Uploaded by User54343

sejarah

advertisement
1. Konsep Ruang dan Waktu
Konsep ruang dan merupakan unsur penting yang tidak dapat dipisahkan dalam suatu
peristiwa dan perubahannya dalam kehidupan. Unsur manusia, unsur ruang, dan unsur waktu
merupakan komponen penyusun di dalam setiap peristiwa sejarah. Setiap peristiwa sejarah
pasti memiliki pelaku sejarah, tempat kejadian, dan waktu kapan peristiwa tersebut terjadi.
Waktu menjadi unsur dan konsep penting dalam sejarah karena peristiwa sejarah dalam
kehidupan manusia berlangsung secara kontinu. Sedangkan ruang merupakan tampat
terjadinya berbagai peristiwa-peristiwa dalam perjalanan waktu.
2. Perubahan dan Keberlanjutan dalam Sejarah
Konsep perubahan dan keberlanjutan dalam sejarah berkaitan antara waktu dengan
peristiwa sejarah meliputi perkembangan, kesinambungan, pengulangan dan perubahan.
a. Perkembangan
Perkembangan masyarakat dapat terjadi ditengahnya apabila kelakuan masyarakat
bergerak dengan mengubah perilaku dari satu bentuk ke bentuk yang lainnya. Sebuah
perubahan dalam masyarakat akan menjadi masyarakat yang berkembang saat bentuk perilaku
manusia dari bentuk yang sederhana dan bentuk yang komplek.
b. Kesinambungan
Proses kesinambungan terjadi di dalam masyarakat apabila suatu masyarakat tersebut
mengadopsi berbagai lembaga lembaga yang telah ada sebelumnya. Peristiwa dapat disebut
sebagai sebuah proses kesinambungan apabila masyarakat baru meneruskan kegiatan yang
telah ada sebelumnya.
c. Pengulagan
Pengulangan adalah proses dimana suatu kejadian yang telah terjadi pada masa lampau
terjadi kembali dimasa sekarang. Dalam konsep pengulangan dalam ilmu sejarah mengkaji
terhadap kejadian kejadian penting pada masa lampau dan masa yang akan datang.
Pencocokan terhadap suatu kejadian, dan memiliki kemiripan terhadap satu kejadian dengan
kejadian lain menjadikan hal ini sebagai konsep pengulangan.
d. Perubahan
Konsep perubahan dapat terjadi apabila suatu masyarakat mengalami sebuah pergeseran
yang mengikuti perkembangan. Perkembangan dapat terjadi secara besar besaran maupun
kecil kecilan dengan waktu yang lama maupun singkat. Sebuah perubahan dapat terjadi karena
berbagai faktor entah itu internal maupun eksternal. Di dalam konsep perubahan sangat
berhubungan erat dengan salah satu unsur sejarah yaitu waktu.
3. Contoh kronologis dalam sejarah
Contoh kronologi sejarah kepresidenan Pak Soeharto (kronologi Pak Soeharto mengudurkan
diri kekuasaan kepresidenan):








12 Mei Tragedi Trisakti, 4 Mahasiswa Trisakti terbunuh.
13 Mei Kerusuhan Mei 1998 pecah di Jakarta. Kerusuhan juga terjadi di kota Solo.
Soeharto yang sedang menghadiri pertemuan negara-negara berkembang G-15 di Kairo,
Mesir, memutuskan untuk kembali ke Indonesia. Sebelumnya, dalam pertemuan tatap
muka dengan masyarakat
Indonesia di Kairo, Soeharto menyatakan akan mengundurkan diri dari jabatannya
sebagai presiden. Etnis Tionghoa mulai eksodus meninggalkan Indonesia.
14 Mei Demonstrasi terus bertambah besar hampir di seluruh kotakota di Indonesia,
demonstran mengepung dan menduduki gedung-gedung DPRD di daerah.
18 Mei Ketua MPR yang juga ketua Partai Golkar, Harmoko, meminta Soeharto untuk
turun dari jabatannya sebagai presiden.
