Uploaded by User54586

LAPORAN PRAKTIKUM 1 kultur bakteri dengan metode streak plate

advertisement
LAPORAN PRAKTIKUM 1
BLOK JEJAS DAN RESPON IMUN
KULTUR BAKTERI DENGAN METODE STREAK
PLATE METHOD
Anggota:
1. Lailatul Muthmainnah
(191610101111)
2. Fatricia Morauli
(191610101112)
3. Moh. Aflah Ash Shiddiqy
(191610101114)
4. Normalita Sari A. H. P
(191610101115)
5. Methildis Victoria D. A
(191610101116)
6. Nur SHinta Lestari
(191610101117)
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS NEGERI JEMBER
2020
PEMBAHASAN
1) Syarat pertumbuhan bakteri
Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran atau substansi atau
massa zat suatu organisme. Pada organisme bersel satu pertumbuhan lebih
diartikan sebagai pertumbuhan koloni, yaitu pertambahan jumlah koloni, ukuran
koloni yang semakin besar atau substansi atau massa mikroba dalam koloni
tersebut semakin banyak. Salah satu jenis mikroba yaitu bakteri. Dalam
pertumbuhannya, bakteri membutuhkan komponen-komponen untuk mendukung
proses pertumbuhan antara lain:
a.
Nutrisi
Bakteri sama dengan mahkluk hidup lainnya, memerlukan suplai nutrisi
sebagai sumber energi dan pertumbuhan selnya. Unsur-unsur dasar tersebut
adalah karbon, nitrogen, hidrogen, oksigen, sulfur, fosfor, zat besi, dan sejumlah
unsur lainnya. Dalam praktikum kultur bakteri dengan metode streak plate ini,
nutrient agar (NA) yang berperan sebagai sumber nutrisi bakteri.
b.
Oksigen
Tersedianya oksigen memengaruhi jenis mikroba yang dapat tumbuh.
Mikroba dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu mikroba yang bersifat
aerob ((membutuhkan oksigen), anaerob (tidak membutuhkan oksigen), dan
anaerob fakultatif (dapat hidup pada keadaan ada atau tidak adanya oksigen).
contoh bakteri yang bersifat anaerob fakultatif yaitu lactobacillus plantarum.
c.
Temperatur
Temperatur merupakan faktor fisik
yang memengaruhi pada laju
pertumbuhan melalui reaksi kimia dan stabilitas struktur molekul protein. Pada
suhu 37℃ bakteri dapat beradaptasi untuk hidup dan tumbuh dengan optimal.
Temperatur sangat memengaruhi kecepatan pertumbuhan bakteri, kecepatan
sintesis enzim, dan kecepatan inaktivasi enzim. Berdasarkan daerah suhu
mikroba dapat dibagi menjadi 3, yaitu mikroba psikrofil (0-30℃), mikroba
messofil (30-60℃), dan mikroba termofil (40-80℃)
d.
pH
Berdasarkan pH kehidupannya, mikroba dibagi menjadi 3 golongan, yaitu
mikroba asidofilik (pH 2,0-5,0), mikroba mesofilik (pH 5,5-8,0), dan mikroba
alkafilik (pH8,4-9,5). Bakteri membutuhkan pH optimal untuk pertumbuhannya,
yaitu berada di rentang pH 6,0-8,0. Apabila terdapat perubahan pH lingkungan
maka akan memengaruhi enzim dalam membentuk kompleks enzim substrat.
Selain itu, dapat menyebabkan proses denaturasi yang dapat menurunkan
aktivitas enzim dan mengakibatkan pertumbuhan bakteri juga menurun.
2) Pertumbuhan bakteri pada media padat
Mikroorganisme dapat ditumbuhkan dan dikembangkan pada suatu substrat
yang disebut medium. Untuk mengembangbiakkan mikroorganisme seperti
jamur, bakteri, ataupun yang lainnya diperlukan media. Media adalah suatu
substansi yang terdiri dari campuran zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan
untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan jasad renik (mikroorganisme).
Media padat mengandung bahan pemadat atau agar sekitar 15% sehinga
memiliki tekstur padat. Menurut bentuk dan wadahnya dibedakan menjadi 3
jenis: media tegak, media miring, dan media lempeng. Pada umumnya media ini
dipergunakan untuk menumbuhkan bakteri maupun jamur. Pada media lempeng
agar digunakan untuk mengisolasi mikrooorganisme karena pada media ini akan
tumbuh isolat atau koloni-koloni bakteri dan jamur yang terdapat pada sampel
yang dikultur. Dengan demikian, mengindentifikasi mikroorganisme dapat
dilakukan secara makroskopis.
Menurut jutono,dkk. (1980), terdapat beberapa sifat khusus pada koloni
dalam jenis medium padat, yaitu:
1.
