi atas penurunan harga saham setelah Press
Confrence. Sehingga kesembilan orang dalam tersebut dalam jangka waktu 35 hari melakukan
penjualan atas sahamnya
4. Menjual atau Membeli
Kesembilan orang dalam tersebut melakukan transaksi selama tenggat waktu 35 hari sebelum
konfrensi pers.

Penyelesaian Terhadap kasus Perdagangan Saham PT.PGN
1) Penyelesaian terhadap Pelanggaran Disclosure
Terhadap pelanggaran Disclosure Bapepam telah mengeluarkan Press Release pada tanggal 13
Maret 2007 yang berisi sebagai berikut:
1. Bapepam-LK telah melakukan pemeriksaan terhadap dokumen dan Pihak-pihak terkait
dengan pelanggaran Pasal 86 Undang-undang Pasar Modal jo. Peraturan Nomor X.K.1 tentang
Keterbukaan Informasi Yang Harus Segera Diumumkan Kepada Publik yang dilakukan oleh PT
PGN dan tentang pemberian keterangan yang secara material tidak benar sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 93 Undang-undang Pasar Modal.
2. Terdapat pemberian keterangan yang secara material tidak benar, yakni memberikan
keterangan tentang rencana volume gas yang dapat dialirkan melalui proyek SSWJ yang tidak
sesuai dengan fakta bahwa telah terjadi perubahan dari rencana awal tersebut. Fakta
tersebut sudah diketahui atau sepatutnya diketahui oleh Direksi yang seharusnya
disampaikan saat keterangan itu diberikan kepada publik.
3. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka Bapepam-LK menetapkan:
a. Sanksi denda sebesar Rp. 35.000.000,00 (tiga puluh lima juta rupiah) kepada PT
Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk atas pelanggaran Pasal 86 Undang-undang Pasar
Modal jo. Peraturan Nomor X.K.1;
b. Sanksi denda sebesar Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) kepada Direksi PT PGN
yang menjabat pada periode bulan Juli 2006 s/d sekarang yaitu Sdr. Sutikno, Sdr. Adil
Abas, Sdr. Djoko Pramono, Sdr. WMP Simanjuntak dan Sdr. Nursubagjo Prijono, atas
pelanggaran pemberian keterangan yang secara material tidak benar sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 93 Undang-undang Pasar Modal.
Keputusan pengenaan sanksi sebagaimana butir 3 huruf b di atas, didasarkan pada
pertimbangan sebagai berikut:
a. Segera memberikan kepastian hukum kepada industri Pasar Modal dalam rangka
memelihara kepercayaan publik terhadap Pasar Modal Indonesia.
b. Memberikan efek jera kepada pelaku Pasar Modal, khususnya manajemen Emiten, agar
lebih cermat dan bertanggungjawab atas kebenaran dari keterangan yang diberikan
kepada publik.
17
Modul Hukum dan Etika WPPE | Edisi 2016
Modul Hukum & Etika |KEJAHATAN DI BIDANG PASAR MODAL
4. Disamping pengenaan sanksi di atas, Bapepam-LK masih melanjutkan pemeriksaan terhadap
indikasi adanya perdagangan saham berdasarkan informasi orang dalam yang diduga
dilakukan oleh pihak orang dalam PT PGN dan pihak-pihak yang terkait dengan transaksi
yang dilakukan oleh Perusahaan Efek Anggota Bursa (insider trading).
2) Penyelesaian terhadap Pelanggaran Insider Trading
Menindaklanjuti Press Release Bapepam tanggal 13 Maret 2007 point ke 5 diatas, Bapepam
akhirnya mengeluarkan Press Release terhadap pelanggaran Insider Trading PT.PGN pada
tanggal 27 Desember 2007, yang isinya sebagai berikut:
i. Kasus ini bermula dari terjadinya penurunan secara signifikan harga saham PGAS di Bursa
Efek Indonesia (d/h Bursa Efek Jakarta), yaitu sebesar 23,36%, dari Rp9.650 (harga
penutupan pada tanggal 11 Januari 2006) menjadi Rp7.400 per lembar saham pada tanggal
12 Januari 2007.
ii. Penurunan harga saham tersebut sangat erat kaitannya dengan press release yang dilakukan
oleh PGAS sehari sebelumnya (11 Januari 2007), dimana dalam press release tersebut
dinyatakan bahwa terjadi koreksi atas rencana besarnya volume gas yang akan dialirkan,
yaitu mulai dari (paling sedikit) 150 MMSCFD menjadi 30 MMSCFD.