19 Mei Soeharto berbicara di TV, menyatakan dia tidak akan turun dari jabatannya,
tetapi menjanjikan pemilu baru akan dilaksanakan secepatnya. Beberapa tokoh Muslim,
termasuk Nurcholis Madjid dan Abdurrahman Wahid, bertemu dengan Soeharto.
20 Mei Harmoko mengatakan Soeharto sebaiknya mengundurkan diri pada Jumat 22
Mei, atau DPR/MPR akan terpaksa memilih presiden baru. Sebelas menteri kabinet
mengundurkan diri, termasuk Ginandjar Kartasasmita, milyuner kayu Bob Hasan, dan
Gubernur Bank Indonesia Syahril Sabirin.
21 Mei Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya pada pukul 9.00 WIB Wakil
Presiden B.J. Habibie menjadi presiden baru Indonesia.
4. Perbedaan antara Sinkronik dan Diakronik
a. Sinkronik
Berasal dari bahasa yunai syn yang artinya bersama dan kronos yang artinya perjalanan
waktu. Sinkronik artinya suatu peristiwa dari suatu waktu akan memunculkan satu peristiwa
yang lain dalam waktu yang sama dengan kata lain peristiwa yang satu akan berhubungan atau
berkaitan dengan satu sama lain dalam waktu yang sama.
b. Diakronik ( kronologis )
Berasal dari bahasa yunani dia yang berarti melintas atau melewati dan khronos yang
berarti perjalanan waktu. Artinya suatu peristiwa berhubungan dengan peristiwa peristiwa
sebelumnya dan tidak berdiri sendiri. Peristiwa itu dapat dikaji perkembangan dari waktu ke
waktu.
5. Penemuan Fosil dan kaitannya dengan Artefak
a. Fosil
Fosil adalah sisa-sisa dari manusia purba, hewan, maupun tumbuhan yang sudah
membatu. Fosil bisa berupa tulang, gigi, kulit, bahkan mikroorganisme.
b. Artefak
Kalau fosil merupakan sisa-sisa makhluk hidup, lain halnya dengan artefak. Artefak
adalah alat-alat yang digunakan manusia purba untuk bertahan hidup pada zaman dulu. Artefak
bisa berupa alat makan, peralatan rumah tangga yang terbuat dari batu dan logam, bahkan alat
navigasi.
6. Ciri Perkembangan Sosial Ekonomi Pada Masa Mesolitikum
zaman mezolitikum memiliki ciri – ciri sebagai berikut ini:
1. Manusia di zaman ini sudah tidak lagi nomaden atau menetap di gua, maupun di pantai.
2. Manusia zaman ini sudah mengumpulkan makanan dan bercocok tanam.
3. Manusia zaman ini sudah bisa membuat kerajinan dari gerabah.
Perkembangan pola kehidupan sosial-ekonomi pada zaman ini terlihat dari adanya manusia
yang sudah adanya pola pemukiman menetap, adanya usaha penjinakan anjing, penemuan api,
mulai mengenal sistem pertanian dengan cara sederhana, dan kemampuan membuat alat mulai
meningkat.
Ditemukan pula kebudayaan alat tulang dari zaman mesolitik. Dengan mempelajari tentang
prasejarah khusunya pada zaman mesolitik, kita dapat mengetahui perkembangan kehidupan
manusia dan kebudayaannya dari zaman dahulu.
Manusia di zaman mesolitik memiliki tempat tinggal di gua-gua alam dan di pantai dengan
sebagian ada yang menetap. Mereka mempertahankan kehidupan dengan cara memburu
binatang di darat maupun binatang air seperti kerang dan ikan. Pada masa ini sudah ditemukan
api. Sudah terdapat usaha menjinakkan binatang dan bertani dengan cara sederhana dengan
sistem perladangan yang berpindah-pindah.
7. Perbandingan antara Proto dan Deutro Melayu
a. Proto Melayu
Ras Melayu yang datang ke wilayah nusantara sebagai gelombang pertama, yakni berkisar
pada tahun 1500 SM. Sementara Deutro Melayu datang pada gelombang kedua yakni berkisar
pada tahun 500 SM.