Media agar lempengan
a.
Bentuk koloni mikroorganisme akan tampak berupa titik-titik, bulat,
benang, kumparan, dan mirip benang.
b.
Permukaan koloni dasar, timbul mendatar, timbul melengkung,
cembung, membukit, dan berkawah.
c.
Tepi koloni dapat berbentuk utuh, berombak, berbelah-belah, bergerigi,
berbenang, dan keriting.
2.
Media agar miring
a.
Bentuk dan tepi koloni dapat berbentuk serupa batang dan akar.
3.
Media agar padat
a.
Terdapat bakteri yang dapat mengencerkan gelatin, tetapi ada juga
bakteri yang tidak mampu mengencerkan gelatin.
b.
Bentuk koloni mikroorganisme dapat berupa pedangm tasbih, bertonjol,
berjonjot, serupa batang, kawah, mangkuk, corong, dan pundi-pundi.
3) Cara mengisolasi bakteri
Streak Plate Method (Metode Cawan Gores)
Tujuan dari teknik penanaman mikroba dengan goresan adalah untuk
mengisolagi mikroorganisme dari campurannya atau meremajakan kultur ke
dalam media baru. Biasanya cara ini digunakan untuk mengisolasi koloni
mikroba pada media-agar sehingga mendapatkan koloni dan biakan murni. Dasar
dari cara ini adalah menggoreskan suspensi bahan yang mengandung mikroba
pada permukaan media-agar yang sesuai pada cawan petri. Setelah inkubasi,
goresan tadi akan ditumbuhi koloni yang terpisah-pisah dan memiliki
kemungkinan berasal dari satu sel mikroba, sehingga dapat dikultur lebih lanjut.
Penggoresan yang terjadi dengan sempurna seringkali menghasilkan koloni
yang terpisah. Bakteri yang memiliki flagella akan membentuk koloni secara
terpisah atau menyebar bila menggunakan media basah. Untuk itu pencegahan
yang dapat dilakukan dengan menggunakan lempengan media-agar yang benarbenar kering permukaannya.
Metode Cawan Gores sendiri memiliki beberapa tipe, yaitu :
a. Tipe goresan sinambung
Goresan sinambung biasanya digunakan bukan untuk mendapatkan koloni
tunggal, tetapi untuk peremajaan ke cawan atau media baru.
b. Tipe goresan kuadran
Goresan kuadran dibagi ke dalam empat bagian atau wilayah. Pembagian
ini diharapkan akan memisahkan koloni bakteri dengan lebih baik dan
diharapkan diperolehnya koloni tunggal dari bakteri.
c. Tipe goresan T
Goresan T digunakan dengan membagi menjadi tiga wilayah goresan
dan bertujuan untuk mendapatkan koloni tunggal.
4) Cara reproduksi bakteri
Reproduksi bakteri dibagi menjadi dua, yaitu reproduksi aseksual dan
reproduksi seksual. Reproduksi aseksual yaitu hanya melibatkan satu bakteri,
sedangkan reproduksi seksual melibatkan dua bakteri. Reproduksi aseksual dapat
terjadi melalui pembelahan biner. Fungsi dari reproduksi aseksual ini adalah
untuk memperbanyak diri dengan rumus 2n. Pada pembelahan ini, sel bakteri
yang awalnya hanya satu sel akan melakukan replikasi atau penggandaan DNA
dari satu DNA menjadi dua DNA. Kemudian bakteri akan memperpanjang sel
tubuhnya menjadi dua kali lipat lebih panjang dalam tahapan elongasi dan
dinding sel serta membrane plasma mulai membelah. Selanjutnya, pada sel
bakteri tersebut akan terbentuk bidang pembelahan atau septum lalu terbelah
menjadi dua sel bakteri yang mempunyai ukuran dan jumlah sel yang sama
dengan induk. Dengan cara ini, bakteri ini dapat memperbanyak diri dan
dibutuhkan waktu 10 – 20 menit untuk melakukan pembelahan sel tersebut.
Gambar 1. Pembelahan biner pada bakteri
Reproduksi seksual pada bakteri sangat berbeda dengan makhluk lainnya
karena yang terjadi hanyalah pemindahan materi genetic saja. Materi genetic
bakteri adalah DNA. Tujuan dari reproduksi seksual dari bakteri untuk
rekombinasi gen, bukan memperbanyak diri. Rekombinasi gen merupakan
peristiwa tercampurnya materi genetic atau DNA dari dua sel bakteri yang
berbeda sehingga terbentuklah DNA rekombinan. Dalam rekombinasi gen, akan
dihasilkan dua bakteri dengan materi genetic campuran yang terbagi menjadi tiga
cara , yaitu konjugasi, transformasi, dan transduksi.