iii. Selain itu, juga dinyatakan bahwa tertundanya gas in (dalam rangka komersialisasi) yang
semula akan dilakukan pada akhir Desember 2006 tertunda menjadi Maret 2007. Informasi
yang direlease tersebut sebenarnya sudah diketahui oleh manajemen PGAS sejak tanggal 12
September 2006 (informasi tentang penurunan volume gas) serta sejak tanggal 18 Desember
2006 (informasi tertundanya gas in).
iv. Kedua informasi tersebut dikategorikan sebagai informasi yang material dan dapat
mempengaruhi harga saham di Bursa Efek, hal tersebut tercermin dari penurunan harga
saham PGAS pada tanggal 12 Januari 2007.
v. Bahwa pada periode 12 September 2006 sampai dengan 11 Januari 2007, orang dalam PGAS
yang melakukan transaksi saham PGAS yaitu: Sdr. Adil Abas, Sdr. Nursubagjo Prijono, Sdr.
WMP Simanjuntak, Sdr. Widyatmiko Bapang, Sdr. Iwan Heriawan, Sdr. Djoko Saputro, Sdr.
Hari Pratoyo, Sdr. Rosichin, Sdr. Thohir Nur Ilhami.
vi. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka Bapepam-LK menetapkan sanksi administratif
berupa denda terhadap:
1. Sdr. Adil Abas sebesar Rp30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah);
2. Sdr. Nursubagjo Prijono sebesar Rp53.000.000,00 (lima puluh tiga juta rupiah);
3. Sdr. WMP Simanjuntak sebesar Rp2.330.000.000,00 (dua miliar tiga ratus tiga puluh juta
rupiah);
4. Sdr. Widyatmiko Bapang sebesar Rp25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah);
5. Sdr. Iwan Heriawan sebesar Rp76.000.000,00 (tujuh puluh enam juta rupiah);
6. Sdr. Djoko Saputro sebesar Rp154.000.000,00 (seratus lima puluh empat juta rupiah);
7. Sdr. Hari Pratoyo sebesar Rp9.000.000,00 (sembilan juta rupiah);
8. Sdr. Rosichin sebesar Rp184.000.000,00 (seratus delapan puluh empat juta rupiah); dan
9. Sdr. Thohir Nur Ilhami sebesar Rp317.000.000,00 (tiga ratus tujuh belas juta rupiah).
vii. Sanksi tersebut ditetapkan antara lain dengan mempertimbangkan pola transaksi dan akses
yang bersangkutan terhadap informasi orang dalam.
2. Kasus Insider Trading Dalam Perdagangan Saham PT Lippo e-Net Tbk
Pada tanggal 31 Juli 2000, Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) mengumumkan hasil
pemeriksaan terhadap kasus penerbitan press release PT Lippo e-Net Tbk. dan transaksi saham
PT. Lippo e-Net Tbk. (d/h PT Lippo Life Tbk.) di Bursa Efek Jakarta sebagai berikut:
1) Berkaitan dengan keberadaan Press Release PT Lippo e-Net Tbk. :
a. Bahwa dalam periode Januari 2000 s.d. Februari 2000, PT. Lippo e-Net Tbk. telah
menerbitkan sekaligus mempublikasikan 9 (sembilan) press release yang mengundang
kontroversi di kalangan masyarakat, khususnya investor Pasar Modal;
b. Bahwa di antara kesembilan press release tersebut, beberapa di antaranya mengandung
informasi yang kurang tuntas penjabarannya serta kurang didukung oleh fakta-fakta yang
dapat menguatkan atau dapat menjelaskan informasi yang tertuang di dalamnya;
c. Bahwa dari pemeriksaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan:
i. PT. Lippo e-Net Tbk. tidak cukup berhati-hati dalam menuangkan informasi mengenai
perseroan dalam press release tersebut, serta kurang memperhatikan waktu yang
18
Modul Hukum dan Etika WPPE | Edisi 2016
Modul Hukum & Etika |KEJAHATAN DI BIDANG PASAR MODAL
tepat dalam menerbitkan dan menyebarluaskan press release tersebut kepada
masyarakat sehingga berpotensi menyesatkan Pihak yang membacanya;
ii. Direksi dan Komisaris PT Lippo e-Net Tbk. tidak cukup berhati-hati dalam memberikan
komentar dan pernyataan mengenai perseroan dalam press release tersebut sehingga
dapat menimbulkan interpretasi yang berbeda dan berpotensi menyesatkan Pihak
yang membacanya.
d. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, Bapepam menetapkan sanksi administratif dan
mewajibkan perseroan untuk melakukan hal-hal sebagai berikut:
i.
Memperingatkan PT Lippo e-Net Tbk. untuk:
a) Berhati-hati di kemudian hari dalam menyebarluaskan informasi dalam bentuk
dan cara apapun, termasuk dengan cara penerbitan press release;
b) memperhatikan waktu yang tepat dalam menyebarluaskan informasi tersebut
dikaitkan dengan persiapan internal dan kondisi aktual perseroan;
c) menghindari penggunaan kata-kata atau kalimat yang dapat menimbulkan
interpretasi berbeda dalam publikasi yang diterbitkan perseroan;
ii.
Mengenakan sanksi administratif berupa denda kepada PT Lippo e-Net Tbk. sebesar
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah);
iii.
Mewajibkan PT Lippo e-Net Tbk. untuk menanggung seluruh biaya registrasi saham PT
Lippo e-Net Tbk. dalam rangka implementasi perdagangan saham tanpa warkat
(scripless trading);
iv.
Mewajibkan PT Lippo e-Net Tbk. untuk mengumumkan pada 2 (dua) surat kabar
harian berbahasa Indonesia, yang salah satu di antaranya mempunyai peredaran
nasional mengenai perkembangan terakhir kegiatan usaha perseroan di bidang cyber
internet dan ecommerce selambat-lambatnya 2 (dua) minggu setelah surat ini
ditetapkan.
e. Selain itu, Bapepam juga menetapkan sanksi administratif dan mewajibkan Direksi dan
Komisaris perseroan untuk melakukan hal-hal sebagai berikut:
i.
Memperingatkan Direksi dan Komisaris perseroan untuk lebih cermat, teliti, dan
berhati-hati dalam memberikan komentar dan pernyataan, khususnya yang akan
dimuat dalam press release atau media komunikasi publik lainnya;
ii. Mewajibkan Direksi dan Komisaris PT. Lippo e-Net Tbk. Untuk membayar sebesar
Rp5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah) atas ketidakhati-hatiannya dalam memenuhi
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal yang harus segera
disetor ke Kas Negara.
2) Berkaitan dengan transaksi saham LPLI di Bursa Efek Jakarta, Bapepam juga mencermati
bahwa bersamaan dengan sekuen penerbitan press release, salah satu afiliasi dari Lippo e-Net,
yakni PT. Lippo Securities Tbk., aktif mentransaksikan saham Lippo e-Net di Bursa Efek Jakarta
untuk kepentingan nasabahnya melalui perantaraan 2 Wakil Perusahaan Efek yang berasal dari
2 anggota bursa yang berbeda. Praktek tersebut, tidak atau kurang sejalan dengan tekad dan
semangat untuk menciptakan pasar modal yang teratur, wajar dan efisien.