Proto Melayu membawa kebudayaan Neolitikum atau Batu Muda. Sementara Deutro
Melayu membawa kebudayaan Dongson atau Logam.
Hasil kebudayaan Proto Melayu berupa alat-alat yang terbuat dari batu misalnya Kapak
Lonjong, Kapak Persegi dan lain lain. Sementara hasil Kebudayaan Deutro Melayu berupa Kapak
Corong, Kapak Sepatu, Nekara.
b. Deutro Melayu
Proto Melayu memasuki nusantara dengan 2 jalur yakni JALUR BARAT (Yunan – Selat
Malaka – Sumatera – Jawa) dan JALUR UTARA (Yunan – Farmosa – Filipina – Sulawesi – Papua).
Adapun Deutro Melayu memasuki Nusantara hanya melalui 1 Jalur saja yaitu JALUR BARAT
(Teluk Tonkin – Vietnam – Semenanjung Malaka – Sumatera – Jawa).
Proto Melayu membawa kebudayaan Neolitikum atau Batu Muda. Sementara Deutro
Melayu membawa kebudayaan Dongson atau Logam.
Keturunan Proto Melayu saat ini adalah Suku Dayak, Toraja, Sasak dan juga Suku Kubu.
Sementara keturunan Deutro Melayu saat ini adalah Suku Makassar, Bugis, Melayu, Aceh, Bali,
Minangkabau dan Jawa.
8. Hipotesis Masuknya Hindu ke Indonesia
a. Hipotesa Waisya
Hipotesis Waisya dikemukan oleh NJ. Krom. NJ. Krom menyebutkan bahwa proses
masuknya kebudayaan Hindu-Budha melalui hubungan dagang antara India dan Indonesia. Para
pedagang India yang berdagang di Indonesia disesuaikan dengan angin musim. Apabila angin
musim tidak memungkinkan mereka untuk kembali, mereka dalam waktu tertentu menetap di
Indonesia. Selama para pedagang India tersebut menetap di Indonesia, memungkinkan
terjadinya perkawinan dengan perempuan-perempuan pribumi. Menurut NJ. krom, mulai dari
sini pengaruh kebudayaan India menyebar dan menyerap dalam kehidupan masyarakat
Indonesia.
b. Hipotesa Ksatria
Ada tiga pendapat mengenai proses penyebaran kebudayaan Hindu-Budha yang dilakukan
oleh golongan ksatria, yaitu:
 C.C. Berg menjelaskan bahwa golongan ksatria yang turut menyebarkan kebudayaan HinduBudha di Indonesia. Para ksatria India ini ada yang terlibat konflik dalam masalah perebutan
kekuasaan di Indonesia. Bantuan yang diberikan oleh para ksatria ini sedikit banyak
membantu kemenangan bagi salah satu kelompok atau suku di Indonesia yang bertikai.
Sebagai hadiah atas kemenangan itu, ada di antara mereka yang kemudian dinikahkan
dengan salah satu putri dari kepala suku atau kelompok yang dibantunya. Dari
perkawinannya itu, para ksatria dengan mudah menyebarkan tradisi Hindu-Budha kepada
keluarga yang dinikahinya tadi. Selanjutnya berkembanglah tradisi Hindu-Budha dalam
kerajaan di Indonesia.
 Sama seperti yang diungkap oleh C.C. Berg, Mookerji juga mengatakan bahwa golongan
ksatria dari Indialah yang membawa pengaruh kebudayaan Hindu-Budha ke Indonesia. Para
Ksatria ini selanjutnya membangun koloni-koloni yang berkembang menjadi sebuah
kerajaan.