4.1 Transformasi
Reproduksi bakteri dengan cara transformasi adalah dengan memindahkan
sedikit materi genetic berupa DNA atau gen dari sel bakteri yang satu ke sel
bakteri lainnya. Pada proses transformasi, sel bakteri yang berperan sebagai
donor DNA mengalami lisis atau pecah. DNA keluar dari sel tersebut kemudian
akan tersebar dalam bentuk potongan-potongan atau fragmen DNA. Kemudian
fragmen DNA donor ditarik oleh sel resipien atau sel penerima dan DNA donor
menggantikan tempat DNA resipien yang terlepas. Fragmen DNA donor akan
bersatu dengan DNA resipien sehingga terbentuk DNA rekombinan.
Gambar 2. Transformasi pada bakteri
4.2 Konjugasi
Proses pemindahan sebagian materi genetic dari satu bakteri ke bakteri lain
melalui kontak langsung berupa pili. Seperti yang telah kita ketahui, bakteri
memiliki pili yang berfungsi sebagai alat reproduksi. Sama seperti proses
transformasi, pada proses konjugasi ini juga melibatkan sel donor dan sel
resipien. Pada gambar di bawah, sel donor yaitu Sel F+ dan sel resipien yaitu Sel
F-, dimana di dalam Sel F+ terdapat plasmid F+. Selanjutnya, di antara sel donor (
Sel F+ ) dan sel resipien ( Sel F- ) akan terbentuk kontak langsung berupa
jembatan yang merupakan pilus. Kemudian, terjadi transfer plasmid DNA dari sel
donor ke sel resipien. Ketika proses konjugasi selesai, sel resipien akan menjadi
sel donor baru dan bersama-sama dengan sel donor lama akan mencari sel-sel
resipen lainnya dan seterusnya.
Gambar 3. Proses konjugasi pada bakteri secara berurutan
4.3 Transduksi
Transduksi merupakan pemindahan DNA atau materi genetic melalui
bantuan virus. Virus menjadi perantara yang mentransfer atau memindahkan
DNA dari bakteri satu ke bakteri lain. Proses ini biasanya terjadi pada bakteri
yang diserang bakteriofage atau virus yang menyerang bakteri yang mana virus
ini akan melakukan lisogenik pada bakteri. Kemudian, pada tahapan ketiga
lisogenik , virus akan memasukkan DNA-nya dan membentuk profag. Setelah
terbentuk profag, bakteri akan melakukan pembelahan sel. Apabila masuk ke
dalam proses litik, bakteri akan lisis atau pecah dan terbentuk virus yang di
dalamnya terdapat profag yang berisi DNA bakteri. Bila virus melanjutkan
infeksinya pada bakteri lain, maka virus ini membantu perpindahan DNA atau
materi genetic bakteri yang pertama ke bakteri lainnya.
Gambar 4. Proses transduksi pada bakteri
5) Mekanisme pembentukan koloni bakteri
Pembentukan biofilm dimulai dari beberapa bakteri yang hidup bebas (sel
planktonik) melekat pada suatu permukaan, kemudian mereproduksi dirinya
sendiri dan membentuk lapisan tipis (satu lapisan) dari biofilm. Pada saat ini,
pembelahan akan berhenti selama beberapa jam dan selama waktu ini akan ada
banyak perubahan dalam sel-sel planktonik, yang akan menghasilkan transisi selsel planktonik menjadi sel dengan fenotip biofilm. Sel biofilm berbeda secara
metabolik dan fisiologis dari sel planktoniknya.
Sejalan dengan pertumbuhannya, sel-sel biofilm ini akan menghasilkan EPS
yang akan melekatkan mereka pada suatu permukaan dan melekatkan satu sama
lain untuk membentuk suatu mikro koloni. Monolayer ini dikenal juga sebagai
lingking film yaitu suatu substrat yang menjadi tempat sel bakteri menempel dan
membentuk mikrokoloni. Jika sel terus melanjutkan pertumbuhannya dan
membentuk lapisan yang lebih tebal, mikroba yang menempel pada lapisan
permukaan paling dalam akan kekurangan nutrisi dan ada akumulasi produk
buangan bersifat toksik. Untuk mengatasi masalah ini, mikrokoloni akan
berkembang menjadi bentuk jamur memiliki saluran atau pori-pori yang dapat
dilewati oleh nutrisi dan produk metabolit dari semua sel.
Dalam perkembangannya, sel-sel bakteri dalam matriks akan memancarkan
sinyal kimia. Molekul sinyal ini berperan dalam pembentukan karakteristik
biofilm yang lebih matang dan dalam koordinasi aktivitas biofilm. Tindakan
sinyal ini adalah proses dari quorum sensing yaitu komunikasi antara sel dan
kemampuan suatu molekul untuk memicu suatu tindakan tergantung pada
konsentrasi sinyal 06C di lingkungan.