Untuk mencegah terjadinya hal serupa di kemudian hari, dan sebagai upaya untuk membuat
jera pelaku lainnya (deterrent effect), berkaitan dengan transaksi saham Lippo e-Net di Bursa
Efek Jakarta yang terjadi selama periode Januari – Pebruari 2000 tersebut, Bapepam
menetapkan sanksi administratif dan mewajibkan Pihak di bawah ini untuk melakukan hal-hal
sebagai berikut:
a. Peringatan Tertulis kepada PT Lippo Securities Tbk. dan denda sebesar Rp500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah);
b. Mewajibkan kepada PT Lippo Securities Tbk. untuk menanggung seluruh biaya registrasi
saham PT Lippo Securities Tbk. Dalam rangka perdagangan tanpa warkat (scriples trading);
c. Peringatan Tertulis kepada Direksi PT Lippo Securities Tbk.;
d. Peringatan Tertulis dan pembekuan izin orang perseorangan atas nama Sdr. Lina Haryanti
Latif selaku Wakil Perantara Pedagang Efek pada PT Lippo Securities Tbk. selama 3 (tiga)
bulan;
e. Peringatan Tertulis dan pembekuan izin orang perseorangan atas nama Sdr. Peter Indra
Lembong selaku Wakil Penjamin Emisi Efek pada PT Lippo Securities Tbk. selama 2 (dua)
minggu;
f. Peringatan Tertulis dan pembekuan izin orang perseorangan atas nama Sdr. D. Fona
Marundrury selaku Wakil Perantara Pedagang Efek pada PT Ciptadana Sekuritas selama 2
(dua) bulan;
g. Peringatan Tertulis dan pembekuan izin orang perseorangan atas nama Sdr. Johanes T
Sutiono selaku Wakil Perantara Pedagang Efek pada PT Intan Artha Parama selama 3 (tiga)
minggu.
3) Seluruh bentuk penetapan sanksi dan kewajiban untuk melakukan tindakan tertentu di atas
merupakan alternatif penyelesaian kasus yang ditawarkan Bapepam kepada Pihak terkait.
Dalam hal Pihak dimaksud tidak atau belum melaksanakan baik sebagian maupun seluruh
19
Modul Hukum dan Etika WPPE | Edisi 2016
Modul Hukum & Etika |KEJAHATAN DI BIDANG PASAR MODAL
ketetapan Bapepam dalam jangka waktu yang telah ditentukan, Bapepam akan meningkatkan
kegiatan Pemeriksaan ke tahap Penyidikan.
4) Berkaitan dengan kasus PT. Fisakaragung Perkasa Tbk., Bapepam telah memerintahkan
kepada Performa Investment Limited, salah satu Pihak yang dikategorikan sebagai Orang
Dalam yang telah mentransaksikan saham emiten, untuk mengembalikan manfaat dan atau
hasil penjualannya senilai Rp. 396,5 juta ke Kas Negara dalam jangka waktu 30 (tigapuluh)
hari. Dalam hal Pihak bersangkutan tidak melaksanakan kewajiban tersebut dalam jangka
waktu yang telah ditentukan, Bapepam akan meningkatkan Pemeriksaan ke tahap Penyidikan.
D. Sanksi
Pelanggaran terhadap UU Pasar Modal dan peraturan pelaksanaanya dapat bersifat pelanggaran
administratif dan atau pelanggaran pidana. Pelanggaran administratif dapat dikenakan sanksi
administratif, sedangkan pelanggaran pidana dapat diekanakan dikenai sanksi pidana berupa
pidana penjara dan atau denda.
D.1 Sanksi Administratif
Sanksi administratif adalah sanksi yang dikenakan oleh OJK kepada pihak-pihak yang dianggap
melanggar peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal. Pihak yang dapat dijatuhkan
sanksi adalah:
 Pihak yang memperoleh izin dari OJK
 Pihak yang memperoleh persetujuan dari OJK
 Pihak yang melakukan pendaftaran kepada OJK
Jenis sanksi administratif yang dapat dijatuhkan oleh Bapepam kepada pihak-pihak tersebut di atas
adalah:
a. Peringatan tertulis;
b. Denda (Kewajiban untuk membayar sejumlah uang tertentu);
c. Pembatasan Kegiatan usaha;
d. Pembekuan Kegiatan usaha;
e. Pencabutan izin usaha;
f. Pembatalan persetujuan;
g. Pembatalan pendaftaran;
Untuk sanksi denda, UUPM Pasal 102 Ayat 3 menyatakan bahwa sanksi administratif diatur oleh
Peraturan Pemerintah, yaitu PP No.45 Tahun 1995. Sedangkan tata cara penagihannya diatur
didalam Peraturan XIV.B.1Tata Cara Penagihan Sanksi Administratif Berupa Denda. Besarnya
jumlah sanksi denda bervariasi yaitu:
1. Denda Rp500.000,00 (Lima ratus ribu rupiah) per hari dengan maksimal Rp.500.000.000,00
(Lima Ratus juta rupiah).