J.L. Moens mencoba menghubungkan proses terbentuknya kerajaan-kerajaan di Indonesia
pada awal abad ke-5 dengan situasi yang terjadi di India pada abad yang sama. Ternyata
sekitar abad ke-5, ada di antara para keluarga kerajaan di India Selatan melarikan diri ke
Indonesia sewaktu kerajaannya mengalami kehancuran. Mereka itu nantinya mendirikan
kerajaan di Indonesia.
c. Hipotesis Brahmana
Hipotesis ini diungkap oleh Jc.Van Leur. Dia mengatakan bahwa kebudayaan Hindu-Budha
India yang menyebar ke Indonesia dibawa oleh golongan Brahmana. Pendapatnya itu
didasarkan pada pengamatan terhadap sisa-sisa peninggalan kerajaan-kerajaan yang bercorak
Hindu-Budha di Indonesia, terutama pada prasasti-prasasti yang menggunakan Bahasa
Sansekerta dan Huruf Pallawa. Karena hanya golongan Brahmanalah yang menguasai bahasa
dan huruf itu maka sangat jelas di sini adanya peran Brahmana.
d. Hipotesa Indonesia Aktif
Pendapat ini menjelaskan peran aktif dari orang-orang Indonesia yang mengembang
kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia. Pendapat mengenai keaktifan orang-orang Indonesia ini
diungkap oleh F.D.K Bosch. Menurut Bosch, yang pertama kali datang ke Indonesia adalah
orang-orang India yang memiliki semangat untuk menyebarkan Hindu-Budha. Setelah tiba di
Indonesia mereka menyebarkan ajarannya. Karena pengaruhnya itu, ada di antara tokoh
masyarakat yang tertarik untuk mengikuti ajarannya. Pada perkembangan selanjutnya, banyak
orang Indonesia sendiri yang pergi ke India untuk berziarah dan belajar agama Hindu-Budha di
India. Sekembalinya di Indonesia, merekalah yang mengajarkannya pada masyarakat Indonesia
yang lain. Pendapat F.D.K Bosch ini dikenal dengan nama Teori Arus Balik.
9. Faktor Pendukung Mudahnya Islam Berkembang di Indonesia
1. syarat masuk agama Islam mudah
2. tidak mengenal sistem kasta
3. disebarkan secara damai
4. upacara sederhana dan biayanya mudah
5. aturan-aturan fleksibel dan tidak memaksa
6. runtuhnya kerajaan Majapahit abad ke-15.
10. Perbandingan Perkembangan Kerajaan Islam di Sumatra dan Jawa
A. KERAJAAN ISLAM DI SUMATRA
Dalam catatan Marco Polo diceritakan bahwa pada tahun 1292 penduduk Sumatra pada
umumnya adalah para penyembah berhala. Akan tetapi, dengan keterlibatan pihak kerajaan,
pada akhir abad XIII beberapa wilayah di Sumatra telah menjadi daerah permukiman muslim.
(Komaruddin Hidayat dan Ahmad Gaus Af. 2006: halaman 80).
a) Kerajaan Perlak
Kerajaan yang pertama kali berdiri di Sumatara dan tanah air umumnya adalah Kerajaan
Perlak (Peureula). Kerajaan Perlak ini berdiri pada pertengahan abad IX dengan raja pertamanya
bernama Alauddin Syah. Perlak merupakan kota dagang penyedia lada paling terkenal. Oleh
karena itu, banyak orang-orang dari luar negeri yang mendatangi daerah tersebut. Hal ini
tentunya memberikan pengaruh yang positif bagi masyarakat. Penduduk Kerajaan Perlak pada
umumnya merasa tercukupi sehingga kemakmuran pun dapat dirasakan oleh mereka.
Sayangnya, kemakmuran dan keadilan yang dirasakan masyarakat tidak berlangsung lama.