Biofilm yang matang telah terbentuk dan sekarang terdiri dari banyak spesies
bakteri. Biofilm ini juga mengandung jamur, alga, protozoa, jaringan debris dan
produk korosi dari pipa saluran. Ketika bakteri hidup berdampingan, terkadang
satu jenis membutuhkan metabolit spesies lain dan mereka saling membutuhkan.
Biofilm ini adalah suatu struktur dinamis dengan sel-sel yang terus bergantian
masuk dan keluar dari komunitas mereka. Dalam proses ini sel-sel signaling juga
mengambil peranan yang penting.
Pembentukan biofilm tergantung pada konsentrasi nutrisi yang tersedia dan
diatur oleh bahan kimia kompleks yang dilepaskan oleh sel sebagai komunikasi
antar sel. Misalnya, ketika hidup bebas, Pseudomonas aeruginosa menghasilkan
sel. Misalnya, ketika hidup bebas, Pseudomonas aeruginosa menghasilkan sel.
Misalnya, ketika hidup bebas, Pseudomonas aeruginosa menghasilkan molekul
sinyal dalam level rendah. Tetapi ketika sel Pseudomonas aeruginosa
Pseudomonas aeruginosa membentuk biofilm, maka konsentrasi molekul signal
akan meningkat dan menimbulkan perubahan aktivitas dari gen-gen, salah
satunya adalah gen yang mengatur sisntesis dari alginat untuk pembentukan
matriks ekstraseluler
KESIMPULAN
Bakteri merupakan salah satu mikroba yang juga butuh komponen-komponen
dalam mendukung pertumbuhannya. Komponennya ada nutrisi, oksigen, temperatur,
dan pH.
Mikrooganisme dapat ditumbuhkembangkan pada suatu substrat yang disebut
media. Media adalah suatu substansi yang terdiri dari campuran nutrisi yang
diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroorganisme. Menurut
bentuk dan wadahnya dibedakan menjadi 3, yaitu media tegak, media miring, dan
media lempeng.
Streak plate method bertujuan untuk mengisolasi mikroorganisme pada media
agar sehingga mendapatkan koloni dan biakan murni. Secara sederhana caranya
adalah menggoreskan suspensi bahan yang mengandung mikroba pada permukaan
media-agar yang sesuai pada cawan petri. Metode ini memiliki 3 tipe yang bisa
dilakukan, yaitu tipe goresan sinambung, tipe goresan kuadran, tipe goresan T.
Bakteri bisa bereproduksi dengan 2 cara, yaitu aseksual dan seksual. Aseksual
dilakukan oleh satu bakteri dengan pembelahan biner. Tujuannya adalah untuk
memperbanyak diri bakteri tersebut dengan ukuran dan jumlah sel yang sama seperti
induk. Sedangkan pada seksual dilakukan oleh dua bakteri. Tujuannya adalah untuk
memperoleh DNA rekombinan. Rekombinasi gen merupakan peristiwa tercampurnya
materi genetic atau DNA dari dua sel bakteri yang berbeda sehingga terbentuklah
DNA rekombinan. Hal ini bisa dilakukan dengan 3 cara, yaitu transformasi,
konjugasi, dan transduksi.
Mekanisme terbentuknya koloni bakteri diawali dari bakteri yang hidup bebas
(sel planktonik) yang melekat pada suatu permukaan lalu membentuk lapisan tpisi
dari biofilm. Lalu terjadi transisi sel-sel planktonik menjadi sel dengan fenotip
biofilm. Sel-sel biofilm ini akan menghasilkan EPS dan membentuk suatu
mikrokoloni. Mikroba yang menempel pada lapisan permukaan paling dalam akan
kekurangan nutrisi. Mikrokoloni akan berkembang menjadi bentuk jamur memiliki
saluran atau pori-pori yang dapat dilewati oleh nutrisi dan produk metabolit dari
semua sel. Pembentukan biofilm tergantung pada konsentrasi nutrisi yang tersedia dan
diatur oleh bahan kimia kompleks yang dilepaskan oleh sel sebagai komunikasi antar
sel.
DAFTAR PUSTAKA

Jutono, H. 1980. Mikrobiologi Umum. UGM-Press. Yogyakarta

Utami, Ulfah. dkk. 2018. Buku Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Umum. Malang.
Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang

Donlan RM. Biofilm : Microbial life on surfaces 2002;8, 881-890

Apri, Badrud, dan Raini. 2017. Jumlah Koloni pada Media Kultur Bakteri yang
Berasal dari Thallus dan Perairan Sentra Budidaya Kappaphycus Alvarezii di
Sumenep. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan
Download