2. Denda Rp100.000,00 (Seratus ribu rupiah) per hari dengan maksimal Rp.100.000.000,00
(Seratus juta rupiah)
3. Denda Maksimal Rp500.000.000,00 (Lima ratus juta rupiah) untuk pihak yang bukan orang
perseorangan.
4.
Denda Maksimal Rp100.000.000,00 (Seratus juta rupiah) untuk orang perseorangan.
D.2 Sanksi Pidana
Sanksi pidana di bidang pasar modal diatur dalam Pasal 103 hingga Pasal 110 UU 8/1995
No Pasal
Keterangan
Sanksi Pidana
1
Pasal 103 Ayat (1)
Menyatakan
setiap
pihak
yang Pidana Penjara maksimal 5
melakukan kegiatan di pasar modal tahun
tanpa iizin sebagai bursa efek (Pasal 6), Denda Rp5.000.000. 000.,tanpa izin sebagai LKP dan LPP (Pasal (lima miliar rupiah)
13), tanpa izin sebagai perusahaan
reksa dana (Pasal 18), tanpa izin
sebagai perusahaan efek (Pasal 30),
tanpa izin sebagai penasehat investasi
(Pasal 34), tanpa persetujuan sebagai
kustodian (Pasal 43), tanpa izin sebagai
biro administrasi efek (pasal 48), tanpa
pendaftaran sebagai wali amanat (pasal
50), tanpa pendaftaran sebagai profesi
penunjang pasar modal (pasal 64),
20
Modul Hukum dan Etika WPPE | Edisi 2016
Modul Hukum & Etika |KEJAHATAN DI BIDANG PASAR MODAL
2
Pasal 103 Ayat (2)
3
Pasal 103 ayat (2)
4
Pasal 104
5
Pasal 105
6
Pasal 106 Ayat (1)
7
Pasal 108
diancam pidana penjara maksimal 5
(lima) tahun dan denda maskimal Rp. 5
miliar.
Menyatakan
setiap
pihak
yang
melakukan kegiatan (sebagai wakil
perusahan efek) tanpa memperoleh izin
dari
Bapepam–LK
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 32, diancam
dengan pidana kurungn paling lama satu
tahun dan denda paling banyak Rp. 1
Miliar
Menyatakan
setiap
pihak
yang
melakuakn kegiatan (sebagai wakikl
perusaah efek) tanpa memperoleh izin
dari
Bapepam-LK
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 32, diancam
dengan pidana kurungan paling lama
satu tahun dan denda paling banyak
Rp1 miliar.
Menyatakan
setiap
pihak
yang
melanggar
ketentuan
penipuan,
manipulasi pasar, dan perdagangan
orang
dalam
(insider
trading)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90,
Pasal 91, Pasal 92, Pasal 93, Pasal 95,
Pasal 97 ayat (1) dan Pasal 98, diancam
dengan pidana penjara peling lama 10
(sepuluh) tahun dan denda paling
banyak Rp15 miliar.
Menyatakan manajer investasi dan atau
pihak terafilisinya yang melanggar
ketentuan sebagaimana
dimaksud
dalam Pasal 42 diancam dengan pidana
kurungan paling lama satu tahun dan
denda paling banyak Rp. 1 miliar. Pasal
42 menyatakan perusahaan efek yang
bertindak sebagai manajer investasi
atau
pihak
terafilisinya
dilarang
menerima imbalan dalam bentuk apa
pun, baik langsung maupun tidak
langsung, yang dapat memperngaruhi
manajer investasi yang bersangkutan
untuk membeli atau menjual efek untuk
reksadana.
Mengatur sanksi pidana bagi emiten
yang melakukan penawaran umum
tanpa terlebih dulu menyampaikan
pernyataan pendaftaran sebagai mana
diatur Pasal 70 Ayat (1) . Pelanggar
ketentuan ini dapat diancam dengan
pidana penjara paling lama 10 tahun
dan denda paling banyak Rp.15 miliar.
Sementara itu, bagi perusahaan publik
yang tidak menyampaikan pernyataan
pendaftaran sebagaimana diatur Pasal
73, dapat diancam dengan pidana
penjara paling lama tiga tahun dan
denda maksimal Rp 5 miliar.