Akibat perebutan pengaruh antarpetinggi kerajaan, telah menimbulkan ketidakstabilan di
tengah masyarakat. Para pedagang banyak yang mengalihkan perdagangannya ke Samudera
Pasai. Pada akhir abad XII Kerajaan Perlak pun akhirnya mengalami kemunduran.
b) Kerajaan Samudera Pasai
Selain Perlak berdiri pula Kerajaan Samudera Pasai. Kerajaan ini berdiri pada abad XIII dan
terletak di daerah pantai timur Aceh. Jika kamu menyimak dalam peta, dahulu keberadaan
Kerajaan Samudera Pasai terdapat di sekitar Kota Lhokseumawe. Hal ini dibuktikan dengan
sumber sejarah berupa penemuan batu nisan bertuliskan Sultan Malik as-Saleh dengan angka
tahun 1297. Sultan Malik as-Saleh adalah yang pertama kali memimpin Kerajaan Samudera
Pasai. Kerajaan ini menjadi sangat terkenal di Kepulauan Sumatra hingga ke luar negeri. Bahkan,
sumber sejarah menyebutkan bahwa kerajaan ini pernah didatangi seorang utusan dari Sultan
Delhi di India bernama Ibnu Batutah.
c) Kerajaan Aceh
Pada tahun 1514 berdiri pula Kerajaan Aceh. Sultan Ibrahim atau Ali Mugayat Syah tercatat
sebagai raja pertama kerajaan ini yang memimpin antara tahun 1514-1528 M. Kerajaan Aceh
menjadi kerajaan yang sangat penting bagi para pedagang saat itu. Setelah bandar Malaka jatuh
ke tangan Portugis, para pedagang banyak yang beralih ke wilayah Aceh. Puncak kejayaan
Kerajaan Aceh terjadi pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Pada saat itu wilayah
kekuasaan Aceh sangat luas. Beberapa daerah di Semenanjung Malaya berada di bawah
kekuasaannya. Kerajaan Aceh juga telah menjalin hubungan kerja sama dengan para pemimpin
Islam di kawasan Arab. Oleh karena itu, Aceh juga dikenal dengan sebutan Serambi Mekah.
Puncak hubungan ini terjadi pada masa kekhalifahan Usmaniyah. Hubungan kerja sama dengan
kerajaan-kerajaan di kawasan Arab tidak hanya pada bidang perdagangan dan keagamaan,
tetapi kerja sama politik dan militer.
B. KERAJAAN ISLAM DI JAWA
Seperti halnya di Pulau Sumatra, di Jawa juga berdiri kerajaankerajaan Islam. Misalnya,
Kerajaan Demak, Pajang, Mataram, dan Banten. Kerajaan-kerajaan tersebut ada yang berdiri
sepenuhnya sebagai kerajaan Islam, ada juga yang merupakan bagian wilayah kerajaan yang
sudah ada kemudian memerdekakan diri.
Proses islamisasi di Pulau Jawa tidak lepas dari peran serta para wali sembilan atau wali
sanga. Wali adalah sebutan seorang ulama yang menyiarkan agama Islam. Ada sembilan wali
yang memiliki peran penting dalam dakwah Islam di Pulau Jawa. (Komaruddin Hidayat dan
Ahmad Gaus Af. 2006: halaman 93).
a) Kerajaan Demak
Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Kerajaan ini didirikan
oleh Raden Patah pada tahun 1478. Dengan letaknya yang sangat strategis, Demak menjadi
negara yang besar. Terlebih setelah keruntuhan Kerajaan Majapahit, kota-kota di wilayah
pantai utara yang memberi dukungan kekuasaan. Saat itu ulama juga memegang peranan yang
penting dalam pemerintahan. Terbukti dengan diangkatnya Sunan Kalijaga dan Ki Wanalapa
sebagai penasihat kerajaan.
Kerajaan Demak mengalami masa keemasan pada masa pemerintahan Sultan Trenggono.