Menyatakan ancaman pidana penjara
atau pidana kurungan dan denda
sebagiamana dimaksud dalam Pasal
103, Pasal 104, Pasal 105, Pasal 106,
dan Pasal 107 berlaku pula bagi pihak
yang baik langsung maupun tidak
Sanksi Pidana kurungan 1
(satu ) tahun
Denda Rp1.000.000.000,(satu miliar rupiah)
Sanksi Pidana Kurungan 1
(satu) tahun
Denda
Rp1.000.000.000,(satu miliar rupiah)
Sanksi Pidana penjara 10
(sepuluh) tahun
Denda paling banyak
Rp15.000.000.000,- (lima
belas miliar rupiah)
Sanksi Pidana kurungan 1
(satu) tahun
Denda Rp1.000.000. 000,(satu miliar rupiah)
a. Bagi Emiten Yang Belum
melakukan Pendaftaran
Sanksi pidana penjara
paling lama 10 tahun dan
denda
paling
banyak
Rp.15 miliar
b. Bagi Perusahaan Publik
Sanksi Pidana penjara
paling lama tiga tahun
dan
Denda
maksimal
Rp
5.000.000.000,(lima
miliar rupiah).
21
Modul Hukum dan Etika WPPE | Edisi 2016
Modul Hukum & Etika |KEJAHATAN DI BIDANG PASAR MODAL
8
Pasal 109
9
Pasal 110
langsung ikut mempengaruhi pihak lain
untuk melakukan pelanggaran pasalpasal dimaksud
Menyatakan setiap pihak yang tidak
mematuhi atau menghambat
pelaksaan Pemeriksaan oleh Bapepam
sebagaimana diatur Pasal 100, diancam
dengan pidana kurungan paling lama 1
(satu) tahun dan denda maksimal Rp.1
miliar
1) Menyatakan
tindak
pidana
sebagaimana yang dimaksud dalam
Pasal 105 dan Pasal 109 adalah
pelanggaran.
2) Menyatakan tindak pidana yang
sebagaiaman dimaksud dalam Pasal
103 ayat (1), Pasal 104, Pasal 106,
dan Pasal 107 adalah kejahatan.
Sanksi
Pidana
kurungan
paling lama 1 (satu) tahun
dan
Denda maksimal
Rp.1.000.000.000
(satu miliar rupiah)
E. Daftar Istilah
No
Istilah
1
Manipulasi Pasar
2
Pump & Dump or Hype &
Dump
Keterangan
Sebuah upaya yang disengaja untuk mengganggu kondisi pasar
yang bebas dan wajar dengan menciptakan gambaran yang
semu, palsu dan menyesatkan sehubungan kondisi pasar,
kegiatan perdagangan ataupun harga.
Dua Kategori Besar Manipulasi:
1. Manipulasi Pengungkapan (Disclosure based manipulation)
Terjadi bila seseorang menyebarkan informasi palsu atau
menyesatkan tentang nilai atau volume perdagangan dari
suatu efek.
2. Manipulasi klasik tentang perdagangan (Classic trading
manipulation)
Ini adalah pembelian atau penjualan efek yang menipu dan
dapat menyesatkan orang lain tentang nilai atau volume
perdagangan atas efek tersebut.
Modus Operandi:
• Penggunaan satu atau lebih akun miliknya atau akun milik
calon nasabah
• Pengendalian atas jumlah saham emiten tertentu yang dapat
diperdagangkan oleh investor publik
• Penggunaan akun miliknya atau milik calon nasabah sebagai
pool
• Seringnya aksi DFOP/RFOP or SECTRS*)
• Penggunaan (paid) promotors
• Siaran pers, pembicaraan dunia maya, rekomendasi analis
yang sering keliru
Istilah
DFOP = Delivery Free of Payment
RFOP = Receiver Free of Payment
SECTRS = Securities Transfer
Konsekuensi Negatif:
• Munculnya perdagangan aktif yang palsu dan menyesatkan
• Terbentuknya harga saham yang palsu dan menyesatkan
• Membahayakan integritas pasar
• Merusak pasar yang wajar, jujur, dan tertib
• Investor yang jujur menderita kerugian
• Pelaku yang keluar dari pasar dengan memperoleh keuntungan
ilegal
• Investor akan enggan masuk pasar
• Orang dalam dan promotor mempromosikan saham atau emiten
melalui berbagai cara yang menipu untuk membangkitkan minat
22
Modul Hukum dan Etika WPPE | Edisi 2016
Modul Hukum & Etika |KEJAHATAN DI BIDANG PASAR MODAL
3
Wash Sales/False
Trading
4
Matched Orders
5
Marking the Close
6
Scalping
7
Cornering
(Domination
and Control of Market)
8
Pools
terhadap saham sehingga menyebabkan harga naik:
- Salah press release
- Percakapan internet
- Rekomendasi analis
• Setelah saham mencapai harga tertentu, orang dalam atau
promotor menjual saham mereka kepada publik yang tidak
curiga dan pergi dengan keuntungan
• Melibatkan baik pembeli dan penjual efek dalam satu transaksi
yang sama
• Tidak ada perubahan kepemilikan surat berharga
• Tujuannya untuk menciptakan penampilan palsu perdagangan
aktif di pasar untuk keamanan
• Dapat dilakukan pada berturut-turut lebih tinggi dan harga lebih
tinggi untuk memindahkan harga pasar atas keamanan
• Terjadi ketika seseorang membeli saham yang kurang likuid
dan kemudian menempatkan posisi jual atau beli (yang sesaat)
atas saham tersebut.
• Perintah jual atau beli ini memiliki substansi yang sama baik
dalam hal jumlah, harga dan waktunya
Tujuannya untuk memperlihatkan (seolah-olah) ada minat baru
terhadap sebuah saham sehingga menarik orang lain untuk
ikut bertransaksi terhadap saham tersebut
• Berulangkali menaikkan penawaran harga atau harga yang
mendekati harga penutupan pasar
• Membeli saham dengan/ mendekati harga penutupan yang
terus meningkat
• Berusaha memberikan sinyal positif kepada pasar
• Harga pasar penutupan dipakai oleh profesional dan investor di
pasar sebagai acuan untuk menentukan trend harga.
• Sebuah praktek di mana seseorang, misalnya: penasihat
investasi, membeli surat berharga untuk akunnya sendiri untuk
kemudian
merekomendasikan
dan
menjualnya
dengan
memperoleh keuntungan atas kenaikan harga pasar yang
terjadi
• Di mana seseorang membeli saham dengan volume yang besar
karena mengetahui bahwa pelaku pasar lainnya akan dipaksa
untuk membeli darinya dengan harga lebih tinggi
• Sebuah praktek yang serupa adalah “pemerasan kasar" di
mana seseorang mengambil keuntungan atas kurangnya
ketersediaan efek dengan mengendalikan sisi permintaan dan
menciptakan harga artifisial.
• Perjanjian diantara beberapa kelompok traders/investors yang
mendelegasikan wewenang kepada satu orang pengelola untuk
memperdagangkan saham tertentu, pada satu periode waktu
tertentu dan kemudian membagi bersama keuntungan ataupun
kerugian yang terjadi.
23
Modul Hukum dan Etika WPPE | Edisi 2016
Modul Hukum & Etika |KEJAHATAN DI BIDANG PASAR MODAL
9
Perdagangan
Orang
Dalam (Insider Trading
atau Insider Dealing)
Efficient Market Hypothesis:
1. Semua informasi yang tersedia mengenai prospek keuangan
perusahaan dicerminkan pada harga pasar Efek
2. Pasar sangat mengandalkan informasi tersebut untuk
menentukan harga suatu Efek yang diperdagangkan di pasar
Pasar menjadi tidak efisien lagi ketika beberapa Pihak
memiliki informasi lebih dibanding orang lain (information
asymmetry).
Perdagangan orang dalam dilarang karena:
1. Merusak efisiensi pasar, kewajaran pasar, dan keyakinan
investor
2. Mengakibatkan kerugian bagi investor yang innocent
Definisi Orang Dalam:
1. Komisaris, Direktur, atau pegawai Emiten
2. Pemegang Saham Utama Emiten
3. Orang perseorangan yang karena kedudukan atau profesinya
atau
karena
hubungan
usahanya
dengan
Emiten
memungkinkan orang tersebut memperoleh informasi orang
dalam
4. Pihak yang dalam waktu 6 bulan terakhir tidak lagi menjadi
Pihak sebagaimana dimaksud dalam ketiga definisi diatas.