Ketika itu, selain menjadi kerajaan yang makmur, Demak juga dikenal memiliki kekuatan militer
yang mengagumkan. Kerajaan Demak pada saat itu berhasil menghambat laju masuknya
penjajah Portugis ke Pulau Jawa. Pada tahun 1527 ketika armada Portugis datang untuk
mendirikan benteng di Sunda Kelapa, kerajaan Demak telah berhasil memukul mundur. Atas
kemenangannya, Sunda Kelapa diubah namanya menjadi Jayakarta yang berarti ”kemenangan
abadi”. Akan tetapi, kekuasaan Kerajaan Demak lambat laun mulai meredup. Khususnya ketika
terjadi perebutan kekuasaan di kalangan keluarga kerajaan sendiri. Ketika kekuasaan kerajaan
dipegang oleh Jaka Tingkir, pusat pemerintahannya dipindah dari Demak menuju Pajang.
b) Kerajaan Pajang
Kerajaan Pajang merupakan kelanjutan dari Kerajaan Demak. Kerajaan Pajang dipimpin oleh
Jaka Tingkir yang merupakan menantu Sultan Trenggono, Raja Demak, dan diberi wilayah
kekuasaan di Pajang. Lambat laun, Pajang memiliki pengaruh yang sangat kuat hingga Jaka
Tingkir sendiri menobatkan dirinya sebagai Sultan Pajang dengan gelar Sultan Adiwijaya.
Setelah Sultan Adiwijaya wafat, pemerintahan dilanjutkan oleh Arya Pangiri yang bukan
anaknya sendiri. Pangeran Benowo yang merupakan anak Adiwijaya, cukup diangkat sebagai
adipati saja. Keadaan ini pun memicu masalah. Pangeran Benowo tidak menerima keputusan
ini. Ia akhirnya bersekutu dengan Sutawijaya untuk menggulingkan pemerintahan. Usaha ini
pun berhasil. Selanjutnya, Pangeran Benowo diangkat sebagai Sultan Pajang, tetapi tetap
berada di bawah kekuasaan Mataram.
c) Kerajaan Mataram Islam
Pada tahun 1586 berdirilah Kerajaan Mataram Islam. Kerajaan Mataram didirikan oleh
Sutawijaya yang memiliki gelar Panembahan Senopati Ing Alaga Sayidin Panatagama. Pada
masa kekuasaanya, Mataram diliputi sejumlah pemberontakan dari berbagai wilayah kerajaan.
Para bupati yang semula tunduk pada kekuasaan Pajang, secara serentak menolak Mataram.
Akan tetapi, masalah ini dapat segera diatasi. Pemberontakan-pemberontakan yang terjadi
berhasil dipadamkan. Kerajaan Mataram mencapai masa kejayaan pada masa kekuasaan Sultan
Agung Hanyakrakusumah yang bergelar Sultan Agung Senopati Ing Aloga Ngabdurrahman
Khalifatullah.
Saat itu kekuasaan Mataram sangat luas dan seluruhnya berhasil disatukan. d. Kerajaan
Banten Kerajaan Islam lain yang penting untuk kita ketahui adalah Kerajaan Banten. Setelah
Fatahilah atau Sunan Gunung Jati berhasil menaklukkan Portugis di Sunda Kelapa, Banten
dikembangkan sebagai pusat perdagangan sekaligus tempat penyiaran agama. Bahkan,
Kerajaan Banten ini selanjutnya berhasil merdeka dan melepaskan diri dari Kerajaan Demak.
Setelah merdeka dari Kerajaan Demak, Sultan Hasanuddin yang merupakan anak dari Sultan
Fatahillah, diangkat sebagai raja (1552-1570). Kerajaan Banten mengalami kemajuan yang
sangat penting pada masa kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa. Akan tetapi, kemajuan Kerajaan
Banten semakin melemah, ketika Sultan Ageng Tirtayasa ditangkap oleh VOC.
11. Hasil Akulturasi Budaya Islam dan Pra Islam di Indonesia
A. Seni Bangunan
Seni dan arsitektur bangunan Islam di Indonesia sangat unik, menarik dan akulturatif.
Seni bangunan yang menonjol di zaman perkembangan Islam ini terutama masjid, menara serta
makam.
a) Masjid dan Menara
Dalam seni bangunan di zaman perkembangan Islam, nampak ada perpaduan antara
unsur Islam dengan kebudayaan praIslam yang telah ada sebelumnya. Beberapa contoh seni
bangunan Islam yang menonjol adalah masjid yang berfungsi sebagai tempat beribadah bagi
orang Islam.
Bangunan masjid-masjid kuno di Indonesia memiliki ciri-ciri sebagai berikut:



Atapnya berbentuk tumpang yaitu atap yang bersusun semakin ke atas semakin kecil
dari tingkatan paling atas berbentuk limas. Jumlah atapnya ganjil 1, 3 atau 5. Dan
biasanya ditambah dengan kemuncak untuk memberi tekanan akan keruncingannya
yang disebut dengan Mustaka.
Tidak dilengkapi dengan menara, seperti lazimnya bangunan masjid yang ada di luar
Indonesia atau yang ada sekarang, tetapi dilengkapi dengan kentongan atau bedug
untuk menyerukan adzan atau panggilan sholat. Bedug dan kentongan merupakan
budaya asli Indonesia.
Letak masjid biasanya dekat dengan istana yaitu sebelah barat alun-alun atau bahkan
didirikan di tempat-tempat keramat yaitu di atas bukit atau dekat dengan makam.
Ciri-ciri dari wujud akulturasi pada bangunan makam terlihat dari:




Makam-makam kuno dibangun di atas bukit atau tempat-tempat yang tinggi.
Makamnya terbuat dari bangunan batu yang disebut dengan Jirat atau Kijing, nisannya
juga terbuat dari batu.
Di atas jirat biasanya didirikan rumah tersendiri yang disebut dengan cungkup atau
kubba.
Dilengkapi dengan tembok atau gapura yang menghubungkan antara makam dengan
makam atau kelompok-kelompok makam.

Di dekat makam biasanya dibangun masjid, maka disebut masjid makam dan biasanya
makam tersebut adalah makam para wali atau raja. Contohnya masjid makam Sendang
Duwur di Tuban.
Makam-makam yang terletak di tempat-tempat tinggi menunjukkan kesinambungan tradisi
yang merupakan pengejawantahan pendirian punden-punden berundak pada masa Megalitik.
b) Seni Ukir
seni pahat atau seni ukir terus berkembang dalam bentuk seni hias dan seni ukir dengan
motif daun-daunan dan bunga-bungaan seperti yang telah dikembangkan sebelumnya.
Kemudian juga ditambah seni hias dengan huruf Arab (kaligrafi). Bahkan muncul kreasi baru,
yaitu kalau terpaksa ingin melukiskan makluk hidup, akan disamar dengan berbagai hiasan,
sehingga tidak lagi jelas-jelas berwujud binatang atau manusia.
Banyak sekali bangunan-bangunan Islam yang dihiasi dengan berbagai motif ukir-ukiran.
Misalnya, ukir-ukiran pada pintu atau tiang pada bangunan keraton ataupun masjid, pada
gapura atau pintu gerbang. Dikembangkan juga seni hias atau seni ukir dengan bentuk tulisan
Arab yang dicampur dengan ragam hias yang lain. Bahkan ada seni kaligrafi yang membentuk
orang, binatang, atau wayang.
c) Aksara dan Seni Sastra
Tersebarnya agama Islam ke Indonesia maka berpengaruh terhadap bidang aksara atau
tulisan, yaitu masyarakat mulai mengenal tulisan Arab, bahkan berkembang tulisan Arab
Melayu atau biasanya dikenal dengan istilah Arab gundul yaitu tulisan Arab yang dipakai untuk
menuliskan bahasa Melayu tetapi tidak menggunakan tanda-tanda a, i, u seperti lazimnya
tulisan Arab.
Seni sastra yang berkembang pada awal periode Islam adalah seni sastra yang berasal dari
perpaduan sastra pengaruh Hindu-Budha dan sastra Islam. Wujud akulturasi dalam seni sastra
tersebut terlihat dari tulisan/ aksara yang dipergunakan yaitu menggunakan huruf Arab Melayu
(Arab Gundul) dan isi ceritanya juga ada yang mengambil hasil sastra yang berkembang pada
jaman Hindu.
d) Kesenian



Permainan debus, tarian ini diawali dengan pembacaan ayat-ayat dalam Al Quran dan
salawat nabi. Tarian ini terdapat di Banten dan Minangkabau.