Definisi Informasi Orang Dalam:
Informasi material yang dimiliki oleh orang dalam yang belum
tersedia untuk publik.
Yang dimaksud dengan informasi material adalah informasi atau
fakta penting dan relevan mengenai peristiwa, kejadian, atau
fakta yang dapat mempengaruhi harga efek pada Bursa Efek dan
atau keputusan pemodal, calon pemodal, atau pihak lain yang
berkepentingan atas informasi atau fakta tersebut. Contoh:
pengumuman penemuan produk baru, pengumuman pendapatan
atau laba bersih, merger dan akuisisi, dan laporan riset.
10
Informasi
Materill
atau
Fakta
Informasi atau Fakta Materil yang diperkirakan dapat
mempengaruhi efek atau keputusan investasi pemodal dapat
dilihat dalam Pasal 6 Peraturan OJK No. 31 /POJK.04/2015
tentang Keterbukaan atas Informasi atau Fakta Material Oleh
Emiten atau Perusahaan Publik, yaitu:
1) Penggabungan usaha, pemisahan usaha, peleburan usaha,
atau pembentukan usaha patungan;
2) Pengajuan tawaran untuk pembelian Efek perusahaan lain;
3) Pembelian atau penjualan saham perusahaan yang nilainya
material;
4) Pemecahan saham atau penggabungan saham;
5) Pembagian dividen interim;
6) Penghapusan pencatatan dan pencatatan kembali saham di
Bursa Efek;
7) Pendapatan berupa dividen yang luar biasa sifatnya;
8) Perolehan atau kehilangan kontrak penting;
9) Penemuan baru atau produk baru yang memberi nilai
tambah bagi perusahaan;
10) Penjualan tambahan Efek kepada masyarakat atau secara
terbatas yang material jumlahnya;
11) Perubahan dalam pengendalian baik langsung maupun tidak
langsung terhadap Emiten atau Perusahaan Publik;
12) Perubahan anggota Direksi dan/atau anggota Dewan
Komisaris
13) Pembelian kembali atau pembayaran Efek Bersifat Utang
dan/ atau Sukuk;
14) Pembelian atau penjualan aset yang sifatnya penting;
15) Perselisihan tenaga kerja yang dapat mengganggu
24
Modul Hukum dan Etika WPPE | Edisi 2016
Modul Hukum & Etika |KEJAHATAN DI BIDANG PASAR MODAL
operasional perusahaan;
16) Perkara hukum terhadap Emiten atau Perusahaan Publik
dan/atau anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris
Emiten atau Perusahaan Publik yang berdampak material;
17) Penggantian Akuntan yang sedang diberi tugas mengaudit
Emiten atau Perusahaan Publik;
18) Penggantian Wali Amanat;
19) Penggantian Biro Administrasi Efek;
20) Perubahan tahun buku Emiten atau Perusahaan Publik;
21) Perubahan penggunaan mata uang pelaporan dalam
laporan keuangan;
22) Emiten atau Perusahaan Publik berada dalam pengawasan
khusus dari regulator terkait yang dapat mempengaruhi
kelangsungan usaha Emiten atau Perusahaan Publik;
23) Pembatasan kegiatan usaha Emiten atau Perusahaan Publik
oleh regulator terkait;
24) Perubahan atau tidak tercapainya proyeksi keuangan yang
telah dipublikasikan, secara material;
25) Adanya kejadian yang akan menyebabkan bertambahnya
kewajiban keuangan atau menurunnya pendapatan Emiten
atau Perusahaan Publik secara material;
26) Restrukturisasi utang;
27) Penghentian atau penutupan sebagian atau seluruh segmen
usaha;
28) Dampak yang bersifat material terhadap Emiten atau
Perusahaan Publik karena kejadian yang bersifat memaksa;
29) Informasi atau Fakta Material lainnya
25
Modul Hukum dan Etika WPPE | Edisi 2016
Download