Seudati berasal dan kata syaidati yang artinya permainan orang-orang besar. Seudati
sering disebut saman artinya delapan. Para pemain menyanyikan lagu yang isinya antara
lain salawat nabi
Wayang, termasuk wayang kulit. Pertunjukan wayang sudah berkembang sejak zaman
Hindu, akan tetapi, pada zaman Islam terus dikembangkan. Kemudian berdasarkan
cerita Amir Hamzah dikembangkan pertunjukan wayang golek.
e) Sistem Pemerintahan
Sebelum Islam masuk Indonesia, sudah berkembang pemerintahan yang bercorak Hindu
Budha, tetapi setelah Islam masuk, maka kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu/Budha
mengalami keruntuhannya dan digantikan peranannya oleh kerajaan-kerajaan yang bercorak
Islam seperti Samudra Pasai, Demak, Malaka dan sebagainya. Sistem pemerintahan yang
bercorak Islam, rajanya bergelar Sultan atau Sunan seperti halnya para wali dan apabila rajanya
meninggal tidak lagi dimakamkan dicandi/dicandikan tetapi dimakamkan secara Islam.
f) Sistem Kalender
Menjelang tahun ketiga pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab, beliau berusaha
membenahi kalender Islam. Perhitungan tahun yang dipakai atas dasar peredaran bulan
(komariyah). Umar menetapkan tahun 1 H bertepatan dengan tanggal 14 September 622 M,
sehingga sekarang kita mengenal tahun Hijriyah.
Sebelum budaya Islam masuk ke Indonesia, masyarakat Indonesia sudah mengenal
Kalender Saka (kalender Hindu) yang dimulai tahun 78M. Dalam kalender Saka ini ditemukan
nama-nama pasaran hari seperti legi, pahing, pon, wage dan kliwon.
Setelah berkembangnya Islam Sultan Agung dari Mataram menciptakan kalender Jawa,
dengan menggunakan perhitungan peredaran bulan (komariah) seperti tahun Hijriah (Islam).
Pada kalender Jawa, Sultan Agung melakukan perubahan pada nama-nama bulan seperti
Muharram diganti dengan Syuro, Ramadhan diganti dengan Pasa. Sedangkan nama-nama hari
tetap menggunakan hari-hari sesuai dengan bahasa Arab. Dan bahkan hari pasaran pada
kalender saka juga dipergunakan. Kalender Sultan Agung tersebut dimulai tanggal 1 Syuro 1555
Jawa, atau tepatnya 1 Muharram 1053 H yang bertepatan tanggal 8 Agustus 1633 M.
12. Konsep Kronologis dan anakronisme
A. Kronologis
catatan peristiwa yang dimulai dari awal sampai akhir dan mengikuti urutan waktu di
mana hal tersebut terjadi. Bisa pula didefinisikan sebagai ilmu untuk menentukan waktu
terjadinya tempat dan suatu peristiwa secara tepat berdasarkan urutan waktu.
B. Anakronisme
penulisan sejarah yang urutan waktunya tak sesuai atau rancu, sebagai akibatnya timbul
penafsiran atau pemahaman yang keliru terhadap suatu peristiwa sejarah.
13. Alasan Masih Adanya Hasil Budaya Praaksara di Lingkungan terdekat
Di Indonesia, masih banyak terdapat peninggalan kebudayaan dari zaman prasejarah yang
masih bisa dijumpai bahkan masih digunakan dalam kehidupan sehari-hari.



Kebudayaan pemujaan dan peringatan akan roh nenek moyang yang masih dilakukan
oleh sebagian masyarakat kini dengan pendirian tiang yang dahulu disebut menhir
Kebudayaan pembuatan dan penggunaan alat-alat dari logam seperti saat masa
perundagian
Budaya mengenakan pakaian dan perhiasan-perhiasan yang terjadi di masa praaksara
hingga sekarang
Download